PERAN INKUBATOR BISNIS KAMPUS LAHIRKAN E

PERAN INKUBATOR BISNIS KAMPUS LAHIRKAN ENTERPENER MUDA
Era digital yang bergerak saat ini mendorong laju globalisasi semakin cepat, transfer
pengetahuan juga semakin ketat. Perubahan tersebut mendorong dunia berada pada generasi
industry keempat (red: 4.0) yang menitik beratkan pada kreativitas, inovasi, pemanfaatan
teknologi informasi, artificial intlegent dan sebagainya. Semua itu sebagai motor penggerak
pertumbuhan ekonomi era digital.
Kreatifitas yang menjadi roda kemajuan tersebut, mampu dimainkan melalui kewirausahaan.
Karena kewirausahaan memiliki ruang bagi lahirnya segala inovasi produk, bertumbuhnya daya
serap pekerjaan, dan pembagian kekayaan yang lebih proposional. Sekaligus penyebaran resiko
yang juga lebih merata (Bygrave, 2004). Ini berarti bahwa kewirausahaan apapun bentuknya
sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi lokal.
Para pakar ekonomi dan praktisi marketing, seperti Davidsson (2003) dan Kirzner (1973)
berpendapat kewirausahaan merupakan perilaku kompetitif yang mendorong pasar, bukan hanya
menciptakan pasar baru, tetapi menciptakan inovasi baru ke dalam pasar, sekaligus sebagai
kontribusi nyata dari kewirausahaan sebagai penentu pertumbuhan ekonomi. Pemahaman ini
membuktikan bahwa kewirausahaan adalah terobosan strategis bagi setiap bangsa untuk
meningkatkan kesejahteraan.
Dengan demikian dalam jangka panjang, eksistensi kewirausahaan sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi bangsa. Bahkan, kekuatan kewirausahaan menghubungkan dan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang mendorong evolusi industri atau evolusi ekonomi
(Jovanovic, 1994 dan Audretsch, 1995). Berpegang pada pendapat tersebut dapat bersama

dimaknai bahwa kewirausahaan bertindak sebagai agen perubahan, membawa ide-ide baru untuk
pasar dan merangsang pertumbuhan melalui proses persaingan perusahaan.
Peran kewirausahaan yang luas dan berdampak bagi suatu negara juga disampaikan pakar
ekonomi Cina, Keming Yang (2007). Dalam pernyataannya Keming Yan mengungkapkan
pertumbuhan ekonomi Cina secara utuh didukung oleh kewirausahaan. Padahal hampir dua

dekade kewirausahaan itu hilang dari lansekap ekonomi Cina. Era kewirausahaan di Cina hidup
kembali pada akhir 1970-an. Awalnya dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah pengangguran
dan kemiskinan, ternyata energi kewirausahaan masyarakat secara serius menjadi kebijakan
ekonomi Cina.
Pemerintah Cina menyadari bahwa jauh lebih efisien untuk meningkatkan perekonomian dengan
memberikan ruang gerak lebih bebas pada wirausaha daripada kontrol negara yang ketat.
Hasilnya sangat luar biasa, bahkan saat ini Cina menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia. Selain
pertumbuhan ekonominya berkembang pesat, kewirausahaannya juga telah membuat standar
kehidupan Cina lebih tinggi.
Membaca sektor kewirausahaan di Indonesia memang perlu penguatan lebih baik lagi.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM pada 2017 mencatat jumlah wirausaha
Indonesia mencapai 3,1 persen dari 252 juta jiwa penduduk. Jumlah tersebut memang sudah
melampaui rasio minimal bagi setiap negara untuk memulai kemajuan ekonominya melalui
kewirausahaan. Syarat minimal rasio wirausaha adalah 2 persen dari jumlah penduduk.

Namun jika melihat pada sejumlah negara lain, jumlah kewirausahaan di Indonesia masih
rendah. Sebagai contoh Malaysia yang memiliki jumlah wirausaha 5 persen dari jumlah
penduduknya, China sebanyak 10 persen, Singapura 7 persen, Jepang 11 persen dan Amerika
Serikat sebanyak 12 persen. Dengan fakta-fakta itu terlihat korelasi nyata jumlah wirausaha yang
banyak memberikan tingkat ekonomi yang lebih maju.
Pada sisi itulah, Saya ingin mengajak semua pihak melakukan segala daya upaya untuk
mendorong tumbuhnya kewirausahaan di Indonesia. Pemerintah telah memberikan ruang melalui
berbagai regulasi yang memudahkan, terdapat skim kredit murah seperti kredit usaha rakyat
(KUR) dengan suku bunga 9 persen, Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dengan suku
bunga 0,2- 0,3 persen perbulan, maupun yang sekarang baru diluncurkan kredit ultra mikro
dengan maksimum pinjaman Rp 10 juta. Semua itu tidak akan berhasil jika peran lintas lapisan
masyarakat terlibat secara optimal.

