MANFAAT DAUN SIRSAK sebagai pestisida na

MANFAAT DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)
SEBAGAI PESTISIDA NABATI
Oleh:
Khoiriyah
Kiki Handayani
Qurrota A'yun M
Sulistiyowati
Ummu Hasanah

1.
2.
3.
4.

KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat ALLAH SWT yang Maha Kuasa, sehingga kami mampu
menyelesaikanmakalah yang berjudul “Manfaat Daun Sirsak (Annona muricata L.)
Sebagai Pestisida Nabati”
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Silahul Mukmin, S.P.
Selain itu kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan pembaca
tentang

pestisida nabatisehingga
dapat
mengetahui
keuntungan-keuntungan
penggunaan pestisida nabati di lingkungan pertanian.
Kami juga ingin berterima kasih kepada :
Ibu Widiafatma Rusita, S.P selaku Ka. Komli ATPH
Ibu Wulan Puspa R, S.P yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di green
house SMKN 1 Purwosari.
Bapak Silahul Mukmin, S.P selaku guru pembimbing yang telah membantu kami untuk
menyelesaikan karya tulis ini.
Orang tua yang telah memberi motivasi kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat menjadi penambah ilmu bagi semua orang yang
membaca dan apabila banyak kekurangan mohon kritik dan sarannya.
Pasuruan, 1 November 2012

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta
untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau
bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak
(raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan

bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe atau
sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Dalam budidaya tanaman pastilah terdapat hama yang dapat menganggu
tanaman budidaya. Oleh karena itu, agar tanaman budidaya tidak terganggu oleh hama
maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan cara menggunakan pestisida. Pestisida
yang sering digunakan olden petani adalah pestisida kimia yang dapat dibeli di pasaran.
Penggunaan pestisida kimia yang tidak berwawasan lingkungan menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan hidup dan kelangsungan kehidupan manusia. Selain
menggunakan pestisida kimia, pengendalian hama juga dapat dilakukan dengan
menggunakan pestisida organic.
Pestisida nabati merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan hama tanpa bahan kimia. Penggunaan pestisida nabati juga digunakan

untuk meminimalisir penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan. Bahanbahan yang dapat dimanfaatkan untuk pestisida nabati ada pada tanaman-tanaman
famili Meliaceae (misalnya mimba), Annonaceae (misalnya sirsak), Rutaceae, Asteraceae,
Labiateae dan Canellaceae.
1.2 Tujuan
Untuk menggurangi hama yang merusak tanaman budidaya tanpa menggunakan zat
atau bahan yang bersifat kimiawi. Selain itu penggunaan pestisida ini dapat
meminimalkan biaya yang dikeluarkan karena sudah tersedia di alam semesta dan tidak
membuat lingkungan tercemar oleh pestisida kimia yang biasanya digunakan oleh
banyak petani.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan hanya dibatasi untuk mengetahui konsentrasi
yang tepat untuk penggunaan pestisida organic dalam mengendalikan hama belalang.
1.4 Manfaat
Dapat mengendalikan atau mengurangi hama tanpa menggunakan pestisida kimia
sehingga lingkungan tetap terjaga dari residu penggunaan bahan kimia yang berbahaya.
Biaya yang dikeluarkan juga tidak mahal dibandingkan untuk membeli pestisida kimia.
1.5 Rumusan Masalah
1. Apakah pestisida nabati daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan hama
belalang?
2. Kandungan apa yang terdapat pada pestisida ini?

3. Manakah konsentrasi yang tepat untuk mengendalikan hama belalang?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pestisida Nabati
Tidak dapat dipungkiri, dampak pemakaian pestisida sintetis/kimia pada produksi
pertanian telah menimbulkan dampak yang tidak baik untuk kesehatan, mulai dari
munculnya penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker, maupun kasus keracunan yang
berakhir pada kematian. Tak hanya itu, pemakaian pestisida kimia secara terus menerus
dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan keseimbangan ekologis terganggu.

