BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) - Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Maturity, Financial Leverage, Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)

  Menurut Wolk, et al., (2004: 96) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi perusahaan tersebut. Asimetri informasi menurut Scott (2003:7) adalah “suatu kondisi di mana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain”. Asimetri informasi terjadi karena manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak eksternal (investor dan kreditor). Kurangnya informasi kepada pihak eksternal menyebabkan mereka kesulitan untuk menilai prospek perusahaan dan melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan.

  Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Sinyal yang diberikan perusahaan dapat berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen perusahaan (Estiyanti dan Gerianta, 2012:5).

  Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan, pihak eksternal perusahaan seperti calon investor tentu sangat membutuhkan informasi tentang kondisi obligasi. Untuk itu sesuai dengan teori sinyal diharapkan informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait hutang yang dimiliki (Prandana, 2013).

  Teori sinyal dalam penelitian ini menjelaskan bahwa manajemen perusahaan dan informasi non keuangan kepada lembaga pemeringkat. Lembaga pemeringkat obligasi ini melakukan proses pemeringkatan sehingga dapat menerbitkan peringkat obligasi bagi perusahaan penerbit obligasi ini. Peringkat obligasi ini memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan pembayaran hutang sebuah perusahaan. Dengan adanya peringkat obligasi maka calon investor dapat membuat keputusan yang tepat untuk memutuskan apakah akan membeli atau tidak membeli obligasi perusahaan tersebut.

2.1.2 Pasar Modal

  Pasar modal (capital market) menurut Latumaerissa (2011:353) adalah “pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan”. Sementara itu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefenisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Didalam pasar modal dikenal dengan istilah efek, yaitu setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right (bukti right), warrant, opsi, atau setiap derivatif dari efek-efek atau setiap instrumen yang ditetapkan BAPEPAM sebagai efek.

  Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal memberikan manfaat yang cukup besar bagi pemodal (investor) dan perusahaan (emiten). Adanya pasar untuk berinvestasi tidak hanya pada perbankan dan atau real assets. Para pemodal atau investor juga dapat melakukan investasi melalui pembelian efek melalui pasar modal seperti saham, obligasi, atau efek-efek lainnya. Investor dapat bebas memilih berbagai efek yang diinginkan, apakah dalam bentuk saham, obligasi atau efek lainnya. Investor juga dapat membentuk portofolio investasi yaitu dengan mengkombinasikan dana pada berbagai jenis efek, dengan mengharapkan keuntungan yang lebih dan diharapkan dapat mengurangi resiko yang mungkin terjadi. Untuk perusahaan (emiten), pasar modal berfungsi sebagai alternatif sumber penghimpunan dana selain perbankan. Pasar modal memungkinkan suatu perusahaan menerbitkan surat berharga (sekuritas), baik surat tanda hutang (obligasi) maupun surat tanda kepemilikan (saham). Dalam melakukan penghimpunan dana melalui pasar modal, perusahaan membutuhkan biaya yang relatif kecil. Dengan memanfaatkan sumber dana dari pasar modal, maka perusahaan juga dapat terhindar dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi.

2.1.3 Obligasi

  2.1.3.1 Pengertian Obligasi

  Obligasi (bonds) adalah suatu kontrak jangka panjang di mana pihak peminjam setuju untuk melakukan pembayaran bunga dan pokok pinjaman pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi tersebut (Brigham dan Houston,

  Menurut Fabozzi (2000:1) obligasi adalah “instrumen hutang yang mengharuskan penerbitnya (disebut juga debitur atau peminjam) untuk membayar sejumlah yang dipinjam ditambah bunga selama periode waktu tertentu”.

  Menurut Brealey dkk., (2007:130) obligasi adalah “sekuritas yang mewajibkan penerbitnya untuk melakukan pembayaran tertentu pada pemegang saham”.

  Menurut Bursa Efek Indonesia obligasi adalah “surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut”.

  2.1.3.2 Karakteristik Obligasi

  Karakteristik obligasi menurut Latumaerissa (2011:367) antara lain sebagai berikut: a. Nilai nominal (face value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.

  b. Kupon (interest rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam annual presentation.

  c. Jatuh tempo (maturity) adalah tanggal di mana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, makin panjang jatuh tempo suatu obligasi, makin tinggi

  d. Penerbit/emiten (issuer), mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan investasi obligasi Ritel. Mengukur risiko/kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan/atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.

