Perancangan Kampanye Pelestarian Hutan Mangrove Dipesisir Pantai Utara Kabupaten Tangerang
HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI UTARA
KABUPATEN TANGERANG
DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011
Oleh:
Wijoko
NIM:
51907186 Program Studi
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pantai Utara Kabupaten Tangerang merupakan kawasan hutan mangrove yang berada di provinsi Banten. Hutan mangrove berfungsi sebagai penahan abrasi pantai, penahan angin, dan intrusi air laut, penahan sendimen. Hutan mangrove juga berfungsi sebagai habitat bagi satwa liar (burung, reptilia, amphibi, udang dan ikan), serta sebagai tempat untuk berkembang biak jenis-jenis ikan, udang dan kepiting.
Saat ini kawasan hutan mangrove di wilayah pesisir pantai utara Kabupaten Tangerang mengalami kerusakan, kerusakan kawasan hutan mangrove di sepanjang Pantai Utara kabupaten Tangerang mencapai 60-70%, dikutip dari Nasional Republika (21/06/10) Menurut Kabid Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan BLHD Kabupaten Tangerang, Kawasan hutan mangrove yang lazimnya berfungsi sebagai pelindung pantai dari abrasi dan sebagai tempat untuk habitat bagi satwa liar kini telah beralih fungsi, kawasan hutan mangrove dijadikan lahan baru untuk tambak ikan dan pembuatan warung – warung menggunakan pohon – pohon dari hutan mangrove. Pemanfaatan lahan dan pohon dari hutan mangrove oleh masyarakat menyebabkan tidak berfungsinya hutan mangrove sebagai pelindung pantai.
(3)
Ketidakadaan perlindungan pada pantai yang sebetulnya menjadi penyebab percepatan abrasi, abrasi pantai terjadi karena meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, kenaikan suhu udara di bumi berdampak pada peningkatan suhu air laut dan secara tidak langsung menambah volume air laut samudera dan implikasinya adalah permukaan air laut yang semakin tinggi lalu menggerus pantai. Abrasi pantai yang terjadi di pesisir pantai utara Kabupaten Tangerang sangat mengkhwatirkan. Abrasi menyebabkan potensi ekonomi 24 desa di Kecamatan Kronjo, Kemiri, Mauk, Sukadiri, Paku Haji, dan Teluk Naga, kerugian setiap desa ditaksir mencapai Rp 95 miliar per tahun.
Banyaknya pengerukan pasir pantai yang dilakukan oleh masyarakat setempat dan adanya pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), oleh Pemerintah yang dilakukan dibibir pantai menjadi faktor rusaknya hutan mangrove. Program rehabilitasi hutan mangrove telah dilakukan salah satunya dengan menanam tanaman bakau yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan aktivis lingkungan hidup untuk mengatasi kerusakan pantai, tanaman bakau merupakan salah satu jenis dari hutan mangrove.
(4)
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan, masalah yang teridentifikasi diantaranya:
- Abrasi yang terjadi karena semakin berkurangnya hutan mangrove sebagai pelindung pantai yang disalahgunakan oleh masyarakat. - Kawasan pesisir pantai utara kabupaten Tangerang telah beralih
fungsi, kawasan hutan mangrove dijadikan lahan baru untuk tambak ikan dan pembuatan warung – warung menggunakan pohon – pohon dari hutan mangrove.
- Adanya pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang dilakukan dibibir pantai turut menjadi faktor rusaknya hutan mangrove.
1.3. Fokus Masalah
Dari sekian banyaknya masalah yang timbul, maka permasalahannya difokuskan pada bagaimana penggunaan hutan mangrove secara bijak dan menginformasikan fungsi dan manfaat hutan mangrove kepada masyarakat pesisir pantai utara kabupaten Tangerang.
(5)
1.4. Tujuan Perancangan
- Untuk menginformasikan manfaat hutan mangrove kepada masyarakat pesisir pantai utara kabupaten Tangerang.
- Membangun rasa peduli masyarakat terhadap hutan mangrove. - Untuk memberitahukan dampak dari kerusakan hutan mangrove
bagi pesisir pantai, menginformasikan fungsi dan manfaat hutan mangrove bagi pesisir pantai.
(6)
BAB II
PERANCANGAN KAMPANYE PELESTARIAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI UTARA KABUPATEN TANGERANG
2.1. Pelestarian
Pelestarian merupakan upaya untuk melindungi lingkungan dari kerusakan, misalnya pemanasan global dan perusakan sumber daya alam. Pelestarian berkaitan erat dengan lingkungan hidup, lingkungan hidup adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi. Hutan mangrove termasuk kedalam unsur biotik, hutan mangrove layak di lestarikan karena hutan mangrove memiliki ciri kehidupan dan berfungsi sebagai penyeimbang kehidupan bagi pesisir pantai.
Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1982, lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, lingkungan hidup tersusun dari berbagai unsur yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu unsur biotik, abiotik, dan sosial budaya.
- Unsur Biotik
Unsur biotik adalah unsur-unsur makhluk hidup atau benda yang dapat menunjukkan ciri-ciri kehidupan, seperti bernapas,
(7)
memerlukan makanan, tumbuh, dan berkembang biak. Unsur biotik terdiri atas manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Secara umum, unsur biotik meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. - Unsur Abiotik
Unsur abiotik adalah unsur-unsur alam berupa benda mati yang dapat mendukung kehidupan makhluk hidup. Termasuk unsur abiotik adalah tanah, air, cuaca, angin, sinar matahari, dan berbagai bentuk bentang lahan.
- Sosial Budaya
Unsur sosial budaya merupakan bentuk penggabungan antara cipta, rasa, dan karsa manusia yang disesuaikan atau dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alam setempat.
