PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GE

PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO SKRIPSI

Oleh : WINDA 050804074

PROGRAM REGULER SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara OLEH : WINDA PROGRAM REGULER FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Pengesahan Skripsi PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO

Oleh:

WINDA 050804074

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : Juli 2009

Disetujui Oleh: Pembimbing I,

Panitia Penguji,

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt. NIP 130 809 706 NIP 130 672 239

Pembimbing II, Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.

NIP 130 809 706

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. NIP 131 945 348 NIP 131 283 719

Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. NIP 131 286 002

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.

NIP 131 283 716

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik dengan Merek Dagang Secara In Vitro”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pemakaian tablet semakin populer dimana sediaannya banyak diproduksi dan merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan baik formulasinya maupun cara pemakaiannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan mutu dari tablet Metronidazol generik dan merek dagang secara in vitro. Hendaknya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat tentang mutu tablet Metronidazol generik dan merek dagang.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Ayah dan Ibu tercinta, kakak-kakak serta adik atas segala perhatian, doa, kasih sayang, dan dukungan moril serta materil yang telah diberikan kepada penulis.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt. atas waktu dan kesabarannya membimbing penulis selama penelitian hingga penulisan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., Bapak/Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama perkuliahan serta penasehat akademik penulis Bapak Dr. M. Pandapotan Nst., MPS., Apt. yang telah Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., Bapak/Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama perkuliahan serta penasehat akademik penulis Bapak Dr. M. Pandapotan Nst., MPS., Apt. yang telah

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt., Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang membantu penulis secara langsung dalam penelitian ini Kak Butet, Kak Reni, Kistia, Silvia, Maria, Finnie, Juliana, Johan, Victor, dan teman-teman penulis Stambuk 2005, serta seluruh rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Tidak lupa juga kepada pegawai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis selama ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi ilmu farmasi khususnya. Penulis juga menyadari penulisan ini masih jauh dari sempurna oleh karena keterbatasan kemampuan penulis. Atas kekurangan dan kelemahan ini penulis mohon maaf.

Medan, Juli 2009 Penulis,

Winda

PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO ABSTRAK

Tablet merupakan salah satu sediaan Farmasi yang dapat dibuat dengan bentuk yang bermacam-macam, sesuai dengan keinginan produsen. Dewasa ini pemakaian tablet semakin populer dimana sediaannya banyak diproduksi dan merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan baik formulasinya maupun cara pemakaiannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan mutu dari tablet Metronidazol generik dan merek dagang secara in vitro.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan secara purposif dengan cara mengambil sampel dari salah satu apotik yang ada di Jalan Gatot Subroto Medan. Parameter-parameter pengujian mutu tablet yang dilakukan yaitu kekerasan, friabilitas, waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi. Pengujian kekerasan dan friabilitas merujuk pada persyaratan mutu farmasi industri. Pada uji penetapan kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi digunakan larutan HCl 0,1 N sebagai media dan serapannya diukur dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet dengan panjang gelombang 277 nm dan pengujian waktu hancur yang merujuk pada Farmakope Indonesia Edisi IV.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet Metronidazol generik dan merek dagang memenuhi persyaratan farmasi industri kecuali uji kekerasan pada

tablet Metronidazol generik PT. Kimia Farma, tablet salut selaput Velazol ® , tablet

salut selaput Trichodazol ® dan kaplet salut selaput Metrolet dan uji friabilitas pada kaplet Grafazol ® dan sebaliknya pengujian parameter menurut Farmakope

Indonesia Edisi IV yaitu waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi memenuhi persyaratan untuk semua tablet Metronidazol generik dan merek dagang.

Kata kunci: metronidazol, mutu, generik, merek dagang, in vitro, spektrofotometer.

QUALITY COMPARISON OF GENERIC AND BRANDED METRONIDAZOLE TABLETS AS IN VITRO ABSTRACT

Tablet is one of the forms in pharmacy that can be made into various forms, depends on the drug company. These days the usage of tablet becomes popular where many companies produce tablets and tablet is one of the forms that has developed well in the formulation and the usage. The purpose to this research is to compare the quality of generic Metronidazole and branded Metronidazole tablets by using in vitro test.

The technique of getting the samples is done purposively by getting the samples from one of the drugstores at Gatot Subroto Street in Medan. The parameters to test the quality are hardness, friability analysis, disintegration time, determining the Metronidazole value, uniformity preparations and dissolution test. Hardness and friability tests are made in reference to the requirements of industrial pharmacy. In the determining the Metronidazole value, uniformity preparations and dissolution test were used HCl 0.1 N as the medium and the absorption was measured by using ultraviolet spectrophotometer at wave length of 277 nm and the disintegration time test are made in reference to the Indonesian Pharmacopoeia the fourth editions.