2.1.3.3 Risiko Investasi Obligasi

  Dalam melakukan investasi pada obligasi terdapat berbagai risiko yang harus dihadapi oleh investor. Menurut Brigham dan Houston (2010: 292-297), risiko-risiko dalam investasi obligasi adalah sebagai berikut: 1.

  Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk) Tingkat bunga pasar akan terus berfluktuasi dari waktu ke waktu, dan kenaikan tingkat bunga akan mengarah pada penurunan nilai obligasi. Risiko penurunan nilai obligasi yang diakibatkan oleh naiknya tingkat bunga ini disebut sebagai risiko tingkat bunga (interest rate risk).

  2. Risiko Tingkat Reinvestasi (Reinvestment Rate Risk) Risiko tingkat reinvestasi merupakan risiko penurunan suku bunga yang akan menyebabkan penurunan pendapatan dari portofolio obligasi. Karena jika tingkat bunga turun, pemegang obligasi jangka panjang akan mengalami penurunan pendapatan. Hal itu disebabkan oleh banyaknya obligasi yang akan ditarik untuk digantikan dengan obligasi bersuku bunga lebih rendah. Meskipun obligasi yang tidak dapat ditarik akan jatuh tempo, namun obligasi tersebut harus diganti dengan obligasi yang hasilnya lebih rendah.

  3. Risiko Gagal Bayar (Default Risk) Risiko gagal bayar merupakan risiko apabila perusahaan emiten mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan makan pemegang obligasi akan menderita kerugian. Jika emiten gagal bayar, jumlah yang diterima oleh investor akan lebih kecil daripada pengembalian yang dijanjikan.

2.1.4 Peringkat Obligasi

  Peringkat obligasi merupakan opini dari lembaga pemeringkat serta sumber informatif bagi pemodal atas risiko obligasi yang diperdagangkan (Berdasarkan obligasi mencoba mengukur risiko kegagalan (default risk), yaitu peluang emiten atau peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya (Keown et al., 2011:237).

  Peringkat obligasi merupakan salah satu acuan dari investor ketika memutuskan membeli suatu obligasi. Peringkat obligasi yang baik tidak hanya menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya, tetapi juga menunjukkan bahwa kinerja perusahaan berlangsung secara efektif dan efisien karena mampu mengelola hutang untuk kemajuan bisnis yang dijalankan. Informasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat sangat membantu investor untuk memilih sekuritas obligasi mana yang tepat. Agen pemeringkat obligasi adalah lembaga independen yang memberi informasi pemeringkatan skala risiko utang, salah satu diantaranya adalah sekuritas obligasi sebagai petunjuk seberapa aman suatu obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuannya dalam membayar bunga dan melunasi pokok pinjaman.

  Berdasarkan Keputusan Bapepam-LK Nomor 135/BL/2006 tentang “Pemeringkatan Atas Efek Bersifat Utang” menyatakan bahwa emiten yang akan menerbitkan obligasi wajib memperoleh hasil pemeringkatan obligasi. Hasil pemeringkatan tersebut diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang telah mendapat izin usaha sebagai lembaga pemeringkat dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.

  Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Efek Indonesia), PT. Fitch Ratings Indonesia dan PT. ICRA Indonesia. Penelitian ini lebih mengacu pada PT. PEFINDO, dikarenakan perusahaan tersebut merupakan lembaga pemeringkat rating tertua di Indonesia dan perusahaan- perusahaan lebih banyak menggunakan PT. PEFINDO sebagai agen pemeringkat obligasi perusahaan mereka. PT. PEFINDO telah berdiri sejak tahun 1993, sedangkan PT. Fitch Rating Indonesia dan PT. ICRA Indonesia mulai mendapat pengakuan dari Bank Indonesia sejak tahun 2008 dan 2010. PT. PEFINDO menguasai 90% pasar pemeringkatan obligasi dan sejak tahun 1996 perusahaan tersebut telah melakukan aliansi strategis dengan Standard & Poor’s (S&P) yang merupakan perusahaan pemeringkat global terkemuka, yang memberikan manfaat bagi perusahaan tersebut untuk meyusun metodologi pemeringkatan berstandar internasional. Tabel berikut ini menunjukkan definisi peringkat menurut PT.

  PEFINDO.

