Pembelajaran PAI dengan NLP Neuro Lingui

Pembelajaran PAI dengan NLP (Neuro-Linguistic Programing) sebagai Best
Practise Percepatan Revolusi Mental di Indonesia
Helmawati
Pascasarjana PAI/FAI Universitas Islam Nusantara
helmawati.dr@gmail.com
ABSTRAK
Fokus kajian ini adalah tentang Pembelajaran PAI dengan NLP (NeuroLinguistic Programing) sebagai Best Practise Percepatan Revolusi Mental di
Indonesia. Teori yang melandasi kajian ini adalah teori pembelajaran dengan
NLP yang diterapkan dalam materi pelajaran atau materi kuliah Pendidikan
Agama Islam (PAI). Sementara tujuan dari kajian ini adalah untuk
mendeskripsikan, bagaimana pendidik dapat mencapai tujuan pembelajaran PAI
dengan teknik NLP (Neuro-Linguistic Programing) sebagai Best Practise
Percepatan Revolusi Mental di Indonesia. Pendekatan yang dilakukan adalah
kualitatif deskriptif tentang bagaimana pentingnya memahami dan
mengoptimalkan pikiran bawah sadar, serta membangun komunikasi skill dalam
kompetensi sosial seperti membangun rapport skil, pacing and leading.
Kata Kunci: Pembelajaran, NLP (Neuro-Linguistic Programing), Karakter
ABSTRACT
The focus of this research is Learning of Islamic Religious Study with NLP
(Neuro-Linguistic Programing) as Best Practice of Mental Revolution
Acceleration in Indonesia. The theory underlying this study is learning theory

with NLP technique to build best human character which is learned in Islamic
Religious Study. The purpose of this study is to describe, how to learn Islamic
Religious Study with NLP techniques as Best Practice of Mental Revolution
Acceleration in Indonesia. The approach taken is to describe about how
important to gain unconscious mind, and build communication skill as educator
in learning process, such as rapport skill, pacing and leading.
Key Word: Learning, NLP (Neuro-Linguistic Programing), Character
PENDAHULUAN
Karaker generasi muda perlu dibentuk agar mampu menjadi individu yang
baik dan pemimpin di kemudian hari. Pendidikan yang berhasil tidak terlepas dari
proses pembelajarannya, khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Agar proses pembelajaran berhasil ada suatu teknik yang mampu
mempermudah dan mempercepat membentuk karakter mulia, yaitu dengan teknik
NLP (Neuro-Linguistic Programing).

Karakter atau akhlak merupakan perihal utama yang dibentuk melalui
ajaran Islam. Allah Swt mengutus Nabi Muhammad Saw dalam rangka
memperbaiki akhlak (karakter) manusia. Akal yang merupakan kelebihan yang
diberikan Allah membantu manusia menentukan apakah dirinya akan menjadi
manusia yang berakhlak mulia dan beradab atau tidak.

Pengaruh globalisasi khususnya budaya luar negeri, seperti bahaya
paham-paham radikal, gaya hidup materialis-hedonis, obat-obat terlarang, dan
pergaulan bebas berpengaruh terhadap kehancuran bangsa dan negara. Hal
senada diperkuat pemerhati pendidikan seperti Thomas Lickona. Thomas
Lickona dalam Character Matters (2013) menyatakan bahwa kesehatan bangsa
dalam beberapa abad mendatang bergantung pada bagaimana keseriusan untuk
berkomitmen terhadap pendidikan karakter ini. Seorang filsuf Yunani, Heraclitus
menyatakan bahwa karakter membentuk takdir seseorang dan takdir tersebut
menjadi takdir seluruh masyarakat. Pada karakter warga negara pun terletak
kesejahteraan bangsa.
Selain itu, Lance Morrow menyatakan bahwa karakter atau moral
berpengaruh terhadap peradaban; peradaban bisa naik dan jatuh. Peradaban jatuh
ketika moral memburuk, ketika masyarakat gagal dalam menyampaikan kebaikan
atau kekuatan karakter kepada generasi berikutnya. Berdasarkan pengamatan
sejarawan Arnold Toynbee dinyatakan bahwa dari 21 peradaban penting, 19
hancur bukan oleh penaklukan dari luar akan tetapi disebabkan oleh pembusukan
moral dari dalam.
Terjadinya krisis moral manusia banyak dipengaruhi akibat proses
pembelajaran yang masih sangat didominasi oleh peningkatan aspek kognitif
belaka (Megawangi, 2007), sehingga pencapaian tujuan pendidikan karakter

terhambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Daniel Goleman (1999) yang
menyatakankan bahwa pendidikan selama ini cenderung terlalu menekankan arti
penting dari nilai akademik, kecerdasan otaknya atau IQ saja. Hal ini cenderung
menimbulkan krisis moral atau buta hati akibat pendidikan yang hanya
mengandalkan logika saja. Akibatnya anak-anak generasi sekarang lebih sering
mengalami masalah emosi, tumbuh dalam kesepian, lebih mudah marah, lebih
sulit di atur, cenderung cemas dan agresif.
Pendidikan seharusnya membawa manusia pada pribadi berkarakter; yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Namun, hasil (output) pendidikan yang dapat dilihat sekarang
ini belum mampu merealisasikan tujuan pendidikan bagi peserta didik. Banyak
faktor yang mempengaruhi hasil pendidikan di Indonesia. Terutama faktor
sumber daya manusia dan gempuran budaya melalui era globalisasi, serta belum
turunnya ideologi bangsa ini pada tataran praktis sistem pendidikan nasional.
Islam memberikan sinyal bahwa karakter menjadi modal bagi manusia
untuk hidup bahagia dunia dan akhirat. Kemudian, berdasarkan hasil penelitian
para pakar pendidikan dan psikologi Barat lebih dari satu abad yang lalu
menyatakan bahwa karakter atau akhlak atau moral lebih tinggi dari kecerdasan


(intelektual atau kognitif). Itulah mengapa sebabnya kita senang melihat anakanak tumbuh dengan memiliki karakter yang baik atau akhlak mulia.
Helmawati (2014) menyatakan bahwa semua orangtua ingin memiliki
anak yang sukses dan berakhlak mulia. Akhlak mulia atau moral yang tinggi
merupakan karakter yang diharapkan orangtua dari anak-anaknya. Anak yang
baik akhlaknya selain memiliki stabilitas hidup, juga akan memberikan
kebahagiaan pada orangtua di dunia dan akhirat. Sementara anak yang buruk
akhlaknya akan membuat hidupnya dan orangtuanya sengsara di dunia dan
akhirat. Muchlas Samani dan Hariyanto (2014) mengukuhkan bahwa kesuksesan
setelah dewasa lebih penting daripada prestasi di sekolah. Dan semua kesuksesan
tersebut didasarkan atas karakter yang kuat dalam diri seorang anak atau
individu.
Dengan demikian, tidak diragukan lagi kebenaran bahwa pendidikan
religious (PAI) disinyalir menjadi obat bagi permasalahan rendahnya akhlak
mulia. Pendidikan Agama, khususnya Agama Islam sebagaimana yang telah
difirmankan Allah Swt bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad Saw dalam
rangka memperbaiki akhlak (karakter) manusia. Selanjutnya fokus bahasan
utama dalam kajian ini adalah bagaimana pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan NLP sebagai best practice percepatan revolusi mental di Indonesia.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran berasal dari kata belajar. Secara etimologi, dalam KBBI

(1999) belajar memiliki beberapa arti, diantaranya: (1) berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu; (2) berlatih; (3) berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. Sementara pembelajaran didefinisikan sebagai
suatu proses, cara menjadikan orang atau mahluk hidup belajar.
Mengutip Aunurrahman (2012), Burton dalam sebuah buku ”The
Guidance of Learning Activities” merumuskan pengertian belajar sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu, dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu
berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam buku Educational Psychology, H.C.
Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
PAI (Pendidikan Agama Islam), pendidikan bersumber dari ajaran Islam
yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Mengutip Syahidin, dkk (2014), di Indonesia dikenal
luas bahwa ajaran Islam terdiri atas tiga disiplin, yaitu: akidah, syariat, dan
akhlak. Akidah merupakan dimensi Islam yang berhubungan dengan keimanan.
Syariat merupakan dimensi Islam yang berhubungan dengan ketentuan hubungan
manusia dengan Allah, saudara seagama, saudara sesama manusia, serta
hubungan dengan alam besar dan kehidupan. Adapun akhlak membicarakan baikburuknya suatu perbuatan, baik secara parsial (masing-masing perbuatan)


