BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Teori Pensinyalan (Signalling Theory) - Analisis Pengaruh Book Tax Differences Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Kontrol Pada Emiten Indeks KOMPAS100 di Bur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Teori Pensinyalan (Signalling Theory)

  Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori Sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memeberikansinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.

  Menurut Jama’an (2008) Signalling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini dapat berupa informasi mengenai apa saja yang sudah dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam merealisasikan keinginan para investor atau para pemilik perusahaan. Teori Sinyal dilakukan manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui Laporan Keuangan dan menunjukan bahwa mereka telah menerapkan kebijakan akuntansi yang konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tidakan membesar-besarkan laba atau yang sering kita sebut dengan istilah Manajemen Laba dan menyajikan laba serta aktiva yang tidak overstate

  Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut sebenarnya bertujuan untuk mengurang asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dn prospek dimasa mendatang dibanding dengan pihak eksternal perusahaan.

  

Signalling Theory ini juga dapat membantu agent, principal dan pihak luar

  perusahaan mengurang asimetri informasi ini dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak agent, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bersifat lebih independen dan bebas memberikan pendapat mengenai laporan keuangan (Jama’an, 2008)

  Untuk itu Teori Sinyal (Signalling Theory) ini diharapkan dapat diterapkan oleh pihak manajemen perusahaan penerbit obligasi dengan memberkan sinyal berupa informasi mengenai kualitas atau kondisi obligasi, besaran potensi resiko obligasi tersebut gagal bayar dan prospek income yang didapatkan investor setelah berinvestasi dalam obligasi tersebut. Salah satu sinyal tersebut ditunjukan dengan peringkat obligasi.

  Investor maupun Kreditor dapat mengetahui kondisi Perusahaan tersebut dan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang-utang yang dimiliki.

  Dengan demikian Investor dapat meminimalisir resiko dalam investasinya.

2.1.2 Obligasi

  Obligasi direpresentasikan sebagai janji untuk membayar sejumlah uang pada waktu jatuh tempo, ditambah dengan tingkat bunga periodik tertentu berdasarkan nilai obligasi (Kieso et al., 2005:239). Sedangakan Pengertian Obligasi menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Berbeda dengan instrument investasi lainnya, contohnya Saham. Kepemilikan Saham menandakan pemilikan dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham, sedangkan kepemilikan obligasi menunjukan utang dari suatu perusahaan (atau negara) sehingga pemilik obligasi disebut sebagai kreditor. Dengan berinvestasi dalam obligasi, berarti investor mealakukan investasi kedalam salah satu efek pendapatan tetap yang bertujuan memberikan tingkat pertumbuhan nilai investasi yang relative stabil.

2.1.2.1 Manfaat Obligasi

  Sebagai sebuah instrument investasi, obligasi tentu memilki beberapa manfaat yang didapatkan oleh investor, antara lain:

  1 Memberikan tingkat pendapatan tetap yang berupa kupon yield.

  2 Berpotensi memperoleh keuntungan atas penjualan obligasi (capital gain). Capital Gain ini diperoleh jika investor membeli obligasi dengan harga diskon, kemudian pada saat jatuh tempo investor akan memperoleh pembayaran senilai dengan harga nilai nominalnya.

  3 Berpotensi memperoleh bunga yang dibayar secara regular hingga jatuh tempo dan telah ditetapkan dalam persentase dari nilai nominal.

  4 Untuk obligasi negara, kupon dan pokok investasi dijamin oleh undang-undang

5 Dapat diperdagangkan di pasar sekunder

  6 Alternative investasi yang memiliki tingkat hasil relative tinggi dibandingkan deposito pada umumnya

  7 Ada Hak klaim pertama artinya jika emiten bangkrut atau dilikuidasi, pemegang obligasi sebagai kreditor memiliki hak klaim pertama atas aktiva perusahaan.

  8 Adanya Obligasi Konversi, artinya investor bisa mengubah obligasi menjadi sahan dengan harga yang ditetapkan, kemudian memiliki hak untuk mendapatkan manfaat atas saham.

2.1.2.2 Karakteristik Obligasi

  Sebagai instrument investasi, Obligasi memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan instrument investasi yang lainnya,

1 Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh kreditor pada saat jatuh tempo.

  2 Kupon (Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam annual presentase

  3 Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Semakin pendek umur obligasi maka resiko obligasi pun akan semakin kecil, hal ini dikarenakan keadaan obligasi yang mudah diprediksi jika dalam jangka waktu yang pendek. Apabila umur Obligasi semakin panjang, resikonya akan semakin besar.

  4 Penerbit/ Emiten (Issuer). Mengenal penerbit obligasi adalah hal yang sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi.

  Investor dapat mengukur resiko dari peringkat obliges emiten yang didapatkan dari lembaga pemeringkat seperti PEFINDO.

  Selain itu terdapat beberapa ketentuan yang menjadi daya tarik obligasi (Nicko, 2011) yaitu:

  1 Emiten membayar bunga dalam jumlah tertentu yang dibayar secara regular. Emiten akan membayar kembali pinjaman tersebut dengan tepat waktu.

