PEKERJAAN JEMBATAN SEI. AIR GADANG KABUP
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SATUAN NON VERTIKAL TERTENTU PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN DAN JEMBATAN ( P2JJ ) PROPINSI SUMATERA BARAT PEKERJAAN :
JEMBATAN SEI. AIR GADANG KABUPATEN PASAMAN BARAT
P.T. VISITECH GEMILANG
Engineering & Management Consultants
Jln. T.Tambusai Komp.Paninsula Blok B No.4 Pekanbaru-28282 Telp. 0761-571309, Fax. 571703 E-mail : visi_gemilang@yahoo.com
SATUAN NON VERTIKAL TERTENTU PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN DAN JEMBATAN ( P2JJ ) PROPINSI SUMATERA BARAT PEKERJAAN : JEMBATAN SEI. AIR GADANG KABUPATEN PASAMAN BARAT
P.T. VISITECH GEMILANG
Engineering & Management Consultants
Jln. T.Tambusai Komp.Paninsula Blok B No.4 Pekanbaru-28282 Telp. 0761-571309, Fax. 571703 E-mail : visi_gemilang@yahoo.com
KATA PENGANTAR
Pembangunan jembatan Sungai Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat merupakan peningkatan kualitas dibidang pelayanan transportasi di wilayah bagian utara propinsi Sumatera Barat, disamping itu pembangunan ini juga menunjang dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat di kedua kabupaten tersebut dan pembangunan jembatan ini juga dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
11 Tahun 2006, tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), menetapkan bahwa kegiatan pembangunan ketiga lokasi jembatan tersebut di atas termasuk kegiatan yang tidak tergolong sebagai kegiatan wajib AMDAL, tetapi diwajibkan untuk membuat studi kelayakan lingkungan yaitu Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).
. Semoga dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) pembangunan jembatan Sungai Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat dapat bermanfaat dan berguna dalam perencanaan pembangunan dan pengelolaan serta pemantauan lingkungan hidup..
Padang, Juli 2010 Hormat kami,
Penyusun
p.t. visitech gemilang
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
I PENDAHULUAN
I. 1
1.1. Latar Belakang
I. 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan
I. 3
1.3. Tujuan dan Kegunaan UKL-UPL
I. 3
1.4. Peraturan
I. 4
II. RUANG LINGKUP RENCANA KEGIATAN
II. 1
2.1. Gambaran Umum Wilayah Studi
II. 1
2.2. Lingkup Rencana Kegiatan
II. 2
2.3. Lingkup Studi
II. 6
2.4. Wilayah Studi
II. 9
III. RONA LINGKUNGAN HIDUP
III. 1
3.1. Fisika-Kimia
III. 1
3.2. Biologi
III. 14
3.3 Sosial Ekonomi Budaya
III. 15
IV. DAMPAK LINGKUNGAN YANG TERJADI
IV. 1
4.1. Tahap Prakonstruksi
IV. 1
4.2. Tahap Konstruksi
IV. 2
4.3. Tahap Operasi
IV. 6
V. PROGRAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
V. 1
5.1. Tahap Prakonstruksi
V. 1
5.2. Tahap Konstruksi
V. 3
5.3. Tahap Operasi
V. 14
VI. PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
VI. 1
6.1. Tahap Prakonstruksi
VI. 1
6.2. Tahap Konstruksi
VI. 3
6.3. Tahap Operasi
VI. 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
LAMPIRAN
p.t. visitech gemilang
ii
DAFTAR TABEL
halaman
2.1. Jenis alat berat dan kendaraan yang diperlukan untuk II-3 pembangunan jembatan dan mobilisasinya.
2.2. Kebutuhan tenaga kerja pembangunan jembatan selama konstruksi II-4
2.3. Kebutuhan Pondasi Tiang Pancang Jembatan Air Gadang II-5
2.4. Parameter, Metode Pengukuran/Analisis dan Peralatan Yang II-7 Digunakan Untuk Kualitas Tanah
2.5. Metode dan Peralatan Analisis Kualitas Udara Ambien II-8
2.6 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Permukaan (Air II-8 Sungai)
2.7. Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Tanah Dangkal (Air II-9 Sumur)
3.1 Kondisi Iklim Di Lokasi Kegiatan dan Sekitarnya III-1
3.2. Data Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan III-1 Angin di Daerah Sukamenanti dan Sekitarnya (2000-2005)
3.3. Kualitas Air sungai Air Gadang Pada Rencana Peningkatan III-5 Pembangunan Jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat
3.4. Hasil analisis kualitas air Sungai Air Gadang pada rencana III-6 pembangunan jembatan Air Gadang, Kabupaten Pasaman Barat
3.5. Kualitas Udara Ambien di Rencana Lokasi Pembangunan Air III-7 Gadang, Kabupaten Pasaman Barat
3.6. Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada rencana pembangunan Jembatan Air Gadang, Kabupaten Pasaman Barat
III-8
3.7. Hasil pengukuran getaran pada rencana pembangunan Jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat
III-9
3.8. Hasil analisis sifat fisik tanah di lokasi kegiatan III-10
3.9. Hasil Prediksi Laju Erosi tanah di Lokasi kegiatan III-11
3.10. Tingkat Bahaya Erosi di Lokasi kegiatan III-11
3.11. Hasil Perhitungan Laju Erosi, TBE dan Kelas/Skala Erosi di Lokasi III-11 kegiatan
3.12. Jenis Flora disekitar Lokasi Kegiatan III-12
3.13. Jumlah Penduduk Kecamatan Pasaman Menurut Kelompok Umur III-14
3.14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan III-15
3.15. Jumlah Kunjungan Pasien yang berkunjung ke Puskesmas di Kecamatan III-17 Pasaman menurut penyakit Utama
4.1 Matrik Identifikasi Dampak Kegiatan Pembangunan Jembatan Peningkatan IV-8 Pembangunan Jembatan Air gadang Terhadap Komponen Lingkungan
4.2. Matrik Komponen dampak lingkungan Kegiatan Peningkatan Pembangunan IV-9 Jembatan Air Gadang
5.1. Matrik Program Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan Peningkatan V-19 Pembangunan Jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat
6.1. Parameter, alat dan metoda analisa kandungan gas VI-4
6.2. Parameter, alat dan metoda analisa kualitas air sungai untuk VI-8 pelaksanaa pemantauan
6.3. Matrik Program Pemantauan Lingkungan Hidup Kegiatan Peningkatan VI-21 Pembangunan Jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat.
p.t. visitech gemilang
iii
DAFTAR PUSTAKA
1. Srikandi Fardiaz, 1992, Polusi Air dan Udara, cetakan ke 9, Penerbit Kanisius, Yokyakarta,
2. Setiaty Pandia, Amir Husin, Zuhrina Masyitah, 1995, Kimia Lingkungan, Dirjen DIKTI Depdikbud, Jakarta.
3. Philip Kristanto, 2002, Ekologi Industri, Penerbit Andi Offset, Yokyakarta
4. Samin, 2006, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, Malang
5. F Gunawarman Suratmo, 2004, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Penerbit Gadjah Mada University Prsess, Yogyakarta.
