Universal Banking System di Indonesia: Kajian dari Perspektif Bank Syariah

Kemungkinan Penerapan
Universal Banking Syst em di
Indonesia: Kaj ian dari Perspektif
Bank Syariah
by Zulkarnain Sitompul

Pendahuluan

B

erbagai pendekat an, t indakan maupun upaya t elah dilakukan unt uk memperbaiki
kondisi perekonomian set elah dilanda krisis. Di sekt or perbankan dilakukan
kebij akan rest rukt urisasi yang dit uj ukan khususnya unt uk memulihkan
kepercayaan masyarakat t erhadap indust ri perbankan dan sekaligus membangun kembali
sist em perbankan yang sehat dan kuat unt uk mencegah t erulangnya krisis di masa
mendat ang.

Rest rukt urisasi perbankan dilakukan melalui dua pendekat an yait u penyehat an
perbankan dan peningkat an ket ahanan sist em perbankan. Program penyehat an
perbankan dilakukan melalui program penj aminan, rekapit alisasi perbankan dan
rest rukt urisasi kredit . Sedangkan peningkat an ket ahanan sist em perbankan dilakukan

melalui pengembangan inf rast rukt ur, peningkat an mut u pengelolaan perbankan ( good
cor por at e gover nance) dan pemant apan pengawasan bank.
Pengembangan inf rast rukt ur ant ara lain diwuj udkan melalui pengembangan bank
dengan prinsip syariah. Pengembangan bank syariah dilakukan melalui dit erapkannya
dual banki ng syst em yait u t erselenggaranya dua sist em perbankan (konvensional dan
syariah) secara berdampingan. St rat egi ini dilakukan berdasarkan pengalaman sewakt u
krisis dimana bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dapat bert ahan dit engah
gej olak nilai t ukar dan t ingkat suku bunga yang t inggi. Hal ini didukung oleh karakt erist ik
kegiat an usaha bank syariah yang melarang bunga bank (riba) dan melarang t ransaksi
keuangan yang bersif at spekulat if . Keberadaan dua sist em perbankan yang berkembang
secara paralel dan yang mempunyai hubungan keuangan t erbat as sat u sama lain
diharapkan akan dapat mencipt akan diversif ikasi risiko yang pada gilirannya akan
mengurangi masalah syst emi c r i sk pada saat t erj adi krisis keuangan. Pent ingnya
dilakukan rest rukt urisasi mengingat suat u negara bisa saj a memiliki sist em perbankan
yang kuat , dengan perekonomian yang lemah. Tapi, t idak pernah dalam sej arah
menunj ukkan bahwa suat u negara dengan sist im perbankan yang lemah memiliki
perekonomian yang kuat . 1
1

. Chat u Mongol Sonakul, “ Message f rom t he Governor” dalam Bank of Thai l and Super vi si on Repor t

2000.

1

Agar berj alan baik, rest rukt urisasi perbankan t ersebut memerlukan landasan hukum
yang kuat . Unt uk it u diperlukan pendekat an pembaharuan hukum yang
mampu
memecahkan permasalahan perbankan. Tuj uannya adalah unt uk mencipt akan bank yang
dapat mendukung sist em monet er yang aman dan ef isien, sumber kredit yang st abil dan
dapat dipercaya, sekaligus mencegah pengambilan risiko berlebihan dan mencegah
t erj adinya pasar keuangan yang t idak st abil.

Kegiatan Usaha Bank Syariah dan Bank Konvensional
a. Bank Syariah
Pengalaman selama krisis ekonomi yang t erj adi belakangan ini membuka wacana
baru unt uk melihat / menggalakkan kembali sist em perbankan Islam. Bank Syariah melalui
f ormula bagi hasil t erbukt i mampu menekan t erpaan akibat krisis. Dalam perspekt if lain,
perkembangan bank syariah j uga t elah melampaui bat as-bat as t radisional wilayah negara
Islam. Bank syariah t elah mulai berkembang di negara-negara barat yang selama ini
memprakt ekan sist em perbankan konvensional, khususnya di Inggris. 2 Bank-bank

