Strategi Merancang Sistem Berskala Nasio

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Strategi Merancang Sistem Berskala Nasional
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]

EKOJI999 Nomor

257, 23 Mei 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email [email protected].

HALAMAN 1 DARI 8





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013


SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Pendahuluan
Dilibatkannya ICT dalam proses pemilihan umum pada berbagai negara di dunia merupakan fenomena yang
menarik untuk dicermati. Keberadaan atau keterlibatan perangkat teknologi ini tentu saja tidak terlepas dari
keberhasilan ICT dalam meningkatkan mutu atau kualitas dari pelaksanaan pemilu di sejumlah negara yang
telah berhasil menerapkannya. Manfaat (value) yang didapatkan oleh sejumlah stakeholder pemilihan umum
tersebut menjadi penyebab utama mengapa sejumlah negara berkembang tertarik untuk melakukan hal
yang sama, yaitu menggunakan ICT sebagai media untuk meningkatkan kinerja proses pemilihan umum.
Indonesia pun tidak ketinggalan turut bergabung di dalam deretan negara-negara yang memutuskan untuk
memanfaatkan seoptimal mungkin kehandalan teknologi ini dengan harapan dicapainya suatu
penyelenggaraan Pemilu yang bermutu tinggi. Berkaca pada pengalaman Pemilu di tahun 1999 dan 2004,
nampaknya banyak hal yang perlu dibenahi dan diperhatikan untuk dapat meningkatkan performa
implementasi ICT untuk Pemilu di masa mendatang.
Empat Domain Strategis Pelaksanaan Pemilu
Belajar dari suksesnya penerapan ICT pada pemilu di sejumlah negara, paling tidak terdapat 4 (empat) hal
utama yang harus benar-benar dipahami oleh para stakeholder Pemilu di Indonesia, masing-masing adalah:

1. Pemahaman terhadap posisi dan peranan ICT di dalam konteks Pemilu yang dilaksanakan;
2. Perancangan infrastruktur dan suprastruktur ICT yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan
Pemilu;
3. Pelaksanaan konsep manajemen proyek terpadu dalam pengembangan sistem ICT untuk Pemilu;
dan
4. Penerapan prinsip manajemen tata pamong ICT pada saat Pemilu berlangsung.

Hal ini berarti bahwa mereka yang diserahkan tugas dan tanggung jawab untuk merencanakan,
membangun, menerapkan, mengembangkan, dan mengawasi sistem ICT untuk Pemilu harus memiliki bekal
pengetahuan, kompetensi, dan keahlian terkait dengan keempat domain tersebut agar penerapan ICT dapat
sukses adanya. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai seluk beluk dari masing-masing domain yang
dimaksud.

HALAMAN 2 DARI 8





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013


SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Domain Pertama: Pemahaman Peranan ICT pada Pemilu
Spektrum fungsi ICT dalam konteks pemilihan umum dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:




Transaction Enabler;
Reporting and Query Tools; dan
Communication Technology.

Yang dimaksud dengan fungsi ICT sebagai transaction enabler adalah penggunaan perangkat teknologi
sebagai media antarmuka (interface) bagi pencoblosan suara. Contohnya adalah menggunakan komputer
dengan fasilitas touch screen untuk pencoblosan suara di setiap TPS (Tempat Pemungutan Suara), atau
memakai fasilitas ATM (Automated Teller Machine), atau memanfaatkan telepon genggam (handphone),
atau perangkat PDA (Personal Digital Assistant), maupun peralatan-peralatan ICT lainnya. Intinya adalah

bahwa ICT dimanfaatkan sebagai sebuah perangkat otomatis (moderen) dalam proses pencoblosan suara.
Negara-negara maju seperti Amerika, Singapura, Hongkong, dan India misalnya telah mencoba
menerapkan fungsi ICT semacam ini.
Fungsi lain dari ICT adalah sebagai alat bantu untuk menghasilkan laporan-laporan atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan khusus (query) terkait dengan hasil penghitungan suara. Melalui fitur-fitur yang ada
pada aplikasi ICT ini, para stakeholder Pemilu dapat memperoleh data dan informasi yang diinginkan
seperti: urutan partai dengan suara terbanyak, perbandingan suara antar partai tertentu di berbagai daerah
wilayah pemilihan, pencapaian target kursi sementara sesuai dengan suara yang masuk, jumlah
kemenangan wilayah per partai, distribusi suara partai di berbagai belahan tanah air, calon legislatif dengan
suara terbanyak, calon legislatif yang telah melewati batas jumlah suara (threshold), dan lain sebagainya.
Informasi dinamis yang dimaksud dapat berupa dokumen elektronik atau hasil cetakan dalam bentuk
laporan maupun hasil dari pengolahan filterisasi data tertentu (query) yang dapat dilakukan oleh siapa saja
melalui komputer atau perangkat digital lainnya (internet).
Adapun fungsi communication technology yang dimaksud adalah bagaimana ICT dipergunakan sebagai
media dalam menyampaikan atau mendistribusikan informasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Misalnya
adalah penggunaan ICT dalam hal penyampaian hasil Pemilu dari seluruh TPS (Tempat Pemungutan
HALAMAN 3 DARI 8






