ANALISIS PENGANGGARAN BELANJA MAKANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) SOREANG KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS PENGANGGARAN BELANJA MAKANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) SOREANG KABUPATEN BANDUNG

Nuratry Ambarwati

PNS RSUD Soreang Kabupaten Bandung e-mail: ambar_bdg2010@yahoo.com

Abstrak

Masalah dalam penelitian ini adalah anggaran belanja bahan makanan harian pasien yang ditetapkan dalam RBA belum sesuai dengan kebutuhan satu tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien di RSUD Soreang setelah diterapkannya PPK BLUD dan kendala-kendala yang dihadapi pada saat penyusunan anggaran serta upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien yaitu Kabid keuangan, Kasubbid penganggaran dan akuntansi, Kasubbag program dan kehumasan, kepala instalasi gizi, dan PjPK belanja bahan makanan harian pasien.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien yang dilaksanakan di RSUD Soreang sudah sesuai dengan alur yang ditetapkan dalam Peraturan Bupati No.45 Tahun 2009 mengenai Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Pada Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung. Ada beberapa kendala yang dihadapi pada saat penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien diantaranya sulitnya memprediksi jumlah kunjungan pasien rawat inap, fluktuasi harga bahan makanan, dan kurangnya anggaran di pertengahan tahun anggaran. Namun tetap diupayakan pemecahan masalah untuk mengatasi kendala tersebut.

Kata Kunci: Penyusunan, Anggaran Belanja, Makanan Harian Pasien.

Analysis Food Budgeting for Patients at Soreang Local General Hospital (RSUD) Soreang of Bandung District

Abstract

The problem in this research was the daily food budget for the patients as set out in the Business Budget Plan did not comply with the actual needs annually. This research aimed to analyze the formulation process of daily food budget for the patients at RSUD Soreang after the implementation of PPK-BLUD. It also tried to identify the constraints faced at the time of budget formulation and efforts made to overcome the constraints. This research employed a qualitative method. The data were collected through interviews with the parties in charge of the budget formulation, consisting of the head of Finance Division, chief of Budgeting and Accounting Sub-division, chief of Program and Public Relations Sub-division, chief of the Nutrition Installation, and the PjPK of daily food budget for the patients.

The research results showed that the formulation of daily food budget for the patients conducted at RSUD Soreang was already in conformity with the procedures defined in the Regent Regulation No.45 Year 2009 concerning the Technical Guidelines on Financial Management at the Local Public Service Board of Soreang Local General Hospital in Bandung District. The constraints faced at the time of budget formulation included the difficulty of predicting the number of in-patients, fluctuations in the price of foodstuffs, and the lack of a budget in the middle of the year. RSUD Soreang always tried to find solutions to overcome these constraints.

Key Word: Formulatian, Budget, Daily Food Patients.

Jurnal

Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi

A. LATAR BELAKANG

paripurna yang optimal. Untuk mencapai cita-cita tersebut Rumah Sakit Umum Daerah

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum/Daerah (PPK-BLU/D) di lingkungan

Soreang berupaya agar mampu berdiri sendiri atau mandiri. Maka pada tanggal 30 Desember

Pemerintah Kabupaten Bandung salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

2009 melalui Surat Keputusan Bupati Bandung Nomor 900/Kep. 498–Org/2009 Rumah Sakit

Soreang. Sejak tahun 1997 sampai dengan saat ini RSUD Soreang masih dalam kategori RSUD tipe

Umum Daerah Soreang ditetapkan sebagai SKPD yang menerapkan Pola Pengelolaan

C. Rumah Sakit Umum Daerah Soreang sebagai suatu institusi pemerintah mempunyai cita-

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) Secara Penuh.

cita untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

Tabel 1. Rencana Bisnis Dan Anggaran RSUD Soreang RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN

RSUD SOREANG TAHUN ANGGARAN 2013

PROGRAM

: Upaya Kesehatan Masyarakat

KEGIATAN

: Peningkatan Mata Pelayanan Kesehatan Masyarakat

INDIKATOR

: Tolok Ukur Kinerja

INPUT

: Tersedianya dana 1. Pendapatan Fungsional 2013

OUTPUT

: Terpenuhinya Pelayanan Sesuai dengan SPM

OUT COME

: Pencapaian Kinerja

ANGGARAN- NO

KOMPONEN BIAYA

5 1 Biaya Operasional

14.862.730.257

5 1 1 Biaya Pelayanan

11.223.258.257

5 1 1 01 Biaya Pegawai

1.957.556.000

Biaya Bahan

3.100.000.000

5 1 1 02 01 Biaya Obat-obatan dan BHP

2.700.000.000

5 1 1 02 06 Biaya Bahan Makan Pasien

400.000.000

5 1 1 03 01 Biaya Jasa Pelayanan

5.905.257.257

5 1 1 04 Biaya Pemeliharaan

20.445.000

5 1 1 05 Biaya Barang dan Jasa

240.000.000

5 1 2 Biaya Umum dan Administrasi

3.639.472.000

5 1 Biaya Non Operasional

1.000.000

5 Biaya Modal/Investasi

JUMLAH ANGGARAN

Sumber: Keuangan RSUD Soreang

448

Jurnal

Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015

Jurnal

Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

Sebagai rumah sakit umum daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) maka untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya RSUD Soreang merencanakan anggaran kegiatan dalam bentuk rencana bisnis anggaran (RBA). RBA disusun untuk masa satu tahun anggaran kegiatan dan merupakan perencanaan anggaran yang akan menjadi pendapatan dan pengeluaran RSUD Soreang untuk biaya operasional rumah sakit. Penyusunan RBA berdasarkan rencana strategis bisnis yang disesuaikan dengan visi dan misi RSUD Soreang, dimana visi dan misi RSUD Soreang mengacu kepada visi dan misi Pemerintah Kabupaten Bandung sebagai instansi induk. Ada banyak kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Bisnis Anggaran setiap tahunnya, diantaranya adalah kegiatan belanja bahan makanan harian pasien yang merupakan salah satu kegiatan dari instalasi gizi RSUD Soreang. Penulis tertarik dengan kegiatan pengadaan bahan makanan harian pasien karena kegiatan tersebut sangat bergantung kepada jumlah pasien rawat inap dan harga bahan makanan yang digunakan. Pada tabel 1 dan tabel 2 berikut ini akan ditampilkan contoh RBA RSUD Soreang dan anggaran yang dipakai

