Chapter I Kecemasan Pasien Preoperasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang
Penyakit merupakan suatu fenomena yang kompleks dan berpengaruh

negatif terhadap kehidupan manusia. Peningkatan penyakit berhubungan dengan
dampak dari perubahan gaya hidup seiring perkembangan dunia yang semakin
modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia harapan hidup. Riskesdas
(2013) menyatakan bahwa penyebab kematian akibat penyakit semakin meningkat.
Penyakit yang semakin kompleks di masyarakat diantaranya penyakit yang menular
(ISPA, pneumoni, TB paru, hepatitis, diare dll) dan penyakit tidak menular (asma,
PPOK, kanker, DM, hipertiroid, hipertensi, jantung koroner, gagal jantung, stroke,
gagal ginjal kronis dan penyakit sendi).
Seiring dengan munculnya berbagai penyakit yang semakin kompleks,
maka penanganan untuk mengatasi penyakit tersebut pun semakin beragam.
Tindakan pembedahan atau operasi merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh
tim medis untuk proses penyembuhan pasien. Banyak sekali penyakit yang
memerlukan tindakan pembedahan atau operasi. Misalnya saja, penyakit usus

buntu, hernia, tumor, patah tulang, batu ginjal, kanker dan lain-lain. Tindakan ini
dikerjakan menggunakan teknik invasif dengan membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang akan ditangani (Bailey,2010).

Menurut World Health Organization (2009) mengatakan bahwa perawatan
bedah merupakan komponen penting dari perawatan kesehatan dunia yang
diperkirakan ada 230 juta operasi utama dilakukan di seluruh dunia setiap tahunnya.
Di Indonesia, operasi bedah saraf ada sebanyak 496 orang pada tahun 2013
sedangkan pada tahun 2012 jumlah pasien bedah saraf ada sebanyak 414 orang,
jumlah pasien bedah tumor dan stroke ada sebanyak 103 orang.
Proses pembedahan atau operasi terdiri dari 3 bagian yakni, preoperasi,
operasi, dan pasca operasi. Tahap preoperasi merupakan awal dari sebuah proses
pembedahan yang sangat menentukan tindakan pada masa intra- dan pasca operasi.
Tindakan preoperasi yang dilakukan oleh perawat dalam mempersiapkan pasien
untuk tindakan pembedahan dengan tujuan menjamin keselamatan pasien
intraoperatif (mengindari komplikasi yang memperburuk kondisi pasien).
Persiapan yang diperlukan yakni persiapan fisik dan mental sangat diperlukan,
karena keberhasilan suatu tindakan pembedahan berawal dari keberhasilan
persiapan sebelum operasi (Qosim,2013).
Kesiapan psikologis pasien bedah harus dikaji sebelum masuk ke ruang

operasi. Pengkajian tingkat kecemasan pasien preoperasi ini perlu dilakukan karena
berpengaruh terhadap fisiologi tubuhnya sebelum menjalani operasi dan
menimbulkan masalah baru. Bila data yang dikumpulkan pasien mengalami
kecemasan yang gawat, maka perawat berkolaborasi dengan dokter mengenai
evaluasi tindak lanjut. Rencana pembedahan bisa ditunda untuk situasi tersebut
(Long,1996).

Pembedahan ini sering memberikan berbagai reaksi emosi dan reaksi
psikologis pasien, diantaranya adalah kecemasan dan stress (Hart,2009). Hal ini
dapat dilihat dari hasil penelitian Banjarnahor (2014) di Rumah Sakit umum Daerah
Dr. Pirngadi Medan tentang gambaran tingkat kecemasan pasien preoperasi yakni
kecemasan ringan 19 responden (47.5%), kecemasan sedang 13 responden (32.5%)
dan kecemasan berat 8 responden (20%).
Kecemasan yang timbul dipengaruhi oleh pandangan pasien, pengalaman
yang pernah dirasakan, mitos yang pernah didengar, bahkan pengalaman tetangga
atau keluarga yang buruk, serta pengaruh akan kehidupan sehari-hari individu
tersebut. Kecemasan yang timbul akibat proses pembedahan dapat berupa berbagai
macam alasan. Beberapa diantaranya adalah seperti takut nyeri setelah
pembedahan, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal, takut keganasan (bila
diagnosis yang ditegakkan belum pasti), takut atau kecemasan menghadapi ruangan

operasi dan peralatan pembedahan, takut mati saat dibius atau tidak sadar, takut
operasi gagal (Mulyani,2008).
Kecemasan timbul sebagai respon terhadap stress, baik stress fisiologi
maupun stress psikologi. Artinya, kecemasan terjadi ketika seseorang terancam
baik secara fisik maupun secara psikologis (Asmadi,2008). Kecemasan ini
dipengaruhi oleh berbagai hal. Kecemasan dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yaitu usia, pengalaman, tipe kepribadian, keadaan
fisik, maturasi sedangkan faktor eksternal yaitu status pendidikan, pengetahuan,
status ekonomi, potensi stressor,obat, keluarga, sosial budaya dan lingkungan
(Adikusumo dalam Chandra, 2003)

Hal ini dapat dilihat dari beberapa penelitian diantaranya Erawan,Opod &
Pali (2013), menyatakan bahwa perempuan lebih banyak mengalami kecemasan
daripada laki-laki. Perempuan mengalami kecemasan dengan tingkat yang lebih
tinggi daripada laki-laki. Yunita & Mahpolah (2013), menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara umur dengan tingkat kecemasan ibu primipara pada masa
nifas di wilayah kerja Puskesmas Kertak Hanyar.
Menurut Long (1996), pemberian informasi tentang pembedahan/operasi
kepada pasien merupakan langkah penting untuk kesiapan pasien dalam
pembedahan. Hasil penelitian oleh Larasati (2009) menjelaskan bahwa preoperatif

teaching sangat efektif pada pasien yang akan menjalani operasi dalam mengurangi

tingkat kecemasannya. Hal ini diketahui melalui perubahan tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah dilakukan preoperative teaching yakni dari kecemasan sedang
(53%) dan kecemasan berat (47 %) menjadi kecemasan ringan (54%) dan
kecemasan sedang (33%) dan kecemasan berat (13%).
Menurut Hawari (2013), mekanisme terjadinya kecemasan berhubungan
dengan proses psiko-neuro-imunologi atau psiko-neuro-endokrinolog. Setiap
individu yang mengalami stresor psikososial belum tentu akan mengalami
kecemasan, hal ini tergantung pada struktur kepribadiannya yaitu usia, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr Pirngadi
Medan didapat total individu yang menjalani semua jenis operasi pada periode
Januari-Desember 2014 yakni 4237 orang sedangkan pada periode Januari-

Desember 2013 individu yang menjalani operasi sebanyak 2747 orang sedangkan
total pasien preoperasi bedah minor berjumlah sebanyak 139 orang pada tahun
2013.
Berdasarkan kondisi dari hasil penelitian sebelumnya, peneliti merasa
tertarik untuk meneliti tentang kecemasan pasien preoperasi di RSUD DR Pirngadi

Medan.
2.

Pertanyaan Penelitian
Bagaimana kecemasan pasien preoperasi di RSUD DR Pirngadi Medan?

3.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kecemasan pasien preoperasi di RSUD Pirngadi Medan.

4.

Manfaat Penelitian
4.1

Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan yang bermanfaat untuk

pengembangan ilmu keperawatan sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan

keperawatan selanjutnya.

4.2

Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan informasi dalam

meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan terhadap pasien
preoperasi.

4.3

Penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan menjadi data lanjutan dan

bermanfaat bagi keperawatan.