Mata Kuliah Tentang Filsafat Komunikasi

Mata Kuliah : Filsafat Komunikasi
Jawaban soal A :
a. Apa filsafat komunikasi itu?
Apa hubungan falsafah dengan ilmu?
Arti kata Filsafat Secara etimologis (ilmu asal usul kata), kata Filsafat berasal
dari Yunani

Philosophia yang berasal dari 2 kata : Philia = cinta , Sophos =

kearifan/kebijaksanaan atau wisdom.
Jadi, filsafat atau philosophia berarti cinta akan kearifan (love for wisdom).
Namun, Cinta bukan sekedar sayang, tapi suatu dinamika yang menggerakkan subjek
untuk bersatu dengan objeknya dalam arti dipengaruhi dan diliputi oleh objeknya.
Kebijaksanaan/kearifan atau wisdom diartikan sebagai ketepatan bertindak.
Filsafat merupakan suatu ilmu yang berlandasan pemikiran dari ilmu yang
bersangkutan, titik tolak ilmu itu bermaksud mencapai tujuan yaitu kebenaran.
Sebenarnya setiap ilmu ditujukan pada mencapai kebenaran serta pengabdiannya
kepada umat manusia, hanya cara ataupun jalan bagaimana masing-masing ilmu
mencapai tujuan ini adalah berbeda-beda.
Filsafat dan ilmu mempunyai beberapa persamaan. Keduanya tumbuh dari
sikap reflektif dan sikap bertanya. Ilmu-ilmu bersangkutan dengan bidang-bidang

khusus atau bidang yang terbatas. Tujuan ilmu adalah untuk memaparkan dunia
sehingga dapat ditafsirkan dengan istilah-istilah yang pasti atau matematik, dan
bila mungkin kemudian mengadakan kontrol (pengendalian) secara mekanis.

Komunikasi dapat disebut sebagai ilmu karena telah memenuhi syarat berikut :
1. Mempunyai obyek tertentu
Ilmu merupakan suatu bentuk pengetahuan yang mempelajari suatu obyek.
Obyek dalam ilmu harus dibedakan antara obyek material, yaitu apa yang
dipandang dan obyek formal, yaitu sudut pandang dalam arti dari sudut
mana obyek itu dipandang.
Obyek formal ilmu komunikasi adalah perilaku manusia, termasuk di
dalamnya perilaku individu, kelompok dan masyarakat. Obyek formalnya
situasi yang mengarah pada perubahan sosial, termasuk perubahan
perilaku, perasaan, sikap dan perilaku individu, kelompok, masyarakat.
2. Bersifat sistematis

Sistematis berati menurut suatu sistem tertentu. Sistem diartikan sebagai
kumpulan hal-hal yang disatukan ke dalam suatu keseluruhan yang
konsisten karena saling terkait. Dalam bentuknya yang formal, ilmu
pengetahuan dinyatakan dalam suatu definisi.

3. Berlaku umum
Komunikasi diberbagai negara, termasuk di Indonesia sudah dipelajari,
diteliti,

dipraktekkan

dan

dikembangkan,

karena

pada

dasarnya

komunikasi memang sangat diperlukan bagi kepentingan manusia dan
masyarakat
4. Mempunyai metode tertentu
Sebagaimana ilmu sosial lainnya, komunikasi menggunakan metode

penelitian untuk mengembangkan ilmunya, dan ada yang spesifik untuk
mengembangkan ilmu komunikasi.
Menurut Prof. Onong Ucahana Efendy, Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin
ilmu yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis,
sistematis, analisis, kritis, dan holistis tentang teori dan proses komunikasi yang
meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya,
fungsinya, teknik dan perannya.
b. Mengapa
Filsafat komunikasi? Sifat manusia dan masyarakat adalah
kedinamisan itu tercermin adanya selalu keinginan untuk berubah

dinamis,

Hubungan antara filsafat dengan komunikasi secara teoritis komunikasi
dimulai sejak masa yunani kuno. Ketika itu Corax mengajarkan teori berbicara di
depan pengadilan yang kemudian dianggap sebagai cikal bakal keterampilan persuasi
(membujuk). Salah satu murid murid Corax yang terkenal adalah Tisias, yang
kemudian mengambil istilah Rhetoric sebagai nama bagi keterampilan tersebut. Jadi
hubungan


