DOCRPIJM 1e2be071c6 BAB VIIIBab 08 Aspek Lingkungan dan Sosial 20150125

  Bab.

  8 ASPEK LINGKUNGAN dan SOSIAL

8.1 PETUNJUK UMUM

  Konsep dasar pembangunan yang mendasari dan dijadikan acuan dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan bidang keciptakaryaan, yang tertuang dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM) bidang PU/Cipta Karya Kota Medan adalah konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Berdasarkan konsep dan pengertian pembangunan berkelanjutan, maka pembangunan bidang Keciptakaryaan di Kota Medan (RPI2JM) harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Harus dapat menggambarkan adanya kemampuan jangka panjang dari Kota Medan sebagai suatu sistem untuk berproduksi.

  2. Berdasarkan karakteristik ini, maka lingkungan harus dibangun menjadi lebih layak huni; ekosistem menjadi lebih sehat; pembangunan ekonomi dan sarana-prasarana menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan daerah lebih daripada kepentingan, kebutuhan dan keuntungan sekelompok elit masyarakat.

  3. Adanya keseimbangan antara nilai-nilai yang bersifat lingkungan, ekonomi dan sosial.

  4. Harus mengaitkan kepentingan lokal dengan kepentingan regional dan global.

  5. Merupakan suatu proses yang dinamis, sehingga perencanaannya (RPI2JM) juga harus fleksibel dan merangsang masyarakat untuk berpartisipasi. Berkaitan dengan karakteristik-karakteristik pembangunan berkelanjutan di atas, maka aspek lingkungan dan sosial pada hakekatnya bertujuan untuk memastikan bahwa karakteristik-karakteristik tersebut dapat terpenuhi, baik dalam tahap perencanaan maupun dalam tahap pelaksanaan pembangunan di bidang keciptakaryaan di Kota Medan. Dengan terpenuhinya karakteristik- karakteristik tersebut, maka berbagai dampak negatif lingkungan, sosial dan ekonomi yang muncul akibat adanya rencana program investasi bidang keciptakaryaan di Kota Medan dapat diminimalisir atau bahkan dieliminir, baik pada saat pra pelaksanaan/konstruksi, pelaksanaan/konstruksi maupun pada saat pasca pelaksanaan/konstruksi. Secara umum, aspek lingkungan dan sosial diartikan sebagai usaha perlindungan masyarakat dari dampak investasi Bidang Cipta Karya di Kota Medan, baik dari investasi sub bidang air minum, persampahan, drainase, air limbah, pengembangan permukiman dan penataan bangunan lingkungan.

8.2. KOMPONEN ASPEK

8.2.1 Komponen Sosial Ekonomi 1.

  Advokasi masyarakat untuk menimbulkan keyakinan bahwa pembangunan Bidang Cipta Karya adalah sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum.

  2. Sosialisasi program pengamanan kegiatan ekonomi atas dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Bidang Cipta Karya yang membutuhkan lahan milik masyarakat.

  3. Pengamanan kegiatan produktif masyarakat yang lahannya terkena pembangunan Bidang Cipta Karya.

  4. Pengamanan sistem ekonomi lokal, pada wilayah yang terkena dampak pembangunan Bidang Cipta karya atau lahannya digunakan untuk pembangunan tersebut.

  5. Kesepakatan kompensasi atas kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan Bidang Cipta Karya.

  6. Pemberdayaan ekonomi kelompok masyarakat yang terkena dampak pembangunan Bidang Cipta Karya.

8.2.2 Komponen Sosial Budaya 1.

  Advokasi masyarakat untuk menimbulkan keyakinan bahwa pembangunan Bidang Cipta Karya adalah sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum.

  2. Sosialisasi program pengamanan sosial atas dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Bidang Cipta Karya yang membutuhkan lahan milik masyarakat, yaitu program re-settlement (pemukiman kembali) atau konsolidasi lahan.

  3. Kesepakatan biaya penggantian lahan atas lahan yang digunakan untuk pembangunan Bidang Cipta Karya.

  4. Kesepakatan pemukiman kembali atau konsolidasi lahan atas masyarakat yang lahannya digunakan oleh pembangunan bidang Cipta Karya.

