PEMBENTUKAN SEL SEL MESIN UNTUK MENDAPAT

GAMBARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI AREAL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) PERKEBUNAN GOALPARA SUKABUMI TAHUN 2009 LAPORAN MAGANG

Oleh : OMMI AMALIA NIM : 105101003293

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

GAMBARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI AREAL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) PERKEBUNAN GOALPARA SUKABUMI TAHUN 2009

LAPORAN MAGANG Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kuliah Semester 8 dan Menunjang Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh : OMMI AMALIA NIM : 105101003293

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Magang, Juni 2009

Ommi Amalia, NIM : 105101003293

Gambaran Program Penanggulangan Kebakaran Di Areal PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara Sukabumi Tahun 2009

xv + 66, 3 tabel, 7 gambar, 3 bagan, lampiran

ABSTRAK

Sehubungan dengan perkembangan sektor industri yang semakin kompleks, terdapat banyak sumber yang berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran. Bahaya kebakaran adalah salah satu musuh utama pada setiap kegiatan produksi. Dengan memperhatikan banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh bahaya kebakaran baik yang diderita oleh pekerja maupun pengusaha maka perlu diadakan suatu program khusus untuk penanggulangan kebakaran yang didalamnya terdapat organisasi penyelamat dan kelengkapan sarana keselamatan terhadap bahaya kebakaran guna menghindari kerugian yang lebih buruk.

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara merupakan perusahaan perkebunan teh milik negara yang berasal dari perusahaan perkebunan milik pemerintah Belanda. Komoditi utama dari PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara ini adalah teh. Teh yang dihasilkan akan dipasarkan baik lokal maupun ekspor.

Kegiatan magang ini dilakukan untuk mengetahui program penanggulangan kebakaran yang ada di areal PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara. PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki resiko bahaya kebakaran sedang. Potensi bahaya kebakaran di perusahaan berasal dari konsleting listrik, rokok, pemanasan lebih (overheated material), letikan bara pembakaran, pengelasan, dan gesekan mekanik. Dalam melakukan pengendalian terhadap kebakaran, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki prosedur kerja tersendiri.

Di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara belum terdapat tim/regu khusus yang berfungsi sebagai organisasi penyelamat apabila terjadi kebakaran. Tetapi perusahaan sudah memiliki beberapa orang dari karyawan yang sudah terlatih dalam bidang kebakaran. Untuk memberikan peringatan secara dini kepada penghuni gedung tentang adanya kejadian kebakaran, perusahaan telah menyediakan Di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara belum terdapat tim/regu khusus yang berfungsi sebagai organisasi penyelamat apabila terjadi kebakaran. Tetapi perusahaan sudah memiliki beberapa orang dari karyawan yang sudah terlatih dalam bidang kebakaran. Untuk memberikan peringatan secara dini kepada penghuni gedung tentang adanya kejadian kebakaran, perusahaan telah menyediakan

Dalam proses evakuasi, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki sarana jalan keluar yang sudah baik dan pintu darurat berupa pintu dorong yang tidak dilengkapi panic handle. Tetapi tangga darurat yang tersedia di perusahaan masih terbuat dari kayu. Untuk tempat berkumpul pada saat evakuasi, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara sudah memiliki area evakuasi yang luas di luar gedung dan dekat dengan gedung serta aman dari bahaya kebakaran. Perusahaan hanya memiliki cerobong yang terpasang di atas ruang produksi sebagai sistem pengendali asap pada saat terjadi kebakaran.

Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk melatih dan mengajarkan karyawan untuk waspada apabila terjadi suatu keadaan darurat. Perusahaan sudah pernah mendapatkan simulasi kebakaran yang diadakan oleh Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten tentang cara menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang benar, sekaligus paraktek langsung oleh karyawan. Selain simulasi tersebut, PT. Perkebunan Nusantara

VIII (Persero) Perkebunan Goalpara juga telah melakukan simulasi internal pada pekerja mengenai kebakaran setiap setahun sekali. Simulasi internal ini lebih mengutamakan pada aspek penyelamatan diri.

Daftar bacaan : 14 (1980-2005)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Magang dengan Judul

GAMBARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI AREAL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) PERKEBUNAN GOALPARA SUKABUMI TAHUN 2009

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 11 Juni 2009

Mengetahui,

Catur Rosidati, SKM, MKM Ir. Indra Budiarto Pembimbing Fakultas

Pembimbing Lapangan

PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 11 Juni 2009

Penguji I

Catur Rosidati, SKM, MKM

Penguji II

Yuli Amran, SKM, MKM

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap

: OMMI AMALIA

Tempat / Tanggal Lahir

: Bukittinggi / 14 Juli 1986

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat : Jl. Raya Bukittinggi – Medan KM. 3,5 Lapau Konsi, Gadut, Bukittinggi, Sumatera Barat, 26152 Kewarganegaraan

Golongan Darah

: dinda181205@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun

Riwayat Pendidikan

SD Negeri 09 Belakang Balok, Bukittinggi

SLTP Negeri 1 Bukittinggi

SMU Negeri 2 Bukittinggi

2005 – sekarang S1 – Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI Tahun

Pengalaman Organisasi

OSIS SLTP Negeri 1 Bukittinggi

1999 – 2000 Ketua Dewan Penggalang (DP) Putri Gudep 173/174 SLTP Negeri 1 Bukittinggi

OSIS SMU Negeri 2 Bukittinggi

2002 – 2003 Ketua Dewan Ambalan (DA) Putri Gudep 327/328 SMU Negeri 2 Bukittinggi

2006 – 2007 Ketua Departemen Seni dan Budaya Keluarga Mahasiswa Minangkabau Jakarta Raya (KMM-JAYA) Koorkom Ciputat

2007 – 2009 Pengurus Pusat – Sekretaris Bidang Seni dan Budaya Keluarga mahasiswa Minangkabau Jakarta Raya (KMM-

JAYA)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan rahmat- Nya sehingga penyusunan laporan ini dapat terselesaikan. Salawat serta salam penulis haturkan kepada baginda besar Muhammad SAW, yang telah menyempurnakan peradaban manusia menjadi terang dan mencerahkan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Magang semester VIII

dengan judul “Gambaran Program Penanggulangan Kebakaran Di Areal PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara Sukabumi Tahun

2009”. Dalam laporan ini penulis mencoba menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan magang penulis khususnya mengenai potensi bahaya kebakaran di perkebunan dan pengolahan teh serta program pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang terjadi.