konvensional Barat , j uga t elah mulai memasuki pasar perbankan Islam dengan membuka
i sl ami c wi ndow . Cit ibank, HSBC, Chase Mahat t an Bank, ANZ Bank misalkan t elah
memberikan j asa-j asa perbankan Islam. 3.
Sekalipun sist em perbankan Islam t elah menunj ukkan “ kekuat an” nya dalam
menghadapi krisis dan cukup ef ekt if dalam membant u mengembangkan perekonomian
nasional, ia belum dapat berkembang secara opt imal
akibat belum lengkapnya
perangkat hukum
perbankan yang ada disamping masih lemahnya pemahaman
masyarakat mengenai kegiat an usaha bank syariah. Evolusi perkembangan pengat uran
bank syariah dari wakt u kewakt u memang t elah menunj ukkan perbaikan, bila dilihat
dari perubahan Undang-Undang No. 7 t ahun 1992 ke Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
yang secara t egas t elah mengat ur ket ent uan-ket ent uan mengenai bank berdasarkan
prinsip syariah Islam. Hanya saj a, hal ini belum cukup, sehingga perlu adanya perubahan
hukum secara mendasar - khususnya unt uk memberikan landasan yang kokoh bagi
pengembangan produk-produk perbankan Islam.
Salah sat u kendala yang dihadapi dalam pengembangan bank syariah adalah
kurangnya perangkat hukum dan perat uran perundang-undangan yang mendukung,
sehingga perbankan syariah t erpaksa berusaha menyesuaikan produk-produknya dengan
ket ent uan yang berlaku bagi perbankan konvensional. Akibat nya ciri-ciri syariah Islam

yang melekat padanya t ersamar, sehingga perbankan syariah t ampil sepert i perbankan
umum, berikut konsekueunsi-konsekuensi lain bagi sist em operasionalnya.
Prinsip ut ama kegiat an usaha perbankan syariah adalah bagi hasil. Prinsip bagi hasil
dapat dilakukan dalam empat akad ut ama, yait u mudhar abah, musyar akah, muzar aah
dan musaqah . 4

2
. Luca Errico dan Mit ra Farahbaksh, Isl amic Banki ng: Issues i n Pr udent i al Regul at i ons and Super vi si on,
Int ernat ional Monet ary of Fund WP/ 98/ 30, Maret 1998. Hal. 10.
3
. Jane E. Hughes dan Scot t B. MacDonald, Int er nat i onal Banki ng Text and Cases, (Bost on : Addison
Wesley, 2002), hal. 68.
4
. Muhammad Syaf i’ i Ant onio, Bank Syar i ah bagi Banki r & Pr akt i si Keuangan, (Jakart a: Bank Indonesia
dan Tazkia Inst it ut e, 1999), hal. 143.

2

Mudar aba yang dit erj emahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai equi t y shar i ng at au
t erkadang j uga disebut sebagai pr of i t shar i ng. Mudar aba pada dasarnya adalah

perj anj ian ant ara paling sedikit dua pihak yait u pemberi pinj aman at au disebut j uga
sebagai invest or dan wiraswast a (ent repreneur). Dalam perj anj ian t ersebut , invest or
sepakat membiayai ent repreneur dan dana pembiayaan t ersebut akan dikembalikan
kepada invest or dit ambah dengan prosent ase pembagian keunt ungan yang t elah
dit ent ukan t erlebih dahulu. Dalam hal t erj adi kerugian diluar kont rol ent repreneur maka
invest or akan menanggung seluruh kerugian t ersebut , kegiat an invest asi sepert i ini
lazim dilakukan oleh i nvest ment banki ng, bukan kegiat an sebagaimana dilakukan
commer ci al banki ng.
Kegiat an usaha bank syariah lainnya adalah mushar aka at au yang dit erj emahkan
menj adi par t ner shi p . Mushar aka adalah akad kerj asama ant ara dua pihak at au lebih
unt uk suat u usaha t ert ent u dimana masing-masing pihak memberikan kont ribusi dana
dengan kesepakat an bahwa keunt ungan dan risiko akan dit anggung bersama sesuai
kesepakat an.
Sedangkan prinsip bagi hasil dalam bent uk al muzar a’ ah adalah kerj a sama
pengolahan pert anian ant ara pemilik lahan dengan penggarap dimana pemilik lahan
memberikan lahan pert anian kepada si penggarap unt uk dit anami dan dipelihara dengan
imbalan t ert ent u dari hasil panen.

