Model Pengajaran Budaya Alam Minangkabau Sebagai Sosialisasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah Di SD Dan SLTP - Universitas Negeri Padang Repository

PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA BARAT

LAPORAN PENELITIAN

'

MODEL PENGAJARAN BUDAYA ALAM MINANGKABAU
SEBAGAI
SOSIALISASI ADAT BASANDI SYARAK,
SYARAK BASANDI KITABULLAH DI SD DAN SLTP

RADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
(Balitbang)

1

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI P A M G
PADANG 2003
.

-


--"-.C-"'

-

____.---r4

-.-

. .

.

:,
$ 8

..

18 mir\neer~p~!!---. -


1

..- - -

>

.

"
1

1

..

..

-

)


.

.
.

.

.

..., -I-;-?

....--k)hD~fw-.::.-----"

.

PEMERINTAH PROPJNSI SUMATERA BARAT

LAPORAN PENELITIAN


.

MODEL PENGAJARAN BUDAYA ALAM MINANGKARAU
SEBAGAI SOSIALISASI -4DAT BASANDI SYARAK,
SYARAK BASANDI KITABULLAH DI SD DAN SLTP

OLEH
Dra. Ritawati Mahyuddin, M.Pd
Dra. Mardiah Harun, M.Ed
Dra. Silvinia, M.Ed
Dra. Afrida, M,Pd
Drs. Emizal Amri, M.Pd, M.Si
Drs. Suhatril, M.Pd

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (Balitbang)

Kerjasama dengan
LEMRAGA PENELITIAN LJNJVERSITASNEGERI PADANG
2003


EXEGl/TJVE SZ/MMAR Y
MODEL PENGAJARAN BUDAYA ALAM MTNANGKABAU
SERAGAI SOSIA1,ISASI ADAT BASANDT SYARAK
SYARAK BASANRI KITABU1,IAH Dl S D RAN SI,TP

Gelornbang pengaruh asing yang rnasuk sejalan denyan perkembangan
ilmu dan teknolog, dalam batas-batas tertentu telah mencabut generasi penerus
dari akar budayanya.
penguatan jiwa

Bahkan efek sampingan dari proses modemisasi berupa

materialistik,

komersialisasi

dan

westemisasi


merupakan

tantangan tersendiri d d a m proses tranformasi budaya etniWlokal kepada generasi
penerus.
Hegemoni budaya a s k g yang terbentuk melalui penguasaan media masa
dan media komunikasi itu, juga dirasakan di Minangkabau sebagai sebuah
tantangan berat dalarn proses tranforrnasi budaya setempat kepada generasi
penerus.
Untuk mengatasi ha1 tersebut, undang-undang Republik Indonesia No 2 taliun
1989 tentang Sistim Pendidikan Nasional

(UUSPN). pasal 37 lnenyatakan bahwa

kurikulum

sistem

disusun

untuk


mewujudkan

pendidikan

nasional

dengan

mernperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan
kebutuhan pembangunan nasional. perkembangan ilnlu pengetahuan dan teknologi serta
kesenian seslmi dengin jenis dan jenjang nming-masing satuan pendidikan. Beributnya
pasal 38 menggariskan bahwa pelaksanaan satuan pendidikan didasarkan atas hwriliilum
vang disesuikan dengan kadaan serta kebubhan Lingkugan dill1 satuan ciri h a s s;lruan

pendid ikan yang bersangkutan
K~lrikulumInuatan lokal adalall kurikdum ymlg disusun berdasarkan kebutu1l;u~
d;lerall. Tujuan penpjara~u?\.n adalall 'ag'ar sislva (a) mengend clan menjadi lebih akrab
dengan lingkungan alam. sosial dan budqyanya. (b?menuliki bekal kemamp~mn dan
ketemylilan serta pengetalluan ma~gznai dwrallnya yang bcrgunz baik bagi dirinya

maupun lingkungan nlasy;u;lliat pada Iunumnya. &?n (c)mcrniliki sikap d'an perilaku yang
s e h a s d e n p n i l i - n i l i atan aturm-aturan yang bcrkaku di d?eraIlnya serta melestarikm
d m nlengcmbangkan

nilai-nilai luhar budaya sctcrllpat dalam r'angb

n~enunj~mg

pembangunan nasiord.
Proses

pengajararuiya

did'asarkan

pada

]in&-ungm

alanl.


budaya

dan

keterampilan daerail tentu saja nielalui p e n d i d i h di seliolah yang &awali dengan
pengenal'an. pemahaman. penguasaan. d'm akhirnya pada penerapannya. Penerapan ini
d i h a r a p h menjadi pedornan dalam menenipuh hidup di kemudian hart .
Sumatra B w t sebagai salall satu pmpinsi di Indonesia, memiliki adat istiadat,
tata cara, tata

lama, bahasa clan kesenian tradisiorlal serta keragaman p e h q a a n clan

kehidupn. Semuanya i h perlu dilestarikan. dikembang!ian. serta dipertahankan.
Pewarisan m s i h berlangsung secara twun- temurun sampai saat ilu. Hanya saja
dengan pendidikan resnu di sekolah diharapkan pewarisan &an lebih

baik dan lebih

intensif. Ddam ranp;ka merespons kebijakan tersebut, sejak tahun 1994 b l w i l

Depdikbud Sumatera Barat mengembangkan beberapa nwta pelajaran muatan I o M , salah
satu di anmanya adalail Budaya Alan1 Min;in@au

(selanj~ttma &sin@

dengan

BAM). Bidang stud ini diajarkan sejak kelas t i p Sekolah Qasar (ST)) s a m p i dengan
kelas t i p Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SI-TP). Kebijahn in1 dituangbn dalam
Keputusan Kepala Jbntor Departemen Pendidikan dan Kebudqaan Nomor 0 1 1.08.C.
II

1994 tanggal 1 Fcbn~ari1991 untuk SD. dan SK Kaknridcpdikbud No. 0 12.08.C. 1'194
tanggal I Februari 1994 untuk SLTP.

Waktu yaip dirJokasik'm untuk mata pelajaran

RAM ini adalalm 2 (dua) jam di kelas Ill S D &7n 3 jani ontuk kclas IV. V. d i n VI SD per
min p p . Semcntara ~ v a h ?.an&
i

di d o k a s i b i untuk sislva SLTP. masing-nlasing 2 (dua)
jam per n i n g g ~untuk Lclas I. 11. &in 111. Walalr l u n v 2 jarn scminggu nuta pclajaran