p.t. visitech gemilang
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2006 – 2010 pada Agenda Peningkatan Sarana dan Prasarana Transportasi yaitu mengembangkan, meningkatkan dan memelihara sarana dan prasarana jalan raya. Pengembangan, peningkatan dan pemeliharaan prasarana jalan dilakukan dalam rangka meningkatkan aksesibilitas antar wilayah yang diperlukan untuk mengembangkan perekonomian daerah dan pelayanan masyarakat. Implementasi dari pelaksanaan RPJMD tersebut terjabarkan dalam Program Pembangunan Jalan dan Jembatan dengan salah satu kegiatan yang dilaksanakan pada Tahun 2010 oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Umum Direktorat Jenderal Bina Marga adalah pembangunan jembatan sebagai sarana penunjang transportasi dan pertumbuhan ekonomi di wilayah selatan dan utara dari Provinsi Sumtera Barat. wilayah Utara Kabupaten Pasaman Barat yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Pasaman Barat yang terletak pada kondisi geografis terletak pada
0 0 0 0 0 59’ – 2 28’ lintang selatan dan 109 19’ – 101 18’, dengan rata-rata kepadatan penduduk pada tahun 2008 berkisar 84 orang km 2 dengan sektor unggulan dari pertumbuhan ekonomi
berasal dari sektor perkebunan, perindustrian, perdagangan, pertanian, pertambangan, perikanan kelautan dan lain-lain. Melihat perkembangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat di Kabupaten Pasaman Barat serta untuk mengantisipasi perkembangan kemajuan kota, pemerintah Kabupaten Pasaman Barat terus meningkatkan potensi sumber daya alamnya yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Salah satu kendala dari pemerintah Kabupaten Pasaman Barat dalam mengembangkan kota dan mobilisasi kendaraan yang bergerak dibidang perekonomian terus meningkat tiap tahunnya yang kurang didukung dengan kualitas jalan dan jembatan yang belum memadai. Selama ini mobilisasi barang dan jasa masyarakat Kabupaten Pasaman Barat tersebut untuk menuju pusat Kota baik untuk keperluan perdagangan, pendidikan dan sebagainya hanya menggunakan jembatan yang tidak dapat dilalui secara sekaligus dua kendaraan atau hanya satu kendaraan yang bisa melintas jembatan tersebut. Menyadari hal tersebut maka mulai sejak tahun anggaran 2009 Pemerintah Republik Indonesia melalui Satuan Non Vertikal Tertentu Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan (P2JJ) Provinsi Sumatera Barat telah merencanakan pembangunan jembatan Sei. Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat.
perkembangan wilayah di Kabupaten tersebut dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat, pelaksanaan kegiatan pembangunan jembatan ini juga berpeluang menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Untuk mengantisipasi dan mengendalikan dampak negatif serta meningkatkan dampak positif, maka sejak dari proses perencanaan pembangunan Jembatan ini perlu dilengkapi dengan Studi Kelayakan Lingkungan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa setiap rencana kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan, yang pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tersebut dikemukakan bahwa untuk kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting dan atau dampak yang ditimbulkan secara teknologi dapat dikelola, maka tidak diwajibkan menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), tetapi harus dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL/UPL). Begitu juga sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL, maka kegiatan Pembangunan Jembatan ini bukan dikategorikan jenis kegiatan yang wajib menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Oleh sebab itu studi kelayakan lingkungan rencana kegiatan Pembangunan Jembatan hanya dikategorikan wajib menyusun studi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL/UPL) sebagai acuan bagi pelaksana dalam melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
1.2. TUJUAN DAN KEGUNAAN KEGIATAN
1.2.1. Tujuan Tujuan pembangunan jembatan ini adalah dalam rangka pengembangan dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Pasaman Barat.
1.2.2. Kegunaan
Kegunaan Pembangunan Jembatan adalah :
1. Meningkatkan aksesibilitas transportasi masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat;
2. Mempermudah mobilitas barang dan jasa.
1.3.1. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan dokumen UKL dan UPL ini adalah untuk memberikan arahan pengelolaan dan pemantauan terhadap dampak lingkungan yang mungkin timbul akibat Pembangunan Jembatan.
1.3.2. Kegunaan
1. Bagi Pemrakarsa :
a. Sebagai acuan dan pedoman serta dasar dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada setiap tahap pelaksanaan pembangunan jembatan.
b. Memprediksi dan mengendalikan serta meminimalisasi dampak negatif yang akan ditimbulkan akibat pembangunan jembatan.
2. Bagi Pemerintah :
a. Sebagai acuan penilairn atas kelayakan lingkungan dari suatu kegiatan pembangunan jembatan.
b. Merupakan pedoman bagi Instansi terkait dalam melakukan evaluasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah dilakukan oleh pemrakarsa.
3. Bagi Masyarakat :
Merupakan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak positif dan menghindari dampak negati rencana sejak dari tahap prakontruksi, kontruksi dan pasca kontruksi.
1.4. PERATURAN Dasar hukum yang melandasi pelaksanaan penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup rencana kegiatan pembangunan jembatan ini antara lain sebagai berikut :
1.4.1. Undang-Undang
1. Undang-undang No. 5 Tahun 1990, tentang Sumberdaya Alam Hayati dan 1. Undang-undang No. 5 Tahun 1990, tentang Sumberdaya Alam Hayati dan
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003, tentang Tenaga Kerja. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman bagi rencana kegiatan dalam proses perekrutan dan pelepasan tenaga kerja.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman bagi rencana kegiatan dalam melakukan pengelolaan sumber daya air di wilayah studi.
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi sumber daya pembangunan yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004, tentang Jalan. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui klasifikasi jalan .
6. Undang-Undang No.26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman apakah rencana kegiatan tidak menyalahi rencana tata ruang di wilayah studi.
7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan ini digunakan sebagai acuan dalam menentukan kebijakan di bidang lingkungan hidup dan rencana kegiatan pembangunan jembatan ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
1.4.2. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman dalam pemanfaatan sumberdaya air sungai.
2. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran
Udara. Peraturan ini digunakan sebagai tolok ukur untuk baku mutu udara ambien yang dibolehkan.
3. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan ini digunakan sebagai tolok ukur kualitas air permukaan yang diperbolehkan.
Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman dalam menentukan kewenangan urusan pemerintahan untuk rencana kegiatan pembangunan jembatan ini.
1.4.3. Keputusan Presiden
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Ketentuan ini merupakan pedoman dalam mengelola sempadan sungai sebagai kawasan lindung.
1.4.4. Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang Jenis-jenis kegiatan dan/atau usaha yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman dalam menentukan bentuk dokumen kelayakan lingkungan yang diperlukan
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 15 Tahun 1973, tentang Tata Cara
Pembebasan Tanah. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman dalam pembebasan tanah yang akan terkena rencana kegiatan pembangunan jembatan ini .