The result of the study showed that generic and branded Metronidazole tablets have fulfilled the requirements of pharmacy industry except the hardness

test of generic Metronidazole tablets PT. Kimia Farma, Velazol ® film-coated

tablets, Trichodazol ® film-coated tablets and Metrolet film-coated caplets and friability analysis of Grafazol ® caplets. But for the parameters from Indonesian

Pharmacopoeia the fourth editions which are disintegration time, determining the Metronidazole value, uniformity preparations and dissolution test have fulfilled the requirements for all generic and branded Metronidazole tablets.

Key words: metronidazole, quality, generic, branded, in vitro, spectrophotometer

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 40

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 40

5.2 Saran ........................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 41 LAMPIRAN ............................................................................................. 43

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut

dengan Disolusi ........................................................................... 23

Tabel 2. Data Hasil Kadar Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang ...................................................................... 28

Tabel 3. Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang ......................................................... 29

Tabel 4. Data Kekerasan Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang ............................................................................. 31

Tabel 5. Data Friabilitas Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang ............................................................................. 32

Tabel 6. Data Waktu Hancur Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang ............................................................................. 33

Tabel 7. Data Uji Kekerasan, Friabilitas, Waktu Hancur dan Waktu Disolusi (Q+5%) ......................................................................... 34

Tabel 8. Data Uji Disolusi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang ............................................................................. 36

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kurva Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi

12 mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N .................................... 25

Gambar 2. Hasil Penentuan Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi 12 mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N .................. 26

Gambar 3. Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 277 nm .......................................... 27

Gambar 4. Grafik Persen Kumulatif Rata-Rata Dari Hasil Uji Disolusi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang dalam Medium HCl 0,1 N ......................................... 38

Gambar 5. Hasil Penentuan Serapan Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI pada Panjang Gelombang Maksimum 277 nm dengan Larutan HCl 0,1 N Sebagai Blanko ............................ 44

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Sediaan Tablet yang Diperiksa ........................................... 43 Lampiran 2. Hasil Penentuan Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI pada

Panjang Gelombang Serapan Maksimum 277 nm dengan Larutan HCl 0,1 N Sebagai Blanko ......................... 44

Lampiran 3. Data Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI Secara Spektrofotometri Ultraviolet dalam Larutan HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 277 nm ...................... 45

Lampiran 4. Contoh Perhitungan Penetapan Kadar Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang ................................................ 47

Lampiran 5. Hasil Penetapan Kadar Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang .............................................................. 49

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Generik (PT. Kimia Farma) ............................. 51

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Generik (PT. Phyto Kemo Agung) ................... 53

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Omenizol ® (PT. Mutifa) ................................... 55

Lampiran 9. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Fladex ® Forte (PT. Dexa Medica) ................... 57

Lampiran 10. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Salut Selaput Velazol ® (PT. Novell) ................ 59

Lampiran 11. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Salut Selaput Trichodazol ®

(PT. Sanbe Farma) .............................................................. 61

Lampiran 12. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Kaplet Grafazol ® (PT. Graha Farma) .......................... 63

Lampiran 13. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Kaplet Salut Selaput Metrolet ® (PT. Graha Farma) ..... 65

Lampiran 14. Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang .............................................................. 67

Lampiran 15. Contoh Perhitungan Persentase (%) Metronidazol yang Terlarut dalam Medium Disolusi pada Interval Waktu Tertentu .............................................................................. 69

Lampiran 16. Rata-Rata Hasil Uji Disolusi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang .............................................................. 70

Lampiran 17. Contoh Perhitungan Keragaman Bobot Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang ........................... 73

Lampiran 18. Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang ................................................ 77

Lampiran 19. Hasil Uji Kekerasan Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang .............................................................. 79

Lampiran 20. Hasil Uji Friabilitas Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang .............................................................. 80

Lampiran 21. Sertifikat Baku Pembanding Metronidazol .......................... 82 Lampiran 22. Daftar Nilai Distribusi t ...................................................... 83

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Obat sering dipandang sebagai produk yang mahal dan harganya terus naik. Sesungguhnya produk obat tidak bisa dilepaskan dari aspek komersial yang menginginkan laba. Produsen obat mengajukan alasan bahwa mahalnya harga obat terkait dengan masalah tingginya biaya penelitian/penemuan dan promosi. Ditambah lagi oleh keyakinan sebagian masyarakat bahwa obat yang baik adalah obat yang mahal, membuat para dokter kadang terdorong meresepkan obat mahal karena khawatir dianggap meresepkan obat-obat kurang bermutu. Keadaan ini semakin mendorong produsen obat menaikkan harga produknya (Widodo, 2004).

Melihat masalah mahalnya harga obat, pemerintah membuat kebijakan mengenai Obat Esensial Nasional, yaitu memberikan pemilihan obat yang bermutu, aman dan relatif murah. Obat-obat terpilih tersebut kemudian disusun dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). Setiap unit kesehatan pemerintah diperintahkan untuk menggunakan Obat Esensial Nasional, dengan mengedepankan penggunaan obat generik (Widodo, 2004).