Selain menyebabkan revolusi genetis pada hama-hama tertentu, dimana mereka menjadi
tahan terhadap hama, juga dapat membunuh predator-predator alami yang bermanfaat
bagi pertanian.
Untuk mengatasi hal diatas, salah satu cara adalah dengan mamanfaatkan
pestisida nabati. Pestisida nabati merupakan pestisida yang dibuat dari bahan-bahan
alam, seperti dedaunan, kayu, akar maupun buah-buahan yang bermanfaat untuk
mengendalikan hama penyakit tanaman.
Pemakaian pestisida nabati dengan penggunaan dan dosis yang benar, tidak saja
bisa mengurangi hama, tapi juga mengurangi biaya produksi karena bahan dasar
pestisida nabati dapat dibudidayakan dan dibuat setiap saat sesuai kebutuhan, dan yang

penting adalah tidak mencemari lingkungan. Pestisida nabati bersifat mengurangi
serangan hama, bukan membunuh. Oleh karenanya pestisida nabati tidak akan
membunuh predator alami hama tersebut. Cara kerjanya adalah mengusir hama dengan
tertentu ataupun mengandung zat kimia tertentu yang dapat menghilangkan nafsu
makan hama.
Secara ekonomis bila dibandingkan dengan pestisida kimia, biaya penggunaan
pestisida nabati relatif lebih murah. Selain itu pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat
dan didapat oleh petani dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Dari sisi lain,
pestisida nabati mempunyai keistimewaan yaitu bersifat mudah terurai di alam sehingga
tidak mencemari lingkungan dan relatif lebih aman bagi manusia dan ternak peliharaan
karena residunya mudah terurai. Kekurangan pestisida nabati umumnya tidak langsung
mematikan OPT sasaran secara cepat.
Menurut Jacobson, bahan alam yang paling menjanjikan prospeknya untuk
dikembangkan sebagai pestisida ada pada tanaman-tanaman famili Meliaceae (misalnya
mimba), Annonaceae(misalnya sirsak), Rutaceae, Asteraceae,
Labiateae dan Canellaceae. Dalam upaya pengembangan pestisida nabati tersebut,
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
i) Mudah didapat, bahan baku cukup tersedia, berkualitas, kuantitas dan kontinuitas terjamin;
ii) Mudah dibuat ekstrak, sederhana dan dalam waktu yang tidak lama;
iii) Kandungan senyawa pestisida harus efektif pada kisaran 3-5 % bobot kering bahan;

iv) Selektif;
v) Bahan yang digunakan bisa dalam bentuk segar/kering;
vi) Efek residunya singkat, tetapi cukup lama efikasinya;
vii) Sedapat mungkin pelarutnya air (bukan senyawa sintetis);
viii) Budidayanya mudah, tahan terhadap kondisi suhu optimal;
ix) Tidak menjadi gulma atau inang hama penyakit;
x) Bersifat multiguna.
Salah satu bahan dasar pestisida alami, yang dapat dimanfaatkan untuk
mengendalikan hama tanaman adalah daun sirsak, yang mengandung senyawa
annonain dan resin. Daun sirsak dapat kita ramu sendiri menjadi pestisida yang dapat
membunuh beberapa hama. Untuk membunuh hama yang lebih banyak, daun sirsak
dapat di campur dengan berbagai jenis tumbuhan lainnya.

2.2 Klasifikasi
Nama umum
Indonesia
Inggris
Melayu

sirsak

: Sirsak, nangka sabrang, nangka walanda
: Soursop
: Durian Belanda, Durian Benggaka

Vietnam
Thailand
Philipina

: Mang Cau Xiem
: Thurian Thet, Thurian Khaek
: Guyabano, Atti, Illabanos

Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Divisi
:
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua /

dikotil) Ordo
: Magnoliales
Super Divisi
Sub Kelas
Famili
Genus
Spesies

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
: Magnoliidae
: Annonaceae
: Annona
: Annona muricata L.

2.3 Kandungan daun sirsak
Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan
squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai
anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian
tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut
yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001). Ekstrak

daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama
lainnya (Kardinan, 2000).
Kandungan kimia daun sirsak:
Ø Alkaloida

Alkaloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloida
mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloida mempunyai
aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga digunakan secara luas dalam bidang
pengobatan (Harborne, 1987).Ada tiga pereaksi yang sering digunakan dalam skrining
fitokimia untukmendeteksi alkaloida sebagai pereaksi pengendapan yaitu pereaksi
Mayer, pereaksi Bouchardat, dan pereaksi Dragendorff (Farnsworth, 1966).
Ø Flavonoida
Flavonoida mencangkup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada
seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan tinggi,
flavonoida terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Pigmen bunga
flavonoida berperan jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga.
Beberapa fungsi flavonoida pada tumbuhan ialah pengatur tumbuh, pengatur
fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus serta kerja terhadap serangga (Robinson,
1995).