Dalam proses penyusunan laporan magang ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu dengan ikhlas dan penuh kerendahan hati penulis ingin menghaturkan rasa syukur sebagai implementasi dari rasa terima kasih kepada :

1. Keluarga tercinta, Ayahanda H. Zulfiadi, Ibunda Hj. Helmawati, Adinda Nindi Oktaveni serta seluruh keluarga besar di Bukittinggi. Terima kasih atas doa dan motivasi yang tak terbatas. Great Thanks .

2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan motivasi untuk terus maju dan semangat.

3. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang secara tulus dan penuh kesabaran menyalakan pelita di gelapnya duni a. Kesuksesan adalah perkalian dari kerja keras dan do’a.

4. Ibu Catur Rosidati SKM, MKM yang selalu siap memberikan bimbingan akademik dan pengarahan membangun dalam proses magang.

5. Bapak Ir. Indra Budiarto selaku pembimbing lapangan yang selalu membimbing di lapangan dan memberikan masukan-masukan bermanfaat selama kegatan magang berlangsung.

6. Bapak Wawan, Bapak Nanang, Bapak Asep “Suli”, Bapak Ardi, Bapak Denan, Ibu Lili, Bapak Amir, Bapak Tatang, Bapak Yayat, dan semua personil di pabrik terima kasih atas bantuannya yang telah membuat penulis kerasan di lokasi magang.

7. Kawan-kawan seperjuangan di Kesehatan Masyarakat 2005 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, K3 dan Gizi, semoga sukses selalu menyertai kita. Tetap semangat.

8. Dan Kanda , who always be a spirit and motivation for writer that make writer feel happy everyday and always try to do the best . Unforgetable of you . Harapan penulis, semoga laporan ini memberikan banyak manfaat terutama bagi

perkembangan ilmu dan pengetahuan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Jakarta, Juni 2009

Penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………...

2.1. Prinsip-prinsip Teknis Penanggulangan Kebakaran ………….

2.1.1. Teori Dasar Terjadinya Api …………………………..

2.1.2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran ……....

2.1.3. Klasifikasi Kebakaran ………………………………...

2.1.4. Hasil Pembakaran …………………………………….

10

2.1.5. Metode Pemadaman …………………………………..

2.1.6. Usaha-Usaha Penanggulangan Umum Bahaya Kebakaran …………………………………………….

11

13

2.2. Program Penanggulangan Kebakaran ………………………...

13

2.2.1. Organisasi Keselamatan ………………………………

16

2.2.2. Sarana Pemadam Kebakaran ………………………….

18

2.2.3. Sarana Emergensi dan Evakuasi ……………………...

18

2.2.3.1. Standar Sarana Penyelamatan ……………...

21

2.2.3.2. Perlengkapan penyelamatan ………………..

23

2.3. Prosedur Jika Terjadi Keadaan Darurat ………………………

27

2.4. Pendidikan dan Pelatihan ……………………………………..

29

BAB III LANGKAH DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG …………

29

3.1. Langkah-langkah Kegiatan Magang ………………………….

30

3.2. Jadwal Kegiatan Magang ……………………………………..

33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………

33

4.1. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) ...

54

4.6.2.1. Sarana Jalan Keluar (Jalur Evakuasi) ………

56

4.6.2.2. Pintu Darurat Kebakaran …………………...

57

4.6.2.3. Tangga Darurat Kebakaran ………………...

57

4.6.2.4. Lokasi Berkumpul/Area Evakuasi …………

58

4.6.2.5. Sistim Pengendali Asap ……………………

59

4.7. Pendidikan dan Pelatihan …………………………………….

61

BAB V PENUTUP …………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….

LAMPIRAN …………………………………………………………………...

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

3.1. Jadwal Kegiatan Magang di PT. Perkebunan Nusantara VIII

30 (Persero) Perkebunan Goalpara tanggal 6 Maret s/d 7 April 2009

4.1. Hasil Pengamatan Sarana Proteksi Kebakaran Aktif dan Pasif di PT.

45 Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebuanan Goalpara tahun 2009

4.2. Kesesuaian APAR PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

51 Goalpara dengan Permennaker No. Per-04/Men 1980

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

47

4.1. Alarm dan Sirine Untuk Komunikasi Bahaya Kebakaran

50

4.2. Letak dan Jenis APAR

53

4.3. Posisi APAB yang Tidak Wajar

55

4.4. Jalur Evakuasi di Areal Pabrik

56

4.5. Pintu Darurat Untuk Evakuasi

58

4.6. Area Evakuasi di Luar Gedung

59

4.7. Cerobong Asap Sebagai Pengendali Asap

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

3.1. Langkah-langkah Kegiatan Magang

4.1. Struktur Organisasi Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII

41 (Persero) Perkebunan Goalpara

4.2. Alur Prosedur Kerja Pengendalian Kebakaran PT. Perkebunan

44 Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penerapan K3 secara umum merupakan syarat utama di dalam setiap proses bekerja, karena seiring dengan bertambah pesatnya sektor perindustrian sekarang ini serta penerapan teknologi yang sudah sangat modern maka bidang K3 juga harus diperhatikan. Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan bahwa “setiap warga negara behak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pekerjaan adalah pekerjaan

yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat, selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sehingga dapat hidup layak sesuai dengan hak dan martabat manusia.

Sehubungan dengan perkembangan sektor industri yang semakin kompleks, terdapat banyak sumber yang berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran. Bahaya kebakaran adalah salah satu musuh utama pada setiap kegiatan produksi. Karena dari semua elemen yang ada di suatu kegiatan produksi dapat mengakibatkan kebakaran, seperti mesin-mesin, instalasi listrik, peralatan, bahan-bahan, dan juga faktor human error . Tidak ada yang dapat mempengaruhi suatu industri sebanyak kerusakan dan kesengsaraan yang ditimbulkan oleh kebakaran. (Erkin,John H.J.,1997).

