Pendidikan Agama Islam Fakultas Program

MODUL PERKULIAHAN

Pendidikan
Agama
Islam
Sumber Ajaran Islam

Fakultas

Program Studi

Teknik Elektro

Pendidikan Agama
Islam

E-Learning

01

Kode MK


Disusun Oleh

90002

Alimudin, S.Pd.I, M.Si

Abstract

Kompetensi

Agama Islam memiliki tiga sumber
rujukan utama dalam memecah
permasalahan hidup yang ditemui oleh
manusia yaitu: Al Quran, As-Sunnah
dan Ijtihad

Mahasiswa mampu menjelaskan
sumber dan fungsi dari sumber ajaran
Islam. Serta, mahasiswa memahami

komitmen umat Islam terhadap sumber
ajaran Islam

Pengantar
1. KESEMPURNAAN BERIBADAH MENURUT SUMBER-SUMBER ISLAM
Beberapa fenomena mutakhir di dunia Islam semakin memperkuat asumsi yang
berkembang; umat Islam dilanda krisis ajaran.Disatu sisi, umat Islam rajin beribadah. Tapi
disisi lain, tugas-tugas sosial (mua’malah) acapkali terbengkalai. Islam mendukung penuh
perdamaian.Tapi tak sedikit umat Islam yang melakukan praktek kekerasaan.Islam
mengedepankan persatuan. Tapi tak sedikit umat Islam yang selalu bertikai, bahkan sesama
muslim.
Pertanyaan adalah, apa yang terjadi dengan umat Islam? Suatu saat, dikala sebagian
sahabat berkumpul dengan Nabi, datang seorang yang berpakaian serba putih. Dengan
gaya dan nada yang akrab, orang tersebut bertanya kepada Nabi; Muhammad, apa itu
Islam? Nabi menjawab, pertama, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad Rasululllah.Kedua, melakukan shalat.Ketiga, memberikan zakat.Keempat,
berpuasa dibulan Ramadhan.Kelima, melakukan haji.
Kemudian orang itu bertanya lagi, apa itu iman? Nabi menjawab, beriman kepada Allah,
para malaikat, semua kitab suci, semua rasul, hari akhir dan takdir.
Apa itu ihsan (berbuat baik)?, lanjut orang itu, Nabi pun menjawab, menyembah Allah

seperti kamu melihat seperti kamu melihatnya. Bila kita tidak melihatnya, sesungguhnya dia
melihatmu.Setelah orang serba putih itu pergi, Nabi menceritakan kepada para sahabat; itu
adalah malaikat Jibril yang menyamar sebagai manusia.
Para generasi Islam selanjutnya mencoba mengklarifikasi ajaran-ajaran diatas ke dalam tiga
bagian keilmuan Islam; syariat (ibadah), akidah (keimanan), dan akhlak (moralitas).Tak
hanya itu, mereka juga telah melakukan tematisasi terhadap tiga bagian keilmuan Islam di
atas.
Jawaban Nabi terhadap pertanyaan pertama masuk dalam kategori ilmu syariat atau lebih
dikenal dengan fikih.Sedangkan jawaban atas pertanyaan kedua dan ketiga masuk kategori
ilmu akidah dan ilmu akhlak. Begitu seterusnya sehingga terbenntuk bidang keilmuan Islam
lain seperti tasawuf, hadis, ilmu Al-qur’an, kebahasaan dan lain sebagainya.