Ø Saponin
Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun
(bahasa latin sapo berarti sabun). Saponin tersebar luas diantara tanaman tinggi.
Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan bersin dan

mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin adalah senyawa aktif permukaan
yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok.Dalam larutan yang sangat encer
saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah
digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun (Robinson,1995: Gunawan, et
al, 2004).
Ø Tanin
Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol
yang terdapat dalam tumbuhan, yang mempunyai rasa sepat dan memiliki kemampuan
menyamak kulit. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam
angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu (Harborne, 1987).
Umumnya tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh pemakan tumbuhan karena
rasanya yang sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak
hewan pemakan tumbuhan (herbivora) (Harborne, 1987).
Ø Glikosida
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan gula dan bukan gula. Bagian

gula biasa disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut aglikon atau genin
(Gunawan, et al, 2002).Klasifikasi (penggolongan) glikosida sangat sukar. Bila ditinjau
dari gulanya, akan dijumpai gula yang strukturnya belum jelas. Sedangkan bila ditinjau
dari aglikonnya akan dijumpai hampir semua golongan konstituen tumbuhan, misalnya
tanin, sterol, terpenoid, dan flavonoid. Hampir semua glikosida dapat dihidrolisis dengan
pendidihan dengan asam mineral. Hidrolisis dalam tumbuhan juga terjadi karena enzim
yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Nama enzimnya secara umum adalah beta
glukosidase, sedangkan untuk ramnosa nama enzimnya adalah ramnase (Anonimc,
2010).
Ø Glikosida Antrakuinon
Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon. Beberapa antrakuinon
merupakan zat warna penting dan sebagai pencahar. Keluarga tumbuhan yang kaya akan
senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae, Polygonaceae.Antrakuinon biasanya
berupa senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik biasa, senyawa
ini biasanya berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut
dalam larutan basa dengan membentuk warna violet merah (Robinson, 1995).
Ø Steroid/Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen.
Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh
tinggi dan aktif optik. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann – Burchard
(asam asetat anhidrida – H2SO4 pekat) yang kebanyakan triterpena dan sterol
memberikan warna hijau biru. Steroida adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem
cincin siklopentana perhidrofenantren (Harborne, 1987).

Dahulu steroida dianggap sebagai senyawa satwa tetapi sekarang ini makin banyak
senyawa steroida yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (fitosterol). Fitosterol
merupakan senyawa steroida yang berasal dari tumbuhan. Senyawa fitosterol yang biasa
terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol (Harborne,
1987)
Beberapa peneliti melakukan kajian tumbuhan ini sebagai biopestisida. Buah yang
mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Bijinya
mengandung minyak 42 – 45 %, merupakan racun kontak dan racun perut. Bermanfaat
sebagai insektisida, repellent (penolak), dan antifeedant.
Dari tanaman sirsak telah berhasil diisolasi beberapa senyawa acetogenin antara lain
akan bersifat asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa
acetogenin anti feedant bagi serangga, sehingga menyebabkan serangga tidak mau
makan. Pada konsentrasi rendah bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian.
Senyawa acetogenin bersifat sitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel. Bulatacin
diketahui menghambat kerja enzin NADH – ubiquinone reduktase yang diperlukan dalam
reaksi respirasi di mitokondria.
2.4 Pembuatan pestisida dari daun sirsak
Ø Cara pembuatan pestisida nabati daun sirsak sebagai pengendali hama trips:
1.
Tumbuk 100 lembar daun sirsak.
2.

Rendam dalam 5 liter air dan tambahkan 15 gram deterjen.

3.

Diamkan sehari semalam.

4.

Saring larutan tersebut dengan kain.

5.

Encerkan setiap liter larutan dalam 10 liter air.

6.

Larutan semprot siap digunakan.

Ø Cara pembuatan pestisida nabati daun sirsak + jeringau + bawang putih untuk
mengendalikan hama wereng coklat:
1.
Tumbuk halus segenggam daun sirsak, segenggam jeringau dan 20 siung bawang
putih.
2. Rendam bahan-bahan tersebut dengan 20 liter air yang telah ditambahkan 20 gram
deterjen selama 2 hari.
3.

Saring larutan tersebut dengan kain.

4.

Larutan tersebut siap digunakan.

Ø Cara pembuatan pestisida nabati daun sirsak + daun tembakau untuk mengendalikan hama
belalang dan ulat:
1. Ambil 50 lembar daun sirsak ditumbuk sampai halus.
2. Rendam bahan–bahan tersebut dalam 20 lt air
3. Saring larutan tersebut dengan kain.
4. Larutan siap digunakan dan disemprotkan ke tanaman.