filsafat

dengan

komunikasi,

yaitu

kebenaran

dalam

berbicara/berkomunikasi di depan semua orang, dengan siapapun itu, dimanapun itu
dan di mana saja kita berada. Filsafat ilmu untuk melegitimasi eksistensi ilmu
komunikasi sebagai disiplin ilmu tersendiri yang dapat dibedakan dari ilmu-ilmu
lainnya. Fenomena komunikasi manusia merupakan sentra bagi ilmu-ilmu tentang
perilaku manusia. Oleh karena itu,kajian filsafat tentang komunikasi manusia juga
sekaligus menjadi petunjuk bagi ilmu-ilmu lain yang menelaah perilaku manusia.

Kebenaran berasal dari kata dasar “benar”. Secara etimologi “benar”

mempunyai arti tidak salah, lurus, susngguh-sungguh dan tidak bohong. Sedangkan
secara epitemologi (istilah), pengertian kebenaran dapat kita lihat pembahasan
dibawah ini. Pembahasan tentang kebenaran, maka kita akan menemukan dua hal,
yakni “kebenaran apoteriori atau kebenaran yang berasal dari fakta”, dan
“Kebenaran apriori atau kebenaran berasal dari akal budi”. Kebenaran apriori dapat
dibuktikan dengan melihat keterkaitannya dengan proposisi yang sama,
sedangkan kebenaran aposteriori hanya bisa dilihat sebagai benar berdasarkan
pengalaman.
Ada dua pandangan tentang kebenaran, kebenaran secara rasional atau
berdasarkan akal budi dan kebenaran secara empiris atau berdasarkan pengetahuan.
Hal ini sebagaimana dikatakan Immanuel Kant dalam yang dikutip oleh A. Sonny
Keraf, bahwa ada dua cara yang saling terkait dan menunjang satu sama lain untuk
bisa sampai pada suatu pengetahuan.
1. Secara empiris, yaitu dengan mengacu pada pengalaman dan pengamatan
indrawi, pada bagaimana benda atau objek tertentu tampak pada kita
melalui pancaindra. Jadi untuk mengetahui bahwa suatu konsep atau
proposisi benar, saya mengacu pada objek dari proposisi itu menampakkan
diri pada saya. Artinya, saya selalu menceknya pada fakta dan data yang
bisa ditangkap dengan pancaindra. Dengan kata lain untuk mengetahu
bahwa proposisi benar kita tidak mengacu pada akal budi, bagaimana akal

budi memikirkannya, melainkan bagaimana pada objek yang dinyatakan
dalam proposisi itu tampak pada saya. Ini lah yang disebut sebagai
kebenaran atau pengetahuan empiris.
2. Suatu objek bisa ditangkap oleh pancaindra kalau kita mempunyai
kategori-kategori

tertentu.

Pengetahuan

memang

didasarkan

pada

pengalaman indrawi, tetapi pengalaman indrawi itu hanya mungkin terjadi
dalam bentuk-bentuk bawaan tertentu yang ada dalam diri manusia; berupa
ruang dan waktu serta hukum sebab akibat. Jadi, di pihak lain ada
pengetahuan transendental yang memberi kerangka yang memungkinkan

objek dapat dialami. Maka di satu pihak akal budi menangkap benda
tertentu sesuai dengan bentuk benda itu tetapi di pihak lain, benda itu

sendiri menyesuaikan diri dengan bentuk-bentuk yang telah ada dalam
akal budi.
Berkomunikasi merupakan aktivitas yang sangat mendasar pada setiap
manusia. Sejak lahir manusia telah memiliki tabiat untuk selalu berkomunikasi
dengan orang disekitarnya. Setiap individu memiliki cara tersendiri dalam
mengekspresikan teknik berkomunikasinya, maka dalam hal ini setiap orang diberikan
kebebasan berekspresi. Namun kebebasan tidaklah selalu menjanjkan keselarasan dan
kesesuaian, terkadang kebebasan yang dipercayakan disalahgunakan oleh oknumoknum yang tidak bertanggung jawab yang memiliki kepentingan-kepentingan
pribadi tanpa mengindahkan kepentingan orang lain. Untuk menghindari hal tersebut
maka harus ada sebuah kontrol yang tidak hanya memantau aspek kebebasan, tetapi
juga menekankan pada aspek tanggung jawab sebagai implikasi dari kebebasan
tersebut.
Sifat manusia dan masyarakat adalah dinamis, kedinamisan itu tercermin
adanya selalu keinginan untuk berubah Ketika manusia melihat atau mengalami suatu
peristiwa, akan terdorong naluri ingin tahunya, ia pun akan bertanya: apakah ini? Dari
mana datangnya? Apa sebabnya demikian? Mengapa demikian? Manusia yang semula
tidak tahu, ia akan berusaha untuk mencari tahu kemudian mencari tahu, hingga