Obat dengan harga tinggi tidak selalu menunjukkan kualitas yang lebih baik. Kenyataannya obat-obat dengan isi sama, antar merek obat bisa berbeda harga hingga 3 kali lipat bahkan lebih. Produsen obat berlomba membuat iklan yang memikat dan biaya iklan yang tinggi ini akan dibebankan kepada harga produk obat tersebut. Salah satu cara mendapatkan obat yang bermutu relatif lebih murah adalah dengan memilih obat generik. Obat generik merupakan obat Obat dengan harga tinggi tidak selalu menunjukkan kualitas yang lebih baik. Kenyataannya obat-obat dengan isi sama, antar merek obat bisa berbeda harga hingga 3 kali lipat bahkan lebih. Produsen obat berlomba membuat iklan yang memikat dan biaya iklan yang tinggi ini akan dibebankan kepada harga produk obat tersebut. Salah satu cara mendapatkan obat yang bermutu relatif lebih murah adalah dengan memilih obat generik. Obat generik merupakan obat

Berdasarkan Permenkes No. 085/MenKes/Per/I/1989, obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Ditjen POM., 1989).

Obat dengan merek dagang atau spesialité adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang dilindungi hukum, yaitu merek terdaftar atau proprietary name. Banyaknya obat merek dagang dengan beraneka-ragam nama yang setiap tahun dikeluarkan oleh farmasi industri dan kekacauan yang diakibatkan telah mendorong WHO untuk menyusun Daftar Obat dengan nama- nama resmi. Official atau generic name (nama generik) ini dapat digunakan di semua negara tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan (Tan, 2002).

Metronidazol merupakan senyawa kemoterapi dengan spektrum luas, selektif terhadap mikroorganisme anaerob, termasuk bakteri dan protozoa. Metronidazol adalah obat pilihan terhadap amubiasis usus dan sistemik, trikomoniasis dan giardiasis. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna, kadar serum tinggi dicapai dalam 1-2 jam setelah pemberian secara oral, dengan waktu paro plasma ± 8 jam (Siswandono, 1995).

Dalam menanggapi perbedaan harga dari obat-obat yang mempunyai zat berkhasiat yang sama, perlu dilakukan suatu pembuktian ilmiah terhadap mutu dari obat-obat dengan kandungan zat berkhasiat yang banyak digunakan di masyarakat. Berdasarkan hal itu dan untuk meluruskan pemahaman masyarakat tentang obat generik dan merek dagang, maka penulis tertarik untuk melakukan studi perbandingan mutu tablet Metronidazol generik dan merek dagang dengan Dalam menanggapi perbedaan harga dari obat-obat yang mempunyai zat berkhasiat yang sama, perlu dilakukan suatu pembuktian ilmiah terhadap mutu dari obat-obat dengan kandungan zat berkhasiat yang banyak digunakan di masyarakat. Berdasarkan hal itu dan untuk meluruskan pemahaman masyarakat tentang obat generik dan merek dagang, maka penulis tertarik untuk melakukan studi perbandingan mutu tablet Metronidazol generik dan merek dagang dengan

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah tablet Metronidazol generik dengan merek dagang mempunyai mutu yang sama secara in vitro dengan paramater waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi IV?

2. Apakah tablet Metronidazol generik dengan merek dagang mempunyai mutu yang sama secara in vitro dengan paramater kekerasan dan friabilitas sesuai dengan persyaratan mutu farmasi industri?

1.3 Hipotesis

1. Tablet Metronidazol generik dengan merek dagang mempunyai mutu yang sama secara in vitro dengan paramater waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi IV.

2. Tablet Metronidazol generik dengan merek dagang mempunyai mutu yang sama secara in vitro dengan paramater kekerasan dan friabilitas sesuai dengan persyaratan mutu farmasi industri.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk membandingkan mutu tablet Metronidazol generik dengan merek dagang secara in vitro dengan parameter waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi IV.

2. Untuk membandingkan mutu tablet Metronidazol generik dengan merek dagang secara in vitro dengan parameter kekerasan dan friabilitas sesuai dengan persyaratan mutu farmasi industri.

1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat bahwa masyarakat tidak perlu ragu untuk menggunakan obat generik sebagai pengganti dari obat merek dagang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metronidazol

2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Metronidazol

Rumus Bangun

CH 2 -CH 2 -OH

NO 2 CH N

Nama Kimia

: 2-Metil-5-nitroimidazol-1-etanol

Rumus Molekul

:C 6 H 9 N 3 O 3

Berat Molekul

Metronidazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%

C 6 H 9 N 3 O 3 , dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian

: hablur atau serbuk hablur, putih hingga kuning pucat; tidak berbau; stabil di udara, tetapi lebih gelap bila terpapar oleh cahaya

Kelarutan : sukar larut dalam eter; agak sukar larut dalam air, dalam metanol dan dalam kloroform

(Ditjen POM., 1995) Pengukuran UV 1 : Asam – 277 nm ( A

1 = 377 a )

1 Basa – 319 nm ( A

Metronidazol ialah 2-Metil-5-nitroimidazol-1-etanol yang berbentuk kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol. Selain memiliki efek Metronidazol ialah 2-Metil-5-nitroimidazol-1-etanol yang berbentuk kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol. Selain memiliki efek

Absorpsi metronidazol berlangsung dengan baik sesudah pemberian oral. Satu jam setelah pemberian dosis tunggal 500 mg per oral diperoleh kadar plasma kira-kira 10 μg/ml. Umumnya untuk kebanyakan protozoa dan bakteri sensitif, rata-rata diperlukan kadar tidak lebih dari 8 μg/ml. Waktu paruhnya berkisar antara 8-10 jam (Sjarif, 1995).

