PEMBAHASAN Verba – verba bahasa Inggris yang tidak sesuai penggunaannya

ISSN 2442-3475

Jurnal TUTUR, Vol. 4 No. 1 Februari 2018
ASOSIASI PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL)

PEMAKNAAN VERBA BAHASA INGGRIS DAN UPAYA PENINGKATAN
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN VERBA
Gek Wulan Novi Utami, I Gusti Nyoman Putra Kamayana
FEH Universitas Dhyana Pura
wulannoviutami.undhirabali.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk memahami pemaknaan verba dengan mengambil
penggunaan verba bahasa Inggris oleh mahasiswa Sastra Inggris dalam proses
pembelajaran khsususnya dalam presentasi dan diskusi sebagai data. Fenomena ini sering
dihadapi pengajar dan pembelajar bahasa asing khususnya bahasa Inggris yang diajarkan
sejak tingkat dasar hingga tingkat universitas sehingga riskan terjadinya interpretasi yang
keliru mengakibatkan penggunaan yang tidak sesuai oleh penutur. Data dikumpulkan
dengan observasi dan didukung teknik rekam dan catat. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif. Data dianalisis dengan eksplikasi pemaknaan berdasarkan teori
metabahasa semantik alami. Data disajikan dengan metode formal dan informal serta
teknik deduktif dan induktif. Adapun temuan penelitian ini antara lain verba to look, to

gaze, to hear, to listen, to search, to seek, to quest yang digunakan tidak sesuai
konteksdan memengaruhi mitra tutur sehingga informasi tidak diterima sesuai harapan.
Selain itu, upaya-upaya peningkatan pengajaran dan pembelajaran kosakata khususnya
verba bahasa Inggris dapat dilakukan dengan mempelajari dan memahami fitur semantis,
mengembangkan skema semantik, dan pembelajaran kosakata umum dan strategi
pembelajaran.
Kata kunci: makna, verba bahasa Inggris, Metabahasa Semantik Alami
Abstract
The purpose of this study is to understand the meaning of verbs by taking the use
of English verbs by English Literature students in the learning process especially in
presentations and discussions as the data of this research. This phenomenon is often
faced by teachers and learners of foreign languages, especially English taught from the
basic level to university level so that the risk of misinterpretation resulted in
inappropriate use by speakers. The data was collected by observation and supported by
record and record techniques. This research is a qualitative research. The data were
analyzed with meaningful explanation based on natural semantic metalanguage theory.
The data are presented by formal and informal methods and deductive and inductive
techniques. The findings of this research include verbs such as to look, to gaze, to hear, to
listen, to search, to seek, to the quest that is used not according to context and affect the
said partners so that information is not received as expected. In addition, efforts to

improve the teaching and learning of vocabulary especially English verbs can be done by
studying and understanding semantic features, developing semantic schemes, and
learning common vocabulary and learning strategies.
Keywords: meaning, English verbs, Natural Semantic Metalanguage

77

ISSN 2442-3475

Jurnal TUTUR, Vol. 4 No. 1 Februari 2018
ASOSIASI PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa dalam perannya sebagai alat komunikasi didukung beberapa faktor
sehingga pesan yang disampaikan dengan bahasa tersebut tersampaikan kepada petutur
sesuai keinginan penutur. Adapun faktor yang memengaruhi yakni pemahaman penutur
dan penutur khususnya pemaknaan unit-unit pembentuk bahasa sebagai sarana
komunikasi sehingga faktor lain seperti faktor sosial dan tingkah laku yang lingkupnya
lebih luas bersinergi mendukung komunikasi yang efektif.

Dalam proses pembelajaran dan pengajaran komunikasi ini sangat bermanfaat
sekaligus riskan dalam penggunaannya karena penggunaan leksikon dari pengajar
ataupun pembelajar bisa saling memengaruhi bahkan bisa memberikan penafsiran yang
keliru dan membingungkan khususnya dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa asing.
Oleh karena itu, pemahaman penutur terhadap makna sangat penting agar tidak
mengaburkan makna yang memengaruhi interpretasi petutur.
BAHAN DAN METODA
Populasi penelitian ini adalah verba-verba bahasa Inggris yang digunakan oleh
pembelajar saat sesi presentasi dan diskusi. Adapun sampel penelitian untuk
memfokuskan data yaitu verba-verba bahasa Inggris yang digunakan pembelajar bahasa
Inggris Program Studi Sastra Inggris Fakultas Ekonomika Humaniora Universitas Dhyana
Pura. Pengambilan data dan pemilihan informan dilakukan dengan sistem sampling
purposif yakni pemilihan area dan sampel sesuai permasalahan dalam penelitian ini
(Hadi, 2004). Penelitian ini menggunakan pengamatan langsung dan metode simak bebas
libat cakap (Black dan Champion, 1992) dalam pengumpulan data. Teknik yang
digunakan saat mengumpulkan data adalah catat dan rekam. Metode yang digunakan
dalam penganalisisan data adalah metode deskriptif dan teknik eksplikasi. Hasil analisis
lebih banyak disajikan dengan metode informal, yaitu deskripsi dalam bentuk satuan
verbal. Metode penyajian hasil analisis dijabarkan dengan pola penalaran secara induktif
dan deduktif.

