MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SISTEM PERNAPASAN ARTIKEL PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN VIDEO
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SISTEM
PERNAPASAN

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
SITI ALHUSNA NURUL AGUSTIN
NIM F1071131017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN VIDEO UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SISTEM PERNAPASAN

Siti Alhusna Nurul Agustin1, Kurnia Ningsih2, Eko Sri Wahyuni3
Pendidikan Biologi, Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak

E-mail: nunan136@gmail.com

1

Abstract
This study was aimed to determine the process of implementation of learning and
improvement of students’ learning outcomes with guided inquiry learning model assisted
video on the material of the Respiratory System at class VIII B of SMP Negeri 10 Pontianak.
The method was the class action research, while subject of this research was all of students
of class VIII B SMP Negeri 10 Pontianak academic year 2016/2017 which consists of 38
students. This study was conducted in two cycles which each cycle consists of four stages
namely planning, acting, observing and reflecting. Data collection techniques were the
measurement, observation, interview, documentation, with the instrument of written test of
multiple choices that consists of 20 questions and observation sheet of learning process.
The results of data analysis showed that the implementation of guided inquiry learning
model can improve students’ learning outcomes, the students’ improvement is 71.05% in
the first cycle and 89.47% in the second cycle. The implementation of learning process in
the first cycle was 95% and the second cycle was 100%. Thus it can be said that the
students’ learning outcomes and learning implementation process had achieved the
expected performance indicators.

Keywords: Guided inquiry learning, learning outcomes, respiratory system

PENDAHULUAN
Mata pelajaran ilmu pengetahuan alam
(IPA) terpadu ini memuat mata pelajaran Fisika,
Biologi, dan Kimia yang dipadukan menjadi
sebuah
mata
pelajaran
sejak
mulai
diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Siswa
yang belajar sains menurut Susanto dalam
Yuniastuti (2013: 78) tidak lagi menerima
informasi tentang produk sains tetapi melakukan
proses ilmiah untuk menemukan fakta dan
membangun konsep dan prinsip dibidang sains.
Khususnya untuk pembelajaran biologi di
tingkat SMP, pemberian pengalaman secara

langsung perlu ditingkatkan dengan demikian
siswa mampu menerapkan teori yang telah
dipelajari dalam biologi bagi kehidupan mereka
sehari-hari. Dalam pembelajaran biologi juga
membutuhkan kreativitas baik dalam berdialog,
melakukan
diskusi
maupun melakukan

percobaan (Faizi, 2013: 202). Selain itu,
kemampuan siswa berkomunikasi akan melatih
keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapat serta tercapainya kreativitas dalam
siswa
berfikir
yang
nantinya
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Keberhasilan suatu pembelajaran biasanya

dapat dilihat dari nilai siswa yang telah mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM), baik dari
segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun
pada kenyataan dilapangan masih banyak nilai
siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM), salah satunya di SMP Negeri
10 Pontianak. Kriteria Ketuntasan Minimal di
SMP Negeri 10 Pontianak untuk mata pelajaran
IPA adalah 82. Pada dasarnya proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila
persentase ketuntasan siswa mencapai 75%. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Uno dan
Nurdin (2015: 190), bahwa tingkatan

penguasaan materi dalam konsep belajar tuntas
ditetapkan antara 75%-90%. Dari hasil observasi
awal yang dilakukan di SMP Negeri 10
Pontianak pada tanggal 8 Agustus 2016
didapatkan hasil dokumentasi yaitu daftar nilai
ulangan harian tahun ajaran 2015/2016.

Berdasarkan data persentase nilai ulangan harian
siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Pontianak tahun
ajaran
2015/2016
Menunjukan
tingkat
persentase ketuntasan siswa masih rendah.
Tingkat ketuntasan siswa yang paling rendah
yaitu pada materi sistem pernapasan sebesar
71,08%, hal ini menyebabkan ketuntasan
klasikal
belum
terpenuhi,
berdasarkan
wawancara guru IPA bahwa siswa sulit
memahami
materi
sistem
pernapasan,
dikarenakan pembelajaran masih berpusat pada

guru (Teacher Center). Metode pembelajaran
yang biasa digunakan adalah metode ceramah
dan kurangnya media dalam menyampaikan
materi sistem pernapasan.
Selain itu, hasil observasi nilai ulangan
harian didapatkan bahwa persentase ketuntasan
mata pelajaran IPA siswa kelas VIII tahun ajaran
2016/2017 semester ganjil masih rendah.
Persentase ketuntasan terendah terjadi pada
siswa kelas VIII B sebesar 49,47%. Setelah
dilakukan observasi terhadap pembelajaran guru
IPA di kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak
tahun ajaran 2016/2017 didapatkan hasil bahwa
pada saat guru mengajar lebih banyak
menggunakan model konvensional yang
sebagian besar menyampaikan materi dengan
metode ceramah serta kurangnya media yang
digunakan.
Berdasarkan wawancara dengan guru IPA,
diketahui bahwa guru pernah menggunakan