Metronidazol terutama digunakan untuk amubiasis, trikomoniasis dan infeksi bakteri anaerob. Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal maupun ekstraintestinal. Namun efeknya lebih jelas pada jaringan, sebab sebagian besar metronidazol mengalami penyerapan di usus halus (Sjarif, 1995).

2.1.3 Efek Samping, Indikasi dan Sediaan

Efek sampingnya ringan dan berupa gangguan saluran cerna, mulut kering dan rasa logam, pusing atau sakit kepala, rash kulit, dan sewaktu-waktu leukopenia. Air kemih dapat menjadi coklat kemerah-merahan disebabkan oleh zat warna yang terbentuk (Tan, 2002).

Obat yang digunakan untuk membunuh/membasmi amuba yaitu Entamuba histolytica, suatu protozoa (organisme bersel tunggal). Amuba menimbulkan penyakit dysentri, ialah infeksi usus yang mengakibatkan radang usus dengan ciri- ciri mulas dan buang air berlendir dan berdarah (Anief, 1996).

Metronidazol tersedia dalam bentuk tablet 250 mg dan 500 mg dan tablet vaginal 500 mg (Ditjen POM, 1989).

2.2 Uraian Tablet

2.2.1 Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen POM., 1979).

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet- tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tabet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna atau zat pemberi rasa (Ansel, 1989).

2.2.2 Evaluasi Tablet

2.2.2.1 Kadar Zat Berkhasiat

Tablet Metronidazol mengandung Metronidazol, C 6 H 9 N 3 O 3 , tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM., 1995).

2.2.2.2 Keseragaman Sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua metode yaitu: − Keragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat aktif 50

mg atau lebih atau merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan

− Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat aktif kurang dari 50 mg atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan

(Ditjen POM., 1995). Faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah keseragaman isi tablet

yaitu tidak seragamnya distribusi bahan obat pada pencampuran bubuk atau granulasi, pemisahan dari campuran bubuk atau selama berbagai proses pembuatan, dan penyimpangan berat tablet (Lachman, dkk., 1994).

2.2.2.3 Waktu Hancur

Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran mesh-10. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya (Lachman, dkk., 1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah sifat kimia dan fisis dari granulat, kekerasan dan porositasnya. Tablet biasanya diformulasi dengan bahan pengembang atau bahan penghancur yang menyebabkan tablet hancur di dalam air atau cairan lambung. Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet yang keras dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi, dkk., 1987).

2.2.2.4 Kekerasan

Kekerasan diartikan sebagai kekuatan untuk menghancurkan tablet. Kekerasan tablet ditentukan oleh besarnya tenaga yang diperlukan untuk memecah tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan pengangkutan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen (Lachman, dkk., 1994).

Ketahanan dari tablet terhadap goncangan pada waktu pengangkutan, pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan yang umum untuk tablet adalah 4 – 8 kg. Untuk tablet hisap dan tablet sustained release kekerasannya 10 – 20 kg. Tablet kunyah mempunyai kekerasan yang lebih kecil dari 3 kg. Walaupun kekerasan yang lebih tinggi menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang menyebabkan lamanya waktu hancur. Alat-alat yang dipergunakan untuk menguji kekerasan tablet antara lain: Stokes Monsanto, Strong Cobb dan Pfizer (Soekemi, dkk., 1987).

2.2.2.5 Friabilitas (Kerapuhan)

Kerapuhan ditandai sebagai massa seluruh partikel yang berjatuhan dari tablet melalui beban pengujian mekanis. Kerapuhan diberikan dalam persen yang ditarik dari massa tablet sebelum pengujian (Voight, 1994).

Kerapuhan dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir. Seringkali kandungan air (kelembapan) rendah tetapi masih dalam batasan Kerapuhan dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir. Seringkali kandungan air (kelembapan) rendah tetapi masih dalam batasan

2.2.2.6 Disolusi

Disolusi adalah proses melarutnya obat (Ansel, 1989). Dua sasaran dalam mengembangkan uji disolusi in vitro yaitu untuk menunjukkan pelepasan obat dari tablet kalau dapat mendekati 100% dan laju pelepasan obat seragam pada setiap batch dan harus sama dengan laju pelepasan dari batch yang telah dibuktikan mempunyai bioavailabilitas dan efektif secara klinis (Lachman, dkk., 1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi yaitu:

1. faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi kelarutan, bentuk kristal, bentuk hidrat solvasi dan kompleksasi serta ukuran partikel.

2. faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung pada kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya. Penggunaan bahan pembantu sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur dan pelicin dalam proses formulasi mungkin akan menghambat atau 2. faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung pada kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya. Penggunaan bahan pembantu sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur dan pelicin dalam proses formulasi mungkin akan menghambat atau

3. faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji Faktor ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang meliputi kecepatan pengadukan, suhu medium, pH medium dan metoda uji yang dipakai (Syukri, 2002).

2.3 Pembagian Tablet

Berdasarkan pembuatannya tablet dibagi menjadi:

1. Tablet cetak (Compressed tablet) Tablet ini dibuat dengan cara mengempa dan tidak mengandung penyalut yang khusus. Tablet cetak dibuat dari bahan-bahan berupa serbuk atau kristal dengan atau tanpa penambahan bahan pengisi, pengikat, pengembang, pelicin dan bahan-bahan tambahan lainnya.

2. Tablet bersalut (Coated tablet)

a. Tablet bersalut gula (Sugar Coated tablet) yaitu tablet yang disalut dengan lapisan yang terdiri dari gula dengan bahan-bahan yang sesuai dengan atau tanpa pemberian warna.

b. Tablet bersalut selaput (Film coated tablet) yaitu tablet yang disalut dengan lapisan tipis yang dibuat dari bahan-bahan sintetis atau bahan- bahan alam.

c. Tablet bersalut enterik (Enteric Coated tablet) yaitu tablet yang disalut dengan bahan-bahan yang tahan terhadap cairan lambung tetapi hancur dalam cairan usus.

3. Mutiple Compressed tablet yaitu tablet yang dicetak lebih dari sekali dengan menggunakan mesin pencetak tablet khusus.

a. Layered tablet yaitu tablet yang dibuat dengan mencetak granul-granul yang telah dicetak terlebih dahulu. Pencetakan dapat dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan tablet dengan 2 atau 3 lapisan.

b. Press Coated tablet (Dry Coated tablet) dibuat dengan mengisikan tablet-tablet yang telah dicetak pada mesin pencetak tablet yang khusus, kemudian dicetakkan granul-granul tambahan di sekeliling tablet (Soekemi, dkk., 1987).

2.4 Obat Generik dan Obat Merek Dagang

Mahalnya harga obat di pasaran telah menyebabkan Pemerintah melalui Menteri Kesehatan, mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 085/MenKes/Per/I/1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (Ditjen POM., 1989).

Adapun pertimbangan yang digunakan untuk merumuskan peraturan tersebut adalah sebagai berikut: - Harga obat generik lebih rendah daripada harga obat paten yang mempunyai

terapetik yang sama - Penulisan resep/penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan akan mempermudah perluasan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Ditjen POM., 1989).

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 193/Kab/B.VIII/71 memberikan definisi berikut untuk obat: ”Obat ialah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia (Joenoes, 1995).

Obat dengan merek dagang atau spesialité adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang dilindungi hukum, yaitu merek terdaftar atau proprietary name. Banyaknya obat merek dagang dengan beraneka-ragam nama yang setiap tahun dikeluarkan oleh farmasi industri dan kekacauan yang diakibatkan telah mendorong WHO untuk menyusun Daftar Obat dengan nama- nama resmi. Official atau generic name (nama generik) ini dapat digunakan di semua negara tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan (Tan, 2002).

Berdasarkan Permenkes No. 085/MenKes/Per/I/1989, obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Ditjen POM., 1989).

2.5 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Daerah spektrum ultraviolet membentang dari 190 nm – 380 nm (Ditjen POM.,1995).

Radiasi elektromagnetik dapat dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur Radiasi elektromagnetik dapat dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur

2.6 Hukum Lambert-Beer

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu:

1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama

3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut

4. Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi

5. Indeks bisa tidak tergantung pada konsentrasi larutan (Gandjar, dkk.,2007) Jika absorbansi suatu seri konsentrasi larutan diukur pada panjang

gelombang, suhu, kondisi pelarut yang sama; dan absorbansi masing-masing larutan diplotkan terhadap konsentrasinya maka suatu garis lurus akan teramati sesuai dengan persamaan A = abc. Grafik ini disebut dengan plot hukum Lambert- Beer dan jika garis yang dihasilkan merupakan suatu garis lurus maka dapat dikatakan bahwa hukum Lambert-Beer dipenuhi pada kisaran konsentrasi yang diamati (Gandjar, dkk., 2007).

Hukum Lambert-Beer adalah:

A = abc Dimana:

A = absorban

a = absorptivitas

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi (Gandjar, dkk., 2007) Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi (Gandjar, dkk., 2007).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan sampel dalam hal ini dilakukan perbandingan mutu tablet Metronidazol generik dengan merek dagang secara in vitro.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Formulasi Sediaan Solid Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret 2009 – Mei 2009.