Al musaqah adalah bent uk yang lebih sederhana dari al - muzar a’ ah dimana si
penggarap hanya bert anggung j awab at as penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai

imbalan, si penggarap berhak at as nisbah t ert ent u dari hasil panen. 5
Dilihat dari sudut bank konvensional, ruang lingkup kegiat an bank syariah di at as it u,
pada dasarnya bersif at uni ver sal banki ng, yait u meliput i kegiat an usaha commer ci al
banki ng dan i nvest men banki ng. 6
Hal ini dapat dipahami dari f ungsi bank syariah yang t erdiri dari : 7
-

Sebagai penerima amanah unt uk melakukan invest asi at as dana-dana yang
dipercayakan oleh pemegang rekening invest asi/ deposan at as dasar prinsip bagi
hasil sesuai dengan kebij akan invest asi bank.

-

Sebagai pengelola invest asi at as dana yang dimiliki oleh pemilik dana/ sahibul mal
sesuai dengan arahan invest asi yang dikehendaki oleh pemilik dana (dalam hal ini
bank bert indak sebagai manaj er invest asi)

-

Sebagai penyedia j asa lalu lint as pembayaran dan j asa-j asa lainnya sepanj ang

t idak bert ent angan dengan prinsip syariah.

-

Sebagai pengelola f ungsi sosial sepert i pengelolaan dana zakat dan penerimaan
sert a penyaluran dana kebaj ikan (f ungsi opsional).

5

. Ibi d, hal. 155.
Nasser At orf , “ Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah, Produk-Produk dan Tant angannya
Overview” , Bul et i n Ekonomi Monet er dan Per bankan , Vol. 2 No. 3, 1999, hal. v. Uni ver sal Bank adalah bank
yang menerima simpanan, memberikan pinj aman, menj amin sekurit as, melakukan kegiat an usaha perant ara
( br oker age) dan melakukan usaha keuangan lainnya sepert i asuransi.
7.
Achmad Baraba, “ Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah” , Bul et i n Ekonomi Monet er dan
Per bankan, Vol. 2 No. 3, 1999, hal. 5.
6.

3


b. Bank Konvensional
Salah sat u perbedaan mendasar ant ara sist im perbankan Eropa dan Amerika Serikat
adalah bahwa di Amerika Serikat secara hukum t erdapat pemisahan yang t egas ant ara
perbankan dan lembaga sekurit as. 8 . Pemisahaan ant ara kegiat an bank umum dan
i nvest ment bank yang diat ur dalam Gl ass-St eagal Act . 9 Sedangkan di hampir seluruh
negara Eropa kedua j enis kegiat an ini bahkan bisnis asuransi dapat dilakukan oleh sat u
lembaga yang sama
Pemisahan ant ara commer ci al banki ng (bank umum) dan i nvest ment banki ng
sebagaimana dilakukan oleh Amerika Serikat , dilakukan oleh Amerika Serikat sebagai
j awaban t erhadap gelombang kebangkrut an bank sebagai akibat st agnasi ekonomi pada
t ahun 1930an. Legi sl at i ve hi st or y dibalik pemisahaan yang di t ent ukan oleh Gl assSt eagal l Act t ersebut adalah keyakinan Kongres Amerika Serikat bahwa ket erlibat an
commer ci al banki ng pada kegiat an invest asi merusak prinsip kehat i-hat ian dan
kepercayaan masyarakat sehingga menyebabkan t erj adinya kehancuran pasar modal dan
kebangkrut an bank yang kemudian disusul dengan depresi ekonomi pada t ahun 1929. 10
Penelahaan ulang at as l egi sl at i ve hi st or y yang dilakukan akhir-akhir ini menunj ukan
bahwa alasan t ersebut t ernyat a hanyalah mit os. Penelahaan t ersebut menyimpulkan
bahwa Kongres kenyat aannya lebih menyalahkan Feder al Reser ve Bank karena
memberikan pinj aman murah kepada perbankan yang kemudian memicu krisis
perbankan. Penemuan ini dengan sendirinya menghilangkan secara signif ikan landasan