metode diskusi, namun hasil belajar siswa masih
tidak mengalami peningkatan. Dilanjutkan hasil
wawancara dengan 5 orang siswa di kelas VIII B
diperoleh bahwa siswa lebih senang belajar
dengan media pembelajaran dan objek belajar
secara langsung, hal ini dapat menghilangkan
rasa bosan saat proses pembelajaran. Dari hal
tersebut guru merekomendasikan untuk
melakukan tindakan di kelas VIII B dan dari
awal PPL pada bulan Agustus sampai dengan
Desember 2016 peneliti sudah diberi tanggung
jawab untuk mengajar di kelas VIII B. Selain itu

disarankan oleh guru saat melakukan tindakan di
kelas digunakan juga media pembelajaran agar
menarik siswa lebih mudah memahami materi
pembelajaran.
Pemahaman materi yang diperoleh siswa
dapat dipengaruhi oleh proses belajar. Proses
belajar dapat dipengaruhi dengan pemilihan

model pembelajaran yang tepat. Satu
diantaranya model pembelajaran yang dapat
digunakan oleh guru pada materi sistem
pernapasan adalah model pembelajaran inkuiri
terbimbing (Daryanti, Rinanto dan Dwiastuti,
2015: 164). Model pembelajaran inkuiri
terbimbing merupakan model pembelajaran
yang cocok digunakan untuk pembelajaran IPA
khususnya pada materi yang berkaitan dengan
Biologi karena siswa dapat terlibat secara
langsung dengan objek yang akan dipelajarinya
(Rismayanti, 2014: 4). Menurut Asyhar (2011:
28), model pembelajaran inkuiri terbimbing
menemukan konsepnya sendiri, sehingga siswa
lebih memahami materi serta kreatif dalam
berpikir.
Model inkuiri terbimbing merupakan salah
satu model pembelajaran yang disarankan dalam
kurikulum 2013, sebab inkuiri terbimbing adalah
salah

satu
modelpembelajaran
yang
menitikberatkan kepada siswa dalam proses
belajar. Menurut Sefriyan, Caswita, dan
Coesamin (2013: 30), inkuiri terbimbing
merupakan proses aktif siswa yang di dalamnya
terlibat pemikiran kritis (critical thinking),
pensiasatan dan membina pengetahuan sains.
Menurut Marsh (dalam Ngalimun, 2016: 68),
keunggulan dari pembelajaran inkuiri siswa
dapat memandang konten (isi) dalam sebuah
cara yang lebih realistik dan positif karena
mereka dapat menganalisis dan menerapkan data
untuk pemecahan masalah. Penggunaan model
inkuiri
terbimbing
diharapkan
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut

didukung dengan adanya penelitian-penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan yang
membuktikan bahwa dengan pembelajaran
inkuiri terbimbing hasil belajar siswa dapat
meningkat. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Kurniawati, Kukuh, dan Wiwi
(2014: 39), menyimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan inkuiri terbimbing berpengaruh
terhadap hasil belajar ranah kognitif. Hal ini

membuktikan bahwa inkuiri terbimbing
berpengaruh terhadap hasil belajar ranah
kognitif pada pembelajaran.
Pada kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan inkuiri terbimbing diperlukan
adanya media pembelajaran, dengan adanya
bantuan
media
pembelajaran
akan

mempermudah guru menyampaikan materi serta
mempermudah siswa dalam memahami materi
(Sudjana dan Rivai, 2013: 2). Adapun media
yang digunakan yaitu video, media ini akan
digunakan saat proses penyampaian materi ajar.
Menurut Arsyad (2013: 48), video dapat
menggambarkan suatu obyek yang bergerak
bersama-sama dengan suara yang sesuai.
Kemampuan video melukiskan gambar hidup
dan suara memberinya daya tarik tersendiri.
Selain itu penelitian lain dilakukan oleh
Noviyanto, Nengsih dan Eny (2015: 62),
menyatakan bahwa hasil persentase penggunaan
media video animasi pada kelas eksperimen
mampu memberikan pengaruh yang lebih besar
terhadap peningkatan nilai siswa dari pretest ke
posttest, maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan video animasi dapat meningkatkan
hasil belajar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik untuk menerapkan model pembelajaran
inkuiri terbimbing berbantuan video untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
sistem pernapasan kelas VIII B SMP Negeri 10
Pontianak. Penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing berbantuan video diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi sistem pernapasan.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan metode Classroom Action
Research (Penelitian Tindakan Kelas) yang
dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk
memperbaiki serta meningkatkan hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
Penelitian tidakan kelas (PTK) adalah sebuah
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya
sendiri
dengan
jalan
merencanakan,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisifatif dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat
(Paizaluddin dan Ermalinda, 2014: 8).