(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Suara) ke Kecamatan, kemudian ke Kabupaten/Kota, sebelum akhirnya diterima Provinsi dan dihitung
secara nasional oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum). Di negara-negara maju, ICT juga kerap dipergunakan
sebagai alat untuk melakukan monitoring atau pengawasan agar pemilu berlangsung secara jujur, misalnya
adalah pemasangan kamera pemantau di setiap TPS yang dapat dilihat oleh Panwaslu (Panitia Pengawas
Pemilu) dari lokasi jarak jauh, pemantauan distribusi logistik melalui berbagai transportasi (ekspedisi) yang
pergerakannya dapat dilihat dengan menggunakan teknologi GPS (Global Positioning System), dan lain
sebagainya.
Disamping dipandang dari segi fungsi, ICT juga dapat pula dilihat dari hakekat perannya dalam pemilu yang
bersangkutan. Paling tidak ada 3 (tiga) jenis peran atau posisi ICT dalam konteks penyelenggaraan pemilu,
yaitu:





ICT sebagai Core System;
ICT sebagai Neccessity System; dan
ICT sebagai Supporting System

ICT dianggap memiliki peran core system apabila dinyatakan sebagai satu-satunya sumber utama yang sah
dalam hal pengumpulan, pengorganisasian, dan penghitungan suara dalam pemilu. Dengan kata lain, pada
kerangkat format ini tidak dikenal yang namanya pengumpulan, pengorganisasian, dan penghitungan suara
dengan cara manual seperti yang dikenal selama ini. Tentu saja untuk menunjang konsep ini diperlukan
sejumlah perangkat hukum yang memadai dan mekanisme sosialisasi ke masyarakat yang efektif. Peran
ICT sebagai core system ini telah dipergunakan di sejumlah negara maju dimana sebagian besar
masyarakatnya telah memiliki e-literacy yang cukup tinggi.
Sementara itu peran ICT dianggap sebagai sebuah neccessity system apabila perangkat otomatisasi pemilu
yang ada dipergunakan berdampingan dengan sistem konvensional secara manual. Dalam penataan ini,
kedua buah metodologi pengumpulan, pengorganisasian, dan penghitungan suara baik yang secara manual
maupun otomatis berjalan saling melengkapi atau sinergis untuk menghasilkan suatu sistem pemilu yang
handal. Dikatakan saling menunjang karena keduanya dapat saling menjadi alat kontrol yang baik, terutama
dalam memastikan tidak terjadinya kesalahan di dalam hal perhitungan suara.
Adapun ICT dikatakan memiliki peranan sebagai supporting system apabila keberadaannya hanyalah

sebagai penunjang sistem konvensional atau manual yang dianggap sebagai satu-satunya cara pengelolaan
suara pemilu yang sah. Seringkali diistilahkan dalam kerangka ini keberadaan sistem berbasis ICT hanyalah
sebagai data pembanding dari hasil perhitungan secara manual; disamping itu keberadaannya
diperuntukkan pula untuk menjawab rasa keingintahuan masyarakat yang tinggi akan adanya hasil
penghitungan suara secara cepat dan tepat karena jika harus menunggu sistem manual terkadang
diperlukan waktu yang relatif lama.
Terkait dengan sistem klasifikasi dengan memperhatikan kedua aspek di atas, dapat digambarkan hakekat
keberadaan ICT dalam Pemilu 2004 di Indonesia yang lalu, dimana nampaknya ICT berada pada posisi
sebagai reporting and query tools dan communication technology jika dipandang dari segi fungsi dan
sebagai necessity system dan supporting system jika dilihat dari peranannya. Dengan memperhatikan
hakekat ini, maka dapat diperkirakan harapan atau ekspektasi dari para stakeholder pemilu terhadap
keberadaan sistem ICT yang bersangkutan.