instalasi gizi untuk belanja bahan makanan harian pasien semester satu untuk melihat perbandingan antara perencanaan dengan realisasi anggaran yang telah digunakan.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa anggaran untuk masing-masing kegiatan sudah direncanakan sesuai dengan kebutuhan, salah satunya adalah anggaran untuk belanja bahan makanan harian pasien. Anggaran bahan makanan harian pasien yang direncanakan adalah sebesar Rp 400.000.000,00 untuk satu tahun. Perencanaan anggaran tersebut disusun dengan memperhatikan jumlah kunjungan pasien rawat inap tahun sebelumnya, harga pasar bahan makanan, dan menu makanan yang akan diberikan pada pasien. Masalahnya adalah anggaran yang direncanakan untuk bahan makanan pasien tersebut bisa saja kurang di pertengahan tahun berjalan apabila terjadi peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat inap, atau terjadi kenaikan harga bahan makanan karena fluktuasi dan sebab lainnya yang melampaui ambang batas yang diperkirakan, atau bisa juga disebabkan karena adanya kebutuhan diluar perencanaan. Untuk lebih mengetahui seberapa banyak anggaran yang telah dibelanjakan untuk kegiatan pengadaan bahan makanan harian pasien dapat dilihat pada tabel berikut.

Dari tabel 1 dan tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa antara anggaran yang direncanakan untuk satu tahun dan realisasi anggaran pada semester satu untuk belanja bahan makanan harian pasien terdapat selisih Rp495.955.355,-. Anggaran yang disediakan untuk satu tahun telah habis bahkan melampaui anggaran yang direncanakan pada semester satu tahun berjalan. Dengan rata-rata belanja setiap bulannya adalah Rp82.659.226,- dan estimasi atau perkiraan pembelanjaan sampai dengan akhir tahun adalah sebesar Rp991.910.712,, maka akan lebih besar lagi selisih antara anggaran perencanaan dan pelaksanaan anggaran. Artinya bahwa ada ketidaksesuaian antara anggaran yang direncanakan dengan

anggaran yang dibelanjakan. Meskipun dalam peraturan PPK BLUD ada kebebasan atau fleksibilitas untuk menggunakan anggaran melampaui anggaran yang telah direncanakan tetapi tetap ada batas maksimal anggaran lebih yang dapat dibelanjakan. Pelaksanaan anggaran yang melebihi ambang batas anggaran yang ditetapkan dapat mengakibatkan ketidakekonomisan anggaran yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan. Pada belanja bahan makanan harian pasien ini meskipun anggaran belanja sudah melebihi anggaran yang direncanakan, pelayanan pemberian makan kepada pasien tetap tidak dapat dihentikan, sehingga perlu

Tabel 2. Realisasi Kegiatan Belanja Bahan Makanan Harian Pasien

Kode Rek. Nama Pekerjaan

Realisasi Belanja

Rata-rata Belanja per Bulan

Estimasi Belanja s/d Akhir Tahun

Semester I

5.1.1.02.05 Belanja bahan makanan harian pasien

Sumber: LRA RSUD Soreang Sumber: LRA RSUD Soreang

yaitu:

banyak faktor yang mempengaruhi belanja

1. Anggaran belanja bahan makanan harian bahan makanan harian pasien diantaranya

pasien yang dibelanjakan melebihi jumlah pasien rawat inap, harga pasar bahan

anggaran yang telah ditetapkan dalam makanan, fluktuasi harga, dan menu yang

setahun. Hal tersebut dapat dilihat dari diberikan kepada pasien.

perbandingan antara anggaran yang Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan,

ditetapkan dalam satu tahun dengan penulis melihat beberapa fenomena

anggaran yang direalisasikan atau permasalahan dalam penyusunan anggaran

dibelanjakan, dengan data sebagai berikut.

Tabel 3. Perbandingan Anggaran Yang Ditetapkan dengan Realisasi Anggaran

Belanja Bahan Makanan Harian Pasien Realisasi Anggaran s/d

No. Anggaran yang Ditetapkan Selisih Anggaran

Semester I

Sumber: RBA dan LRA RSUD Soreang

2. Pelaksanaan anggaran yang melebihi yang ditetapkan tetapi kegiatan belum anggaran yang ditetapkan dapat

selesai dilaksanakan maka dapat me- menyebabkan ketidakekonomisan

ngakibatkan anggaran tersebut menjadi anggaran. Pada saat pelaksanaan anggaran

tidak ekonomis. Untuk belanja bahan bisa saja terjadi ketidaksesuaian antara

makanan harian pasien penulis berasumsi anggaran yang ditetapkan dengan

bahwa dengan sudah adanya selisih anggaran yang disahkan. Apabila

anggaran di pertengahan tahun maka anggaran yang direalisasikan lebih kecil

sampai dengan akhir tahun selisih tersebut dari anggaran yang ditetapkan tetapi

akan semakin besar, hal tersebut dapat semua kegiatan sudah dilaksanakan maka

mengakibatkan anggaran menjadi tidak anggaran tersebut ekonomis. Apabila

ekonomis. Hal tersebut dapat dijelaskan terjadi sebaliknya yaitu anggaran yang

dengan tabel berikut.

direalisasikan sudah melebihi anggaran

Tabel 4. Persentase Kinerja Ekonomis Belanja Bahan Makanan Harian Pasien

No. Jenis Kegiatan

Kriteria Kinerja

Nilai Kinerja

Keterangan 1 2 3 4 5

1 Belanja bahan

Kurang ekonomis makanan harian

Input rencana

Input realisasi

3. Anggaran yang disusun tidak memper- gizi sebagai pelaksana anggaran belanja hatikan kebutuhan belanja bahan makanan

bahan makanan harian pasien. Lebih harian pasien yang diusulkan oleh instalasi

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Selisih Usulan dengan Pengesahan Anggaran Belanja Bahan Makanan Harian Pasien

No. Nama Kegiatan

Uraian Anggaran

Pengesahan Anggaran

Selisih Anggaran

1 2 3 4 5 1 Belanja bahan makanan harian

Sumber: Usulan RBA instalasi gizi dan RBA

Jurnal

Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa antara lain jumlah pasien rawat inap dan antara anggaran yang diusulkan

fluktuasi harga bahan makanan. Penulis instalasi gizi dengan anggaran yang

berasumsi bahwa penyusunan anggaran disahkan selisihnya sangat besar, apabila

belanja bahan makanan harian pasien dipersentasekan kurang lebih anggaran

belum memperhatikan faktor internal dan yang dikurangi sebesar 46%, hal tersebut

eksternal karena jika dilihat dari jumlah dapat menyebabkan kurangnya anggaran.

pasien tahun 2012 biaya yang ditetapkan

4. Penyusunan anggaran belanja bahan untuk bahan makanan harian pasien tahun makanan harian pasien belum mem-

2013 jauh dari kebutuhan, dan ada bahan perhatikan faktor-faktor internal dan

makanan tertentu yang harga pasarnya eksternal yang dapat mempengaruhi pada

melebihi harga yang ditetapkan dalam saat penyusunan anggaran.