Penelitian ini dilaksanakan oleh suatu tim
terdiri dari peneliti dan guru IPA yang
merupakan guru pamong pada program
pengalaman lapangan (PPL) di SMP Negeri 10
Pontianak. Hubungan guru dan peneliti bersifat
kemitraan sehingga dapat secara bersama-sama
untuk memikirkan persoalan-persoalan terkait
dengan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan. Guru IPA tersebut juga bertindak
sebagai observer untuk mengamati proses
pembelajaran inkuiri terbimbimng berbantuan
video. Selain itu, terdapat dua observer lainnya
yang merupakan guru yang mengajar di SMP
Negeri 10 Pontianak untuk mengamati aktivitas
belajar siswa di kelas.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua
siklus. Adapun tahap-tahap penelitian tindakan
kelas (PTK) memiliki empat tahapan, yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan
(observing),
dan
refleksi
(reflecting). Subyek penelitian tindakan kelas
pada penelitian ini yaitu siswa kelas VIII B SMP
Negeri 10 Pontianak semester II tahun ajaran
2017/2018 dengan jumlah siswa 38 orang, 17
siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.
Setelah
siklus
pertama
dilakukan,
dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus kedua
dengan perubahan sesuai refleksi siklus pertama
guna perbaikan pelaksanaan siklus tersebut.
Dalam penelitian ini, aspek yang diukur adalah
hasil belajar siswa yang dilihat dari tes hasil
belajar siswa.
Pra Tindakan
Persiapan penelitian merupakan tahap awal
dalam prosedur pelaksanaan penelitian tindakan
kelas. Persiapan yang dilakukan pada penelitian
ini terdiri dari (1) Melakukan observasi atau
pengamatan untuk mengetahui bagaimana hasil
belajar serta proses pembelajaran yang
berlangsung di sekolah. (2) Mengumpulkan data
sebanyak mungkin dari guru IPA dan siswa
terkait proses pembelajaran di kelas VIII B SMP
Negeri 10 Pontianak. (3) Menyusun konsep
pelaksanaan pembelajaran. (4) Menyepakati
jadwal kegiatan persiapan tindakan.
Perencanaan Kegiatan (Planning)
Kegiatan perencanaan dilakukan oleh
peneliti bersama guru biologi. Perangkat
pembelajaran yang disiapkan peneliti antara lain

silabus, RPP, lembar kerja siswa (LKS), tes hasil
belajar, lembar observasi, lembar validasi
instrumen dan lembar validasi media. Semua
perangkat pembelajaran ini divalidasi terlebih
dahulu oleh validator yaitu dua orang dosen
Pendidikan
Biologi
FKIP
Universitas
Tanjungpura dan satu orang guru IPA SMP
Negeri 10 Pontianak.
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pada setiap pertemuan pembelajaran di kelas
sesuai
dengan
rencana
pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan dalam dua siklus dengan
masing-masing siklus satu kali pertemuan.
Adapun skenario pembelajaran meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
Observasi
Kegiatan observasi dalam penelitian
tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan
memperoleh gambaran lengkap secara objektif
tentang perkembangan proses dan pengaruh
tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas
dalam bentuk data. Observasi dilakukan secara
terus menerus mulai dari siklus satu sampai
siklus dua dan seterusnya apabila terjadi
hambatan atau kekurangan dengan perubahan
yang ingin dicapai.
Refleksi
Refleksi merupakan uraian kegiatan tentang
prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan
refleksi berkaitan dengan proses dan dampak
tindakan perbaikan yang dilaksanakan serta
kriteria dan rencana bagi tindakan pada siklus
berikutnya. Pada tahap refleksi, pengajar dan
peneliti berdiskusi tentang hasil yang diperoleh
dan memutuskan apakah siklus dilanjutkan atau
tidak. Hasil refleksi ini digunakan untuk
melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.
Setiap siklus diakhiri dengan tes.
Teknik pengumpulan data adalah cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk memperoleh
data. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah (1) Pengukuran
adalah cara pengumpulan data dengan
memberikan tes yang dimaksudkan untuk
mengukur seberapa jauh hasil belajar yang
diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian
tindakan. Tes hasil belajar dalam penelitian ini
dilaksanakan
sebanyak
dua
kali,
tes

