SEJARAH PERKEMBANGAN SYIAH di asia tenggar
SEJARAH PERKEMBANGAN SYIAH
Dosen Pengasuh
Dr. Idrus Al-Kaf, MA
Pemakalah
Andy Hariyono
Kementrian Agama Republik Indonesia
Pasca SarJana IAIN Raden Fatah
Program Studi Sejarah Peradaban Islam
Konsentrasi Tafsir-Hadits
2012
1
AJARAN DAN PERKEMBAGAN KELOMPOK SYIAH
Oleh : Andy Hariyono
I.
Pendahuluan
Bismillah. Berpindahnya Rasulullah Saw ke sisi Sang Khalik
meninggalkan beberapa tugas (amanah) kepada umat Islam,
terutama dua hal yang sangat berkaitan dengan kehidupan dunia
dan akhirat kelak; Al-Quran dan Sunah. Karena kedua warisan
Nabi Saw tersebutlah yang nantinya diterima umat Islam dengan
berbagai
sudut
pandang
yang
berbeda,
sehingga
timbul
perbedaan ijitihad dalam memahami agama.
Sebagai misal sederhana perbedaan termaksud ialah; Di ranah
akidah kita mengenal adanya pembagaian tauhid menjadi
uluhiyah, rububiyah, asma dan sifat, namun di lain sisi terdapat
ulama yang berpandangan tidak perlunya pembagian tersebut;
Di ranah fikih kita mengenal paling tidak empat imam mazhab
fikih yang berbeda pendapat dalam menggunakan dalil syar’i;
Dan perbedaan-perbedaan yang lain.
Diawali
dengan
perangkat
itulah
perbedaan
cara
pandang
muncul
berbagai
terhadap
kelompok,
kedua
sekte,
atau
golongan yang berbeda pula dalam tubuh umat Islam. Sebagai
contoh, muncul diantaranya; Sunni, Syiah, Muktazilah, Khawarij,
Jabariyah, Qodariyah dan lain sebagainya.
Pada kesempatan kali ini, penulis hanya akan menyinggung salah
satu bagian dari golongan yang tersebut di atas, yaitu Syiah.
Agar
lebih
memberikan
terarah
diskusi
gambaran
ini
nantinya,
sederhana
ijinkan
mengenai:
1)
penulis
Sejarah
munculnya Syiah. 2) Tokoh-tokoh Syiah. 3) Sekte-sekte Syiah
serta ajaran-ajarannya. 4) Buku-buku Syiah.
2
II.
Sejarah Munculnya Syiah
Agar
mempermudah
kita
untuk
mengenal
ajaran
Syiah,
sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai sejarah
munculnya istilah “syiah” itu sendiri. Karena dengan mengetahui
latar belakang berdirinya suatu pembahasan, berharap dapat
membantu dalam memahami objek pembahasan termaksud.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1 versi Kementrian
Pendidikan
Nasional
Indonesia,
sejarah
ialah;
1.
asal-usul
(keturunan) silsilah; 2. Kejadian dan peristiwa yang benar-benar
terjadi pada masa lampau; 3. Pengetahuan atau uraian tentang
peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Adapun “Syi’ah” berasal dari bahasa arab yang berarti pengikut,
sehingga belakangan istilah Syiah ini identik dengan nama
sebuah kelompok dalam Islam yang mendukung
(pengikut)
Imam Ali r.a.
Merujuk pengertian di atas, penulis hendak menyajikan di awal
pembahasan ini mengenai asal-usul munculnya istilah Syiah.
Dalam artian, sejak kapan Syiah menjadi nama sebuah kelompok
dalam umat Islam?
Menjawab pertanyaan itu, penulis hendak mengajak pembaca
yang budiman untuk merunut kembali ingatan mengenai sirah
nabawiyah dan para sahabat r.a.
Pada awal pertumbuhan Islam, al-Quran memerintahkan manusia
untuk beriman kepada Allah Swt, para malikat, rasul-rasul a.s,
kitab-kitab, hari akhir juga takdir. Kesemua perintah tersebut
diterima para sahabat r.a dengan lapang dada dan tanpa banyak
1
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
3
tanya. Panggilan keimanan atau dalam istilah lain akidah ini
merupakan seruan yang sangat dominan dalam al-Quran hingga
surat terakhir turun. Hal tersebut tampak dalam al-Quran dimana
ayat-ayat yang turun berkenaan dengan hukum syar’i tidak lebih
banyak dari 600 ayat, sedangkan sisanya al-Quran berbicara
mengenai akidah dan perangkat-perangkatnya.
Sedangkan
Nabi
menjelaskan
wahyu
Muhammad
al-Quran
Saw
yang
menyampaikan
turun
seperlunya
dan
saja,
termasuk menjawab pertanyaan para sahabat r.a seputar wahyu.
Dan yang lebih unik lagi, Nabi juga menjawab melalui wahyu
mengenai beberapa pertanyaan kaum Musrik (politeis) maupun
para
Ahli
Kitab. Sehingga
setelah misi ketauhidan sudah
sempurna dipahami dan dimengerti oleh para sahabat r.a, Allah
Swt pun memindahkan Baginda Saw ke sisi-Nya.
Sampai di sini, umat Islam masih berada di bawah bendera
kesatuan umat, hingga masa Abu Bakar Sidiq r.a. berakhir. Dan
istilah Syiah sebagai sebuah kelompok pun belum terdengar
pada saat itu.
Memang pernah terjadi konflik agama di masa Abu Bakar Sidiq
r.a berupa pemurtadan dan penolakan atas pembayaran zakat,
namun Khalaifah pertama pengganti Rasulullah Saw ini langsung
menindak tegas mereka sehingga tidak ada lagi konflik kesatuan
umat, sampai Islam tersebar luas di masa Umar bin Khottab r.a.
Setelah
masa
kedua
khalifah
–radiyallahuanhuma-
diatas,
muncullah oknum pembunuh Si Pemilik dua Cahaya, Utsman bin
Affan r.a (35 H). Setelah terjadi pembunuhan khalifah ketiga
umat Islam inilah, mulai beruntut kejadian-kejadian pemecah
belah umat hingga Perang Jamal (36 H) dan Perang Siffin (37 H)
pun tak terelakkan. Setelah peperangan, pasukan khalifah Ali r.a
terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu; Kelompok Syiah yang
4
memandang bahwa Ali bin Abi Thalib lebih berhak menjadi
khalifah
setelah
Rasulullah
Saw;
Kelompok
Khawarij
yang
menjadi problem sosial baru kala itu; dan Kelompok Murjiah yang
menyerahkan segala pertikaian kepada Allah Swt.2
Dari sana dapat kita temukan kemunculan istilah “Syiah” yang
dinisbahkan kepada kelompok pendukung khalifah Ali bin Abi
Thalib r.a. Perlu dipertimbangkan juga, banyak perbedaan
pendapat ahli sejarah mengenai sebab munculnya kelompok
Syiah ini, tidak cukup dengan uraian di atas.