RAM didarkan selanm 7 tahun berluru!- tunlt.
Dari kurilii~lunimuatan lokal RAM tcrdapat 3 lu1 yang I i a m ditransforniasih
kepada anak didik. y d n i ( I ) Pengetahuai trntang d a i - istiadat. budaya tab kehidupan.
tatn pergaulan dan ~ ~ pcnghidupan
t a
erckonomian M i r t ~ n g h b a u .(ranah bpi tit). (2)
Keterampilan &an licm;uiipu;ui m e n g e r j a h tab cara pengludupan tcrutama perindustJim
d,m kerajinan ninangkabau.(rarmli psiko motoris). d m (3) Menyerap tata pcrgaulan. sikap
dan tata cara hidup Minangkabau serta r n e l h d dalani kehirhqan selari 1l;iri (rart?Ii
afcktif). Tujumn pengajarannya agar siswa: (a) mengent11 dan menjadi lebih akrab dengal
IingLulgan alani. sosid dan budayanya. (b) memiliki b e M k e m p u a n d m keterarnpilan
scrta pengetahuan niengenai daenlmya yang bergun,~. baik bagi dirinya m u p u n
linglcungan masyarakat pada ummiya.(c) memiliki s i h p dan p e r i l a h yang selaras
dengan nilai-nilai atau atwan-aturan y'mg berlaku di d,aeralmnya. s e m . melestarikan d m
mengmbangkan

nilai-nilai

luhur

budaya

setempat

dadati

ran*

menunjang

penibanglmn nasional.
Mata pelajaran BAM telah diajarkan di S D dan di SLTP di Sunmtra Barat sejak
tA11rn1994. S a t . ini telah meniasuki tahun kesenibilan. Ranyak h l m g a n berpendapat
balilva hasil pencapaian untuk tigi ha1 tersebut be1111l1 nyata. Terutana u~mtuk aspek
psikoniotoris d m afektif. Aspek kognit.if pun masih diragubn telah dimiliki para a d
didik.
...

111

Pcndapat semacam it11 cukup beralasan. Ranyak anak didik yanp, bersilinp tidali
sejalan M a u ddak dapat diMA-an tertcntangm dengan b&ya

Minanghqbau. Ambil

Para anak didik yang tclah scrnbilm tahun belajar RAM di sekolahnya masill
belum me1;iks;ul;ikan budaya daerahn~adalzn~pcrgaulan selm-i- hnri. Hal ini dinyatah~
oleh banyak peng;?mat.
Rudaya Minangkabau yang didasarkan kepada ajaran Islam yang disebut syarak
tidal Arab dengall minunm keras. J m i p h ~&ab. minunwl keras dilarmg nxxurut
huhum syrak. Regitu juga menurut budaya Minangkabau yang Adatnya Basandi Syarak,

Syarali Basandi Kitabdlah. Kenyataannya banyak siswa SMU dewasa ini yalg terlibat
minumn keras sebagi sal'ah satu contdl gagalnya pelajaran RAM di SD dan SLTP.
Khususnya pada rmmh afekif,
Fenomena demikian mengisyaratkan, bahwa pembinaan sikapl prilaku
anak didik yang menjadi fokus bidang studi BAM belum mencapai sasaran yang
diharapkan. Dengan kata lain, citra ideal budaya Mmangkabau yang berazaskan

"adatbasandi s+yarrrk,syarak basandi Kitrrbullah " masih belum terimplementasi
dalam realitas kehldupan siswa.

METORE
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survey dan
eksperimen. Survey dilakukan untuk mengungkapkan pola-pole pengajaran,
materi, sarana dan prasarana pendukung, serta kualitas guru dalam pengajaran
Budaya Alam Minangkabau (BAM) di SD dan SLTP di Surnatera Barat.
Eksperimen dilakukan untuk mengungkapkan model pengajaran, materi dan
sarana pendukung yang dibutuhkan masyarakat

serta merumuskan

pola

pengajaran, materi, sarana dan prasarana pendukung yang dibutuhkan dalam
pengajaran BAM di SB dan SLTP.

iv

Populasi penelitian survey adalah semua guru yang mengajarkan Budaya
Alam Minangkabau di SD d m SLTP di Sumatera Barat dengan dua kawasan
utama etnik Minangkabau, yaitu Darek dan Rantau. Darek terdiri dari tiga luhak,
yakni Tanah Datar, Agarn, dan Limapuluh Koto. Dalam sistem pemerintahan
modem, ketiga luhak tersebut terbagi ke dalam enam Dati II, yaitu Kabupaten
Tanah Datar & Kcta Padang Panjang, Kabupaten Agam & Kota Bukittinggi, dan
Kabupaten Limapuluh Kota & Kota Payakumbuh.
Rantau terdiri dari beberapa kabupaten d m kota, y i t u Kabupaten
Pasaman, Pesisir Selatan, Solok, dan sawah Lunto Sijunjung; serta kota, yaitu
Padang, Solok, dan Sawahlunto.
Sampel penelitian diambil dengan menggunakan telcnik cluster mndom
snmpling.Berdasarkan pengambilan tersebut sampel penelitian bejumlah 160
orang yang terdiri dari I00 orang guru BAM di S D dan 60 orang guru BAM di
SLTP.
Sedangkan populasi penelitian eksperimen adalah semua siswa kelas lima
S B kota Padang, dan semua siswa kelas tiga SLTP.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer. Data langsung
dikumpulkan dari guru yang mengajar BAM di S D dan SLTP Negeri di Sumatera
Barat yang terpilih menjadi sampel.
Untuk eksperirnen, peneli tian ini juga menggunakan data primer, p i t u berupa ies
hasil belajar clan tes empati siswa yang mengalami proses belajar melalui model belajar

l3er-n

Peran, Group Investigasi. clan Model konvensional (tradisional). baik di tingkat

SB maupun SLTP. Bengan h a lain, sumber data eksperimen dalam penelitian ini
adalah siswa kelas V SB dan siswa kelas I11 SLTP yang terpilih sebagu sampel.

Alat pengumpul data yang digunakan adalah angket, khususnya untuk
survey. Angket tersebut dirnaksudkan untuk mengungkap berbagai pernasalahan
pengajaran BAM yang tejadi di sekolah, baik di S D maupun SLTP. Sernentara
untuk eksperimen dikembangkan alat tes hasil belajar dan tes empati yang
diberikan kepada individu-individu dari tiga kelompok yang mengalami proses
v

belajar mengajar BAM melalui model yang berbeda.
Untuk menganalisis data yang diperoleh melalui survey digunakan teknik
presentase. Teknik Ar,alisis Data eksperimen bertolak dari : (1) untuk meinbuat
skor sesuai dengan asumsi-asumsi normalitas dan homogenitas variansi, dan (2)
menghilangkan interaksi dengan pengaruh model tambahan, maka sebelum data
dianalisis terlebih dahulu dilakukan transformasi linear ke skala 1-1 00.
Kernudian digunakan rumus ANOVA.