2.2. Hutan Mangrove
Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan mangrove (seperti dikutip Arifin 2003) adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga yaitu :Api – api (Avicenniea sp), Pedada (Sonneratia), Bakau (Rhyzophora sp), Lacang (Bruguiera sp), nyirih (Xylocarpus),
(8)
(Lummitzera), (Laguncularia), (Aegiceras), (Aegiatilis), (Snaeda), (Ceriops), dan (Conocarpus) (Bengen, 2000).
Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau. Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah ‘mangrove’ digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora sp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.
Dalam bahasa Indonesia hutan mangrove disebut juga hutan pasang surut, hutan payau, rawa-rawa payau atau hutan bakau. Istilah yang sering digunakan adalah hutan mangrove, hutan bakau, atau hutan payau namun untuk menghindari kesalahan literasi dianjurkan penggunaan istilah mangrove karena bakau adalah nama lokal untuk anggota genus Rhizophora sp, sementara hutan mangrove disusun oleh banyak genus dan spesies tumbuhan lainnya.
Penyebutan hutan mangrove dengan hutan bakau sebaiknya dihindari. Sedangkan ekosistem mangrove yaitu suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak
(9)
yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Arifin, 2003).
2.2.1 Jenis Hutan mangrove
Adapun jenis mangrove berdasarkan penggenangan air laut adalah sebagai berikut :
a. Overwash mangrove forest
Mangrove merah merupakan jenis yang dominan di pesisir pantai yang sering dibanjiri dan dibilas oleh air laut, menghasilkan ekspor bahan organik dengan tingkat yang tinggi. Tinggi pohon maksimum adalah sekitar 7 meter.
Gambar 2.1 Overwash mangrove Forest Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2345462694/in/
photostream.jpg (12/04/2011)
b. Fringe mangrove forest
Mangrove fringe ini ditemukan sepanjang terusan air, digambarkan sepanjang garis pantai yang tingginya lebih dari rata-rata pasang naik. Ketinggian mangrove maksimum adalah sekitar 10 meter.
(10)
Gambar 2.2 Fringe mangrove Forest
Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2344590285/in/photostream.jpg
(12/04/2011)
c. Riverine mangrove forest
Kelompok ini adalah hutan yang tinggi letaknya di sepanjang daerah pasang surut sungai dan teluk, merupakan daerah pembilasan reguler. Ketiga jenis bakau, yaitu putih (Laguncularia racemosa), hitam (Avicennia germinans) dan mangrove merah (Rhizophora mangle) adalah terdapat di dalamnya. Tingginya rata- rata dapat mencapai 18-20 meter.
Pohon bakau memiliki karakter yang khas dan memiliki ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah dan masih berakar ketika masih di pohon.
(11)
Gambar 2.3 Riverine mangrove Forest
Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2345462696/in/photostream.jpg
(12/04/2011)
d. Basin mangrove forest
Kelompok ini biasanya adalah jenis yang kerdil terletak di bagian dalam rawa karena tekanan tanah yang menyebabkan terbentuknya cekungan atau terusan ke arah pantai. Bakau merah terdapat dimana ada pasang surut yang membilas tetapi ke arah yang lebih dekat pulau, mangrove putih dan hitam lebih mendominasi. Pohon dapat mencapai tinggi 15 meter.
Gambar 2.4 Basin mangrove Forest
Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2344503527/in/photostream.jpg
(12)
e. Hammock forest
Biasanya serupa dengan tipe Basin mangrove forest
tetapi mereka ditemukan pada lokasi sedikit lebih tinggi dari area yang melingkupi. Semua jenis ada tetapi tingginya jarang lebih dari 5 meter.
Gambar 2.5 Hammock mangrove Forest
Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2344621031/in/photostream.jpg
(12/04/2011)
f. Scrub or dwarf forest
Jenis komunitas Scrub or dwarf forest secara khas, ditemukan di pinggiran yang rendah. Jenis ini jarang melebihi 1.5 meter (4.9kaki), tergolong kedalam jenis mangrove kerdil.
Gambar 2.6 Scrub mangrove Forest
Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2345462706/in/photostream.jpg (12/04/2011)
(13)
2.2.2 Fungsi Hutan Mangrove
Fungsi fisik hutan mangrove sebagai penahan abrasi pantai, penahan angin, dan intrusi air laut, perangkap/penahan sedimen. Fungsi biologi hutan mangrove sebagai habitat satwa liar (burung, reptilia, amphibi, udang dan ikan).
2.3. Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Jakarta dan Kota Tangerang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor. Sedangkan di bagian barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang.
Jarak antara Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik Indonesia, Jakarta, sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam.Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Dari 200 Juta lebih penduduk Indonesia, mayoritas terkonsentrasi di kedua pulau tersebut (Pulau Jawa 120 juta jiwa dan Sumatera 40 juta jiwa).
Kabupaten Tangerang memiliki tempat pariwisata bahari yaitu pulau cangkir, tanjung kait dan pantai dadap namun keadaan
(14)
sekarang sangat memprihatinkan hampir tidak terlihat lagi adanya hutan mangrove. (Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang, 2008).
Gambar 2.7 kondisi pesisir pantai utara kabupaten Tangerang Sumber : Dokumen Pribadi
2.4. Kampanye
Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga. Penyelenggara kampanye umumnya bukan individu melainkan lembaga atau organisasi dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai “Serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” (Venus, 2004:7).
Setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung empat hal, yaitu tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran
(15)
yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir.
Kampanye memiliki karakteristik, yaitu sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.
Selain itu pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, bahkan gagasan-gagasan pokok yang melatarbelakangi diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi, yaitu mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata. Dalam ungkapan Perloff (1993) dikatakan “Campaigns generally exemplify persuasion in action” (Venus, 2004:7).
Dengan demikian setiap tindakan kampanye pada prinsipnya adalah tindakan persuasi. Persuasi adalah proses transaksional diantara dua orang atau lebih dimana terjadi upaya merekonstruksi realitas melalui pertukaran makna simbolis yang kemudian menghasilkan peubahan kepercayaan, sikap atau perilaku secara sukarela (Venus, 2004:7).
