Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

  JMP Online Vol 2, No. 7, 719-729. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 4 SD

1) 2) 3)

  Ella , Henny Dewi Koeswanti , Sri Giarti Universitas Kristen Satya Wacana

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 25 Juli 2018 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Revisi pertama : 26 Juli 2018 perbedaan hasil belajar matematika menggunakan model Diterima : 28 Juli 2018 pembelajaran Problem Solving dan model pembelajaran Tersedia online : 30 Juli 2018 Inquiry di kelas 4 SD pada Gugus Sultan Agung dan Teuku

  Umar. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu menggunakan desain Non-equivalent control group design. Kata Kunci : Problem Solving, Instrumen pengumpulan data menggunakan instrumen test Inquiry, Matematika, Hasil Belajar yang telah dilakukan uji reliabilitas dan uji validitas item soalnya. Hasil uji hipotesis menggunakan uji T pada test Email , , hasil belajar matematika memperoleh F hitung sebesar 2,963 3) dengan taraf signifikansi/probabilitas 0,088. Dikarenakan 2,963 > 0,088 maka H ditolak dan H 1 diterima. Artinya ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model Problem Solving dan Inquiry. Hasil tersebut didukung dengan rerata hasil yang diperoleh menggunakan model pembelajaran problem solving sebesar 63,86 dan model pembelajaran Inquiry sebesar 69,63. Kesimpulannya adalah hasil belajar yang diperoleh menggunakan model Inquiry lebih tinggi dari model Problem Solving.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Pendidikan di Indonesia pada jenjang SD/MI mulai tahun 2013 sudah menerapkan kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 yang di dalamnya mengusung pembelajaran tematik terpadu. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 Tahun 2013 menegaskan bahwa kurikulum 2013 untuk sekolah dasar didesain menggunakan pembelajaran tematik mulai diberlakukan dari kelas 1 sampai kelas 6, kecuali pelajaran matematika, penerapan pembelajaran matematika secara terpisah ini di mulai pada kelas IV, V dan VI. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.

  Pada Sekolah Dasar (SD) matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Menurut Daryanto (2012: 240) matematika adalah pelajaran yang menekan siswa supaya berpikir secara logis, sistematis, kritis, kreaif dan bekerja sama sehingga mampu mengembangkan kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah sehari-hari. Uno (2008:129) juga mengemukakan bahwa matematika merupakan suatu bidang ilmu yang menjadi alat pikir, berkomunikasi, dan alat untuk memecahkan berbagai masalah atau persoalan yang unsur-unsurnya adalah logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas dan individualitas. Dari pendapat diatas maka dapak disimpulkan bahwa matematik merupakan ilmu yang memungkinkan siswa untuk berfikir secara logis, sistematis, kritis, kreatif serta menjadi alat untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.

  Keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran matematika tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Maka dari itu seorang pendidik harus bisa menggunakan berbagai model pembelajaran yang bervariasi dan yang sesuai dengan karakteristik siswa. Dengan pembelajaran yang bervariasi siswa dapat mengikuti proses pembelajaran yang menyenangkan, mengingat bahwa siswa bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Dalam penerapan pembelajaran matematika siswa dapat berpikir secara logis, sistematis, kritis, kreatif, dan dapat bekerja sama maka perlu adanya model pembelajaran yang di dalamnya terdapat langkah-langkah pemecahan masalah. Seperti model pembelajaran problem

  

solving dan inquiry yang merupakan model pembelajaran pemecahan masalah, melalui

  model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematikasiswa juga dapat berfikir secara logis, sistematis.

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah ada tidaknya perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang menerima pembelajaran menggunakan model problem

  

solving dengan siswa yang menerima pembelajaran menggunakan model pembelajaran

inquiry .

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan model pembelajaran problem solving dan inquiry terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Gugus Sultan Agung dan Gugus Teuku Umar?.

  Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran problem solving dan inquiry pada kelas 4 SD Gugus Sultan Agung dan Gugus Teuku Umar.

  KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Matematika

  Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan selama proses belajar agar tercapai suatu tujuan yaitu hasil belajar yang baik. Menurut Hamzah (2014:42) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan perbaduan yang muncul dari berbagai stimulus, stimulus diharapkan dapat membuat siswa untuk melakukan aktivitas belajar sehingga mampu memperoleh tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berbeda dengan Hamzah (2014:42), Huda (2013:2) mengatakan bahwa pembelajaran adalah hasil dari memori, kognisi, serta metakognisi supaya dapat memperngaruhi tingkat pemahaman siswa. Dari pendapat diatas maka akan disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan sehingga diharapkan munculnya stimulus sehingga dapat mempengaruhi tingkat pemahaman siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran yang diharapkan.

  Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Lampiran peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 mengatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai dari sekolah dasar supaya siswa mampu untuk berfikir secara logis,sistematis, kritis, dan kreatif. Pembelajaran matematika ini juga diharapkan mampu menjadi sarana dalam pemecahan masalah .

  Menurut Ibrahim (2012:2) matematika adalah ilmu deduktif yang harus dibuktikan kebenarannya karena matematika merupakan ilmu yang abstrak maka untuk mempelajarinya tidak hanya melalui observasi dan coba-coba tetapi harus dilakukan percobaan untuk membuktikannya. Maematika memiliki beberapa tujuan seperti yang dipaparkan dalam Permendiknas no 23 tahun 2006, tujuan matematika SD meliputi: memahami konsep oreasi hitung dan sifat-sifatnya, bilangan bulat dan pecahan, serta memahami penerapannya ketika memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut Ibrahim dan suparni (2012:36) juga menyebutkan ada beberapa tujuan matematika yaitu : (1) memahami konsep dan keterkaitan antar konsep; (2) menggunakan penalara, sifat, pola, matematika dalam menyusun suatu konsep; (3) mampu memecahkan permasalahan matematika; (4) mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lainnya; (5) memiliki sikap menghargai matematika.

  Dari beberapa tujuan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pelajaran matematika adalah: (1) untuk memahami penerapan matematika ketika memecahkan masalah; (2) dalam menyusun konsep harus menggunakan penalaran, pola serta konsep matematika; (3) dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan matematika; (4) dapat mengkomunikasikan suatu gagasan menggunakan simbol,tabel, diagram maupun media yang lain.

  Model Pembelajaran Problem Solving

  Model pembelajaran problem solving atau pemecaha masalah dalam penyajian bahan ajar dilakukan oleh guru agar merangsang siswa untuk berfikir secara sistematis. Hamdani (2011:84) mengatakan bahwa model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari (2011:9) mengatakan bahwa model pembelajaran

  

problem solving adalah belajar untuk memecahkan suatu masalah. Dari beberapa

  pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu model yang memampukan siswa untuk berfikir secara sistematis serta mendorong siswa untuk belajar memecahakan suatu persoalan atau masalah agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran.

  Setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur, sama halnya dengan model pembelajaran problem solving sebagai berikut: 1) Sintak problem solving menurut Abdul Majid (2009: 142) mengemukakan bahwa langkah-langkah yang ditempuh dalam model problem solving adalah sebagai berikut ; (1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan; (2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut; (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut; (4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut; (5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

  Model Pembelajaran Inquiry

  Menurut Suparno (2013:71) model inquiry adalah model penyelidikan dengan melibatkan siswa aktif dalam berfikir dan menemukan pengetahuan melalui pengumpulan data dan tes hipotesis. Lebih lanjut Kusmana (2010:48) menyatakan bahwa model inquiry merupakan proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan ekperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Dari pendepat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan melakukan penyelidikan atau eksperimen untuk nememukan pengetahuan yang baru kegiatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data, melakukan percobaan dan menganalisis data serta membuat kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. Model pembelajaran inquiry terdapat beberapa sintak yaitu 1) Sintak inquiry menurut Trianto (2008: 141); (1) Menyajikan pertanyaan atau masalah; (2) Membuat hipotesis; (3) Merancang percobaan; (4) Melakukan informasi untuk mendapatkan informasi; (5) Mengumpulkan dan menganalisis data; (6) Membuat kesimpulan;

  Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Eni Rahmawati Efektivitas (2009) rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Solving lebih besar dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran langsung dengan metode ekspositori. Bertentangan dengan penelitian Eni Rahmawati Efektivitas 2009, Sri Rahayu. 2012 .Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar. Hasil belajar IPA dengan perlakuan model Inkuiri lebih baik daripada model langsung.

  Skripsi PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret.

  Hasil Belajar

  Menurut Sintalasmi (2012:13) hasil belajar merupakan kemampuan- kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Lebih lanjut Agus Suprijono (2012: 5) mngatakan bahwa hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan dari perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Sedangkan Wardani, Slameto, dan Winanto (2014:111) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan pengukuran penguasaan materi dan aspek perilaku yang dapat diukur dari teknik tes dan nontes, sedangkan aspek perilaku terdiri dari tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

  Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan, nilai-nilai serta keterampulan yang dimiliki atau diperoleh siswa setelah menerima pengalaman belajar, kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan tersebut dapat dilihat melalui evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa untuk mencapai tujuan pmbelajaran yang telah mereka pelajari.