HASJL PENELITIAN
Temuan penelitian berkenaan dengan model pengajaran Budaya Alarn
Minangkabau di Sekolah Dasar (SD) d m Sekolah Lanjutan Tingkat Pertarna
(SLTP) Negeri se-Surnatera Barat, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama,
realitas pengajaran, materi, sarana, dan prasarana pengajaran BAM di SD dan
SLTP di Sumatera Barat, temyata belum mendukung upaya penghayatm dan
pengarnalan "adatbasandi sjurak, synrak basnndi Kitabullnh." Meski pun bidang
studi BAM sudah diajarkan lebih dari delapan tahun, namun hingga kini mata
pelajaran tersebut masih belum mendapat perhatian serius dari pihak-pihak yang
berkompeten. Pemerintah (Dinas Pendidikan Sumatera Barat) misalnya, belum
mengalokasikan dana yang memadai bagi peningkatan kualifikasi gum BAM
yang umurnnya tidak berlatar belakang pendidikan sosial dan budaya Selain itu,

rnateri pengajaran yang diacu dalam kurikulum belum berhasil dikembangkan ke
arah yang lebih konstruktif. Akibatnya, materi pengajaran lebih banyak bertumpu
pada salah satu buku paket yang direkomendasikan oleh Diknas setempat.
Sementara sarma dan prasarana belajar untuk menunjang pencapaian tujuan mata
pelajaran ini, belum tersedia di perpustakaan sekolah. Dalam kondisi demikian,
kiranya terlalu riskan untuk mencapai tujuan pengajaran sebagaimana yang telah
digariskan dalam kurikulum.
Kedua, kualitas guru mata pelajaran BAM di SD dan SLTP di Sumatera

Barat, temyata masih rendah. Dikatakan demikian, karena tidak seorang guru pun

yang berlatar belakang pendidikan budaya, apalagi budaya Minangkabau. Di
tingkat SD B.4M diajarkan oleh guru kelas, bukan oleh guru bidang studi.
Dengan kata lain, mereka bukanlah merupakan tenaga profesional untuk
mengajarkan mata pelajaran BAM. Sementara di tingkat SLTP, umumnya mata
pelajaran BAM diajarkan oleh guru-guru yang relatif sedikit jam mengajamya dan
guru-guru yang sudah dihapuskan bidang studinya. Meskipun sebagian besar di
antara mereka memiliki kualifikasi ijazah SI dan D3, namun tidak satu pun di
antara mereka yang memiliki keahlian di bidang budaya (antropologi).
Bahkan pengetahuan guru-guru itu tentang budaya Minangkabau secara akademik
masih sangat terbatas. Persoalan tersebut kian diperburuk, mengingat sebagian
besar di antara mereka beluml tidak pemah mengikuti pelatihan, penataran, dan
seminar yang dapat memperluas wawasan mereka tentang budaya alam
Minangkabau.
Ketign, pola pengajaran, materi, sarana, dan prasarana pendukung
pengajaran BAM. Ketiga aspek esensial ini belum mendapat perhatian serius dari
pihak-pihak yang berkompeten, seperti guru, kepala sekolah, dinas pendidikan,
dan pemerintah setempat. Meskipun hingga kini sebagian besar guru BAM masih
terperangkap pada penerapan model pengajaran konvensional dengan rnetode
ceramah dan ceramah dengan variasi tanya-jawab, sebagian dari mereka
berpendapat diperlukan model dan metode pengajaran altematif dengan
mempertimbangkan tujuan, materi, dan tingkat perkembangan kognitif siswa.
Namun, pengembangan model altematif itu belum terealisasi karena berbagai
keterbatasan, seperti pengetahuan (kealian, bidang studi) guru, kesempatan,
waktu, dan dana yang tersedia. Selanjutnya keterbatasan sumber dan pengetahuan
sebagian besar guru B A M tentang kebudayaan Minangkabau mengakibatkan
mereka amat tergantung pada informasi yang tertera dalam buku paket, dan tidak
mampu menganalisis dan mengembangkan materi yang digariskan dalam
kurikulum. Sementara sarana dan prasarana pendukung pengajaran BAM,

temyata belum memadai bagi pengembangan afektif siswa secara maksimal
Pihak

sekolah,

Dinas

Pendidikan,

dan

Pemerinta!

setempat

belum

mengalokasikan d m a khusus untuk memperkaya sarana dan prasarana pendukung
pengajaran BAM di masing-masing sekolah (balk di SD maupun SLTP).
Keempur. pola pengajxan, materi, sarana, dan prasarana pendukung
pengajaran BAM yang dinilai cocok dengan upaya penghayatan dan pengmalan
"ndot hosnndi syrok, +nrnk hnsol7di Kitoht~lloh" di kalangan siswa sebagai

eksponen generasi penerus.
Pada umurnnya guru berpendirian, pola pengajaran, materi, sarana dan
prasarana pendukung pengajaran BAM harus dirancang untuk memupuk dan
mengembangkan sikap siswa sesuai dengan tujuan di atas. Meskipun belum
terealisasi, namun kebanyakan guru BAM sudah memiliki visi yang jelas tentang
bagaimana masing-masing aspek tersebut harus dikembangkan. Dalam konteks
pengembangan pola pengajaran misalnya, meskipun sebagian besar guru BAM
masih tejebak pada model pengajaran konvensional dengan metode ceramah dan
ceramah dengan variasi tanya jawab, namun sebagian dari mereka berpendapat
sudah saatnya dikembangkan model dan metode pengajaran non-konvensional
yang wcok dengan upaya pengembangan sikap (afektif) siswa. Hanya saja untuk
mengembangkan model dan metode pengajaran terakhir ini diperlukan berbagai
keterampilan khusus yang tidak jarang berada di luar bidang profesi (keilmuan)
mereka.

Sementara untuk mengembangkan materi sesuai dengan tujuan

pengajaran, kebanyakan guru BAM mengalami kesulitan, terutama berpangkal
pada: ( 1 ) keterbatasan pengetahuan mereka tentang kebudayaan Mnangkabau;

dan, (2) muatan kurikulum yang terlalu padat dengan topiW materi pengajaran
yang telah digariskan. Sementara sarana dan prasarana pendukung pengajaran
BAM yang seharusnya disediakan di perpustakaan sekolah, temyata hingga kini

belum memadai.

Umumnya perputakaan sekolah hanya memiliki buku-buku

yang direkomendasikan oleh Diknas setempat, semantara buku paket yang

dikarany penulis lain dan buku-buku pengayaan relevan hampir tidak tersedia di
perpustakean sekolah

Selain itu, media pengajaran yang relevan dengan topik

tertenta jxang yang tersedia di sekolah, dan pemerintah jcga tidah menyediakan
insentif buat guru yang mengembangkan media pengajaran tersendiri. Fenomena
semacaii itu tidak hanya terjadi di SD, tetapi juga di tinykat SLTP di daerah ini.
Kclimn, model pengajaran non-konvensional dengan metode
Peran dan Grup Investigasi, terbukti

Bermain

lebih efektif bagi pengembangan afektif

(sikap) siswa yang menjadi sasaran pokok mata pelajaran BAM di sekolah.
Melalui kedua metode ini terbuka peluang bagi siswa untuk berperan aktif dalam
mencaril mengolah informasi, sehingga mereka mengalami proses mental yang
lebih konstruktif dibandin~kan dengan model konvensional. Bermain peran
terbukti lebih efektif untuk mengembangkan afektif siswa tingkat S D yang tingkat
kognitifnya masih berada dalam tahap operasional kongkrit. Sementara Group
Investigasi lebih cocok dan efektif untuk siswa SLTP yang tahap kognitifnya
sudah berada pada taraf operasional formal.