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993, tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman apakah rencana kegiatan mengenai sempadan sungai, daerah manfaat sungai.
1.4.5. Keputusan Menteri
1. Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 296/KPTS/1996, tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Proyek Bidang Pekerjaan Umum. Peraturan ini digunakan sebagai perbandingan dalam penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan rencana kegiatan pembangunan jembatan ini.
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. Keputusan ini sebagai pedoman penyusunan dan mekanisme pembahasan dokumen rencana kegiatan pembangunan jembatan ini.
BAB II RUANG LINGKUP RENCANA KEGIATAN
2.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Secara administratif kegiatan pembangunan jembatan Air Gadang terletak di Kabupaten Pasaman Barat, Propinsi Sumatera Barat. Pembangunan jembatan yang bersifat permanen ini sangat strategis dalam rangka pengembangan Kota ke arah utara Propinsi Sumatera Barat. Selain itu juga pembangunan jembatan ini yang merupakan duplikasi dari jembatan lama akan sangat membantu untuk kelancaran mobilisasi kendaraan dengan lancar dan semakin baik.
Pembangunan jembatan ini menggunakan sistem Jembatan Beton Konvensional (Balok ”T”) beton bertulang dan jembatan ini merupakan duplikasi dari jembatan lama dengan bentang 4 @ 25,00 (100,00 meter) dan lebar jalur lalu-lintas 7,00 meter dan trotoar 2 @ 1,00 meter, sedangkan pondasi direncanakan pondasi dalam berupa tiang pancang beton pratekan φ 50 cm. Jembatan ini merupakan jembatan bentang banyak (multy span) dengan 3 (tiga) buah pilar untuk menghubungkan 4 (empat) bentang jembatan.
Pada lokasi jembatan ini terdapat disekitarnya pemukiman penduduk. Kegiatan pembangunan jembatan ini sudah barang tentu akan memberikan dampak terhadap kondisi pada lokasi jembatan ini, karena bersentuhan langsung dengan kegiatan. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan jembatan ini.
2.2. LINGKUP RENCANA KEGIATAN
2.2.1. Tahap Prakonstruksi
Pekerjaan tahap prakonstruksi adalah kegiatan yang terdiri dari; stake out, pembebasan lahan, pemagaran tapak kegiatan, dan mobilisisasi alat berat. Urairn kegiatan pada tahap prakonstruksi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Stake out Kegiatan stake out merupakan pekerjaan pengukuran dan penggambaran 1. Stake out Kegiatan stake out merupakan pekerjaan pengukuran dan penggambaran
2. Pembebasan lahan Pembebasan lahan hanya dilakukan pada lahan yang terdapat di pangkal
jembatan. Untuk keperluan tapak kegiatan yaitu pangkal jembatan hanya dilakukan pembebasan terhadap rumah masyarakat, karena tanah yang berada pada sempadan sungai bukan milik masyarakat. Jumlah rumah yang diperkirakan akan terkena akibat pembangunan jembatan Aie Gadang sebanyak 3 unit yang terdiri dari 1 unit bagian utara jembatan dan bagian selatan jembatan sebanyak 2 unit rumah. Pemberian ganti rugi terhadap rumah yang terkena pembangunan jembatan berpedoman pada nilai jual objek pajak (NJOP).
3. Pembangunan base camp dan pemagaran tapak kegiatan Base camp diperlukan untuk operasional tenaga kerja dan juga berfungsi
sebagai gudang peralatan selama konstruksi. Pembangunan base camp berada dekat tapak kegiatan yaitu di pangkal jembatan. Untuk pengamanan dan tidak terganggunya aktifitas masyarakat dilakukan pemagaran kedua lokasi pangkal jembatan tersebut. Pemagaran dilakukan bersifat sementara dengan menggunakan seng sebagai dinding pagar.
4. Mobilisasi Alat Berat Untuk pembangunan jembatan diperlukan mobilisasi alat-alat berat, sebelum
pelaksanaan kontruksi jembatan dilakukan. Jenis alat berat dan kendaraan pelaksanaan kontruksi jembatan dilakukan. Jenis alat berat dan kendaraan
pembangunan jembatan dan mobilisasinya.
No. Jenis alat berat dan kendaraan
1. Crane unit 1 darat
2. Excavator
unit 1 Darat
3. Loader
unit 1 Darat
4. Pile Hammer
unit 1 Darat
5. Concrete Mixer
unit 2 Darat
6. Motor Grader
unit 1 Darat
7. Generator set
unit 1 Darat
8. Concrete Vibrator
unit 4 Darat
9. Truck Trailer
unit 1 Darat
10. Dump truck
unit 3 Darat
11. Pick Up
unit 2 Darat
12. Compactor unit 1 Darat Sumber: PT Visitech Gemilang, 2010
2.2.2. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi Material Untuk pembangunan jembatan diperlukan material seperti semen, pasir,
sirtukil, besi beton, kayu, perpipaan dan tiang pancang beton pratekan. Kebutuhan berbagai jenis material berupa batu, pasir dan krikil akan dipenuhi dari quarry yang dikelola pihak lain atau langsung dilakukan oleh kontraktor pelaksana pekerjaan yang didatangkan oleh perusahaan suplaier. Mobilisasi material tersebut umumnya dilakukan lewat darat. Semua material tersebut ditempatkan pada lokasi base camp yang telah dipagar.
2. Rekruitmen Tenaga Kerja Dalam pelaksanaan pembangunan jembatan selama konstruksi diperlukan
tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan volume kerja, lama pekerjaan dan spesifikasi tenaga kerja. Kebutuhan tenaga untuk pembangunan jembatan tertera pada Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2. Kebutuhan tenaga kerja pembangunan jembatan selama konstruksi.
No. Tenaga Kerja
1. Project Manager
S1
1 Tetap
2. Sekretaris D3 1 Tetap
3. Ahli Teknik Jembatan S1
1 Tetap
4. Pengawas D3 1 Tetap
5. Pekerja
SD, SLTP, SLTA
20 Tidak tetap
6. Tukang
SLTP, SLTA
5 Tidak tetap
7. Mandor
SLTA 1 Tidak tetap
8. Operator
SLTA 5 Tidak tetap
9. Pembantu Operator
SLTA 5 Tidak tetap
10. Sopir
SLTA 6 Tidak tetap
11. Pembantu Sopir
SLTA 6 Tidak tetap
12. Mekanik
SLTA 2 Tidak tetap
13. Pembantu Mekanik
SLTA 2 Tidak tetap
14. Kepala Tukang
SLTA 2 Tidak tetap
58 Sumber: PT Visitech Gemilang, 2010
Total
Tenaga kerja lebih diutamakan masyarakat setempat namun jika tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus tidak di dapat maka akan diusahakan dari luar daerah.