Tentu saja, upaya tersebut bukan hanya mendorong lahirnya wirausaha lebih banyak. Tetapi juga
berharap wirausaha yang tumbuh mampu meningkatkan laju ekonomi dan kesejahteraan.
Sekaligus menyerap lapangan pekerjaan lebih luas. Sehingga kemiskinan dan angka
pengangguran dapat secara signifikan dikurangi.
Digital dan Kewirausahaan
Penting sekali untuk dicatat kemajuan digital tidak sebatas kemudahaan mencari informasi dan
chatting saja, masyarakat di kota-kota besar kini menjadikan internet sebagai e-commerce yang

kemudian bagian dari gaya hidup mereka. Hal tersebut mendorong perilaku konsumtif dari
puluhan juta orang kelas menengah di Indonesia. Sehingga menjadi alasan mengapa ecommerce di Indonesia akan terus berkembang.
Hadirnya teknologi digital yang pesat juga berpengaruh bagi sektor kewirausahaan. Wujud nyata
dari persinggungan kewirausahan dan digital terlihat dari lahirnya pelaku usaha muda bermodal
kecil yang sukses melalui dukungan teknologi digital atau e-commerce.
Kenyataan kewirausahaan berbasis digital tersebut menujukan bahwa kewirausahaan begitu
adaptif terhadap tuntutan digital. Dari data analisis Ernst & Young, dapat dilihat pertumbuhan
nilai penjualan bisnis online di tanah air setiap tahun meningkat 40 persen. Ada sekitar 112,6 juta
pengguna internet dan 86,6 juta pengguna perangkat telepon pintar di Indonesia.
Berbicara mengenai industri ini memang tidak semata membicarakan jual beli barang dan jasa
via internet. Tetapi ada industri lain yang terhubung di dalamnya. Seperti penyediaan jasa
layanan antar atau logistik, provider telekomunikasi, produsen perangkat pintar, dan lain-lain.
Hal inilah yang membuat industri e-commerce harus dikawal agar mampu mendorong laju
perekonomian nasional.
Seluruh kenyataan tersebut mendorong wirausaha Indonesia pun mengarah pada berbasis digital.
Trend tersebut memang sudah disadari banyak wirausaha muda Indonesia. Kendati faktanya
jumlah pelaku usaha berbasis digital masih minim. Data BPS 2016 mencatat jumlah wirausaha

berbasis digital di Indonesia sebanyak 26,2 juta pelaku usaha. Jumlah itu perlu terus didorong
dan ditingkatkan pada masa datang.

Memahami kondisi tersebut perguruan tinggi perlulah memainkan perannya. Dengan
memberikan stimulus kepada mahasiswa untuk berani berwirausaha, sekaligus mempertajam
peran unit incubator bisnis yang ada di kampus. Sehingga semangat wirausaha mahasiswa
memiliki dukungan penuh dari universitas.
Lembaga incubator kampus merupakan mesin pencetak wirausaha muda yang strategis.
Inkubator kampus tidak boleh ditempatkan sebagai aksesori belaka. Hanya sebagai syarat untuk
menjadi perguruan tinggi terakreditasi semata.
Lembaga incubator bisnis di lingkungan kampus wajib sebagai mitra strategis mahasiswa. Tidak
hanya memberikan dukungna terhadap produk atau usaha yang dirintis mahasiswa, tetapi juga
memainkan peran sebagai unit marketing bisnis mahasiswa. Sehingga mahasiswa memiliki
jejaring luas pada institusi bisnis yang praktis.
Dengan peran tersebut jumlah wirausaha akan meningkat. Bahkan bisa melampaui Malaysia
yang telah mencapai 5 persen dari jumlah penduduknya atau Jepang dan Amerika yang memang
iklim berusaha di negara tersebut sangat mendapat kemudahaan.
Tidak salah jika incubator bisnis di perguruan tinggi belajar pada lembaga bisnis di Cina. Melihat
lebih mendalam tentang pola industry berbasis kerakyatan yang dibangun negara Cina.
Tentu saja, kemajuan wirausaha tidak hanya pada orientasi bisnis saja. Wirausaha juga mampu
menjadi social entrepreneur, yang artinya tidak mengejar keuntungan semata namun juga
bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Dengan demikian kemajuan ekonomi yang dihasilkan para
wirausaha, juga mampu menumbuhkan nilai-nilai universal bagi kehidupan, sehingga

keseimbangan dapatlah terwujud.

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

PERAN FUNGSI SOSIAL TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WERDHA PANGESTI LAWANG

3 77 21

PERAN PERAWAT DALAM IMPLEMENTASI KOLABORATIF PEMBERIAN TERAPI INSULIN SEBAGAI TINDAKAN DALAM PENURUNAN KADAR GULA DALAM DARAH PADA KLIEN DENGAN HIPERGLIKEMI DI RUANG AIRLANGGA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN TAHUN 2012

1 55 23

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PERAN PT. FREEPORT INDONESIA SEBAGAI FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

12 85 1

Modul TK E 2016 150 hlm edit Tina M imas

2 44 165

Pengaruh Persepsi Kemudahan dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Penggunaan E Filling (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kpp Pratama Soreang)

12 68 1

PENGARUH ARUS PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA PENGELASAN BIMETAL (STAINLESS STEEL A 240 Type 304 DAN CARBON STEEL A 516 Grade 70) DENGAN ELEKTRODA E 309-16

10 133 86

THE EFFECTIVENESS OF THE LEADERSHIP'S ROLE AND FUNCTION OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL PRINCIPAL OF METRO EFEKTIVITAS PERAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH METRO

3 69 100