2.5 Hama yang dapat dibasmi pestisida nabati daun sirsak
· Macam-macam aphis
· Wereng coklat (Nilaparvata)
· Wereng hijau (Nephotettix virescenns)
· Wereng punggung putih (Sogatella furcifera)
· Kutu sisik hijau (Coccus viridis)
· Macam-macam ulat
· Ulat tritip (Plutella xylostella)
· Lalat buah (Ceratitis capitata)
· Kumbang labu merah (Aulachopora foveicollis)
· Kepik hijau
· Hama kapas (Dysdercus koeniglii)
2.6 Keuntungan Pestisida Nabati Daun Sirsak
Dilihat dari konsep PHT pestisida nabati mempunyai banyak keuntungan atau keunggulan
tetapi juga masih
banyak kelemahannya yang secara rinci diuraikan berikut ini:
Menurut Stoll (1995) dibandingkan dengan pestisida sintetik pestisida nabati mempunyai sifat yang lebih
menguntungkan yaitu:
a) Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resistensi,
b) Tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama,
c) Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua,
d) Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak,
e) Tidak merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air permukaan,
f) Mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia dan
g) Biaya dapatlebih murah.Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkankarena daya racun rendah,
h) Tidak mendorong resistensi, mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit,
i) Lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan usaha tani skala kecil.
Oka (1993) juga mengemukakan bahwa pestisida nabati tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik,
residu lebih pendek dan kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.
2.7 Kelemahan Pestisida Nabati Daun Sirsak
Pestisida nabati digunakan untuk menghindari adanya bahan kimia yang akan terkontaminasi pada
tanaman.
Akan tetapi, dalam menggunakan pestisida nabati, ada beberapa kelemahan yang dapat mengurangi
peminat
masyarakat dalam pemakaiannya. Menurut Martono (1997) kelemahan pestisida nabati yang perlu kita
ketahui antara lain
 Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia maupun biotik dari
lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi penggunaan yang lebih banyak
dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga mengurangi aspek kepraktisannya
 Kebanyakan senyawa organic nabati tidak polar sehingga sukar larut di air karena itu diperlukan bahan
pengemulsi
 Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk mencapai efektivitas yang
memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang banyak
 Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten bukan pada
usaha pengadaaan produk pertanian massa

 Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang muncul secara musiman,
mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan menjadi kendala pengembangannya lebih
lanjut
 Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar bahan aktif di bahan nabati yang diperlukan untuk
pelaksanaan pengendalian di lapangan, sehingga hasilnya sulit diperhitungkan sebelumnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Alat
Blender
Pisau dan Gunting
Gelas Ukur
Saringan
Corong
Tempat ekstrak
Plastik dan Karet

1.
2.

Bahan
Daun sirsak 100 lembar
Air 1000 mL

3.2 Cara Kerja

Pembuatan ekstrak
a. Siapkan alat dan bahan
b. Potong daun sirsak
c. Masukkan ke dalam blender
d. Masukkan air
e. Blender sampai halus
f. Keluarkan dari blender
g. Saring dan masukkan ke dalam botol
h. Tutup botol dan diamkan selama 1 minggu
3.3 Pembuatan Larutan
a. Siapkan hasil ekstraksi
b. Masukkan hasil ekstraksi ke dalam gelas ukur sebanyak

Konsentrasi 25% (ekstrak 25 ml dan air 75ml)

Konsentrasi 50% ( ekstrak 50 ml dan air 50 ml)

Konsentrasi 75% (ekstrak 75 ml dan air 25 ml)
c. Setelah bahan tercampur rata dimasukkan ke dalam sparyer
d. Aplikasikan ke tanaman budidaya (sawi)
3.4 Aplikasi
Cara aplikasinya adalah dengan cara penyemprotan menggunakan sparyer pada tanaman sawi,
tiap ulangan ±30ml
3.5 Rancangan Percobaan
 Perlakuan terdiri dari 4 macam yaitu kontrol, konsentrasi 25%, konsentrasi 50% dan konsentrasi
75%
 Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan

Penelitian dilakukan di green house SMKN 1 Purwosari dengan ketinggian 150 mdpl.
a.
Pada tiap tanaman sawi setelah disemprot diberi belalang kemudian ditutup dengan plastik
yang memiliki ventilasi udara
b.
Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap serangan belalang dan efektivitas pestisida
c.
Dilakukan prnghitungan prosentase pada hari terakhir pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Pada bab ini, akan kita lihat jumlah belalang yang mati setelah perlakuan penyemprotan pestisida
nabati.
Tabel 1. Respon belalang hari pertama setelah penyemprotan
PERLAKUAN
KONTROL
KONSENTRASI 25%
KONSENTRASI 50%
KONSENTRASI 75%