3.2 Alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Disintegration Tester (Erweka), Dissolution Tester (Erweka DT), Strong Cobb Hardness Tester (Erweka), Roche Friabilator (Erweka), Spektrofotometer Ultraviolet (UV Mini 1240 Shimadzu), Stopwatch, Neraca listrik, alat-alat gelas dan alat laboratorium lainnya.

3.3 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air suling, Asam Klorida pekat (E. Merck), Metronidazol BPFI (Badan POM), Tablet Metronidazol generik (PT. Kimia Farma), Tablet Metronidazol generik (PT. Phyto

Kemo Agung Farma), Tablet Omenizol ® (PT. Mutifa), Tablet Fladex Forte (PT.

Dexa Medica), Tablet salut selaput Velazol ® (PT. Novell), Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma), Tablet salut selaput Trichodazol ® (PT. Sanbe Farma), dan Kaplet salut selaput Metrolet ® (PT. Harsen).

3.4 Metode Penelitian

3.4.1 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah tablet Metronidazol generik, tablet Metronidazol merek dagang, tablet salut selaput Metronidazol merek dagang, kaplet Metronidazol merek dagang dan kaplet salut selaput Metronidazol merek dagang dengan jumlah zat aktif 500 mg per tablet.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan secara purposif dengan cara mengambil sampel dari salah satu apotik yang ada di Jalan Gatot Subroto Medan.

3.4.2 Pembuatan Pereaksi

3.4.2.1 Asam Klorida 0,1 N

Encerkan 8,5 ml asam klorida P dengan air suling hingga 1000 ml (Ditjen POM., 1995).

3.3.2.2 Cairan Lambung Buatan

Larutkan 2,0 g natrium klorida P dalam 7,0 ml asam klorida P dan air secukupnya hingga 1000 ml. Larutan mempunyai pH lebih kurang 1,2 (Ditjen POM., 1995).

3.5 Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol dalam Larutan HCl 0,1 N

3.5.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I

Ditimbang seksama 50 mg Metronidazol BPFI, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml. Dilarutkan dengan HCl 0,1 N dan dicukupkan sampai garis tanda, lalu dikocok homogen maka diperoleh larutan induk baku dengan konsentrasi 500 mcg/ml.

3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II

Dari LIB I dipipet sebanyak 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur

50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi 100 mcg/ml.

3.5.3 Penentuan Kurva Serapan Metronidazol

Dari LIB II dipipet sebanyak 6 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur

50 ml, dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Dikocok homogen maka akan diperoleh larutan konsentrasi 12 mcg/ml. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N. Kurva serapan Metronidazol dapat dilihat pada Gambar 1 halaman 25.

3.5.4 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol dalam Larutan HCl 0,1 N

Dari LIB II dipipet masing-masing 3 ml; 4,5 ml; 6 ml; 7,5 ml; dan 9 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian dicukupkan volumenya dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, sehingga diperoleh konsentrasi Metronidazol masing-masing 6 mcg/ml; 9 mcg/ml; 12 mcg/ml; 15 mcg/ml; dan 18 mcg/ml. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dengan menggunakan HCl 0,1 N sebagai blanko. Hasil penentuan kurva kalibrasi Metronidazol dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 44.

3.6 Evaluasi Tablet

3.6.1 Penetapan Kadar Metronidazol dalam Tablet

Ditimbang seksama 20 tablet, dicatat beratnya, kemudian digerus sampai homogen. Ditimbang sejumlah serbuk yang setara dengan 50 mg Metronidazol sebanyak 6 kali, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, Ditimbang seksama 20 tablet, dicatat beratnya, kemudian digerus sampai homogen. Ditimbang sejumlah serbuk yang setara dengan 50 mg Metronidazol sebanyak 6 kali, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml,

Persyaratan: Tablet Metronidazol mengandung Metronidazol, C 6 H 9 N 3 O 3 , tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM., 1995).

Data kadar tablet pada Lampiran 5 halaman 49 dan contoh perhitungan pada Lampiran 4 halaman 47.

3.6.2 Uji Keseragaman Sediaan

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV bahwa kadar zat aktif 50 mg atau lebih besar dari 50 mg yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan, maka uji keseragaman sediaan dilakukan dengan cara keragaman bobot. Penetapan keragaman bobot dilakukan dengan cara: Ditimbang seksama 10 tablet, satu persatu dan dihitung bobot rata-rata. Kemudian ditentukan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet. Dari hasil penetapan kadar dihitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

Persyaratan: Keragaman bobot terletak antara 85,0% sampai 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang atau sama dengan 6,0% (Ditjen POM., 1995).

Perhitungan keragaman bobot dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 73 dan hasil uji keragaman bobot pada Lampiran 18 halaman 77.

3.6.3 Uji Kekerasan Tablet

Alat: Strong Cobb Hardness Tester (Erweka) Cara:

Sebuah tablet diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet dijepit dengan memutar skrup pengatur hingga tanda lampu “stop” menyala, knop ditekan dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada saat tablet pecah. Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet. Ketentuan umum: Kekerasan tablet 4-8 kg (Parrot, 1970).