Terjadinya api/kebakaran disebabkan bergabungnya tiga unsur seperti bahan bakar, panas dan oksigen. PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perkebunan Goalpara memiliki ketiga unsur tersebut. Dalam proses pengolahan perusahaan menggunakan bensin sebagai bahan bakar. Sumber panas dihasilkan dari gesekan mekanik, bunga api listrik, letikan bara pembakaran, pemanasan lebih dan sinar matahari. Ruang produksi juga memiliki ventilasi yang berfungsi sebagai keluar masuk udara bersih termasuk oksigen. Jika ketiga unsur tersebut di atas bergabung dengan kondisi dan komposisi yang tepat, maka akan terjadi kebakaran/api.

Oleh karena itu, perusahaan perlu memikirkan dan mempersiapkan suatu cara guna menanggulangi adanya risiko kebakaran yang dapat terjadi kapan saja. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerugian yang timbul akibat kebakaran yang terjadi. Bahaya kebakaran dapat dicegah dengan pengamanan bangunan dan proses produksi di perusahaan. Misalnya dengan menerapkan peraturan perundangan K3 serta Lingkungan (LK3). Penyediaan alat pemadam dan juga membuat perencanaan untuk menghadapi keadaan darurat guna mengendalikan kerugian serta dampak yang ditimbulkan dari berbagai bentuk bencana yang bisa terjadi.

Dengan demikian sudah saatnya di lingkungan kerja menyediakan sarana keselamatan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja terutama di bidang industri yang rentan dengan risiko kebakaran. Namun kenyataan yang ada pada saat ini penggunaan berbagai macam material, mesin- mesin, alat-alat kerja, energi, proses kerja yang buruk, kurang keterampilan dan latihan kerja, serta tidak adanya pengetahuan tentang sumber bahaya dalam industrialisasi berpotensi menimbulkan kebakaran. Dengan memperhatikan Dengan demikian sudah saatnya di lingkungan kerja menyediakan sarana keselamatan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja terutama di bidang industri yang rentan dengan risiko kebakaran. Namun kenyataan yang ada pada saat ini penggunaan berbagai macam material, mesin- mesin, alat-alat kerja, energi, proses kerja yang buruk, kurang keterampilan dan latihan kerja, serta tidak adanya pengetahuan tentang sumber bahaya dalam industrialisasi berpotensi menimbulkan kebakaran. Dengan memperhatikan

1.2. Tujuan Kegiatan

1.2.1. Tujuan Umum

Didapatkannya gambaran mengenai program penanggulangan kebakaran di areal PT. Perkebuanan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi tahun 2009.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran umum PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

2. Diketahuinya gambaran struktur organisasi keselamatan kebakaran baik struktural maupun fungsional di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

3. Diketahuinya prosedur kerja penanggulangan kebakaran PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

4. Diketahuinya informasi mengenai sarana pemadam kebakaran yang tersedia di PTP. Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

5. Diketahuinya informasi mengenai evakuasi kebakaran yang diberlakukan di PTP. Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

6. Diketahuinya informasi mengenai pelaksanaan inspeksi, usaha-usaha pembinaan dan pelatihan terhadap karyawan mengenai program penanggulangan kebakaran.

1.3. Manfaat Kegiatan

1.3.1. Bagi Perusahaan

1. Perusahaan dapat menjalankan program perusahaan yang berada di sektor edukasi.

2. Perusahaan dapat melakukan pertimbangan/koreksi/update terhadap potensi bahaya kebakaran yang ada di lingkungan kerja.

3. Perusahaan dapat melibatkan mahasiswa dalam melaksanakan program K3.

4. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara perusahaan dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

1.3.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Sebagai sarana pembelajaran secara langsung mengenai sistem penanggulangan kebakaran.

2. Masukan yang bermanfaat dalam pengembangan kurikulum di program studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat dengan institusi lain.

1.3.3. Bagi Mahasiswa

1. Dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang telah didapat di perkuliahan pada tempat kerja yang sesungguhnya.

2. Memperoleh pengalaman kerja dan sekaligus sebagai media pembelajaran nyata.

3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam proses pengendalian kebakaran di lingkungan kerja.

1.4. Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan magang dilaksanakan selama satu bulan pada tanggal 6 Maret –

8 April 2009 di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Prinsip-Prinsip Teknis Penanggulangan Kebakaran

2.1.1. Teori Dasar Terjadinya Api

Api adalah suatu reaksi kimia yang diikuti oleh evolusi/pengeluaran cahaya dan panas. Reaksi kimia mengandung pengertian adanya proses yang berlangsung secara kimia. Terjadinya api/kebakaran disebabkan bergabungnya tiga unsur seperti bahan bakar, panas dan oksigen. Bahan bakar adalah suatu bahan yang mudah terbakar, yang secara fisik terbagi atas :

1. Bahan bakar gas : asetilen, metana, hidrokarbon, dll.

2. Bahan bakar cair : kerosin, minyak tanah, bensin, dll.

3. Bahan bakar padat : kayu, kertas, batu bara, logam, karet, dll Panas yang dibutuhkan untuk pembakaran tersebut haruslah cukup mencapai temperatur minimum dari bahan-bahan tersebut. Sumber-sumber panas dapat berasal dari : gesekan, bunga api listrik, petir, sinar matahari, tekanan dan lain- lain. Oksigen adalah salah satu unsur yang terdapat di udara atau dihasilkan melalui proses kimia yang memiliki kandungan sebesar 21%. Untuk terjadinya api diperlukan kandungan oksigen antara 16%-21%. Jika ketiga unsur tersebut di atas bergabung dengan kondisi dan komposisi yang tepat, maka akan terjadi kebakaran/api. Proses inilah yang dikenal sebagai proses Segitiga Api

2.1.2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran

Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyelidikan dan analisa dari setiap peristiwa kebakaran dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya kebakaran dan peledakan bersumber pada 3 (tiga) faktor, yaitu :

1. Faktor manusia

a. Kurangnya pengertian terhadap penanggulagan bahaya kebakaran. Dalam hal ini, orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti atau hanya sedikit mengetahui tentang cara-cara penanggulangan bahaya kebakaran, misalnya :

1) Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber api/panas, seperti : meletakkan kompor yang sedang menyala di dekat dinding yang mudah terbakar.