keingintahunya terpenuhi. Jika keingintahuannya terpenuhi, sementara waktu ia akan
merasa puas. Namun, masih banyak hal yang mengelilingi manusia, baik yang tampak
maupun yang tidak tampak, ada atau yang mungkin ada, yang berarti masih harus
diuji kebenarannya. Hal ini kembali mendorong naluri ingin tahu, membuat
pertanyaan lain yang yang terus bermunculan.
Terdapat dua cara manusia untuk tahu, yaitu bertanya kepada manusia lain
atau bertanya pada diri sendiri dengan melakukan penyelidikan sendiri. Makin lanjut
usia seseorang, kemampuan menyelidiki sendiri akan semakin besar, dan akan
membuat hasil tahunya menjadi lebih banyak, lebih luas, dan lebih dalam. Semakin
banyak dan dalam yang diketahui, ia akan semakin ingin tahu. Sepanjang hidup,
naluri ingin tahu akan mendorong manusia untuk terus mencari tahu. Dengan
demikian, naluri ingin tahu dapat diartikan sebagai dorongan alamiah yang dibawa
manusia sejak lahir untuk mencari tahu tentang segala sesuatu, termasuk hal diri
sendiri, dan baru akan berhenti di akhir kesadaran manusia.

c. Di mana
Filsafat komunikasi? Salah satu aplikasi atau penerapan komunikasi adalah
untuk
Di dalam komunikasi adanya etika komunikasi, etika komunikasi dapat
mengelaborasi standar etis yang digunakan oleh komunikator dan komunikan. Etika

komunikasi berhubungan juga dengan praktek institusi, hukum, komunitas, struktur
sosial, politik dan ekonomi. Selain itu, etika komunikasi selalu dihadapkan dengan
berbagai masalah, yaitu antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab terhadap
pelayanan publik itu.
Ada dua jenis etika, yaitu :
a. Etika umum : bagaimana manusia itu bertindak secara etis.
b. Etika khusus : moral di bidang khusus. Kode etik jurnalis, etika bisnis dll.
Etika komunikasi memiliki 3 dimensi yang terkait satu dengan yang lain, yaitu:
1. Aksi komunikasi
Dimensi yang langsung terkait dengan perilaku aktor komunikasi. Perilaku
aktor komunikasi hanya menjadi salah satu dimensi etika komunikasi yaitu
bagian dari aksi komunikasi.
2. Sarana komunikasi
Pada tingkat sarana ini terdapat analisis yang kritis, pemihak kepada yang
lemah atau korban dan berperan sebagai penengah diperlukan karena akses ke
informasi tidak berimbang. Serta karena besarmya godaan media ke
manipulasi dan aliensi. Dalam masalah komunikasi keterbukaan akses juga
ditentukan oleh hubungan kekuasaan, penggunaan kekuasaan dalam
komunikasi tergantung pada penerapan fasilitas baik ekonomi, budaya, politik
atau teknologi. Semakin banyak fasilitas yang dimiliki semakin besar akses

informasi, semakin mampu mendominasi dan mempengaruhi perilaku pihak
lain atau publik.
3. Tujuan
Dimensi tujuan menyangkut nilai demokrasi terutama kebebasan untuk
berekspresi kebebasan pers, dan juga hak akan informasi yang benar. Dalam
negara demokratis, para aktor komunikasi peneliti asosiasi warga negara dan
politis harus mempunyai komitmen terhadap nilai kebebasan tersebut. Negara
harus menjamin serta memfasilitasi terwujudnya nilai tersebut.
d. Bilamana
Filsafat komunikasi? Untuk membantunya agar mereka dapat meningkatkan
harkatnya sebagai manusia