(16)
2.4.1 Jenis Kampanye
Kampanye berkaitan dengan aktivitas berkomunikasi suatu kepentingan demi tercapainya tujuan. Dalam berbagai kegiatan tersebut terdapat beberapa jenis program kampanye yang bertitik tolak untuk memotivasi dan membujuk sehingga tujuan kampanye dapat tercapai. Menurut Charles U.Larson (1992) dalam Venus (2004:7) jenis kampanye terbagi menjadi:
- Product – Oriented Campaigns
Kegiatan kampanye yang berorientasi pada produk. Biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial kampanyepromosi pemasaran atau peluncuran produk baru.
Gambar 2.8 Promo Produk Suzuki
Sumber :
(17)
- Candidate – Oriented Campaigns
Kegiatan kampanye yang berorientasi pada pencalonan (kandidat) untuk kepentingan kampanye politik.
Gambar 2.9 kampanye partai Demokrat Sumber :
http://abisyakir.files.wordpress.com/2010/06/sby-kampanye.jpg (29/04/2011)
- Ideological or Cause – Oriented Campaigns
Jenis kampanye ini berorientasi pada masalah sosial, sering disebut juga kampanye sosial. Informasi yang diberikan tidak dikenakan biaya, dibuat untuk menyampaikan informasi, aktivitas maupun program yang telah dibuat oleh pemerintah maupun organisasi non-profit.
(18)
Gambar 2.10 kampanye lingkungan
Sumber : http://tarakadesign.com/rspibaru/media/k2/items/
cache/9ecd376e5371efaef9aad9bc9143aed8_XL.jpg
(29/04/2011)
Kampanye pelestarian hutan mangrove ini termasuk kedalam kampanye sosial.
2.5. Target Audience 2.5.1 Demografis
- Jenis kelamin : pria dan wanita
- Umur : 20 – 40 tahun, karena pada usia
20 – 40 tahun adalah suatu periode yang dalam usia manusia boleh disebut sangat dinamis dan produktif (Dariyo, 2008:7) dan mempunyai peranan penting sebagai masyarakat aktif dalam kegiatan di wilayahnya.
- Pekerjaan : nelayan, pengusaha tambak. - Status Ekonomi Sosial : menengah ke bawah
(19)
2.5.2 Geografis
Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai utara Kabupaten Tangerang.
2.5.3 Psikografis
•
mangrove.
• Sebagian m
Masyarakat yang tidak mengetahui informasi tentang hutan
asyarakat masih menganggap hutan mangrove sebagai tumbuhan yang tidak mempunyai fungsi.
2.6. An
bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini asi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang k
ri organisasi atau program pada saat ini.
ng merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.
• Masyarakat memiliki kesadaran yang rendah untuk melestarikan hutan mangrove.
alisa SWOT
Analisa SWOT adalah sebuah
menempatkan situ
emudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing (Rangkuti, 2002).
Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :
1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan da
(20)
3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang
Strategi Analisa SWOT dapat dikembangkan dengan skema tabel sebagai berikut :
berkembang bagi organisasi dimasa depan.
4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.
Eksternal faktor
Internal Faktor
Opportunities (Peluang) Therats (Ancaman)
- Kondisi lahan yang - Pola fikir masyarakat masih memungkinkan yang masih untuk diadakannya
kampanye pelestarian menganggap hutan mangrove tidak hutan mangrove penting
- Masih ada jeda waktu - Pemerintah pusat dan sebelum masyarakat LSM telah melakukan beraktifitas untuk penyuluhan dan melakukan kampanye menanam kembali - Tempat berkumpul namun masyarakat
masyarakat masih cenderung masih tidak mem
terjangkau sosialisasi perdulikan
Strengths (Kekuatan) - Sebagian
masyarakat mengetahui kondisi hutan mangrove - Masih ada
masyarakat yang peduli dengan keadaan pantainya mangrove a at - Memberikan informasi
tentang hutan mangrove kepada masyarakat dapat mencegah rusaknya hutan mangrove - Mengajak untuk
menanam kembali pohon – pohon hutan
- Karena masih ad masyarakat yang masih peduli dengan keadaan pantai diharapakan bisa mengajak masyarak yang lain yang masih kurang peduli
(21)
Weaknesses (Kelemahan) - Kurangnya informasi tentang hutan mangrove - Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan mangrove
- Pola fikir masyarakat dapat diubah melalui media – media kampanye karena kondisi lahan yang masih mungkin untuk diadakannya kampanye pelestarian
- Pola fikir masyarakat yang masih menganggap kurang pentingnya hutan mangrove dapat disadarkan dengan media informasi dalam kampanye pelestarian hutan mangrove ini
Tabel 2.1 Analisa SWOT
2.7. Pembahasan dan Analisa SWOT Hutan Mangrove di pesisir pantai utara kabupaten Tangerang
Dalam melengkapi data dan informasi terkait masalah di daerah pesisir pantai utara kabupaten Tangerang, peneliti menggunakan metode analisia SWOT, dan mendapatkan hasil sebagai berikut yaitu: Memberikan informasi tentang keadaan hutan mangrove yang berada di pesisir pantai utara kabupaten Tangerang yang rusak dan memberikan informasi tentang fungsi dan manfaat hutan mangrove dapat menyadarkan masyarakat.
Setelah melakukan penyebaran kuesioner pada tanggal 04 – april 2011, yang telah dilakukan terhadap responden, maka didapatkan hasil bahwa seluruh responden pada umumnya hanya sedikit, yang mengetahui tentang Hutan Mangrove tapi tidak mengetahui secara mendalam tentang fungsi dan manfaat hutan mangrove.
Berdasarkan data yang diperoleh dari 50 responden, yaitu masyarakat yang tinggal di daerah Kronjo, maka diperoleh hasil untuk
(22)
kategori pertanyaan pengetahuan tentang hutan mangrove adalah sebagai berikut :
1. 80% masyarakat mengetahui tentang apa itu hutan mangrove. 2. 35% masyarakat mengetahui fungsi hutan mangrove.