  2 Obligasi mempunyai jatuh tempo yang telah ditentukan ketika obligasi habis masanya dan pinjaman harus dibayar penuh pada nilai nominal.

  3 Tingkat bunga kompetitif, dapat dibandingkan dengan keuntungan yang didapat investor dari tempat lain.

2.1.2.3 Jenis-jenis Obligasi

  Menurut sumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:

  1. Dilihat dari sisi penerbit: a.

  Corporate Bonds : Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Swasta.

  b.

  Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.

  c.

  Municipal Bonds: Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik.

2. Dilihat dari sistem pembayaran bunga:

  a. Zero Coupon Bonds : obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.

  b.

  Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodic sesuai dengan ketentuan penerbitnya c. Fixed Coupon Bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayar secara periodic.

  d.

  Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkt kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.

3. Dilihat dari hak penukaran opsi

  a. Convertible Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut kedalam sejumlah saham milik penerbitnya.

  b.

  Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan kedalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

  c. Callable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

  d.

  Putable Bonds: obligasi memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut 4.

  Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya

  a. Secured Bonds : obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini termasuk didalamnya adalah

  • pokoknya dijamin dengan penanggulangandari pihak ketiga

  Guaranteed Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan

  • pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas property atau asset tetap.

  Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan

  • efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya.

  Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan

  b.

  Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbit secara umum.

5. Dilihat dari segi nominal

  a. Konvensional Bonds : obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal Rp 1 Milyar per satu lot b.

  Retail Bonds: obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.

  6. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil

  a. Konvensional Bonds : obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan sistem kupon bunga.

  b.

  Syariah Bonds: obligasi yang perhitungkan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:

  • yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga

  Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi suariah pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.

  • mengguanakan akad sewa sedemikian sehingga kupon bersifat tetap dan bisa diketahui / diperhitungkansejak awal obligasi diterbitkan.

  Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang

7. Berdasarkan Peringkatnya

  a. : peringkat minimal BBB. Obligasi

  Investment grade bonds

  ini merupakan obligasi yang layak untuk dijadikan investasi dan memiliki resiko yang tidak terlalu besar.

  b.

  Non Invesment grade bonds: dengan peringkat CC atau speculative bond dan D atau Junk bond. Adalah obligasi yang memiliki peringkat dibawah investmentgrade. Junk bond merupakan obligasi yang lebih beresiko dari obligasiyang berkategori investment grade. Selain ke 6 sudut pandang mengenai Jenis-jenis Obligasi, menurut

  Sharpe, (2005:28) terdapat jenis-jenis obligasi lainnya: 1.

  Income bond, obligasi ini lebih mirip dengan preffered stock daripada obligasi.

  2. Guaranteed bond, obligasi in diterbitkanoleh satu perusahaan tetapi tidak didukung yang lainnya (perusahaan pusat/induk)

  3. Participating bond, obligasi ini pernyataan pembayaran bunga dan memberikan tambahan jika pendapatan melebihi tingkat yang dinyatakan.

  4. Voting bond, obligasi ini tidak seperti obligasi biasa, yang memnimbulkan hak suara dalam perusahaan. Obligasi ini memilki masa jatuh tempo berbeda, kadang digunakan oleh perusahaan untuk pembiayaan peralatan.

5. Convertible bond, obligasi ini dapat ditukarkan dengan saham biasa.

2.1.2.4 Resiko Investasi Obligasi

  Setiap Instrumen Investasi memiliki resiko. Resiiko secara sederhana diartikan sebagai suatu kejadian ataupun keadaan yang tidak diharapkan. Resiko sering dipandang sebagai sesuatu yang bersifat negative. Dalam dunia ekonomi resiko mengacu kapeda kemungkinan bahwa apa yang akanditerima dari suatu investasi berbeda dengan return yang diharapkan. Semakin tinggi tingkat return yang diharapkan oleh seorang investor maka akan semakin besar pula tingkat resiko yang akan ditanggungung. Sebagai Aset Bebas Beresiko apabila di dalam pengembalian obligasi terdapat selisih, maka selisih tersebut tidak akan jauh berbeda dari apa yangtelah diharapkan. Hal seperti menunjukan bahwa resiko obligasi tidaklah terlalu tinggi, namun tetap saja di dalam obligasi mengindikasikan resiko, berikut merupakan resiko yang terdapat didalam Instrumen Investasi ini menurut Rudiyanto (2012),

  1. Resiko Gagal bayar (Default risk) Resiko gagal bayar bisa didefinisikan sebagai kegagalan suatu perusahaan untuk membayar baik kupon ataupun pokok obligasinya.