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan
itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan
pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator, sedangkan
orang yang menerima pesan dinamakan komunikan. Lebih jelasnya, komunikasi
berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika
dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama, isi pesan, kedua, lambang
(simbol). Konkritnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah

bahasa. Pikiran dan perasaan sebagai isi pesan yang disampaikan komunikator kepada
komunikan, selalu menyatu secara terpadu; secara teoritis tidak mungkin hanya
pikiran saja atau perasaan saja.
Dalam ilmu filsafat, dikenal ada tiga aspek yang menjadi penyangga filsafat,
yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Secara singkat ontologi dapat diartikan
sebagai hakikat yang membahas apa pengetahuan itu sendiri, epistemologi diartikan
sebagai teori atau metoda yang mengkaji mengenai bagaimana cara memperoleh ilmu
pengetahuan tersebut, sedangkan aksiologi dapat diartikan sebagai kajian mengenai
manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan. Ketiga aspek tersebut dikenal pula
sebagai tiga pilar filsafat. Karena komunikasi merupakan suatu ilmu, maka
komunikasi termasuk dalam keluarga filsafat.
e. Siapa
Filsafat komunikasi? Untuk siapa komunikas itu
Menurut Hoeta Soehoet
Ilmu komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam
menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain.
Menurut Richard Lanigan, Filsafat komunikasi adalah upaya menjawab pertanyaan:
a) Apa yang aku ketahui ?
b) Bagaimana aku mengetahuinya ?
c) Apakah aku yakin ?
d) Apakah aku benar ?
 Objek kajian Ilmu Komunikasi adalah “usaha manusia dalam menyampaikan isi
pesannya kepada manusia lain”.

 Objek kajian ilmu komunikasi terdiri dari satu golongan masalah, yaitu bagaimana
usaha manusia menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain, bukan usaha
manusia mencari nafkah, bukan usaha manusia mencari keadilan, dan lain-lain.
 Ilmu komunikasi jg mempunyai satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun
menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya baik dilihat
dari dalam, yaitu:
a) Usaha manusia untuk menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain bukan
usaha binatang, bukan usaha angin, bukan usaha pohon beringin, tetapi usaha
manusia yang dapat menggunakan akal budinya, bukan usaha manusia yang tidak
dapat menggunakan akal budinya.
b) Usaha manusia dalam menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain bukan
usaha manusia dalam menyampaikan isi pesannya kepada Tuhan.
Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan hal terpenting dalam
berhubungan antara manusia dalam menyampaikan keinginan atau masalah yang
terjadi, agar tidak timbul adanya kesalahpahaman. Di mana rasa keinginan tau
manusia akan “sesuatu hal akan kebenaran” maka akan selalu di cari informasi yang
akurat, dengan hal itu ilmu komunikasi salah satu jembatan yang paling efektif antara
hubungan satu sama lain sesama manusia. Bahwa cara berbicara tentang komunikasi
ada beberapa unsur yang dipikirkan yaitu source (sumber), communicator (pengirim
pesan), communicate (pesan), channel (saluran atau media), communicant (penerima
pesan),dan effect (hasil).

Jawaban soal B :
a. Alternatif pemikiran seperti apa dalam pemanfaatan dana subsidi?