Rekomendasi u n h k Pengambil Kebijaksn

Guru-guru yang mengajarkan BAM di SDISLTP tidak mempunyai wawasan
tentang materi-materi yang diajarkan dalam pengajaran BAM. Latar belakang
pendidikan rnereka tidak satupun yang mendukung untuk pelaksanaan pengajaran
BAM di sekolah.
Action Plan
Dinas Pendidikan Sumatera Barat bekerjasama dengan Depag, UNP, IAIN, dan
Unand menetapkan kriteria guru yang boleh mengajarkan BAM di SD!SLTP. Hal
ini dilakukan agar tercapai tujuan pengajaran BAM yang ABS-SBK.
Dinas Pendidikan bekerjasarna dengan UNP, IALN, dan Unand agar mengadakan
sertifikasi bagi guru-guru yang akan mengajarkan BAM di SD!SLTP, sebagai
syarat minimal pengetahuan yang harus dimiliki dalam melaksanakan pengajaran
BAM SD!SLTP.
1X

Dinas Pendidikan bekejasama dengan UNP, IAIN, Unand, PPIM, LKAAM!
Bundok,mduang, dan Depag untuk menetapkan materi minimal sertifikasi yang
harus dimiliki oleh guru-guru pengajar BAM di SDISLTP.

Pola pengajarm BAM yang dilakukan yuru SD!SLTP saat ini di lapan,~ar?,
mzngindikasikan bahwa tujuan pengajaran BAM yang sesuai ABS-SBK tidak
dapat tercapai, karena tidak memperlihatkan adanya niiai-nilai budaya yang harus
dimiliki siswa.
Aclion Plnn

Dinas Pendidikan bekejasama dengan PGSD FLP dan FIS UNP untuk
mengadakan penatardpelatihan b a g guru-guru dalam menerapkan model-model
pengajaran yang dapat mengembangkan nilai -nilai budaya yang terkand ung dalam
BAM SDISLTP (Model pembelajaran Akret atau aktif-kreatif, Bermain peran dan
Grup investigasi).
PGSD FIP dan FIS UNP diharapkan dapat menggali dan mengembangkan modelmodel pengajaran yang mampu menanamkan nilai-nilai dalam pengajaran BAM
yang sesuai ABS-SBK untuk SDISLTP.
Dinas Pendidikan b e k e j a s a m dengan PGSD FIP dan FIS UNP untuk
menetapkan model-model penilaian yang dapat mengukur nilai-nilai sikaplafektif
dalam pengajaran BAM di SDISLTP.

Dinas Pendidikan dan jajarannya diharapkan menyarankan dan memonitor guruguru SDISLTP agar menggunakan model-model mengajar yang marnpu menggali
nilai-nilai BAM yang sesuai ABS-SBK di SDISLTP .

Materi pengajaran BAM belum menyentuh nilai-nilai budaya yang semestinya
dimiliki siswa SDISLTP sebagaimana yang diharapkan ABS-SBK. Materi yang
ada terlalu padat dan banyak kajian sejarah yang hanya berupa pengetahuan
kognitihya.
Act~onPlnn
Dinas Pendidikan bekejasama dengan Depag, I A N , PPIM, LKAAM!
Bundokanduang, budayawan dan pakar sosiologi-antropologi, psikolog untuk
menata kembali materi pengajaran BAM yang ABS-SBK.
X

Dinas Pendidikan bekerjasama dengan pengaran9 buku BAM untuk menvi~siln
kembali buku pen9ajaran RAM yang sesuai ABS-SBK untuk SDJSLTP.
Dinas Pendidikm bekerjasama denzan Pusat Kebudayaan dan Pariwisata
mengakolnodir produk-produk lama masyarakat Minan~~kabau
sehingya dapat
dijadikan materi pengajaran BAM SD/SLTP ( Pakaian adat, Kesenian Tradisional,
Keterampilan Tradisional, Hwil-hasilpva, dl])
Ralai Bahasa atau Pusat Pengernbangan Bahasa Propinsi Sumatera Barat
bekerjasama dengan UNP dan Linand untuk mengadakan penelitian bahasa daerah
yang sesuai untuk dijadikan sebagai bahasa pengantar mareri pengajaran BAM di

SD!SLTP. (Buku pegangan penyajaran BAM untuk SD!SLTP sekarang ini
menggunakan sebagian bahasa Indonesia dan sebagian bahasa daerah, ha1 ini akan
sernakin membuat siswa pusing dalarn belajar BAM terutama siswa S D yang
masih berada dalam tahap perkembangan operasional konkret).

Sarana dan prasarana pendukung pengajaran BAM SD/SLTP tidak mendukung
pelaksanaan pengajaran BAM yang sesuai ABS-SBK.

Pemda Propinsi dan KabupatenKota bekerjasama dengan Dinas Pendidikan
Propinsi dan Dinas Pendidikan K a b u p a t d o t a menyediakan sarana gratis untuk
pendukung pengajaran BAM SBJSLTP (seperti Tambo AIam Minangkabau
sebagai bahan kajian bagi guru-guru dalam menggali ABS-SBK).
Dinas Pendidikan bekerjasama dengan Infokom mengorganisir tentang informasi
sejarah Minangkabau dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam kehidupan
masyarakat Minangkabau, sehingga ha1 itu dapat dijad ikan sumber belajar bagi
pengajaran BAM dan mengantisipasi eraglobalisasi.
Dinas Pendidikan bekerjasama dengan Pusat Kebudayaan dan Pariwisata untuk
mengakomodir tempat-tempat peninggalan sejarah dan menejemahkan tulisantulisan tersebut ke dalam bahasa daerah/bahasa Indonesia yang baik dan benar,
sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar BAM b a g siswa SD!SLTP
(Tulisan pada prasasti dan situs budaya yang masih dalam bahasa kuno).

E. Reknm~r~dln,si
5 (Idle Rnru)

Model Pengajaran BAM yanz sesuai d e n ~ a n tuntutan muatan lokal perlu
dikembangkzn bagi guru-guru SD!SLTP agar tujuan pengajaran muatan lokal
tercapai.

Dinas Pendidikan bekerjasama dengan PGSD FIP UNP memberikan pelatihan
kepada guru-guru SD!SLTP tentang penerapan model pengajaran Plktif-Kreatif
yang sesuai dengan tuntutart muatan lokal (Model pengajaran ini sud& mulai
dikenalkan dalam pengajaran Muatan Lokal di PGSD).