dilaksanakan setelah berlangsungnya siklus satu
dan siklus dua. (2) Observasi adalah suatu cara
untuk mengumpulkan data mengenai objek
penelitian dengan perantara lembar observasi
(Kusumah dan Dedi, 2010: 66). Lembar
observasi digunakan untuk mengobservasi
aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran berlangsung. (3) Wawancara
menurut James dan Dean (dalam Paizaluddin
dan Ermalinda, 2014: 130) menyatakan bahwa,
wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi
verbal dengan tujuan mendapatkan informasi.
Wawancara dalam penelitian ini merupakan
wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya,
pertanyaan tentang pandangan, sikap, keyakinan
subyek, atau keterangan lainnya (Paizaluddin
dan Ermalinda, 2014: 130). (4) Dokumentasi
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang
(Paizaluddin dan Ermalinda, 2014: 135).
Adapun dokumentasi pada penelitian ini berupa
foto-foto, dan data-data hasil belajar siswa.
Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari
(1) Tes hasil belajar untuk mengukur hasil
belajar siswa pada penelitian ini dengan
memberikan soal tes tertulis berbentuk tes
objektif pilihan ganda (multiple choice). (2)
Lembar observasi merupakan panduan dalam
melakukan penelitian terhadap indikatorindikator dan aspek yang diamati. Lembar
observasi yang digunakan untuk penggumpulan
data dalam penelitian ini berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran. Lembar observasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi proses belajar mengajar dan lembar
observasi kegiatan siswa.
Validasi instrumen penelitian suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang
valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2013:
79). Instrumen yang divalidasi pada penelitian
ini yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), lembar kerja siswa (LKS), media video
dan soal tes.
Reliabilitas tes menunjuk pada suatu
pengertian bahwa sesuatu intrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik. Tingkat reliabilitas tes yang digunakan
pada penilitian ini diukur dengan rumus KR-20.

r11 = (

Vt  pq
k
) (  ) ………….... (1)
( k  1)
Vt

Keterangan:
r11 = reliabilitas instrument
k =banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya
soal.
Vt = varians total
p = proporsi subjek yang menjawab betul pada
sesuatu butir (proporsi subjek yang
mendapat skor 1)
q = proporsi subjek yang menjawab salah pada
sesuatu butir (proporsi subjek yang
mendapat skor 0)
Cara mencari varians total

Vt 

(X ) 2
N ………………… (2)
N

X 2 

Dengan keterangan:
Vt
= Varians total
= Rata- rata nilai
N
= Banyak item (Arikunto, 2013: 115)
Dengan besar nilai reliabilitas sebagai berikut:
0,90 < r11 ≤ 1,00 sangat tinggi
0,70 < r11 ≤ 0,80 tinggi
0,50 < r11 ≤ 0,60 cukup
0,30 < r11 ≤ 0,40 rendah
0,00 < r11 ≤ 0,20 sangat rendah (Slameto, 2007:
215).
Analisis data dilakukan dengan perhitungan
persentase skor hasil pengamatan proses
pembelajaran inkuiri terbimbing yang terdapat
pada lembar observasi, dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
………. (3)
Untuk pemberian skor pada soal dengan
menggunakan skor 1 dan 0, apabila jawaban

benar maka mendapat skor 1 dan apabila
jawaban salah mendapat skor 0. Untuk
mendapatkan nilai hasil belajar siswa dilakukan
pengubahan skor menjadi nilai sebagai berikut:
… (4)
Nilai Siswa =
Untuk menentukan persentase ketuntasan
kelas (KKM=82) maka dilakukan perhitungan
dengan rumus sebagai berikut:
% Tuntas =
x 100%.... (5)
Analisis Validasi Media
Untuk menghitung validitas media, maka
data terlebih dahulu diubah kedalam data
kuantitatif dengan langkah-langkah berikut:
1) Mencari rata-rata tiap kriteria dari ketiga
validator dengan rumus:
…………………... (6)
Keterangan :
Ki = rata-rata kriteria
Vhi = skor hasil penilaian validator ke-h
untuk kriteria ke-i
i
= kriteria
h = validator
2) Mencari rata-rata ketiga aspek dengan rumus
:
…………………... (7)
Keterangan :
Ai = rata-rata aspek ke-i
Kij = rata-rata untuk aspek ke-i kriteria ke-j
n = banyaknya kriteria
i
= aspek
j
= kriteria
ij = aspek ke-i dan kriteria ke-j
3) Mencari rata-rata total validasi ketiga aspek
dengan rumus:
…………………... (8)
Keterangan :
RTV: rata-rata total validasi
Ai : rata-rata aspek ke-i
i
: aspek
4) Mencocokkan rata-rata total dengan kriteria
kevalidan :
3≤ RTVTK ≤ 4 digolongkan Valid
2≤ RTVTK ≤ 3 digolongkan Cukup Valid

1≤RTVTK≤2 digolongkan Tidak
(Khabibah dalam Yamasari, 2010).