201
6

2

Pendidikan Agama Islam: Modul
Sumber Ajaran Islam
Alimudin S.Pd.I, M.Si


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

2. Al-Qur’an Sebagai Sumber Ajaran Islam
1. Arti dan Definisi Al-Qur’an
Sumber ajaran Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad. Wahyu Allah itu diturunkan dalam bahasa arab dan secara otentik terhimpun
dalam mushaf Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kita suci yang demikian masyur sehingga sulit
untuk menemukan satu definisi yang mencakup keseluruhan Al-Qur’an karena itu definisi
yang ada masih bersifat parsial; tergantung kepada jenis kajian yang dilakukan. Dr. Dawud
al-Attar menyebutkan bahwa Al-Qur’an adalah Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad secara lisan, makna serta gaya bahasanya yang tertulis dalam kitab yang
secara mutawatir. Definisi diatas mengandung beberapa kekhususan sebagai berikut :
a. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang seluruh ayatnya adalah wahyu Allah; tidak ada satu
pun kata yang datang dari perkataan atau fikiran Nabi Muhammmad.
b. Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya bahasanya. Artinya isi
maupun redaksi Al-Qur’an datang dari Allah sendiri.
c. Al-Qur’an dinukilkan secara mutawatir, artinya Al’Qur’an disampaikan kepada orang lain
secara terus menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk

berdusta karena banyakny jumlah dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.

Sejarahmencatat kerinduan umat manusia terhadap datangnya risalah Allah ini.Mereka telah
memeluk Islam menerima konsekuensi logis yang memilukan.Intimidasi, penganiayaan dan
pembunuhan merupakan bagian dari sejarah kelam kehidupan keagamaan mereka. Dalam
situasi ini, Al-Qur’an yang turun secara berangsur-angsur menjadi pelipur lara dan penyejuk
hati mereka. Karena selain ajaran tentang norma dan etika, Al-Qur’an juga mencatat suka
duka para nabi dan umat terdahulu.
Kerinduan tersebut mendorong semangat dan gairah penghafal Al’Qur’an secara amat
menakjubkan di kalangan sahabat Nabi Muhammad SAW. Mereka menanti turunnya AlQur’an

dan

menyebarkan

kepada

kelurga,

kerabat,


dan

handai

tolan

yang

dijumpainya.Gairah penghafal Al-Qur’an mencapai puncaknya, ketika Allah menyatakan
bahwa segala respons positif terhadap Al-Qur’an atau bahkan sekedar membacanya dinilai
sebagai ibadah.Gairah ini pun semakin berkembang manakala membaca Al-Qur’an
ditetapkan sebagai bagian dari rangkaian ibadah formal (sholat).Faktor itulah yang

201
6

3

Pendidikan Agama Islam: Modul

Sumber Ajaran Islam
Alimudin S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

mendorong gerakan penghafal Al-Quran menjadi sebuah fenomena cultural kaum muslimin
dari waktu ke waktu.
2. Kandungan dan Nama Al-Qur’an
Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat-ayat suci. Ayat-ayat Al-Qur’an yang
turun pada periode Mekah (Ayat Makiyah) sebanyak 4.780 ayat yang tercakup dalam 86
surat, dan pada periode Madinah (Ayat Madaniyah) sebanyak 1.456 ayat yang tercakup
dalam 28 surat.
Kata Al-Qur’an sendiri menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Dalam nama ini
terkadang suatu prediksi bahwa wahyu Allah yang diturunkan dengan bahasa lisan ini
membuka kemungkinan ditulis dan dikumpulkan sehingga menjadi satu kitab yang dapat
dibaca manusia. Hal ini telah terbukti dimana Al-Qur’an diterima Nabi Muhammad, dihafal,
ditulis dan akhirnya dibukukan menjadi bacaan.
Selain Al-qur’an, wahyu Allah ini diberi nama-nama lain oleh Allah yaitu:
a. Al-Kitab, berarti sesuatu yang ditulis (Ad-Dukhan, 44-2)

b.Al-Kalam, berarti ucapan (At-Taubah, 9:6)
c.Al-zikra, berarti peringatan (Al-Hijr,15:9)
d.Al-Qasas, berarti cerita-cerita (Al-Imran,3:62)
e.Al-Huda, berarti petunjuk (At-taubah, 9: 33)
f.Al-Furqan, berarti pemisah (Al-Furqan, 25:1)
g.Al-mau’izah, berarti nasihat (Yunus, 10:57)
h.As-syifa, berarti obat atau penawar jiwa (Al-Isra, 17:82)
i.An-Nur, berarti cahaya (An-Nisa, 4:174)
j.Ar-rahman, berarti karunia (An-Naml, 27:77)