Diantaranya, ada pendapat yang mengatakan bahwa munculnya
Syiah
merupakan
memuliakan
raja,
pengaruh
sehingga
dari
hal
tradisi
tersebut
di
Persia
yang
ditransformasikan
kedalam Islam untuk mengagungkan para imam ahlu’l bait
(Keluarga Rasulullah Saw). Ada juga yang berpandangan bahwa
Syiah muncul karena adanya sempalan oknum Yahudi bernama
Abdullah bin Saba’, yang berpura-pura masuk Islam hanya
karena ingin memecah belah umat.3
Namun, Abdul Halim Mahmud, yang di masa hidupnya pernah
menjabat sebagai Syaikh Al-Azhar, membantah pernyataan di
atas dengan mengatakan bahwa, kemunculan Syiah bahkan jauh
sebelum Abdullah bin Saba’ atau pengaruh Persia bersinggungan
dengan Islam. Hal tersebut tampak pada personalitas Ali bin Abi
Thalib r.a sendiri maupun hubungannya dengan Nabi Saw 4,
bahkan sebelum risalah Islam (wahyu) diturunkan.
2
Imam Ibrahim bin Ibrahim bin Hasan al-Laqoni, Arjuzatu Jauharotu’t Tauhid
disyarah oleh Imam Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad al-Bajuri dalam
Tuhfatu’l Murid ala Jauharotu’t Tauhid ditaklik oleh Tim Penyusun dari fakultas
Akidah dan Filsafat Univ. Al-Azhar As- Syarif. hal.7-8 Tahun 2006
3
Abul Halim Mahmud, At Tafkir al-Falsafi fi’l Islam. Hal. 96 Maktabah Iman,
Kairo. Tahun 2006
4
Ibid. Hal. 97
5
Sehingga, masih menurut Abul Halim Mahmud, pada awalnya
“Syiah” hanyalah rasa cinta terhadap ahlul bait (keluarga
Rasulullah Saw) semata, sebagaiamana cintanya sahabat Salman
Al-Farisi r.a kepada ahlu’l bait. Kemudian rasa cinta tadi
berkembang menjadi kasihsayang yang berlebihan tatkala para
Ahlul Bait tidak mendapatkan kedudukan yang semestinya di
masyarakat, dan setelah itu syiah pun menjadi berlebih-lebihan,
hingga menjadikan nash agama sesuai dengan kehendaknya,
dan menjadi sebuah kelompok yang kita kenal sekarang. Dengan
demikian, Syiah lahir secara alamiah dan berkembang secara
alamiah pula.5
Sedangkan Ali Sami Nasyar menyinggung istilah “Syiah” secara
bahasa muncul pasca syahidnya khalifah Utsman bin Affan r.a,
yakni ketika khalifah keempat umat Islam ini menyatakan bahwa
pengikutnya adalah “syiah”. Akan tetapi, di saat yang sama pula,
Muawiyah yang pada masa itu berselisih dengan Ali r.a juga
menamakan pengikutnya dengan sebutan “syiah” 6. Hal ini
menunjukkan bahwa istilah “syiah” pada waktu itu hanyalah
penyebutan
secara
bahasa
saja,
belum
menjadi
sebuah
kelompok (mazhab) keagamaan.
Istilah “syiah” menjadi nama sebuah kelompok keagamaan
muncul pasca syahidnya Husain bin Ali bin Abi Thalib. Dimana
sebelumnya terkenal dengan nama aS-Syiah al-Husainiyah yang
nama tersebut dipopulerkan oleh Almukhtar bin Abi Ubaid
Atsaqofi. Dan juga pada saat itu banyak pengikut Almukhtar di
Kufah.
Di kufah inilah, sepeninggalan Almuktar bin Ubaid Atsaqofi, kata
“syiah” menjadi sebuah nama bagi sebuah mazhab ilmu kalam di
5
Ibid. Hal. 102
Dr. Ali Sami Nasyar, Nasya’atu’l Fikri al-Falsafi fi’l Islam. Vol. 2 hal. 32 Daarul
Ma’arif Kairo
6
6
tengah-tengah umat Islam dan meletakkan dasar-dasar ajaran
Syiah walaupun belum sempurna, karena hal tersebut mulai
menjadi satu ajaran yang utuh di masa Imam Ja’far As-Sodiq. 7
Melihat
perbedaan
mengenai
munculnya
Syiah
di
atas,
setidaknya dapat kita simpulkan bahwa kemunculan Syiah,
terlepas secara bahasa maupun kelompok, sudah kita kenal di
era awal umat Islam ini. Dan berkembang hingga menjadi sebuah
paham kelompok dalam agama Islam yang kita ketahui sekarang.
III.
Tokoh-Tokoh Syiah
Tokoh secara bahasa adalah; 1. Rupa (wujud dan keadaan);
macam atau jenis; 2. Bentuk badan; 3. Orang yang terkemuka
dan kenamaan; 4. Pemegang peran (peran utama) dalam roman
atau drama8. Adapun tokoh yang penulis maksud di sini ialah,
orang yang terkemuka dan kenamaan dalam kelompok Syiah.
Mengingat banyaknya kelompok-kelompok di dalam paham Syiah
sendiri, menjadikan tokoh-tokoh yang ada pun sangat beragam.
Perlu diketahui sebelumnya, bahwa penulis hanya memaparkan
nama-nama tokoh yang sering di sebut dalam kajian Syiah di
beberapa buku, bukan berdasarkan tahun ataupun kelompokkelompok yang ada di Syiah itu sendiri. Sehingga para pembaca
dapat merujuk ke buku-buku bacaan tersebut nantinya, dan
membandingkan dengan buku yang lain, bahwa setiap pengkaji
Syiah, setidaknya tidak terlepas dari nama-nama itu.
Menurut Abu Hasan Al-Asyari adalah, Bayan bin Sam’an,
Abdullah bin Muawiyah bin Abdullah bin Ja’far, Abullah bin Amru
bin Harb, Almughiroh bin Sa’id, Abu Mansur Al’Ijli, Abu Khitob bin
Abi Zainab, Muhammad bin Alhanafiyah, Abu Karb Ad Doriri, dll.9
7
Ibid. Vol. 2 Hal 35
Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan, Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
9
Abu Hasan Al-Asyari, Maqolatul Islamiyin.pdf. Hal. 5
8
7
Adapun beberapa tokoh yang disebutkan oleh Abdul Qohir AlBaghdadi dalam kitabnya Al-farqu baina’l Firoq ialah; Abil Jarud
Ziyad bin Abil Ziyad, Sulaiman bin Jarir Azzaidi, Hasan bin Solih
bin
Hay,
Almukhtar
bin
abi
Umaid
Atsaqofi,
Abu
Kamil,
Muhammad bin Ali (Al-Baqir), Yahya bin Syamith, Ammar, Ismail
bin Ja’far, Musa bin Ja’far, Hisyam bin Hakam, Hisyam bin Salim
Aljawaliki, Yunus bin Abdirrahman Al-Qumi, Muhammad bin
Nu’man Arrafidli.10
Lain dari kedua tokoh di atas, Muhammad Mahdi Almusawi
Alasfahani Alkadzimi pun menulis buku yang berjudul, Ahsanul
Wadi’ah Fi Tarojum Asyhuru Masyahiri Mujtahidi As’Syiah, yang
berisikan kumpulan nama-nama tokoh Syiah, diantaranya; Sayid
Shodiq bin Sayid Hasan Alhusaini (1209 H), Sayid Ahmad bin
Sayid Muhammad bin Sayid Ali Alhusaini Albaghdadi (1215 H),
Sayid Dildar Ali Alhindi (1235 H), Allamah Mirza Muhammad bin
‘Inayat Ahmad Khan Alkasmiri Ad’Dehlawi (1235 H), Sayid Haidar
Alhasani Alkadzimi, Sayid Ahmad bin Sayid Haidar Alkadzimi,
Sayid Murtadho Ali Sayid Haidar Alkadzimi, Sulthonu’l Ulama bin
Sayid Dildar, Sayid Muhammad Baqir bin Sulthonu’l Ulama, Sayid
Ali Akbar bin Sulthoni’l Ulama, Alhaj Sayid Asadullah Alasfahani,
Sayid Ibrahi At Taba’tabai, Sayid Abid Husain Alhindi, Syaikh
Muhammad bin Ali bin Ja’far Kasyifi’l Ghitho, Mirza Muhamad
Hamdani Alkadzimi, Mirza Muhammad Husain As’ Syahratani,
Mirza Muhamad Hasan As Syairozi, Syaikh Muhammad Ali
Alqumi, Syeikh Muhammad Kadzim As’ Syairozi, Muhammad Ali
An Nakhjawani dan yang lainnya.