RBA. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Pada saat penyusunan anggaran ada

tabel berikut.

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

Tabel 6. Anggaran Tahun 2012 Dilihat Dari Jumlah Pasien Rawat Inap Biaya Makan Per

No. Nama Ruangan Kelas Perawatan Jumlah Pasien Jumlah Biaya (Rp)

Kelas I

Kelas I

Kelas II

Kelas II

Kelas II

Kelas III

Kelas III

Kelas III

Total Biaya

Sumber: Instalasi Gizi RSUD Soreang

Jika dilihat dari harga bahan makanan ada beberapa bahan makanan yang harganya antara RBA dengan harga pasar yang sebenarnya

mengalami kenaikan seperti pada tabel berikut.

Tabel 7. Selisih Harga Bahan Makanan antara RBA dengan Harga Pasar Harga

No. Nama Bahan Makanan

Harga di RBA

Selisih Harga Persentase (%)

Sebenarnya

1 Jagung muda

(10.800) 44,63 4 Melon hijau

(2.275) 30,33 5 Semangka merah non biji

(1.900) 38,00 6 Daging ayam paha

(2.800) 8,24 7 Daging sapi

(17.750) 22,19 8 Telur ayam

(1.800) 10,00 9 Tahu kuning

(100) 25,00 10 Tempe batangan

(50) 4,17 Sumber: RBA dan LRA RSUD Soreang

Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi

Dilihat dari tabel 6 dan 7 bahwa jika diberikan kepada pasien rawat inap dan rawat penyusunan anggaran berdasarkan dari jumlah

jalan. Untuk pasien rawat inap pelayanan gizi pasien tahun sebelumnya maka anggaran yang

diberikan dalam bentuk penyajian makan dan diperlukan adalah sebesar Rp958.263.500,.

konsultasi gizi. Sementara untuk pasien rawat Dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan

jalan, pelayanan gizi diberikan dalam bentuk di RBA terdapat selisih Rp558.263.500,-. Dan jika

pemberian konsultasi gizi bagi pasien yang dilihat dari harga bahan makanan ada beberapa

membutuhkan.

jenis bahan makanan yang harganya mengalami “Pelayanan gizi di rumah sakit adalah kenaikan pada saat tahun anggaran berjalan,

pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dimana hal tersebut mempengaruhi dari

dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan pelaksanaan anggaran belanja bahan makanan

klinis, status gizi, dan status metabolism tubuh. harian pasien.

Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya

1. Fokus Penelitian

proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh Berdasarkan pemaparan dari latar belakang

terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi masalah tersebut, penulis merumuskan fokus

kondisi pasien yang semakin buruk karena permasalahan dalam penelitian ini adalah

tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk Mengapa di Rumah Sakit Umum Daerah

perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang Soreang Kabupaten Bandung dilaksanakan

terganggu akan lebih memburuk dengan penyusunan anggaran belanja bahan makanan

adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain harian pasien.

itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan penyakit degeneratif,

2. Tujuan Penelitian

seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker,

Penelitian ini bertujuan untuk: memerlukan terapi gizi untuk membantu

a. Mengetahui penyusunan anggaran dalam penyembuhannya”. (Kementerian Kesehatan bentuk rencana bisnis anggaran belanja

RI 2013: 7)

bahan makanan harian pasien di RSUD Menurut Kementerian Kesehatan RI (2013: Soreang setelah diterapkannya PPK BLUD.

11-39) bahwa pengorganisasian pelayanan gizi

b. Mengetahui kendala dalam penyusunan rumah sakit mengacu pada SK Menkes Nomor anggaran belanja bahan makanan harian

983 Tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit pasien di RSUD Soreang dan upaya

dan Peraturan Menkes Nomor 1045/MENKES/ mengatasi kendala tersebut.

PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di lingkungan Departemen

3. Manfaat Penelitian

Kesehatan. Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan

Sakit, meliputi:

dapat memberikan sumbangan ilmu

a. Asuhan gizi rawat jalan. Pelayanan pengetahuan yang positif bagi dunia

gizi rawat jalan adalah serangkaian pendidikan umumnya dan bagi penulis

proses kegiatan asuhan gizi yang ber- khususnya ilmu pengetahuan mengenai

kesinambungan dimulai dari assesmen/ BLUD yang merupakan bagian dari

pengkajian, pemberian diagnosis, manajemen kinerja.

intervensi gizi, dan monitoring evaluasi

b. Kegunaan praktis, untuk memperbaiki kepada klien/pasien di rawat jalan. penyusunan anggaran belanja bahan

Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya makanan harian pasien di Rumah Sakit

disebut kegiatan konseling gizi dan Umum Daerah Soreang.

dietetik atau edukasi/penyuluhan gizi.

b. Asuhan gizi rawat inap. Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi

B. LANDASAN TEORITIS

yang dimulai dari proses pengkajian gizi,

1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit

diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi Pelayanan gizi rumah sakit merupakan

perencanaan, penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi, dan konseling

salah satu pelayanan penunjang non medik gizi, serta monitoring dan evaluasi yang ada di rumah sakit. Pelayanan gizi

Jurnal

Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015

diperhitungkan setepat mungkin, sehingga agar memperoleh asupan makanan yang

secara ekonomi dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kondisi kesehatannya dalam

dan dikendalikan seefisien dan seefektif upaya mempercepat proses penyembuhan,

mengidentifikasi mempertahankan dan meningkatkan status

mungkin.

Kemampuan

sumber-sumber biaya, menganalisis biaya gizi.

pada pelayanan gizi rumah sakit (PGRS)

c. Penyelenggaraan makanan. Penyelenggara- menjadi keterampilan yang harus dimiliki dan an makanan rumah sakit merupakan

dikembangkan oleh pengelola. Biaya (cost) rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan

adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi menu, perencanaan kebutuhan bahan

diukur dalam satuan uang, yang telah dan akan makanan, perencanaan anggaran belanja,

terjadi untuk mendapatkan barang/jasa yang pengadaan bahan makanan, penerimaan

diharapkan akan memberikan keuntungan/ dan penyimpanan, pemasakan bahan

manfaat saat ini atau masa yang akan datang. makanan, distribusi dan pencatatan,

Biaya makan per orang per hari merupakan pelaporan serta evaluasi. Tujuannya

biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan adalah untuk menyediakan makanan yang

makanan. Biaya ini diperoleh berdasarkan total berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya,

biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan aman, dan dapat diterima oleh konsumen

makanan dibagi dengan jumlah output. Data guna mencapai status gizi yang optimal.