2) Memadamkan api (kebakaran) yang sedang terjadi dengan menggunakan peralatan pemadaman/media pemadaman yang bukan pada tempatnya/fungsinya, seperti : memadamkan api yang berasal dari kebakaran benda cair (bensin, solar, minyak tanah, dll) dengan menggunakan air.

b. Kelalaian Dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-orang yang sudah memahami/mengerti tentang cara-cara penanggulangan kebakaran. Hanya saja ia malas/lalai untuk menjalaninya, misalnya :

1) Tidak pernah mau memperhatikan/meneliti atau mengadakan pengontrolan/pemeriksaan secara rutin terhadap alat-alat yang akan dan sedang dipakai (kompor, generator, instalasi listrik, alat- alat listrik, dll).

2) Tidak pernah mengadakan pengamatan terhadap lingkungan situasi setempat sewaktu akan meninggalkan ruang kerja dan tempat tinggal.

3) Membiarkan anak-anak bermain api.

4) Tidak pernah mengadakan pengontrolan terhadap perlengkapan alat pemadam kebakaran.

5) Tidak mematuhi larangan-larangan di suatu tempat.

c. Disengaja Yakni suatu kebakaran yang benar-benar sengaja dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya saja mencari keuntungan pribadi dan untuk balas dendam.

2. Faktor teknis

a. Melalui proses mekanis, dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api akibat dari pengetesan benda-benda maupun adanya api terbuka.

b. Melalui proses kimia, yaitu terjadi sewaktu pengangkutan bahan- bahan kimia berbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa memperhatikan petunjuk-petunjuk yang ada.

c. Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan pendek sehingga menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau membakar komponen yang lain.

3. Faktor alam

a. Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat dari faktor alam.

b. Gunung meletus, bisa menyebabkan kebakaran hutan yang luas, juga perumahan-perumahan yang dilalui oleh lahar panas.

2.1.3. Klasifikasi Kebakaran

Menurut NFPA, kebakaran dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas :

1. Kelas A : kebakaran pada bahan padat bukan logam seperti kayu, batu bara, kain, karet dan lain-lain.

2. Kelas B : kebakaran pada bahan cair dan gas seperti : bensin, tinner, cat, dan lain-lain.

3. Kelas C : kebakaran pada instalasi listrik

4. Kelas D : kebakaran pada logam-logam yang mudah terbakar seperti magnesium, natrium dan lain-lain.

2.1.4. Hasil Pembakaran

Asap, sebagai hasil pembakaran yang kurang sempurna. Contoh pembakaran sempurna: CH 4 +2O 2 CO 2 +2H 2 O, dan pembakaran yang tidak sempurna: CH 4 +2O 2 CO 2 + H 2 O+H 2

Sedangkan warna asap tergantung dari sifat material pada kelas A.

1. Putih atau abu-abu ringan menandakan pembakaran bebas (free burning).

2. Hitam atau abu-abu gelap menandakan kebakaran yang panas sekali dan kurang oksigen.

3. Kuning, merah, ungu, dan lain-lain menndakan adanya gas-gas beracun.

2.1.5. Metode Pemadaman

Prinsip pemadaman kebakaran pada dasarnya adalah merusak keseimbangan campuran antara unsur/faktor penunjang terjadinya api (Sumanto Iman Khasani : 1991). Adapun metode-metode yang dapat dilakukan dalam usaha pemadaman kebakaran adalah:

1. Smothering Metode ini dikenal dengan sistem pemadaman isolasi/lokalisasi, yakni dengan melakukan pemutusan terhadap udara luar dengan benda/bahan yang terbakar agar perbandingan udara (oksigen) dengan benda yang terbakar berkurang.

2. Starvation Metode ini dengan mengurangi/mengambil jumlah bahan-bahan yang mudah terbakar atau menutup aliran bahan (cairan/gas) yang terbakar.

3. Cooling Metode ini dilakukan dengan cara mengurangi/menurunkan panas hingga benda yang terbakar mencapai suhu di bawah titik nyalanya.

4. Inhibition of the chemical chain reaction Metode ini dilaksanakan dengan menggunakan alat pemadam api, dimana

pada saat pemadaman berlangsung, partikel-partikel media pemadaman api yang dipakai dapat menyerap/mengikat radikal hidroksil dari api secara kimiawi ataupun mekanis.

5. Emulsification Metode ini dengan cara pengumpulan, misalnya memadamkan api dari

kebakaran plastik dengan menggunakan air.

6. Pelarutan Metode ini dengan cara penggumpalan, misalnya memadamkan api dari kebakaran alkohol dengan menggunakan air.

2.1.6. Usaha-Usaha Penanggulangan Umum Bahaya Kebakaran

Penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu :

1. Tindakan Preventif Usaha pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya kebakaran dengan maksud menekan atau mengurangi faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kebakaran antara lain:

a. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan

b. Pengawasan terhadap bahan-bahan bangunan

c. Pengawasan terhadap penyimpanan dan penggunaan barang-barang

d. Pengawasan terhadap peralatan yang dapat menimbulkan api d. Pengawasan terhadap peralatan yang dapat menimbulkan api

f. Pengadaan sarana pengindera kebakaran

g. Penegakan peraturan dan ketentuan

h. Mengadakan latihan secara berkala

2. Tindakan Represif Usaha-usaha yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran dengan maksud untuk memperkecil kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran.

a. Usaha Pemadaman

1) Penggunaan peralatan pemadam kebakaran

2) Mencegah meluasnya kebakaran

3) Penggunaan alat-alat penunjang

b. Pertolongan atau penyelamatan jiwa manusia dan harta benda

1) Pengamanan daerah kebakaran dan bahaya kebakaran

2) Pelaksanaan evakuasi

3) Mempersiapkan tempat berkumpul dan daerah aman

c. Usaha-usaha pencarian

1) Mencari sumber api untuk dipadamkan

2) Mencari orang-orang untuk diselamatkan bila dalam keadaan terjebak

3) Mencari harta benda atau dokumen penting untuk diamankan

3. Tindakan Rehabilitatif Upaya-upaya yang dilakukan setelah terjadi kebakaran dengan maksud evaluasi dan menganalisa peristiwa kebakaran untuk mengambil langkah- langkah selanjutnya, antara lain :

a. Menganalisa tindakan-tindakan yang telah dilakukan

b. Membuat pendataan menyelidiki faktor-faktor penyebab kebakaran

2.2. Program Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan pengamatan dan pemadaman kebakaran serta meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan (Gatot Soedharto : 1984). Dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar, pengintensifan, pencegahan, dan penanggulangan terhadap kebakaran harus ditingkatkan, agar kerugian dapat diperkecil dan agar korban jiwa menjadi sedikit mungkin.