  METODE PENELITIAN Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian

  Penelitian dilakukan di SD Negeri Ledok 02 dan SD Negeri Ledok 07 pada Gugus Sultan Agung dan SD Negeri Cebongan 01 dan Cebongan 03 pada Gugus Teuku Umar kecamatan Argomulyo Salatiga. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2018. Subjek dari penelitian eksperimen ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri Ledok 02 dan SD Negeri Ledok 07 yang berjumlah 66 siswa dan SD Negeri Cebongan 01 dan Cebongan 03 yang berjumlah 45 siswa.

  Jenis Penelitian

  Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu atau dikenal dengan eksperimen kuasi (quasi eksperimental research). Pada eksperimen kuasi ini rumusan masalah harus mengandung hubungan kausal atau sebab akibat antar variabel yang sudah ditemukan pada saat merumuskan latar belakang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika menggunakan penerapan model pembelajaran problem solving dan model pembelajaran inquiry.

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan Tes dan dokumentasi, (a) test merupakan alat atau instrumen untuk mengumpulkan data supaya mengetahui kemampuan kognitif atau pengetahuan dengan cara pengukuran test yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal pilihan ganda; (b) observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam menerapkan model pembelajaran problem solving dan inquiry; (c) Dokumentasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari kegiatan yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi yang berupa foto-foto selama proses penelitian berlangsung.

  Teknik Analisis Data

  Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis T test(uji) yaitu dengan menghitung nilai rata-rata masing-masing kelompok kelas, kemudian diuji perbedaannya menggunakan uji t yang dilakukan menggunakan bantuan SPSS 17.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil Uji T Rerata Hasil Belajar

  Hasil uji perbedaan rerata hasil belajar pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 serta teknik analisis data menggunakan uji

  • –T bila telah dilakukan uji prasyarat serta dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji prasyarat yang dimaksud adalah uji normalitas dan uji homogenitas variansi data.

  Uji Normalitas

  Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan bantuan uji kolmogorov- smirnov, dengan dasar; jika nilai signifikasi atau probal itas ˂ 0,05, maka data berdistribusi tersebut tidak normal. Sedangkan apabila nilai signifikasi ataau probalitas

  ˃ 0,05, maka data berdistribusi normal.

  Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen 1 dan Eksperimen 2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pretest Posttest Pretest Posttest eksperimen 1 eksperimen 1 eksperimen 2 eksperimen 2

  N 106 106 106 106 Normal Mean a,,b

  54.72

  63.86

  43.22

  69.52 Parameters Std. Deviation

  14.16

  13.39

  13.09

  9.63 Most Extreme Absolute .131 .148 .121 .159 Differences Positive .122 .148 .121 .159 Negative -.131 -.108 -.101 -.147 Kolmogorov-Smirnov Z .858 .972 .960 1.261

  Asymp. Sig. (2-tailed) .453 .301 .315 .083 a.

  Test Distribution is Normal ; b. Calculated From Data Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

  Berdasarkan tabel 1 diatas maka dapat dilihat bahwa nilai asymp. Sig. (2-tailed) uji kolmogorov-smirnov Z dari hasil pretest-posttest kelompok eksperimen 1 adalah 0,453 dan 0,301 sedangkan hasil pretest-posttest kelompok eksperimen 2 adalah sebesar 0,315 dan 0,083. maka bila dirumuskn sebuah hipotesis H adalah sebuah sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, dan H a merupakan sampel yang tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Maka dapat dikatakan bahwa probabil di tolak jika sebaliknya maka H diterima. Karena itas ˂ nilai α (0,05) maka H nilai signifikasi/probabilitas asymp. Sig. (2-tailed) data-data tersebut berturu-turut di terima., dengan demikian dapat 0,453; 0,301; 0,315 dan 0,083 ˃ 0,05 maka H disimpulkan bahwa persebaran data hasil pretest-posttest kelompok ekperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

  Uji Homogenitas

  Setelah melakukaan uji normalitas dan telah terpenuhi, maka akan dilanjutkan dengan ujib homogenitas untuk mengetahui varian kedua kelompok tersebut homogen atau tidak. Apabila nilai signifikasi/probabilitas ˂ 0,05, maka data dapat dikatakan tidak homogen. Namun apabila nilai signifikasi/probalitas ˃ 0,05, maka data bisa dikatakan homogen. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat hasil dari uji homogenitas data pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.