3. Pembangunan Pondasi (foundation) Pembangunan pondasi yang terdiri dari pondasi dalam yaitu berupa tiang
pancang beton pratekan dengan diameter 50 cm. Dipancang pada lokasi abutment dan pilar. Jumlah kebutuhan dan panjang tiang pancang sesuai perencanaan dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3 Kebutuhan Pondasi Tiang Pancang Jembatan Air Gadang
Tiang Pancang
35,00 Sumber: PT Visitech Gemilang, 2010
3. Pilar I, II & III
50 18 x 3
4. Pembangunan Bangunan Bawah (sub structure) Bangunan bawah jembatan berfungsi sebagai penyangga bangunan atas
(super structure) yang terdiri dari kepala jembatan (abutment) dan pilar (pier) sebagai penyambung bentang jembatan pada bentangan jembatan jamak (multy span). Bangunan bawah dibangun di atas pondasi (tiang pancang) yang berfungsi untuk meletakkan balok-balok jembatan dan terdapat 2 (dua) buah abutment 3 (tiga) buah pilar. Konstruksi bangunan bawah dibangun dengan konstruksi beton bertulang meliputi pekerjaan penggalian, perakitan besi beton dan pengecoran.
5. Konstruksi Bangunan Atas (super structure). Bangunan atas jembatan terdiri dari konstruksi balok beton bertulang
berbentuk ”T” (T beam) yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga lebar jembatan terpenuhi sesuai rencana. Balok-balok beton ini dicor ditempat dengan memakai perancah kayu untuk memikul sementara balok-balok jembatan sampai dengan beton cukup umur (mengeras).
6. Pembangunan Jalan Pendekat (approach road) Jalan pendekat (oprit) pembangunannya dilakukan pada kedua ujung
jembatan. Tujuan pembangunan oprit ini adalah untuk menghubungkan jalan dengan jembatan dan dibangun sedemikian rupa sehingga pengguna jembatan merasakan kenyamanan pada saat memasuki jembatan.
7. Pasangan Batu (stone masonry) Pasangan batu dipasang terutama pada jembatan Sei. Air Gadang pada sisi
Abutment II (arah Batas Sumut). Pasangan batu dipasang untuk melindungi abutment (kepala jembatan) dari gerusan air.
8. Pekerjaan Finishing Pekerjaan tahap akhir dari konstruksi ini yaitu pengecetan, pemasangan
rambu-rambu, patok pengarah (guide post) dan marka jalan, serta kemudian juga dlakukan pembersihan lokasi dari sisa-sisa atau ceceran material yang akan menggangu lalu lintas nantinya.
9. Demobilisasi Alat Berat Setelah konstruksi pembangunan jembatan selesai maka dilakukan
pengembalian (demobilisasi) alat-alat berat dan kendaraan setelah pekerjaan selesai dan pelunasan kontrak kerja maka secara otomatis peralatan kerja akan diangkut kembali oleh kontraktor. Pelaksanaan demobilisasi dilakukan melaui darat menggunakan truck trailer.
2.2.3. Tahap Operasi
1. Pemutusan hubungan kerja Tenaga kerja tidak tetap setelah selesai konstruksi pembangunan jembatan
dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Pemutusan kerja tersebut sesuai dengan perjanjian tidak diberikan pesangon.
2. Operasional jembatan Jembatan yang telah selesai dapat di operasikan sesuai dengan perjanjian
kerja sama dengan kontraktor. Kemudian diikuti dengan kegiatan pemeliharaan jembatan yang meliputi pemeliharan fisik dan perbaikan bagi bagian yang rusak.
2.3. LINGKUP STUDI
Ruang lingkup studi kegiatan UKL-UPL pembangunan Jembatan meliputi:
2.3.1. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang akan dikumpulkan adalah meliputi data iklim, curah hujan, kelembaban dan kependudukan pada instansi terkait seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Perhubungan dan Pekerjaan Umum serta Badan Statistik.
2.3.2. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer yaitu dilakukan langsung dilapangan dan selain itu juga dilakukan pengumpulan dilapangan dan dilanjutkan analisa di laboratorium. Data primer yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut
a. Sifat Fisik Tanah Pengumpulan data sifat fisik tanah dilakukan dengan cara sampling dilapangan, kemudian analisanya dilakukan di laboratorium. Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menganalisis rona lingkungan tanah disekitar kegiatan. Ta b e l 2.4 Pa ra me te r, Me to d e Pe ng ukura n/ Ana lisis d a n Pe ra la ta n Ya ng
Dig una ka n Untuk Kua lita s Ta na h
Pe ng ukura n/ Ana lisis
1 Be ra t Vo lume g/cm 3 G ra vime tri Ring Sa mp e l 2 Po ro sita s
-- 3 Pe rme a b ilita s
Ma te ma tis
Pe rme a me te r 4 Te kstur
c m/ ja m
Hukum Da rc y
a. Pa sir
Pip e t & Hukum
Wa lkle y d a n Bla c k
b. Kualitas Udara Ambien Pengumpulan data primer untuk kualitas udara ambien dilakukan sampling
dilapangan dengan menggunakan penyerap untuk gas dan filter untuk debu.
Kemudian hasilnya dilanjutkan untuk dianalisa di laboratorium. Kemudian tingkat kebisingan dilakukan pengukuraan langsung dilapangan.
Metode analisis untuk pengumpulan data primer pencemar udara yang digunakan seperti tertera pada Tabel 2.5
Tabel 2.5 Metode dan Peralatan Analisis Kualitas Udara Ambien
No Paramater
Metode
Alat
1 SO 2 Pararosaniline Spektrofotometer 2 NO 2 Saltzman Spektrofotometer
3 CO
Perakamoniakal Spektrofotometer
4 Total Partikel Tersuspensi (TSP) Gravimetri
HVAS
c. Kualitas Air Sungai Data untuk kualitas air sungai dilakukan sampling dan beberapa parameter diukur langsung dilapangan. Kemudian sebagian parameter kualitas air dapat dilakukan analisa di laboratorium. Sedangkan parameter kualitas air permukaan disesuaikan dengan jenis kegiatan dan mengacu kepada PP 82 Tahun 2001. Hasil yang diperoleh dilakukan analisis berdasarkan pemanfaatan air sungai PP 82 Tahun 2001. Parameter dan metode yang digunakan dalam menganalisis kualitas air sungai tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.6 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Permukaan (Air Sungai)
No. Parameter
Satuan Metoda
Alat
I FISIKA
o 1. Temperatur
C Pemuairn Termometer 2. Padat terlarut (TDS)
Timbangan 3. Padat tersuspensi (TSS)
mg/L
Gravimetrik
Timbangan II. KIMIA 1. pH
mg/L
Gravimetrik
pH-meter 2. BOD
Spektrofotometri Spektrofotometer 6. Persenyawaan Logam
5. Senyawa Non logam
mg/L
mg/L
Spektrofotometri AAS
Spektrofotometri Spektrofotometer 8. Senyawa Fenol
7. Detergen sebagai MBAS
mg/L
mg/L
Spektrofotometri Spektrofotometer
d. Kualitas Air Sumur
Sampling kualitas air tanah dangkal (air sumur) diambil pada rencana pembangunan jembatan, yaitu sumur masyarakat. Sampling langsung dilapangan dan analisis terhadap parameternya dilakukan di laboratorium. Parameter dan metoda yang digunakan untuk analisis kualitas air sumur dapat terlihat pada Tabel 2.7 berikut ini:
Tabel 2.7 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Tanah Dangkal (Air
Sumur)
No. Parameter
Satuan Metoda
Alat
I FISIKA
1. Warna Unit Pt-Co Spektrofotometri Spektrofotometer 2. Temperatur
Termometer 3. Kekeruhan
C Pemuain
Turbidimeter 4. Padat terlarut (TDS)
NTU
Turbidimetri
Spektrofotometri Spektrofotometer II. KIMIA 1. Persenyawan Logam
mg/L
mg/L Spektrofotometri AAS 2. Senyawa NonLogam
Spektrofotometri Spektrofotometer 3. Kesahan total (CaCO 3 ) mg/L Spektrofotometri AAS 4. pH
e. Komponen Flora Parameter flora dilakukan dilapangan dengan cara pengamatan dilapangan
pada daerah yang akan dibangun jembatan.
f. Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Untuk pengumpulan data sosial ekonomi dan sosial budaya dilakukan
wawancara dengan penduduk setempat dan pemuka masyarakat.
2.4. WILAYAH STUDI
Kabupaten Pasaman Barat Propinsi Sumater Barat, merupakan daerah yang dilalui jalan lintas barat tersebut telah menimbulkan multiplier effect terhadap perkembangan pembangunan daerah termasuk kemajuan pembangunan ibukota Kabupaten Pasaman Barat. Untuk mengantisipasi perkembangan kemajuan pusat kota dari kabupaten tersebut dan terus mengembangkan potensi sumberdaya alamnya belum dimanfaatkan secara optimal.
Lokasi jembatan Aie Gadang terletak di Nagari Aie Gadang Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. Orientasi lokasi masing-masing rencana kegiatan pembangunan jembatan dan gambar konstruksi jembatan secara umum berturut-turut dapat dilihat pada Gambar – 1 Situasi & Gambar – 2 Denah Potongan Memanjang dan Potongan Melintang (Jembatan Aie Gadang).
BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP
Rona lingkungan hidup yang diperlukan dalam studi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Rencana Kegiatan Peningkatan Pembangunan Jembatan Aie Gadang Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat meliputi komponen fisik-kimia, biologi, dan sosial ekonomi serta sosial budaya. Data rona lingkungan hidup berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari studi dokumen dan kepustakaan, sedangkan data primer diperoleh dari dari hasil pengukuran, pengamatan (observasi), dan wawancara.
3.1. KOMPONEN FISIK KIMIA
3.1.1. Kondisi Iklim
a. Klasifikasi Iklim
Kondisi iklim di Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis dan posisi lautan dalam hubungannya dengan gerakan angin. Pegunungan Bukit Barisan yang terbentang dari arah Barat Daya ke Tenggara dan Lautan Hindia di sebelah Barat menyebabkan terjadinya proses kondensasi ketika pengangkatan awan secara vertikal dan orografik yang mengandung banyak uap air atau hujan di daerah lereng sebelah Barat. Berdasarkan posisi geografis, wilayah studi terletak di sebelah Barat daerah Pegunungan Bukit Barisan diperkirakan mendapat hujan relatif lebih banyak dibandingkan lereng sebelah Timur. Selanjutnya akan diuraikan kondisi iklim wilayah studi berdasarkan beberapa sistim klasifikasi iklim yang berlaku di Indonesia.
a) Berpedoman pada sistim klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1951), wilayah studi mempunyai iklim tipe A (sangat basah), dimana nilai Q (Quotient) untuk daerah Sukamenanti (Q=1,8), Silawai (Q=3,7) dan Air Bangis (Q=3,7). Iklim tipe A dicirikan dengan iklim sangat basah dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun.
b) Menurut sistim klasifikasi iklim W.Koppen, wilayah studi tergolong iklim tipe Afa. Tipe Afa dicirikan dengan iklim tropis basah dengan curah hujan tinggi
dan merata sepanjang tahun. Suhu udara bulan terdingin di atas 18 0
C dan suhu udara bulan terpanas di atas 22 0
C. Perincian mengenai tipe iklim tertera pada Tabel 3.1.
c) Berdasarkan pada system klasifikasi Oldeman, Irsal Las dan S.N. Darwis (1979) dalam “An Agroclimatic Map of Sumatra”, wilayah studi tergolong pada zona agroklimat A. Zona agroklimat A dicirikan dengan jumlah bulan basah (curah hujan di atas 200 mm) berturut-turut sebanyak 9-11, dan bulan kering (curah hujan kurang dari 100 mm) berturut-turut kurang dari 2.
Tabel 3.1. Kondisi Iklim Di Lokasi Kegiatan dan Sekitarnya
Tipe
Schmidt Tipe No Sistim Iklim Elevasi
Jumlah Bulan Kering
Jumlah Bulan Basah
Nilai
dan Koppen (MDPL)
Maks Frek 1 Sukamenanti 180
Rata-
Maks Frek Rata-
Maks Frek Rata
2 11 12 7 1,8 A Afa 2 Silawai
6 10,7 12 5 3,7 A Afa 3 Air Bangis 3
Sumber : Schmidt, F.H/ and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall Types Based On Wet Dry Period Rations for Indonesia with Western New Guinee. Verhandelingen, No. 42.
b. Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara, dan Kecepatan Angin
Unsur-unsur iklim meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin tertera pada Tabel 3.2. Data-data unsur iklim tersebut diperoleh dari Dinas PSDA Propinsi Sumartera Barat dengan stasiun klimatologi Sukamenanti dalam kurun waktu 2000-2005.
Tabel 3.2. Data Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin di Daerah Sukamenanti dan Sekitarnya (2000-2005).
Kelembaban Kecepatan No Bulan Hujan
Curah
Suhu Udara ( 0 C)
Hari
Hujan
Maks Min Rata-
(km/hari)
6,17 Total Tahunan
Rata-rata 337 14 35,25 26,58 26,58 92,50 6,97 Bulanan Sumber : Dinas PSDA Propinsi Sumatera Barat
Dari Tabel 3.2 menunjukkan bahwa curah hujan tahunan sebesar 4.041 mm dengan rata-rata bulanan 337 mm, Jumlah hari hujan rata-rata tahunan 169 dan rata-rata bulanan sebesar 14. Curah hujan tertinggi terdapat pada bulan November dan terendah pada Bulan Juni. Distribusi curah hujan dengan bulan basah merata sepanjang tahun dengan tanpa bulan kering. Suhu udara
0 maksimum rata-rata 35,25 0 C, minimum rata-rata 17,83
C dan rata-rata bulanan 26,58 0
C. Kelembaban udara rata-rata bulanan berkisar antara 91,24%
sampai 92,50% dengan rata-rata tahunan 91,24%. Kecepatan angin rata-rata bulanan di wilayah studi berkisar antara 0,83 km/hari sampai 16,22 km/hari dengan rata-rata bulanan 6,97 km/hari.