yang dibutuhkan untuk menghitung biaya

d. Penelitian dan pengembangan. Penelitian makan per orang per hari adalah jumlah output dan pengembangan gizi terapan dilakukan

dari penyelenggaraan makanan yaitu porsi untuk meningkatkan kemampuan guna

makan atau jumlah konsumen yang dilayani. menghadapi tantangan dan masalah

Karena biaya kelas rawat berbeda maka perlu gizi terapan yang kompleks. Ciri suatu

dilakukan perhitungan setiap komponen biaya penelitian adalah proses yang berjalan

pada masing-masing kelas rawat. terus menerus dan selalu mencari,

Unsur-unsur biaya dalam penyelenggaraan sehingga hasilnya selalu mutakhir. Tujuan

makanan adalah biaya bahan makanan, biaya penelitian dan pengembangan gizi terapan

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya adalah untuk mencapai kualitas pelayanan

bahan makanan merupakan unsur biaya bahan gizi rumah sakit secara berdaya guna dan

baku atau bahan dasar atau bahan langsung berhasil guna dibidang pelayanan gizi,

dalam rangka memproduksi makanan. Biaya penyelenggaraan makanan rumah sakit,

bahan makanan ini termasuk biaya variabel penyuluhan, konsultasi, konseling, dan

karena biaya total bahan makanan dipengaruhi rujukan gizi sesuai kemampuan institusi.

oleh jumlah atau porsi makanan yang dihasilkan Hasil penelitian dan pengembangan gizi

atau jumlah pasien yang akan dilayani terapan berguna sebagai bahan masukan

makanannya”. (Kementerian Kesehatan RI, bagi perencanaan kegiatan, evaluasi,

pengembangan teori, tatalaksana atau Dari teori tersebut dapat disimpulkan standar pelayanan gizi rumah sakit.

bahwa biaya merupakan sumber daya yang sangat penting dan menentukan

Untuk melaksanakan kegiatan dalam pelayanan gizi di rumah sakit. Biaya pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan

harus diperhitungkan setepat mungkin biaya agar pelayanan yang diberikan dapat

agar dapat dipertanggungjawabkan secara berjalan optimal. Terutama biaya untuk

ekonomis dan dikendalikan seefisien dan menyelenggarakan makanan pasien. Biaya

seefektif mungkin. Oleh sebab itu diperlukan untuk menyelenggarakan makanan pasien

keterampilan dari sumber daya manusia yang bersumber dari jasa pelayanan yang dituangkan

ada untuk menghitung biaya belanja bahan dalam Rencana Bisnis Anggaran (RBA) rumah

makanan harian pasien tersebut dengan sakit untuk satu tahun anggaran. Menurut

memperhitungkan pendapatan yang akan Kementerian Kesehatan RI (2013: 49) bahwa:

diperoleh. Untuk dapat melayani pasien secara “Biaya merupakan salah satu sumber daya

optimal maka diperlukan sumber daya yang yang sangat penting dan menentukan dalam

mampu melaksanakan pelayanan gizi secara

Jurnal

Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi

dan siapa mengerjakannya. Lima pertanyaan- dengan jumlah pasien yang dilayani untuk

pertanyaan pertama berkenaan dengan “ends’, menjamin keselamatan pasien.

sedangkan pertanyaan ke enam berkenaan dengan “means”. (Silalahi, 2011 : 149)

2. Penyusunan Anggaran Badan Layanan

Perencanaan yang baik akan mengurangi

Umum Daerah

resiko kegagalan dari suatu kegiatan organisasi. Instansi Pemerintah yang menerapkan Pola

Perencanaan merupakan faktor penting karena Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

merupakan fungsi manajemen yang pertama Daerah (PPK BLUD) dalam melaksanakan

dan menjadi dasar bagi pelaksanaan fungsi- kegiatan operasionalnya memerlukan anggaran

fungsi manajemen lainnya. Perencanaan juga yang tidak sedikit. Anggaran tersebut diperoleh

menjadi alat kontrol bagi kegiatan-kegiatan dari sumber anggaran yang berbeda yaitu dari

yang akan dilaksanakan. Menurut Silalahi jasa layanan yang diberikan, APBN/APBD, dan

(2011: 153) bahwa:

hibah dari pihak lain. Anggaran BLUD dibuat “Kegiatan yang tidak direncanakan tidak dengan memperhitungkan kinerja, kemampuan

dapat dikontrol, sebab pengendalian meliputi pendapatan rumah sakit, dan jenis-jenis layanan

usaha agar aktivitas tetap berjalan sesuai yang akan diberikan. Anggaran BLUD tersebut

rencana. Jika ada penyimpangan dari rencana disusun dalam bentuk Rencana Bisnis Anggaran

akan dilakukan tindakan perbaikan. Tiap (RBA) tahunan dengan mengacu kepada

tindakan pengendalian tanpa rencana tidak Rencana Strategis Bisnis (RSB).

berarti, sebab orang-orang tidak akan mungkin mengetahui apakah mereka menuju ke tujuan

a. Perencanaan yang mereka kehendaki kecuali jika pertama- Perencanaan diperlukan dalam organisasi

tama mereka tahu kemana tujuan mereka yang agar setiap kegiatan yang dilakukan dapat

ditetapkan melalui perencanaan.” terarah sesuai dengan tujuan dari organisasi

Pengendalian merupakan alat kontrol tersebut. Untuk mencapai kinerja tinggi maka

agar anggaran dapat dilaksanakan sesuai diperlukan perencanaan yang matang dan

dengan perencanaan. Apabila anggaran sesuai dengan kebutuhan setiap bagian dari

yang dibutuhkan melebihi anggaran yang organisasi. Menurut Silalahi (2011 : 148) definisi

direncanakan maka akan ada tindakan perencanaan adalah:

perbaikan agar anggaran lebih tersebut “Proses penetapan tujuan yang akan

tidak melebihi ambang batas anggaran yang dicapai dan strategi untuk mencapai tujuan

ditentukan.

tersebut.”

b. Rencana Strategis Bisnis “Perencanaan juga sering dimaknakan

berdasarkan basic question for planning. Rencana strategis bisnis (RSB) merupakan Pertanyaan-pertanyaan dasar yang dimaksud

langkah-langkah yang akan diambil oleh ialah “What”, “Why”, “Where”, “When”, “Who”,

perusahaan atau organisasi untuk mencapai “How” yang ditulis dengan akronim 5 W + H.