3. 20% masyarakat mengetahui dampak dari rusaknya hutan mangrove.
4. 10% masyarakat mengetahui cara melestarikan hutan mangrove.
5. 50% masyarakat mengetahui adanya penyuluhan atau informasi tentang hutan mangrove.
Berikut adalah Analisis SWOT mengenai pentingnya Hutan Mangrove bagi Pesisir Pantai berdasarkan data penelitian yang sudah didapat :
1. Strength (kekuatan)
Dari 50 orang responden, hampir semuanya mengetahui kondisi tentang hutan mangrove.
2. Weakness (kelemahan)
‐ Hampir 50% dari responden tidak terlalu memahami secara mendalam tentang hutan mangrove.
‐ Responden hanya mengetahui informasi tentang hutan mangrove secara sekilas saja, tidak mengetahui secara mendalam tentang fungsi dari hutan mangrove.
(23)
3. Opportunity (peluang)
‐ Kerusakan hutan mangrove dapat dicegah dengan cara membangun kesadaran pada masyarakat dan memberikan informasi secara berulang tentang fungsi dari hutan mangrove.
‐ Setelah mengetahui dampak dari kerusakan hutan mangrove yang menyebabkan abrasi, Keinginan untuk mengetahui informasi tentang hutan mangrove cukup besar.
‐ Membangun kesadaran masyarakat agar melestarikan hutan mangrove dapat mencegah terjadinya percepatan abrasi.
4. Threat (Ancaman)
Ada hambatan untuk membangun kesadaran masyarakat, karena masih banyak masyarakat yang mempunyai pola fikir kurang maju dan menganggap kurang pentingnya hutan mangrove bagi pesisir pantai.
2.8. Solusi
Pengenalan hutan mangrove dengan media–media kampanye mulai dari manfaat sampai dampak dari kerusakan hutan mangrove merupakan dan memberikan informasi tentang pentingnya fungsi dan manfaat hutan mangrove merupakan solusi dari permasalahan yang ada di masyarakat.
(24)
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1. Strategi Perancangan
Perancangan yang akan dilakukan dan diuraikan dari pemecahan masalah penyalahgunaan hutan mangrove dengan memberikan informasi melalui kampanye pelestarian hutan mangrove di Pesisir Pantai Utara Kabupaten Tangerang.
Membuat media kampanye yang bersifat mengingatkan dan mengajak masyarakat untuk melindungi hutan mangrove dan ikut melestarikan hutan mangrove.
3.1.1. Strategi Komunikasi
Secara umum komunikasi berarti penyampaian pesan atau informasi, pernyataan yang dilakukan oleh seorang (komunikator) kepada orang lain dalam hubungan sosial.
Permasalahan yang ada di kawasan hutan mangrove pesisir, pantai kabupaten Tangerang adalah perlunya sebuah perancangan informasi yang bisa menjelaskan atau memberikan gambaran manfaat hutan mangrove. Seiring dengan semakin meningkatnya kerusakan hutan mangrove di pesisir pantai utara kabupaten Tangerang, maka perlu adanya sebuah solusi untuk mengenalkan fungsi dan manfaat hutan mangrove agar masyarakat turut serta dan peduli dengan keadaan pesisir pantai
(25)
utara Tangerang. perancangan informasi (komunikasi) disusun agar bisa mengenai target sasaran dengan tepat dan jelas, baik materi, cara penyampaiannya, dan tentunya bisa efektif kepada target yang telah direncanakan.
Strategi yang dilakukan yaitu :
- Menginformasikan dan mengingatkan akan kerugian dari kerusakan hutan mangrove.
- Mengajak masyarakat untuk melindungi hutan mangrove.
3.1.2. Pendekatan Visual
Untuk merancang kampanye pelestarian hutan mangrove ini penulis menggunakan pendekatan dengan gaya visual dalam bentuk Ilustrasi surealisme yang menampilkan ilustrasi yang menggambarkan keadaan pesisir pantai dalam keadaan sebenarnya yang sekarang rusak tapi di lebih - lebihkan, dimana ekosistem biota pantai sangat bergantung kepada hutan mangrove. Pendekatan menggunakan ilustrasi diharapkan bisa lebih menarik perhatian karena penggunaan warna – warna dengan menggunakan warna – warna cerah.
Visual I Visual II Visual III
(26)
3.1.3. Pendekatan Verbal
Berdasarkan wilayah target audience yang berada di pesisir pantai, dengan mayoritas penduduknya adalah nelayan, penyampaian pesan dari kampanye pelestarian hutan mangrove ini menggunakan bahasa Indonesia tidak baku. Agar lebih mudah dimengerti.
Tagline
Headline
Menjaga Lebih Baik dari pada Merusak
Gunakan Tanganmu untuk Menjaga Mangrove
3.1.4. Tujuan Komunikasi
Dalam perancangan kampanye sebagai media informasi, tujuan komunikasi sangatlah penting agar media kampanye yang disampaikan dapat tepat ke sasaran yang dituju.
Adapun tujuan perancangan kampanye ini untuk mengatasi permasalahan yang ada di kawasan hutan mangrove pesisir pantai utara kabupaten Tangerang yaitu:
(27)
- Untuk menginformasikan bahwa sangat penting hutan mangrove bagi pesisir pantai utara Tangerang.
- Membangun rasa peduli masyarakat terhadap hutan mangrove.
- Untuk memberitahukan dampak dari kerusakan hutan mangrove bagi pesisir pantai, menginformasikan fungsi dan
anfaat hutan mangrove bagi pesisir pantai.