Tabel 2.1 Definisi Peringkat Obligasi PT. PEFINDO Peringkat Definisi

  idAAA Efek hutang dengan peringkat AAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PT PEFINDO yang didukung oleh kemampuan Obligor yang superior dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan. idAA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajibn finasial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya. idA Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan Obligor yang kuat dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan. idBBB Efek utang dengan BBB didukung oleh kemampanan obligor yang memadai relatif dibandingkan dengan entitas

  Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan. idBB Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan kemampuan Obligor yang sedikit lemah dibandingkan dengan entitas lainnya untukmemenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu. idB Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter perlindungan yang lemah. Walapun Obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan obligor utuk memenuhi kewajiban finansialnya. idCCC Efek utang dengan peringkat CCC menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang rentan untuk gagal bayar dan tergantung pada kondisi bisnis dan keuangan yang lebih menguntungkan untuk dapat memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya atas efek hutang. idD Efek utang dengan peringkat D menggambarkan obligor tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam kondisi gagal bayar. Sumber : www.pefindo.com Peringkat dari idAA hingga idB dapat dimodifikasi dengan penambahan

  

plus (+) atau minus (-). Tanda plus (+) ataupun minus (-) digunakan untuk

  menunjukkan kekuatan relatif dari kategori peringkat. Secara umum peringkat obligasi yang diberikan oleh agen pemeringkat dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu investment grade (AAA, AA, A dan BBB) dan

2.1.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi

  Faktor-faktor yang memengaruhi peringkat obligasi menurut Keown et al., (2011: 237) adalah “proporsi modal terhadap hutang perusahaan, tingkat profitabilitas perusahaan,tingkat kepastian dalam menghasilkan pendapatan, besar kecilnya perusahaan, dan sedikit penggunaan hutang subordinat”.

  Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Brigham dan Houston (2010: 300) adalah sebagai berikut: 1.

  Berbagai macam rasio-rasio keuangan. Semakin baik rasio-rasio keuangannya, maka semakin tinggi peringkat obligasi perusahaan.

  2. Ketentuan hipotek. Jika obligasi dijamin oleh hipotek maka obligasi tersebut memiliki nilai yang relatif tinggi terhadap jumlah hutang yang diobligasikan, maka peringkatnya akan meningkat.

  3. Ketentuan subornasi. Apabila obligasi disubornasikan ke hutang lain maka obligasi tersebut akan diberi peringkat paling sedikit satu tingkat di bawah peringkat yang seharusnya diberikan jika tidak disubornasikan.

  4. Ketentuan jaminan. Jika hutang suatu perusahaan lemah dijamin oleh perusahaan yang kuat (biasanya induk perusahaan yang lemak tersebut), maka obligasinya akan diberikan peringkat yang sama dengan perusahaan yang kuat.

  5. Dana pelunasan. Apabila obligasi memiliki dana pelunasan maka hal ini akan menjadi nilai tambah di mata lembaga pemeringkat.

  6. Jatuh tempo. Obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat dinilai kurang berisiko dibandingkan obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang, dan hal ini akan mempengaruhi peringkatnya.

  7. Stabilitas laba dan penjualan emiten.

8. Regulasi/ peraturan yag berkaitan dengan industri emiten 9.

  Antitrust 10.

  Operasi di luar negeri 11. Faktor lingkungan hidup dan tanggung jawab produk 12. Kewajiban atas produk 13. Kewajiban pensiun 14. Masalah ketenagakerjaan 15. Kebijakan akuntansi. Jika kebijakan akuntansi suatu perusahaan dan laba yang dilaporkannya menjadi dipertanyakan, maka hal ini akan memberikan dampak negatif pada peringkat obligasinya.

2.1.5 Rasio Keuangan

2.1.5.1 Ukuran Perusahaan (Size)

  Ukuran perusahaan dapat diinterpretasikan sebagai skala operasi perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan tersebut. Skala operasi ini dapat menimbulkan berbagai penafsiran, antara lain luasnya pangsa pasar, kuatnya permodalan, serta tingginya tingkat penjualan. Besarnya ukuran sebuah perusahaan dapat menarik minat investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut.

  Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aset, penjualan dan ekuitas yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Perusahaan yang memilki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan di mana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Bouzouita dan Young 1998 dalam Adams et al., 2000).

  2.1.5.2 Financial Leverage

  Rasio leverage menurut Lubis dan Putra (2012:110) merupakan “rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutangnya”.

  Jika rasio ini cukup tinggi, maka hal tersebut menunjukkan tingginya penggunaan hutang, sehingga hal ini dapat membuat perusahaan mengalami kesulitan

  Financial leverage memiliki tiga implikasi yang penting, yaitu:

  1. Dengan meningkatkan penggunaan hutang berarti pemegang saham perusahaan tetap akan dapat mengontrol perusahaan dengan tidak meningkatkan investasi mereka pada perusahaan.