tujuan utama perusahaan sesuai visi dan “What” (what to do, what must be done) atau apa

misi yang ditetapkan oleh perusahaan atau yang harus dikerjakan menjelaskan tujuan yang

organisasi tersebut. Rencana strategis bisnis akan dicapai. “Why” (why to do it, why must be done)

menggambarkan target yang ingin dicapai, atau mengapa harus dikerjakan menjelaskan

tolok ukur keberhasilan pencapaian target, alasan. “Where” (where will to do it, where will

dan capaian program dari kegiatan yang

be done) atau dimana dikerjakan menjelaskan dilaksanakan, termasuk di dalamnya anggaran tempat. “When” (when to do it, when will be done)

yang akan digunakan untuk mencapai target atau kapan dikerjakan menjelaskan waktu.

tersebut. Rencana strategis bisnis sebuah “Who” (who is to do it, who will do it) atau siapa yang

RSUD harus disesuaikan dengan Rencana mengerjakan menjelaskan pelaksana. “How”

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (How to do it, how will it be done) atau bagaimana

(RPJMD) karena pada hakekatnya RSUD mengerjakannya menjelaskan cara. Karena itu

melaksanakan urusan wajib pemerintah daerah. perencanaan adalah memutuskan apa yang

Menurut Isti. H (2008: 12) bahwa: dikerjakan, mengapa dikerjakan, bagaimana

Jurnal

Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015

“RSB yang sudah sesuai dengan RPJMD sehingga anggaran dimengerti, didukung, didetailkan dalam Rencana Bisnis dan

dan dilaksanakan.

Anggaran (RBA) yang merupakan dokumen

3) Untuk menyediakan rencana rinci perencanaan bisnis dan penganggaran yang

mengenai aktivitas dengan maksud berisi program, kegiatan, target kinerja, dan

mengurangi ketidakpastian dan anggaran BLUD. RBA menjadi bagian dari

memberikan pengarahan yang jelas bagi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

individu dan kelompok dalam upaya untuk masuk dalam pembahasan APBD. Dalam

mencapai tujuan perusahaan. proses pembahasan APBD inilah dibutuhkan

4) Untuk mengkoordinasikan cara/metode keseragaman pemahaman semua stakeholder

yang akan ditempuh dalam rangka dalam memandang fungsi rumah sakit sebagai

memaksimalkan sumber daya. ujung tombak pelayanan kesehatan agar RBA

5) Untuk menyediakan alat pengukur dan yang berisi rencana keuangan dan rencana

kinerja bisa disahkan menjadi RBA definitif dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi

menjadi Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan

yang mendasari perlu tidaknya tindakan koreksi.

anggaran sekaligus sebagai kontrak kinerja bagi manajemen rumah sakit”.

Dalam penyusunan anggaran ter dapat Rencana Strategis Bisnis (RSB) yang dibuat

berbagai pertimbangan yang perlu diperhatikan. untuk jangka waktu lima tahun sesuai dengan

Ada faktor eksternal dan faktor internal yang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

dapat mempengaruhi pada saat penyusunan Daerah (RPJMD) dijabarkan dalam bentuk

anggaran. Menurut Rudianto (2009: 10) beberapa anggaran tahunan yang disebut Rencana Bisnis

pertimbangan yang menyangkut motivasi Anggaran (RBA). RBA tersebut dibuat sesuai

berkaitan dengan penyusunan anggaran antara dengan kebutuhan semua unit kerja yang ada di

lain:

rumah sakit. Pembuatan RBA harus berdasarkan

1) Tingkat kesulitan. Anggaran yang terlalu prinsip efektif, efisien, dan ekonomis.

sulit untuk dicapai membuat pelaksana anggaran tidak akan bersemangat dalam

c. Rencana Bisnis Anggaran mencapainya. Anggaran yang terlalu Anggaran merupakan alat dari kebijakan

mudah dicapai, mungkin dapat membuat ekonomi yang digunakan untuk mencapai

pelaksana anggaran tidak berprestasi tujuan-tujuan pemerintah. Salah satunya

sesuai kemampuan maksimalnya karena kurang motivasi. Karena itu anggaran

adalah sebagai alat untuk membiayai kegiatan harus dibuat seoptimal dan serealistis pemerintah dalam memberikan pelayanan mungkin. Realistis berarti anggaran kepada masyarakat. Anggaran perlu di- disusun dengan standar yang mampu rencanakan agar kegiatan pelayanan publik dicapai dengan sumber daya yang dimiliki dapat berjalan sesuai dengan anggaran yang

tersedia sehingga efisiensi dapat tercapai. perusahaan.

Partisipasi manajemen puncak. Manajemen Penyusunan anggaran bertujuan untuk puncak harus berpartisipasi dalam memberikan arahan terhadap pelaksanaan meninjau dan mengesahkan anggaran. anggaran sehingga manajemen dapat mengawasi Tanpa partisipasi aktif dalam proses dan mengendalikan pelaksanaan anggaran pengesahan, akan besar godaan bagi para

tersebut. Menurut Haruman dan Rahayu (2007: pelaksana anggaran untuk menyerahkan

6) tujuan dari penyusunan anggaran adalah anggaran yang mudah dicapai. sebagai berikut:

Keadilan. Agar anggaran efektif, pelaksana

1) Untuk menyatakan harapan/sasaran anggaran harus percaya bahwa anggaran perusahaan secara jelas dan formal,

ini memang adil. Ini berarti bahwa sistem sehingga bisa menghindari kerancuan

anggaran biasanya merupakan sistem dan memberikan arah terhadap apa yang

dari bawah ke atas (bottom up), dimana hendak dicapai manajemen. pelaksana anggaran yang menyiapkan

2) Untuk mengkomunikasikan harapan usulan anggaran tersebut. Jika manajemen manajemen kepada pihak-pihak terkait

senior mengubah anggaran, maka harus

Jurnal

Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi

misi, tujuan/sasaran, dan program yang diantara para pelaksana anggaran

realistis dan mengantisipasi masa depan yang harus sejajar, agar tidak menimbulkan

diinginkan dan dapat dicapai. RBA merupakan kecemburuan antara satu bagian dengan

refleksi program dan kegiatan dari kementerian bagian yang lain pada pelaksana anggaran.

negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah”.

4) Kesulitan departemen anggaran. Departemen anggaran harus menganalisis

d. Prosedur Penyusunan Anggaran Badan anggaran secara rinci, dan harus merasa

Layanan Umum Daerah pasti bahwa anggaran telah disiapkan

Instansi pemerintah yang menerapkan secara semestinya serta yakin bahwa

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan informasi yang terkandung didalamnya

Umum Daerah (PPK-BLUD) dalam penyusunan akurat. Misalnya, departemen anggaran

anggarannya disajikan dalam bentuk Rencana memastikan bahwa anggaran yang

Bisnis Anggaran (RBA). RBA menjadi bagian disusun tidak mengandung kelonggaran

yang tidak terpisahkan dari Rancangan yang terlalu berlebihan.