Filsafat ilmu pengetahun memiliki tiga “jalan masuk” utama, yaitu ontologi,
epistimologi, dan aksiologi. Louis O. Kattsoff menjelaskan dalam bukunya Pengantar
Filsafat (1986), menjelaskan ketiganya secara terpisah. Kattsoff menjelaskan Ontologi
sebagai pembuka kenyataan yang paling dalam, sebagai penjelas antara kenampakkan
dan kenyataan. Ontologi sesungguhnya merupakan cabang filsafat yang sangat
penting. Menjawab pertanyaan apakah hakekat dari sesuatu yang ada itu, dan apakah
hakekat dari suatu kenyataan itu. Yang merupakan sifat dari ilmu (kebenaran teori).
Jalan kedua yaitu epistimologi. Kattsoff menyatakan bahwa epistimologi
merupakan sebuah cabang filsafat yang mempertanyakan tentang kebenaran,
kevalidan dari sesautu. Serta bahwa makna itu sangatlah penting. Epistimologi
berjalan sebagai cabang yang mengantar bagaimana sesuatu itu dimaknai dan menjadi
suatu pengetahuan yang jelas kebenarannya. Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan
epistemologi mempertanyakan proses yang memungkikan dipelajarinya pengetahuan
yang berupa ilmu.
Terakhir yaitu aksiologi. Kattsoff menyatakan bahwa aksiologi merupakan
cabang filsafat yang menanyakan tentang apa yang baik itu, makna dari yang baik itu,
dan tentang makna sebuah nilai. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan
untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan. Pada dasarnya ilmu harus
digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Disimpulkan bahwa
aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai dan kebaikkan sebuah
ilmu pengetahuan.
Filsafat ilmu pengetahuan adalah bagian dari filsafat, dan ilmu komunikasi
merupakan anak yang ada dalam silsilahnya. Sebagaimana tujuan filsafat, tentu saja,
kita mempelajari filsafat ilmu pengetahuan agar dapat bersikap kritis dan menilai teori
yang lahir di dalam ranah ilmu komunikasi. Agar nantinya pemahaman yang lahir
dari sikap tersebut dapat membawa dampak yang lebih baik bagi studi ilmunya.
komunikasi dalam contoh “fenomena bantuan langsung tunai, pendidikan gratis dan
beberapa program pemerintah lainnya seperti BPJS.” Bahwa masyarkat terlihat
sebagai umpan-umpan yang bersifat charity yang di mana mendidik masyarakat
menjadi tidak mandiri dan sulit untuk mepersiapkan keadaan yang urgent terjadi pada
faktor ekonomi, pendidikan atau budaya sekali pun. Persiapan akan mental yang
terdidik mandiri sangat dibutuhkan agar masyarakat tidak merasakan panik apabila
seperti kenaikan BBM terjadi secara tiba-tiba yang diputuskan oleh pemerintah.

Tapi kadangkalanya pihak pemerintah tidak menjalin komunikasi yang baik dengan
masyarakat, seperti contohnya harga cabai atau harga bahan pokok sehari-hari yang
melambung tinggi karena faktor cuaca yang tak menentu (pancaroba), membuat
kepanikan masyarakat yang tidak tahu informasi kepastian yang seperti itu. Di mana
media salah satu jembatan komunikasi antara kedua belah pihak sehingga menjadi
tranparansi keadaan perekonomian atau di lapangan seperti apa pada kenyataanya.
Agar masyarakat awam tidak hanya bertanya-tanya? Apa yang terjadi? Kenapa harus
begitu? Kenapa tidak ada kebijakan untuk masyarakat miskin? Salah satu solusinya
adalah menjalin komunikasi dengan masyarakat dan memutuskan keputusan lebih
mengedepankan sifat humanisme dan berbasis pada keadilan sosial.
b. Kearah manakah perubahan perilaku masing-masing perilaku perlu terjadi?
Ilmu komunikasi dianggap sebagai jalan tengah atau jalan penghubung antara
ilmu sosial dan ilmu humaniora. Bisa dibilang sebagai ilmu yang lengkap, ilmu
komunikasi berdiri di “tengah” ilmu sosial dan ilmu humaniora. Baik dari segi
fenomena maupun realitasnya.
Melalui pandangan fenomena, ilmu sosial menelaah kehidupan manusia
sebagai objeknya. Segala aspek yang terjadi dalam kehidupan manusia menjadi
bidang yang didekati oleh ilmu sosial. Ilmu sosial juga mendefinisikan realitas
empiris sebagai sifat bidang yang ditelaahnya. Bisa dilihat oleh mata, didengar oleh
telinga apa yang menjadi fenomena di dalamnya. Pendekatan atas fenomenanya bisa
dilakukan secara rasionalisme maupun empiris. Baik kualitatif maupun kuantitatif.
Ilmu humaniora sendiri merupakn ilmu yang mempelajari atribut kehidupan
manusia. Ekspresi yang terjadi dari manusia menjadi objek pendekatan fenomena itu
sendiri. Oleh karena itu, ilmu humaniora memahami realitas simbolik atau refleksi
sebagai sifat fenomena yang ditelaahnya. Humaniora juga mendifinisi rasionalisme
dan kualitatif sebagai metode pendekatannya.
Selain itu, paradigma yang dipergunakan dari residual maka sekarang
berorientasi pada paradigma institusional yaitu berbasis pada kesejahteraan
masyarakat dan paradigma developmental yaitu berbasis pada keadilan sosial. Dalam
komunikasi ini lebih mengutamakan sifat humanisme yaitu bagaimana memanusiakan
orang lain (masyarakat yang butuh informasi pembangunan) dengan semangat
persamaan, demokrasi, dan manfaat yang sellau berorientasi pada kebutuhan yang
dirasakan masyarakat, sehingga masyarakat akan dapat mandiri dengan sendirinya,
misalnya apabila ada perubahan ekonomi seperti ketika terjadi kenaikan BBM maka