201
6

4

Pendidikan Agama Islam: Modul
Sumber Ajaran Islam
Alimudin S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning

http://www.mercubuana.ac.id

3. Sejarah Turunnya Al-Qur’an
Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum Muslim
diseluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidupdidunia dan
akhirat. Islam mempunyai satu sendi utama yang esensial: berfungsi memberikan petunjuk
kejalan yang sebaik-baiknya.
Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur dalam tenggang waktu lebih kurang 23
tahun, yaitu sejak diangkatnya Muhammad sebagai Nabi dan Rasul sehingga beliau wafat.
Al-Qu’an yang terdiri dari dari 114 surat dan susunannya ditentukan oleh Allah yang berbeda
dengan metode penyusunan buku-buku ilmiah. Buku-buku ilmiah yang membahas satu
masalah selalu menggunakan satu metode tertentu dan dibagi dalam bab-bab dan pasalpasal.Metode ini tidak terdapat di dalam Al-Qur’an, yang di dalamnya banyak persoalan
induk silih berganti diterangkan.
Persoalan aqidah terkadang bergandengan dengan persoalan hukum; sejarah umatumat yang lalu disatukan dengan nasihat dan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di
alam. Terkadang pula, ada suatu persoalan atau hukum yang sedang diterangkan tiba-tiba
timbul persoalan lain. Yang demikian dimaksudkan agar memberikan kesan bahwa ajaranajaran Al-Qur’an dan hukum-hukum yang tercakup di dalamnya merupakan satu kesatuan
harus ditaati oleh penganut-penganutnya secara keseluruhan tanpa ada pemisahan antara
satu dengan yang lainnya.
Para ulama membagi sejarah turunnya Al-Qur’an dalam dua priode; (1) Periode
sebelum hijrah; dan (2) Periode sesudah hijrah.Ayat-ayat yang turun pada periode pertama

dinamai ayat-ayat Makiyyah, dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua dinamai ayatayat Madaniyyah.

A. Periode Pertama
Diketahui bahwa Muhammad, pada awal turunnya wahyu pertama (iqra), belum
menjadi Rasul, dengan wahyu itu, beliau baru merupakan seorang Nabi yang tidak
ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima. Baru setelah turun wahyu kedua beliau
ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan adanya firman
Allah:
“wahai yang berselimut, bangkitlah dan berilah peringatan” (QS 74:1-2)
Kemudian setelah itu, kandungan wahyu Ilahi berkisar dalam tiga hal :
201
6

5

Pendidikan Agama Islam: Modul
Sumber Ajaran Islam
Alimudin S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning

http://www.mercubuana.ac.id

a. Pendidikan bagi Rasulullah dan membentuk kepribadiaanya
b. Pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai Tauhid
c. Keterangan-keterangan megenai dasar-dasar akhlak Islamiah, serta bantahan-bantahan
secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliyah ketika itu.
Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam
reaksi di kalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksi-reaksi tersebut nyata dalam tiga hal
pokok:
a. Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran-ajaran Al-Qur’an
b. Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran Al-Qur’an, karena kebodohan
mereka, keteguhan mereka mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang

B. Periode Kedua
Periode kedua dari sejarah Al-Qur’an berlangsung selama 8-9 tahun, dimana terjadi
pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliah. Gerakan oposisi terhadap Islam
menggunakan segala cara dan system untuk kemajun dakwah Islam.
Dimulai dari fitnah, intimidasi dan penganiayaan, yang megakibatkan para penganut ajaran
Al-Qur’an ketika terpaksa berhijrah ke Habsyah dan pada akhirnya seluruh kaum muslimin
termasuk Rasulullah berhijrah ke Madinah.
Pada masa tersebut, ayat-ayat Al-Qur’an, di satu pihak silih berganti turun menerangkan
kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi ketika itu.
Disamping itu turun juga ayat-ayat yang mengandung argumentasi-argumentasi mengenai
ke-Esa-an Tuhan dan kepastian hari Kiamat berdasarkan tanda-tanda yang dapat mereka
lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Dari sejarah diturunkannya Al-Qur’an, dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an
mengandung pokok-pokok ajaran sebagai berikut :
a. Keimanan terhadap Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, dan hari akhir. Dari pokok-pok
yang terkandung dalam Al-Qur’an ini lahir teologi atau ilmu kalam.

