KONSTRUKSI PERAN POLITIK PEREMPUAN DI MEDIA

KONSTRUKSI PERAN POLITIK PEREMPUAN DI MEDIA

Nur Kholisoh

Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana - Jakarta, Indonesia nur.kholisoh@mercubuana.ac.id & kholisoh.nur@gmail.com

Abstrak

Media memiliki peran penting dalam membangun realitas sosial, salah satunya adalah realitas perempuan. Pa- triarki yang telah menjadi arus utama dalam kehidupan sosial dan budaya di masyarakat, sadar atau tidak, telah menciptakan infrastruktur peradaban manusia menjadi ‘berjenis kelamin’ laki-laki, termasuk dalam kehidupan politik. Politik sering diidentifikasi sebagai ‘dunia laki-laki’ yang kejam dan keras, dan dianggap tidak cocok un- tuk perempuan yang identik dengan kelembutan, sehingga kehadiran perempuan sering diremehkan dalam dunia politik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi peran politik perempuan di media. Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruksi realitas sosial yang dikemukakan oleh Berger dan Luck- mann. Mereka mengatakan bahwa realitas sosial terdiri dari tiga jenis, yaitu realitas subjektif, realitas objektif dan realitas simbolik. Sementara itu, Shoemaker dan Reese menyebutkan dua konsep utama dalam melihat refleksi realitas di media, yaitu konsep media aktif dan konsep media pasif. Penelitian ini menggunakan paradigma kon- struktivisme dengan teknik analisis data menggunakan metode analisis framing dari Gamson dan Modigliani. Ada dua cara bagaimana ide sentral diterjemahkan ke dalam teks berita, yang pertama adalah framing perangkat dan kedua penalaran perangkat. Unit analisis dalam penelitian ini adalah teks berita tentang peran politik perem- puan di majalah FEMINA edisi Maret 2014 sampai Mei 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa framingyang dilakukan oleh majalah FEMINA telah mengkonstruksi perempuan sebagai individu yang tidak hanya memiliki kecantikan fisik, tetapi juga intelektual dan mampu berperan aktif dalam politik. Selain itu, untuk memperkuat konstruksi yang dilakukan, majalah FEMINA juga melengkapi tulisan-tulisannya dengan penalaran perangkat yang sangat menarik serta menyoroti prestasi perempuan dalam politik tanpa melupakan kodrat mereka sebagai perempuan yang memiliki kewajiban terhadap keluarga, baik sebagai istri dan ibu dari anak-anak mereka.

Kata kunci: media massa, peran politik perempuan, dan pembangunan realitas sosial

Abstract

The media has an important role in constructing social reality, one of which is the reality of women. Patriarchy that has become a mainstream in social and cultural life in the community, consciously or not, has created the infrastructure of human civilization into ‘male’, including in political life. Politics is often identified as a ‘man’s world’ who are cruel and hard, and considered not suitable for women who are identical with tenderness, so that the presence of women is often underestimated in the world of politics. This study aims to determine the construction of the political role of women in the media. The theoretical basis used in this study is the construction of social reality theory proposed by Berger and Luckmann. They said that social reality consists of three kinds,

i.e. subjective reality, objective reality and symbolic reality. Shoemaker and Reese mentions two main concepts in seeing the reflection of reality in the media, namely the concept of active media and the concept of passive media. This study uses the constructivism paradigm with data analysis techniques using framing analysis method from Gamson and Modigliani. There are two sets of how the central idea is translated into news text. The first is framing devices and secondly is reasoning devices. The units of analysis in this study are the news texts about the political role of women in FEMINA magazine edition March 2014 until May 2014. The results show that the framing done by FEMINA magazine in Indonesia has been constructing women as individuals who not only have physical beauty, but also intellectual and able to play an active role in politics. In addition, to strengthen the construction done, FEMINA magazine also complements their writings with the framing and reasoning devices

Nur Kholisoh, KONSTRUKSI PERAN POLITIK PEREMPUAN DI MEDIA

which are very interesting and do highlight the achievements of women in politics without forgetting their natures as a woman who has obligations to their family, both as wife and mother of their children.

Keywords: mass media, the political role of women, and the construction of social reality anusia secara aktif dan kreatif majalah FEMINA dimotori atau dipimpin oleh kaum

kognitifnya. Dalam proses sosial, setiap manusia M fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah

mengembangkan dirinya melalui respon- perempuan dan sebagian besar dari para pekerja media respon terhadap stimuli dalam dunia yang ada di dalamnya adalah perempuan. Adapun

dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif : Bagaimana pembingkaian yang dilakukan oleh bebas di dalam dunia sosialnya. Berbagai realitas yang Majalah FEMINAdalam mengkonstruksi peran politik ada di tengah masyarakat telah membentuk suatu perempuan di Indonesia ? realitas sosial yang mempengaruhi kehidupan manusia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya yang ada di dalamnya. Salah satu diantaranya adalah studi dan penelitian ilmu komunikasi, khususnya realitas tentang perempuan yang dikonstruksi oleh penelitian tentang peran politik perempuan di media. media.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan Patriarkisme yang selama ini menjadi meanstream sumbangsih yang berharga di bidang metodologi, dalam kehidupan sosial budaya di masyarakat, disadari terutama untuk penelitian yang menggunakan analisis atau tidak, telah menciptakan infrastruktur peradaban framing yang bersifat kualitatif dengan paradigma manusia menjadi ‘berjenis kelamin’ – laki-laki. Hal ini konstruktivis. juga terjadi dalam ranah politik yang seringkali dianggap

sebagai ‘dunianya’ laki-laki. Dunia politik diidentikkan Komunikasi Massa dan Media Massa

sebagai dunia yang kejam dan penuh dengan intrik, Komunikasi massa menurut Gerbner (Rakhmat, sehingga tidak sesuai bagi kaum perempuan yang 2009:188) adalah produksi dan distribusi yang dipersepsi sebagai makhluk yang lembut dan lemah.

berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan

Salah satu persoalan yang saat ini menjadi yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang perhatian banyak pihak adalah perlakuan tidak dalam masyarakat industri. Media massa merupakan proporsional yang diterima atau dialami oleh kaum sarana penyampaian informasi dalam komunikasi massa perempuan. Keberadaan kaum perempuan yang baik melalui media cetak maupun elektronikMedia kurang diperhitungkan, juga karena adanya stereotip massa telah menjadi sumber yang dominan tidak didalam masyarakat yang memposisikan perempuan saja bagi individu tetapi juga bagi masyarakat dalam sebagai kaum yang termarginalkan. Media jarang memperoleh gambaran dan citra realitas sosial. sekali menampilkan perempuan sebagai individu atau Melalui isi media, peristiwa-peristiwa yang terjadi di pribadi yang terlibat secara signifikan, terutama dalam dunia direfleksikan. Shoemaker dan Reese (1996:33) perannya di ranah publik, termasuk di dunia politik.

menyebutkan dua konsep utama dalam melihat refleksi Sesungguhnya media tidak sekedar menjadi cermin realitas media, yaitu konsep media secara aktif yang (suatu realitas sosial), akan tetapi juga turut membentuk memandang media sebagai partisipan yang turut realitas tersebut. Media massa memiliki andil yang mengkonstruksi pesan sehingga muncul pandangan besar dalam pembentukan sikap dan perilaku yang bahwa tidak ada realitas sesungguhnya dalam media menentukan eksistensi perempuan di dalam masyarakat, dan konsep media secara pasif yang memandang media termasuk perannya di ranah politik. Hal inilah yang hanya sebagai saluran yang menyalurkan pesan-pesan kemudian menjadi menarik untuk dikaji dalam sebuah sesungguhnya, dalam hal ini media berfungsi sebagai penelitian tentang konstruksi realitas perempuan dalam sarana netral yang menampilkan suatu realitas apa media.

adanya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk Ciri utama dari media massa adalah bahwa mereka melakukan penelitian tentang konstruksi peran dirancang untuk menjangkau banyak orang (McQuail, politik perempuan di majalah FEMINA. Hal ini 2011:61). Khalayak potensial dipandang sebagai didasarkan pada pertimbangan bahwa Femina adalah sekumpulan besar dari konsumen yang kurang lebih majalahperempuan yang berasal dari Indonesia yang anonim, dan hubungan antara pengirim dan penerima pertama kali diterbitkan pada tahun 1970. Selain dipengaruhi olehnya. ‘Pengirim’ seringkali merupakan itu, kompisisi jajaran pimpinan redaksi yang ada di lembaga itu sendiri atau seorang komunikator

WACANA Volume XIV No. 4. November 2015, Hlm. 297 - 400

profesional, seperti jurnalis dan presenter, yang diluar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai dipekerjakan oleh lembaga tersebut. Pengirim kenyataan. Realitas simbolik merupakan ekspresi pesan biasanya memiliki kekuasaan, kehormatan, simbolik dari realitas objektif dalam berbagai bentuk. dan keahlian yang lebih besar daripada penerima. Sementara itu, realitas subjektif adalah realitas yang Hubungan ini biasanya tidak hanya asimetris, tetapi terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas juga tujuannya sudah diperhitungkan dan manipulatif objektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses termasuk isi pesan yang disampaikan oleh media. internalisasi Pesan media merupakan produk kerja dengan nilai

Menurut Berger, realitas tidak dibentuk secara tukar di pasar media dan nilai guna bagi penerimanya, ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan yaitu para konsumen media. Pada intinya, telah terjadi (Eriyanto, 2002: 15). Tetapi sebaliknya, realitas perubahan yang cukup mendasar, dimana media massa dibentuk dan dikonstruksi. Berdasarkan pemahaman telah menjadi sebuah komoditas dan tidak seperti ini, maka realitas berwajah ganda atau plural. Setiap bentuk lain dari konten simbolis komunikasi manusia. orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda

Para ahli teori sosial di akhir abad ke-19 dan awal atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai abad ke-20 sangat sadar akan ‘perubahan besar’ yang pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu dan terjadi, ketika aktivitas sosial yang bersifat kolektif lingkungan pergaulan sosial atau status sosial dan tradisional mengalami perubahan sedikit demi tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan sedikit dan digantikan oleh aktivitas kehidupan yang konstruksinya masing-masing. lebih cepat dan modern dalam skala yang lebih besar

Masyarakat merupakan realitas objektif. Pada dan massif. Pada umumnya, topik penelitian sosiologi dasarnya masyarakat itu tercipta (sebagai realitas di Eropa dan Amerika Utara pada saat itu membahas objektif) karena adanya berbagai individu yang mengenai kesadaran diri kolektif atas masalah-masalah mengeksternalisasikan diri (mengungkapkan yang timbul karena perubahan dari skala yang kecil subjektivitas) masing-masing dalam wujud aktivitas. menjadi skala yang besar dan dari masyarakat rural Realiatas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran yang berpusat di pedesaan menuju masyarakat urban individu baik dalam maupun di luar realitas tersebut. di perkotaan.

Realitas sosial itu memiliki makna ketika realitas sosial

Meskipun perubahan fundamental terjadi dalam dikonstruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh bidang sosial dan ekonomi, namun perubahan tersebut individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara memungkinkan untuk menunjuk media massa, baik objektif. Jadi individu mengonstruksi realitas sosial, cetak maupun elektronik, sebagai kontributor potensial dan merekonstruksikannya dalam dunia realitas, serta terhadap turunnya nilai-nilai moral dan budaya memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas masyarakat. Sesungguhnya, keyakinan terhadap individu lain dalam institusi sosialnya. kekuatan media massa ini berawal dari penelitian

Dalam realitas subjektif, realitas tersebut menyangkut tentang dampak media yang besar, terutama yang makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu berkaitan dengan pers (surat kabar) yang baru dan dengan objek. Setiap individu mempunyai latar populer. Hubungan antara media massa populer dengan belakang sejarah, pengetahuan, status sosial ekonomi, integrasi sosial seringkali dinilai sebagai hal yang dan lingkungan yang berbeda-beda, yang bisa akan negatif (rendahnya nilai moral) dan individualistik menghasilkan pemaknaan yang berbeda pula ketika (hilangnya nilai-nilai kolektif), tetapi kontribusi positif melihat dan berhadapan dengan objek tertentu. terhadap kohesi dan komunitas juga diharapkan dari Sebaliknya, realitas juga memiliki dimensi objektif, bentuk komunikasi modern. Media massa merupakan yaitu sesuatu yang dialami, bersifat eksternal, dan kekuatan potensial bagi kohesi jenis baru yang mampu berada di luar realitas itu sendiri. menghubungkan individu-individu yang tersebar ke

Berger dan Luckmann (1990:61) mengatakan institusi dalam pengalaman bersama di tingkat nasional, kota, mayarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah dan lokal.

melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara

Konstruksi Realitas Sosial

objektif, pada kenyataan semuanya dibangun dalam Berger dan Luckmann (Subiakto, 1997:93) definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektifvitas mengatakan bahwa realitas sosial terdiri dari tiga baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang macam, yaitu realitas subjektif, realitas objektif dan yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi realitas simbolik. Realitas objektif adalah realitas yang subjektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam

Nur Kholisoh, KONSTRUKSI PERAN POLITIK PEREMPUAN DI MEDIA

makna simbolik yang universal, yaitu pandangan Hakikat Bahasa dan Makna

hidupnya menyeluruh, yang memberi legitimasi dan Dalam menyajikan suatu realitas sosial, media mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna memiliki ‘bahasa’ tersendiri yang terdiri atas seperangkat pada berbagai bidang kehidupan.

tanda dan tidak pernah membawa makna tunggal Jadi sebenarnya yang dimaksudkan oleh Berger di dalamnya. Media juga sangat dipengaruhi oleh dan Luckmann (1990:61) adalah telah terjadi lingkungan sekitarnya, termasuk kecenderungan opini dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan ideologi yang berkembang dimasyarakat. DeFleur dan masyarakat menciptakan individu. Dialektika ini dan Rokeach (1989:265-269) menyatakan bahwa terjadi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk membangun internalisasi, yang berlangsung di dalam kehidupan konseptualisasi sebuah peristiwa atau keadaan oleh masyarakat secara simultan dengan cara membentuk seseorang merupakan usaha untuk mengkonstruksi pengetahuan masyarakat.

realitas, demikian pula halnya dengan upaya para Sementara itu, George Herbert Mead melihat pikiran pekerja media ketika berusaha untuk menampilkan (mind) dan kedirian (self) menjadi bagian dari perilaku suatu realitas tertentu dalam medianya. Unsur utama manusia, yaitu sebagai bagian dari interaksinya dengan dan penting yang dipakai dalam konstruksi realitas masyarakat (society). Oleh karena itu, mind dan self adalah bahasa, baik bahasa verbal (kata-kata tertulis berasal dari society atau dari proses-proses interaksi atau lisan) maupun bahasa non verbal, seperti gambar, (Bertens dan Nugroho, 1990:222). Berbeda dengan foto, gerak-gerik, angka dan tabel. John Dewey, Mead secara konsekuen kebih menyoroti

Bahasa bukanlah sesuatu yang netral, tetapi corak sosial dari pikiran (mind). Berpikir adalah mengandung makna. Bahasa merupakan alat untuk interaksi oleh ‘diri’ orang yang bersangkutan dengan merepresentasikan realitas, melalui pilihan kata-kata orang lain. Tidak ada pikiran yang timbul dapat lepas dan cara penyajiannya. Bahasa juga dapat menciptakan bebas dari suatu situasi sosial. ‘Diri saya’ mengatur di realitas dan menentukan corak dari realitas yang dalam kepala reaksi-reaksi atas gerak orang lain dengan ditampilkannya, sekaligus menentukan makna yang sedemikian rupa, sehingga reaksi-reaksi itu cocok dan muncul darinya. Bahasa dapat memberikan aksen sesuai dengan gerak yang ditujukan kepada ‘saya’. tertentu terhadap suatu peristiwa atau tindakan tertentu Oleh karena itu, berpikir dapat dipahami sebagai hasil dengan cara mempertajam, memperlembut atau internalisasi dari proses interaksi dengan orang lain.

mengaburkan suatu peristiwa.

Sebelum bertindak, manusia mengenakan arti-arti Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada tertentu kepada dunianya sesuai dengan skema-skema manusia. Manusia menggunakan kata-kata untuk interpretasi yang telah disampaikan kepadanya melalui mendekati makna yang ingin dikomunikasikan. Tetapi, proses-proses sosial. Perilaku sendiri maupun perilaku kata-kata itu tidak dengan sempurna dan lengkap orang lain senantiasa disesuaikan dan diserasikan menggambarkan makna yang dimaksudkan.Makna dengan arti-arti tertentu. Berbeda dengan reaksi binatang ”kata” dalam komunikasi pergaulan sosial ditentukan yang bersifat instingtif dan langsung, maka perilaku oleh hasil dari tawar menawar yang tanpa henti. Dalam manusia diawali dengan proses-proses pengertian dan situasi tawar menawar inilah berbagai peristiwa dapat penafsiran, sehingga bersifat tidak langsung.

saja terjadi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai Dalam pandangan konstruksionis media bukan hal, mulai dari konteks, tekanan kata, sampai dengan sebagai saluran yang bebas atau netral, tetapi sebagai air muka dan gerak tubuh. Semakin sebuah komunitas subjek yang mengkonstruksi realitas, di mana para bersifat multi-bahasa, maka akan semakin tinggi peran pekerja media yang terlibat di dalam produksi pesan yang harus dimainkan oleh mekanisme ini. juga melibatkan pandangan dan keberpihakannya. Semua ahli komunikasi, seperti dikutip oleh Oleh karena itu, media massa memiliki ‘realitas’- Jalaluddin Rakhmat (1996), sepakat bahwa makna kata yang disebut sebagai realitas media yang berbeda dari sangat subjektif. Word don’t mean, people mean. Bagi realitas yang sebenarnya, walaupun realitas media kebanyakan orang, untuk memahami kata-kata tertentu diproduksi sepenuhnya berdasarkan realitas empiris. yang dirasa sulit, dapat mencari dikamus, sebab didalam Suatu peristiwa yang dijadikan berita oleh pekerja kamus terdapat makna yang disebut makna leksikal. media kemudian diedit, dikemas dan dijadikan jalinan Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali orang sulit cerita baru, dan tidak tertutup kemungkinan ditulis atau untuk menerapkan makna yang terdapat dalam kamus, disajikan untuk mendukung suatu kepentingan atau sebab makna sebuah kata sering bergeser jika berada menghindari tekanan suatu kekuasaan.

dalam satuan kalimat. Artinya, setiap kata kadang- kadang mempunyai makna yang luas.