IV.
Sekte (Mazhab) Syiah dan Ajarannya
10
Abdul Qohir bin Thohir bin Muhammad Al-Baghdadi, Alfarqu baina’l Firoq.
1995 Ditahkik oleh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid . hal. 29
8
Kata sekte dalam bahasa Indonesia berarti kelompok orang yang
mempunyai kepercayaan atau pandangan agama yang sama,
yang berbeda dari pandangan agama yang lebih lazim diterima
oleh penganut pandangan agama tersebut: Mazhab.11
Sedangkan dalam bahasa arab, banyak kata yang mewakili kata
sekte, diantaranya; ( قزقةfirqoh), ( حزبHizb), ( مذهبMadzhab),
dan ( طا ئفةThoifah). Namun dalam buku-buku berbahasa arab,
nama firqoh sering dinisbahkan kepada kata Syiah, Khawarij,
Mu’tazilah dan lain sebagainya. Sebaliknya, sangat jarang (?) kita
mendengar
kata
firqoh
Syafi’iyah,
firqoh
Malikiyah,
firqoh
Hanafiyah dan yang lainnya.
Apakah itu berarti ada penggunaan khusus untuk padanan
keempat kata di atas? Masih perlu penelitian.
Di dalam Syiah sendiri terdapat banyak kelompok yang hampir
tidak dapat diditeksi jumlahnya,12 Kesemua pembagian itu terjadi
karena
perselisihan mengenai hal kepemimpinan. 13 Namun
demikian,
mungkin
pembagian
Syiah
versi
Abdul
Qohir
Albaghdadi (429 H/1037 M) menjadi empat bagian 14, dalam
kitabnya Al-Farqu baina’l Firoq, dapat membantu kita memahami
perkembangan Syiah hingga saat ini. Keempat Syiah termaksud
ialah:
1. Syiah Zaidiyah
2. Syiah Imamiyah
3. Syiah Kaisaniyah
4. Syiah Ghulat
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan, Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
12
Abdul Halim Mahmud, Op.Cit.
13
Prof. Dr. Muhammad Sayid Ahmad Musayar, Alhiwar baina’l Jamaati’l
Islamiyah 1997 hal. 118 Daaru’t Toba’ah Almuhammadiyah, Kairo.
14
Abdul Qohir Albaghdadi, Op. Cit. Hal. 21
9
Kesemua kelompok di atas, kecuali Kaisaniyah dan Ghulat,
terbagi lagi menjadi beberapa bagian, dan setiap bagian-bagian
dari kelempok tersebut saling mengkafirkan antara satu dengan
yang lainnya. Adapun Syiah Ghulat, dalam hal ini tidak termasuk
dalam katagori bagian dari umat Islam.15 Sedangkan Syiah
Imamiyah dan Zaidiyah masih terhitung dalam katagori umat
Islam.
Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Husain
Ali Kasyif Al Githa’, bahwa Syiah Imamiyah, yakni Syiah yang
tersebar di Irak, Iran, India, Siria, dan Afganistan “berlepas diri”
dari (paham) mereka.16 Bahkan Imam besar Universitas Al-Azhar,
Syekh
Abudul
Halim
Mahmud
memaparkan
penelitian
Muhammad Husain tersebut mengenai Abdullah bin Saba’,
seorang Syiah yang dinyatakan sesat oleh pengikut syiah.
“Adapun Abdullah bin Saba’yang disebut bagian dari Syiah,
maka ini buku-buku (Syiah) yang kesemuanya menghujat
Abdullah bin Saba’, dan berlepas diri darinya. Bahkan kalimat
paling sopan (yang disematkan untuk Abdullah bin Saba’) dalam
buku-buku Rijal (Syiah) ialah kata ‘laknat’.17
Selanjutnya, berikut pembagian Syiah menurut Albaghdadi di
atas.
1. Syiah Zaidiyah
Zaidiah adalah nama sekte di Syiah yang mengikuti Imam Zaid
bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib r.a. (80 H),
dan dikenal lebih dekat dengan Ahlussunah Wa’l Jama’ah. Ayah
Imam Zaid meninggalkannya kala ia berusia 14 tahun, kemudian
kakaknya Muhammad Baqir pun mengasuhnya. Disaat itu,
15
Ibid.
Muhammad Husain Ali Kasyif Al Ghito, Aslu Syiah wa Usuluha, 1990 Daarul
Adlwa, Bairut, Libanon.
17
Abdul Halim Mahmud, Op. Cit. hal. 103
16
10
Muhammad Baqir juga mempunyai anak yang seusia dengan
Zaid bernama Ja’far As Sodiq. Sekte Zaidiyah ini beraggapan
bahwa kepemimpinan (imamah) haruslah dari keturunan Fatimah
r.a.18
Kabarnya, Imam Zaid menuntut ilmu dari ayahnya Zainal Abidin
dan
kepada
kakaknya
Muhammad
Baqir
sepeninggalan
bapaknya. Di usianya yang terhitung masih muda ia pun
menuntut ilmu ke Kufah dan Basrah, di Basroh inilah Zaid
bertemu dengan Wasil bin Atho sang pelopor Mu’tazilah.
Diantara ajaran dari Syiah Zaidiyah adalah, membolehkan
pemimpin yang baik walaupun ada yang lebih baik atau lebih
dikenal dengan sebutan “Imamatu’l Mafdlul ma’a Wujudi’l
Afdlal”.19
Itu
artinya
Imam
Zaid
mengakui
kepemimpinan
khalifah-khalifah sebelum Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a.