tidak ada lagi kepanikan dari masyrakat karena sudah mempersiapkan mental, materi
dan situasi lingkungan.
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda
yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu
yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin
beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia,
berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi
kelompok-kelompok etnis tertentu. Humanisme modern dibagi kepada dua aliran.
Humanisme keagamaan/religi berakar dari tradisi Renaisans-Pencerahan dan diikuti
banyak seniman, umat Kristen garis tengah, dan para cendekiawan dalam kesenian
bebas.
Pandangan mereka biasanya terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari
keberhasilan serta kemungkinan yang dihasilkan umat manusia. Humanisme sekular
mencerminkan bangkitnya globalisme, teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama.
Humanisme sekular juga percaya pada martabat dan nilai seseorang dan kemampuan
untuk memperoleh kesadaran diri melalui logika. Orang-orang yang masuk dalam
kategori ini menganggap bahwa mereka merupakan jawaban atas perlunya sebuah
filsafat umum yang tidak dibatasi perbedaan kebudayaan yang diakibatkan adatistiadat dan agama.
Ciri utama humanisme Renaissance adalah, pertama, bahwa para humanis
adalah orang-orang terdidik yang memiliki minat besar dan proyek untuk melanjutkan
dan mengembangkan kembali tradisi retorika dalam dunia Barat. Ciri kedua adalah
bahwa para humanis Renaissance menjadikan tujuan umum pendidikan humanistik
sebagai persiapan atas tugas pelayanan publik.
Dalam hal ini yang menjadi ciri khas temuan periode Renaissance adalah
pemberian tekanan pada persoalan martabat manusia dan keberadaan yang istimewa
manusia di tengah alam semesta sebagai hasil dari konsep dan program studia
humanitatis. Semangat demikian itu ditemukan dalam karya-karya Petrarch dan
Giannozzo Manetti, di antaranya. Terhadap hasil yang demikian ini para humanis juga
memperoleh pengaruh dari para Bapa Gereja. Kekhasan lain sebagai hasil dari studia
humanitatis pada masa Renanissance adalah diungkapkannya keunikan konkret
perasaan, pendapat dan pengalaman pribadi, yang oleh Burckhardt diistilahkan

sebagai ‘individualisme.’ Perbahan perilaku dalam kasus ini lebih tepat dengan sifat
humanisme, karena martabat manusia lebih tinggi di atas alam semesta ini. Jadi harus
adanya keadilan sosial sesama makhluk hidup.
c. Jelaskan program komunikasi dan metoda yang tepat
Metode komunikasi yang tepat disini adalah secara institusional dan
developmental.Komunikasi institusional merupakan di mana terkait pada peraturan
institusi yang bersangkutan komunikasi ini bersifat fungsional dan struktural,
misalnya pejabat pemerintahan terhadap bawahannya, panglima dengan anak buahnya
penyampaian amanat dilakukan menurut formalitas tertentu, seperti penata laksana
(protokuler).
Sedangkan Komunikasi interpersonal (developmental) adalah komunikasi
yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal.
Dalam

komunikasi

interpersonal,

semua elemen dari proses komunikasi.

setiap

Misalnya,

partisipan
masing-masing

menggunakan
pihak

akan

membicarakan latar belakang dan pengalaman masing-masing dalam percakapan
tersebut. Komunikasi sangat penting bagi semua aspek kehidupan manusia. Dengan
komunikasi manusia dapat mengekspresikan gagasan, perasaan, harapan dan kesan
kepada sesama serta memahami gagasan, perasaan dan kesan orang lain. Komunikasi
tidak hanya mendorong perkembangan kemanusiaan yang utuh, namun juga
menciptakan hubungan sosial yang sangat diperlukan dalam kelompok sosial apapun.
Komunikasi memungkinkan terjadinya kerja sama sosial, membuat kesepakatankesepakatan penting dan lain-lain.
memiliki latar