WACANA Volume XIV No. 4. November 2015, Hlm. 297 - 400

Ada tiga hal yang dijelaskan oleh para pilsuf dan linguis seperti yang ditulis Edelman, seringkali terjadi sehubungan dengan usaha untuk menjelaskan istilah kesalahan dalam kategorisasi. Kata atau kategorisasi makna. Ketiga hal itu, adalah: pertama, menjelaskan yang keluar bukanlah menggambarkan realitas, makna secara alamiah; kedua, mendeskripsikan melainkan lebih menunjukan pada apa dan siapa yang kalimat secara alamiah; dan ketiga, menjelaskan makna diuntungkan dan siapa yang dirugikan.Edelman yakin, dalam proses komunikasi.

khalayak hidup dalam dunia citra. Bahasa politik yang dipakai dan dikomunikasikan kepada khalayak

Analisis Framing

lewat media memengaruhi pandangan khalayak dalam Analisis framing adalah salah satu analisis wacana memandang realitas. Kata-kata tertentu memengaruhi yang digunakan untuk mengetahui bagaimana media bagaimana realitas atau seseorang dicitrakan dan pada melakukan proses seleksi terhadap realitas yang ingin akhirnya membentuk pendapat umum mengenai suatu ditampilkannya. Proses seleksi tersebut berkaitan peristiwa atau masalah dengan bagaimana media menempatkan isu-isu Robert N. Entman (1993:52) dalam Nugroho dkk tertentu lebih menonjol dibandingkan dengan isu-isu (2000:20) mendefinisikan framing sebagai seleksi dari yang lain. Penonjolan aspek-aspek tertentu dari isu berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat berkaitan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks dari suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek tersebut komunikasi, dalam banyak hal itu berarti menyajikan ditulis. Hal ini sangta berkaitan dengan pamakaian secara khusus definisi tentang suatu masalah, interpretasi diksi atau kata, kalimat, gambar atau foto, dan citra sebab akibat, evaluasi moral, dan tawaran penyelesaian tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.Dalam sebagaimana masalah itu digambarkan.Dua dimensi praktiknya, analisis framing banyak digunakan untuk besar yang ditekankan Entman dalam framing adalah melihat frame surat kabar, sehingga dapat dilihat seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek bahwa masing-masing surat kabar sebenarnya meiliki dari suatu realitas. Penonjolan adalah proses membuat kebijakan politis tersendiri.

informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, atau Analisis framing memiliki banyak model, antara lain lebih diingat oleh khalayak. Lebih lanjut dikatakan model Murray Edelman, Robert N. Etman, William bahwa ralitas yang disajikan secara menonjol atau

A. Gamson maupun Zhongdang Pan dan Gerald M. mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk Kosicki. Murray Edelman adalah ahli komunikasi yang diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam banyak menulis mengenai bahasa dan simbol politik memahami suatu realitas (Entman, 1993:53, dalam dalam komunikasi. Edelman mensejajarkan framing Nugroho dkk, 2001:21-22). sebagai kategorisasi: pemakaian perspektif tertentu Sementara itu, menurut Eriyanto (2002:3) analisis dengan pemakaian kata-kata yang tertentu pula dapat framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami. analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, Kategorisasi itu merupakan kekuatan yang besar dalam aktor, kelompok) dibingkai oleh media. Pembingkaian memengaruhi pikiran dan kesadaran publik. Dalam tersebut merupakan hasil dari proses konstruksi. Dalam memengaruhi kesadaran publik, kategorisasi lebih hal ini, realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan halus dibanding propaganda. Kategorisasi merupakan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentukan salah satu gagasan utama dari Edelman yang dapat tertentu. Hasilnya, pemberitaan media massa pada sisi mengarahkan pandangan khalayak akan suatu isu dan tertentu atau hasil dari wawancara dengan orang-orang membentuk pengertian mereka akan suatu isu. Untuk tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari itu, dalam melihat suatu peristiwa, elemen paing teknis jurnalistik, tetapi juga menandakan bagaimana penting adalah bagaimana orang membuat kategorisasi suatu peristiwa dimaknai dan ditampilkan. atas peristiwa.

Pusat perhatian dari analisis framing adalah Kategorisasi pada dasarnya adalah upaya membuat pemahaman dan pemaknaan realitas yang dilakukan klasifikasi dan menyederhanakan realitas dan dunia yang oleh media. Framing digunakan untuk melihat kompleks menjadi sederhana, mengerucut, dan dapat bagaimana aspek tertentu ditonjolkan atau ditekankan dipahami dengan mudah. Dunia yang diabstraksikan oleh media. Penonjolan atau penekanan pada aspek adalah dunia yang kompleks dan seringkali tertentu dari realitas tersebut haruslah dicermati lebih membingungkan. Itu semua coba disederhanakan jauh, karena hal ini akan membuat (hanya) bagian dengan kategorisasi tertentu yang menolong seseorang tertentu saja yang lebih bermakna dalam pikiran untuk mengerti dan memahami dunia tersebut. Disini, khalayak, sedangkan hal lainnya terabaikan. Ini akan

Nur Kholisoh, KONSTRUKSI PERAN POLITIK PEREMPUAN DI MEDIA

berakibat pada terlupakannya aspek lain yang bisa jadi pendefinisian yang berkaitan dengan masalah sosial jauh lebih berarti dan penting dalam menggambarkan hanya dapat diselesaikan oleh tindakan kolektif. Frame sebuah realitas.

konsensus ini mengkonstruksi perasaan dan identifikasi Adapun analisis framing yang diperkenalkan oleh dari individu untuk bertindak secara kolektif. Ketiga, Pan dan Kosicki melihat bagaimana wacana publik Collective action frame. Proses pendefinisian yang tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksi dan berkaitan dengan kenapa dibutuhkan tindakan kolektif,

dinegosiasikan. Dalam hal ini framing didefinisikan dan tindakan kolektif apa yang harusnya dilakukan. sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, Frame ini mengikat perasaan kolektif khalayak agar menempatkan informasi lebih daripada yang lain bisa terlibat secara bersama-sama dalam protes atau sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. gerakan sosial. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari

framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam Paradigma Penelitian

konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini menekankan pada bagaimana seseorang memproses adalah paradigma konstruktivis, yaitu paradigma informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan penelitian yang secara ontologis, menurut Denzin dan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang Lincoln (1994:99), melihat suatu realitas sebagai suatu mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan konstruksi sosial, di mana kebanaran suatu realitas dalam skema tertentu. Framing di sini dilihat sebagai bersifat relatif, berlaku sesuai dengan konteks spesifik penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. atau khusus dan menempatkan elemen tertentu dari