  Umumnya resiko gagal bayar lebih banyak dimiliki oleh perusahaan swasta, namun kejadian gagal bayar Yunanimengingatkan kita bahwa tidak ada satupun obligasi yang aman dari resiko. Kegagalan dalam melunasi salah satu kewajiban saja bisa menyebabkan suatu perusahaan dituntut atau mengajukan kebangkrutan. Resiko ini dapat diukur dengan beberapa cara, yaitu analisa rating ataupun analisa rasio keuangan

  2. Resiko Fluktuasi Harga (Duration risk)

  Merupakan satuan resiko obligasi yang menunjukan seberapa besar perubahan harga obligasi yang disebabkan karena perubahan tingkat ekspektasi tingkat keuntungan yang diharapkan. Resiko pergerakan obligasi agak berbeda dengan resiko pergerakan saham. Perbedaan utama adalah bahwa obligasi memiliki waktu jatuh temposedangkan saham tidak. Efeknya seberapa liarpun pergerakan harga obligasi jika tidak terjadi gagal bayar, maka obligasi akan kembali ke harga nominalnya. Serugi-ruginya sebuah investasi obligasi tidak akan lebih rugi dari saham.

2.1.2.5 Penerbit Obligasi

  Penerbit obligasi ini sebenarnya sangatlah luas. Sesuai dengan jenis obligasi yang dilihat dari segi penerbitnya, terdapat tiga badan besar yang berperan sebagiai penerbit obligasi, yaitu Perusahaan Swasta, Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah.

  Di dalam Penelitian (Nicko, 2011) Peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini juga termasuk salah satu yang ketat sekali. Penggolongan penerbit obligasi biasanya terdiri atas : 1.

  Lembaga supranasional, contoh dari lembaga ini di Asia adalah Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank/ ADB) 2. Pemerintahan suatu negara menerbitkan obligasi pemerintahan dalam bentuk mata uang negaranya maupun obligasi pemeritahan dalam denominasi valuta asing yang biasa disebut dengan obligasi internasional (soverege bond) 3. Sub-sovereign, propinsi, Negara atau otoritas daerah. Di Amerika dikenal sebagai obligasi daerah (municipal bond). Di Indonesia dikenal sebagai

  Surat Utang Negara (SUN).

4. Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bond, atau agencies.

  5. Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta. Special purpose vehicle adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan khusus guna menguasai aset tertentu yang ditujukan 26 guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebut Efek Beragun Aset.

2.1.3 Peringkat Obligasi

  Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas sebuah investasi obligasi adalah Peringkat Obligasi. Peringkat obligasi ini juga merupakan salah satu informasi yang sangat dibutuhkan oleh seorang investor dan diharapkan dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasinya. Informasi Peringkat ini tentu akan mempengaruhi keputusan investasi nantinya. Sedangkan bagi emiten, peringkat ini bermanfaat untuk mengetahui struktur obligasi dan mengetahui posisi kinerjanya dibanding perusahaan lain.

  Menurut Rudiyanto (2010) Rating atau Peringkat Obligasi merupakan suatu penilaian yang terstandarisasi terhadap kemampuan suatu perusahaan atau negara dalam membayar hutang-hutangnya. Karena terstandarisasi artinya rating suatu perusahaan atau negara dapat dibandingkan dengan perusahaan atau negara lain. Menurut Moody’s salah satu pemeringkat efek di Amerika Serikat peringkat obligasi ini didesain untuk memberi investor suatu peringkat yang sederhana dengan kualitas investasi relatif suatu obligasi dapat diketahui lebih dari itu kerena disatu sisi peringkat meliputi penilaian masa depan dan di sisi lain mereka digunakan investor sebagai perlindungan, dilakukan upaya untuk memperhatikan kemungkinan terjadinya penalti terburuk di masa depan, tidak sekedar berdasar catatan masa lalu dan statusnya kini. Oleh karena itu investor dalam menggunakan peringkat seharusnya tidak hanya berharap mendapat refleksi faktor statistik saja, karena peringkat obligasimerupakan penaksiran jangka panjang panjang, termasuk pertimbangan faktor non-statistik.

  Pemeringkatan Obligasi bertujuan untuk memberikan indikasi dari kemampuan dan kemauan dari emiten untuk membayar kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo (Sari, 2004). Peringkat Obligasi ini juga menunjukan tingkat jaminan bagi investor mengenai tingkat resiko dan returns obligasi yang dimilikinya (Setiyono, 2006).

  Peringkat obligasi ini haruslah diterbitkan/dikeluarkan oleh badan resmi yang diakui oleh negara. Di Indonesia perusahaan yang mendapat izin serta menjadi market leader dalam pemberian rating adalah PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Selain itu belakangan ini juga terdapat perusahaan baru yang memiliki bidang usaha serupa yaitu Fitch Rating

  Indonesia dan ICRA. Perusahaan ini mendapat izin dari pemeritah hanya

  untuk memeringkat perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sementara rating terhadap kemampuan membayar hutang suatu negara dilakukan oleh perusahaan pemeringkat yang mendapat pengakuan internasional, seperti Standar & Poor (Rudiyanto, 2011).