  

Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest-Posttest

Kelompok Eksperimen 1 Dan Kelompok Eksperimen 2

  Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. preTest .002 1 104 .963 postTest 3.691

  1 104 .057 Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

  Berdasarkan tabel 2 diatas maka diketahui bahwa hasil test of homogeneity of variances signifikasi/probabilitas nilai pretest menunjukkan angka 0,963, Dikarenakan nilai signifikasi/probalitas data pretest dan posttest kedua kelompok adalah sebesar di terima maknanya bahwa skor pretest kelompok 0,963 dan 0,057 ˃ 0.05 maka H eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah homogen/sama sedangkan skor signifikasi/probalitas posstest kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 adalah sebesar 0,057, maka nilai posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah homogen. Dilihat dari skor signifikasi/probabilitas pretest-posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 memiliki varian data yang homogen/sama. Berdasarkan hasil uji normalitas yang menunjukkan data berdistribusi normal, uji homogenitas yang menunjukkan varian data homogen, maka dapat dikatakan uji prasyarat sudah terpenuhi, Uji analisis berikutnya adalah T test .

  Uji Hipotesis

  Dalam penelitian ini uji hipotesis yang digunakan untuk menghitung nilai posttest adalah menggunkan uji T-test. Yang mana Jika nilai sig. < 0,05 maka H a ditolak, yang berarti ada pengaruh atau perbedaan antara siswa yang menerima pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem solving dan siswa yang menggunakan model pembelajaran inquiry terhadap hasil belajar matematika pada materi bangun datarterhadap siswa kelas SD Kelas 4. Namun jika nilai sig. > 0,05 maka H o diterima, yang berarti tidak ada pengaruh model Pembelajaran Problem Solving Dan Inquiry terhadap hasil belajar matematika pada materi bangun datar terhadap siswa SD kelas 4.

  Tabel 3 Hasil Uji Independent Sample t-test

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkan hasil hasil Uji Independent Sample t-test pada tabel di atas maka dapat dilihat bahwa nilai asyimp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.012 dan 0.019 <

  = 0.05. Oleh karena 0.012 dan 0.019 <

  = 0.05 maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan yang artinya H di tolak dan H di terima.Dengan demikian

  1

  dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa antara kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Berdasarkan uji T Test yang telahg dilakukan terhadap nilai pretest-posttest pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 diperoleh nilai signifikansi/probabilitas sebesar 0.012 dan 0.019 < 0.05 yang artinya H ditolak dan H diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-

  1

  rata hasil belajar matematika yang signifikan pada siswa kelas 4 SD di gugus Sultan Agung dan Gugus Teuku Umar dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran problem solving dan inquiry.

  Pembahasan

  Hasil uji hipotesis menggunakan uji T Test pada nilai posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 di peroleh hasil signifikansi/probabilitas sebesar 0.012 dan 0.019 ˂ 0.05, oleh karena probabilitas lebih kecil, maka dapat di katakan bahwa H di tolak dan H

  1 di terima. Artinya ada perbedaan hasil belajar

  matematika yang signifikan pada siswa kelas 4 SD Gugus Sultan Agung dan Teuku Umar menggunakan model pembelajaran Problem solving dan Inquiry.

  Rerata nilai hasil belajar matematikan pada penerapan model pembelajaran

  

problem solving sebesar 63,86. Sedangkan rerata nilai menggunakan model

  pembelajaran inquiry yaitu sebesar 69,63. Artinya bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar signifikansi perlakuan membuktikan bahwa model pembelajaran inquiry memberikan dampak yang berbeda dibandingkan model pembelajaran problem solving.

  Penelitian ini relevan dengan penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Rahayu. (2012), mengatakan bahwa model pembelajaran inquiry lebih baik dibandingkan model pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

  Sejalan dengan penelitian Rahayu. (2012), Wahyuni, Retno Budi. (2013), juga sudah membuktikan bahwa model pembelajaran inquiry lebih baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, Retno Budi. (2013), Rita.w, (2012), juga telah membvuktikan bahwa model pembelajaran inquiry mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian relevan yang dilakukan Rizki Syahputri (2012), juga membuktikan bahwa model pembelajaran problem solving dinilai lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizki Syahputri (2012).