HALAMAN 4 DARI 8





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013


SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Domain Kedua: Penyusunan Rancangan Sistem
Dengan berpegang pada hakekat dan obyektivitas keberadaan sistem tersebut – dimana dalam ilmu sistem
informasi kerap disebutkan sebagai sebuah user requirements – maka disusunlah sebuah rancangan atau
desain sistem ICT yang sesuai dengan kebutuhan. Grand design dari arsitektur ICT untuk pemilu ini harulah
dikembangkan dengan memperhatikan outcome yang diinginkan dari keberadaan sistem tersebut, terutama
terkait dengan situasi kondisi bangsa dan negara yang ingin melaksanakan pemilu tersebut. Adapun
komponen-komponen yang harus dirancang arsitektur atau anatominya di dalam sebuah sistem pemilu
diantaranya:






Sistem Aplikasi dan beragam perangkat lunak atau software;

Sistem Manajemen Basis Data atau database management system;
Jaringan Infrastruktur Komunikasi Data dan Perangkat Keras atau hardware;
Kebijakan, Prosedur, dan Tata Cara Pemilihan Umum beserta standard operating procedure;
Standar Kompetensi dan Keahlian Sumber Daya Manusia; dan lain sebagainya.

Keberadaan rancangan ini sifatnya adalah mutlak karena akan memberikan manfaat yang besar terutama
dalam hal:





Memastikan dibangunnya sistem ICT untuk Pemilu yang berfungsi seperti yang diinginkan atau
sesuai dengan harapan seluruh stakeholder yang ada;
Menjamin terciptanya sistem ICT dengan spesifikasi, kualifikasi, dan kinerja yang diinginkan dengan
memperhatikan beragam keterbatasan sumber daya yang dimiliki;
Mencegah terjadinya pemborosan sumber daya finansial maupun lainnya karena perencanaan
matang telah dilakukan secara sungguh-sungguh;
Mengurangi resiko kegagalan pengembangan dan implementasi sistem karena segalanya telah
diperhitungkan terlebih dahulu; dan lain sebagainya.


Untuk menjamin dikembangkannya sebuah rancangan yang prima, maka perlu dibentuk suatu tim khusus
yang terdiri dari sejumlah pakar dan ahil di sejumlah bidang, terutama yang menguasai: konsep sistem dan
HALAMAN 5 DARI 8





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

teknologi informasi, pengembangan perangkat lunak dan sistem basis data, manajemen proyek berskala
besar, konstruksi infrastruktur dan jaringan komunikasi, penerapan change management, pelatihan sumber
daya manusia, dan lain sebagainya.
Domain Ketiga: Pelaksanaan Manajemen Proyek
Setelah desain atau rancangan arsitektur ICT untuk pemilu selesai disusun, maka tibalah saatnya untuk

menjalankan sebuah proyek atau program pembangunan sistem tersebut. Ilmu dan standar baku project
management atau manajemen proyek harus dipergunakan sebagai panduan serta pendekatan dalam
mengembangkan sistem yang dimaksud. Hasil kajian terhadap domain pertama dan kedua harus secara
jelas mendefinisikan paling tidak 4 (empat) aspek manajemen proyek, yaitu:
1. Ruang Lingkup atau scope sistem ICT yang ingin dikembangkan secara jelas dan cukup
terperinci sesuai dengan kebutuhan yang ada (misalnya dengan membagi ruang lingkup tersebut
menjadi sejumlah Work Breakdown Structure);
2. Tenggat Waktu dan sejumlah milestones yang harus diperhatikan sungguh-sungguh mengingat
adanya sejumlah aktivitas yang harus dilakukan tepat pada waktunya alias tidak dapat diundur
(misalnya jadwal pendaftaran pemilih, waktu pelaksanaan pemilihan, dan lain sebagainya);
3. Total dan Perincian Biaya yang telah dialokasikan oleh berbagai pihak terkait – terutama
Pemerintah negara bersangkutan – untuk membangun sistem pemilu yang diinginkan; dan
4. Standar Kualitas atau Kinerja sistem ICT yang diharapkan untuk dapat dibangun selama proyek
berlangsung, menyangkut hal-hal semacam kecepatan, kapasitas, kemanan, dan lain
sebagainya.

Pengelolaan proyek pengembangan ICT ini akan dapat secara efektif dijalani apabila keempat aspek
tersebut diintegrasikan dengan 4 (empat) aspek pendukung lainnya, yaitu: kompetensi dan keahlian sumber
daya manusia yang diserahkan tanggung jawab untuk melaksanakan proyek tersebut, aspek pengadaan
atau procurement beragam entiti yang diperlukan selama proyek beralungsung, pola komunikasi antar
stakeholder proyek yang efektif, serta memperhitungkan dan mengelola manajemen resiko atau risk
management secara sungguh-sungguh.