Gl ass St eagal l Act dalam memisahkan kegiat an commer ci al dan i nvest man bank . 11
Perdebat an mengenai perluasan kegiat an usaha bank t ersebut , set elah sepuluh
t ahun, berakhir dengan dikeluarkannya Gr amm-Leach-Bl i l ey Act (GLBA) sebagai
penggant i Gl ass-St eagal l Act pada 12 November 1999. GLBA hanya memperbolehkan
f i nanci al hol di ng company (FHC) suat u bagian dari bank hol di ng company (BHC)
melakukan kegiat an keuangan baru t ermasuk mer chant banki ng. Namun demikian GLBA
t idak sepenuhnya menghilangkan dinding pemisah ant ara perdagangan dan banking di
Amerika Serikat . Sej umlah kegiat an nonbank yang boleh dilakukan BHC melalui FHC
t elah diperluas, t et api banyak diant aranya hanya dapat dilaksanakan oleh anak
perusahaan ( subsi di ar y). 12

8

Sect i on 16, 12 U. S. C. § 24(7t h) (1989) melarang bank melakukan kegiat an sekurit as dan menj adi
under wi t er unt uk kepent ingannya sendiri. Sect i on 21, 12 U. S. C. § 378 (a)(1)(1989) melarang i nvest men bank
menerima simpanan.
9
Pada waktu penyusunan Undang-Undang Perbankan baru untuk menggantikan Glass-St eagall Act terj adi
perdebatan mengenai berapa besar bisnis asuransi dapat dilakukan oleh bank melalui cabangnya. Ketua Banking
Commit t ee House of Represent at ive, Jim Leach enggan menambahkan bisnis asuransi pada daftar kegiatan yang boleh

dilakukan perbankan. Keengganan tersebut bukan karena alasan philosofis akan tetapi disebabkan alasan praktis yaitu
kecilnya kemungkinan lolos usulan tersebut di Kongres karena usulan tersebut mendapat tantangan yang hebat dari
perusahaan asuransi besar yang didukung oleh Ketua Commerce Commit t e, Tom Bliley dan Gerald Solomon, Ketua Rules
Committee. Anggota Kongres senior dari Partai Republik, Richard Baker dan Bill McCollum mengatakan bahwa sudah
tiba saatnya bagi j asa keuangan Amerika Serikat untuk dibuka.. Lebih lanj ut lihat George Graham, “ Bank Insurance
Battle Flares Again Sweeping Reform of Banking Legislation is Put Under Traeat,” Financial Times, 5 May 1995, hal.5.
10
Invest ment Company Inst i t ut e et . al . v. Camp, 401 U. S. 1970.
11
Amy Chunyan Wu, “ PRC’ s Commercial Banking Sist im: Is Universal Banking a Bet t er Model ?, ”
Col umbi a Jour nal of Tr ansnat i onal Law , (Vol. 37, 1999), hal. . 629.
12
Nina Hval, “ Financial Modernizat ion in t he Unit ed St at es: What New Financial Act ivit ies U. S. Banks
and Foreign Banks in t he Unit ed St at es Can Now Pursue, ” The Int er nat i onal Lawyer , (Vol. 34, No. 4, Wint er
2000), hal. 1133.

4

Universalisasi Kegiatan Usaha Bank
Perdebat an mengenai pemisahan kegiat an usaha bank konvensional t ersebut sudah