3.2. Strategi
ax Ernst, Rere Margritte, Juan Miro, Salvador Dali (Sam Haidy, 2008).
ar 3.12 The Persistence of Memory by Salvador dali m
Kreatif
Strategi kreatif yang akan digunakan pada kampanye pelestarian ini menggunakan gaya bahasa yang mudah di terima oleh
target audience dan penggunaan visualisasi dengan gaya ilustrasi surealisme agar lebih menarik perhatian, gaya surealisme adalah Sebuah lukisan realisme atau naturalisme namun merupakan daya khayal dan sesuatu yang kadang tidak mungkin, atau di lebih - lebih kan. Surealisme merupakan gerakan budaya yang bermula pada pertengahan tahun 1920-an, Tokoh - Tokohnya adalah Andre bretton, Giorgio de Chirico, M
(28)
3.3. Strategi
ntai menjadi seimbang, ekosistem terjaga dan pantai terlindun
ang sekarang rusak, sampai pada keadaan pantai setelah dilestarikan.
3.3.1. Forma
limat penjelas sebag
ngnya dibuat berbeda agar lebih bervariasi dan tidak monoton.
Visual
Konsep visual merupakan awal yang penting dalam menciptakan sebuah media informasi yang informatif dan menarik. Dengan memberikan solusi yaitu memberikan informasi tentang tentang fungsi dan manfaat hutan dan mengajak menanam kembali pohon – pohon hutan mangrove dan disandingkan dengan lahan tambak agar keadaan pa
gi.
Dengan memberikan tiga visualisasi yang berbeda dan di distribusikan secara berkala mulai dari keadaan pantai dalam kondisi sebenarnya y
t Desain
Format Desain yang akan diaplikasikan pada kampanye ini berupa ilustrasi dengan gaya surealisme agar bisa di hiperbola atau dilebih–lebihkan, dengan sedikit ka
ai penguat pesan yang akan disampaikan.
Format desain portrait yaitu media utama berupa poster dan format landscape sebagai media penduku
(29)
3.3.2. Tata L
nerima pesan yang kampanye ini.
ogo dan tagline
eadline
ustrasi
3.3.3. Huruf
rang dan memiliki ukuran besar dan di Bold agar terlihat
gunakan adalah : -
etak / Layout
Tata letak atau layout merupakan komposisi yang akan di tampilkan didalam media, pengaturan tata letak yang akan ditampilakan sesuai dengan arah baca sehingga masyarakat
akan cepat me akan disampaikan dalam
L
H
Il
Huruf yang digunakan adalah huruf yang mempunyai tingkat keterbacaan tinggi dikarenakan target audience adalah nelayan yang tinggal didaerah pesisir pantai utara kabupaten Tange
jelas.
Jenis font yang di Myriad Pro
Huruf myriad pro digunakan untuk tagline disamping memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, huruf ini juga
(30)
memiliki fleksibilitas yang cukup bagus disandingkan d
The quick brown fox jumps
over the lazy dog., %-“
1234567890
-
nakan untuk headline disamping emiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, huruf ini digunakan
The quick brown fox jumps
over the lazy dog., %-“
1234567890
engan logo.Britannic Bold
Huruf Britannic Bold digu m
(31)
3.3.4. Ilustra
an untuk memicu rasa ketertarikan dari target
tidak ada
anam mangrove dan menuai hasil dari menanam
dan akar hutan mangrove ang mengelilingi ekosistem pantai.
3.3.5. Warna
yang digunakan dalam perancangan kampanye ini adalah :
si
Ilustrasi yang digunakan dalam kampanye ini adalah menggunakan gaya surealisme, penggunaan gaya ini dimaksudk
audience.
Ada tiga visualisasi yang berbeda untuk ilustrasinya :
- Visualisasi yang pertama menggambarkan keadaan pantai yang sebenarnya yang sedang rusak karena
pelindung untuk untuk pantai yaitu hutan mangrove.
- Visualisasi yang kedua menggambarkan kondisi pantai yang rusak dan tambahan visualisasi tangan untuk menguatkan ajakan men
mangrove.
- Visualisasi yang ketiga menggambarkan keadaan pantai dan hutan mangrove setelah dilestarikan
y
Warna bisa memicu respon atau ketertarikan bagi yang melihatnya, warna juga dapat dapat membangkitan rasa bosan atau pun rasa semangat bagi yang melihatnya. Adapun warna – warna
(32)
-
i warna daun pohon – pohon hutan
-
pantai saat ini yang n.
-
mangrove membutuhkan sentuhan
-
ntai dan hutan mangrove setelah ilestarikan.
Logo
Warna logo menggunakan warna hijau yang diambil dar
mangrove.
Visualisasi pertama
Menggunakan warna kusam, Karena mau menunjukan keadaan
mengalami kerusaka Visualisasi kedua
Untuk visualisasi yang kedua menggunakan warna yang sama dengan waran pada visualisasi yang pertama yaitu kusam tapi ditambahkan dengan warna cerah agar target audience tahu kalau hutan
dari mereka. Visualisasi ketiga
Visualisasi yang ketiga menggunakan warna – warna yang cerah disini mau menunjukan keadaan pa
(33)
- Logo
Tabel 3.2 Warna Logo
- Visualisasi pertama
abel 3.3 Warna Visualisasi Pertama
- Visualisai kedua
abel 3.4 Warna Visualisasi Kedua T
(34)
- Visualisasi ketiga
Tabel 3.5 Warna Visualisasi Ketiga
3.4. ategi
gai penguat kampanye. Adapun media pendukung yang lainnya yaitu:
Str Media
Media kampanye merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan kepada target audience. Dalam kampanye ini pesan disampaikan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah Pesisir pantai utara Kabupaten Tangerang sebagai target audience, media utama yang digunakan yaitu berupa media poster yaitu berisi gambar ilustrasi agar lebih menarik perhatian. Media ini dipilih karena lebih efektif dan langsung dilihat oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai utara kabupaten Tangerang, disamping penggunaan media pendukung lainnya seba
(35)
- lih
tkan di pusat kota yang berada sebelum kawasan hutan mangrove.
- Span
n ini mengalami kerusakan hutan mangrove yang paling parah.
-
n target audience jika di tempatkan pada tempat yang
ditempatkan di counter hp, warnet - warnet dan warung – warung.