PEMBAHASAN
Verba – verba bahasa Inggris yang tidak sesuai penggunaannya
Penutur :
why are you just seeing the picture without answering?
‗Mengapa Anda hanya melihat gambar tanpa menjawab?‘ (1-1)
Tuturan di atas diujarkan saat situasi penutur sebagai presenter selesai
menjelaskan dan membuka sesi diskusi. Presenter memperhatikan salah satu anggota
kelompok lain yang memandangi gambar pada salah satu slide presentasi presenter. Pada
tuturan tersebut verba seeing dari to see tidak sesuai penggunaannya karena makna verba
tidak sesuai konteks. Verba tersebut merupakan makna asali dan bermakna
mempersepsikan sesuatu dengan indera penglihatan atau melihat, jika dilihat dari
situasinya makna verba yang diujarkan penutur maknanya berbeda dan lebih tepat
menggunakan verba to gaze ‗memandang‘. Hal tersebut dapat dibedakan dengan
pemetaan dan eksplikasi yang telah dipaparkan sebelumnya.
Pemetaan komponen verba to gaze:
seseorang melihat objek secara intens
seseorang menginginkan ini
aktivitas tersebut dilakukan dalam waktu lama seseorang melihat keseluruhan atau
memahami objek.


78

ISSN 2442-3475

Jurnal TUTUR, Vol. 4 No. 1 Februari 2018
ASOSIASI PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL)

Dalam pemetaan, seseorang yang dimaksud adalah subjek yang melakukan
tindakan dan disebut X pada eksplikasi, sesuatu yang dimaksud sesuai data adalah
gambar yang disebut Y pada eksplikasi, berikut ekplikasinya.
X melihat Y seperti ini (secara intens)
X menginginkan ini
Sesuatu bagus terjadi pada X
X melakukan ini lama
X ingin mengetahui lebih Y
Tujuan pemetaan dan eksplikasi ini untuk memperlihatkan komponen pembeda
dari kata-kata dalam satu medan makna. Dengan begitu pengajar maupun pembelajar
lebih mudah dan tepat menggunakan kata-kata tertentu walaupun memiliki komponen
makna yang serupa seperti melihat dengan memandang atau dalam bahasa Inggris to see
dan to gaze. Dilihat faktanya, kata to see selalu digunakan pembelajar karena kata

tersebut yang pertama dikenal serta sering digunakan, terkadang pembelajar
menggunakan kata lain yang bersinonim tanpa melihat komponen pembedanya.
Penutur:

Petutur:

Putra and Aditya keep looking at each other, if you two have a question,
I will be pleased answering
(1-2)
‗Putra dan Aditya memandang satu sama lain, jika kalian berdua ada
pertanyaan, saya akan senang menjawabnya‘
could you explain what is in that picture?
(1-3)
‘bisakah Anda menjelaskan apa yang ada dalam gambar itu?‘

Pada data (1-2) terdapat verba looking dari to look yang penggunaannya sesuai
dengan konteks pembicaraan di atas. Situasinya saat itu presenter membuka sesi diskusi
dan memperhatikan dua temannya di kelompok lain saling pandang, mengira ada
pertanyaan dari salah satunya. Jika verba to look diganti menjadi to see menjadi tidak
sesuai karena to see memiliki makna umum sedangkan to look memiliki komponen beda

yang lebih spesifik seperti ―dilakukan terarah‖ dan ―dilakukan dalam waktu singkat‖,
seperti pemetaan komponen di bawah ini.
Verba ini dilakukan seseorang untuk melihat seseorang lainnya Verba ini dilakukan
terarah
Verba ini dilakukan atas keinginan pelaku
Verba ini dilakukan dalam waktu singkat
Adapun eksplikasinya sebagai berikut.
X melihat Y
X melihat Y seperti ini (menunjukkan cara)
X ingin melihat Y
Sesuatu bagus terjadi pada X
X melihat sesuatu singkat
Begitu juga verba to gaze tidak bisa menggantikan verba to look dalam data (1-2)
karena tidak sesuai konteks. Adapun ketidaksesuaiannya karena perbedaan komponen
makna, verba to gaze memiliki komponen ―melihat dengan intens‖, ―dilakukan dalam
waktu lama‖.