3.1.2. Fisiografi
Secara fisiografis, lokasi kegiatan tergabung dalam sistim fisiografi alluvial. Fisiografi alluvial ini terbentuk dari endapan alluvium resen dari sungai Batang Pasaman. Endapan aluvium ini membentuk teras sungai (river terrace) dengan endapan pasir yang paling dominan sebagai material yang mudah lepas. Bentuk wilayah datar dengan kemiringan lereng 0 – 2 %.
3.1.3. Geologi Kondisi geologi di lokasi kegiatan berpedoman pada Peta Geologi Bersistem
Lembar Lubuk Sikaping (0716), Skala 1:250.000 yang dipublikasikan oleh Direktorat Geologi (N.M.S Rock, D.T. Aldiss, J.A Aspden, M.C.G Glauke, A. Djunuddin, W. Kantawa, S.J. Thompson dan R. Wandoyo, 1983).
a. Komposisi Litologi
Secara litologi, lokasi kegiatan terbentuk dari endpaan sungai yang masih
muda berumur kuarter (Q 2 l). Endapan aluvium ini terdiri dari pasir, kerikil, dan
debu. Endapan aluvium ini membentuk dataran aluvial yang teridri dari teras sungai dan tanggul sungai.
b. Struktur Geologi
Di lokasi kegiatan dan sekitarnya tidak terindikasi adanya struktur geologi dalam bentuk sesar. Keberadaan sesar berada jauh di luar lokasi kegiatan, yaitu di daerah perbukitan dan pegunungan.
3.1.4. Hidrologi
a. Debit Sungai
Rencana kegiatan peningkatan jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat melintasi Sungai Batang Pasaman. Berdasarkan hasil pengukuran debit Sungai Batang Pasaman yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Pasaman Barat dalm rentang waktu 10 tahun 1998 – 2008, rata-
rata debit sungai Batang Pasaman 220 m 3 /dtk dan berair sepanjang tahun (parenial river). Perbedaan fluktuasi debit sungai yang cukup besar antara
musim penghujan dan musim kemarau, terutama disebabkan oleh terganggunya fungsi hidrologis Daerah Aliran Sungai (DAS) pada bagian hulunya.
b. Sifat Aliran
Sifat aliran dari sungai utama Batang Pasaman dan anak-anak sungai yang terdapat dalam DAS Batang Pasaman tergolong aliran yang mengalir sepanjang tahun (continuous flow) dan sifat alirannya tergantung pada musim. Pada musim penghujan aliran sungai besar dengan kecepatan tinggi dan sebaliknya pada musim kemarau.
c. Pola Aliran
Pola aliran hanya digambarkan dalam sistem percabangan sungai ekosistem DAS. Sistem percabangan sungai Batang Pasaman bertekstur sedang (medium). Pada bagian hulu dan tengah DAS pola aliran yang berkembang adalah tipe tipe dandritik. Tipe dranditik ini merupakan tipe pola drainase erosional dan berkembang bebas dalam segala arah dengan percabangan tidak teratur.
d. Data Kualitas Air
1) Kualitas Air Sungai Kualitas air sungai Aie Gadang akibat pembangunan pengembangan
jembatan akan mempengaruhi kualitas air sungai tersebut. Perubahan kualitas air sungai disebabkan peningkatan kandungan parameter fisika maupun parameter kimia akibat kegiatan tersebut khususnya sewaktu kegiatan konstruksi berlangsung. Dalam kajian kelayakan lingkungan diperlukan kualitas air sungai sebelum kegiatan dilaksanakan untuk mengetahui rona atau kondisi awal yang dapat dijadikan rujukan untuk melihat perubahan kualitas air sungai apabila telah berlangsung jembatan akan mempengaruhi kualitas air sungai tersebut. Perubahan kualitas air sungai disebabkan peningkatan kandungan parameter fisika maupun parameter kimia akibat kegiatan tersebut khususnya sewaktu kegiatan konstruksi berlangsung. Dalam kajian kelayakan lingkungan diperlukan kualitas air sungai sebelum kegiatan dilaksanakan untuk mengetahui rona atau kondisi awal yang dapat dijadikan rujukan untuk melihat perubahan kualitas air sungai apabila telah berlangsung
Tabel 3.3. Kualitas Air sungai Aie Gadang Pada Rencana Peningkatan Pembangunan Jembatan Aie Gadang Kabupaten Pasaman Barat
PerGub 05/2008 No. Parameter Satuan
Kode sampel
I FISIKA
1. Temperatur o C 28,6 28,5 Dev.3 Dev.3 Dev.3 Dev.3
2. Padat terlarut (TDS)
3. Padat tersuspensi (TSS)
II. KIMIA
1. pH - 8,21 8,14 6-9 6-9 6-9 6-9
2. DO mg/L 4,00 4,20 6 4 6 4
3. BOD mg/L 0,67 0,38 2 3 2 3
4. COD mg/L 5,00 3,00 10 25 10 25
5. Nitrat (NO 3 -N) mg/L 0,59 0,20 10 10 10 10
6. Amoniak (NH 3 -N) mg/L 0,60 ttd 0,5 (-) 0,5 (-)
7. Klorida (Cl)
8. Sulfat (SO 4 ) mg/L 13,43 2,79 400 (-) 400 (-)
9. Timbal (Pb) mg/L ttd ttd 0,03 0,03 0,03 0,03
10. Tembaga (Cu) mg/L 0,05 ttd 0,02 0,02 0,02 0,02
11. Besi (Fe)
12. Seng (Zn) mg/L 0,02 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
13. Minyak/Lemak
mg/L ttd ttd 1
14. Detergen (MBAS) mg/L 0,01 ttd 0,2 0,2 0,2 0,2 Keterangan Kode sampel
KAP.1 = Sungai Aie Gadang (bagian hulu) KAP.2 = Sungai Aie Gadang (bagian hilir)
ttd = tidak terdeteksi (-) = tidak dipersyaratkan Sumber: Hasil analisis laboratorium Baristand I ndustri Padang, 2010
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa semua parameter memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan yaitu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kriteria Mutu Air Sungai Sumatera Barat, baik untuk kelas I maupun untuk kelas II.
2) Kualitas Air Sumur Kualitas air tanah dangkal atau air sumur masyarakat yang terdekat dari rencana pembangunan jebatan aie gadang diperoleh data seperti Tabel berikut ini
Tabel 3.4. Hasil analisis kualitas air Sungai Aie Gadang pada rencana pembangunan jembatan Aie Gadang, Kabupaten Pasaman Barat.