2. Syiah Imamiyah
Syiah Imamiyah adalah Syiah yang meyakini bahwa tampuk
kepemimpinan setelah Nabi Muhammad Saw ialah Ali bin Abi
Thalib, dan itu diakui (diyakini) dengan nash-nash yang ada. Itu
artinya,
kepemimpinan
ditentukan
oleh
Nabi
setelah
Saw.
nabi
adalah
Disebut
tauqifi,
“Imamiyah”
sudah
karena
“menashkan” kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.20
Tidak semua Syiah Imammiyah merupakan Syiah Imam Dua
Belas yang banyak dikenal dewasa ini. 21 Syiah Imamiyah sendiri
terbagi
menjadi
beberapa
bagian,
diantaranya;
Kalamiyah,
Muhamadiyah, Baqiriyah, Nausiyah, Syamaitiyah, Ammariyah,
18
Solah Abu Su’ud, As’ Syiah An Nasyaah As Syiasiyah wal Aqidah Ad’ Diniyah,
2004 Maktabah Nafidah, Giza.
19
Dr. Ai Sami Nasyar, Op. Cit. hal. 130
20
Dr . Abdul Halim Mahmud, Op. Cit. hal. 104
21
Ibid. Hal. 161
11
Ismailiyah, Musawiyah, Qotiyyah, Itsna Asyariyah, Hisyamiyah,
Zuroriyah, Yunusiyah dan Syaitoniyah.22
Namun demikian, Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah dan Syiah
Ismailiyah lebih banyak dikenal di era ini. Perbedaan diantara
keduanya ialah mengenai pemimipin setelah Imam Ja’far As’
Sodiq. Syiah yang meyakini Musa Alkadzim sebagai imam setelah
Ja’far As Sodiq adalah Syiah Imamiyah Itsna Asyariah, sedangkan
Syiah yang meyakini Ismail sebagai pemimpin Setelah Ja’far As’
Sodiq disebut Syiah Ismailiyah.23
Syiah Imamiyah banyak tersebar di Irak, Iran, India, Siria dan
Afganistan, kebanyakan (?) orang mengecam Syiah dari iran
yang beraliran Imam Dua Belas ini. Namun Syekh Husen Ali
Kasyif Al-Ghito meyatakan bahwa, Syiah Imam Dua Belas mereka
beragama Tauhid dan berlepas diri dari Syiah Ghulat. 24 Adapun
Syiah Ismailiyah banyak tersebar di India, Pakistan, Afrika
Selatan dan Afrika Timur.25
3. Syiah Kaisaniyah
Kaisaniyah ialah nama sekte Syiah yang meyakini bahwa
kepemimpinan setelah Ali bin Abi Thalib beralih ke anaknya
Muhammad
bin
Hanafiyah.
Para
ahli
berselisih
pendapat
mengenai pendiri Syiah Kaisaniyah ini, ada yang berkata ia
adalah Kaisan bekas budak Ali bin Abi Thalib r.a. Ada juga yang
berkata bahwa ia adalah Almukhtar bin Abi Ubaid yang memiliki
nama lain Kaisan.26
Diantara ajaran dari Syiah Kaisaniyah ini ialah, mengkafirkan
khalifah yang mendahului Imam Ali r.a dan mengkafirkan mereka
22
23
24
25
26
Abdul Qohir Albaghdadi, Op. Cit. hal. 55
Dr . Abdul Halim Mahmud, Op.Cit. Hal. 161
Muhammad Husain Ali Kasyif Al Ghito, Op. Cit. hal. 112
Abdul Halim Mahmud, Op. Cit. hal.2006
Sholah Abu Su’ud, Op. Cit. Hal. 158
12
yang terlibat perang Sifin dan Perang Jamal (Unta), dan Kaisan
mengira
bahwa
Jibril
a.s
mendatangi
Almukhtar
dan
mengabarkan kepadanya bahwa Allah Swt menyembunyikan
Muhammad bin Hanafiyah.27
Sekte Kaisaniyah ini terbagi menjadi beberapa kelompok, namun
kesemuanya kembali kepada dua paham yang berbeda yaitu: 1.
Meyakini bahwa
Muhammad bin Hanafiyah masih hidup. 2.
Meyakini bahwa Muhammad bin Hanafiyah telah tiada, dan
jabatan kepemimpinan beralih kepada yang lain.28
4. Syiah Ghulat
Syiah
Ghulat
ialah
Syiah
yang
berlebih-lebihan
dalam
memandang Imam Ali bin Abi Thalib r.a. maupun imam-iman
setelah Ali r.a. Mereka memandang para imam termaksud
bukanlah manusia biasa, bahkan Ali bin Abi Thalib r.a disebut
mereka sebagai Tuhan. Hal inilah yang menyebabkan Syiah
Ghulat ini dinyatakan keluar dari bagian umat Islam oleh
Albaghdadi, begitu pula Syiah Imam Duabelas menurut Syekh
Husein Ali Kasyif Al Ghito.
Syiah yang berlebih-lebihan ini dapat muncul di dalam syiahsyiah
yang
sebelumnya,
seperti
Zaidiyah,
Kaisaniyah
dan
Imamiyah. Adapun nama-nama mereka diantaranya ialah Al
Khitobiyah, Al Ghorobiyah, Al Ulyaniyah, Al Mukhommisah, Al
Bazi’iyah dan lain sebagainya.
V.
Buku-Buku Syiah
Berikut penulis sampaikan beberapa buku mengenai Syiah yang
direkomendasikan
oleh
Ali
Sami
Nasyar
dalam
bukunya
Nasyaatul Fikri Alfalsafi fi’l Islam (Perkembangan Pemikiran
27
28
Ibid. Hal. 158
Abdul Qohir Albaghdadi, Op. Cit. Hal. 23
13
Filsafat dalam Islam). Diantara buku-buku tersebut ialah; 1. Firoq
Syiah (Sekte-sekte Syiah) oleh Abu Muhammad Alhasan bin Musa
An Nubakhti (310 H/ 922 M), buku ini membahas mengenai
akidah-akidah Syiah; 2. Al Maqolaat Al Firoq oleh Abu Kholaf Al
Asya’ari Al Qumi (300 H); Minhajul Karomah fi Ma’rifati’l Imamah
oleh Ibnu Mutohhar Al Hilli (726 H); Awaili’l Maqolat fi’l Madzahibi
wa’l Mukhtarat oleh Syekh Mufid Muhammad Nu’man (413 H).29
VI.
Penutup
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
semoga uraian sederhana mengenai Sejarah kemunculan Syiah,
Tokoh Syiah, Sekte-sekte di dalam Syiah dan beberapa buku
Syiah di atas dapat mengantarkan ke pengkajian yang lebih
mendalam.
29
Dr. Sami Ali Nasyar, Op. Cit. hal. 399
14
Daftar Pustaka
Abdul Qohir bin Thohir bin Muhammad Al-Baghdadi,1995. Alfarqu
baina’l Firoq, Maktabah Al-‘Asriyah, Beirut
Abu Su’ud, Solah, 2004. As’ Syiah An Nasyaah As Syiasiyah wal
Aqidah Ad’ Diniyah, Maktabah Nafidah, Giza.
Al Ghito, Muhammad Husain Ali Kasyif, 1990. Aslu Syiah wa
Usuluha, 1990 Daarul Adlwa, Bairut, Libanon.
Al-Asyari, Abul Hasan Maqolatul Islamiyin.pdf
Ibrahim, 2006.Tuhfatu’l Murid ala Jauharotu’t Tauhid. Kairo
Mahmud, Abdul Halim, 2006. At Tafkir Al Falsafi fi’l Islam,
Makatabah Iman, Kairo
Musayar, Muhammad Sayid Ahmad, 1997.Alhiwar baina’l
Jamaati’l Islamiyah Daaru’t Toba’ah Al-Muhammadiyah,
Kairo.