79

ISSN 2442-3475


Jurnal TUTUR, Vol. 4 No. 1 Februari 2018
ASOSIASI PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL)

Pada data (1-3) verba to explain digunakan untuk meminta penjelasan tetapi verba
tersebut tidak sesuai karena yang sesuatu yang dijelaskan adalah gambar, lebih tepat jika
menggunakan to describe ‗deskripsikan‘. Ketepatan itu bisa diketahui dari perbedaan
komponennya, berikut pemetaannya Pemetaan to explain:
Terdapat objek
Verba ini dilakukan jika pendengar (Y) ingin lebih memahami
Verba dilakukan penutur (X) dengan jelas
Penutur ingin pendengar memahami objek
Pemetaan to describe:
Terdapat objek
Verba dilakukan dengan detail
Verba dilakukan dengan kata-kata
Verba digunakan penutur untuk membuat pendengar lebih memahami objek
Pemetaan komponen keduanya tidak banyak berbeda tetapi ada perbedaan yakni
verba to explain dilakukan untuk memperjelas informasi sedangkan verba todescribe
dilakukan sudah dengan detail dan jika hal yang detail itu ingindiperjelas maka gunakan

verba to explain.
Kompetensi linguistik meliputi pengetahuan pengejaan, pelafalan, kosakata,
pembentukan kata, struktur gramatikal, struktur kalimat, dan semantik linguistik. Bertolak
dari uraian tersebut, dapat disimpulkan kesalahan ataupun kekeliruan pembelajar bahasa
asing kemungkinan besar dilakukan dan ditemukan karena unit-unit penting seperti
intiusi, kognitif, dan sosiokultural yang dimiliki penutur asli dengan pembelajar bahasa
Asing berbeda. Kendatipun begitu, ada beberapa upaya untuk meningkatkan pengajaran
dan pembelajaran kosakata khususnya verba bahasa inggris, seperti berikut.
Fitur semantis
Memahamifitur-fitursemantisdidasarkanpadapersamaanantara beberapa set kata.
Fitur yang dimaksud adalah satu komponen yang bisa menjelaskan komponen lainnya
seperti kata kemeja yang memiliki fitur ―menutupi badan bagian atas, memiliki lengan
baju, dan biasanya berkancing depan‖ (Jing & Hongqi, 2015). Fitur semantis juga
membantu pembelajar memahami kata-kata bersinonim dan berantonim. Sinonim yang
berbagi makna tidak selalu memiliki fitur yang sama, dikutip dari penelitian Jing &
Hongqi (2015) the fact that X is a synonym for Y does not mean that Y is necessarily
asynonym for X.‗fakta bahwa X adalah sinonim untuk Y bukan berarti Y sudah tentu
sinonim untuk X‘. Jika dimisalkan dari data penelitian ini, kembali dikatakan, verba to
hear tidak sama dengan to listen walaupun bersinonim, keduanya memiliki komponen
pembeda dan berfungsi mengaitkan sebuah teks. Dalam hal ini, ketertarikan pembelajar

terhadap sesuatu juga bisa membantu meningkatkan kemampuan mengetahui kosakata
dan memahaminya.
Skema semantik (Schema semantics)
Skema yang dimaksud adalah sistem konseptual untuk memahami pengetahuan,
bagai pengetahuan direpresentasikan dan bagaimana digunakan (Jing & Hongqi, 2015).
Dalam hal ini Jing dan Hongqi (2015) juga berpendapat pengalaman masa lalu
melengkapi pengalaman sebelumnya yang telah tersimpan dalam pikiran kita serta
tertatadan membentuk hierarki dari beberapa sub yang disebut skemata. Contohnya
konseptual kata class direpresentasikan sebagai room‗ruang‘, dalam susunan hierarkinya
banyak skemata yang merepresentasikan room tetapi dengan lingkup sempit dan spesifik

80

ISSN 2442-3475

Jurnal TUTUR, Vol. 4 No. 1 Februari 2018
ASOSIASI PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL)

sehingga deskripsi dari level atas hierarki setiap skemata sampai level terendah memiliki
deskripsi dan komponen-komponen pentingnya sendiri (Jing & Hongqi, 2015).