  Model pembelajaran problem solving dan inquiry sama-sama merupakan model pembelajaran pemecahan masalah namun pelaksanaan pembelajarannya berbeda karena langkah-langkah pembelajarannya sedikit berbeda. Setelah melihat perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem

  

solving dan inquiry dimana terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa

  kelas 4 pada gugus Sultan Agung yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inquiry dan pada gugus Teuku Umar menggunakan model pembelajaran problem solving. Hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran inquiry lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran problem solving. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai hasil belajar pada kelas eksperimen 2 (Inquiry) sebesar 69,63 dan kelas eksperimen 1 (problem solving) sebesar 63,86.

  Keberhasilan model pembelajaran inquiry ini sejalan dengan kerangka pikir yang sudah disusun pada BAB II. Dengan menggunakan model pembelajaran inquiry pada mata pelajaran matematika siswa dapat mengidentidikasi, menganalisis serta menggunakan rumus untuk mencari dan menghitung keliling dan luas bangun data persegi,persegi panjang dan segitiga. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran inquiry yaitu terdiri atas 6 langkah sebagai berikut: (1) menyajikan pertanyaan atau masalah; (2) membuat hipotesis;(3)merancang percobaan,(4) melakukan percobaan; (5) mengumpulkan dan menganalisis data; (6) membuat kesimpulan.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan pada hasil analisis yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Gugus Sultan Agung dan Gugus Teuku Umar dengan menerapkan model pembelajaran

  

problem solving dan inquiry. Hal ini didasarkan pada hasil uji hipotesis yang

  menunjukkan bahwa H ditolak dan H

  1 diterima. Dilihat dari hasil uji Independent

Sample t-test yang sudah dilakukan pada nilai posstest kelompok eksperimen 1 dan

  kelompok eksperimen 2 diperoleh hasil signifikasi/probabilita s 0.012 dan 0.019 ˂0.05. Artinya ada perbedaan hasil belajar matematika yang signifikanpada siswa kelas 5 gugus Sultan Agung dan Gugus Teuku Umar dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem solving dan inquiry.

  Saran

  Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan maka terdapat beberapa saran yang di tujukan kepada:

  1. Guru Kepada guru disarankan dalam pembelajaran matematika untuk mengajar menggunakan model pembelajaran inquiry karena dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

  2. Siswa Penerapan model pembelajaran inquiry di harapkan siswa mampu mampu memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru serta siswa yang berperan aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

  3. Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti berikutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebbagai referensi dengan memperhatikan kekurangan /keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini agar menjadi perbaikan untuk penelitian berikutnya.

  Abdul, Majid. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda karya Agus Suprijono. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ali Hamzah dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

  B. Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta : Bumi Aksara. Daryanto, dan Mulyo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

  Eni Rahmawati. 2010. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Dalam

  Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabeli di Kelas VIII MTs Negeri Tanjung Tani Prambon Tahun Pelajaran 2009/2010 . Skripsi. Semarang:

  Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Walisongo, 2010 Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia. Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ibrahim dan Suparni. 2012. Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya.

  Yogyakarta: SUKA-PRESS. Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari. 2011. Strategi Pembelajaran Tepadu.

  Yogyakarta: FAMILIA. Kemendikbud. 2013. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses

  Pendidikan Dasar dan Menengah . Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

  Kusmana, Suherli. 2010. Model pembelajaran siswa aktif. Jakarta: sketsa aksara lalitya. Permendikbud RI No. 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah . Permendiknas Nomor 22 tahun 2006. Tentang Standar Isi. Jakarta : Depdiknas.

  Rita W. 2012. Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil

  Belajar Siswa Kelas III SDN 16 Pakeng Kecamatan Bengkayang .Skripsi PGSD,

  FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Rizki Syahputri. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sipispis T.P. 2012/2013.

  Sintalasmi, Yulia. 2012. Perbedaan Hasil Belajar Kognitif IPS Menggunakan Model

  Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan STAD pada siswa kelas IV SD

Muhammadiyah Mutihan Wates. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

  Sri Rahayu. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap

  Hasil Belajar IPA . Skripsi PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Suparno, P. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika.

  Jakarta: Grasindo. Trianto. 2008. Mendisain Model-Model Pengajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Group: Jakarta.

  Wahyuni, Retno Budi. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

  dengan Mind Map pada Pembelajaran IPS Sejarah terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Batang Tahun Ajaran 2012/2013 . Skripsi.

  Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Wardani, Naniek Sulistya., Slameto., dan Adi Winanto. 2014. Asesmen Pembelajaran SD Bahan Belajar Mandiri . Salatiga: Widya Sari Press.