201
6

6

Pendidikan Agama Islam: Modul
Sumber Ajaran Islam
Alimudin S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

b. Peraturan atau hukum, yaitu garis-garis besar aturan tentang hubungan dengan Allah,
antara manusia, dan hubungan manusia dengan alam yang melahirkan syariat, hukum atau
fikih.
c. Pokok-pokok aturan akhlak yang menerapkan norma-norma keagamaan dan susila yang
harus diikuti oleh manusia dalam kehidupanya secara individu atau kolektif
d. Pokok-pokok dasar tentang tanda-tanda alam yang menunjukan eksistensi dan
kebesaran Tuhan sebagai pencifta. Petunjuk dasar ini merupakan isyarat-isyarat ilmiah yang
melahirkan ilmu pengetahuan.
e. Kisah-kisah para Nabi dan umat terdahulu
f. Informasi tentang alam gaib, seperti adanya jin, kiamat, surge dan neraka.

4. Bukti Kebenaran Al-Qur’an
Al-Qur’an mempunyai sekian banyak fungsi, diantaranya adalah menjadi bukti
kebenaran adalah menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammmad, bukti kebenaran tersebut
dikemukakan dalam tantangan yang sifatnya bertahap.
Pertama, menentang siapa pun yang meragukannya untuk menyusun semacam Al-Qur’an
secara keseluruhan (QS 52:34)
Kedua, menantang mereka untuk menyusun sepuluh surat semacam Al-Qur’an (QS 11:13).
Sedangkan seluruh Al-qur’an berisikan 114 surat
Ketiga, menantang mereka untuk menyusun satu surat saja semacam Al-Qur’an (QS. 2:3)
Seorang ahli berkomentar bahwa tantangan yang sedemikian lantang ini tidak dapat
dikemukakan oleh seseorang kecuali jika ia memiliki satu dari dua sifat : tidak waras atau
yakin, nabi Muhammad sangat yakin akan wahyu-wahyu Tuhan, karena”wahyu adalah
informasi yang diyakini dengan sebenarnya bersumber dari Tuhan.
Walaupun Al-Qur’an menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad, tapi fungsi
utamanya adalah menjadi “petunjuk untuk seluruh umat manusia”.Petunjuk yang dimaksud
adalah petunjuk agama, atau yang biasa juga disebut sebagai syari’ah.Syari’ah, dari segi
pengertian kebahasaan, berarti “jalan menuju sumber air” Jasmani manusia, bahkan seluruh
mahkluk hidup, membutuhkan air, demi kelangsungan hidupnya. Rohaninya pun

201
6

7

Pendidikan Agama Islam: Modul
Sumber Ajaran Islam
Alimudin S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