Kembali pada data, kata melihat dalam bahasa inggris bukan hanya to see tetapi
ada to gaze, to look, to peek, to glance dan memiliki komponen makna pembeda
walaupun bermedan makna sama. Hal ini yang harus diperhatikan; meningkatkan fungsi
skema semantik. Pembelajar bisa mengupayakan peningkatan fungsi skema semantik
untuk meningkatkan pemaknaan kosakata khususnya verba jadi jika hal tersebut sudah
dicapai, sekali hierarki verba bermedan makna sama itu terspesifikasi, maka dengan
sendirinya kemampuan pengguna bahasa memilih kata sesuai konteks bekerja dengan
baik.
Pembelajaran kosakata umum dan strategi pembelajar
Pengoptimalan upaya ini didukung pembelajar dan pengajar walaupun dipandang
sebagai peningkatan unit dasar; kosakata namun hal ini memengaruhi peningkatan
pemaknaan verba dan membantu penutur memilah kata yang tepat saat berkomunikasi
langsung dalam bahasa Inggris. Brown and Payne (1994, cited in Evelyn Hatch & Cheryl
Brown, 2001) melakukan analisis tentang upaya ini dan menghasilkan sebuah model
strategi penting yaitu a) menemukan kata-kata baru, (b) paham bentuk katanya, (c)
paham makna katanya, (d) mengkonsolidasikan bentuk kata dan maknanya dalam
ingatan, (e) menggunakan kata tersebut.
Pada data terdapat verba to search ‗mencari‘ yang memiliki medan makna sama
dengan to seek ‗mencari‘, kata yang tidak biasa digunakan adalah to quest ‗mencari‘.
Ketiganya terlihat sama dan pembelajar bahasa asing sering menggunakan verba tersebut
berdasarkan pemikirannya yang bosen menggunakan kata to search sehingga
menggunakan kata bermedan makna sama tanpa melihat komponen pembedanya. Jika
mengikuti model di atas, kata to inquire yang jarang digunakan bisa dianggap kata baru
bagi pembelajar, dilihat dari segi bentuk to inquire memiliki kemampuan berkonjugasi
sesuai aspek dan tense menjadi inquiring, inquired, maknanya mencari tetapi khusus
mencari informasi denganbantuan formulir atau angket, proses selanjutnya adalah
mengingat bentuk dan maknanya, lalu proses terakhir adalah penggunaannya yang lebih
sering sesuai konteks.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut.
Pertama, ditemukan beberapa verba yang penggunaannya kurang tepat karena
tidak sesuai konteks adapun verba-verba tersebut antaran lain verba to see yang
seharusnya to gaze, verba to explain yang seharusnya to describe , verba to look benar
dan tidak bisa digantikan verba to see atau verba to gaze.
Kedua, diketahui beberapa upaya dapat meningkatkan pengajaran dan
pembelajaran verba dan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dalam pemaknaan
sebuah verba. Adapun upaya-upaya tersebut yaitu memahami fitur semantis, memahami
dan mengembangkan skema semantik, dan pembelajaran kosakata umum dan strategi
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Cruse, Alan. 2000. Meaning in Language: an Introduction to Semantics and Pragmatics.
New York: Oxford University Press.
Goddard, Cliff. 1997. Semantik Analysis: A Practical Introduction. Australia: The
University of New England

81

ISSN 2442-3475

Jurnal TUTUR, Vol. 4 No. 1 Februari 2018
ASOSIASI PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL)

Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research I. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Hedge, Tricia. 2015. Teaching and Learning in the Language Classroom. Oxford: Oxford
University Press
Jing, Duan, & Hongqi. 2015. Semantic and Vocabulary Acquisition and Teaching.
Studies Literature and Language Journal, Vol. 10, No. 6,2015, pp. 67-71
Pinto, LE., Spare, S., Driscoll, L. (2014). 95 Strategi pengajaran. Indeks Jakarta. Ramli,
2015. Kesalahan Makna Leksikal pada Terjemahan Teks Bahasa Indonesia ke
dalam Bahasa Inggris. journal.fkip-unilaki.ac.id/index.php/dia/article/download/
5/5
Saeed, Jhon. 2000. Semantics. Oxford: Blackwell Publishers Ltd.
Sudipa, I Nengah. 2010. Struktur Semantik: Verba Keadaan Bahasa Bali. Denpasar:
Udayana University Press
Sudipa, I Nengah. 2012. ―Verba ―Mengikat‖ Bahasa Bali: Pendekatan Metabahasa
Semantik Alami― dalam Jurnal Kajian Bali Volume 02, Nomor 02, Oktober 2012
Hal. 49-68
Wierzbicka, Anna. 1996. Semantics, Primes dan Universals. Oxford: Oxford University
Press

82

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

STUDI PENJADWALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PUSAT PERDAGANGAN CIREBON RAYA (PPCR) CIREBON – JAWA BARAT

34 235 1

STUDI EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI RUTE MALANG – PROBOLINGGO

14 133 2

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62