PENGANTAR
Kegiatan penelitian mendukung pengembangan ilmu serta terapannya. Dala~iiha1
ini, Lcnibaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendororig dosen unti~k
melakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajarnya, baik yang
secara langsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri Padang lnaupun dana dari sumber
lain yang i-elcvan atau bekerja sarna dengan instansi terkait.
Seliubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang
bekerjasama dengan Proyek Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Surnber Daya
Manusia Balitbangda Propinsi Sumatra Barat telah melakukan penelitian tentang Mo~iel
Penguju~u17Bzrduya Alum Minungkuhu~~
Sebugui So~iuli.su.siAdul Bu.su~idiS V L I P U ~ ,
~ycl~-uk
Busundi Kifubzrllah SD dun SLTP. berdasarkan Surat Per-ianjian Kerja Nomos:
074/09lSPK/2003 tanggal 05 Juni 2003.
Kanii menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk me~i-jawab
berbagai permasalalian pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan per~nasalahan
perielitian tersebut di atas. Dengan selesainya penelitian ini, maka Lernbaga Penelitian
Universitas Negeri Padang telah dapat ~nemberikaninformasi yang dapat dipakai sebagai
bagian upaya penting dan kompleks dalam peningkatan mutu pendidikan pada umumnya.
Di samping itu, hasil penelitian ini juga diliarapkan sebagai balian masukan bagi instansi
terkait dalam rangka penyusunan kebijakan pembangunan di Sumatra Basat.
Hasil penelitian ini telah ditelaah oleh tim pembahas usul dan laporan penelitian
Balitbangda Propinsi Sumatera Barat. Kemudian untuk tujuan diseminasi, Iiasil penelitian
ini telali diseminarkan yang melibatkan reviewerltenaga peneliti Balitbangda I'ropinsi
Sumatera Barat. Mudah-mudahan penelitian ini berman faat bagi pengembangan ilmu
pada ilmumnya dan peningkatan mutu staf akademik Universitas Negeri l'adang
khususnya.
Pada kesernpatan ini kami ingin mengucapkan terima k?c;h kepada semua pihak
yang telali membantu pelaksanaan penelitian ini. Secara khusus, kami sampaikan tesima
kasili kepada Pimpinan Proyek Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Balitbangda Propinsi Sumatra Barat yang telah memberikan dana untuk
pelaksanaan penelitian ini. Kami yakin tanpa dedikasi dan kerjasama yang terjalin selama
ini, penelitian ini tidak dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Semoga
kerjasama yang baik ini dapat dilanjutkan untuk masa yang akan datang.
Terinia kasili.

!.

'1,

6.';;.

Prof.
Agas Irianto
NIP. 130879791

EXECUTIVE SUMMARY . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KAI'A PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DkFTAR IS1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
RABI

I

sii

...

XIII

xiv

PENDAHUI-UAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I
A . l.atar Belakan9 Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
B . Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
C . Tujuan Peneltian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
D . Ruany Linykup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
E . Penjelasan lstilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7.
F . Luaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .9. .

BAR 11 TTNJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
..
A . Kajlan Teoretik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
1 . Budaya Alam Minang Kabau . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2 . Tingkat Perkembangan Kognitif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
3 . Model Pengajaran Budaya Alam Minang Kabau . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
4 . Interaksi Empati dan Penggunaan Model Pengajaran . . . . . . . . . . . . . 31
B . Kerangka Berpikir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
BAR ITI METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 9
39
A . Lokasi Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B . Populasi dan Sampel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
C . Jenis dan Sumber Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
D . Alat Pengumpul Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
E . Teknik Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .48
BAR IV TEMUAN PENEI. TTIAN DAN PEMBAJiASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
I . Realitas Pola Pengajaran, Materi. Sarana dan Prasasarana ............. 5 l ..
2 . Kualifikasi Guru BAM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .61
.
3 . Pola Pengajaran, Materi. Sarana dan Prasarana Seharusnya . . . . . . . . . . . .67
4 . Pola Pengajaran, Materi, Sarana dan Prasarana yang Cocok . . . . . . . . . . . .71
BAR V KESIMPUI.AN DAN REKOMENDASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .79
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
1 . Simpirlan
79
2 . Rekomendasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83

DAFTAR PUSTAKA
LAMPRAN-1-AMPR4N

DAFTAR TARE1

Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

.

3.1 Sampel Penelitian Survey . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2 Gambaran SD Inti Tempat Penelitian Eksperinien . . . . . . . . . . . . . . .
4.1 Metode yany Digunakan Ganr dalam Penya.jaran RAM . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2 Kesulitan Gunr terhadap Penyilzsaan Materi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.3 Pembuat Alat Evalirasi BAM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.4 Acuan dalani Penyembanyan Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.5 Sasaran Lrtama Peniiaian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.6 Penggrnaan Alat Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.7 Sunber Bahan Ajar yany Tersedia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.8 Jenis Pendidikan yang Diikuti Gunr . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . 9 Jenjang Pendidikan Gunr . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.10 Fokus Materi Pengajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.1 1 Gambaran Hasil Belajar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

xiv

BAB 1

PENDAHULUAN
A-lmtar Belahng

Dalam era globalisasi ini, d unia pendidikan di lndorlesia menghadapi
tantangal d m tugas yang amat berat. Gelombang pengaruh asing yang masuk
sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, dalam batas-batas tertentu telah
mencablit generasi penertrs dari akar budayanya. Rahkan efek sampinean dari
proses modemisasi berupa penguatan jiwa materialistik, komersialisasi dan
westemisasi merupakan tantangan tersendiri dalam proses tranformasi budaya
etnikllokal kepada generasi penerus.

Persoalan tersebut makin terasa knisial,

mengingat akhir-akhir ini media massa di Indonesia banyak dikendalikan dan
menjadi saluran bagi pengembangan budaya dan gaya hidup (Barat, India, Cina,
dan lain sebagainya) ke seluruh pelosok persada nusantara.
Hegernoni budaya asing yang terbentuk melalui penguasaan media m a
d m media komunikasi itu, juga dirasakan di Minangkabau sebagai sebuah
tantangan berat dalam proses tranformasi budaya setempat kepada generasi
penerus Hegemoni budaya asing itu bukan hanya rnelanda generasi muda,
melainkan tidak sedikit dari generasi tua (terrnasuk sejumlah elit tradisional dan
elit baru) Mrnangkabau juga mengalam degradasi dan kehilangan identitas
budaya mereka.
Untuk rnengatasi ha1 tersebut, undang-undang Repirblik Indonesia N o 2
tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan Naslonal (UUSPN), pasal 37 menyatakan
bahwa kurikulum disusun untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional dengm

memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknolog serta kesenian sesuai derrym jenis dan jenjang masiny-masing
saturn pendidikan. Berikutnva pasal 38 menggariskan bahwa pelaksanaan satuan
pendidikaii didasarkan atas kurikulum yany disesuaikar dengan keadaan serta
kebutuhan lingkungan d m satuan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.

P a d 38 UUSPN ini menyatakan bahwa ada dua kurikulum yang berlaku
di Republik Indonesia. Pertama kunkulum yang berlaku secara nasional. Kedua
kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan ini kemudian terkenal
dengan kurikulum muatan lokal.
Kurikulum muatan lokal adalah kurikulum yang disusun berdasarkan
kebutuhan daerah. Tujuan pengajarannya adalah agar siswa (a) mengenal dan
menjadi lebih akrab dengan lingkungan dam, sosial dan budayanya, (b)merniliki
bekal kernarnpuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang
berguna, baik bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya, dan
(c)memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan
yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai
luhur budaya setempat dalarn rangka menunjang pembangunan nasional (Yuliarti,
1998/1999).