  5. Pemberdayaan masyarakat

8.2.3 Komponen Lingkungan

  1. Studi AMDAL 2.

  Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan 3. Pengelolaan dan Pematauan Dampak Lingkungan

8.3. METODA PENDUGAAN DAMPAK

  Metoda pendugaan dampak menggunakan: 1.

  Studi AMDAL pada saat akan melaksanakan: a.

  Pembangunan TPA b.

  Pembangunan RUSUNAWA 2. Pembahasan khusus tentang aspek lingkungan sosial dan ekonomi pada saat melakukan penyusunan Master Plan: a.

  Persampahan b.

  Drainase c. Pengembangan Permukiman

8.4. PEMILIHAN ALTERNATIF

  Berdasarkan kelayakan teknis dan pembiayaan, maka alternatif aspek lingkungan sosial dan ekonomi adalah:

  1. Sosialisasi Program Pembangunan RUSUNAWA di Kampung Aur dan Kampung Kubur.

  2. Pencapaian kesepakatan atas pembelian lahan dan atau konsolidasi lahan di Kampung Aur dan Kampung Kubur.

  3. Pencapaian kesepakatan atas pembelian lahan untuk pembangunan saluran drainase baru.

  4. Pemberdayaan ekonomi di Kampung Aur dan Kampung Kubur.

  5. Pemberdayaan ekonomi dalam bentuk integrasi dalam sistem 3R bagi masyarakat di seputar TPA.

  6. Pemberdayaan masyarakat untuk memelihara dan mengelola sarana dan prasarana lingkungan yang akan dibangun.

8.5. RENCANA PENGELOLAAN ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

  8.5.1 Sub Bidang Air Minum

  Dari hasil analisa teknis, pembangunan sumber air baku, pemipaan baik transmisi maupun distribusi tidak akan mengambil lahan masyarakat. Selain itu lahan yang digunakan untuk pembuatan sumur bor merupakan hibah dari masyarakat, sehingga tidak perlu ada penggantian lahan maupun re- settlment penduduk.

  Disimpulkan bahwa investasi Sub Bidang Air Minum tidak akan menimbulkan dampak negatif, baik dari segi lingkungan, sosial maupun ekonomi. Sehingga pengelolaan aspek sosial dan lingkungan investasi Sub Bidang Air Minum hanya dalam bentuk Program Pemberdayaan Masyarakat.

  8.5.2 Sub Bidang Air Limbah

  Investasi sistem terpusat (off site) memerlukan studi AMDAL, tetapi investasi utama (peningkatan kualitas IPAL dan pemipaan primer/sekunder) sudah dicover dalam Program MSMHP yang merupakan program pembiayaan dari ADB. Oleh karena itu tidak dibahas dalam dokumen RPI2JM Bidang Cipta Karya ini. Pembangunan fisik untuk sistem setempat dalam bentuk IPAL Komunal di RUSUNAWA membutuhkan lahan. Lahan tersebut berada satu paket dengan pengadaan lahan untuk RUSUNAWA sehingga studi AMDAL sudah termasuk dalam paket pembangunan RUSUNAWA melalui Sub Bidang Pengembangan Permukiman. Sehingga pengelolaan aspek sosial dan lingkungan investasi Sub Bidang Air Limbah hanya dalam bentuk Program Pemberdayaan Masyarakat.

  8.5.3 Sub Bidang Persampahan

  Investasi Sub Bidang Persampahan memerlukan Studi AMDAL, pembelian lahan untuk TPA, serta kompensasi bagi masyarakat seputar TPA dalam bentuk pemberdayaan masyarakat melalui Program

  3 R. Pembelian lahan diupayakan membeli lahan kebun milik PT. Perkebunan Nusantara (BUMN), sehingga tidak memerlukan re-settlement maupun konsolidasi lahan. Pengelolaan dan pemantauan dampak di seputar lokasi TPA akan dilaksanakan berdasarkan hasil Studi AMDAL dan RKL dan RPL.