Nasyar, Ali Sami, Nasya’atu’l Fikri al-Falsafi fi’l Islam. Vol. 2
Daarul Ma’arif Kairo
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
15
Dosen Pengasuh
Dr. Idrus Al-Kaf, MA
Pemakalah
Andy Hariyono
Kementrian Agama Republik Indonesia
Pasca SarJana IAIN Raden Fatah
Program Studi Sejarah Peradaban Islam
Konsentrasi Tafsir-Hadits
2012
1
AJARAN DAN PERKEMBAGAN KELOMPOK SYIAH
Oleh : Andy Hariyono
I.
Pendahuluan
Bismillah. Berpindahnya Rasulullah Saw ke sisi Sang Khalik
meninggalkan beberapa tugas (amanah) kepada umat Islam,
terutama dua hal yang sangat berkaitan dengan kehidupan dunia
dan akhirat kelak; Al-Quran dan Sunah. Karena kedua warisan
Nabi Saw tersebutlah yang nantinya diterima umat Islam dengan
berbagai
sudut
pandang
yang
berbeda,
sehingga
timbul
perbedaan ijitihad dalam memahami agama.
Sebagai misal sederhana perbedaan termaksud ialah; Di ranah
akidah kita mengenal adanya pembagaian tauhid menjadi
uluhiyah, rububiyah, asma dan sifat, namun di lain sisi terdapat
ulama yang berpandangan tidak perlunya pembagian tersebut;
Di ranah fikih kita mengenal paling tidak empat imam mazhab
fikih yang berbeda pendapat dalam menggunakan dalil syar’i;
Dan perbedaan-perbedaan yang lain.
Diawali
dengan
perangkat
itulah
perbedaan
cara
pandang
muncul
berbagai
terhadap
kelompok,
kedua
sekte,
atau
golongan yang berbeda pula dalam tubuh umat Islam. Sebagai
contoh, muncul diantaranya; Sunni, Syiah, Muktazilah, Khawarij,
Jabariyah, Qodariyah dan lain sebagainya.
Pada kesempatan kali ini, penulis hanya akan menyinggung salah
satu bagian dari golongan yang tersebut di atas, yaitu Syiah.
Agar
lebih
memberikan
terarah
diskusi
gambaran
ini
nantinya,
sederhana
ijinkan
mengenai:
1)
penulis
Sejarah
munculnya Syiah. 2) Tokoh-tokoh Syiah. 3) Sekte-sekte Syiah
serta ajaran-ajarannya. 4) Buku-buku Syiah.
2
II.
Sejarah Munculnya Syiah
Agar
mempermudah
kita
untuk
mengenal
ajaran
Syiah,
sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai sejarah
munculnya istilah “syiah” itu sendiri. Karena dengan mengetahui
latar belakang berdirinya suatu pembahasan, berharap dapat
membantu dalam memahami objek pembahasan termaksud.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1 versi Kementrian
Pendidikan
Nasional
Indonesia,
sejarah
ialah;
1.
asal-usul
(keturunan) silsilah; 2. Kejadian dan peristiwa yang benar-benar
terjadi pada masa lampau; 3. Pengetahuan atau uraian tentang
peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Adapun “Syi’ah” berasal dari bahasa arab yang berarti pengikut,
sehingga belakangan istilah Syiah ini identik dengan nama
sebuah kelompok dalam Islam yang mendukung
(pengikut)
Imam Ali r.a.
Merujuk pengertian di atas, penulis hendak menyajikan di awal
pembahasan ini mengenai asal-usul munculnya istilah Syiah.
Dalam artian, sejak kapan Syiah menjadi nama sebuah kelompok
dalam umat Islam?
Menjawab pertanyaan itu, penulis hendak mengajak pembaca
yang budiman untuk merunut kembali ingatan mengenai sirah
nabawiyah dan para sahabat r.a.
Pada awal pertumbuhan Islam, al-Quran memerintahkan manusia
untuk beriman kepada Allah Swt, para malikat, rasul-rasul a.s,
kitab-kitab, hari akhir juga takdir. Kesemua perintah tersebut
diterima para sahabat r.a dengan lapang dada dan tanpa banyak
1
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
3
tanya. Panggilan keimanan atau dalam istilah lain akidah ini
merupakan seruan yang sangat dominan dalam al-Quran hingga
surat terakhir turun. Hal tersebut tampak dalam al-Quran dimana
ayat-ayat yang turun berkenaan dengan hukum syar’i tidak lebih
banyak dari 600 ayat, sedangkan sisanya al-Quran berbicara
mengenai akidah dan perangkat-perangkatnya.
Sedangkan
Nabi
menjelaskan
wahyu
Muhammad
al-Quran
Saw
yang
menyampaikan
turun
seperlunya
dan
saja,
termasuk menjawab pertanyaan para sahabat r.a seputar wahyu.
Dan yang lebih unik lagi, Nabi juga menjawab melalui wahyu
mengenai beberapa pertanyaan kaum Musrik (politeis) maupun
para
Ahli
Kitab. Sehingga
setelah misi ketauhidan sudah
sempurna dipahami dan dimengerti oleh para sahabat r.a, Allah
Swt pun memindahkan Baginda Saw ke sisi-Nya.
Sampai di sini, umat Islam masih berada di bawah bendera
kesatuan umat, hingga masa Abu Bakar Sidiq r.a. berakhir. Dan
istilah Syiah sebagai sebuah kelompok pun belum terdengar
pada saat itu.
Memang pernah terjadi konflik agama di masa Abu Bakar Sidiq
r.a berupa pemurtadan dan penolakan atas pembayaran zakat,
namun Khalaifah pertama pengganti Rasulullah Saw ini langsung
menindak tegas mereka sehingga tidak ada lagi konflik kesatuan
umat, sampai Islam tersebar luas di masa Umar bin Khottab r.a.
Setelah
masa
kedua
khalifah
–radiyallahuanhuma-
diatas,
muncullah oknum pembunuh Si Pemilik dua Cahaya, Utsman bin
Affan r.a (35 H). Setelah terjadi pembunuhan khalifah ketiga
umat Islam inilah, mulai beruntut kejadian-kejadian pemecah
belah umat hingga Perang Jamal (36 H) dan Perang Siffin (37 H)
pun tak terelakkan. Setelah peperangan, pasukan khalifah Ali r.a
terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu; Kelompok Syiah yang
4
memandang bahwa Ali bin Abi Thalib lebih berhak menjadi
khalifah
setelah
Rasulullah
Saw;
Kelompok
Khawarij
yang
menjadi problem sosial baru kala itu; dan Kelompok Murjiah yang
menyerahkan segala pertikaian kepada Allah Swt.2
Dari sana dapat kita temukan kemunculan istilah “Syiah” yang
dinisbahkan kepada kelompok pendukung khalifah Ali bin Abi
Thalib r.a. Perlu dipertimbangkan juga, banyak perbedaan
pendapat ahli sejarah mengenai sebab munculnya kelompok
Syiah ini, tidak cukup dengan uraian di atas.