Proses pengajarannya didasarkan pada lingkungan darn, budaya dan
keterarnpilan daerah tentu saja melalui pendidikan di sekolnh yang diawali dengan
pengenalan,

pemaharnan.

penguasaan,

dan akhimya

pada

penerapannya.

Penerapan ini diharapkan menjadi pedoman d a l m menempuh hidup di kemudian
hari.
Sumatra Barat sebagai salah satu propinsi di Indonesia, memiliki adat
istiadat, tata cara, tata krama, bahasa dan kesenian tradisional serta keragaman
pekejaan dan kehidupan. Semuanya itu perlu dilestarikan, dikembangkan, serta
dipertahankan.
Pewarisan masih berlangsung secara turun- temurun sampai saat ini.
Hanya saja dengan pendidikan resmi di sekolah diharapkan pewarisan akan lebih
baik dan lebih intensif.
Dalam rangka merespons kebijakan tersebut, sejak tahun 1994 Kanwil
Depdikbud Sumatera Barat mengembangkan beberapa mata pelajaran muatan
lokal, salah satu di antaranya adalah Budaya Alam Minangkabau (selanjutnya
disingkat dengan BAM). Bidang studi ini diajarkan sejak kelas tiga Sekolah
Dasar (SD) sampai dengan kelas tiga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
Kebijakan ini dituangkan dalam Keputusan

Kegala Kantor Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 01 1.08.C. 1994 tanggal

1 Februari 1994

untuk SD, dan SK Kakandepdikbud No. 012.08.C. 1994 tanggal 1 Februari 1994
untuk SLTP. Waktu yang dialokasikan untuk mata pelajaran BAM ini adalah 2
(dua) jam di kelas Ill SD dan 3 jam untuk kelas IV, V, dan VI SD per rninggu.
Sementara waktu yang dialokasikan untuk siswa SLTP, masing-masing 2 (dua)
jam per minggu untuk kelas I, II, dan III.

Di Sekolah Dasar diajarkan mulai dari kelas 3 sarnpai dengan kelas 6
Sedangkan di SLTP berlangsung dari kelas 1 sampai dengan kelas 3. Walal; hanya
2 jam seminggu mata pelajaran BAM diajarkan selarna 7 tahun berturut- turut.
Dwi kurikulum rnuatan lokJ BAM terdapat 3 h2l yang harus

ditransformasikan kepada anak didik, yakni ( I ) Penyetahuan tentang adat- istiadat,
budayq tata kehidupan, tata pergaulan dan tata penghidupan inrekonomian
Minangkabau. (ranah kognitif), (2) Keteramp~landan kemarnpuan mengejakan
tata cara penghidupan terutarna perindustrian dan kerajinan minangkabau.(ranah
psiko motoris), dan (3) Menyerap tata pergaulan, sikap dan tata cara hidup
Minangkabau serta melaksanakan dalam kehidupan sehari hari (ranah afektif)
Mata pelajaran BAM saat ini telah memasuki tahun kesembilan. Banyak
kalangan berpendapat bahwa generasi rnuda rnasih belurn tersentuh dengan adat
Minangkabau, hasil pencapaian untuk tiga ha1 tersebut belum nyata. Terutama
untuk aspek psikomotoris dan afektif. Aspek kognitif pun masih diragukan telah
dimiliki para anak didik.
Pendapat sernacarn itu cukup beralasan. Banyak anak didik yang bersikap
tidak sejalan dan bertentangan dengan budaya Minangkabau, contoh cara bicara,
cara bertingkah laku yang kurang sesuai dengan adat d a l m pergaulan sehari- hari.
Hal ini dinyatakan oleh banyak pengamat.

Budaya Minangkabau yang didasarkan kepada ajaran Islam yang disebut
syarak tidak akrab dengan rninuman keras. Jangankan akrab, minuman keras
dilarang rnenurut hukum syarak. Begtu juga menurut budaya ~ i n a n g k a b a uyang
Adatnya Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Kenyataannya banyak siswa

SMU dewasa ini yang terlibat minuman keras sebayai salah satu sontoh gagalnya
pelajaran B A M di SD dan SLTP. Khususnya pada rmah afektif.
Peneli tian yang mendalam dan komprehensif tentang pengajaran B . 0 4 dan
hasilnva belum ada. Asumsi dan penilaian tentang problema dan kelemahan
pengajaran BAM sudah cukup banyak terungkap dalam berbagai diskusi dan
seminar. Satu-satunya kajian ilmiah yang sudah d i p u b l i k ~ i k a ntentang pengajaran
Bkh4 ini berasal dari penelitian Burhasman (2002). Menurutnya banyak ha1 yang
menyebabkan tidak efektifnya pengajaran BAM di sekolah. Yang terpenting
antaranya (1) Tidak cocoknya kurikulum dengan kebutuhan di lapangan, (2)
Rendahnya kwalitas guru yang mengajarkan BAM di sekolah, dan (3)
Keterbatasan buku sumber, baik dari segi kwantitas dan kwalitas.
Bertolak dari temuan Burhasman di atas, dan berbagai kritik dan komentar
tentang pengajaran di bidang studi ini, tim peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang mendalam tentang realitas pengajaran BAM di SD dan SLTP, dan
mencari solusinya

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan pennasalahan
penelitian ini dengan mengajukan pertanyaan pokok sebagai berikut.

(1) Bagaimanakah pola pengajaran, materi, sarana, dan prasarana pendukung
pengajaran BAM di sekolah ?

(2) Bagaimanakah kualitas guru mata pelajaran BAM di S D dan SLTP di daerah
ini ?

(3) Bagaimanakah realitas pengajaran, materi, sarana, dan prasarana pengajaran
BAM di SD dan SLTP di Sumatera Barat ?

(4) Bagaimanakah pola pengajaran, materi, sarana, dan prasarana pendukung
pengajaran BAM yans cocok dengan upaya penghayatan dan pengamalan
"odor bosnndi sjarnk, sjnrnk bnsnntli Kimbulloh" ?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan realitas
pengajaran BAM dengan segala permasalahannya, serta mengembangkan model
pembelajaran yang cocok bagi pengembangan sikap/ afektif anak didik di SD
maupun SLTP. Kemudian bila dirinci secara khusus, penelitian ini bertujuan
untuk:

(1) Mengungkapkan pola pengajaran, materi, sarana, dan prasarana pendukung
dalam pengajaran BAM di SD dan SLTP Sumatera Barat.

(2) Mengungkapkan kualitas guru yang mengajar mata pelajaran BAM di SD dan
SLTP di sekolah.

(3) Mempelajwi pola pengajaran, materi dan sarana pendukung yang dibutuhkan
masywakat dalarn pengajaran BAM di SD dan SLTP di Sumatera Barat.
(4) Merumuskan pola pengajaran, materi, sarana, dan prasarana pendukung yang
dibutuhkan dalam pengajaran BAM, penghayatan dan pengamalan adat
basandi syarak, syarak basandi kitabullah dalarn kehidupan sehari-hari.