Individu yang terlibat dalam komunikasi

belakang sosial, budaya dan pengalaman psikologis yang

berbeda-

beda. Perbedaan ini dapat mempengaruhi efektifitas sebuah komunikasi. Sangat
penting bagi setiap individu untuk memahami simbol-simbol yang digunakan dalam
komunikasi, baik simbol verbal maupun nonverbal.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau
lebih. Setiap pihak dapat menjadi pemberi dan pengirim pesan sekaligus pada waktu
yang bersamaan.
Menurtu De Vito (2009) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai
proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau lebih, formal maupun
informal. Komunikasi interpersonal dimengerti sebagai umpan balik yang saling berkaitan
satu sama lain dengan tujuan untuk membantu seseorang meningkatkan efektivitas
pribadi dan efektivitas antara pribadi. Komunikasi interpersonal mengharuskan pelaku
untuk bertatap muka antara dua orang atau lebih dengan membawakan pesan verbal

maupun non verbal sehingga masing-masing bisa memahami satu sama lain dan
berinteraksi secara efektif.
Menurut Rogers (dalam

Rakhmat,

2012)

mengatakan

bahwa

makin

baik komunikasi interpersonal, maka makin terbuka seseorang mengungkapkan dirinya
dan makin positif persepsinya terhadap orang lain melebihi persepsi dirinya.

d. Jelaskan

prinsip-prinsip

komunikasi

atau

paradigman

yang

perlu

dikembangkan?
Secara etimologi paradigma beerasal dari bahasa Yunani yaitu paradeigma,
dan bahasa Indo-Euro paradeiknunai yang artinya membandingkan. Jadi paradigma
merupakan sebuah acuan dalam membandingkan.
Khun,

dalam

bukunya The

Structure

of

Scientific

Revolutions,

mengdefinisikan paradigma sebagai berikut:
1. What is to be observed and scrutinized,
2. The kind of questions that are supposed to be asked and probed for answers in
relation to this subject,
3. How these questions are to be structured,
4. How the results of scientific investigations should be interpreted
Khun mendefinisikan paradigma sebagai apa yang akan diteliti dan di
observasi, apa yang seharusnya ditanyakan dan jawaban atasnya, struktur dari
pertanyaan-pertanyaan itu, bagaimana investigasi menjadi terang untuk dipahami,
yang berarti paradigma merupakan kunci dari sebuah analisis permasalahan ataupun
wacana.
Dalam memahami fenomena sosial pun dibutuhkan paradigma sosial untuk
menelusurinya. Berikut beberapa paradigma atau cara pandang dalam memahami
fenomena sosial. Paradigma “Residual” yang hanya memberikan umpan-umpan saja
pada masyarakat yang bersifat “charity” dan “filantrophi”, pembangunan yang selama
ini hanya bisa kita amati oleh masyarakat dan tidak lebih memanjakan masyarakat
untuk tidak mandiri.
Paradigma Interaksionalisme Simbolis, merupakan paradigma yang membahas
tentang bagaimana masyarakat berbagi, berinteraksi dengan sekitarnya sehingga
membentuk sebuah konstruksi yang membangun terhadap sebuah makna. Identitas
kelompok, hak-hak, kewajiban, dan aturan yang berlaku dalam kelompok itulah hasil

dari paradigma tersebut. Dalam pandangan komunikasi dapat dicontohkan dengan ,
dalam suatu wilayah terdapat sekelompok orang yang memiliki perbedaan
kepribadian. Tiap orang berhak untuk berdapat, namun juga berhak untuk diam jika
pendapatnya menyakiti orang lain. hal ini semata karena makna yang terkandung dari
setiap perbuatan itu akan mempengaruhi orang lain.
Paradigma Struktural fungsionalisme, sebuah paradigma dimana setiap
struktur sosial di dalam masyarakat memiliki peran masing-masing dan saling
berhubungan satu sama lain terhadap sistem operasi kemasyarakatan itu sendiri.