Diantaranya, ada pendapat yang mengatakan bahwa munculnya
Syiah
merupakan
memuliakan
raja,
pengaruh
sehingga
dari
hal
tradisi
tersebut
di
Persia
yang
ditransformasikan
kedalam Islam untuk mengagungkan para imam ahlu’l bait
(Keluarga Rasulullah Saw). Ada juga yang berpandangan bahwa
Syiah muncul karena adanya sempalan oknum Yahudi bernama
Abdullah bin Saba’, yang berpura-pura masuk Islam hanya
karena ingin memecah belah umat.3
Namun, Abdul Halim Mahmud, yang di masa hidupnya pernah
menjabat sebagai Syaikh Al-Azhar, membantah pernyataan di
atas dengan mengatakan bahwa, kemunculan Syiah bahkan jauh
sebelum Abdullah bin Saba’ atau pengaruh Persia bersinggungan
dengan Islam. Hal tersebut tampak pada personalitas Ali bin Abi
Thalib r.a sendiri maupun hubungannya dengan Nabi Saw 4,
bahkan sebelum risalah Islam (wahyu) diturunkan.
2
Imam Ibrahim bin Ibrahim bin Hasan al-Laqoni, Arjuzatu Jauharotu’t Tauhid
disyarah oleh Imam Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad al-Bajuri dalam
Tuhfatu’l Murid ala Jauharotu’t Tauhid ditaklik oleh Tim Penyusun dari fakultas
Akidah dan Filsafat Univ. Al-Azhar As- Syarif. hal.7-8 Tahun 2006
3
Abul Halim Mahmud, At Tafkir al-Falsafi fi’l Islam. Hal. 96 Maktabah Iman,
Kairo. Tahun 2006
4
Ibid. Hal. 97
5
Sehingga, masih menurut Abul Halim Mahmud, pada awalnya
“Syiah” hanyalah rasa cinta terhadap ahlul bait (keluarga
Rasulullah Saw) semata, sebagaiamana cintanya sahabat Salman
Al-Farisi r.a kepada ahlu’l bait. Kemudian rasa cinta tadi
berkembang menjadi kasihsayang yang berlebihan tatkala para
Ahlul Bait tidak mendapatkan kedudukan yang semestinya di
masyarakat, dan setelah itu syiah pun menjadi berlebih-lebihan,
hingga menjadikan nash agama sesuai dengan kehendaknya,
dan menjadi sebuah kelompok yang kita kenal sekarang. Dengan
demikian, Syiah lahir secara alamiah dan berkembang secara
alamiah pula.5
Sedangkan Ali Sami Nasyar menyinggung istilah “Syiah” secara
bahasa muncul pasca syahidnya khalifah Utsman bin Affan r.a,
yakni ketika khalifah keempat umat Islam ini menyatakan bahwa
pengikutnya adalah “syiah”. Akan tetapi, di saat yang sama pula,
Muawiyah yang pada masa itu berselisih dengan Ali r.a juga
menamakan pengikutnya dengan sebutan “syiah” 6. Hal ini
menunjukkan bahwa istilah “syiah” pada waktu itu hanyalah
penyebutan
secara
bahasa
saja,
belum
menjadi
sebuah
kelompok (mazhab) keagamaan.
Istilah “syiah” menjadi nama sebuah kelompok keagamaan
muncul pasca syahidnya Husain bin Ali bin Abi Thalib. Dimana
sebelumnya terkenal dengan nama aS-Syiah al-Husainiyah yang
nama tersebut dipopulerkan oleh Almukhtar bin Abi Ubaid
Atsaqofi. Dan juga pada saat itu banyak pengikut Almukhtar di
Kufah.
Di kufah inilah, sepeninggalan Almuktar bin Ubaid Atsaqofi, kata
“syiah” menjadi sebuah nama bagi sebuah mazhab ilmu kalam di
5
Ibid. Hal. 102
Dr. Ali Sami Nasyar, Nasya’atu’l Fikri al-Falsafi fi’l Islam. Vol. 2 hal. 32 Daarul
Ma’arif Kairo
6
6
tengah-tengah umat Islam dan meletakkan dasar-dasar ajaran
Syiah walaupun belum sempurna, karena hal tersebut mulai
menjadi satu ajaran yang utuh di masa Imam Ja’far As-Sodiq. 7
Melihat
perbedaan
mengenai
munculnya
Syiah
di
atas,
setidaknya dapat kita simpulkan bahwa kemunculan Syiah,
terlepas secara bahasa maupun kelompok, sudah kita kenal di
era awal umat Islam ini. Dan berkembang hingga menjadi sebuah
paham kelompok dalam agama Islam yang kita ketahui sekarang.
III.
Tokoh-Tokoh Syiah
Tokoh secara bahasa adalah; 1. Rupa (wujud dan keadaan);
macam atau jenis; 2. Bentuk badan; 3. Orang yang terkemuka
dan kenamaan; 4. Pemegang peran (peran utama) dalam roman
atau drama8. Adapun tokoh yang penulis maksud di sini ialah,
orang yang terkemuka dan kenamaan dalam kelompok Syiah.
Mengingat banyaknya kelompok-kelompok di dalam paham Syiah
sendiri, menjadikan tokoh-tokoh yang ada pun sangat beragam.
Perlu diketahui sebelumnya, bahwa penulis hanya memaparkan
nama-nama tokoh yang sering di sebut dalam kajian Syiah di
beberapa buku, bukan berdasarkan tahun ataupun kelompokkelompok yang ada di Syiah itu sendiri. Sehingga para pembaca
dapat merujuk ke buku-buku bacaan tersebut nantinya, dan
membandingkan dengan buku yang lain, bahwa setiap pengkaji
Syiah, setidaknya tidak terlepas dari nama-nama itu.
Menurut Abu Hasan Al-Asyari adalah, Bayan bin Sam’an,
Abdullah bin Muawiyah bin Abdullah bin Ja’far, Abullah bin Amru
bin Harb, Almughiroh bin Sa’id, Abu Mansur Al’Ijli, Abu Khitob bin
Abi Zainab, Muhammad bin Alhanafiyah, Abu Karb Ad Doriri, dll.9
7
Ibid. Vol. 2 Hal 35
Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan, Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
9
Abu Hasan Al-Asyari, Maqolatul Islamiyin.pdf. Hal. 5
8
7
Adapun beberapa tokoh yang disebutkan oleh Abdul Qohir AlBaghdadi dalam kitabnya Al-farqu baina’l Firoq ialah; Abil Jarud
Ziyad bin Abil Ziyad, Sulaiman bin Jarir Azzaidi, Hasan bin Solih
bin
Hay,
Almukhtar
bin
abi
Umaid
Atsaqofi,
Abu
Kamil,
Muhammad bin Ali (Al-Baqir), Yahya bin Syamith, Ammar, Ismail
bin Ja’far, Musa bin Ja’far, Hisyam bin Hakam, Hisyam bin Salim
Aljawaliki, Yunus bin Abdirrahman Al-Qumi, Muhammad bin
Nu’man Arrafidli.10
Lain dari kedua tokoh di atas, Muhammad Mahdi Almusawi
Alasfahani Alkadzimi pun menulis buku yang berjudul, Ahsanul
Wadi’ah Fi Tarojum Asyhuru Masyahiri Mujtahidi As’Syiah, yang
berisikan kumpulan nama-nama tokoh Syiah, diantaranya; Sayid
Shodiq bin Sayid Hasan Alhusaini (1209 H), Sayid Ahmad bin
Sayid Muhammad bin Sayid Ali Alhusaini Albaghdadi (1215 H),
Sayid Dildar Ali Alhindi (1235 H), Allamah Mirza Muhammad bin
‘Inayat Ahmad Khan Alkasmiri Ad’Dehlawi (1235 H), Sayid Haidar
Alhasani Alkadzimi, Sayid Ahmad bin Sayid Haidar Alkadzimi,
Sayid Murtadho Ali Sayid Haidar Alkadzimi, Sulthonu’l Ulama bin
Sayid Dildar, Sayid Muhammad Baqir bin Sulthonu’l Ulama, Sayid
Ali Akbar bin Sulthoni’l Ulama, Alhaj Sayid Asadullah Alasfahani,
Sayid Ibrahi At Taba’tabai, Sayid Abid Husain Alhindi, Syaikh
Muhammad bin Ali bin Ja’far Kasyifi’l Ghitho, Mirza Muhamad
Hamdani Alkadzimi, Mirza Muhammad Husain As’ Syahratani,
Mirza Muhamad Hasan As Syairozi, Syaikh Muhammad Ali
Alqumi, Syeikh Muhammad Kadzim As’ Syairozi, Muhammad Ali
An Nakhjawani dan yang lainnya.