Data uji kekerasan dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman 79.

3.6.4 Uji Friabilitas

Alat: Roche Friabilator (Erweka) Cara:

Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat beratnya (a gram). Tablet dimasukkan ke dalam alat friabilator, lalu alat dijalankan selama 4 menit (100 kali putaran). Setelah batas waktu yang ditentukan tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang beratnya (b gram). Friabilitas (F) = (a – b) / a x 100% Ketentuan umum: Kehilangan berat ≤ 0,8% (Voight, 1994) .

Data uji friabilitas dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 20 halaman 80.

3.6.5 Uji Waktu Hancur

Alat: Disintegration Tester (Erweka)

3.6.5.1 Tablet Tidak Bersalut

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada masing- masing tabung dari keranjang, dimasukkan satu cakram pada tiap tabung, kemudian alat dijalankan. Digunakan air dengan suhu 37º ± 2º C sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang dari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna. Persyaratan: Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut (Ditjen POM., 1979).

3.6.5.2 Tablet Bersalut Bukan Enterik

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada masing- masing tabung dari keranjang, dimasukkan satu cakram pada tiap tabung, kemudian alat dijalankan. Digunakan cairan lambung buatan LP dengan suhu 37º ± 2º C sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang dari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

Persyaratan: Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput (Ditjen POM., 1979).

Data uji waktu hancur dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 67.

3.6.6 Uji Disolusi Tablet

Untuk menguji laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan alat Dissolution Tester. Medium

: 900 ml HCl 0,1 N

Alat

: tipe 1 (metode keranjang)

Kecepatan putaran : 100 rpm Waktu

: 60 menit

Cara: Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 900 ml medium disolusi yang bersuhu 37º ± 0,5º C. Kemudian keranjang diputar dengan kecepatan 100 rpm. Pada interval waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60 menit larutan dipipet sebanyak 0,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, lalu diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Serapan diukur pada panjang gelombang 277 nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N. Volume medium diusahakan tetap dengan menambahkan medium HCl 0,1 N sebanyak 0,5 ml setelah pemipetan. Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Persyaratan: Dalam waktu 60 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q)

C 6 H 9 N 3 O 3 dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM., 1995). Interpretasi: Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Apabila tidak memenuhi persyaratan maka pengujian dilanjutkan sampai tiga tahap, kecuali bila hasil pengujian C 6 H 9 N 3 O 3 dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM., 1995). Interpretasi: Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Apabila tidak memenuhi persyaratan maka pengujian dilanjutkan sampai tiga tahap, kecuali bila hasil pengujian

Data uji disolusi dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 71 dan contoh perhitungan pada Lampiran 15 halaman 69. Tabel 1. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut dengan Disolusi

Tahap Jumlah Kriteria penerimaan yang diuji S1

6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5 % S2

6 Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak 1 unit sediaan yang lebih kecil dari Q - 15 %

S3

12 Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15 % dan tidak 1 unit pun yang lebih kecil dari Q – 25 %

(Ditjen POM., 1995)

3.7 Analisis Data Secara Statistik

Kadar zat aktif sebenarnya yang terkandung dalam sampel dapat diketahui menggunakan uji distribusi t. Data diterima atau ditolak dihitung dengan menggunakan metode standar deviasi dengan rumus:

i − X SD =

Keterangan: X i = nilai dari masing-masing pengukuran

X = rata-rata dari pengukuran X = rata-rata dari pengukuran

X − X t hitung = SD

Sebagai dasar penolakan data hasil uji analisis adalah t hitung ≥t tabel atau t hitung ≤-t tabel. Untuk menentukan kadar zat aktif dalam sampel dengan taraf kepercayaan 99%, α= 0,01, dk= n-1, dapat digunakan rumus: Kadar sebenarnya: µ = X±t (α/2,dk) x (SD/ n ) Keterangan:

X = Interval kepercayaan kadar sampel

X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi dk = derajat kebebasan (dk = n-1) α = taraf kepercayaan n = jumlah perlakuan

(Wibisono, 2005) Hasil perhitungan statistik kadar zat aktif sebenarnya pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 51 sampai dengan Lampiran 13 halaman 65.

Untuk mencari koefisien variasi atau Relative Standard Deviation (RSD) ditentukan dengan rumus: SD

RSD = x 100% X

Keterangan : SD = Standar Deviasi

X = rata-rata kadar zat berkhasiat (Gandjar, dkk., 2007) Data hasil perhitungan RSD dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 73.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N

Metronidazol memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 277 nm dengan A 1

1 = 377a dalam pelarut asam (Moffat, 1986). Dari penelitian ini, pengukuran serapan maksimum Metronidazol BPFI diperoleh 277 nm. Hasil pengukuran yang diperoleh menunjukkan panjang gelombang serapan maksimum yang sama dengan literatur dan penetapan kadar selanjutnya dilakukan pada panjang gelombang maksimum 277nm.