25%

ULANGAN 1
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup

ULANGAN II
Hidup
Hidup

ULANGAN III
Hidup

Hidup
Mati

Tabel 2. Respon belalang hari kedua setelah penyemprotan
ULANGAN
ULANGAN
PERLAKUAN
1
II
III
KONTROL
Hidup
Hidup
KONSENTRASI
Mati
Mati
KONSENTRASI

50%
KONSENTRASI
75%

Hidup
Mati

Mati
-

Hidup
Hidup
Hidup

ULANGAN
Hidup
Mati
Mati
Hidup

Tabel 3. Respon belalang hari ketiga setelah penyemprotan
PERLAKUAN
ULANGAN 1
ULANGAN II
ULANGAN III
KONTROL
Hidup
Hidup
Hidup
KONSENTRASI 25%
KONSENTRASI 50%
Mati
KONSENTRASI 75%
Mati
4.2 Pembahasan

Pada hasil pengamatan pertama, yaitu satu hari setelah penyemprotan, terlihat bahwa
belalang pada perlakuan kontrol masih hidup pada semua ulangan. Perlakuan kedua yaitu
konsentrasi 25% juga terlihat bahwa belalang pada tiap ulangan masih hidup. Perlakuan

ketiga, konsentrasi 50% pada tiap ulangan belalang masih hidup. Konsentrasi 75%, pada
ulangan kedua belalang mati dan pada ulangan pertama dan ketiga masih hidup. Pada
pengamatan pertama, ada satu belalang mati yaitu pada konsentrasi 75%.
Pada hasil pengamatan kedua, yaitu pada hari kedua setelah penyemprotan. Pada
pelakuan kontrol setiap ulangannya belalang masih hidup. Pada konsentrasi 25% pada tiap
ulangan belalang mati. Ini berarti jumlah belalang mati pada konsentrasi 25% adalah 3. Pada
konsentrasi 50%, belalang pada ulangan kedua dan ketiga mati sedangkan pada ulangan
pertama tetap hidup. Berarti pada konsentrasi 50% jumlah belalang mati ada 2. Pada
konsentrasi 75%, ada 1 belalang mati pada hari pertama setelah penyemprotan, dan dihari
kedua pada ulangan pertama belalang mati.
Pada hasil pengamatan ketiga, yaitu pada hari ketiga setelah penyemprotan. Belalang
yang ada pada perlakuan kontrol tetap hidup. Pada konsentrasi 25% belalang telah mati pada
hari kedua setelah penyemprotan. Konsentrasi 50% tersisa 1 belalang pada ulangan pertama
dan telah mati. Pada konsentrasi 75% tersisa satu belalang pada ulangan ketiga dan telah
mati.
Dari hasil pengamatan juga dapat dilihat bahwa semua belalang setelah pengamatan
ketiga yang mendapatkan perlakuan penyemprotan pestisida nabati daun sirsak mati. Namun,
jumlah belalang yang mati sekaligus pada tiap ulangan ada pada konsentrasi 25% yang terjadi
pada hari kedua. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi yang tepat untuk digunakan sebagai
pestisida nabati daun sirsak adalah konsentrasi 25% karena kandungan senyawa acetogenin,
pada pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama
menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001).
Keuntungan menggunakan pestisida nabati daun sirsak antara lain:
Dapat mengurangi hama belalang yang menjadi hama bagi tanaman budidaya tanpa merusak
ekosistem atau rantai makanannya
Mengurangi penggunaan bahan kimia dalam budidaya tanaman
Lingkungan lebih terjaga karena tidak ada residu bahan kimia
Tanaman budidaya terutama sayuran dapat tetap sehat untuk dikonsumsi karena tidak
menggunakan pestisida kimia

1.
2.
3.
4.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

a.

Pestisida nabati daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan hama belalang karena
memiliki senyawa-senyawa yang bersifat racun perut bagi hama.
b. Pestisida nabati daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin
dan squamosin. Juga beberapa kandungan kimia yaitu alkaloida, flavonoida, saponin, tanin,
glikosida, gikosida atrakuinon, dan steroid/ triterpenoid.
c. Konsentrasi yang tepat untuk digunakan sebagai pestisida nabati adalah 25% karena bersifat
racun perut bagi hama belalang.
5.2 Saran

Untuk penggunaan pestisida nabati dalam skala besar masih diperlukan penelitian
lebih lanjut terutama untuk volume penyemprotan dan hama yang akan dikendalikan.