Valid

mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang
dilakukan pada akhir setiap siklus. Menurut
Sudjana (2014: 39), hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman pembelajaran.
Pemahaman siswa terhadap materi sistem
pernapasan
pada
pembelajaran
inkuiri
terbimbing dapat dilihat dari hasil belajar siswa
pada siklus satu dan siklus dua, untuk lebih jelas
dapat dilihat pada persentase ketuntasan belajar
siswa pada Tabel 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian dengan menerapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan
video untuk memecahkan masalah rendahnya
hasil belajar siswa pada materi sistem
pernapasan di kelas VIII B SMP Negeri 10
Pontianak tahun ajaran 2017/2018 dengan
jumlah 38 siswa, 17 siswa laki-laki dan 21 siswa
perempuan. Tes hasil belajar dilakukan untuk

Tabel 3. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa kelas VIII B Pada Materi Sistem
Pernapasan Manusia
Siklus I
No. Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Skor
Benar
17
17
17
15
17
18
17
19
14
17
15
17
17
14
17
18
17
18
17
14
18
11
17
10
17
19
17
13
17
17
17
8

Siklus II

Nilai

Ket

85
85
85
75
85
90
85
95
70
85
75
85
85
70
85
90
85
90
85
70
90
55
85
50
85
95
85
65
85
85
85
40

T
T
T
TT
T
T
T
T
TT
T
TT
T
T
TT
T
T
T
T
T
TT
T
TT
T
TT
T
T
T
TT
T
T
T
TT

Skor
Benar
18
19
17
17
19
19
18
19
17
17
17
17
18
17
17
18
17
19
18
17
17
14
17
16
18
20
19
17
18
17
17
11

Nilai

Ket

90
95
85
85
95
95
90
95
85
85
85
85
90
85
85
90
85
95
90
85
85
70
85
80
90
100
95
85
90
85
85
55

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
TT
T
TT
T
T
T
T
T
T
T
TT

Siklus I
No. Subjek
33
34
35
36
37
38
JUMLAH
RATA-RATA
TUNTAS (T)
TUNTAS (%)

Skor
Benar
17
17
17
15
16
13
608
16

Siklus II

Nilai

Ket

85
85
85
75
85
65

T
T
T
TT
T
TT
3045
80,13

Skor
Benar
18
17
17
17
18
16
659
17,34

27
71,05%
KKM = 82

Berdasarkan
TABEL
3
kriteria
ketuntasan mininal (KKM) yang digunakan
sebesar 82. Pada siklus I jumlah siswa yang
tuntas sebanyak 27 siswa dengan persentase
ketuntasan 71,05% sedangkan, pada siklus II
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 34 siswa
dengan persentase ketuntasan sebesar 89%.
Peningkatan hasil belajar dapat terjadi
melalui proses pelaksanaan pembelajaran
yang berlangsung dengan baik. Observasi

Nilai

Ket

90
85
85
85
90
80

T
T
T
T
T
TT
3295
86,71

34
89,47%

terhadap proses pelaksanaan pembelajaran
dilakukan untuk mengetahui tercapainya
tujuan tindakan pada akhir siklus. Proses
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
dapat dikatakan baik apabila pada siklus satu
sebesar 75% dan pada siklus dua sebesar 80%.
Proses pelaksanaan pembelajaran dengan
model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan video pada siklus I dan siklus II
dirangkum pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase Proses Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Dari 3 Orang
Observer
Tahapan inkuiri
terbimbing
Tahap Orientasi

Rincian kegiatan
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengucapkan salam dan menanyakan
kehadiran siswa
2.

Guru mengondisikan kelas, agar kondusif untuk
mendukung proses pembelajaran dengan cara
meminta peserta didik merapikan tempat duduk,
menyiapkan buku pelajaran dan buku referensi
yang relevan serta alat tulis yang diperlukan.

3.

Guru mengajak peserta didik aar selalu
mengamalkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
di dalam kehidupan sebagai tanda syukur kepada
Tuhan.
Guru memberikan motivasi dan apersepsi

4.
5.

Guru menyampaikan judul materi dan tujuan
pembelajaran.

Siklus
I
Y T

Siklus
II
Y T

Tahap
Merumuskan
Masalah

Kegiatan Inti
1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok heterogen dan
membagikan LKS pembelajaran pada masingmasing kelompok
a. Mengamati
2. Guru meminta siswa untuk membaca LKS dengan
cermat
b. Menanya
3. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk
merumuskan masalah pada kolom yang tersedia
dalam LKS yang berkaitan dengan video yang
ditampilkan.

Tahap
Merumuskan
Hipotesis
Tahap
Pengumpulan
Data

Tahap Menguji
Hipotesis
Tahap
Merumuskan
Kesimpulan

4.

Dalam proses ini siswa dibimbing untuk
merumuskan
hipotesis
berdasarkan
permasalahan yang mereka temukan.
c. Mengeksplorasi
5. Guru menayangkan video organ pada sistem
pernapasan manusia.
6. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan
diskusi kelompok serta menyelesaikan soal-soal
yang terdapat di dalam LKS sesuai dengan
video yang ditayangkan.
7. Guru mengarahkan kelompok untuk melakukan
percobaan pada LKS.
8. Masing-masing kelompok mengumpulkan data
untuk menjawab permasalahan yang diberikan
dalam bentuk soal.
9. Guru mengarahkan siswa untuk merumuskan
kesimpulan pada kolom dalam LKS
d. Mengkomunikasikan
10. Setiap perwakilan kelompok melakukan
presentasi hasil diskusi kelompoknya

3

11. Perwakilan kelompok diberi penghargaan
berupa pujian dan tepuk tangan
e. Mengasosiasikan
12. Memberikan klarifikasi materi apabila terdapat
kelompok yang salah konsep.
Kegiatan Penutup
1. Siswa diminta membuat kesimpulan materi
dari hasil pembelajaranya.
2.