t erj adi sepanj ang abad dua puluh dan semakin hangat , paling t idak, sej ak t ahun 1960an
dimana bank umum dan perusahaan sekurit as berusaha memperluas kegiat an usaha
masing-masing sehingga secara perlahan bat as yang memisahkan kedua j enis lembaga
ini semakin menipis. 13 Melihat kenyat aan yang ada, pemisahan sepert i diat as memang ini
sudah t idak begit u relevan lagi, mengingat operasional perbankan t idak lagi mengenal
t apal bat as, dan derivat if dari produk-produk perbankan begit u cepat berkembang. Hal
ini yang membuat Lembaga f ederal di Amerika Serikat yang bert anggung j awab t erhadap
pengat uran dan pengawasan bank komersial, yait u t he Of f i ce of Compt r ol l er of t he
Cur r ency (OCC), t he Feder al Deposi t Insur ance Cor por at i on (FDIC) dan t he Feder al
Reser ve Si st em (Fed ) sepakat unt uk memperlunak pembat asan ant ara commer ci al bank
dan i nvest ment bank . 14
Alasan pelunakan t ersebut didasarkan pada alasan bahwa pendelegasian f ungsif ungsi t ert ent u dari suat u lembaga perant ara keuangan akan menurunkan biaya karena
dapat menghilangkan duplikasi. Umpamanya, f ungsi sebagai pengumpul inf ormasi
sebelum memut uskan unt uk membiayai dan memonit or debit ur t ert ent u. Berdasarkan
alasan ini, diyakini bahwa bank yang j uga menawarkan j asa sekurit as sepert i menj amin
emisi saham suat u perusahaan di pasar modal dapat mengembangkan suat u hubungan
yang luas dan panj ang dengan perusahaan t ersebut . 15 Alasan lainnya adalah peningkat an
j umlah t it ik t emu ant ara bank dan perusahaan mempermudah bank dalam
mengumpulkan inf ormasi t ent ang perusahaan dan menggunakan inf ormasi t ersebut unt uk
bert ransaksi. Sebagai cont oh, akan lebih sederhana bagi suat u bank unt uk menilai
kondisi suat u perusahaan yang pernah dij amin oleh bank t ersebut pada saat perusahaan
it u go publ i c. 16
Sement ara it u, kecenderungan globalisasi t elah pula menghilangkan bat as-bat as
t radisional kedaulat an negara dalam sist em keuangan. Modal t idak pernah memiliki
bendera nasional, dana mengalir dari sat u negara ke negara lain secara cepat , bergerak
melewat i bat as-bat as negara. Secara umum globalisasi j uga dapat diart ikan sebagai
semakin t erint egrasinya pasar modal dan pasar uang yang secara populer disebut
dengan konsep gl obal vi l l age. Secara umum bank dan lembaga keuangan lainnya sert a
sist em keuangan di seluruh dunia t erlibat dalam proses rest rukt urisasi secara luas.
Dalam proses ini seluruh lembaga keuangan dipaksa unt uk bersikap pro akt if dalam
melaksanakan perubahan dan
diharuskan
melakukan ant isipasi t erhadap
perkembangan-perkembangan baru dengan cara menyusun rencana sesuai dengan
perkembangan baru t ersebut .
Perbankan dewasa, ini dihadapkan pada persaingan yang sangat ket at dalam segala
j enis usaha yang digelut inya. Pada r et ai l banki ng saingan ini dat ang dari bui l di ng
soci et i es, savi ng bank, post al gi r os, cr edi t co-oper at i ve, i nsur ance compani es dan nonbank f i nanci al i nst i t ut i on. Sedangkan whol esal e banki ng j uga menghadapi persaingan
yang sama. Meningkat nya kegiat an sekurit isasi t elah mengalihkan perhat ian perant ara

13

Joao A. C. Sant os, "Securit ies Unit s of Banking Conglomerat es: Should Their Locat ion Be Regulat ed?, "
Cat o Jour nal , (Vol. 18, No. 1, Spring/ Summer 1998), hal. 93.
14
Ibi d.
15
Ibi d , hal. . 94.
16
Ibi d.