  PT PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat efek yang didirikan di Jakarta pada 21 Desember 1993 melalui inisiatif BAPEPAM yang saat ini disebut dengan istilah barunya OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan Bank I ndonesia. Tugas utamanya adalah menyediakan suatu peringkat atas resiko kredit yang objektif, independen, serta dapat dipertanggungjawabkan atas penerbitan surat hutan yang diperdagangkan kepada masyarakat luas. Berikut merupakan beberapa peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh beberapa lembaga pemeringkat.

Gambar 2.1 Simbol Peringkat

  Moody’s Investor Service, Standard and Poor’s Agency dan Fitch Rating

Tabel 2.1 Peringkat Obligasi Perusahaan PEFINDO Simbol Peringkat atas perusahaan

  Obligor berperingkat idAAA merupakan peringkat tertinggi AAA yang diberikan oleh PEFINDO. Kemampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya, relative

terhadap obligor Indonesia lainnya, adalah superior

Obligor dengan peringkat idAA memiliki sedikit perbedaan

  AA+ dengan peringkat tertinggi yang diberikan, dan memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang relatif dibandingkan terhadap obligor AA Indonesia lainnya. AA-

  Obligor dengan peringkat idA memiliki kemampuan yang kuat A+ dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi

  A komitmen keuangan jangka panjangnya. Walaupun demikian, kemampuan obligor mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan obligor

  A- dengan peringkat lebih tinggi.

  Obligor dengan peringkat idBBB memiliki kemampuan yang BBB+ memadai dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi

  BBB komitmen keuangannya. Walau demikian, kemampuan obligor lebih mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan BBB- dan kondisi ekonomi.

  BB+ Obligor dengan peringkat idBB memiliki kemampuan yang sedikit lemah untuk memenuhi kewajiban keuangannya relatif dibanding obligor-obligor Indonesia lainnya. Obligor

  BB menghadapi ketidakpastian yang terus berlanjut atau

  BB- terpengaruh oleh perburukan bisnis, keuangan atau kondisi ekonomi yang dapat berakibat kepada ketidak-mampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangannya.

  Obligor dengan peringkat idB dinilai memiliki kapasitas yang B+ lemah untuk memnuhi komitmen keuangan jangka panjang

  B relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Kondisi bisnis, keuangan atau ekonomi yang kurang baik mungkin akan memperlemah kemampuan obligor dalam memenuhi komitmen

  B- keuangannya.

  Obligor dengan idCCC saat ini rentan, dan tergantung pada CCC kondisi bisnis dan keuangan yang menguntungkan untuk memenuhi komitmen keuangannya.

  D / SD Obligor dengan peringkat idD atau idSD (“Selective Default”) menandakan obligor gagal membayar satu atau lebih kewajiban finansialnya yang jatuh tempo, baik atas kewajiban yang telah diperingkat atau tidak diperingkat. Peringkat “SD” diberikan ketika PEFINDO berpendapat bahwa obligor telah gagal atas kewajiban atau sekelompok kewajiban tertentu tetapi akan terus melakukan pembayaran tepat waktu atas kewajiban lainnya. Pengecualian diberikan atas pembayaran pada tanggal jatuh tempo yang dilakukan dalam masa tenggang, atau karena situasi sengketa komersial yang layak.

  Sumber: PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia)

2.1.4 Book Tax Difference

  Berdasarkan hasil penelitian Crabtree dan Maher (2009) yang menunjukan bahwa apabila laba yang dilaporkan perusahaan menjadi objek manipulasi dan manajemen laba, maka laba perusahaan akan menunjukan persistensi laba yang rendah di masa depan, sehingga hal ini menyebabkan lembaga pemeringkat memberi peringkat obligasi yang rendah. Seperti yang kita tahu bahwa manajemen perusahaan menyajikan laporan dalam dua sudut pandang, menurut kebijakan akuntansi komersil/keuangan dan menurut kebijakan perpajakan. Book Tax Differences merupakan Perbedaan antara laba/rugi akuntansi dengan laba/rugi perpajakan atau laba fiskal. Laba/Rugi Akuntansi adalah laba rugi bersih selama satu periode sebelumdikurangi beban pajak. Sedangkan Laba/Rugi Fiskal atau Penghasilan Kena Pajak merupakan laba atau rugi selama satu periode berjalan yang dihitung berdasarkan pereturan perpajakan dan menjadi dasar penghitungan Pajak Penghasilan (PSAK 46) yang terutang dalam tahun pajak berjalan.

  Pajak Penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak kini dikenakan atas laba kena pajak entitas. Akuntansi Pajak Penghasilan seperti yang diatur dalam PSAK 46 menggunakan dasar akrual, yang mengatur perlakuan untuk pajak penghasilan yang kurang bayar atau pajak yang lebih bayar dalam tahun pajak berjalan., PSAK 46 juga mengharuskan diakuinya kewajiban dan aktiva pajak tangguhan terhadap konsekuensi pajak periode mendatang, atas transaksi atau peristiwa yang sudah diakui sebagai elemen laba akuntansi tetapi belum diakui sebagai komponen laba fiskal dan sebaliknya. Selain itu PSAK 46 juga mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak akibat,

1. Pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan entitas.

  2. transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada laporan keuangan entitas.

  Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal disebabkan karena tujuan serta tujuan hukummnya. Tujuan utama akuntansi keuangan adalah pemberian informasi keuangan kepada para manajer, pemegang saham, pemberi kredit dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, sedangkan tujuan utama sistem perpajakan adalah pemungutan pajak yang adil, terdapatnya kepastian hukum dan terjaganya penerimaan negara yang sebagian besar berasal dari pajak (Persada, 2010).

  Perbedaan antara laporan keuangan akuntansi dengan fiskal ini juga disebabkan dalam penyususnan laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam menentukan prinsip dan asumsi akuntansi dibandingkan yang diperbolehkan menurut peraturan pajak (Yuliyanti, 2005). Selain itu perbedaan tujuan yang diungkapkan diatas menyebabkan pajak menetapkan penghasilan dan biaya spesifik, sehingga laba akuntansi berbeda dengan laba fiskal. Prinsip Konservatif Akuntansi juga termasuk menjadi salah satu yang penyebab Book Tax Difference ini. Dalam akuntansi keuangan memungkinkan understatement yang pastinya akan menghasilkan perbedaan informasi dengan realita. Namun, dalam akuntansi perpajakan laporaran tidak dapat dipakai sebagai dasar menetapkan besar pajak terutang.

  Peraturan pajak di Indonesia tidak mengharuskan perusahaan untuk menyelenggarakan dua pembukuan yang terpisah dalam menghitung dalam menghitung penghasilan kene pajak. Setiap akhir tahun perusahaan hanya perlu melakukan rekonsiliasi fiskal (Persada, 2010). Rekonsiliasi fiskal ini dilakukan untuk menyesuaikan pendapatan dan beban yang tidak diperkenankan kebijakan perpajakan masuk dalam dasar pengenaan pajak atau memiliki perbedaan cara pengakuan dan pengukuran.

  Konsekuensi Perbedaan yang disebabkan oleh ketentuan atau standar yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran atau penilaian elemen- elemen laporan keuangan yang berbeda antara standar akuntansi keuangan dengan akuntansi pajak disebut sebagai Perbedaan Temporer (Temporary

  differences ). Perbedaan Temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat asset atau liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya.

  Perbedaan temporer dapat berupa: 1.

  Perbedaan temporer kena pajak- liabilitas 2. Perbedaan temporer dapat dikurangkan- aset

  Akibat dari perbedaan temporer antara laba akuntansi (kepentingan pihak eksternal) dengan laba fiskal (dasar pengenaan pajak) ini maka timbul Kewajiban/Manfaat Pajak Tangguhan.

2.1.5 Pajak Tangguhan (Deffered Taxes)

  Sebagai akibat adanya perbedaan temporer dalam laba akuntansi komersial dengan fiskal, Pajak tangguhan harus diakui. Hal ini tentu berhubungan dengan tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Adanya perbedaan dalam pelaporan laba tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan telah melakukan manajemen laba. Berdasarkan penelitian (Yulianti, 2005) ini menemukan bahwa beban pajak tangguhan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, dimana Crabtree dan Maher (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang kan melakukan manajemen laba, akan memiliki persistemsi laba yang rendah akibat laba telah menjadi objek manipulasi sehingga semakin meningkatkan resiko perusahaan tidak mampu membayar pokok dan bunga obligasi di masa depan.

  (berpengaruh terhadap rating).

  Pajak Tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer atara perpajakan dan akuntansi. Pajak Tangguhan ini dapat bersifat positif dan Negatif. Pajak Tangguhan yang Positif adalah ketika Laba Akuntansi > Laba Fiskal atau sering dikategorikan sebagi Kewajiban Pajak Tangguhan. Sedangkan Pajak Tangguhan yang bersifat Negatif adalah ketika Book Income < Taxable

  Income atau sering dikategorikan Aktiva/Manfaat Pajak Tahun. Berikut adalah ulasan mengenai Beban/Manfaat Aset Tangguhan.

2.1.5.1 Kewajiban Pajak Tangguhan

  Kewajiban Pajak Tangguhan adalah saldo akun neraca sebagai konsekuensi pajak yang ditangguhkan yang disebabkan oleh perbedaan temporer (temporary difference) antara laba keuangan sebelum pajak atau laba akuntansi yang menjadi dasar beban pajak penghasilan dengan laba kena pajak yang menjadi dasar hutang pajak penghasilan perusahaan. Pada situasi ini jumlah laba akuntansi tentu akan melebihi laba kena pajak, hal ini mengakibatkan beban pajak penghasilan lebih besar diabanding hutang pajak penghasilan. Selisih inilah yang harus dikreditkan lagi kedalam saldo kewajiban pajak tangguhan supaya jumlah antara beban dengan kewajiban balance. Dengan kata lain kewajiban pajak yang ditangguhkan menunjukkan kenaikan hutang pajak di tahun-tahun mendatang sebagai akibat dari perbedaan sementara kena pajak yang terjadi pada akhir tahun berjalan (Kieso et all, 2008).