Ba o
Baliho adalah media informasi yang dipasang di tempat terbuka, di tempat-tempat strategis seperti jalan raya, umunya baliho menggunakan rangka dari bambu, Media ini akan di tempa
duk
Spanduk adalah media informasi yang berupa kain berukuran panjang, dipasang di tepi-tepi jalan dengan cara dibentangkan. Teknik pembuatanya dapat dikerjakan dengan tangan secara langsung (menggunakan cat), teknik sablon (screen printing) dan offset (cetak mesin). Media ini ditempatkan di jalur menuju kawasan hutan mangrove seperti area menuju ke tempat pariwisata dimana kawasa
X Banner
X banner adalah media yang dapat memberikan informasi cukup panjang yang sifatnya persuasif, yang mampu menarik perhatia
sesuai
(36)
- lan
bawah, media ini iharapkan bisa efektif di baca oleh masyarakat.
-
terhadap air dan sinar matahari, biasanya di pasang
tan kota, media ditempatkan di kaca belakang ngkutan kota.
- os
lipatan tertentu hingga membentuk sejumlah
an memuat informasi tentang ngsi dan manfaat Hutan Mangrove.
- le
dipergunakan di atas meja. Merupakan media pengingat yang dilihat
Ik Koran
Media cetak atau surat kabar merupakan media yang target marketnya adalah masyarakat menengah ke
d
Car Branding
Adalah stiker yang dapat diaplikasikan di luar ruang, dan sticker tersebut tahan
di kaca mobil.
Ada dua jalur utama untuk mobilitas masyarakat pesisir pantai utara kabupaten Tangerang menuju ke arah kota Tangerang dan ada dua angku
a
Br ur
Brosur atau pamflet umumnya dicetak pada kedua sisi dan dilipat dengan pola
panel yang terpisah.
Brosur atau pamflet ini nanti ak fu
Ka nder Duduk
(37)
setiap hari, Pemilihan kalender ini dimaksudkan agar masyarakat ketika melihat hari mereka melihat juga pesan kampanye ini.
- Jam Dinding
Jam dinding adalah jam yang difungsikan secara letak, atau biasanya dipergunakan di dinding. Jam merupakan media pengingat yang dilihat setiap waktu, Pemilihan jam dinding ini dimaksudkan agar masyarakat ketika melihat waktu mereka melihat juga pesan kampanye ini.
- Kaos
r
n
kaos yang bertulisakan tagline akan diberikan kepada target audience. T-shirt juga dapat di pakai untuk keseharian dan dapat dilihat oleh orang lain.
- Stike
Stiker adalah sebuah media yang praktis bisa ditempatkan dimana saja dan efektif untuk menyampaikan pesan kampanye karena bisa ditempatkan sesuai keinginan target audience.
- Topi nelaya
Media ini dapat digunakan nelayan untuk melaut agar tidak kepanasan sekaligus juga sebagai media pengingat kampanye.
(38)
- Pos jaga/tiket
Media ini akan tempatkan di pinggir area sungai dan area pos masuk ke tempat pariwisata bahari yang saat ini hutan mangrovenya rusak, yang bisa digunakan untuk beristirahatnya nelayan dan menjadi pos pengambilan tiket ke tempat pariwisata bahari.
3.5. Strategi Distribusi
Strategi distribusi digunakan agar dapat tepat sasaran dan terjangkau oleh target. Setelah perancangan kampanye selesai maka selanjutnya, hal yang akan dilakukan yaitu pendistribusian media - media kampanye, pendistribusian dilakukan selama 5 Bulan, tahap I dilakukan di Bulan pertama, tahap II dilakukan selama 3 Bulan karena waktu 3 bulan adalah waktu pembibitan sampai bisa di tempatkan di
polybag atau penempatan mangrove di kantong plastik yang siap ditempakan di lokasi penanaman, tahap III dilakukan di bulan terakhir yaitu bulan ke 5, bulan kelima ini merupakan proses pembiaran tunas – tunas dilokasi penanaman yang membutuhkan perhatian dari masyarakat agar proses pembibitan ini dapat berlangsung dan terhindar dari gangguan binatang–binatang lain yang menghambat proses perkembangan tunas dari pohon–pohon mangrove.
(39)
(40)
BAB IV
MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
4.1 Pra Produksi
Sebelum memasuki tahap produksi, tahan yang harus dilakukan dalam pembuatan media kampanye yaitu meliputi :
- Sketsa
Pembuatan sketsa mulai dari bentuk ilustrasi yang akan dirancang, seperti tampilan visual pada media kampanye.
(41)
- Pengolahan Gambar
Pengolahan gambar meliputi pengolahan teknis gambar ilustrasi lalu di digitalisasi meliputi pewarnaan dan pendetailan. Kemudian pengolahan gambar secara keseluruhan meliputi penempatan visual, headline, dan tagline.
(42)
- Finishing
Setelah proses digitalisasi selesai kemudian mulai pada proses cetak.
Visual I
Gambar 4.15 Visual I
Visual II
(43)
Visual III
Gambar 4.17 Visual III
4.2 Teknis Cetak
Teknis media dibuat berdasarkan pengelompokan tahapan perancangan media kampanye sebagai berikut :
1. Poster ( media utama )
Format / bentuk : Portrait
Ukuran : 59.4 x 42 cm
Teknik produksi : Cetak Offset Material : Art paper 180 gsm
Poster merupakan media lini atas yang juga termasuk media luar ruang, poster dapat ditempatkan atau dipasang di
(44)
tempat-tempat umum dan informasi yang akan disampaikan dapat cepat tersampaikan kepada target audience, penggunaan poster sebagai media utama dalam kampanye ini karena:
- Visualisasi menarik
- Tingkat keterbacaan tinggi
- Mempunyai jangkauan dan penempatan luas
- Berfungsi sebagai media informasi dan media pengingat - Fungsi Poster I
Fungsi poster I adalah untuk memberikan informasi pantai setelah hutan mangrove mengalami kerusakan dan dampak kerusakan hutan mangrove.