Penelitian ini melihat teks yang ditulis oleh majalah suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam FEMINA tentang peran politik perempuan di Indonesia kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari merupakan suatu konstruksi sosial yang dilakukan oleh suatu isu/peristiwa tersebut menjadi lebih pentingdalam majalah FEMINA terhadap realitas peran perempuan mempengaruhi pertimbangan dalam membuat di ranah politik. Realitas sosial tersebut terkait keputusan tentang realitas. Kedua, konsepsi sosiologis. dengan permasalah dan tantangan yang dihadapi oleh Pandangan ini lebih melihat bagaimana konsturksi perempuan dalam aktivitas politik yang dijalaninya, sosial atas realitas. Frame di sini dipahami sebagai kesiapan dan tindakan apa yang dilakukan oleh proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, perempuan dalam mengatasinya serta kemampuan mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman yang dimiliki perempuan dalam menjalankan perannya sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar sebagai tokoh politik. dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas

menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti Jenis Penelitian

karena sudah dilabeli dengan label tertentu (Eriyanto, Penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif, 2002:253)

yaitu suatu penelitian yang bermaksud untuk William Gamson merupakan salah satu ahli yang memahami dan mendeskripsikan realitas yang diteliti paling banyak menulis tentang framing. Konsep dengan pendekatan menyeluruh dan tidak melakukan framing yang dikemukakannya didasarkan pada pengukuran terhadap realitas. Menurut Denzin dan pendekatan konstruksionis yang melihat representasi Lincoln (1994:4), istilah kualitatif merujuk pada suatu media. Studi awal Gamson mengenai framing, pertama penekanan pada proses-proses dan makna-makna yang kali juga berkaitan dengan studi mengenai gerakan tidak diuji atau diukur secara ketat dari segi kuantitas sosial. Menurutnya, keberhasilan dari gerakan sosial atau jumlah, intensitas ataupun frekuensi. terletak pada bagaimana peristiwa dibingkai sehingga

Pemilihan metode kualitatif juga didasarkan pada menimbulkan tindakan kolektif. Untuk memunculkan pemahaman bahwa metode ini diyakini akan lebih dapat tindakan kolektif tersebut, dibutuhkan penafsiran dan memberikan gambaran yang komperhensif berkenaan pemaknaan simbol yang bisa diterima secara kolektif. dengan penelitian yang dilakukan, yaitu teks-teks yan

Menurut Gamson, dalam gerakan sosial, setidaknya ditulis oleh majalah FEMINA dalam mengkonstruksi membutuhkan tiga frame/bingkai. Pertama, Aggregate peran politik perempuan. Penelitian ini berusaha frame: proses pendefinisian isu sebagai masalah menggali persepsi yang dimiliki oleh masalah FEMINA sosial. Bagaimana individu yang mengetahui frame terhadap realitas sosial dari aktivitas dan peran politik atas peristiwa tersebut sadar bahwa isu tersebut perempuan yang terbentuk dari struktur sistem sosial adalah masalah bersama yang berpengaruh bagi yang kompleks dan dinamis. setiap individu. Kedua, Consensus frame: proses

WACANA Volume XIV No. 4. November 2015, Hlm. 297 - 400

Unit Analisis

merujuk pada gagasan tertentu. Sebuah gagasan tidak Penelitian ini menganalisis teks-teks yang terdapat hanya berisi kata atau kalimat, tetapi juga ditandai oleh dalam majalah FEMINA dalam artikel yang dasar pembenar tertentu, alasan tertentu dan sebagainya. menggambarkan tentang peran politik perempuan

dalam menjalankan eksistensi dan aktivitasnya di ranah Teknik Analisis Keabsahan Data

publik, khususnya di dunia politik. Majalah FEMINA Penelitian kualitatif lebih menekankan pada aspek yang dianalisis dalam penelitian ini adalah majalah validitas data yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, FEMINA edisi Maret 2014 – Mei 2014. Ada empat temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak artikel tentang peran politik perempuan yang terdapat ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan di dalam majalah FEMINA yang dibahas dan dianalisis apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. berdasarkan analisis framing model Gamson dan Kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif Modigliani.

tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang

Teknik Analisis Data

sebagai hasil proses mental tiap individu dengan Penelitian inimenggunakan teknis analisis framing berbagai latar belakangnya. yang merupakan salah satu analisis wacana yang Pengujian kredibilitas data atau keabsahan terhadap digunakan untuk mengetahui bagaimana media data hasil penelitian ini dilakukan dengan peningkatkan melakukan proses seleksi terhadap realitas yang ingin ketekunan dalam penelitian. Meningkatkan ketekunan ditampilkannya. Analisis framing yang digunakan dalam mengamati teks-teks yang terdapat dalam tulisan dalam penelitian ini merujuk pada konsep yang yang dibingkai oleh majalah FEMINA secara lebih dikemukakan oleh William A. Gamson dan Modigliani cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan yang memandang frame sebagai cara bercerita (story ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan line) atau gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa itu salah atau tidak. yang berkaitan dengan suatu cara wacana.

Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan Gamson melihat wacana media (khususnya berita) maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang terdiri atas sejumlah Kemasan (package) melalui mana akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. konstruksi atas suatu peristiwa dibentuk (Eriyanto,

2002,225). Kemasan itu merupakan skema atau struktur Hasil Penelitian pemahaman yang dipakai oleh seseorang ketika Konstruksi Peran Politik Perempuan di Majalah mengkonstruksi pesan-pesan yang dia sampaikan dan FEMINA

menafsirkan pesan yang dia terima.Perangkat framing Dalam pandangan Gamson dan Modigliani, framing yang dikemukakan oleh Gamson dan Modigliani dapat (pembingkaian) dipahami sebagai seperangkat gagasan dilihat dalam tabel 1.

atau ide sentral ketika seseorang atau media memahami Dalam pandangan Gamson dan Modigliani, framing dan memaknai suatu isu. Ide sentral ini, akan didukung dipahami sebagai seperangkat gagasan atau ide sentral oleh perangkat wacana lain sehingga antara satu bagian (Idea Element) ketika seseorang atau media memahami wacana dengan bagian lain saling kohesif – saling dan memaknai suatu isu. Ide sentral ini, akan didukung mendukung. oleh perangkat wacana lain sehingga antara satu bagian

wacana dengan bagian lain saling kohesif – saling Analisis Artikel 1 : Kami Siap Berjuang (No. 13 / 29

mendukung.