  Perbedaan temporer merupakan perbedaan anatara dasar pajak dari suatu aktiva atau kewajiban dengan jumlah yang dilaporkan (nilai tercatat) dalam laporan keuangan , yang dapat menghasilkan jumlah kena pajak (taxable amount) atau jumlah yang dapat dikurangkan (deductible amount) di tahun tahun mendatang. Perbedaan temporer kena pajak ini timbul sebagai akibat dari (1) pemulihan suatu aktiva yang terkait dengan penghasilan atau keuntungan,yang akan dikenakan atau terutang pajakdalam periode setelah pengakuannya sebagi elemen laba rugi akuntansi, dan (2) pemulihan suatu aktiva terkait dengan biaya atau kerugian, yang dapat dikurangkan atau diakui sebagai biaya fiskal dalam periode sebelum pengakuannya sebagai delemen dalam laba rugi akuntansi. Semua perbedaan temporer kena pajak ini harus diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan. Adanya kewajiban pajak tangguhan menyebabkan jumlah laba akuntansi komersil > jumlah laba fiskal. Didalam penelitian ini keadaan dimana Laba akuntansi > Laba Fiskal disebut pajak tangguhan yang bersifat positif.

2.1.5.2 Aktiva/Manfaat Pajak Tangguhan

  Aktiva Pajak Tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai konsekuensi pajak yang ditangguhkan akibat adanya perbedaan temporer atau sementara antara laba keuangan sebelum pajak atau laba akuntansi yang menjadi dasar beban pajak penghasilan dengan laba kena pajak yang menjadi dasar hutang pajak penghasilan perusahaan yang dapat dikurangkan. Pada situasi ini laba akuntansi lebih rendah dibanding dengan laba fiskal, hal ini tentu mengakibatkan beban pajak penghasilan perusahaan menjadi lebih rendah dibanding total hutang pajak penghasilan. Selisih ini lah yang harus didebet kedalam saldo aktiva pajak tangguhan, sehingga nilai beban dan kewajiban nya balance.

  Dengan kata lain, aktiva pajak yang ditangguhkan menujukkan kenaikan pajak yang dapat diminta kembali atau dihemat di tahun- tahun mendatang sebagai akibat dari perbedaan sementara yang dapat dikurangkan yang terdapat pada akhir tahun berjalan. Lebih kecilnya laba akuntansi daripada laba fiskal mengakibatkan perusahaan dapat menunda pajak terutang tersebut pada periode mendatang (Suranggane, 2007)

  Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan timbul sebagai akibat dari: (1) pelunasan suatu kewajiban yang terkait dengan biaya atau kerugian, yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau diakui sebagai biaya fiskal dalam periode setelah pengakuannyasebagai elemen dalam laba rugi akuntansi ; dan (2) pelunasan suatu kewajiban yang terkait dengan penghasilan atau keuntungan, yang akn dikenakan atau terutang pajak dalam periode sebelum pengakuannya sebagai elemen laba akuntansi. Semua perbedaan temporer yang dapat dikurangkan (deductible temporary

  differences ) harus diakui sebagai aktiva pajak tangguhan. Adanya

  aktiva/manfaat pajak tangguhan menyebabkan jumlah laba akuntansi komersil < jumlah laba fiskal. Didalam penelitian ini keadaan dimana Laba akuntansi komersil < Laba Fiskal disebut pajak tangguhan yang bersifat negatif.

2.1.6 Rasio Laba Akuntansi per Rasio Laba Fiskal (Tax to book Ratio)

  Tax to book ratio merupakan perbandingan antara rasio Penghasilan Kena Pajak atau Laba Fiskal dengan Laba Akuntansi Komersial. Menurut Penelitian Lev and Nissim (2004) bahwa tax to book ratio mampu memprediksi pertumbuhan laba dimasa depan. Semakin besar ratio yang

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Income) dan

  ) dan Rasio Laba

  Ratios

  berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi. Rasio Laba Akuntansi dan Fiskal yang besar (Large Tax-To-Book

  Deffered Taxes)

  tidak berpengaruh signifikan, sedangkan Pajak Tangguhan Bernilai Negatif Dan Besar (Large Negative

  Positive Deffered Taxes )

  dengan Pajak Tangguhan Yang Bernilai Positif Dan Besar (Large

  Book-Tax Differences

  Variabel Kontrol:

  (Taxable Income)

  ;Laba Fiskal

  Rasio Laba akuntansi (Book

  dihasilkan, maka mengidentifikasikan laba masa depan yang tinggi, namun tidak untuk periode saat ini. Menurut Crabtee and Maher (2009), hal ini disebabkan perusahaan tidak memiliki kemampuan dalam perencanaan pajak untuk meminimalkan pajak yang harus dibayarnya. Semakin kecil rasio yang dihasilkan, maka mengidentifikasikan laba masa depan lebih rendah dibandingkan tahun periode berjalan. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan telah mengalokasikan dan merencanakan permasalahan pajak yang harus dibayarnya.