Peraturan Daerah tentang APBD. Peraturan

5) Struktur organisasi. Pelaksana anggaran BLUD yang dituangkan dalam PP No. 23 tahun yang berada dalam organisasi yang

2005 untuk daerah Kabupaten Bandung diatur sangat terstruktur cenderung merasa

kembali dalam Peraturan Bupati No. 45 Tahun memiliki pengaruh lebih besar, lebih

2009 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan banyak berpartisipasi dalam perencanaan

Keuangan Pada Badan Layanan Umum Daerah. anggaran lebih merasa puas dalam

Dalam Perbup tersebut yang dimaksud BLUD melaksanakan anggaran.

adalah:

6) Sumber daya perusahaan. Pihak manajemen “Satuan Kerja Perangkat Daerah atau harus memperhitungkan sumber Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat daya yang dimiliki perusahaan untuk

Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang merealisasikan rencana kerja perusahaan

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada tersebut. Mengabaikan kemampuan dan

masyarakat berupa penyediaan barang dan/ sumber daya perusahaan dalam menyusun

atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan anggaran, hanya akan membuat frustasi

mencari keuntungan, dan dalam melakukan anggota organisasi karena anggaran yang

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi disusun memiliki target terlalu tinggi.

dan produktivitas.” (Perbup No. 45 tahun 2009: 5)

Untuk sektor publik yang menerapkan Pemerintah memberikan fleksibilitas PPK BLU perencanaan anggaran disajikan

keuangan pada SKPD yang menerapkan PPK- dalam bentuk Rencana Bisnis Anggaran (RBA).

BLUD. Fleksibilitas tersebut diberikan dengan RBA merupakan perencanaan anggaran dalam

tujuan agar pelayanan kepada masyarakat satu tahun kegiatan yang akan dilaksanakan.

dapat berjalan lancar tanpa hambatan dari segi Menurut Sancoko (2008: 3) Rencana Bisnis dan

keuangan. Hal tersebut sesuai dengan Perbup Anggaran BLU, yang selanjutnya disebut RBA,

no. 45 tahun 2009 pasal 9 yaitu: adalah:

Pengeluaran biaya RSUD Soreang diberikan “Dokumen perencanaan bisnis dan fleksibilitas dengan mempertimbangkan penganggaran tahunan yang berisi program, volume kegiatan pelayanan. kegiatan, target kinerja dan anggaran suatu

BLU. BLU menyusun rencana strategis bisnis

2) Fleksibilitas pengeluaran biaya RSUD lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana

Soreang sebagaimana dimaksud pada ayat satu pasal ini, merupakan pengeluaran

Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L). biaya yang disesuaikan dan signifikan Rencana strategis bisnis merupakan istilah dengan perubahan pendapatan dalam yang pengertiannya sama dengan Renstra bagi ambang batas RBA yang telah ditetapkan instansi pemerintah. Oleh karena itu penyusunan

secara definitif.

rencana strategis bisnis berpedoman pada Inpres

3) Fleksibilitas pengeluaran biaya RSUD Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Soreang sebagaimana dimaksud ayat satu Kinerja Instansi Pemerintah. Sesuai Inpres

Jurnal

Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015

Fase-fase tersebut adalah sebagai berikut: selain dari APBN/APBD dan hibah terkait.

1) Berdasarkan data-data penjualan tahun-

4) Fleksibilitas pengeluaran biaya RSUD tahun sebelumnya dan mempertimbangkan Soreang sebagaimana dimaksud ayat

berbagai faktor eksternal yang relevan satu pasal ini, tidak berlaku untuk BLUD

seperti tingkat inflasi, daya beli bertahap.

masyarakat, perubahan selera konsumen

5) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, dan sebagainya, perusahaan membuat ramalan penjualan. Ramalan penjualan

RSUD Soreang mengajukan usulan tersebut berupa serangkaian prediksi tambahan anggaran dari APBD kepada penjualan di masa mendatang dan pangsa Pejabat Pengelola Keuangan Daerah pasar yang dapat diambil oleh perusahaan (PPKD) melalui Sekretaris Daerah. dengan mempertimbangkan faktor-faktor

Dari Perbup no. 45 tahun 2009 pasal 9

internal dan eksternal.

tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk

2) Berdasarkan anggaran penjualan tersebut, pengeluaran biaya diberikan fleksibilitas

perusahaan dapat menyusun anggaran keuangan untuk instansi yang menerapkan

produksi di dalam suatu periode tertentu. PPK-BLUD penuh dan fleksibilitas tersebut

Anggaran produksi tersebut berupa berlaku untuk kegiatan yang biayanya berasal

volume barang yang harus dihasilkan dari jasa layanan bukan biaya yang berasal dari

perusahaan di dalam suatu periode hibah atau APBN/APBD. Untuk penyusunan

tertentu.

anggaran BLUD prinsipnya tidak berbeda dari

Dari anggaran produksi, perusahaan dapat penganggaran pada umumnya karena pada

menentukan jumlah bahan baku yang dasarnya anggaran BLUD merupakan bagian

dibutuhkan untuk periode tersebut. dari DPA Pemerintah Daerah.Anggaran BLUD

4) Tahap akhir dari penyusunan anggaran disusun dalam bentuk Rencana Bisnis Anggaran

adalah dengan disusunnya anggaran (RBA). RBA merupakan anggaran yang akan

keuangan, yaitu target pencapaian digunakan dalam waktu satu tahun anggaran,

kekayaan perusahaan beserta sumber- berisi kegiatan, indikator, dan capaian kinerja.

sumbernya pada suatu periode tertentu. Menurut Perbup No. 45 tahun 2009 pasal 13

bahwa: Dari fase-fase penyusunan anggaran

1) RSUD Soreang menyusun Rencana Bisnis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dan Anggaran (RBA).

untuk penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien tahapannya adalah

2) Penyusunan RBA sebagaimana dimaksud

sebagai berikut:

ayat satu pasal ini, disusun berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja,

1) Memperkirakan jumlah pasien yang akan perhitungan akuntansi menurut jenis

dilayani sesuai dengan kelas perawatan layanan, kebutuhan pendanaan dan

berdasarkan data kunjungan pasien tahun kemampuan pendapatan yang diperkirakan

sebelumnya.

akan diterima dari masyarakat, badan

Menyusun anggaran belanja bahan makanan lain, APBD, APBN, dan sumber-sumber

harian pasien sesuai dengan volume yang pendapatan rumah sakit lainnya.

akan dihasilkan dalam waktu satu tahun

3) Penyusunan RBA disesuaikan dengan kedepan dengan mempertimbangkan ketentuan yang ditetapkan berdasarkan

faktor-faktor eksternal seperti tingkat masing-masing sumber pendanaan yang

inflasi, daya beli masyarakat, perubahan berkenaan.

selera konsumen, dan ketersediaan bahan Penyusunan anggaran pada Badan Layanan

makanan di pasaran serta faktor-faktor Umum Daerah tidak berbeda jauh dengan

internal seperti perencanaan menu, penyusunan anggaran suatu perusahaan karena

perencanaan kebutuhan bahan makanan, pada hakikatnya BLUD dalam pelaksanaan

dan biaya makan per orang per hari per kelas perawatan.

kegiatannya sangat bergantung dari jasa pelayanan yang didapat. Menurut Rudianto

3) Dari anggaran belanja tersebut kemudian (2009 : 197) ada fase-fase yang harus dilewati di

ditentukan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan untuk periode tersebut.