HALAMAN 6 DARI 8





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Memperhatikan bahwa proyek pengembangan sistem ICT memiliki pola atau karakteristik khusus yang
membedakannya dengan beragam proyek lainnya, maka perlu pula diperhatikan metodologi pengembangan
sistem yang akan dipergunakan selama proyek berlangsung. Proyek pengembangan sistem pemilu pada
dasarnya merupakan penggabungan dari sejumlah sub-proyek dengan karakteristik yang cukup berbeda,
seperti:









Sub-proyek pegembangan software aplikasi yang akan dipergunakan dalam berbagai aktivitas
seperti pendaftaran pemilih, verifikasi pemilih, hingga ke kalkulasi dan pelaporan hasil pemilu;
Sub-proyek pengadaan hardware dan perangkat keras yang akan dipergunakan sebagai tools
pendukung dalam proses pemilu;
Sub-proyek perancangan dan konstruksi struktur data yang akan menjadi gudang penyimpanan
berbagai data maupun informasi terkait dengan pemilu;
Sub-proyek konstruksi jaringan dan infrastruktur teknologi informasi sebagai tulang punggung jalur
komunikasi antara titik-titik pemilihan;
Sub-proyek pelatihan sumber daya manusia yang akan terlibat langsung sebagai user atau operator
dari berbagai perangkat teknologi dalam pemilu;
Sub-proyek sosialisasi dipergunakannya ICT kepada seluruh anggota masyarakat, terutama mereka
yang akan melakukan pemilihan terhadap wakil-waklinya;
Sub-proyek penyusunan kebijakan dan prosedur operasional detail yang harus dipatuhi oleh seluruh
stakehoder terkait dengan pemilu; dan lain sebagainya.

Terlepas dari beraneka ragamnya karakteristik sub-proyek yang ada tersebut, metodologi system
development life cycle generik kerap dipergunakan sebagai payung pendekatan tahapan pelaksanaan
masing-masing sub-proyek tersebut. Tahapan yang dimaksud adalah: perancanaan, analisa, desain,
konstruksi, implementasi, dan evaluasi.
Domain Keempat: Penyelenggaraan Tata Pamong yang Baik
Pemilu merupakan suatu peristiwa penting yang di dalamnya harus terkandung aspek-aspek good
governance atau tata pamong yang baik, terutama berkaitan dengan kaidah-kaidah semacam: transparancy,
accountability, responsibility, independency, dan fairness. Oleh karena itulah, mulai dari proses perencanaan
hingga pembangunan dan penerapan ICT untuk pemilu harus pula memperhatikan kaidah-kaidah tersebut.
Proses yang terkait dengan penerapan ICT dengan memperhatikan unsur-unsur tata pamong yang baik
tersebut kerap diistilahkan sebagai information technology governance. Dalam pemilu, rangkaian good
governance yang paling diharapkan diterapkan adalah ketika pemungutan dan penghitungan suara
ditentukan, karena pada saat itulah proses-proses krusial terjadi.
Salah satu standar internasional untuk manajemen tata kelola teknologi informasi adalah yang dikeluarkan
oleh ISACA (Information System Audit and Control Association) yang dikenal dengan nama CobiT (Common
Objectives for Information and Related Technology). Berdasarkan konsep ini, paling tidak pada setiap
inisiatif program pengembangan teknologi informasi terdapat 4 (empat) domain proses atau 34 sub-proses
yang harus sungguh-sungguh diperhatikan kinerjanya. Keempat proses yang dimaksud adalah:
1.
2.
3.
4.

Planning and Organisation yang terdiri dari 11 sub-proses;
Acquisition and Implementation yang terdiri dari 6 sub-proses;
Delivery and Services yang terdiri dari 13 sub-proses ; dan
Monitoring yang terdiri dari 4 sub-proses.

HALAMAN 7 DARI 8





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Penutup
Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil sejumlah kesimpulan
terkait dengan perencanaan dan pengembangan ICT untuk pemilu, yaitu:








Diperlukan suatu konsep yang holistik dalam merencanakan sistem ICT untuk pemilu karena begitu
banyaknya variabel yang saling terkait dan bersifat eksternal (sulit dikontrol karena kerap bersifat
politis), mulai dari perencanaan, pembangunan, penerapan, hingga sampai dengan pengawasan
sistem ICT yang bersangkutan;
Dibutuhkan tim pengembang ICT yang terdiri dari sumber daya manusia yang kompeten,
profesional, solid, multi-disiplin, dan memiliki integritas tinggi untuk dapat melaksanakan
keseluruhan rangkaian proses pembangunan sistem ICT pemilu;
Diperlukan suatu pehamanan yang baik terhadap beragam konsep terkait dengan penyelenggaraan
pemilu, seperti: manajemen proyek, software development life cycle, information technology
governance, software development, audit teknologi informasi, dan lain-lain;
Dibutuhkan strategi change management yang efektif mengingat pemanfaatan ICT dalam proses
pemilu merupakan hal yang dianggap baru bagi masyarakat, partai politik, pemerintah, dan
sejumlah stakeholder pemilu lainnya.

--- akhir dokumen ---

HALAMAN 8 DARI 8





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013