Maret 2014-14 April 2014)

Ada dua perangkat bagaimana ide sentral ini Elemen Inti (Idea Element) tulisan ini menjelaskan diterjemahkan dalam teks berita. Pertama, framing kesiapan para calon anggota legislatif (caleg) devices (perangkat framing) yang berhubungan dan perempuan menghadapi situasi, kondisi dan tantangan berkaitan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang dihadapi, terutama yang baru pertama kali yang ditekankan dalam teks berita. Perangkat framing mencalonkan diri di pemilu legislatif. Tantangan yang ini ditandai dengan pemakaian kata, kalimat, grafik/ dihadapi cukup beragam, mulai dari penempatan di dapil gambar, dan metafora tertentu. Kesemua elemen (daerah pemilihan) yang ‘kering’ (sulit memperoleh tersebut dapat ditemukan dan ditandai serta merujuk suara pada pemilu legislatif sebelumnya),hingga pada gagasan atau ide sentral tertentu. Kedua, reasoning masalah financial (pendanaan) yang tidak semuanya devices (perangkat penalaran) yang berhubungan mendapatkan dukungan dari partai. dengan kohesi dan koherensi dari teks tersebut yang

Mayoritas caleg menyatakan kesiapan mereka

Nur Kholisoh, KONSTRUKSI PERAN POLITIK PEREMPUAN DI MEDIA

sebagai calon anggota legislatif, baik dari segi program, “Terus terang, modal saya yaitu pengetahuan dan pengalaman sebagai aktivis, latar belakang pendidikan pengalaman belajar di beberapa negara. Itu menjadi yang dimiliki maupun kesiapan pendanaan. Salah satu sebuah barometer untuk memajukan Indonesia, caleg yang menyatakan siapadalah Sisca Devianti terutama di bidang pendidikan.” (33) dari Partai Bulan Bintang yang memiliki banyak

Sementara itu, Cameilia Panduwinata Lubis pengalaman belakar di luar negeri, sebagaimana (28) dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia kutipan berikut ini:

(PKPI) menyatakan kesiapannya sebagai calon

Tabel 1. Perangkat framing oleh Gamson dan Modigliani

Frame

Central organizing idea for making sense of relevant events, suggesting what is at issues

Framing Devices

Reasoning Devices

(Perangkat framing)

(Perangkat penalaran)

Methapors

Roots

Perumpamaan atau pengandaian Analisis kausal atau sebab akibat

Catchphrases

Appeals to Principle

Frase yang menarik, kontras, menonjol dalam suatu Premis dasar, klaim-klaim moral wacana. Ini umumnya berupa jargon atau slogan.

Exemplaar

Consequences

Mengaitkan bingkai dengan contoh, uraian (bisa Efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai teori, perbandingan) yang memperjelas bingkai

Depiction

Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Depiction ini umumnya berupa kosakata, leksikon atau melabeli sesuatu

Visual Images

Gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai secara keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun, ataupun grafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan

WACANA Volume XIV No. 4. November 2015, Hlm. 297 - 400

anggota legislatif (caleg) dengan didasarkan pada Selain masalah pendanaan, masalah lain yang juga pengalamannya sebagai aktivis di berbagai organisasi dibingkai oleh majalah FEMINA dalam mengkonstruksi sosial maupun kepemudaan. Hal ini tertuang dalam beratnya peran perempuan di ranah politik adalah tulisan berikut ini :

masalah pemahaman politik caleg perempuan yang

Ia mengaku, sejak dulu ia memang senang dibingkai dengan memberikan exemplaar (mengaitkan berorganisasi. Ia juga sempat terlibat organisasi dengan contoh dan uraian yang memperjelas bingkai), mahasiswa bernama GAGAK (Gerakan Aku Geram berikut ini : dan Anti Koruptor), yang anggotanya para mahasiswa.

Uang memang penting. Tapi, tiap caleg masih punya Selain kesiapan dari segi pengalaman dan beragam tantangan lain yang mesti ditaklukkan. kemampuan yang didukung dengan idealisme yang Misalnya, ia harus memiliki pemahaman tentang kuat, hal penting lainnya yang juga perlu disiapkan politik, baik partai politik, sistem pemerintahan, fungsi oleh para calon anggota legislatif (caleg) perempuan kedewanan, serta peraturan perundang-undangan yang adalah kesiapan dari segi pendanaan.Adapun kesiapan terkait. pendanaan sebagai modal menuju kursi DPR-RI para

Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Adinda calon anggota legislatif (caleg) perempuan berbeda- Tenriangke, Direktur Program dan Pengamat Kebijakan beda antara satu caleg dengan caleg lainnya. Beberapa Publik The Indonesian Institute, yang menyatakan caleg mangaku menggunakan dana pribadi sementara bahwa calon anggota legislatif (caleg) perempuan harus yang lainnya didukung oleh partai politik yang memiiki bekal politis yang mumpuni selain semangat mengusungnya. Salah satu calon anggota legislatif dan dana,sebagaimana teks berikut ini : (caleg) yang menggunakan dana pribadi selain dari

“Selain semangat dan niat baik, untuk maju sebagai donatur dan kerabat adalah Ridha Fidhyana (28) dari calon legislatif hendaknya sudah punya bekal. Bekal Partai Persatuan Pembangunan, sebagaimana tulisan yang dimaksud adalah seorang caleg telah terjun dalam dalam artikel berikut ini:

organisasi kemasyarakatan atau jaringan profesional Dana sosialisasi yang ia pergunakan sejauh ini berasal paling tidak selama lima tahun. Gunanya, agar ketika dari dana pribadi dengan dukungan donasi dari kolega maju, ia sudah kaya pengalaman dan sudah memiliki dan kerabat dekatnya.

jaringan strategis yang memadai untuk basis suaranya Persoalan dana yang dibingkai dalam perangkat di dapil”. pembingkaian (framing devices) tulisan ini, didukung

Adapun permasalahan terkait dengan pengelolaan oleh perangkat penalaran (resoning devices) yang waktu sebagai upaya memperjelas pembingkaian, menjadi satu kesatuan dalam pembingkaian tulisan ini. majalah FEMINA menuliskan exemplaar (mengaitkan Hal ini terlihat dalam teks yang ditulis oleh majalah dengan contoh dan uraian yang memperjelas bingkai) FEMINA berikut ini:

berikut ini :

Memang, modal pengetahuan dan pengalaman boleh Plus, siap soal manajemen waktu, karena politik saja. Namun, tak bisa terelakkan, tantangan terbesar adalah pekerjaan full time 24/7. Sementara, wanita bagi caleg adalah uang sebagai modal politik, seperti memliki keterbatasan waktu, terutama ketika harus untuk kampanye dan menjangkau pemilih. Ada situasi mengurus keluarga dan bekerja di kantor ataupun di mana wanita caleg harus kalah berhadapan dengan bisnis. money politic yang banyak dilakukan pria caleg.