membutuhkan “ air kehidupan”. Di sini, syariah mengantarkan seseorang menuju air
kehidupan.
Paling tidak ada tiga aspek dalam al-Qur’an yang dapat menjadi bukti kebenaran
Nabi Muhammad, sekaligus menjadi bukti bahwa seluruh informasi atau petunjuk yang
disampaikannya adalah benar bersumber dari Allah SWT.
Ketiga aspek tersebut akan lebih menyakinkan lagi, bila diketahui bahwa Nabi
Muhammad bukanlah seseorang yang pandai membaca dan menulis. Ia juga tidak hidup
dan bermukim di tengah-tengah masyarakat yang relative telah mengenal peradaban,
seperti Mesir, Persia atau Romawi. Beliau dibesarkan dan hidup ditengah-tengah kaum yang
oleh beliau sendiri dilukiskan sebagai ”Kami adalah masyarakat yang tidak pandai menulis
dan berhitung”.
Ketiga aspek yang dimaksud adalah:
1. Aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya. Seringkali Al-Qur’an “turun” secara
spontan, guna menjawab pertanyaan atau mengomentari peristiwa.
2. Tentang pemberitahuan-pemberitahuan gaib. Fir’aun, yang mengejar-ngejar Nabi Musa,
diceritakan dalam surat Yunus, Pada ayat 92 surat itu, ditegaskan bahwa “Badan Fir’aun
tersebut akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran generasi berikutnya”. Tidak
seorangpun mengetahui hal tersebut, karena hal itu telah terjadi sekitar 1200 tahun S.M.
Nanti, pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1896, ahli purbakalaLoret menemukan di
lembah Raja-raja Luxor Mesir, satu Mumi yang bernama Maniptah. Selain itu, pada tanggal
8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalutpembalut Fir’aun tersebut.Apa yang ditemukannya adalah satu jasad utuh, seperti yang
diberitakan oleh Al-Qur’an melalui Nabi yang tidak pandai membaca dan menulis itu.
3. Isyarat-isyarat ilmiahnya. Banyak sekali isyarat ilmiahnya, yang ditemukan dalam AlQur’an. Misalkan diisyaratkan bahwa: Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri,
sedangkan cahaya bulan adalah pantulan (dari cahaya matahari)”., (QS 10;5) dan masih
banyak lagi lainya yang kesemuanya belum diketahui manusia kecuali pada abad-abad
bahkan tahun-tahun terakhir ini. Dari manakah Muhammad mengetahuinya kalau bukan dari
Allah Yang Maha Mengetahui.
Kesemua aspek tersebut tidak dimaksudkan kecuali menjadi bukti bahwa petunjukpetunjuk yang disampaikan oleh Al-Qur’an adalah benar, sehingga demikian manusia yakin
serta secara tulus mengamalkan petunjuk-petunjuknya.

201
6

8

Pendidikan Agama Islam: Modul
Sumber Ajaran Islam
Alimudin S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

2. As-Sunnah sebagai Sumber Ajaran Islam
A. Pengertian As-Sunnah
Ditinjau dari segi bahasa, As-Sunah berarti cara, jalan, kebiasaan dan tradisi.
Kebiasaan dan tradisi yang baik dan buruk. Kata As-Sunnah di dalam Al-Qur’an diulang 16
kali pada 11 surat. Makna Sunnah secara etimologi menurut Muhammad Ajaj Al-Khatib
identik dengan Al-Hadist, yaitu berupa ucapan, perbuatan atau ketetapan yang disandarkan
kepada Nabi Muhammmad
Sunnah merupakan salah satu nama dari dalil-dalil hukum. Apabila suatu hukum
ditetapkan berdasarkan hukum tersebut ialah keterangan dari Nabi Muhammad, baik
ucapan, perbuatan, maupun ketetapan
B. Kedudukan As-Sunnah
Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul diberi tugas untuk membacakan dan
mengajarkan wahyu kepada umat manusia, menerangkan makna yang tersurat dan
tersirat.Sejalan dengan tugas tersebut, segala keterangan Rasul yang berkaitan dengan
syariat yang terbukti sahih (benar) merupakan bagian dari wahyu itu sendiri.Oleh karena itu,
dalam aplikasi hukum, hadis-hadis yang termasuk daif (lemah) tidak bisa dijadikan dasar
dalam penetapan hukum.As-Sunnah atau hadis shahih inilah yang menjadi pedoman
pengalaman Islam dan merupakan hukum kedua setelah Al-Qur’an.