Jurnal

Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi

4) Tahap akhir penyusunan anggaran belanja Untuk belanja yang lebih atau kurang dari bahan makanan harian pasien adalah

anggaran yang ditetapkan atau RBA definitif dengan disusunnya anggaran keuangan

maka perlu dilakukan revisi terhadap RBA BLU. yaitu target pendapatan yang akan dicapai untuk periode satu tahun agar anggaran

C. METODE

belanja bahan makanan harian pasien dapat terpenuhi.

Pada penelitian "Penyusunan Anggaran

RBA menganut pola anggaran fleksibel Belanja Bahan Makanan Harian Pasien di Rumah (flexible budget) dengan suatu persentase Sakit Umum Daerah (RSUD) Soreang Kabupaten Bandung" ini peneliti menggunakan metode

ambang batas tertentu. Artinya bahwa anggaran penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data digunakan sesuai dengan kebutuhan atau biaya

yang digunakan peneliti adalah pengamatan operasional BLU/D dan apabila biaya yang

(observation), wawancara semi terstruktur, dibutuhkan melebihi biaya yang dianggarkan

studi dokumen (Documentary research). maka tetap dibolehkan untuk dilaksanakan

Teknik verifikasi data yang dilakukan adalah sepanjang biaya tersebut tidak melebihi

trianggulasi. Dalam melaksanakan prosedur persentase ambang batas yang ditetapkan.

Anggaran fleksibel tersebut hanya berlaku bagi pengolahan dan analisis data dilakukan dengan tahapan reduksi data, data display/penyajian

belanja yang bersumber dari pendapatan atau data, pengambilan keputusan dan verifikasi jasa pelayanan. Besaran persentase ambang

Sugiyono (2010 : 92). Adapun informan kunci batas ditentukan dengan mempertimbangkan

fluktuasi kegiatan operasional BLU tersebut. dalam penelitian ini ditentukan seperti dalam

tabel berikut ini.

Tabel 8. Informan Penelitian& Unit Analisis

No. Subjek

Objek

Jenis Data

1. Kepala Bidang

Keuangan

RBA Perencanaan, RBA Definitif, LRA, Prosedur Penyusunan Anggaran

2. Kepala Instalasi

Giji

Menu, Jumlah Pasien Rawat Inap, Kebutuhan Bahan Makanan, Harga per Pasien per Hari per Kelas Perawatan, Prosedur Penyusunan Anggaran

3. Kepala Sub Bagian

Penganggaran &

Perhitungan Akuntansi per Jenis Layanan, Prosedur

Akuntansi

Penyusnunan Anggaran

4. Kepala Sub Bagian

Program &

Rencana Strategis Bisnis, Usulan RBA. Prosedur

Kehumasan

Penyusunan Anggaran, LAKIP

5. Pejabat Pembuat

Harga Pasar Bahan Makanan Harian Pasien, Prosedur Komitmen

Belanja Bahan

Makanan Harian

Penyusunan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran

Pasien

6. Pasien

VIP & Kelas I

Menu yang diesdiakan, Porsi Makanan, Pemilihan Bahan Makanan

D. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Soreang ditetapkan menjadi Rumah Sakit Daerah Kelas C berdasarkan Surat Keputusan

Rumah Sakit Umum Daerah Soreang selanjutnya disingkat dengan RSUD Soreang

Menteri Kesehatan RI Nomor: 1409/MENKES/ SK/XII/1997.

adalah salah satu Rumah Sakit Pemerintah yang berada di wilayah Kabupaten Bandung

Penetapan susunan organisasi serta pengisian jabatan dilakukan pada bulan Maret

yang berdiri pada tahun 1996 dan merupakan pengembangan dari Puskesmas DTP Soreang

tahun 1999 dan bulan Agustus 2001 berdasarkan Perda No. 13/1998 dan Perda No. 7/2001 serta

dengan dasar Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah TK. II Bandung Nomor: 445/4056/

pada tahun 2002 dirubah kembali dengan kenaikan eselon menurut Perda No. 10/2002.

Tapra tahun 1996 perihal Persetujuan Prinsip Peningkatan Puskesmas DTP Soreang menjadi

Pada tahun 2008 melalui Perda No. 5 Tahun 2008 terdapat perubahan atas susunan organisasi

Rumah Sakit Kelas D. Pada tahun 1997, RSUD serta pengisian jabatan di seluruh Rumah Sakit

458

Jurnal

Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015

Jurnal

Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

Umum Daerah milik Pemerintah Kabupaten Bandung. Berdasarkan Perda No. 5 Tahun 2008 tersebut maka kedudukan RSUD Soreang merupakan SKPD di lingkunganPemerintah Kabupaten Bandung yang bertanggungjawab kepada Bupati Bandung sebagai Kepala Daerah sekaligus pemilik Rumah Sakit di bidang pelayanan kesehatan rujukan, dengan tugas pokok Melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pe- mulihan yang dilakukan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan, melaksanakan, melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

Implementasi arah kebijakan, strategi, sasaran serta berbagai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan RSUD Soreang pada kurun waktu 2011-2015,disusun untuk dapat mendukung arah kebijakan pembangunan Bidang Kesehatan di Kabupaten Bandung yang menjadi perwujudan dari cita-cita Misi Pembangunan dari Pemerintah Kabupaten Bandung yang berkaitan dengan tupoksi RSUD Soreang sebagai lembaga penyedia jasa kesehatan. Berdasarkan Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Bandung diatas maka dirumuskanlah Visi dan Misi RSUD Soreang Tahun 2011 -2015 sebagai berikut.

Visi RSUD Soreang:

Mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang yang amanah, maju, unggul, mandiri dan berdaya saing.