IV.
Sekte (Mazhab) Syiah dan Ajarannya
10
Abdul Qohir bin Thohir bin Muhammad Al-Baghdadi, Alfarqu baina’l Firoq.
1995 Ditahkik oleh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid . hal. 29
8
Kata sekte dalam bahasa Indonesia berarti kelompok orang yang
mempunyai kepercayaan atau pandangan agama yang sama,
yang berbeda dari pandangan agama yang lebih lazim diterima
oleh penganut pandangan agama tersebut: Mazhab.11
Sedangkan dalam bahasa arab, banyak kata yang mewakili kata
sekte, diantaranya; ( قزقةfirqoh), ( حزبHizb), ( مذهبMadzhab),
dan ( طا ئفةThoifah). Namun dalam buku-buku berbahasa arab,
nama firqoh sering dinisbahkan kepada kata Syiah, Khawarij,
Mu’tazilah dan lain sebagainya. Sebaliknya, sangat jarang (?) kita
mendengar
kata
firqoh
Syafi’iyah,
firqoh
Malikiyah,
firqoh
Hanafiyah dan yang lainnya.
Apakah itu berarti ada penggunaan khusus untuk padanan
keempat kata di atas? Masih perlu penelitian.
Di dalam Syiah sendiri terdapat banyak kelompok yang hampir
tidak dapat diditeksi jumlahnya,12 Kesemua pembagian itu terjadi
karena
perselisihan mengenai hal kepemimpinan. 13 Namun
demikian,
mungkin
pembagian
Syiah
versi
Abdul
Qohir
Albaghdadi (429 H/1037 M) menjadi empat bagian 14, dalam
kitabnya Al-Farqu baina’l Firoq, dapat membantu kita memahami
perkembangan Syiah hingga saat ini. Keempat Syiah termaksud
ialah:
1. Syiah Zaidiyah
2. Syiah Imamiyah
3. Syiah Kaisaniyah
4. Syiah Ghulat
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan, Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
12
Abdul Halim Mahmud, Op.Cit.
13
Prof. Dr. Muhammad Sayid Ahmad Musayar, Alhiwar baina’l Jamaati’l
Islamiyah 1997 hal. 118 Daaru’t Toba’ah Almuhammadiyah, Kairo.
14
Abdul Qohir Albaghdadi, Op. Cit. Hal. 21
9
Kesemua kelompok di atas, kecuali Kaisaniyah dan Ghulat,
terbagi lagi menjadi beberapa bagian, dan setiap bagian-bagian
dari kelempok tersebut saling mengkafirkan antara satu dengan
yang lainnya. Adapun Syiah Ghulat, dalam hal ini tidak termasuk
dalam katagori bagian dari umat Islam.15 Sedangkan Syiah
Imamiyah dan Zaidiyah masih terhitung dalam katagori umat
Islam.
Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Husain
Ali Kasyif Al Githa’, bahwa Syiah Imamiyah, yakni Syiah yang
tersebar di Irak, Iran, India, Siria, dan Afganistan “berlepas diri”
dari (paham) mereka.16 Bahkan Imam besar Universitas Al-Azhar,
Syekh
Abudul
Halim
Mahmud
memaparkan
penelitian
Muhammad Husain tersebut mengenai Abdullah bin Saba’,
seorang Syiah yang dinyatakan sesat oleh pengikut syiah.
“Adapun Abdullah bin Saba’yang disebut bagian dari Syiah,
maka ini buku-buku (Syiah) yang kesemuanya menghujat
Abdullah bin Saba’, dan berlepas diri darinya. Bahkan kalimat
paling sopan (yang disematkan untuk Abdullah bin Saba’) dalam
buku-buku Rijal (Syiah) ialah kata ‘laknat’.17
Selanjutnya, berikut pembagian Syiah menurut Albaghdadi di
atas.
1. Syiah Zaidiyah
Zaidiah adalah nama sekte di Syiah yang mengikuti Imam Zaid
bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib r.a. (80 H),
dan dikenal lebih dekat dengan Ahlussunah Wa’l Jama’ah. Ayah
Imam Zaid meninggalkannya kala ia berusia 14 tahun, kemudian
kakaknya Muhammad Baqir pun mengasuhnya. Disaat itu,
15
Ibid.
Muhammad Husain Ali Kasyif Al Ghito, Aslu Syiah wa Usuluha, 1990 Daarul
Adlwa, Bairut, Libanon.
17
Abdul Halim Mahmud, Op. Cit. hal. 103
16
10
Muhammad Baqir juga mempunyai anak yang seusia dengan
Zaid bernama Ja’far As Sodiq. Sekte Zaidiyah ini beraggapan
bahwa kepemimpinan (imamah) haruslah dari keturunan Fatimah
r.a.18
Kabarnya, Imam Zaid menuntut ilmu dari ayahnya Zainal Abidin
dan
kepada
kakaknya
Muhammad
Baqir
sepeninggalan
bapaknya. Di usianya yang terhitung masih muda ia pun
menuntut ilmu ke Kufah dan Basrah, di Basroh inilah Zaid
bertemu dengan Wasil bin Atho sang pelopor Mu’tazilah.
Diantara ajaran dari Syiah Zaidiyah adalah, membolehkan
pemimpin yang baik walaupun ada yang lebih baik atau lebih
dikenal dengan sebutan “Imamatu’l Mafdlul ma’a Wujudi’l
Afdlal”.19
Itu
artinya
Imam
Zaid
mengakui
kepemimpinan
khalifah-khalifah sebelum Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a.