maupun komparatif (memilih satu dari dua atau beberapa perbuatan yang baikbaik).
Metode yang utama dalam belajar sehingga dapat membentuk anak atau
peserta didik menjadi manusia yang manusiawi diantaranya yaitu metode:
motivasi, memberikan contoh atau teladan, pembiasaan, dan pelatihan.
Helmawati (2016) menyatakan bahwa karakter yang akan ditanamkan hendaknya
disampaikan dengan metode yang tepat sehingga tujuan dapat tercapai. Begitu
juga dalam membentuk karakter anak diperlukan berbagai macam metode karena
ada banyak karakter yang perlu dimiliki oleh anak dalam mengarungi
kehidupannya sehingga akan selamat dunia dan akhirat. Metode, cara atau
strategi yang dapat membentuk anak berkarakter diantaranya adalah: 1) sedikit
pengajaran atau teori, 2) banyak peneladanan, 3) banyak pembiasaan atau
praktek, 4) banyak motivasi, dan 5) pengawasan dan penegakan aturan yang
konsisten.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan NLP sebagai Best Practise
Percepatan Revoliusi Mental
Dalam http://nlpindonesia.com/about_nlp diuraikan bahwa NLP atau
Neuro-Linguistic Programming adalah teknologi yang mempelajari struktur
internal seseorang dan bagaimana struktur tersebut bisa didesain untuk tujuan
yang bermanfaat bagi orang tersebut. Dalam NLP, setiap perilaku mempunyai
struktur internal yang mendukungnya.

NLP sering disebut sebagai teknologi yang mempelajari operasional dunia
secara subyektif, karena dunia internal seseoranglah yang kemudian
mempengaruhi pengalamannya di dunia eksternal. Jadi prinsip sederhananya
adalah bagaimana mendesain secara subyektif dunia internal seseorang, untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan di dunia eksternal.
Belajar adalah kata kunci yang paling penting dalam pendidikan, sebab
tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Perubahan dan kemampuan
untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar.
Dengan belajar manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih dan
menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Karena
kemampuan belajar itu pula manusia berfungsi menjadi khalifah di muka bumi.
Belajar menjadikan manusia dapat mengembangkan serta meningkatkan
peradaban dan martabatnya. Dan dengan belajar pula dapat mempertahankan
eksistensi manusia di tengah-tengah persaingan hidup.
Sayyid Quthub menyatakan setidaknya ada tiga faktor yang dapat
merevolusi perubahan perilaku (pembelajaran berhasil):
1. Jadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber pegangan (pedoman) hidup
(way of life)
2.


Implementasikan apa yang ada dalam Al-Qur’an

3. Membuang jauh-jauh masa jahiliyah (masa lalu yang negatif/menyimpang
dari ajaran Islam)
Saai ini, pendidikan di Indonesia terlalu menekankan pada aspek kognitif.
Bukan hanya ditujukan pada siswa atau peserta didik, para pendidik pun dalam
pelatihan-pelatihan lebih banyak menekankan pada aspek penguasaan pedagogik,
seperti pembuatan RPP dan penilaian. Sedangkan kompetensi yang seharusnya
dikembangkan dan disiapkan untuk para pendidik baik guru maupun dosen selain
kompetensi pedagogik adalah kompetensi kepribadian, sosial, dan professional.
Fenomea yang terjadi seperti pada pelatihan-pelatihan, penguasaan para
pendidik terlalu banyak difokuskan pada pengembangan kompetensi pedagogik,
sementara potensi kepribadian dan sosial kurang tergali. Dan jika benar-benar
dianalisis bahwa permasalahan utama dalam keberhasilan proses pendidikan
sebenarnya bukan terletak pada kompetensi pedagogic seorang pendidik, tetapi
lebih pada permasalahan kepribadian dan sosial atau cara berkomunikasi yang
kurang tergali.
Kemampuan kognitif hanya akan membuat peserta didik berada dalam
posisi “learning to know”. Sementara learning to do dan learning to be tidak
dapat hanya mengandalkan kemampuan kognitif. Untuk itu perlu upaya atau