  8.5.4 Sub Bidang Drainase

  Pembangunan saluran induk baru memerlukan lahan, untuk itu dilakukan pembelian lahan sepanjang calon saluran induk baru. Lahan yang dibebaskan adalah selebar 4 meter sepanjang calon saluran induk baru. Berdasarkan hasil identifikasi didapat bahwa tidak ada aktivitas ekonomi sepanjang calon saluran tersebut, sehingga tidak diperlukan program pemberdayaan ekonomi sebagai kompensasi atas hilangnya mata pencaharian masyarakat. Selain itu, pembebasan lahan tidak akan mengakibatkan hilangnya rumah tinggal masyarakat, sehingga tidak memerlukan program re-settlment maupun konsolidasi lahan.

  8.5.5 Sub Bidang Penataan Bangunan Lingkungan

  Khusus untuk investasi pada Sub Bidang Penataan Bangunan Lingkungan, tidak ada program yang bersifat fisik yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat.

  8.5.6 Sub Bidang Pengembangan Permukiman

  Program Penataan dan Peremajaan Kawasan di Kecamatan Medan Denai dan Medan Belawan serta Program Pembangunan Prasarana jalan di Kec. Medan Marelan, Kec. Medan Deli dan Kec. Medan Perjuangan, justru menghasilkan dampak positif. Jadi program ini sekaligus merupakan aspek lingkungan sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Guna meningkatkan efektivitas program tersebut, kegiatan penataan dan peremajaan kawasan didukung oleh program pemberdayaan masyarakat untuk pemeliharaan prasarana dasar yang akan dibangun. Program Pematangan Tanah untuk KASIBA

  • – LISIBA di Nelayan Indah, Tanjung Mulia dan Sei Seruai tidak memerlukan pembelian lahan lagi, karena lahan sudah tersedia saat ini. Sehingga tidak memerlukan re-settlement maupun konsolidasi lahan. Program Pembangunan RUSUNAWA, khususnya di Kampung Aur dan Kampung Kubur, lahan pada kedua lokasi tersebut belum tersedia. Oleh karena itu diperlukan:

  1. Sosialisasi program

  2. Kesepakatan pembelian lahan Akan tetapi juga memungkinkan dilakukan konsolidasi lahan, untuk konsolidasi tersebut diperlukan:

  1. Sosialisasi program konsolidasi lahan

  2. Kesepakatan konsolidasi lahan 3. Program pemberdayaan ekonomi selama proses konsolidasi itu berlangsung.

8.6 RENCANA PEMANTAUAN ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

  Para pihak yang terlibat dalam pemantauan dalam aspek sosial dan lingkungan adalah: 1.

  Badan Lingkungan Hidup Kota Medan sebagai koordinator pemantauan.

  2. Bappeda Kota Medan sebagai koordinator pembangunan.

  3. Dinas Perumahan dan Permukiman sebagai pihak yang membangun di Kampung Aur dan Kampung Kubur.

  4. Dinas Kebersihan sebagai pihak yang membangun TPA.

  5. Dinas Bina Marga sebagai pihak yang membangun saluran baru.

  Ada dua bentuk pemantauan, pertama adalah program yang tidak memerlukan Studi AMDAL, maka langkah-langkah yang akan dilakukan adalah:

  1. Akan dibuat format pemantauan dampak atas program-program bidang Cipta Karya oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Medan. Format ini dikoordinasikan dengan Bappeda dan SKPD terkait.

  2. Dilakukan pelaksanaan pemantauan secara berkala oleh Badan Lingkungan Hidup.

  3. Dilakukan perumusan kesimpulan atas hasil pemantuan berkala oleh Badan Lingkungan Hidup.

  4. Melakukan koordinasi apabila ditemukan dampak negatif yang muncul dalam proses pembangunan tersebut atau setelah proses pembangunan tersebut selesai untuk dicari solusi atas dampak negatif tersebut.

  5. Koordinasi ini dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup – Bappeda – SKPD terkait. Kedua, adalah program yang dilengkapi dengan Studi AMDAL, sesuai dengan ketentuan maka mekanisme yang harus dilalui adalah:

  1. Persetujuan Komisi AMDAL atas rencana pembangunan TPA dan RUSUNAWA.

  2. Persetujuan Komisi AMDAL atas RKL dan RPL RUSUNAWA dan TPA.

  3. Pemantauan oleh Komisi AMDAL dan Badan Lingkungan Hidup atas UPL dan UKL di TPA dan RUSUNAWA.