  2. Kreditor akan melihat kepada ekuitas perusahaan, atau pemilik yang menyediakan dana dan melihat margin of safety, maka bila proporsi modal lebih tinggi dikeluarkan oleh para pemegang saham akibatnya akan semakin kecil resiko dari kreditor.

  3. Bila perusahaan memperoleh pendapatan yang lebih besar dari bunga yang harus dibayarnya dari investasi yang dilakukannya dengan meminjam maka hal tersebut dianggap sebagai return (keuntungan) pemilik modal.

  2.1.5.3 Profitabilitas

  Rasio profitabilitas menurut Lubis dan Putra (2012:110) merupakan “rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan”. Sementara menurut Brigham dan Houston (2010:146) rasio profitabilitas adalah “sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan hutang pada hasil operasi”.

  Tingkat profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk memenuhi kewajibannya.

  Rasio likuiditas menurut Lubis dan Putra (2012:110) merupakan “rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang dan persediaan. Dari aset lancar tersebut, persediaan merupakan aset lancar yang paling kurang liquid dibanding dengan yang lainnya (Linandarini, 2010: 49). Selain itu persediaan merupakan aset lancar yang nilai bukunya sangat mungkin berbeda dengan nilai pasar karena tidak mempertimbangkan kualitas persediaan, sebagian persediaan mungkin menjadi rusak, usang, atau hilang.

  Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio cepat (quick ratio). Rasio cepat (quick ratio) dapat dihitung dari perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan liquid dan mempunyai aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancarnya.

2.1.6 Rasio Non-Keuangan

2.1.6.1 Umur Obligasi (Maturity)

  Umur obligasi (maturity) adalah jangka waktu sejak diterbitkannya obligasi sampai dengan tanggal jatuh tempo obligasi. Jatuh tempo adalah tanggal di mana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, makin panjang jatuh tempo suatu obligasi, makin tinggi nilai kupon/bunganya (Latumaerissa, 2011: 367). Investor cenderung kurang menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akan didapat juga akan semakin besar.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan peringkat obligasi sebagaimana diuraikan berikut ini dan diikhtisarkan pada tabel 2.2.

  Adams, et al. (2000) melakukan penelitian dengan judul “The Determinants

  

of Credit Ratings in the United Kingdom Insurance Industry ”. Metode analisis

  yang digunakan adalah analisis ordered probit models. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas dan bentuk organisasi berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi dari A.M. Best. Sedangkan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh S&P, likuiditas dan leverage berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

  Magreta dan Nurmayanti (2009) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi”. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas, produktivitas dan jaminan obligasi yang berpengaruh signifikan terhadap reputasi auditor dan umur obligasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

  Linandarini (2010) melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan di Indonesia”.

  Metode analisis yang digunakan adalah analisis MDA (Multiple Discriminant

  

Analysis ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio liquidity, profitability

productivity dapat mempengaruhi prediksi peringkat obligasi, sementara

solvability, leverage tidak berpengaruh secara signifikan didalam mempengaruhi

prediksi peringkat obligasi.

  Adrian (2011) melakukan penelitia dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rasio leverage, profitabilitas dan umur obligasi berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi, sementara hanya rasio likuiditas yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

  Winardi (2013) melakukan penelitian dengan judul “Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi”. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi ordinal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi, sementara leverage, profitabilitas, jaminan obligasi, umur obligasi.

  Irma., dkk (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor- Faktor yang Memengaruhi Peringkat Obligasi pada Lembaga Keuangan Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Metode analisis yang digunakan adalah analisis faktor dan analisis regresi logistik. Hasil dari analisis faktor adalah Size, likuiditas dan reputasi auditor merupakan faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi; sedangkan hasil dari analisis logistik menunjukkan bahwa size berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

  Pertiwi (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi”. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio

  

leverage , solvabilitas dan jaminan berpengaruh signifikan terhadap peringkat

  obligasi, sementara profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

  Penelitian terdahulu di atas dapat diikhtisarkan dalam tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  leverage , reputasi

  mempenga-ruhi prediksi peringkat obligasi sementara

  profitability productivity dapat

  ) Rasio liquidity ,

  Discriminant

Analysis

  MDA (Multiple

  leverage, liquidity, solvability, profitability, productivity

  Variabel Independen: Rasio

  Linandarini (2010) “Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obli-

  auditor dan umur obligasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

  Profitabilitas, produktivitas dan jaminan obligasi yang ber-pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan ukuran perusahaan, rasio likuiditas,