strategi dan teknik untuk membuat anak menjadi learning to do dan learning to
be secara mudah. Salah satu teknik untuk mempermudah belajar dan membantu
percepatan revolusi mental dalah dengan menggunakan NLP. NLP ini merupakan
teknik yang memberdayakan secara optimal kemampuan pikiran bawah sadar
yang sejatinya berfungsi memproses: kebiasaan, perasaan, memori permanen
(ingatan jangka panjang), persepsi, kepribadian, intuisi, kreativitas, dan
keyakinan. Pikiran Sadar (yang membantu meningkatkan kemampuan kognitif
atau logis) mempunyai empat fungsi utama, yaitu: 1) mengenali informasi yang
masuk dari panca indra, 2) membandingkan dengan memori, 3) menganalisa, dan
4) memutuskan respon spesifik terhadap informasi tersebut.
Kondisi inilah yang menjadi perhatian untuk digali. Yaitu kondisi
pembinaan para pendidik dan peserta didik yang lebih ditekankan pada kompetesi
kepribadian dan sosial. Seperti diketahui pendidikan sejatinya adalah pembinaan
dan pembentukan kepribadian atau karakter mulia. Selain itu berdasarkan
penelitian bahwa kecerdasan kognitif hanya berpengaruh terhadap keberhasilan
seseorang hanya kurang lebih 20% sebagaimana keberhasilan pikiran sadar
manusia hanya memberikan kontribusi terhadap kesuksesan hanya sebesar 10%.
Yang paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan manusia dalam
kehidupannya adalah bagaimana mengelola kecerdasan emosi dan spiritualnya.
Agar tujuan pendidikan berhasil membantuk manusia mengoptimalkan

seluruh potensi yang dimilikinya, maka perlu strategi dan teknik NLP yaitu
mengoptimalkan pikiran bawah sadar dengan bahasa yang dipahami otak). Agar
ajaran Islam mampu menjadi pedoman hidup mayoritas masyarakat Indonesia
yang beragama Islam, maka penggunaan bahasa yang ada dalam Al-Qur’an dapat
menjadi solusi utama sehingga karakter manusia dapat dibentuk.

Strategi dan teknik yang dapat digunakan dalam berkomuniksi seperti
rapport skill, pacing and leading penting untuk dimiliki para pendidik sebagai
kompetensi utama selain pedagogik. Program-program yang dirancang berbasis
NLP sebagai strategi percepatan revolusi mental ini membantu pembentukan
karakter lulusan lembaga pendidikan agar terwujudnya tujuan pendidikan
nasional. Dalam pasal 3 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan menggunakan teknik
NLP proses pembelajaran dapat membantu peserta didik menjadi manusia yang
berakhlak mulia dan mampu hidup mandiri dengan menumbuhkan potensi

psesifik yang dimilikinya.

Simpulan
Pembentukan karakter mulia pada manusia tidak hanya dapat dicapai
dengan mengisi ranah atau kompetensi kognitifnya saja. Ranah kognitif hanya
mampu menumbuh-kembangkan nalar atau kemampuan logika. Keberhasilan dan
kesuksesan manusia banyak ditentukan oleh kemampuan pengendalian diri yakni
melalui kecerdasan emosional dan spiritual. Kemampuan mengendalikan diri
merupakan indikator akhlak mulia.
Untuk mampu menumbuhkan karakter mulia itu perlu suatu teknik atau
best practice dalam proses pembelajaran. Salah satu teknik tersebut adalah
penerapan NLP (neuro-linguistic programing). NLP membantu mempermudah
dan mempercepat perubahan kepribadian dan komunikasi dalam proses
pembelajaran.
Kemampuan atau keterampilan dalam menguasai teknik NLP perlu
disosialisasikan. Untuk itu penulis mengembangkan dalam program yang
ditawarkan melalui 10 program berbasis NLP. Program ini diusung sebagai best
practice untuk mewujudkan percepatan revolusi mental di Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN
Aunurrahman, 2012, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.
Departemen pendidikan dan kebudayaan, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
( KBBI ), Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Goleman, Daniel, 1999, Emotional Intelligence, Jakarta: Gramedia Pustakan
Utama.
Helmawati, 2014, Pendidikan Keluarga (Teoritis dan Praktis), Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Helmawati, 2016, Pendidik Sebagai Model “Menjadikan Anak Sehat, Beriman,
Cerdas, dan Berakhlak Mulia”, Bandung: Rosdakarya.
Lickona, Thomas, 2013, Character Matters (terjemahan: Persoalan Karakter),
Jakarta: Bumi Aksara.
Megawangi, Ratna, 2007, Pendidikan Karakter, Jakarta: Indonesia Heritage
Foundation.
Samani, Muchlas dan Hariyanto, 2014, Pendidikan Karakter ”Konsep dan
Model”, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syahidin, dkk, 2014, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi,
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan direktorat Jenderl
Perguruna Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
http://nlpindonesia.com/about_nlp