5

kredit dari bank ke pasar uang dan modal, pert umbuhan t ransaksi comer ci al paper
menunj ukkan perubahan yang signif ikan t ent ang hal ini. Dalam pasar keuangan
f enomena sekurit isasi secara umum menunj ukkan suat u karakt erist ik pergerakan kearah
orient asi pasar yang lebih luas. Secara komparat if penekanan lebih diberikan kepada
perant ara yang berbasis pasar dibandingkan dengan yang berbasis inst it usi. Munculnya
f ungsi divisi cor por at e t r easur y memunculkan gej ala i n house banki ng dalam divisi
keuangan suat u perusahaan sebagaimana yang t erj adi pada perusahaan-perusahaan
besar. 17
Perubahan pada j enis usaha perbankan yang berkait an dengan t eknologi meningkat
secara signif ikan. Dewasa ini t erminologi bank
sendiri dalam berbagai hal t elah
menyesat kan karena hambat an t radisional ant ara pasar ( mar ket ) dan lembaga
( i nst i t ut i on) t elah menipis. Apakah suat u bui l di ng soci et i es adalah bank ?, at au apakah
suat u bagian dari group bank yang melakukan kegiat an asuransi dikat egorikan sebagai
bukan bank?. Sulit nya mendef inisikan kegiat an usaha ant ara bank dan lembaga keuangan
nonbank sekarang ini menyebabkan banyak bankir yang lebih senang menyebut dirinya
sebagai f i nanci al ser vi ces f i r ms (FSFs).
Dengan demikian perubahan dalam dunia perbankan merupakan suat u hal yang t idak
dapat dihindari dan merupakan bagian dari suat u masyarakat menuj u suat u masyarakat
post -i ndust r i al i zed . Dalam arena ekonomi int ernasional, peningkat an skala dan
volat ilit as arus modal ant ara negara dan disert ai dengan liberaliasi sekt or keuangan
secara luas t elah menimbulkan int egrasi pasar keuangan int ernasional.
Meluasnya liberalisasi j asa keuangan dit andai ant ara lain dengan meluasnya
ref ormasi pasar modal, program privat isasi dan penghapusan hambat an t radisional
ant ara bank umum dan pasar sekurit as. Liberalisasi dalam pasar perbankan t radisional
t elah t erbukt i dengan kebij aksanaan yang dikeluarkan yang mengubah ket ent uan yang
mengat ur apa yang dapat dilakukan oleh bank dan nonbank.
Perubahan-perubahan t ersebut membuat pemerint ah semakin merasakan meningkat nya
kesulit an unt uk mengindent if ikasi ket ent uan yang relevan bagi masing-masing indust ri j asa
keuangan. Dengan hambat an t radisional yang dipergunakan unt uk memisahkan segmen
usaha j asa keuangan yang dilakukan dalam mat a uang dan negara yang berbeda t elah hilang
maka karakt erist ik yang dipergunakan unt uk memisahkan ant ara lembaga keuangan dan
lembaga nonkeuangan j uga ikut hilang. Kekaburan perbedaan ant ara lembaga keuangan
seringkali disebut sebagai universalisasi dari kegiat an usaha bank sebagaimana yang
dit emukan di Jerman, Swiss dan negara Benelux. 18

Bank Syariah dan Universal Banking Syst em
Unt uk kont eks Indonesia, t erdapat pemisahan ant ara kegiat an commer ci al banki ng
dan i nvest ment banki ng. Kegiat an
i nvest ment banki ng hanya dilakukan melalui
subsidiary bank umum ( commer ci al bank ) 19 Dengan sist em perbankan syariah kegiat an
t ersebut dapat dilakukan oleh bank yang sama. Selanj ut nya dengan diberlakukannya
17

Edward P. M. Gardener , Changes i n West er n Eur opean Banki ng, (London: Rout ledge, 1993), hal. 5.
Ibi d .
19
Pasal 7 huruf b Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 menet apkan bahwa bank dapat melakukan kegiat an
penyert aan modal pada bank at au perusahaan lain di bidang keuangan, sepert i sewa guna usaha, modal
vent ura, perusahaan ef ek, asuransi, sert a lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan.
18

6

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 t ent ang Perbankan yang mempermudah pembukaan
bank dan kant or cabang bank berdasarkan prinsip syariah, 20 pada dasarnya sist em
uni ver sal banki ng t elah pula dikembangkan. Kebij akan perbankan yang dianut Bank
Indonesia saat ini adalah pengembangan perbankan syariah sehingga secara bersamaan
akan berj alan dua sist im perbankan secara bersamaan yait u bank konvensional dan bank
syariah ( dual banki ng si st em ).
Karakt erist ik kegiat an usaha yang dilakukan oleh bank syariah dengan konsep bagi
hasil, dengan kegiat an yang dilakukan oleh i nvest men banki ng dapat dilihat memiliki
t it ik-t it ik t aut . Kegiat an usaha i nvest ment bank sangat beragam, mulai dari menawarkan
berbagai j enis j asa sampai hanya melakukan kegiat an usaha yang sangat spesif ik.
Kegiat an usaha t ersebut meliput i: Per t ama, pemberian nasehat berkait an dengan
masalah-masalah st rat egi perusahaan, merger dan akuisisi, rest rukt urisasi dan
pembiayaan perusahaan. Kedua, t erlibat dalam kegiat an riset , penj amiman,
perdagangan surat -surat berharga. Ket i ga,
mengelola dana invest asi ( i nvesment
f unds). 21 Sement ara it u, commer ci al banki ng (bank umum) hanya melakukan kegiat an
penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkannya t erut ama dalam bent uk
pemberian kredit .
Dari perspekt if ini t erlihat bahwa bank syariah melakukan kegiat an commer ci al
banki ng dan i nvest ment banki ng sekaligus yang dalam t erminologi perbankan dikat akan
sebagai uni vesal banki ng, meskipun konsep uni ver sal banki ng pada dasarnya t idak boleh
dilakukan oleh perbankan Indonesia. Dalam kait an ini, perlu pula dikembangkan
kemungkinan bank syariah melakukan kegiat an yang lebih luas yait u melakukan kegiat an
usaha asuransi sebagaimana lazimnya dilakukan oleh uni ver sal banki ng. Alasannya
adalah sist em perbankan syariah merupakan subsist em dari suat u sist em ekonomi Islam
yang cakupannya lebih luas. Tuj uan pendirian bank-bank Islam ini umumnya adalah
unt uk mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari prinsip-prinsip Islam, syariah
dan t radisinya dalam t raksaksi keuangan dan perbankan sert a bisnis lainnya yang
t erkait . 22 Tambahan pula, dengan memperluas kegiat an usaha bank syariah maka
prospek pengembangan bank syaraiah sebagai bagian peningkat an ket ahanan sist em
perbankan menj adi semakin baik. Konsep pengembangan yang selama ini dilakukan
melalui pendekat an inst it usi, menj adi lebih lengkap.