2.2.1. Organisasi Keselamatan

Organisasi keselamatan adalah organisasi intern yang bertujuan untuk mengamankan penghuni pemakai gedung ataupun harta benda di dalam dan di lingkungan bangunan terhadap ancaman bahaya kebakaran (Dinas Kebakaran DKI Jakarta:1992). Sistem pengamanan dalam organisasi keselamatan berada di bawah koordinasi seorang penanggung jawab yang mengelola tugas-tugas yang meliputi :

1. Penyusunan rencana strategi sistem pengamanan kebakaran

2. Pemeriksaan dan pemeliharaan sarana pemadam/penyelamatan

3. Pemeriksaan secara berkala

4. Pelaksanaan latihan penaggulangan bahaya kebakaran

5. Evakuasi penghuni saat kebakaran Menurut dewan K3 nasional (1981), anggota unit/regu penanggulangan

kebakaran menurut fungsi tugasnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Unit/regu khusus penanggulangan kebakaran adalah suatu bagian dari organisasi di organisasi di tempat kerja yang diberikan beban tugas dan tanggung jawab khusus untuk menangani masalah penanggulangan bahaya di tempat kerja yang bersangkutan.

2. Unit/regu penanggulangan kebakaran yang berfungsi sebagai tugas sampingan adalah selain mereka telah ditunjuk sebagai unit/regu penaggulangan kebakaran di tempat kerja, mereka tetap mempunyai tanggung jawab atas pekerjaan sebagaimana karyawan lain.

Mereka ini harus mengikuti program latihan baik secara teoritis maupun praktek dan harus pula dilengkapi dengan perlengkapan yang menunjang pelaksanan tugasnya.

Mengenai organisasi keselamatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Organisasi Berlakar (bantuan keselamatan kebakaran) unit:

a. Anggota satuan pengamanan setempat dan teknisi

b. Bertugas selama 1 x 24 jam

c. Bertanggung jawab di seluruh bangunan gedung c. Bertanggung jawab di seluruh bangunan gedung

e. Bentuk susunan organisasi meliputi:

1) Pimpinan keselamatan kebakaran

2) Wakil pimpinan keselamatan kebakaran

3) Pengawasan evakuasi gedung

4) Petugas pemadam kebakaran

5) Petugas P3K

6) Petugas pos komando

7) Petugas panel control

8) Petugas generator

9) Petugas lift kebakaran

10) Petugas pengaman lingkungan

11) Petugas di tempat berhimpun (pos pertolongan)

2. Organisasi peran kebakaran

a. Anggota seluruh penghuni bangunan

b. Bertugas pada jam-jam kerja

c. Dibentuk disetiap lantai ruangan

d. Susunan organisasi sesuai dengan kebutuhan

e. Susunan organisasi meliputi:

1) Kepala peran kebakaran lantai

2) Wakil kepala peran kebakaran lantai

3) Petugas pemadam kebakaran

4) Petugas penyelamat pencari evakuasi

2.2.2. Sarana Pemadam Kebakaran

1. Alarm Kebakaran

a. Alarm kebakaran adalah suatu komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran (Permenaker No. Per02/Men/1983)

b. Alarm kebakaran yang memberikan tanda/isyarat yang tertangkap oleh pandangan mata secara jelas ( visible alarm ) yakni lampu indikator.

2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR ialah alat yang ringan serta mudah digunakan oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Berikut ini beberapa media yang pemadam api yang umum dipakai sebagai APAR :

a. Tepung kimia kering

b. Air

c. Busa (foam)

d. Halon (cairan mudah menguap)

e. CO 2 Indikator keberhasilan APAR dalam memadamkan api (ILO : 1989) sangat tergantung dari 4 faktor, yaitu:

a. Pemilihan jenis APAR yang tepat sesuai dengan klasifikasi kebakaran

b. Pengetahuan yang benar mengenai teknik penggunaan APAR

c. Kecukupan jumlah isi bahan pemadam yang ada dalam APAR

d. Berfungsinya APAR dengan baik

APAR merupakan pertahanan pertama terhadap kebakaran, dan sangat efektif bila digunakan saat kebakaran masih berada pada tahap awal. Oleh karena itu APAR harus disediakan di semua tempat yang mudah dijangkau. Penggunaan APAR yang memenuhi syarat Permennaker No. Per. 04/Men/1980, sebagai berikut :

a. Setiap jarak 15 meter

b. Di tempat yang mudah dilihat atau dijangkau

c. Pada jalur keluar arah refleks pelarian

d. Memperhatikan suhu sekitarnya

e. Tidak terkunci

f. Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar

g. Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi seperti jumlah bahan bakar, ukurannya, dan kecepatan menjalarnya.

h. Orang yang akan menggunakannya

i. Kemungkinan terjadinya reaksi kimia j. Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang menggunakan

APAR

3. Hidran Hidran adalah rangkaian yang digunakan untuk pemadaman kebakaran dengan bahan utama air. Ada hydrant yang dipasang di luar ataupun di dalam gedung. Hydrant biasanya dilengkapi dengan selang (fire house) yang disambung dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan rapi di dalam suatu kotak hidran baja dengan warna cat merah mencolok.

Pemasangan hidran kebakaran dalam mengamankan bangunan gedung akan menjadi suatu keharusan. Pengujian dan pengawasan instalasi hidran kebakaran untuk menjamin terpeliharanya instalasi tersebut agar dapat tetap berfungsi dengan baik harus mendapat perhatian sebagaimana mestinya.

2.2.3. Sarana Emergency dan Evakuasi

Salah satu upaya penanggulangan kebakaran terutama untuk mencegah dan mengurangi akibat buruk dari kebakaran terhadap jiwa raga, serta untuk mempermudah pemberantasan kebakaran adalah dengan tersedianya sarana dan pra-sarana emergensi dan evakuasi yang memenuhi standar. (Prapto Kartoatmojo : 1992). Menurut Ramli (1998), perlunya penciptaan sistem kebakaran yang bertujuan untuk menghindarkan terjadinya kebakaran dan bila terjadi dapat diatasi dengan cepat dan tepat tanpa menimbulkan korban jiwa atau kerusakan yang berarti.