- Fungsi Poster II
Fungsi poster II adalah untuk memberikan informasi tentang ajakan untuk menanam kembali hutan mangrove, akan ada hasil yang akan kita dapatkan dari hutan mangrove setelah dilestarikan. Disini penulis menggunakan ilustrasi dengan surealisme dipadukan dengan penggabungan headline dan
tagline untuk mempertegas ilustrasi. - Fungsi Poster III
Fungsi poster III adalah untuk memberikan informasi mengenai hutan mangrove setelah dilestarikan.
(45)
(46)
2. Baliho ( media pendukung )
Format / bentuk : Portrait
Ukuran : 3 x 4m
Teknik produksi : Printing
Material : FL Matte 340 gsm
Media ini ditempatkan di pusat kota sebelum kawasan hutan mangrove dan diditribusikan pada tahap I kampanye.
(47)
3. Spanduk ( media pendukung )
Format / bentuk : persegi panjang
Ukuran : 1 x 4m
Teknik produksi : Printing
Material : FL Matte 340 gsm
Media ini di tempatkan di jalur masuk ke kawasan wisata yang hutan mangrovenya mengalami kerusakan yaitu di kawasan pintu masuk ke pulau Cangkir.
(48)
4. X Banner ( media pendukung )
Ukuran : 60 x 160cm
Teknik produksi : Digital Printing Material : Synthetic
Media ini di tempatkan didepan warung agar setiap orang yang mau belanja di warung itu bisa melihat pesan kampanye ini.
(49)
5. Car Branding ( media pendukung )
Format / bentuk : persegi
Ukuran : 1 x 1.5m
Teknik produksi : Printing
Bahan : One way / sticker bolong – bolong
Ada dua jalur utama untuk mobilitas masyarakat pesisir pantai utara kabupaten Tangerang menuju ke arah kota Tangerang dan ada dua angkutan kota, media ditempatkan di kaca belakang angkutan kota.
(50)
6. Iklan Koran kom )
Format / bentuk : persegi
rodu i et
Media cetak atau surat kabar merupakan media yang target i
Gambar 4.23 Iklan Koran pas ( media pendukung
Ukuran : 9 x 12cm
Teknik p ks : Cetak Offs
marketnya adalah masyarakat menengah kebawah, media in diharapkan bisa efektif dibaca oleh masyarakat.
(51)
7. Brosur ( media pendukung )
Format / bentuk : Persegi panjang
Ukuran : 29.7 x 21 cm
Teknik produksi : Cetak Offset Bahan : art paper 150 gsm
Media brosur akan dibagikan langsung ke target audience
sebagai media informasi yang berisikan tentanng fungsi dan manfaat hutan mangrove serta ajakan untuk melestarikan hutan mangrove.
(52)
8. Kaos ( media pendukung )
Format / bentuk : kaos
Ukuran : M
Teknik produksi : Sablon
Kaos yang bertulisakan tagline akan diberikan kepada target audience. Kaos juga dapat di pakai untuk keseharian dan dapat dilihat oleh orang lain.
(53)
9. Jam Dinding ( media pendukung )
Ukuran : Diameter 26.5 cm Teknis pembuatan : Printing
Jam dinding adalah jam yang difungsikan secara letak, atau biasanya dipergunakan di dinding. Pemilihan jam dinding ini di maksudkan agar masyarakat ketika melihat waktu mereka melihat juga pesan kampanye ini.
Teknis untuk jam dinding ini menggunakan stiker, penempelan stiker di tengah jam dinding.
(54)
10. Stiker ( media pendukung )
Teknis pembuatan menggunakan cutting sticker.
Stiker adalah sebuah media yang praktis bisa ditempatkan dimana saja dan efektif untuk menyampaikan pesan kampanye karena bisa ditempatkan sesuai keinginan target audience.
(55)
11. Pos Jaga ( media pendukung )
Ukuran : 4 x 6 meter
Teknis pembuatan : di bata, cat mural
Media ini akan tempatkan di pinggir area sungai dan area pos masuk ke tempat pariwisata, yang bisa digunakan untuk beristirahatnya nelayan dan menjadi pos pengambilan tiket ke tempat pariwisata.
(56)
12. Topi ( media pendukung )
Ukuran : Ukuran topi M / 7-7 1/8" Teknis pembuatan : Brodir
Media ini dapat digunakan nelayan untuk melaut agar tidak kepanasan sekaligus juga sebagai media pengingat kampanye.
(57)
13. Kalender Duduk
Ukuran : 20 x 25 centimeter Teknis pembuatan : Printing
Bahan : Art Paper 250 gsm
Kalender yang difungsikan secara letak, atau biasanya dipergunakan di atas meja. Merupakan media pengingat yang dilihat setiap hari, pemilihan kalender ini dimaksudkan agar masyarakat ketika melihat hari mereka melihat juga pesan kampanye ini.
(58)
‐ Arief, Arifin. (2003). Hutan Mangrove. Yogyakarta: Kanisius.
‐ Dariyo, Agoes. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda.
Jakarta:Grasindo.
‐ Haidy, Sam. (2008). Surealisme. Diakses pada 20 Januari 2011 dari
http://malaikatcacat.wordpress.com/2008/02/18/surealisme/
‐ Lubis, Hary. (2008). Pedoman Penulisan dan Penyusunan (Edisi ke 4). Risalah Akademik. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
‐ Mulyanto, H.R. 2010. Prinsip Rekayasa Pengendalian Muara dan Pantai. Semarang: Graha Ilmu.
‐ Numberi, Freddy. 2009. Perubahan Iklim. Jakarta: Fortuna Prima
Makmur.
‐ Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. (2008). Sekilas Tangerang.