Teks dalam tulisan sebagaimana dijelaskan Pembingkaian yang dilakukan oleh majalah FEMINA sebelumnya, tidak hanya menunjukkan exemplaar terkait dengan politik uang, selain menggambarkan (mengaitkan dengan contoh dan uraian yang idealisme perempuan di satu sisi, namun juga memperjelas bingkai), tetapi juga memunculkan frase menonjolkan frase yang kontras dan menjadi slogan kontras (catchphrases). Jika pada kalimat-kalimat yang menarik (catchphrases) terkait dengan kelemahan sebelumnya FEMINA mengkonstruksi perempuan perempuan akibat modal politik. Hal ini dituliskan sebagai sosok yang hebat, kuat, dan memiliki banyak dalam teks berikut ini :

kelebihan, namun pada kalimat berikut ini justru Di lapangan, untuk berkampanye, tentu mereka memperlihatkan adanya sisi lemah dari perempuan membutuhkan dana yang tidak sedikit.

yang memiliki peran ganda, yaitu peran di ranah publik Hal ini diperkuat dengan kutipan dari pernyataan dan domestik. Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (28) dari Partai

Pembingkaian yang dilakukan oleh majalah Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) berikut ini:

FEMINA dalam liputan khas ini juga memperlihatkan “Jika caleg tidak kuat secara idealisme dan finansial, bahwa majalah FEMINA berupaya mengkonstruksi

guncangan yang diterima pasti sangat kuat”. perjuangan calon anggota legislatif (caleg) perempuan

Nur Kholisoh, KONSTRUKSI PERAN POLITIK PEREMPUAN DI MEDIA

sebagai suatu perjuangan di medan tempur yang upaya mengkonstruksi peran politik perempuan di memerlukan amunisi sebagai senjata. Hal ini tertera majalah tersebut. Hal ini terlihat dalam tulisan di lead dalam teks berikut ini :

berita berikut ini :

Tak sekedar sebagai penambal kuota, di lingkungan Tulisan kedua ini mengangkat tentang agenda dan politik yang masih didominasi pria, seorang wanita cita-cita para wanita caleg tersebut di DPR-RI, jika calon legislatif (caleg) haruslah memakai amunisi yang terpilih. Apakah agenda tersebut ada kaitannya dengan kuat.

isu gender dan apakah para wanita ini akan memberi

Kata ‘amunisi’ dalam teks tersebut merupakan perspektif gender di parlemen kita ? Tak semudah itu penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat tampaknya. konotatif yang disebut sebagai depiction. Kata Kalimat ‘tak semudah itu tampaknya’ dalam paragraf ‘amunisi’ dalam teks tersebut bukan makna sebenarnya yang telah dianalisis sebelumnya menunjukkan tetapi merupakan kiasan untuk menggambarkan betapa adanya efek atau konsekuensi (consequences) dari beratnya perjuangan calon legislatif (caleg) perempuan pembingkaian yang dilakukan dalam tulisan ini. seperti perjuangan yang dilakukan para prajurit di Implementasi dari Idelisme dan cita-cita yang menjadi medan pertempuran.

agenda politik para calon anggota legislatif (caleg)

Adapaun makna sebenarnya dari kata amunisi menurut perempuan tidak semudah yang dibayangkan maupun wikipedia ensiklopedia bebas adalah suatu benda yang diucapkan, mengingat banyaknya masalah dan mempunyai bentuk dan sifat balistik tertentu yang tantangan yang harus mereka hadapi. dapat diisi dengan bahan peledak atau mesiu dan dapat

Selain melakukan pembingkaian dengan ditembakkan atau dilontarkan dengan senjata maupun menggunakan perangkat pembingkian (framing dengan alat lain yang ditujukan kepada suatu sasaran devices) dan perangkat penalaran (reasoning devices) tertentu guna merusak atau membinasakan.

sebagaimana yang telah dituliskan sebelumnya, dalam

Selain kata ‘amunisi’ yang digunakan oleh majalah mengkonstruksi peran politik perempuan, FEMINA FEMINA sebagai depictiondalam mengkosntruksi juga melakukan penggambaran dengan kosa kata yang peran politik perempuan, ada juga kata ‘bertarung’ bersifat konotatif (depiction). Hal ini terlihat dalam di awal tulisan yang bersifat konotatif. Teks tersebut teks berikut : tertulis sebagai berikut :

Meski belum terwujud angka 30% wanita di parlemen,

Apa saja persiapan wanita di bursa caleg DPR RI ada angin segar yang berembus dari Senayan, yaitu untuk bertarung di pemilu nanti ?

jumlah wanita di parlemen terus bertambah. Tahun Kata ‘bertarung’ dalam teks tersebut bukan bermakna 1999, hanya 9%. Tahun 2004, meningkat menjadi 11%. yang sesungguhnya, melainkan makna kiasan untuk Melihat tren ini, tentu timbul harapan di pemilu ini menggambarkan dan mengkonstruksi betapa beratnya jumlah wanita yang terpilih di parlemen makin banyak. perjuangan yang harus dilakukan oleh para calon Makna dari kalimat ‘angin segar yang berembus’ anggota legislatif (caleg) perempuan untuk bisa menjadi bukan makna yang sesungguhnya melainkan makna anggota DPR-RI. Perjuangan mereka diperumpamakan kiasan untuk menggambarkan bahwa diantara berbagai sama dengan pertempuran yang dilakukan oleh persolan dan tantangan yang dihadapi perempuan prajurit di medan pertempuran. Makna sebenarnya dalam peran politiknya di tanah air, ada hal lain dari kata ‘bertarung’ menurut kamus bahasa Indonesia yang memberikan rasa lega atau kegembiraan terkait adalah berlaga; berkelahi; bertempur (berperang dan dengan prosentase jumlah perempuan di parlemen sebagainya): raja menyambut prajuritnya yg baru yang cenderung mengalami peningkatan dari pemilu kembali ~ melawan musuh;

1999 hingga pemilu 2014. Harapannya, pada pemilu berikutnya akan lebih banyak lagi jumlah atau

Anlisis Artikel 2 : Ini Agenda Kami – Mendekati prosentase perempuan di parlemen.