Kemungkinan Penerapan Universal Banking Syst em
Kecenderungan universalisasi kegiat an usaha bank ini j uga menimbulkan perdebat an
t ent ang keharusan dilakukannya harmonisasi sist im pengawasan diant ara lembaga
pengawas bank dan pengawasan pasar keuangan. Hal yang masih t et ap menimbulkan
pert anyaan besar khususnya adalah siapa yang menanggung beban t anggung j awab
apabila suat u bank mengalami kegagalan karena kegiat an usahanya di pasar modal.
Selanj ut nya seberapa relevan perluasan kegiat an usaha perbankan t ersebut
t ergant ung pada pendekat an relat ivit as keunt ungan dan biaya ( cost and benef i t ). Di sisi
keunt ungan, membolehkan bank melakukan kegiat an-kegiat an baru yang memiliki sinergi
20

Berdasarkan Undang-Undang ini bank konvensional dapat membuka kant or cabang bank berdasarkan
prinsip syariah. Pada ket ent uan sebelumnya pembukaan bank syariah hanya dapat dilakukan sebagai bank
yang berdiri sendiri.
21
. Jane E. Hughes, Op. ci t . hal. 142.
22
. Zainul Arif in, “ Bank Syariah Versus Bank Konvensional” , Republ i ka on l i ne, 17 Juni 2002.