  Nama, Tahun, Judul penelitian dan Objek penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

  Regresi Logistik

  produktivitas, umur obligasi, jaminan obligasi, reputasi auditor Variabel Dependen: Peringkat Obligasi

  leverage ,

  Variabel Independen: Ukuran perusahaan, rasio likuiditas, profitabilitas,

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas dan bentuk organisasi. berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi dari A.M. Best. Sedangkan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh S&P, likuiditas dan leverage berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Magreta dan Nurmayanti (2009) “Faktor- faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi”. Objek penelitian: seluruh perusahaan selain perusahaan sektor perbankan dan lembaga keuangan.

  

Ordered

probit model

  Variabel Independen: Kecukupan modal, profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan, ukuran perusahaan, bentuk organisasi, reasuransi dan kegiatan usaha Variabel Dependen: Peringkat Obligasi

  Objek penelitian: perusahaan asuransi.

  Determinants of Credit Ratings in the United Kingdom Insurance Industry ”.

  Adams, Burton & Hardwick (2000) “The

  solvability, leverage gasi Perusahaan di Indonesia”. Objek penelitian: semua perusahaan non- keuangan.

  Variabel Dependen: Peringkat Obligasi tidak berpengaruh secara signifikan didalam mempengaruhi prediksi peringkat obligasi.

  Regresi Ordinal

  size berpengaruh

  Regresi logistik Hasil dari analisis faktor adalah Size, likuiditas dan reputasi auditor merupakan faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi sedangkan hasil dari analisis logistik menunjukkan bahwa

  Variabel Independen: Pertumbuhan Perusahaan (Growth), Ukuran Perusahaan (Size), Likuiditas Perusahaan, Jaminan (Secure), Umur Obligasi (Maturity), Reputasi Auditor Variabel Dependen: Peringkat Obligasi

  Objek penelitian: perusahaan lembaga keuangan bank.

  Irma., dkk (2013) “Analisis Faktor- Faktor yang Memengaruhi Peringkat Obligasi pada Lembaga Keuangan Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

  jaminan obligasi, umur obligasi, reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

  leverage , profitabilitas,

  Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan

  Variabel Independen: Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Jaminan Obligasi, Umur Obligasi, Reputasi Auditor Variabel Dependen: Peringkat Obligasi

  Adrian (2011) “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”.

  Objek penelitian: perusahaan keuangan.

  Winardi (2013) “Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi”.

  Rasio leverage , profitabilitas dan umur obligasi berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan hanya rasio likuiditas yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

  Regresi Logistik

  profitabilitas, likuiditas, umur obligasi Variabel Dependen: Peringkat Obligasi

  leverage ,

  Variabel Independen: Rasio

  Objek penelitian: perusahaan manufaktur.

  terhadap peringkat obligasi. Pertiwi (2013) “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi”.

  Objek penelitian: perusahaan non- keuangan.

  Variabel Independen: Rasio

  Leverage ,

  Profitabilitas, Solvabilitas dan Jaminan (secure) Variabel Dependen: Peringkat Obligasi

  Regresi Logistik

  Rasio leverage , solvabilitas dan jaminan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sumber: Diolah Peneliti (2014)

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  4 H

  6

  H

  5 )

  (X

  1 Likuiditas / QR

  (Y) H

  2 Peringkat Obligasi

  3 H

  5 H

  Ukuran Perusahaan (X

  ) H

  4

  Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

  3 )

  (X

  2 ) Financial Leverage / DER

  (X

  1 ) Maturity

  Profitabilitas / ROA (X

Gambar 2.1 mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan (X ), maturity (X ),

  1

  2

  rasio financial leverage (X ), rasio profitabilitas (X ) dan rasio likuiditas (X )

  3

  4

  5 mempengaruhi peringkat obligasi (Y), baik secara parsial maupun simultan.

  Penjelasan detail mengenai pengaruh ukuran perusahaan, maturity, financial

  

leverage , profitabilitas dan likuiditas terhadap peringkat obligasi adalah sebagai

  berikut: 1.

  Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan dapat diinterpretasikan sebagai skala operasi perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aset, penjualan dan ekuitas yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Perusahaan dengan total aktiva yang besar biasanya telah mapan dalam permodalan dan memiliki kemampuan dalam mengelola sumber- sumber keuangannya karena perusahaan tersebut biasanya bukan merupakan perusahaan baru sehingga telah cukup berpengalaman dalam industri. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan besar kurang berisiko dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil. Perusahaan yang semakin besar dan banyak dikenal oleh masyarakat mempunyai semakin banyak informasi yang dapat diperoleh investor, maka semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor.

  Dalam melakukan investasi obligasi, investor tentu akan memilih membeli obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang dipandang mampu untuk melakukan pelunasan dan pembayaran bunga atas obligasi tersebut. Dengan menggunakan ukuran perusahaan, investor dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga obligasi secara periodik dan melunasi pokok pinjaman yang dapat meningkatkan peringkat obligasi perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pottier, 1997, 1998; Bouzouita dan Young, 1998 (dalam Adams

  

et al. , 2000) yang menemukan bahwa “perusahaan besar memiliki peringkat

obligasi yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil”.

  2. Umur Obligasi (Maturity) sampai dengan tanggal jatuh tempo obligasi. Obligasi yang jatuh tempo dalam jangka waktu yang pendek akan lebih mudah diprediksi, sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu yang panjang. Investor cenderung kurang menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akan didapat juga akan semakin besar. Sehingga perusahaan yang peringkat obligasinya tinggi umumnya menggunakan umur obligasi yang lebih pendek daripada perusahaan yang menggunakan umur obligasi yang lebih lama.

  Mark dan David (2006 dalam Sutanti 2008: 34) melakukan pengujian secara empiris mengenai penentuan struktur debt maturity menggunakan pengukuran struktur maturity mengenai informasi detail secara keseluruhan hutang perusahaan. Mereka menemukan dukungan yang kuat untuk prediksi atas hubungan signifikan antara debt maturity dan peringkat obligasi; perusahaan yang peringkat obligasinya tinggi menggunakan term debt yang lebih pendek sedangkan perusahaan lain menggunakan term debt yang lebih lama.

3. Financial Leverage

  Rasio leverage digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutangnya. Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan dengan mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutangnya. Jika perusahaan lebih banyak menggunakan modal sendiri daripada hutang untuk membiayai Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya. Dengan demikian semakin rendah leverage perusahaan maka semakin baik peringkat obligasi perusahaan tersebut. Adams et al. (2000) menjelaskan bahwa “semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan”. Hasil penelitian ini juga searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011) dan Pertiwi (2013) yang menemukan bahwa financial leverage berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

4. Profitabilitas

  Profitabilitas mengukur efektivitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan. Kemampuan perusahaan menhasilkan laba mencerminkan kemampuan perusahaan memperoleh aliran kas masuk. Perusahaan yang profitabilitasnya tinggi akan memperoleh aliran kas yang baik, dengan demikian perusahaan mempunyai risiko gagal bayar yang lebih kecil. Sehingga profitabilitas yang tinggi akan memberikan peringkat obligasi yang lebih baik pula. Brotman (1989), Bouzouita and Young (1998) (dalam Adams, 2000) menyatakan bahwa “semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (default) dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut”. Hasil Nurmayanti (2009) , Linandarini (2010) dan Adrian (2011) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

5. Likuiditas

  Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

  Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan liquid dan mempunyai aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancarnya. Kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya secara tidak langsung berpengaruh pada kewajiban jangka panjang yang baik (pelunasan obligasi). Adams et al. (2000) menyatakan bahwa “tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi”. Hasil penelitian ini juga searah dengan penelitian yang dilakukan Linandarini (2010) dan Irma., dkk (2013) yang menemukan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah: H 1 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. H : Maturity perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

  2 obligasi.

  H

4 : Profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

H 5 : Likuiditas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. H : Ukuran perusahaan, maturity, financial leverage, profitabilitas, dan likuiditas

  6 perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap peringkat obligasi.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Maturity, Financial Leverage, Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 49 112

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agency - Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Profitabilitas Terhadap Integritas Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 14 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Teori Pensinyalan (Signalling Theory) - Analisis Pengaruh Book Tax Differences Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Kontrol Pada Emiten Indeks KOMPAS100 di Bur

0 0 60

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Efisiensi - AnalisisPengaruh Efesiensi Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 3 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Stakeholder - Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kemampulabaan, Leverage, dan Dewan Komisaris Terhadap Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan

0 2 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 17 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Struktur Modal - Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity,Likuiditas, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Ef

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) - Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Price To Book Value Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return SahamPada Perusahaan Teksti

0 0 18

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Maturity, Financial Leverage, Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 4 13