Kode Sampel
No Parameter
Satuan
Baku Mutu*)
TAG-1 I FISIKA
II. KIMIA
2. Kesahan total (CaCO 3 ) mg/L
3. Nitrat (NO 3 -N) mg/L 6,93 10
4. Klorida (Cl)
5. Belerang (H 2 S) mg/L 0,05 (-)
6. Sulfat (SO 4 ) mg/L 4,84 400
7. Tembaga (Cu)
8. Besi (Fe)
9. Timbal (Pb)
15 Keterangan Kode sampel
10. Seng (Zn)
mg/L
ttd
AT.1 = Sumur Masyarakat (Aie Gadang)
ttd = tidak terdeteksi (-) = tidak dipersyaratkan
Sumber: Hasil analisis laboratorium Baristand I ndustri Padang, 2010
Berdasarkan data kualitas air sumur masyarakat bahwa semua parameter yang telah dianalisis memenuhi kriteria menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1999. Sehingga air sumur masyarakat tersebut masih layak digunakan sebagai sumber air bersih, karena berdasarkan parameter yang telah dianalisis memenuhi persyaratan.
3.1.5. Kualitas Udara
Pembangunan pengembangan jembatan Aie Gadang di Kabupaten Pasaman Barat, khususnya selama konstruksi berlangsung dapat memberikan dampak terhadap penurunan kualitas udara ambien. Untuk mengetahui perubahan kualitas lingkungan udara ambien selama pembangunan jembatan tersebut diperlukan data kualitas udara ambien sebelum berlangsungnya pembangunan jembatan. Parameter yang akan digunakan sebagai acuan untuk kualitas udara ambien
meliputi debu total (TSP) dan gas CO, NO 2 serta SO 2 . Lokasi pengukuran kualitas udara dilakukan pada dua lokasi yaitu pada kedua ujung jembatan yang berada pada pemukiman masyarakat. Hasil pengukuran kualitas udara ambien sebelum pembangunan jembatan dapat terlihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 3.5 Kualitas Udara Ambien di Rencana Lokasi Pembangunan Aie Gadang, Kabupaten Pasaman Barat
No. Parameter Satuan Kode Sampel Baku Mutu*)
KUAG-1 KUAG-2
1. Debu total (TSP) µg/m 3 45,0 65,0 230
2. Belerang dioksida (SO 2 )
µg/m 3 172,48 77,47
3. Nitrogen dioksida (NO 2 )
µg/m 3 126,36 131,32
4. Karbon oksida(CO) µg/m 3 5.656 23.197 30.000 Keterangan:
Kode sampel
KUAG-1 = Bagian Utara
KUAG-2 = Bagian Selatan
*) Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999
Sumber: Laboratorium Hiperkes dan Tenaga Kerja Sumatera Barat, 2010
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan debu total (TSP) untuk kedua lokasi memperlihat hasil yang masih berada dibawah baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 untuk lingkungan udara ambien.
3 Kandungan TSP relatif sangat kecil yaitu 45,0 3 µg/m dan 65,0 µg/m sedangkan µg/m baku mutu 230 3 . Sebagai sumber kandungan debu pada udara ambien
adalah berasal dari kegiatan transportasi yang melewati lokasi pembangunan jembatan serta aktifitas masyarakat disekitarnya. Rendahnya kandungan debu total disebabkan oleh rendahnya aktifitas kendaraan yang melalui lokasi ini karena lokasi rencana pembangunan jembatan relatif jauh dari pusat perkotaan. Kendaraan yang sering melewati lokasi ini selain kendaraan umum juga kendaraan pengangkut buah kelapa sawit dan minyak kelapa sawit (CPO). Selain itu pada lokasi ini masih banyak vegetasi atau tanaman yang dapat menyerap atau menghalangi penyebaran debu ke lingkungan udara ambien. Kandungan gas (CO, NO2 dan SO2) yang dipantau juga memberikan nilai jauh berada dibawah baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 untuk lingkungan udara ambien.
3.1.6. Tingkat Kebisingan dan Getaran
a. Tingkat Kebisingan
Kegiatan pembangunan jembatan khususnya selama tahap konstruksi diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat kebisingan. Sehubungan dampak tersebut diperlukan untuk mengukur kebisingan pada rencana lokasi pembangunan jembatan pada kawasan pemukiman masyarakat. Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada dua lokasi pengukuran dapat terlihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 3.6. Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada rencana pembangunan Jembatan Aie Gadang, Kabupaten Pasaman Barat
Kode Sampel
No. Parameter Satuan Baku Mutu*)
KUAG-1 KUAG-2
dB(A)
Kode sampel
KUAG-1 = Bagian Utara
KUAG-2 = Bagian Selatan
*) Peraturan Pemerintah RI 41/1999
Sumber: laboratorium Hiperkes dan Tenaga Kerja Sumatera Barat, 2010
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai kebisingan adalah 68 dB dan 62 dB, nilai tersebut melebihi baku mutu untuk kawasan pemukiman tetapi berada dibawah peruntuk fasilitas umum menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999. Walaupun pengukuran dilakukan pada pemukiman masyarakat tetapi lokasi ini merupakan kawasan yang termasuk fasilitas umum.
b. Getaran
Getaran merupakan komponen lingkungan yang dapat tejadi selama konstruksi akibat penggunakan alat-alat berat dan kendaraan angkut material. Untuk mengetahui getaran pada kondisi awal yaitu sebelum pembangunan jembatan dilakukan pengukuran pada dua lokasi. Hasil pengukuran getaran pada lokasi rencana pembangunan jembatan dapat terlihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 3.7. Hasil pengukuran getaran pada rencana pembangunan Jembatan Aie Gadang Kabupaten Pasaman Barat
Baku Mutu*) No. Parameter Satuan
Kode Sampel
KUAG-1 KUAG-2
>5,2 - 16 Keterangan:
1. Getaran
mm/detik
Kode sampel
KUAG-1 = Bagian Utara
KUAG-2 = Bagian Selatan
*) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun1996
Sumber: laboratorium Hiperkes dan Tenaga Kerja Sumatera Barat, 2010
Berdasarkan hasil pengukuran getaran untuk dua lokasi diperoleh nilai getaran 5,9 mm/detik dan 6,3 mm/detik, nilai tersebut memenuhi baku mutu menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996. Sumber getaran selama pengukuran bersumber dari aktifitas kendaraan yang melalui lokasi rencana pembangunan jembatan.