7

dengan kegiat an yang t elah dilakukan dapat mencipt akan ef isiensi bagi perekonomian
secara keseluruhan. Meskipun kegiat an baru t erebut berisiko, t eori port f olio modern
mengaj arkan bahwa permasalahan bukan t erlet ak pada risiko pada kegiat an usaha
t ert ent u t et api pada risiko keseluruhan kegaiat an usaha. Dengan demikian membolehkan
bank melakukan kegiat an usaha baru akan mengurangi risiko secara keseluruhan melalui
perluasan diversif ikasi.
Dilihat dari sisi kerugian, membolehkan bank secara langsung melakukan kegiat an baru
akan memperluas biaya yang berkait an dengan pengawasan. Bank t idak menanggung secara
penuh biaya sosial dari kegiat annya. Bank dapat menyalurkan kredit at au melakukan kegiat an
yang t idak layak. Hal ini t ent unya akan meningkat kan moral hazard sehingga dibut uhkan
perluasan regulasi dan pengawasan unt uk mencakup kegiat an baru t ersebut . Dengan
demikian, dengan meluasnya kegiat an usaha yang dilakukan bank, semakin besar beban
pengat uran bagi bank, semakin besar pula biaya unt uk pengawasannya. 23
Unt uk mengat asi hal t ersebut salah sat u j awabannya adalah menj adikan pengat uran
dan pengawasan bank, perusahaan sekurit as dan asuransi, kedalam sat u at ap
sebaganimana pendekat an yang dilakukan Inggris dengan mendirikan Financial Services
Aut horit y (FSA). Pembent ukan lembaga ini adalah sebagai j awaban at as semakin
menyat unya j asa keuangan sehingga mempersulit pembedaan ant ara bisnis perbankan,
sekurit as dan asuransi. 24
Sej alan dengan konsep pengembangan uni ver sal banki ng syst em melalui pendekat an
bank syariah t ersebut , dalam j angka panj ang, pemisahaan kegiat an bank dengan
kegiat an perusahaan sekurit as dan asuransi sudah dapat dit inggalkan. Hal ini akan
sej alan dengan konsep pengawasan bank yang dikehendaki oleh Undang Undang No. 23
t ant ang Bank Indonesia, yait u dengan pembent ukan Lembaga Pengawas Jasa Keuangan
(LPJK) at au yang akhir-akhir ini disebut dengan Ot orit as Jasa keuangan (OJK). Lembaga
ini bert anggung j awab t erhadap pengawasan seluruh lembaga keuangan.
Dengan penerapan uni ver sal banki ng syst em , sangat masuk akal mengharapkan
kebangkrut an suat u bank yang memiliki beragam kegiat an usaha sebagaimana dilakukan
oleh uni ver sal bank akan j arang t erj adi. Alasannya adalah dengan uni ver sal bank maka
akan t erj adi diversif ikasi risiko dan akses lebih baik t erhadap inf ormasi. Padahal masalah
paling pent ing bagi perant ara keuangan adalah bagaimana mengat asi masalah yang
berkait an dengan inf ormasi t idak lengkap dan t idak simet ris ( i ncompl et e and asymmet r i c
i nf or mat i on). Secara umum, banyaknya inf ormasi dan besarnya biaya memperolehnya
bergant ung pada int ensit as hubungan. 25 Pada uni ver sal banki ng hubungan ant ara
nasabah dan bank lebih dalam j ika dibandingkan dengan sif at hubungan ant ara nasabah
dan bank pada bank umum. Hal it u disebabkan karena hubungan ant ara uni ver sal
banki ng dengan nasabahnya t idak hanya hubungan l ender – bor r ower , akan t et api
dit ingkat kan dengan adanya bent uk hubungan penyediaan j asa keuangan t ambahan
sepert i menj adi penj amin dalam emisi saham. 26
23

Thomas M. Hoenig, “ Financial Modernizat ion: Implicat ions f or t he Saf et y Net , Remark f rom t he
Conf erence on Deposit Insurance, FDIC, ” Washingt on DC, 29 January 1998, Mer cer Law Revi ew , (Vol. 49,
1998), hal. 791
24
Michael Taylor, “ The Seacrh f or a New Regulat ory Paradigm, ” Mer cer Law Revi ew , (Vol. 49, 1998),
hal. 801.
25
. Ant hony Saunders dan Ingo Walt er, Uni ver sal Banki ng Fi nanci al Syst em Desi gn Reconsi der ed ,
(Chicago: Irwin, 1996), hal. 12.
26
. Ibi d, hal. 9.

8

Di samping it u, uni ver sal banki ng j uga menikmat i keunt ungan-keunt ungan t ert ent u
mulai dari economi es of scal e, economi es of scope dan kemungkinan melakukan relokasi
sumber daya ( r esour ces) secara int ernal dalam mengant isipasi kecenderungan
permint aan ( demand ). Hal ini pula yang menyebabkan t erdapat kecenderungan yang
t inggi unt uk penerapan uni ver sal banki ng. 27 Melalui pendekat an bank syaraih hal it u
dapat dilakukan, dengan menj adikan bank syariah sebagai arena uj i coba.

Kesimpulan
Tingginya t ingkat persaingan dalam dunia perbankan sert a cepat nya perkembangan
t eknologi dari derivat if produk perbankan membuat bank syariah harus lebih bisa lagi
melakukan inovasi produk dan j asa layanan yang ada, sehingga mampu memberikan
pelayanan dan produk yang menarik t erhadap nasabah. Mengingat , nasabah bank syariah
yang ada selama ini, j uga merupakan nasabah bank konvensional dan dalam penarikan
nasabah, t idak cukup hanya mengandalkan pendekat an ke-islaman semat a. Pemerint ah
j uga diharapkan proakt if dalam memf asilit as perat uran perundang-undangan yang
kondusif bagi perkembangan bank syariah.

• Jurnal Hukum Bisnis, Volume 20, Agustus-September 2002

27

. Ibi d, hal. 27.

9