C. Posisi As-Sunnah dalam Syariat Islam
Dilihat dari hierarki sumber hukum Islam, As-Sunnah menempati tempat kedua
setelah

Al-Qur’an.Penempatan

ini

disebabkan

karena

perbedaan

sifat

diantara

keduanya.Dilihat dari segi kualitas periwayatannya Al-Qur’an bersifat pasti, sementara
kualitas periwayatannya As-Sunnah bersifat relatif.Al-Syatibi menyatakan bahwa As-Sunnah
sebagai penjelas dan menjabarkan Al-Qur’an.
D. Fungsi As-Sunnah terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Sunnah terhadap Al-Qur’an pada garis besar terbagi tiga:
1. As-Sunnah sebagai penguat Al-Qur’an

201
6

9

Pendidikan Agama Islam: Modul
Sumber Ajaran Islam
Alimudin S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

As-Sunnah berfungsi sebagai penguat pesan-pesan atau peraturan-peraturan yang tersurat
dalam ayat-ayat Al-Qur’an, misalnya Al-Qur’an menyebutkan suatu kewajiban dan larangan,
lalu Rasul dalam Sunnahnya menguatkan pesan-pesan Al-Qur’an, As-Sunnah berperan
antara lain:
a. Menegaskan kedudukan hukum, penyebutan hukum wajib atau fardu
b.Menerangkan posisi kewajiban atau larangan dalam syariat Allah SWT
c.Menjelaskan sangsi hukum bagi pelannggarnya

2. As-Sunnah sebagai penjelas Al-Qur’an
As-Sunnah memberikan penjelasan terhadap maksud ayat Al-Qur’an, antara lain:
a. Menjelaskan makna-makna yang rumit dari ayat-ayat Al-Qur’an, misalnya firman Allah :
“Peliharalah semua shalat (mu) dan (peliharalah) shalat Wusta” (Al-Baqarah, 2:238)
Yang dimaksud dengan shalat Wusta dijelaskan oleh As-Sunnah yaitu shalat Asar
b. Mengikuti makna-makna yang bersifat lepas dari ayat-ayat Al-Qur’an, misalnya firman
Allah SWT :
“laki-laki dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan
bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah”. (Al-Maidah, 5:38)
As-Sunnah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tangan itu adalah pergelangan
tangan. Dengan demikian penjelasan sunnah mengikuti makna yang lepas dari ayat diatas.
c. Mengkhususkan ketetapan-ketetapan yang disebut Al-Qur’an secara umum, misalnya
firman Allah :
“Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba” (Al-Baqarah, 2:275).
Jual-beli yang dihalalkan Allah bersifat umum, Rasul kemudian mengkhususkan, sehingga
apa yang kemudian dikhususkan Rasul itu lagi halal seperti Rasul melarang jual beli yang
belum tentu rupa, waktu, tempat.
d. Menjelaskan ruang lingkup masalah yang terkandung ayat-ayat Al-Qur’an, misalnya
firman Allah:

201
6

10

Pendidikan Agama Islam: Modul
Sumber Ajaran Islam
Alimudin S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yang (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan kepadanya”.(Ali Imran, 3:97)
Ayat ini tidak menjelaskan bilangan kewajiban sehingga sahabat bertanya kepada Rasul
perihal berapa kali seorang muslim wajib mengerjakan haji, Rasul menjelaskan kalau
kewajiban haji itu hanya sekali.

3. As-sunnah sebagai pembuat hukum
Sunnah menetapkan hukum yang belum ditetapkan oleh Al-Qur’an. Misalnya Al-Qur’an
menyebutkan empat macam makanan yang haram dalam firman-Nya:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, daging yang disembelih atas
nama selain Allah, yang dicekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang dimakan
binatang buas kecuali yang sempet kamu menyembelihnya, dan yang disembelih untuk
berhala” (Al-Maidah, 5:3).

3. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata jahada, artinya berusaha sungguh-sungguh.Dalam
pengertian terminology hukum, Prof Mukti Ali menyebutkan bahwa ijtihad adalah berusaha
sekeras-kerasnyauntuk membentuk penilaian yang bebas tentang sesuatu masalah
hukum.Ijtihad merupakan pekerjaan akal dalam memahami masalah dan menilainya
berdasarkan isyarat-isyarat Al-Qur’an dan As-Sunnah kemudian menetapkan kesimpulan
mengenai hukum tersebut. Karena itu Ijtihad dapat disebut pula sebagai upaya
mencurahkan segenap kemampuan untuk merumuskan hukum syara dengan cara merujuk
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maksudnya menggunakan kemampuan rasio guna
merumuskan hukum yang tidak disebut secara eksplisit pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Objek Ijtihad adalah perbuatan yang secara eksplisit tidak terdapat dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah.Hal ini memberi pengertian bahwa suatu perbuatan yang hukumnya telah
ditunjuk secara jelas, tegas, dan tuntas oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah tidak termasuk
obyek ijtihad.Reaktualisasi hukum atas sesuatu perbuatan tertentu yang telah diatur secara
final oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah termasuk kategori perubahan dan pergantian alias
penyelewengan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

201
6

11

Pendidikan Agama Islam: Modul
Sumber Ajaran Islam
Alimudin S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

3. Komitmen Kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijtihad
Setidaknya ada enam sikap yang menunjukan komitmen muslim terhadap Al-Qur’an,
As-Sunnah dan Ijtihad:
1. Mengimani al-Qur’an, yaitu menyakini bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Ia mengandung kebenaran yang mutlak dan
merupakan syariat terakhir yang menyempurnakan syariat-syariat yang diturunkan Allah
sebelumnya.
2. Mempelajari Al-Qur’an merupakan pengejawantahan Rahmat Allah.Mempelajarinya
berarti membuka pintu rahmat Allah.Sebaliknya ketidakpedulian terhadap Al-Qur’an berarti
menutup rahmat Allah yang mengakibatkan terputusnya hidup dari berkah-Nya.
3. Mengamalkan Al-Qur’an. Pengamalan Al-Qur’an adalah inti dari komitmen setiap muslim
karena segala yang dikandungnya bukan hanya ditujukan untuk dipahami, melainkan
membentuk mental dan sikap jiwa Qur’ani.
4. Mendakwakan Al-Qur’an, yaitu mensosialisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam AlQur’an kepada orang lain dari mulai lingkungan keluarga hingga masyarakat pada
umumnya.
5. Mencontoh dan meneladani serta melaksanakan perilaku yang dipraktekkan Nabi
Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.
6.Mempelajari As-Sunnah dan Ijtihad serta mencoba mengekspresikan semua yang ada dari
keduanya dalam kehidupan keseharian.

4.Fungsi Ajaran Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat
Pada prinsipnya fungsi utama hukum Islam adalah untuk menciptakan kebaikan
manusia di dunia dan akhirat, atau dengan kata lain untuk menciptakan kesejahteraan umat
manusia, karena hukum Islam berorientasi pada keadilan dan kesetaraan manusia.
Mempertahankan ajaran dan agama Islam menjadi satu keharusan dalam Islam, baik
dengan harta maupun jiwa, karena agama Islam adalah kebutuhan manusia dalam
hidupnya.

201
6

12

Pendidikan Agama Islam: Modul
Sumber Ajaran Islam
Alimudin S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Daftar Pustaka
Al-Huffiy, A.M. 2000, Keteladanan Akhlak Nabi Muhammad SAW. Pustaka Setia. Bandung.
Azra, A. 2005. Jaringan Ulama:Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII&XVII
Prenada Media. Jakarta
Chapra, Umer.2000. Islam dan Tantangan Ekonomi.Gema Insani Press. Jakarta
Rasjid S.2000. Fikih Islam. Sinar Baru Agresindo. Bandung
Srijanti, Purwanto dan Wahyudi P. 2007.Etika Membangun masyarakat Islam Modern. Graha
Ilmu

201
6

13

Pendidikan Agama Islam: Modul
Sumber Ajaran Islam
Alimudin S.Pd.I, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id