Menurut Prapto Kartoatmojo (1992), ada beberpa hal yang dipandang perlu keberadaannnya dalam masalah penyelamatan dari ancaman bahaya kebakaran pada bangunan :

2.2.3.1. Standar Sarana Penyelamatan

1. Rute penyelamatan diri Merupakan sarana penyelamatan dari daerah kebakaran ke tempat aman atau daerah yang aman, baik secara vertikal maupun horizontal, yang dapat berupa pintu, tangga, koridor jalan keluar atau kombinasi dari 1. Rute penyelamatan diri Merupakan sarana penyelamatan dari daerah kebakaran ke tempat aman atau daerah yang aman, baik secara vertikal maupun horizontal, yang dapat berupa pintu, tangga, koridor jalan keluar atau kombinasi dari

a. Langsung menuju ke tempat terbuka

b. Melalui koridor atau gang

c. Melalui terowongan atau tangga kedap asap atau api Rute penyelamatan diri harus memenuhi syarat sehingga memungkinkan seluruh penghuni dapat menyelamatkan diri dengan cepat dan aman. Persoalannya adalah bagaimana agar seluruh penghuni dapat berevakuasi secara serentak, dalam waktu yang singkat dan aman. Sebagai pedoman dalam perencanaan rute keselamatan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan :

a. Klasifikasi hunian

1) Resiko ringan

2) Resiko sedang

3) Resiko berat

b. Lamanya waktu keluar

1) Resiko ringan

: 3 menit

2) Resiko sedang

: 2,5 menit

3) Resiko berat

: 2 menit

c. Panjang jarak tempuh

1) Resiko ringan

: 30 meter

2) Resiko sedang

: 20 meter

3) Resiko berat

: 15 meter : 15 meter

Jadi, dengan rumus sederhana :

Jumlah orang = Unit exit

40 x standar waktu

Selanjutnya ketentuan setiap satuan unit exit ditetapkan sebagai berikut :

Satu unit exit

Dua unit exit

Tiga unit exit

Empat unit exit

d. Penempatan pintu keluar Penempatan pintu keluar darurat harus diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau pintu keluar tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan.

e. Koridor dan jalan keluar Koridor dan jalan keluar sangat perlu untuk memperlancar jalannya para penghuni keluar meninggalkan daerah kebakaran/berbahaya menuju tempat aman, apabila terjadi kebakaran. Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas e. Koridor dan jalan keluar Koridor dan jalan keluar sangat perlu untuk memperlancar jalannya para penghuni keluar meninggalkan daerah kebakaran/berbahaya menuju tempat aman, apabila terjadi kebakaran. Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas

2. Pengamanan rute penyelamatan evakuasi

a. Rute penyelamatan harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.

b. Koridor, terowongan, tangga darurat harus merupakan daerah aman sementara dari bahaya api, asap, dan gas.

c. Rute penyelamatan harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung dari sumber utama

d. Arah menuju exit harus dipasang petunjuk yang jelas

e. Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan

PINTU DARURAT EMERGENCY EXIT

Warna tulisan hijau diatas dasar putih tembus cahaya dan dibagian belakang tanda tersebut dipasang lampu pijar yang selalu menyala.

2.2.3.2. Perlengkapan penyelamatan

1. Kelengkapan penolong

a. Self contained breathing j. Safety belt apparatus (SCBA)

k. Parat masker

b. Helmet l. Peralatan P3K b. Helmet l. Peralatan P3K

n. Alat-alat potong, pukul dan

d. Sarung tangan angkat

e. Fire safety shoes o. Alat pemadam Api Ringan

f. Fire blanket (APAR)

g. Carrabiner (cincin kait) p. Alat pengindera gas (gas

h. Tali/tambang detector)

i. Peralatan komunikasi

2. Kelengkapan pada bangunan

a. Pintu kebakaran

i. Petunjuk arah jalan keluar

b. Pintu ruanagan j. Hellypad

c. Tangga darurat k. Telepon darurat

d. Tangga kebakaran l. Fire alarm system

e. Koridor m. Genset

f. Jalan landai n. Tempat berhimpun

g. Lift kebakaran

h. Penerangan darurat

3. Peralatan evakuasi

a. Tambang

b. Sliding roll (terpal peluncur)

c. Escape chute

d. Davy escape (orero)

e. Tangga gantung e. Tangga gantung

g. Stop chut

2.3. Prosedur jika terjadi keadaan darurat

Menurut Sururi (1998), permasalahan yang paling mendasar pada saat tejadi keadaan darurat bagi gedung yang dihuni oleh banyak orang dengan segala macam kegiatan didalamnya adalah faktor kepanikan. Kepanikan yang tidak dapat dikendalikan akan berkembang menjadi faktor histeris.

Selanjutnya menurut Sururi (1998), prosedur ini harus dibuat dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dicerna dengan cepat oleh semua lapisan penghuni gedung. Tindak lanjut dri penerapan emergency procedures adalah dilaksanakannya latihan kebakaran dan evakuasi.

Dalam prosedur bila terjadi kebakaran maka ada beberapa hal berikut ini yang harus diperhatikan yakni (Depnaker : 1996) :

1. Langkah-langkah yang perlu diambil Bila terjadi kebakaran harus diambil langkah-langkah yang cepat dan tepat, tetapi tetap mengutamakan keselamatan. Kondisi setempat akan mempengaruhi urutan langkah-langkah yang harus dilakukan.

a. Tanda membunyikan alarm : jenis-jenis alarm harus sudah ditetapkan dan diketahui oleh semua karyawan yang ada di perusahaan tersebut. Misalnya :

1) Bunyi sirine untuk menunjukkan jam masuk, istirahat dan pulang

2) Bunyi kentongan untuk bencana alam

3) Bunyi bel panjang untuk tanda kebakaran

b. Setelah terdengar tanda kebakaran, maka : Bagi karyawan yang mendapat tugas sampingan dapat segera melaksanakan tugasnya. Bagi anggota regu pemadam khusus supaya mempersiapkan diri sesuai dengan bidang tugasnya.

c. Pengungsian : pengungsian untuk karyawan dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.

d. Memadamkan api : yang penting harus diperhatikan ialah penyelamatan jiwa manusia, dan kedua baru memadamkan api. Tetapi jika keadaan memungkinkan hal ini dapat dilakukan serentak.