D. Rtrang lingkup Peneiitian

Ruanglingkup penelitian in] adalah ymg berhubungan dengm pengajaran

B A M di SD dan SL.TP, yaitu sebagai berikut.
(a) pola pengajaran BAM. y i t u cara Suru mewaiskan materi/hahan ajar
kepada siswa sebagai yenerasi penerus.
(b) materi pengajaran, yakni bahan ajar yang rnengacu pada kurikulum yang

ada dan penguasaannya oleh guru yang mengajar BAM di SD dan SLTP di
Sumatera Barat.

(c) sarana dan prasarana pendukung, yakni alat media dan sumber bahan yang
mendukung terlaksananya pengajaran BAM di SD dan SLTP.
(d) kuditas guru yang mengajar BAM, yakni jenjang pendidikan dan latar
belakang pendidikan guru yang mengajarkan BAM di SD dan SLTP.
(e) Bentuk pola pengajaran, materi, sarana-prasarana pend ukung yang relevan
dengan tujuan pengajaran BAM yang efektif bagi pengembangan sikapl
afektif siswa. di SD dan SLTP di Sumatera Barat.

E. Peajelasan Istilah
Untuk kesamaan persepsi tentang beberapa istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, dikemukakan penjelasan istilah sebagai berikut.
1. Model

Model yang dimaksud dalarn penelitian ini

dapat diartikan sebagai

kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu
kegiatan pengajaran.

2. Pengajamn
Pengajaran yany dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses
menanamkan pengetahuan atau keterampilan yang dilakukan individu dengan cara
mmgkondisikan tindakan-tindakan untuk memperoleh suatu perubahan tingkrh
laku y m g baru. Jadi pengajaran BAM adalah proses, perbuatan guru atau cara
guru menanamkan pengetahuan atau keterampilan yang dilakukan individu
dengan cara mengkondisikan tindakan-tindakan

untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru sesuai dengan Budaya Alarn Minangkabau di

SD dan SLTP.

3.Budaya Alam Minangkabau
Budaya adalah aka1 pikiran yang meliputi nilai-nilai, aturan-aturan, normanorma, adat kebiasaan. Jadi Budaya Alarn Minangkabau adalah aka1 pikiran yang
meliputi nilai-nilai, aturan-aturan, norma-norma serta adat kebiasaan orang
Minangkabau.
4. Sosialisasi

Sosialisasi y m g dimaksud di sini adalah proses belajar seseorang (anggota
masyarakatj untuk mengenal dan menghayati kebudayaan m y a r a k a t di
lingkungannya

5. Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah
Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah yang dirnaksud dalarn
penelitian ini adalah apa yang diajarkan dan diperintahkan oleh agarna Islam
semuanya diadatkan di Minangkabau dengan penuh keyakinan.

F. Luaran

Model pengajaran BAM di S D dan SLTP yang dikemas d a l m bentuk
buku. Model ini diperkirakan dapat bermanfaat bagi guru-guru terutama bag^ guru
yang mengajarkan BAM di SD dan SLTP.

BAB 11
TINJA [IAN PUSTA KA

Sesuai dengan permusan rnasalah yang dikemukakan pada bagian terdahulu,
maka pada bayian ini &an

dikaji mengenai ( 1 )

Budaya Alam Minangkabau, (2)

tingkat perkembangan kopitif siswa, dan (3) model pengajaran Budaya Alam
Minangkabau di SD dan SLTP.
1. Bndaya Alam Minangkaba~l

a Kebudayaan
Para ahli antropologi cenderung sependapat, bahwa term kebudayaan dalam
khasanah bahasa Indonesia berasal dari bahsa Sanskerta yaitu Btidhnynh (s).

Ditinjau

dari sudut etimologi, istiiah Rudhnynh berakar dari dua suku kata, yaitu Btrhi (akal);
dan, daya (kemampw). Jadi secara sederhana, kebudayaan dapat diartikan sebagai
kernarnpuan dari aka1 pikir (mind) dari m u s i a Konsep kebudayaan dalam bahasa
Indonesia dapat disejajarkan dengan konsep culture dalarn babsa Inggris yang
diadopsi dari bahasa Latin, yaitu colere.

Istilah Latin ini rnengandung arti,

'rne.ngerjakan/mengolah alam,' khususnya lahan pertanian. Dengan dernikian, secara
sederhana culture dapat diartikan: segala daya upaya, serta tindak tanduk manusia
untuk rnengolah dan rriengubah alarnl lahan pertanian (Koentjaraningrat, 1986). Dua
pengertian di atas mengisyaratkan, bahwa di dalam konsep kebudaym terkandung
pernarnfaatan d m potensi esensial rnanusia, yaitu: pikiran dan tenaga.

Untuk memberi arti dan rnakna t e h d a p dua istilah yang kelihatannya amat
sederfrana di atas, temyata bukanlah perkerjaan mudah. Buktinya selarna tujuh dasa
warm (sepk E.B. Tyior rnerumuskan batasan konseptual pertama tentang kebudayaan

tahun 1871 hingga tahun 1952), sudah terdapat 179 definisi kebudayaan yang
dipublikasikan rnelalui Journal-jaotrrn~lilmiah.

Revieu yang dilakukan Kroeber

terhadap batasan konseptual kebudayaan yang dirumuskan ahli dari berbagai latar
belakang sub-disiplin ilmu itu, rnengisyaratkan bahwa masing-masing batasan tersebut
memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Bukan b y a itu, bahkan sarnpai awal
abad ke-21 ini, belum satu batasan kebudayaan pun yang dianggap baku dan dapat
diterirna oleh semua pihak.
Agar jangan tejebak pada perdebatan konseptual itu, rnaka dalarn studi ini
kebudayaan akan dipaham sesuai dengan konsepsi umum yang dipahami di Indonesia.
Untuk kepentingan itu akan ditelusuri konsepsi kebudayaan yang dirumuskan dua
orang antropolog terkemuka Indonesia, yaitu Koentjaraningrat dan Selo Soemardjan.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan dan karya
manusia, beserta keselunrhan dari hasil budi dan karyanya yang dibiasakan (dijadikan
milik dirinya) oleh m u s i a rnelalui proses belajar (Koentjaraningrat, 1986).
Sernentara menurut Selo Soemardjan, kebudayaan adalah hasil karya, cipta, dan rasa
rnanusia yang didorong oleh karsa (Selo Soemardjan, 1978). Lebih jauh Soemardjan
menjelaskan, yang dirnaksud dengan: karya adalah hasil proses indrawi manusia,
terutama tangan dan kalunya; sipta merupakan hasil dari i d 4 pernikiran m u s i a ; dan
rasa adalah implementasi dari perasaan H a i l karya, cipta, dan implementasi dari

perasaan rnanusia itu baru akan rnenjadi kebudayaan kalau ia didorong oleh karsa,
yaitu kehendak yang berbasis pada hati nurmi rnanusia yang paling dalarn

Dua batasan kebudayaaq di atas rnengisjraratkan, bahwa kebudayaan
merupakan produk dari pemikiran, indrawi, dan perasaan rnanusia dalarn kapasitasnya

sebagai rnakhluk berpikir (homo snpiens), sosial (homo socitls) dan budaya (homo
fnber).