  (Deffered Tax)

  Yang diproksikan ke dalam variabel: Pajak Tangguhan

  

Book-Tax

Defference

  Variabel Dependen: Peringkat Obligasi (RATING) Variabel Independen:

  Terhadap Peringkat Obligasi Di Indonesia”

  Book-Tax Differences

  “Pengaruh

  1 Vina Christina, Yulianti Abbas, Christine Tjen (2010)

  Judul Variabel Kesimpulan

  No Penulis (Tahun)

Tabel 2.2 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian:

  • Ukuran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
  • Solvabilitas -Profitabiitas
  • Resiko Perusahaan -Arus Kas Operasi - Total Akrual - Aset Tetap -Jenis Industri Akuntansi dan Fiskal yang kecil (Small Tax-

  Perusahaan

  

Subordinate

bonds Firm size

Profitability

Solvability

Risk Operating cash flow R&D Expense Descretionary accrual PPE

FOREIGN

FFI-43 YEAR 94-2004 Book-Tax Differences

  Variabel Dependen: Peringkat Obligasi Variabel Independen:

  “Pengaruh Pajak Tangguhan Dan Rasio Pajak Terhadap

  3 Fathony Aziz Hadimukti (2012)

  Rating

  berpengaruh negatif dan signifikan dengan Bond

  Tax-to-book Ratio

  berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi (Bond Rating)

  Variabel Kontrol:

  To-Book Ratios ) tidak

  Deffered Tax Expense Ratio of Taxable Income to Book Income

  ” Variabel Dependen: Bond Rating Variabel Independen:

  Influence of Differences in Taxable Income and Book Income on the Bond Credit Market

  “The

  2 Aaron Crabtree dan John J Maher (2009)

  menghasilkan peningkatan peringkat obligasi perusahaan tersebut

  to-book ratios dan small tax-to-book ratios akan

  berpengaruh signifikan terhadap RATING , artinya sampel obligasi perusahaan-perusahaan yang memiliki large tax-

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pajak tangguhan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Peringkat

  • – Tax Income Difference (PΔBTD) dan The Change Of Negative Book – Tax Income Difference (NΔBTD)
  • – August 2010)

  Variable, Earning Per Share, Loss, Operating Cash Flow, Leverage, Book To Market Ratio and Other Types Of

Industrial

Companies

  Variabel Dependen: Rating Sukuk

  “Pengaruh Pajak Tangguhan

  5 Fitantri Ambar Rini dan Asrori

  Cha nges (ΔRATING)

  tidak berpengaruh signifikan terhadap variable Independen Bond Rating

  Change of Positive Positive Book

  Penelitian ini membuktikan bahwa Variabel independen

  Variabel Kontrol: Firm Size,

  Peringkat Obligasi Di Indonesia”

  Positive Earning

Difference

(Change of Positive Book Tax

Difference)

Negative Earning

Difference

(Change of Negative Book Tax Difference)

  Variabel independen:

  Rating Changes

(ΔRATING)

  Variabel Dependen: Bond

  “The Effect of Changes in Book-Tax Income Difference on Bond Rating Changes” (Empirical Study of Go Public Companies in Indonesia for the Period of 2003

  4 Puspita Riani & Christine (2012)

  Pajak Tangguhan Rasio Pajak Variabel Kontrol: Ukuran Perusahaan Debt ratio Jumlah obligasi Arus kas operasi Aset Tetap Jenis Industri Tahun Laporan Keuangan obligasi. Rasio Pajak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Peringkat obligasi. Dan kedua variabel independen tidak memiliki pengaruh signifikan. Penelitian ini mengimplikasikan bahwa pajak tangguhan dan rasio pajak dapat menjadi indikator untuk menilai peringkat obligasi pada PT PEFINDO.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak tangguhan

  (2014) dan Tax to Variabel (LPOSDefTax dan Independen: ) pada

  Book Ratio (LNEGDefTax

  terhadap Pajak Tangguhan Model I berpengaruh Rating dengan proksi signifikan terhadap LPOSDef Tax rating sukuk. Sukuk” dan

  LNEGDefTax Sementara Tax To Book

  Tax to Book Ratio Ratio (Largetb dan

  dengan proksi SmallTB) pada Model II

  LargeTB dan tidak berpengaruh SmallTB signifikan terhadap

  Variabel Kontrol: rating sukuk. Ukuran Perusahaan Rasio Utang BETA Perusahaan Akrual Perusahaan Jenis Industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kerangka Teoritis

2.1.3 Teori Pensinyalan (Signalling Theory)

  Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori Sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memeberikansinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.