Diakses pada 14 Januari 2011 dari
http://www.tangerangkab.go.id/?pilih=hal&id=2
‐ Purnomo, Dony. (2010). Definisi Mangrove dan Hutan Mangrove. Diakses pada 2 Januari 2011 dari
http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/31/definisi‐mangrove‐dan‐hutan‐ mangrove/
‐ Rangkuti, Fredy. (2002). Analisa Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
‐ Rustan, Surianto. (2009). Layout dasar dan Penerapannya.
Jakarta:Kompas Gramedia.
‐ Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta:Kompas Gramedia.
(59)
‐ Sihombing, Danton. (2008). Tipografi. Jakarta:Gramedia.
‐ Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
‐ Yudhi, M. (2008). Makalah tentang Abrasi. Diakses pada 25 Desember 2010 dari
http://yudhim.blogspot.com/2008/11/contoh‐makalah‐tentang‐ abrasi.html
(60)
NAMA Wijoko
ALAMAT Kp. Pasilian, Desa. Kronjo, Kab. Tangerang
E-MAIL [email protected]
TEMPAT, TGL LAHIR Indramayu, 02 April 1988
STATUS Belum Menikah
PENDIDIKAN
1995 - 2000 SD Negri Kronjo 03, Tangerang
2000 - 2004 SMP Negri Kronjo 01 Kronjo, Tangerang 2004 - 2007 SMA Mandiri Balaraja, Tangerang
PENGALAMAN KERJA
-
PENGALAMAN MAGANG
2010 Harian Pagi Bandung Ekspres
KEMAMPUAN SPESIFIK Photography
Audio Visual
Basic Photography Basic Videography
Software Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Corel Draw, Adobe Premier,
(61)
• Exhibition Typography 1 In Design.
• Photo Contest ”Pijar Pijar Art Fair”, Lisma Unpas Bandung.
• Photo Contest ”Kemilau Nusantara”, For Bandung 200 year.
• Photo Contest ”Pos Indonesia Photo Contest”, Pos Indonesia.
• Seminar “1001 Inspiration Design Festival” Creative Seminar & Demo Workshop at UNIKOM, Bandung.
Hormat saya,
(1)
12. Topi ( media pendukung )
Ukuran : Ukuran topi M / 7-7 1/8" Teknis pembuatan : Brodir
Media ini dapat digunakan nelayan untuk melaut agar tidak kepanasan sekaligus juga sebagai media pengingat kampanye.
(2)
13. Kalender Duduk
Ukuran : 20 x 25 centimeter Teknis pembuatan : Printing
Bahan : Art Paper 250 gsm
Kalender yang difungsikan secara letak, atau biasanya dipergunakan di atas meja. Merupakan media pengingat yang dilihat setiap hari, pemilihan kalender ini dimaksudkan agar masyarakat ketika melihat hari mereka melihat juga pesan kampanye ini.
(3)
Daftar
Pustaka
‐ Arief, Arifin. (2003). Hutan Mangrove. Yogyakarta: Kanisius.
‐ Dariyo, Agoes. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda.
Jakarta:Grasindo.
‐ Haidy, Sam. (2008). Surealisme. Diakses pada 20 Januari 2011 dari http://malaikatcacat.wordpress.com/2008/02/18/surealisme/
‐ Lubis, Hary. (2008). Pedoman Penulisan dan Penyusunan (Edisi ke 4).
Risalah Akademik. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
‐ Mulyanto, H.R. 2010. Prinsip Rekayasa Pengendalian Muara dan Pantai.
Semarang: Graha Ilmu.
‐ Numberi, Freddy. 2009. Perubahan Iklim. Jakarta: Fortuna Prima
Makmur.
‐ Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. (2008). Sekilas Tangerang.
Diakses pada 14 Januari 2011 dari
http://www.tangerangkab.go.id/?pilih=hal&id=2
‐ Purnomo, Dony. (2010). Definisi Mangrove dan Hutan Mangrove. Diakses
pada 2 Januari 2011 dari
http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/31/definisi‐mangrove‐dan‐hutan‐
mangrove/
‐ Rangkuti, Fredy. (2002). Analisa Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
‐ Rustan, Surianto. (2009). Layout dasar dan Penerapannya.
Jakarta:Kompas Gramedia.
‐ Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta:Kompas Gramedia.
(4)
‐ Safanayong, Yongky. (2006). Desain Komunikasi Visual Terpadu.
Jakarta:Arte Intermedia.
‐ Sihombing, Danton. (2008). Tipografi. Jakarta:Gramedia.
‐ Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
‐ Yudhi, M. (2008). Makalah tentang Abrasi. Diakses pada 25 Desember 2010 dari
http://yudhim.blogspot.com/2008/11/contoh‐makalah‐tentang‐
abrasi.html
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA Wijoko
ALAMAT Kp. Pasilian, Desa. Kronjo, Kab. Tangerang
E-MAIL [email protected]
TEMPAT, TGL LAHIR Indramayu, 02 April 1988
STATUS Belum Menikah
PENDIDIKAN
1995 - 2000 SD Negri Kronjo 03, Tangerang
2000 - 2004 SMP Negri Kronjo 01 Kronjo, Tangerang
2004 - 2007 SMA Mandiri Balaraja, Tangerang
PENGALAMAN KERJA -
PENGALAMAN MAGANG
2010 Harian Pagi Bandung Ekspres
KEMAMPUAN SPESIFIK Photography
Audio Visual
Basic Photography Basic Videography Software Adobe Photoshop,
Adobe Illustrator, Corel Draw, Adobe Premier,
(6)
PENGALAMAN DAN SEMINAR YANG PERNAH DIIKUTI
• Exhibition Typography 1 In Design.
• Photo Contest ”Pijar Pijar Art Fair”, Lisma Unpas Bandung. • Photo Contest ”Kemilau Nusantara”, For Bandung 200 year. • Photo Contest ”Pos Indonesia Photo Contest”, Pos Indonesia. • Seminar “1001 Inspiration Design Festival” Creative Seminar
& Demo Workshop at UNIKOM, Bandung.
Hormat saya,