Apapun wujud dari ketiga produk di atas baru akan rnenjadi kebudayaan

kalau dia diterima oleh rnanusia rnelalui proses belajar (bukan instictive), dan dilandasi
hati nurani yang paling hakiki yang dimiliki oleh manusia dalarn kapasitasnya sebagai
rnakhluk sosial.
Pada prinsipnya kebudayaan itu terbentuk dari upaya rnanusia rnemenuhi
kebutuhan hidupnya. Mengingat rnanusia memiliki dua mcarn kebutuhan yang paling
mendasar (yaitu rnaterial d m imaterial), maka kebudayaannya pun dapat dibedakan
kepada: kebudayaan rnaterial (kebendaan); imaterial (kerohanian, etika, dan estetika,
dan sejenisnya).

Kebudayaan pada dasamya rnerupakan irnplernentasi dari proses

interaksi rnanusia dengan lingkungannya, dan terbentuk melalui proses coba-coba
(trial nnd eror). Hasil proses trial nnd eror yang dianggap bemilai dan berharga,
selanjutnya diterima masyarakat sebagiu khasamh budaya mereka, dan kemudian akan
ditranformasikan kepada generasi penerus.
Hasil karya, cipta, dan implernentasi perasaan rnanusia yang diterima warga
rnasyarakat sebagai aspek budaya itu, pada prinsipnya dapat dikategorikan ke dalarn
tiga wujud.

Menurut J.J. Honigrnan, wujud kebudayaan itu rnencakup:

ideas.

nctivities, dan ortifbct ( H o n i m 1988). Dengan rnenggunakan klasifikasi yang

=ma, Koentjaraningrat rnenjelaskan ketiga wujud kebudayaan sebagai benkut : ( 1 )
wujud kebudayaan sebqai suatu kornpleks pernikirm, ide-ide, gagasan, iulk-nilai,
nonna-norma, dan sejenisnya. Wujud ini disebut juga dengan sistern budaya, sifatnya
absrtrak, tetapi ia sangat berpengaruh dan akan memberi corak terhadap wujud kedua
dan ketiga dari suatu kebudayaan; (2) wujud kebudayaan sebagai kornpleks aktifitas
kelakuan berpola rnanusia dalam masyarakat. Wujud ini disebut juga dengan sistern
sosial, sifatnya kongkrit dan bisa diamati dalarn proses dan pola-pola interaksi antar
individu dalam masyarakat; (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
rnanusia Wujud ini disebilt juga dengan artefak, sifatnya sangat kongrit yakni berupa
benda-benda budaya (Koentjaraningrat, 1986).
Konsepsi dan klasifikasi kebudayaan seperti dikemukakan di ataslah yang akan
dijadikan sebagai landasan dalam memahami budaya AIam Minangkabau. Berikut ini

akan dilihat secara sepintas eksistensi budaya Minangkabau dalam konteks budaya
makro (kebudayaan nasional Indonesia).

Selanjutnya akan ditinjau pula problerna

dalam tranforrnasi budaya Minangkabau pada era globalisasi sekarang ini.

b. Budaya Almm Minangkabau
Budaya Alam Minangkabau merupakan khasanah lokal yang identik dengan
kebudayaan Minangkabau dalam literatur antropologi budaya. Dalarn konteks ini,
kebudayaan Minangkabau dapat dipahami sebagai suatu kebudayaan etnik (suku
bangsa).

Sesara konseptual, kebudayaan suku b a n e

dapat diartikan sebagai

kebudayaan (material dan imaterial) yang Iahir, hidup/ turnbuh, berkembang, dan

dipelihara d a l m lingkungan emik tertentu, dalarn ha1 ini lingkungan etniW suku
bangsa Minangkabau.
Berbeda dengan budaya lokal yang jelas batas-batas teritorialnya, budaya
hlinagkabau sebagai kebudayaan suku bangsa tidak bisa ditunjukkan dengan kongkrit
batas-batas persebarannya. Hanya saja kebudayaan itu didukung dan dijunjung tinggi
oleh masyarakat Minangkabau yang rnendiami dnrek d m rantnu, serta penduduk yang
rnendiami kawasan antara keduanya yang dikenal dengan "ilore dnrek knpnlo rmtatr. "

h r e k atau dikenal juga dengan luhak, rneliputi: I-uhnk Tmah Dnta, Luh~7kAgnrn.
dan Luhnk Limo Pulunh Koto. Ada pun rantau rneliputi dua kawasan utarna di pesisir
Barat (mulai dari Aie Ban@ di Utara hingga Bandar X di selatan) dan Tirnur pusat

Alarn Minangkabau. S e m t a r a "ikue dnrek h p l o rantnu " rneliputi daerah yang
terletak antara luhak dan rantau, misalnya nagari-nagari terletak di sekitar Kubuang
MU, Sungai Pagu,dan sebagainya
Bertolak dan batasan kebudayaan yang telah dikernukakan dalam sub-bab di
atas, budaya darn Minangkabau (baca: kebudayaan Minangkabau) dapat dipaham
sebagai,hasil budi dan karyanya orang Minang ditambah dengan unsur-unsur budaya
aslng yang tumbuh, dipellhara, dan dijunjung tinggi oleh rnasyarakatl suku bangsa
Minangkabau. Hasil budi dan karya dimaksud meliputi ketiga wujud kebudayaan,
yakni: sistern budaya, sistern sosial, dan sistern peralatan, dengan adat sebagai htinya.
Secara umum adat Minangkabau dikategonkan ke dalam empat thgkatm Pertorno,

"adnr nnn sabana adnt, yakni dimensi budaya yang dikembangkan berdasarkan
fdsafah alam, sabda alam, h u k u d ketentuan Tlahi. Kedun, adat nnn diodatknn. aspek

budaya yang diwariskan dua tokoh legendaris Minangkabau, meliputi clcpnk )inn tl~ro.

knto nnn nmpek. Ketign. ndnt nnn tnrndor, yakni dimensi budaya, aturan-aturan, dan
ketentuan yang berlakul dijunjung tin=

penduduk di nngnri tertentu (lebih dikenal

dengan istilah ndnt snlingko nngnri). Keemp!. ndnl-istindot yakni budaya atau
tradisi mengenai aspek-aspek kehidupan khusus yang hanya dijunjung thggi dan
dipelihara oleh warga dalarn lhgkungan/ komunitas tertentu..
Di

dalarn

historiografi

tradisional

diungkapkan,

bahwa

sendi-sendi

kebudayaan Minangkabau diletakkan oleh dua orang kakak beradik yang dianggap
sebagai tokoh legendaris etnik ini, yaitu: Dt. Katurnanggungan, dan Dt. Perpatih Nan
Sabatang. Tokoh pertama dianggap sebagai peletak dasar Kelarasan (Lnreh) Koto-

Pilinng dengan sistem pemerintahan demkrasi terbatas (bernuansa ari