Misi RSUD Soreang:

Berdasarkan Visi tersebut maka ditetapkan Misi RSUD Soreang sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya manusia

2. Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan paripurna.

3. Meningkatkan pengelolaan manajemen RS secara profesional

4. Meningkatkan kemitraan dengan institusi terkait dibidang pelayanan dan pendidikan kesehatan

Dalam melaksanakan suatu kegiatan tidak terlepas dari anggaran yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Begitu juga dengan kegiatan pelayanan gizi kepada pasien. Untuk melaksanakan pelayanan gizi terutama

pemberian makanan kepada pasien diperlukan anggaran belanja bahan makanan harian pasien dalam satu tahun yang mencakup perencanaan kebutuhan bahan makanan, harga bahan makanan yang disesuaikan dengan harga pasar dan ketersediaan bahan makanan di pasaran. Penganggaran atau penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien merupakan salah satu kegiatan belanja yang ada di Rencana Bisnis Anggaran (RBA) RSUD Soreang. Penyusunan Anggran belanja bahan makanan harian pasien dilaksanakan bersamaan dengan penyusunan anggaran belanja lainnya yaitu dimulai pada bulan Juli tahun anggaran berjalan yang melibatkan pihak-pihak terkait yaitu kepala instalasi gizi, kepala bidang keuangan, kepala sub bidang penganggaran dan akuntansi biaya, kepala sub bagian program dan kehumasan serta pejabat pembuat komitmen belanja bahan makanan harian pasien RSUD Soreang. Penyelenggaraan makanan pasien rawat inap merupakan kegiatan instalasi gizi yang diberikan kepada pasien rawat inap. Pasien yang diberi pelayanan makanan adalah pasien kelas utama atau VIP, kelas I, kelas

II, kelas III, ICU, Perinatologi, dan IGD (Instalasi Gawat Darurat).

1. Mekanisme Penyusunan Anggaran

Belanja Bahan Makanan Harian Pasien

Sesuai dengan Peraturan Bupati Bandung No. 45 Tahun 2009 mengenai Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Pada Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung dan berdasarkan teori dari Rudianto (2009 : 10), dengan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh bagian-bagian yang terkait dengan penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien maka dapat diberikan penjelasan bahwa untuk penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien tidak ada bedanya dengan penyusunan anggaran belanja lainnya. Kegiatan penyusunan anggaran merupakan kegiatan rutinitas yang dilakukan setiap tahun secara terus menerus. Penyusunan anggaran merupakan budgetcycle yang terdiri dari perencanaan, pembahasan dewan, pengesahan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien di RSUD Soreang selama ini melalui mekanisme yang sudah ditetapkan atau diatur dalam Peraturan Bupati Bandung No. 45 Tahun 2009. Penyusunan Penyusunan anggaran belanja bahan makanan harian pasien di RSUD Soreang selama ini melalui mekanisme yang sudah ditetapkan atau diatur dalam Peraturan Bupati Bandung No. 45 Tahun 2009. Penyusunan

tersebut ke bagian penganggaran dan akuntansi makanan harian pasien dapat ditetapkan di

di keuangan.

dalam RBA definitif dan dilaksanakan sesuai

c. Rekapan RBA kemudian diajukan ke dengan kebutuhan dari instalasi gizi sebagai bagian keuangan untuk diolah oleh seksi user. Tahapan-tahapan penyusunan anggaran penganggaran dan akuntansi. belanja bahan makanan harian pasien di RSUD

Soreang adalah sebagai berikut: Rekapan RBA dari bagian program akan diolah ke dalam format RBA oleh bagian

a. Usulan dari user belanja bahan makanan penganggaran dan akuntansi keuangan. Format harian pasien yaitu instalasi gizi.

RBA kemudian diajukan ke DPRD melalui Tim Instalasi gizi mengajukan usulan

Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yaitu kebutuhan belanja bahan makanan harian

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan pasien untuk satu tahun berikutnya pada

(DPPK).

pertengahan tahun berjalan. Usulan tersebut

d. Pengajuan RBA ke Pemerintah Kabupaten berisi jenis bahan makanan yang akan dipakai,

Bandung.

volume dari bahan makanan tersebut, dan perkiraan harga bahan makanan tersebut.

RBA RSUD Soreang oleh TAPD diusulkan Pada waktu mengajukan usulan kebutuhan

ke DPRD untuk dibahas dalam rapat kerja bahan makanan harian pasien, instalasi gizi

pembahasan anggaran yang menghasilkan memperkirakan jumlah pasien yang akan

Rancangan Peraturan Daerah dalam bentuk dilayani berdasarkan jumlah pasien tahun-

buku putih. Apabila ada anggaran dalam tahun sebelumnya, menu yang akan digunakan

RBA yang belum disepakati DPRD maka RBA untuk makanan harian pasien disesuaikan

tersebut dikembalikan ke RSUD Soreang untuk dengan kelas perawatan dan ketersediaan

diadakan penyesuaian. Panitia anggaran RSUD bahan pangan yang ada di pasaran, dan

Soreang akan membahas kembali penyesuaian perkiraan harga dari bahan makanan tersebut.

anggaran tersebut melalui rapat revisi Biasanya untuk memperkirakan jumlah pasien

penyusunan anggaran.

dilihat dari riwayat jumlah pasien tahun-tahun Pada saat anggaran RBA direvisi maka sebelumnya ditambah kenaikan 10% dilihat

panitia anggaran RSUD Soreang akan duduk dari rata-rata kenaikan jumlah pasien. Untuk

bersama membahas anggaran apa saja yang perkiraan harga bahan makanan harian pasien,

akan direvisi. Setelah disepakati maka hasil instalasi gizi memperkirakan harga tahun

perbaikan RBA diusulkan kembali ke DPRD depan berdasarkan harga tahun sebelumnya

untuk dilakukan pembahasan kembali. Setelah dengan memperhitungkan fluktuasi harga rata-

DPRD menyetujui anggaran RBA RSUD rata antara 7-10%/tahun. Usulan belanja bahan

Soreang, maka RBA RSUD Soreang akan makanan harian pasien tersebut akan masuk ke

disahkan dan oleh DPPK RBA RSUD Soreang bagian program untuk direkap dalam RBA.

akan dimasukkan menjadi bagian dalam DPA Kabupaten Bandung. DPA tersebut di

b. Sub bagian program dan kehumasan breakdown dalam bentuk RBA definitif oleh akan merekap usulan dari user untuk

RSUD Soreang sehingga anggaran belanja bahan dimasukkan ke dalam RBA. makanan harian pasien yang menjadi salah

Oleh bagian program usulan belanja satu kegiatan dalam RBA RSUD Soreang dapat bahan makanan harian pasien dari instalasi