Guru menyampaikan rencana belajar pada
pertemuan berikutnya.

3.

Guru mengucapkan
meninggalkan kelas.

salam penutup

Jumlah
Persentase Proses Pelaksanaan

Keterangan: Y : YA = Skor 1

T : TIDAK = Skor 0

dan

57
95%

Observer: 3 Orang

60
100%

Berdasarkan tabel 4. Proses pembelajaran siklus
I mendapat persentase pelaksanaan sebesar 95%
dan pada siklus II sebesar 100%.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas
di kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
pada materi sistem pernapasan. Perencanaan
kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan RPP
yang telah dirancang serta soal-soal tes yang
sesuai dengan kategori dan kemampuan siswa
SMP. Penggunaan model pembelajaran yang
diterapkan dalam penelitian merupakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan
video.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing
merupakan model pembelajaran dimana siswa
dituntut belajar mandiri untuk mencari masalah
dan menjawab masalah tersebut melalui datadata yang mereka kumpulkan. Oleh sebab itu,
siswa lebih berani untuk mengungkapkan ide-ide
dalam bentuk tulisan (Putra, 2013: 87).
Penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berdampak positif terhadap proses
dan hasil kegiatan pembelajaran IPA. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nuari, Lestari dan Dahlia (2016) yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
X di SMA Negeri 1 Rambah Tahun
Pembelajaran 2015/2016”. Hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki
pengaruh positif terhadap hasil belajar biologi.
Dampak positif tersebut antara lain siswa lebih
memahami materi yang disampaikan oleh guru,
siswa tidak malu dalam mengungkapkan ideidenya mengenai materi yang disampaikan guru.
Siswa dapat bekerja sama dan bertukar pikiran
dengan kelompoknya pada saat diskusi. Hal ini
sejalan juga dengan tujuan penggunaan model
inkuiri terbimbing menurut Putra (2013: 91),
model inkuiri adalah model dimana siswa
menemukan sendiri tentang konsep yang
dipelajari, siswa dapat lebih memahami ilmu,
dan ilmu tersebut dapat bertahan lama.
Pada penelitian ini proses penyampaian
materi dibantu dengan media video, dimana guru
berperan dalam membimbing dan memberikan
gambaran kepada siswa untuk menemukan

masalah dan menjawab masalah tersebut
sehingga lebih terarah. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Erniwati, Eso dan
Rahmia (2015: 271) yang berjudul “Penggunaan
Media Praktikum Berbasis Video dalam
Pembelajaran IPA-Fisika untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Suhu dan
Perubahannya”. Hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa proses pembelajaran
berbasis dapat meningkatkan hasil pembelajaran
serta meningkatkan pemahaman karena siswa
mendapatkan gambaran secara jelas terhadap
materi yang dipelajari.
Adapun langkah-langkah yang digunakan
pada model inkuiri terbimbing berbantuan video
dalam penelitian ini (1) Tahap orientasi yaitu
untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Pada langkah ini guru
menyampaikan apersepsi, motivasi dan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Pada siklus satu hanya beberapa siswa
yang memberikan pendapatnya, namun pada
siklus dua terdapat peningkatan yakni siswa
lebih berani mengungkapkan pendapatnya. (2)
Tahap merumuskan masalah merupakan langkah
membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Guru membimbing siswa
untuk merumuskan masalah mengenai materi
yang akan dibahas. Tahap perumusan masalah
pada penelitian ini ialah guru memberi gambaran
kepada siswa untuk merumuskan masalah
melalui narasi yang tercantum di dalam LKS. (3)
Tahap merumuskan kesimpulan yakni guru
mengarahkan siswa untuk membuat jawaban
sementara mengenai masalah yang diuraikan
oleh siswa sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan
yang timbul. (4) Tahap mengumpulkan data
adalah kegiatan menyaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
dilakukan. Pada tahap ini proses pembelajaran
menggunakan video sebagai sarana untuk
mengumpulkan data. Peran guru dalam tahapan
ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk berpikir
mencari informasi yang dibutuhkan. Pada tahap
ini guru membimbing dan mengarahkan siswa
agar mengumpulkan data sesuai dengan
prosedur yang tercantum di dalam LKS. (5)
Tahap menguji hipotesis adalah proses
menentukan jawaban yang dianggap benar

Peningkatan Proses Pembelajaran

sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan hasil pengumpulan data.
Tahap menguji hipotesis ini siswa diarahkan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan data-data yang didapatkan
pada tahap pengumpulan data. Pertanyaanpertanyaan tersebut sudah tercantum didalam
LKS. (6) Tahap merumuskan kesimpulan adalah
proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Pada
penelitian ini siswa diminta untuk membuat
kesimpulan sesuai dengan perintah yang terdapat
dalam LKS dan mengkaitkan dengan teori-teori.