Pemilih Wanita, Apakah Para Wanita Caleg Punya

Selain menuliskan tentang efek atau konsekuensi Agenda untuk Memperjuangkan Isu Gender di (consequences) dari pembingkaian, tulisan yang

Parlemen Nanti ?. (No. 15 / 12-18 april 2014)

dimuat oleh majalah FEMINA dalam liputan khas kali

Elemen Inti Tulisan (Idea Element) dari pembingkian ini, juga mengandung unsur catchphrases, yaitu frase yang dilakukan dalam artikel ini menggambarkan yang menarik dan kontras. Selain itu, kalimat ini juga agenda dan cita-cita para calon anggota legislatif berupa jargon atau slogan yang menonjol dalam pemilu (caleg) perempuan jika mereka terpilih. Ada harapan, legislatif, yaitu terkait dengan kuota 30% keterwakilan tantangan, dan juga sikap skeptis yang tersirat dari perempuan di parlemen.Sebaliknya, pada teks yang tulisan yang dibingkai oleh majalah FEMINA dalam lain, terungkap adanya kekecewaan dan sikap pesimis

WACANA Volume XIV No. 4. November 2015, Hlm. 297 - 400

terkait jumlah anggota legislatif perempuan yang tetapi harus mampu terlibat aktif dalam setiap kebijakan hingga kini belum mencapai 30%, sebagaimana tulisan yang dibuat oleh parlemen FEMINA berikut ini :

Meski begitu, Ida mengaku bahwa wanita belum Analisis Artikel 3 : Tri Rismaharini – Bertahan optimal dalam mengubah kebijakan. Hal ini karena untuk Warga Miskin (No. 17 / 26 April 2014 – 2 Mei

memang dari segi jumlah masih sedikit.

Tulisan ini didasarkan pada kutipan Ida Fauziyah, Elemen Inti Tulisan (Idea Element). Artikel ini anggota DPR-RI periode 1999-2004, 2004-2009, dan menggambarkan profil seorang perempuan yang hebat, 2009-2014, berikut ini :

kuat dan tangguh dalam menjalani karir politiknya

“Sekurang-kurangnya jumlah wanita di parlemen sebagai seorang wali kota, yaitu Sri Rismaharini. Dalam minimal 30%. Dengan jumlah itu, kami akan bisa artikelnya ini, majalah FEMINA mengkonstruksi memengaruhi kebijakan. Dengan angka 18%, sekuat Ibu Risma (biasa beliau dipanggil) sebagai sosok apa pun suara wanita, tetap saja besarnya hanya 18%”. perempuan yang tegas, punya prinsip, namun tetap

Sikap pesimis dan kekhawatiran yang senada juga memiliki kelembutan sebagai seorang perempuan. dikemukakan oleh Edrina, sebagaimana kutipan berikut

Teks-teks yang ada dalam tulisan memperlihatkan ini :

pembingkaian yang dilakukan oleh majalah FEMINA

“Jumlah yang terbatas, membuat wanita tidak bisa dalam mengkonstruksi peran politik perempuan di ranah masuk ke semua isu”

politik yang digambarkan sebagai area publik yang Selain isu yang terkait dengan kapasitas dan sulit dan tidak mudah untuk dijalani oleh perempuan. kemampuan yang dimiliki oleh para calon anggota Pembingkaian yang dilakukan oleh FEMINA terlihat legislatif (caleg) perempuan, masalah lain yang juga dari konstruksi yang terdapat dalam teks lead berikut dihadapi adalah kepekaan para calon anggota legislatif ini : (caleg) perempuan terhadap isu gender. Tulisan yang

Begitu kuatnya terjangan badai politik yang harus ia dikonstruksi oleh majalah FEMINA menunjukkan hadapi, namun, toh, ia bertahan bahwa tidak semua perempuan memiliki sensitivitas

Selain berupaya mengkonstruksi peran politik gender. Hal ini tertuang dalam kutipan wawancara perempuan yang luar biasa dalam menghadapi dengan Ratu Dian Hatifah (44), Ketua Kaukus masalah, majalah FEMINA juga melakukan penguatan Perempuan Politik Indonesia berikut ini :

pembingkaian dengan menuliskan teks yang bersifat

“Kalau saya yang ditanya, kebetulan latarbelakang konotatif.Kalimat yang ada di dalam lead mengandung saya LSM, saya punya komitmen terhadap perjuangan depiction, yaitu kosakata yang menggambarkan atau wanita. Tapi, tidak banyak teman aktivis yang masuk melukiskan suatu isu yang bersifat kiasan (bukan makna ke politik bisa melarutkan ide dan gagasan. Banyak sebenarnya). Kosakata yang dimaksudkan adalah juga wanita di parlemen yang kurang paham isu ‘terjangan badai’. Penggunaan kosakata tersebut untuk gender. Sebab, mereka berasal dari berbagai partai dan memperkuat pembingkaian yang dilakukan FEMINA kepentingan politik yang berbeda”.

dalam mengkonstruksi peran politik perempuan yang Hal senada dikemukakan oleh Edriana Noerdin dari menghadapi masalah dan rintangan yang luar bisa Women Research Institute (WRI) dalam teks berikut beratnya. Begitu besar dan beratnya masalah dan ini :Tidak ada jaminan bahwa jika wanita yang terpilih rintangan yang dihadapi oleh perempuan yang berperan otomatis mereka pasti tahu isu gender.

di ranah politik, hingga dikiaskan dengan badai yang Selain kalimat yang sudah dibahas sebelumnya, adal terus mengenai atau menerjang perempuan tersebut, tulisan lain yang juga menunjukkan adanya depiction, dalam hal ini ibu Risma. Adapun makna denotatif atau yaitu kosakata yang menggambarkan isu yang bersifat makna yang sesungguhnya dari kata badai (wikipedia konotatif. Hal ini terera pada tulisan berikut ini:

ensiklopedia bebas) adalah : cuaca yang ekstrem, mulai “Wanita mewarnai parlemen bukan hanya karena fisik dari hujan es dan badai salju sampai badai pasir dan

yang menarik, tetapi bagaimana nantinya perjuangan debu. wanita dapat mewarnai perpolitikan Indonesia”.