2. Mengatur rencana evakuasi Sebagai prioritas utama dalam mengatur rencana evakuasi adalah penilaian terhadap tata letak ruang tempat kerja. Sebuah peninjauan dari penghuni harus dibuat analisa agar tindakan perbaikan dari orang-orang dalam ketegangan dapat diambil serta menaggulangi keadaan darurat sedemikian rupa, sehingga dapat dikembangkan. Percobaan-percobaan seperti itu telah dilakukan di luar negri dan menunjukkan bahwa para pengungsi dapat bereaksi secara positif terhadap adanya bahaya kebakaran jika tersedianya kondisi-kondisi, termasuk dalam hal ini, suatu pengetahuan bahwa keselamatan akan dapat dijangkau, bila rute-rute melarikan diri terjamin dan bahwa orang- orang yang terkait mudah dikenal akan prosedur-prosedur keadaan darurat.

3. Prosedur evakuasi Satuan organisasi gawat darurat pada waktu terjadi kebakaran menunjukkan adanya pengaturan prosedur keselamatan dan pencegahan kebakaran untuk suatu tempat kerja baik itu perkantoran, industri maupun komplek perumahan, harus ditentukan. Pedoman prosedur darurat yang dibuat oleh satuan penanggulangan kebakaran dalam kejadian kebakaran meliputi :

a. Gambaran umum suatu tempat kerja dan jalan-jalan keluar untuk penyelamatan

b. Tempat aman atau daerah aman

c. Seksi-seksi dan staf yang mempunyai tugas ganda keadaan darurat dalam suatu tempat kerja, antara lain :

1) Memberi intruksi yang jelas kepada semua penghuni untuk memahami setiap kejadian

2) Menunjuk petugas untuk press relation

3) Cara penyelamatan

4) Menyelamatkan barang/dokumen penting

5) Menunjukkan arah keluar gedung dan tempat aman

6) Mengecek semua karyawan/penghuni/tenaga kerja

7) Semua staf harus segera melaporkan ke tempat yang telah ditentukan

8) Melokalisir dan mengamankan tempat aman pengungsi maupun untuk barang/dokumen penting

4. Memilih rute evakuasi Para penghuni/karyawan harus sudah dapat memilih rute-rute untuk menyelamatkan diri dari nyala api. Rute-rute meloloskan diri harus dirancang untuk memuat jumlah orang yang akan memakainya. Rute ini harus menjamin keamanan pengungsi dari nyala api, asap dan gas-gas. Jarak perjalanan ke daerah yang dilindungi harus sudah diperhitungkan mudah tidaknya bangunan berikut isi dan jumlah penghuni. Jarak perjalanan ke luar tempat aman harus memenuhi ketentuan teknis yang telah ditentukan. Sekiranya tempat ke luar menuju daerah aman ada 2 buah, jarak perjalanan ke luar ke tempat aman tidak sama dengan yang hanya memiliki 1 buah tempat keluar.

5. Pengamanan rute evakuasi Cara yang sesuai untuk meloloskan diri dari api harus tersedia dan cukup memadai untuk seluruh penghuni yang berada di dalam suatu bangunan. Jalan-jalan, tangga, koridor-koridor dan lobi merupakan sebagian dari rute-rute evakuasi, harus dilindungi oleh dinding-dinding, lantai-lantai dan langit-langit yang mampu menahan api paling sedikit 1 jam, lebih baik selama 2 jam dengan pintu tahan api yang dapat menutup sendiri untuk tiap-tiap pintu masuk ke tempat yang mengelilinginya. Koridor, jalan tangga dan jalan keluar, harus cukup lebar dan cukup banyak sehinga setiap orang yang berada di dalam gedung dapat terevakuasi dengan cepat. Lebar pintu minimum yang digunakan sebagai 5. Pengamanan rute evakuasi Cara yang sesuai untuk meloloskan diri dari api harus tersedia dan cukup memadai untuk seluruh penghuni yang berada di dalam suatu bangunan. Jalan-jalan, tangga, koridor-koridor dan lobi merupakan sebagian dari rute-rute evakuasi, harus dilindungi oleh dinding-dinding, lantai-lantai dan langit-langit yang mampu menahan api paling sedikit 1 jam, lebih baik selama 2 jam dengan pintu tahan api yang dapat menutup sendiri untuk tiap-tiap pintu masuk ke tempat yang mengelilinginya. Koridor, jalan tangga dan jalan keluar, harus cukup lebar dan cukup banyak sehinga setiap orang yang berada di dalam gedung dapat terevakuasi dengan cepat. Lebar pintu minimum yang digunakan sebagai

2.4. Pendidikan dan Pelatihan

Latihan dimaksudkan untuk menetapkan suatu prosedur untuk bertindak bila terjadi kebakaran. Hasil dari latihan ini bila benar terjadi kebakaran maka :

a. Orang yang mungkin ada di dalam bahaya dapat bertindak dengan tenang dan teratur.

b. Bila diperlukan pengungsian dapat berjalan dengan cepat dan teratur Masalah pendidikan untuk mencapai suatu tindakan yang sangat efektif

sangat diperlukan. Begitu pula pendidikan tentang evakuasi terutama bagi mereka yang bertugas pada malam hari sangat diprioritaskan. Ragam pendidikan juga harus diseduaikan menurut kondisi yang ada misalnya karyawan untuk rumah sakit dan karyawan pada tempat kerja lain. Kemudian sumber penyebab kebakaran pada rumah sakit berbeda dengan yang ada di daerah kompleks penghunian lainnya. Perbedaan-perbedaan lingkungan dari rumah sakit menghendaki program pendidikan yang luas tertuju untuk menanggulangi areal yang mdah terkena api. Alat peraga visual dan pendidikan tertulis harus diperoleh dan dikembangkan oleh manajemen untuk mengadakan program pencegahan api secara efektif serta pengawasannya.