  Menurut Jama’an (2008) Signalling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini dapat berupa informasi mengenai apa saja yang sudah dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam merealisasikan keinginan para investor atau para pemilik perusahaan.

  Teori Sinyal dilakukan manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui Laporan Keuangan dan menunjukan bahwa mereka telah menerapkan kebijakan akuntansi yang konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tidakan membesar-besarkan laba atau yang sering kita sebut dengan istilah Manajemen Laba dan menyajikan laba serta aktiva yang tidak overstate

  Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut sebenarnya bertujuan untuk mengurang asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dn prospek dimasa mendatang dibanding dengan pihak eksternal perusahaan.

  

Signalling Theory ini juga dapat membantu agent, principal dan pihak luar

  perusahaan mengurang asimetri informasi ini dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak agent, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bersifat lebih independen dan bebas memberikan pendapat mengenai laporan keuangan (Jama’an, 2008)

  Untuk itu Teori Sinyal (Signalling Theory) ini diharapkan dapat diterapkan oleh pihak manajemen perusahaan penerbit obligasi dengan memberkan sinyal berupa informasi mengenai kualitas atau kondisi obligasi, besaran potensi resiko obligasi tersebut gagal bayar dan prospek income yang didapatkan investor setelah berinvestasi dalam obligasi tersebut. Salah satu sinyal tersebut ditunjukan dengan peringkat obligasi.

  Investor maupun Kreditor dapat mengetahui kondisi Perusahaan tersebut dan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang-utang yang dimiliki.

  Dengan demikian Investor dapat meminimalisir resiko dalam investasinya.

2.1.4 Obligasi

  Obligasi direpresentasikan sebagai janji untuk membayar sejumlah uang pada waktu jatuh tempo, ditambah dengan tingkat bunga periodik tertentu berdasarkan nilai obligasi (Kieso et al., 2005:239). Sedangakan

  Pengertian Obligasi menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Berbeda dengan instrument investasi lainnya, contohnya Saham. Kepemilikan Saham menandakan pemilikan dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham, sedangkan kepemilikan obligasi menunjukan utang dari suatu perusahaan (atau negara) sehingga pemilik obligasi disebut sebagai kreditor. Dengan berinvestasi dalam obligasi, berarti investor mealakukan investasi kedalam salah satu efek pendapatan tetap yang bertujuan memberikan tingkat pertumbuhan nilai investasi yang relative stabil.

2.1.4.1 Manfaat Obligasi

  Sebagai sebuah instrument investasi, obligasi tentu memilki beberapa manfaat yang didapatkan oleh investor, antara lain:

  9 Memberikan tingkat pendapatan tetap yang berupa kupon yield.

  10 Berpotensi memperoleh keuntungan atas penjualan obligasi (capital gain). Capital Gain ini diperoleh jika investor membeli obligasi dengan harga diskon, kemudian pada saat jatuh tempo investor akan memperoleh pembayaran senilai dengan harga nilai nominalnya.

  11 Berpotensi memperoleh bunga yang dibayar secara regular hingga jatuh tempo dan telah ditetapkan dalam persentase dari nilai nominal.

  12 Untuk obligasi negara, kupon dan pokok investasi dijamin oleh undang-undang

  13 Dapat diperdagangkan di pasar sekunder

  14 Alternative investasi yang memiliki tingkat hasil relative tinggi dibandingkan deposito pada umumnya

  15 Ada Hak klaim pertama artinya jika emiten bangkrut atau dilikuidasi, pemegang obligasi sebagai kreditor memiliki hak klaim pertama atas aktiva perusahaan.

  16 Adanya Obligasi Konversi, artinya investor bisa mengubah obligasi menjadi sahan dengan harga yang ditetapkan, kemudian memiliki hak untuk mendapatkan manfaat atas saham.

2.1.4.2 Karakteristik Obligasi

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofiller Setelah Pengaplikasian Bahan Pemutih Gigi Karbamid Peroksida 10% dan 35%

0 0 14

Pengaruh Laju Aliran Saliva terhadap Kondisi Periodontal pada Penderita Gangguan Jiwa yang Mengkonsumsi Obat-Obatan Antipsikosis di Rumah Sakit Tuntungan

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa 2.1.1 Definisi - Pengaruh Laju Aliran Saliva terhadap Kondisi Periodontal pada Penderita Gangguan Jiwa yang Mengkonsumsi Obat-Obatan Antipsikosis di Rumah Sakit Tuntungan

0 1 12

Pengaruh Stres Terhadap Pola Makan Mahasiswa Tingkat Akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU)

0 0 40

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Pengertian Stres - Pengaruh Stres Terhadap Pola Makan Mahasiswa Tingkat Akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU)

0 0 12

Pengaruh Stres Terhadap Pola Makan Mahasiswa Tingkat Akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU)

1 1 12

Pengaruh Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI 2011-2013

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI 2011-2013

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI 2011-2013

0 0 8

Analisis Pengaruh Book Tax Differences Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Kontrol Pada Emiten Indeks KOMPAS100 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 34