Adapun hasil perhitungan pada proses
pembelajaran siklus satu, terdapat satu kegiatan
yang tidak dilaksanakan oleh guru yaitu tidak
semua kelompok melakukan presentasi karena
waktu yang telah diperhitungkan untuk
presentasi terhambat oleh kegiatan siswa. Hal ini
menyebabkan proses pembelajaran tidak
mencapai persentase sebesar 100%. Namun
setelah dilakukan refleksi proses belajar
mengalami peningkatan mencapai 100%,
sehingga proses pembelajaran tercapai dengan
maksimal. Peningkatan proses belajar ini tersaji
pada diagram berikut.

100%
98%
96%

100%

Siklus 1

94%
92%

95%

Siklus 2

90%

Siklus 1 Siklus 2
Kenaikan 5%

Gambar 1. Grafik Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Dilihat pada Gambar 1 perkembangan
peningkatan proses pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan video telah mencapai
indikator kinerja yang diarapkan yakni pada
siklus I sebesar 95% dan pada siklus II sebesar
100%. Hasil belajar yang dimaksud dalam skipsi
ini adalah hasil belajar IPA khususnya pada
materi sistem pernapasan di kelas VIII B SMP
Negeri 10 Pontianak dengan nilai hasil tes
tertulis yang dilakukan diakhir setiap siklus.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan
video dapat meningkatkan hasil belajar dari
siklus satu ke siklus dua. Pada siklus satu jumlah
siswa yang mencapai KKM sebanyak 27 siswa
sedangkan pada siklus dua jumlah siswa yang
mencapai KKM sebanyak 34 siswa. Dari hasil
tersebut diketahui terjadi peningkatan jumlah

siswa yang mencapai KKM sebanyak 7 siswa.
Persentase peningkatan hasil belajar siswa kelas
VIII B SMP Negeri 10 Pontianak pada materi
sistem pernapasan setelah penerapan model
inkuiri terbimbing berbantuan video meningkat
sebesar 18,42% dari persentase siklus satu
sebesar 71,05% dan siklus dua sebesar 89,47%.
Dari data ketuntasan hasil belajar siswa dapat
dinyatakan bahwa siklus dua meningkat dari
indikator keberhasilan yang telah ditentukan
yaitu 75%. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Uno dan Nurdin (2013: 190), bahwa
tingkat penguasaan materi dalam konsep belajar
tuntas diterapkan antara 75%-90%.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa
kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak pada
penelitian tindakan kelas ini tersaji pada Gambar
2 berikut.

Persentase Hasil Belajar
Klasikal

89.47%

100%
80% 71.05%
60%
40%
20%
0%
Siklus 1

Siklus 2

Kenaikan 18,42%
Siklus 1

Siklus 2

Gambar 2. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar dikatakan berhasil apabila
mencapai indikator kerja ≥ 75%. Pada siklus
dua guru berupaya untuk memperbaiki segala
kekurangan yang terjadi pada siklus satu.
Berdasarkan tes hasil belajar yang dilakukan
pada siklus dua hasil belajar siswa mengalami
peningkatan jumlah persentase menjadi
89,47%.
Hasil belajar dari siklus satu ke siklus dua
mengalami peningkatan karena guru sudah
berusaha menciptakan proses pembelajaran
menjadi lebih baik, dari hasil observasi dan
refleksi guru mampu membuat siswa
menguraikan
ide-ide
dan
menjawab
pertanyaan serta membimbing siswa dalam
berdiskusi sehingga terciptanya suasana
belajar yang kondusif. Menurut Putra (2013:
29), suasana belajar sangat penting karena
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran. Suasana belajar akan berjalan
dengan baik, apabila terjadi komunikatif dua
arah, yaitu antara guru dengan siswa. Selain
itu, jika suasana belajar berlangsung baik dan
isi pelajaran disesuaikan dengan karakteristik
siswa, maka tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian pada
tindakan siklus satu dan siklus dua serta
analisis data menunjukan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan
video dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi sistem pernapasan kelas VIII B
SMP Negeri 10 Pontianak sebesar 18,42%
dari siklus satu yaitu 71,05% menjadi 89,47%
pada siklus dua. Peningkatan hasil belajar
menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan video diperkuat
dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Nugroho, dkk (2012) bahwa, pembelajaran
inkuiri terbimbing melalui labolatorium
virtuil dan labolatorium riil berpengaruh
secara signifikan terhadap prestasi belajar
kognitif. Selain itu dilakukan penelitian oleh
Rosita, Vanny dan Lestari (2015: 255) bahwa,
penerapan model inkuiri cukup efektif untuk
meninggalkan
hasil
belajar
siswa.
Pembelajaran ini dapat mengubah kebiasaan
siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru, menjadi
belajar dengan banyak berpikir serta