Gambar 1. Kurva Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi 12 mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N

Dari hasil identifikasi spektrum ultraviolet larutan Metronidazol BPFI dalam larutan HCl 0,1 N pada panjang gelombang maksimum 277 nm diperoleh serapan 0,4282.

Gambar 2. Hasil Penentuan Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi 12 mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N

Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV yang menyatakan bahwa suatu penetapan atau pengujian mengenai panjang gelombang, serapan maksimum mengandung implikasi bahwa serapan maksimum tersebut tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditentukan.

Pada penentuan kurva kalibrasi, larutan Metronidazol BPFI dibuat dengan konsentrasi berturut-turut: 6 mcg/ml; 9 mcg/ml; 12 mcg/ml; 15 mcg/ml; dan 18 mcg/ml, diperoleh hubungan linier antara serapan dengan konsentrasi dimana koefisien korelasi (r) = 0,9995 dan persamaan garis regresi Y = 0,0359 X + 0,0038 (Data Perhitungan pada Lampiran 3 halaman 45) serta dapat juga dilihat hubungan antara variasi konsentrasi dengan serapan membentuk suatu garis lurus atau linier.

Gambar 3. Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 277 nm

4.2 Hasil Evaluasi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang

4.2.1 Hasil Penetapan Kadar

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, tablet Metronidazol mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil penetapan kadar pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa semua tablet Metronidazol baik generik maupun merek dagang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV.

Tabel 2. Data Hasil Kadar Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang No.

Nama Obat

Kadar sebenarnya (%)

1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) 101,56 ± 2,39*

2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo 102,78 ± 5,91* Agung Farma)

3. ® Tablet Omenizol (PT. Mutifa) 100,36 ± 4,23*

4. ® Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) 100,87 ± 4,79*

5. ® Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) 100,05 ± 4,77*

6. ® Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) 102,85 ± 0,43*

7. ® Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe 102,82 ± 4,38* Farma)

8. ® Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) 103,18 ± 2,21* * Standar Deviasi (n=6)

Kadar Tablet Metronidazol pada tablet Metronidazol generik (PT. Kimia Farma) yaitu 101,56 ± 2,39%, tablet Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo

Agung Farma) 102,78 ± 5,91%, tablet Omenizol ® (PT. Mutifa) 100,36 ± 4,23%,

tablet Fladex ® Forte (PT. Dexa Medica) 100,87 ± 4,79%, kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) 100,05 ± 4,77%, tablet salut selaput Velazol ® (PT. Novell) 102,85 ± 0,43%; tablet salut selaput Trichodazol ® (PT. Sanbe Farma) 102,82 ± 4,38% dan tablet salut selaput Metrolet ® (PT. Harsen) 103,18 ± 2,21%. Dari Tabel 2

terlihat bahwa kadar Metronidazol dalam tablet berkisar antara 100,05% sampai 103,18% dimana kadar terendah diperoleh pada tablet Grafazol ® (PT. Graha

Farma) dan kadar tertinggi pada tablet salut selaput Metrolet ® (PT. Harsen). Data kadar tablet pada Lampiran 5 halaman 49 dan contoh perhitungan dapat dilihat

pada Lampiran 4 halaman 47.

4.2.2 Hasil Uji Keragaman Bobot

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) bahwa persyaratan keragaman bobot dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan terletak antara 85,0% – 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%. Tabel 3. Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Metronidazol Generik dan Merek

Dagang

No. Nama Obat Bobot Rata- Kadar Rata- Standar Deviasi

Rata (mg)

Rata (%)

Relatif

0,38 Generik (PT. Kimia Farma)

1. Tablet Metronidazol

0,49 Generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma)

2. Tablet Metronidazol

3. ® Tablet Omenizol

0,47 (PT. Mutifa)

0,21 (PT. Dexa Medica)

4. ® Tablet Fladex Forte

0,37 (PT. Graha Farma)

5. ® Kaplet Grafazol 744,2

6. Tablet Salut Selaput

(PT. Novell)

0,28 Trichodazol ® (PT. Sanbe

7. Tablet Salut Selaput

8. Kaplet Salut Selaput

0,35 Metrolet ® (PT. Harsen)

Dari Tabel 3 dapat dilihat hasil uji keragaman bobot tablet Metronidazol generik (PT. Kimia Farma) 105,14% dengan standar deviasi relatif 0,38, tablet Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) 103,37% dengan standar

deviasi relatif 0,49, tablet Omenizol ® 103,87% dengan standar deviasi relatif 0,47, tablet Fladex ® Forte 102,93% dengan standar deviasi relatif 0,21, kaplet Grafazol ® 101,17% dengan standar deviasi relatif 0,37, tablet salut selaput Velazol ® 105,23% dengan standar deviasi relatif 0,42, tablet salut selaput Trichodazol ® 101,92% dengan standar deviasi relatif 0,28 dan kaplet salut selaput Metrolet ® 105,45% dengan standar deviasi relatif 0,35. Hal ini berarti bahwa baik