Frekuensi latihan dan pendidikan evaluasi untuk setiap perusahaan akan selalu tergantung kepada berat ringannya bahaya kebakaran dari masing-masing perusahaan. Pada umumnya latihan dilakukan sebagai berikut :

e. Bahaya kabakaran ringan

:1 – 2 kali/tahun

f. Bahaya kebakaran sedang : 3 – 4 kali/tahun

g. Bahaya kebakaran berat

:6 – 8 kali/tahun

Untuk melaksanakan latihan dengan baik dan efektif instruksi yang diberikan kepada para peserta latihan harus memenuhi syarat :

a. Benar, jelas dan singkat

b. Bahasa sederhana dan dapat dilaksanakan

c. Tidak menimbulkan keraguan-raguan untuk bertindak

BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN

3.1. Langkah-langkah Kegiatan Magang

Bagan 3.1.

Bagan Langkah-langkah Kegiatan Magang

PERSIAPAN

1. Membuat proposal

2. Mencari institusi atau perusahaan tempat magang

3. Membuat surat keterangan magang dari program studi Kesehatan Masyarakat

4. Memberikan surat keterangan magang kepada institusi yaitu PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

PELAKSANAAN (6 Maret s/d 8 April 2009)

1. Ikut serta dalam kegiatan di kantor induk, bagian pengolahan (pabrik), bengkel, teknik, gudang dan diesel

2. Mempelajari program penanggulangan kebakaran yang diberlakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

3. Mencari data perusahaan, data K3 dan data pendukung yang berhubungan dengan judul magang

4. Bimbingan dengan pembimbing lapangan

5. Bimbingan dengan dosen pembimbing fakultas

LAPORAN

1. Menyusun laporan magang

2. Seminar laporan magang

3. Revisi laporan magang

3.2. Jadwal Kegiatan Magang

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Magang di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara Tanggal 6 Maret s/d 7 April 2009

No Hari Tanggal

Kegiatan

Tempat

1 Jum’at

6 Maret Perkenalan dengan pihak

Kantor Induk PT.

perusahaan (kantor dan

PN VIII Goalpara

pabrik/pengolahan)

2 Sabtu

7 Maret Pengarahan dari pembimbing

Kantor Unit

11 Maret Pengenalan lingkungan kerja

PT. PN VIII

12 Maret - Diskusi dengan petugas K3

- Bag. Pengolahan

- Pengambilan data sekunder

(pabrik) - Kantor Induk

5 Jum’at 13 Maret - Inspeksi APAR I Unit Kerja

- Mengikuti proses kerja di bagian Layuan/Meber,

pengolahan

Penggilingan,

- Pengambilan data sekunder

Fermentasi dan Pengeringan/HE

6 Sabtu

14 Maret - Diskusi dengan petugas K3

- Bag. Pengolahan

- Mengikuti proses kerja di bagian

(pabrik)

pengolahan

- Kantor Induk)

- Pengambilan data sekunder

7 Minggu 15 Maret - Mengikuti proses kerja di bagian - Bag. Pengolahan

- Pengambilan data sekunder

- Kantor Induk

- Konsultasi dengan pembimbing lapangan

8 Rabu

18 Maret - Mengikuti proses kerja di bagian - Bag. Pengolahan

- Pengambilan data sekunder

- Kantor Induk

9 Kamis

19 Maret - Wawancara pekerja

- Unit Sortasi,

- Inspeksi APAR II

Pengepakan dan

- Pengambilan data sekunder

Gudang - Kantor Induk

10 Jum’at 20 Maret - Diskusi dengan petugas K3 - Bag. Pengolahan

- Pengambilan data sekunder

(pabrik)

- Mengikuti proses kerja di bagian pengolahan

No Hari Tanggal

21 Maret - Wawancara pekerja - Bag. Pengolahan 2009

- Inspeksi jalur evakuasi dan area

(pabrik)

evakuasi

- Areal PT. PN

VIII Goalpara

12 Minggu 22 Maret - Mengikuti proses kerja di bagian - Bag. Pengolahan 2009

pengolahan (pabrik)

(pabrik)

- Pengambilan sekunder

- Kantor Induk

13 Selasa

24 Maret - Diskusi dengan petugas K3 - Bag. Pengolahan 2009

- Pengambilan data sekunder

(pabrik) - Kantor Induk

14 Rabu

25 Maret - Inspeksi APAR III - Ruang Diesel 2009

- Pengambilan data sekunder

- Kantor Induk

- Diskusi dengan petugas diesel

15 Kamis

26 Maret - Wawancara pekerja di pabrik - Bag. Pengolahan 2009

- Diskusi dengan petugas K3

(pabrik) - Kantor Induk

16 Jum’at 27 Maret - Diskusi dengan petugas K3 - Bag. Pengolahan 2009

- Pengambilan data sekunder

(pabrik)

- Konsultasi dengan pembimbing

- Kantor Induk

lapangan

17 Sabtu

28 Maret - Diskusi dengan petugas K3 - Bag. Pengolahan 2009

- Pengambilan data sekunder

(pabrik) - Kantor Induk

18 Minggu 29 Maret - Diskusi dengan petugas K3 - Unit Kerja 2009

- Mengikuti proses kerja di unit

Sortasi

kerja Sortasi

19 Senin

30 Maret - Diskusi dengan petugas K3 - Bag. Pengolahan 2009

- Pengambilan data sekunder

(pabrik) - Kantor Induk

20 Selasa

31 April - Diskusi dengan petugas K3 - Bag. Pengolahan 2009

- Pengambilan data sekunder

(pabrik)

- Wawancara pekerja

- Kantor Induk

21 Rabu

1 April - Diskusi dengan petugas K3 - Bag. Pengolahan 2009

- Pengambilan data sekunder

(pabrik)

- Mengikuti kegiatan di ruang uji

- Kantor Induk

mutu

22 Kamis

2 April - Diskusi dengan petugas K3 - Bag. Pengolahan 2009

- Pengambilan data sekunder

(pabrik) - Kantor Induk

23 Jum’at

3 April - Mengikuti kegiatan di ruang uji - Bag. Pengolahan 2009

mutu

(pabrik)

- Diskusi dengan administratur

- Kantor Induk

- Tinjauan ke bagian afdeling

- Kantor Afdeling

No Hari

4 April - Konsultasi laporan magang

- Kantor Pabrik

2009

dengan pembimbing lapangan

25 Minggu

5 April - Konsultasi laporan magang

- Kantor Pabrik

2009

dengan pembimbing lapangan

26 Selasa

7 April - Perpisahan dengan pihak

- Kantor Induk

2009

perusahaan

- Kantor Pabrik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)