menemukannya secara langsung. Kemudian
didukung pula oleh penelitian yang dilakukan
oleh Noviyanto, dkk (2015) bahwa,
penggunaan media video animasi sistem
pernapasan manusia dapat meningkatkan hasil
belajar biologi. Serta
penelitian oleh
Erniwati, Eso, dan Rahmia (2014: 273)
bahwa, pembelajaran dengan menggunakan
media video ini dapat dijadikan alternatif
pembelajaran baru bagi guru, karena
pembelajaran ini terbukti dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Setelah melakukan tindakan sebanyak
dua siklus meggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing berbantuan video, maka
dapat disimpulkan dari penelitian bahwa
model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan video pada materi sistem
pernapasan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa di kelas VIII B SMP Negeri 10
Pontianak pada siklus satu sebesar 71,05%
pada siklus satu sedangkan pada siklus dua
sebesar 89,47% serta proses pelaksanaan
pembelajaran berjalan dengan baik sesuai
dengan
rancangan
pembelajaran.
Terlaksananya pembelajaran pada siklus satu
mencapai 95% dan pada siklus dua 100%.
Saran
Berikut adalalah saran yang dapat
peneliti sampaikan yaitu (1) Model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan
video dapat dijadikan salah satu alternatif
dalam menyampaikan materi IPA. (2) Pada
penelitian ini belum diamati pengaruh
terhadap aktivitas, minat, kreatifitas dan
motivasi sehingga perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut. (3) Pada penelitian ini
menggunakan LKS dan video sehingga perlu
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan
media pembelajaran yang sesuai.
DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Press.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Daryanti, E.P,. Rinanto, Y dan Dwiastuti, S.
(2015).
Peningkatan
Kemampuan
Penalaran Ilmiah Melalui Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada
Materi Sistem Pernapasan Manusia.
Jurnal Pendidikan Matematika Sains
Tahun
III
No.
2.
(Online).
(https://journal.uny.ac.id/index.php/jpms
/article/download/10948/8204,
dikunjungi pada tanggal 14 Agustus
2017).
Erniwati., Eso. R, dan Rahmia. S. (2015).
Penggunaan Media Praktikum Berbasis
Video dalam Pembelajaran IPA-Fisika
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Materi Pokok Suhu dan
Perubahannya. Jurnal Sains dan
Pendidikan Fisika Vol. 10 (3): 263-273.
(Online).
(http://id.portalgaruda.org/?ref=browse
&mod=viewarticle&article=314473,
dikunjungi pada tanggal 20 juli 2017).
Faizi, M. (2013). Ragam Metode
Mengajarkan Eksakta Pada Murid.
Jogyakarta: Diva Press.
Kurniawati, A., Kukuh, S, dan Wiwi Isnaeni.
(2014). Pengaruh Guide Inquiry Berbasis
Proyek Terhadap Aktivitas
Rismayanti, N. (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Inkiri Terbimbing
Untuk Meningkatakan Kreativitas
dan Hasil Belajar Pada Materi Pola
Hereditas Kelas XII IPA MAN 1
Pontianak.
(Online).
(library.um.ac.id/freecontents/savedocpub.php/materi.doc,
dikunjungi pada tanggal 14 Agustus
2017).
Rosita., Agustina, V. M, dan Lestari. (2015).
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran IPA Melalui Metode
Inkuiri Terbimbing di Kelas IV SD
Inpres 3 Terpencil Baina’a. Jurnal
Kreatif Tadulako. Vol. 4 (6): 204-256.
(Online)
(http://ojs.unm.ac.id/index.php/JSdPF/ar

ticle/download/964/236, dikunjungi pada
tanggal 24 juli 2017).
Sudjana, N. (2014). Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Agresindo.
Sudjana, N dan Rivai.
(2013). Media
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Agresindo.
Sefriyan, D., Caswita., dan Coesamin, M.
(2013). Pengaruh Penerapan Metode
Inkuiri Terbimbing Terhadap Motivasi,
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 2
(1)
:
29

36.
(Online).
(http://download.portalgaruda
.org/article.php, dikunjungi pada tanggal
13 Desember 2016).
Slameto. (2007). Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohammad.
(2013). Belajar Dengan Pendekatan
PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamasari, Y. (2010). Pengembangan Media
pembelajaran Matematika Berbasis
ICT yang berkualitas. Seminar
Nasional Pasca Sarjana X-ITS.
Yuniastuti,
E.
(2013).
Peningkatan
Keterampilan Proses, Motivasi, dan
Hasil Belajar Biologi dengan Strategi
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada
Siswa Kelas VII SMP Kartika V-1
Balikpapan.
Jurnal
Penelitian
Pendidikan. Vol 14 (1): 78–86.
(Online).
(http://jurnal.upi.edu/educationist/view/1
740/, dikunjungi pada tanggal 1
Desember 2016.