3.1.7. Kondisi tanah
a. Klasifikasi Tanah
Tanah yang terdapat di lokasi kegiatan adalah Aluvial distrik (Pusat Penelitian Tanah, 1983). Kesatuannya adalah sistem klasifikasi soil Taxonomy (2006) termasuk pada sub group Typic Udifluvents, dan menurut sistem klasifikasi tanah FAO-UNESCO (1990) termasuk Dystric Fluvisols.
b. Sifat dan Karakteristik Tanah
Tanah Aluvial Distrik Aluvial (Typic Udifluvents) merupakan tanah mineral yang belum berkembang atau baru berkembang (recent). Tanah ini tersebar pada satuan fisiografi dataran aluvial dengan bahan induk tanah berasal dari endapan aluvium sungai. Pemanfaatan lahan saat ini adalah kebun campuran antara tanaman semusim dan tanaman tahunan (kelapa sawit dan kakao). Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan sifat fisik tanah yaitu drainase tanah sedang, permeabilitas sedang, struktur berbutir dan remah serta tekstur tanah sedang (lempung). Kedalaman tanah 80-100 cm (agak dalam). Sifat kimia tanah dicirikan dengan reaksi tanah masam (pH 4,5 -5,5), kandungan C-
organik sedang, nitrogen total sedang, P 2 O 5 total dan K 2 O total tergolong
rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) rendah dan kejenuhan basa (KB) rendah. Status kesuburan tanah tergolong rendah. Hasil Analisis sifat dan karekteristik tanah disajikan pada tabel 3.8
Tabel 3.8 Hasil analisis sifat fisik tanah di lokasi kegiatan
S1 S2 No Kualitas Tanah Satuan Nilai Kriteria Nilai Kriteria
A. Sifat Fisik Tanah
1. Berat Volume
g/cm 3 1,05 sedang
sedang
2. Porositas Tanah
3. Permeabilitas Tanah
cm/jam 6,13
4. Struktur Tanah
berbutir
berbutir
5. Konsitensi Tanah
gambur
gambur
6. Kedalaman Tanah
cm
94 Agak dalam
86 Agak dalam
7. Distribusi Ukuran Partikel
a. Pasir
b. Debu
c. Liat
8. Tekstur Tanah
B Sifat Kimia Tanah
2. C- Organik
3. N- Total
4. P 2 O 5 Total
mg/100g
5. K 2 O Total
mg/100g
6. Basa-Basa Dapat Ditukar
a. Ca
mg/100g
mg/100g
mg/100g
mg/100g
mg/100g 14,5
rendah Sumber : Hasil analisa Laboratorium Jurusan Tanah Universitas Andalas (2010)
C. Status Kesuburan Tanah
rendah
Keterangan : S1. Lokasi sampling pinggir Sungai Batang Pasaman sebelah utara
S2. Lokasi sampling pinggir Sungai Batang Pasaman sebelah selatan
c. Erosi tanah
Laju erosi tanah dihitung menggunakan persamaan umum kehilangan tanah atau persamaan USLE (universal Soil Loss Equation). Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Hasil Prediksi Laju Erosi tanah di Lokasi kegiatan
Laju Erosi No
(ton/ha/tahun)
10,32 Sumber : Hasil Analisis, 2010
Keterangan : R = Indeks Erosifitas hujan
K = Indeks Erodibiltas tanah Ls = Faktor Topografi
CP = Tindakan pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi tanah
Penilairn tingkat bahaya erosi (TBE) ditentukan dengan cara mempertimbangkan laju erosi dengan kedalaman solum. Hasil penilairn TBE disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Tingkat Bahaya Erosi di Lokasi kegiatan
No Lokasi
Laju Erosi
Kedalaman
TBE
(ton/ha/tahun)
Solum (m)
1. S1
93 Sangat Ringan
96 Sangat Ringan Sumber: Hasil Analisis, 2010
2. S2
Rekapitulasi hasil pengamatan erosi tanah yang meliputi laju erosi, TBE dan kalsa/skala erosi disajikan pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11. Hasil Perhitungan Laju Erosi, TBE dan Kelas/Skala Erosi di Lokasi kegiatan
No Lokasi
Laju Erosi
TBE
Kelas / Skala
(ton/ha/tahun)
5 Sumber: Hasil Analisis, 2010
2. S 2 10,32
SR
Keterangan : SR : sangat rendah
Kelas/skala erosi Æ 5 : sangat baik
Dari hasil perhitungan parameter erosi tanah yang tertera pada Tabel 3.9; 3.10; 3.11 menunjukkan bahwa erosi tanah adalah 8,91 – 10,32 ton/ha/tahun. Laju erosi tersebut apabila ditinjau dari tingkat bahaya erosi (TBE) sangat rendah (SR) dan kelas atau skala erosi sangat baik (skala 5). Berdasarkan hasil observasi lapangan tidak ditemukan bentukan permukaan akibat erosi, baik erosi alur (rill erosion) maupun erosi parit (gully erosion). Terkait lokasi kegiatan berada pada bantaran sungai, ditemukan adanya erosi tebing sungai (streambank erosion) disepanjang teras sungai.
3.2. KOMPONEN BIOLOGI Lokasi kegiatan berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, sehingga flora
yang ditemukan dapat dikelompokkan pada kategori tanaman hias, tanaman pekarangan, tanaman budidaya dan tanaman liar (semak). Tanaman pekarangan merupakan tanaman yang sengaja ditanaman dipekarangan rumah atau di pinggir jalan yang juga dimanfaatkan sebagai tanaman pelindung. Sedangkan tanaman budidaya merupakan tanaman yang sengaja ditanam dalam jumlah yang besar untuk tujuan ekonomis.
Dari inventarisasi flora yang dilakukan didapatkan 4 jenis yang dominan berada disekitar jembatan, yaitu Ficus hispida, Cocos nucifera, Elaeis guinensis dan Theobroma caccao. Diantara keempat jenis tersebut, tiga terakhir merupakan tanaman budidaya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu, disekitar area studi juga ditemukan Durio zibethinus (durian) yang merupakan tanaman yang dillindungi menurut SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 yang menyatakan bahwa flora ini tidak boleh ditebang jika diameter batangnya kurang dari 60 cm. Berdasarkan jumlah jenis flora yang ditemukan, yaitu 51 jenis, maka lingkungannya dapat digolongkan sangat baik (skala 5). Data lengkap jenis flora dapat dilihat pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12. Jenis Flora disekitar Lokasi Kegiatan
No Family
Jenis
Nama Daerah Keberadaan Keterangan
1 Acanthaceae
Asystasia sp
TL
2 Agavaceae
Agave sp
TH
3 Agavaceae
Sansiviera sp
Lidah mertua
TH
4 Amaranthaceae Amaranthus hybridus
Bayam
TL
5 Amaranthaceae Celosia argentea
Bunga tahi ayam
TH
6 Anacardiaceae Mangifera indica
Caladium bicolor
Colocasia esculenta
Nothopanax scutellarium Tapak leman
TP
10 Asteraceae
Zinnia limnearis
bunga lilin
TH
11 Asteraceae
Ageratum conyzoides
Micania micrantha
Euphatorium inulifolium +
TL
14 Asteraceae
Emilia sonchifolia
TL
15 Bombacaceae Durio zibethinus
Canna indica
Carica papaya