2. Syiah Imamiyah
Syiah Imamiyah adalah Syiah yang meyakini bahwa tampuk
kepemimpinan setelah Nabi Muhammad Saw ialah Ali bin Abi
Thalib, dan itu diakui (diyakini) dengan nash-nash yang ada. Itu
artinya,
kepemimpinan
ditentukan
oleh
Nabi
setelah
Saw.
nabi
adalah
Disebut
tauqifi,
“Imamiyah”
sudah
karena
“menashkan” kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.20
Tidak semua Syiah Imammiyah merupakan Syiah Imam Dua
Belas yang banyak dikenal dewasa ini. 21 Syiah Imamiyah sendiri
terbagi
menjadi
beberapa
bagian,
diantaranya;
Kalamiyah,
Muhamadiyah, Baqiriyah, Nausiyah, Syamaitiyah, Ammariyah,
18
Solah Abu Su’ud, As’ Syiah An Nasyaah As Syiasiyah wal Aqidah Ad’ Diniyah,
2004 Maktabah Nafidah, Giza.
19
Dr. Ai Sami Nasyar, Op. Cit. hal. 130
20
Dr . Abdul Halim Mahmud, Op. Cit. hal. 104
21
Ibid. Hal. 161
11
Ismailiyah, Musawiyah, Qotiyyah, Itsna Asyariyah, Hisyamiyah,
Zuroriyah, Yunusiyah dan Syaitoniyah.22
Namun demikian, Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah dan Syiah
Ismailiyah lebih banyak dikenal di era ini. Perbedaan diantara
keduanya ialah mengenai pemimipin setelah Imam Ja’far As’
Sodiq. Syiah yang meyakini Musa Alkadzim sebagai imam setelah
Ja’far As Sodiq adalah Syiah Imamiyah Itsna Asyariah, sedangkan
Syiah yang meyakini Ismail sebagai pemimpin Setelah Ja’far As’
Sodiq disebut Syiah Ismailiyah.23
Syiah Imamiyah banyak tersebar di Irak, Iran, India, Siria dan
Afganistan, kebanyakan (?) orang mengecam Syiah dari iran
yang beraliran Imam Dua Belas ini. Namun Syekh Husen Ali
Kasyif Al-Ghito meyatakan bahwa, Syiah Imam Dua Belas mereka
beragama Tauhid dan berlepas diri dari Syiah Ghulat. 24 Adapun
Syiah Ismailiyah banyak tersebar di India, Pakistan, Afrika
Selatan dan Afrika Timur.25
3. Syiah Kaisaniyah
Kaisaniyah ialah nama sekte Syiah yang meyakini bahwa
kepemimpinan setelah Ali bin Abi Thalib beralih ke anaknya
Muhammad
bin
Hanafiyah.
Para
ahli
berselisih
pendapat
mengenai pendiri Syiah Kaisaniyah ini, ada yang berkata ia
adalah Kaisan bekas budak Ali bin Abi Thalib r.a. Ada juga yang
berkata bahwa ia adalah Almukhtar bin Abi Ubaid yang memiliki
nama lain Kaisan.26
Diantara ajaran dari Syiah Kaisaniyah ini ialah, mengkafirkan
khalifah yang mendahului Imam Ali r.a dan mengkafirkan mereka
22
23
24
25
26
Abdul Qohir Albaghdadi, Op. Cit. hal. 55
Dr . Abdul Halim Mahmud, Op.Cit. Hal. 161
Muhammad Husain Ali Kasyif Al Ghito, Op. Cit. hal. 112
Abdul Halim Mahmud, Op. Cit. hal.2006
Sholah Abu Su’ud, Op. Cit. Hal. 158
12
yang terlibat perang Sifin dan Perang Jamal (Unta), dan Kaisan
mengira
bahwa
Jibril
a.s
mendatangi
Almukhtar
dan
mengabarkan kepadanya bahwa Allah Swt menyembunyikan
Muhammad bin Hanafiyah.27
Sekte Kaisaniyah ini terbagi menjadi beberapa kelompok, namun
kesemuanya kembali kepada dua paham yang berbeda yaitu: 1.
Meyakini bahwa
Muhammad bin Hanafiyah masih hidup. 2.
Meyakini bahwa Muhammad bin Hanafiyah telah tiada, dan
jabatan kepemimpinan beralih kepada yang lain.28
4. Syiah Ghulat
Syiah
Ghulat
ialah
Syiah
yang
berlebih-lebihan
dalam
memandang Imam Ali bin Abi Thalib r.a. maupun imam-iman
setelah Ali r.a. Mereka memandang para imam termaksud
bukanlah manusia biasa, bahkan Ali bin Abi Thalib r.a disebut
mereka sebagai Tuhan. Hal inilah yang menyebabkan Syiah
Ghulat ini dinyatakan keluar dari bagian umat Islam oleh
Albaghdadi, begitu pula Syiah Imam Duabelas menurut Syekh
Husein Ali Kasyif Al Ghito.
Syiah yang berlebih-lebihan ini dapat muncul di dalam syiahsyiah
yang
sebelumnya,
seperti
Zaidiyah,
Kaisaniyah
dan
Imamiyah. Adapun nama-nama mereka diantaranya ialah Al
Khitobiyah, Al Ghorobiyah, Al Ulyaniyah, Al Mukhommisah, Al
Bazi’iyah dan lain sebagainya.
V.
Buku-Buku Syiah
Berikut penulis sampaikan beberapa buku mengenai Syiah yang
direkomendasikan
oleh
Ali
Sami
Nasyar
dalam
bukunya
Nasyaatul Fikri Alfalsafi fi’l Islam (Perkembangan Pemikiran
27
28
Ibid. Hal. 158
Abdul Qohir Albaghdadi, Op. Cit. Hal. 23
13
Filsafat dalam Islam). Diantara buku-buku tersebut ialah; 1. Firoq
Syiah (Sekte-sekte Syiah) oleh Abu Muhammad Alhasan bin Musa
An Nubakhti (310 H/ 922 M), buku ini membahas mengenai
akidah-akidah Syiah; 2. Al Maqolaat Al Firoq oleh Abu Kholaf Al
Asya’ari Al Qumi (300 H); Minhajul Karomah fi Ma’rifati’l Imamah
oleh Ibnu Mutohhar Al Hilli (726 H); Awaili’l Maqolat fi’l Madzahibi
wa’l Mukhtarat oleh Syekh Mufid Muhammad Nu’man (413 H).29
VI.
Penutup
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
semoga uraian sederhana mengenai Sejarah kemunculan Syiah,
Tokoh Syiah, Sekte-sekte di dalam Syiah dan beberapa buku
Syiah di atas dapat mengantarkan ke pengkajian yang lebih
mendalam.
29
Dr. Sami Ali Nasyar, Op. Cit. hal. 399
14
Daftar Pustaka
Abdul Qohir bin Thohir bin Muhammad Al-Baghdadi,1995. Alfarqu
baina’l Firoq, Maktabah Al-‘Asriyah, Beirut
Abu Su’ud, Solah, 2004. As’ Syiah An Nasyaah As Syiasiyah wal
Aqidah Ad’ Diniyah, Maktabah Nafidah, Giza.
Al Ghito, Muhammad Husain Ali Kasyif, 1990. Aslu Syiah wa
Usuluha, 1990 Daarul Adlwa, Bairut, Libanon.
Al-Asyari, Abul Hasan Maqolatul Islamiyin.pdf
Ibrahim, 2006.Tuhfatu’l Murid ala Jauharotu’t Tauhid. Kairo
Mahmud, Abdul Halim, 2006. At Tafkir Al Falsafi fi’l Islam,
Makatabah Iman, Kairo
Musayar, Muhammad Sayid Ahmad, 1997.Alhiwar baina’l
Jamaati’l Islamiyah Daaru’t Toba’ah Al-Muhammadiyah,
Kairo.
Nasyar, Ali Sami, Nasya’atu’l Fikri al-Falsafi fi’l Islam. Vol. 2
Daarul Ma’arif Kairo
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
15