STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI PERILAKU MASY
STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI PERILAKU MASYARAKAT ADAT
DESA PAKRAMAN UBUD KABUPATEN GIANYAR DI TENGAH ERA
GLOBALISASI
Oleh: Luh Putu Dharanika Pradjna Dewi
0911223017
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
2014
ABSTRAK
Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia termasuk dalam
kegiatan pariwisata. Pariwisata dan globalisasi tentunya akan membawa berbagai
dampak baik positif maupun negatif. Salah satu tujuan pariwisata Bali adalah Desa
Ubud. Keberadaan Desa Pakraman Ubud yang masih alami tentunya menjadi menarik
untuk diamati ketika bagaimana masyarkat adat khususnya bagaimana komunikasi
yang mereka lakukan ketika bersinggungan secara langsung dengan globalisasi akibat
pesatnya pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku
masyarakat adat di tengah era globalisasi.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
etnografi komunikasi yang berfokus pada perilaku yang terjadi pada masyarakat desa
pakraman Ubud. Perilaku disini adalah bagaimana masyarakat adat berkomunikasi
dalam kehidupan sehari – hari khususnya di tengah era globalisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi dalam desa
pakraman Ubud tidak dapat dipisahkan dari komunikasi kelompok maupun
komunikasi antarpribadi pada kegiatan yang dilakukan dalam kelembagaan adat
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
1
maupun kehidupan sehari – hari. Disini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa bali
yang masih sesuai dengan struktur masih dipergunakan dengan baik pada berbagai
lapisan masyarakat adat. Hal ini juga merupakan bagian dari perilaku komunikasi
yang khas pada desa pakraman ubud. Selain itu keberadaan Puri atau kerajaan dan
masih menganut sistem kasta juga masih ada dalam desa pakraman Ubud sehingga
secara tidak langsung memberikan pengaruh kepada keberadaan bahasa bali maupun
nilai – nilai kebudayaan. Perkembangan globalisasi juga memberikan pengaruh pada
kehidupan masyarakat adat,namun sampai saat ini masih tetap bisa menjaga
kebudayaan dan kealamian desa pakraman ubud.
Kata Kunci : Etnografi komunikasi di era globalisasi. Komunikasi kelompok.
Komunikasi antarpribadi, Puri, Perilaku masyarakat adat, Bahasa Bali.
I. Latar Belakang
Globalisasi adalah salah satu kata yang marak diperbincangkan pada saat ini.
Globalisasi menerpa hampir seluruh bagian di dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Globalisasi bisa saja di pandang sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau
proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan Negara di dunia makin
terkait satu sama lain (Herimanto&Winarno, 2010, h. 84). Globalisasi yang ada di
Bali tidak dapat terlepaskan dari adanya keberadaan pariwisata yang tinggi.
Pariwisata di Bali tentunya memberikan perkembangan tersendiri pada berbagai
sektor khususnya pada sektor perekonomian.
Globalisasi tidak selamanya memberikan dampak negatif, perlu mengikuti
perkembangan zaman untuk dapat menerima kemajuan di berbagai bidang baik itu
dari transportasi, telekomunikasi, ekonomi maupun komunikasi. Komunikasi yang
terjadi dalam sebuah
daerah yang telibat langsung dengan globalisasi tentunya
mungkin saja mengalami perkembangan. Demikian juga dengan keberadaan
pariwisata di suatu daerah tentunya membuat daerah yang tentunya tidak terlepas dari
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
2
adanya komunikasi antara semua komponen. Globalisasi , pariwisata dan komunikasi
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Bali adalah salah satu tujuan wisata yang secara tidak langsung mengalami
globalisasi dari adanya industri pariwisata yang berkembang pesat. Tentunya hampir
semua daerah tujuan pariwisata tidak dapat menghindari globalisasi. Begitu juga
Ubud. Ubud adalah salah satu tujuan wisata yang ada di Bali yang terkenal dengan
sebutan Desa Seni dan Budaya. Ubud adalah salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Gianyar yang dimana didalam kecamatan tersebut terdapat Desa Adat atau
lebih dikenal dengan Desa Pakraman. Desa adat (Desa Pakraman) Ubud adalah salah
satu desa adat yang masih mampu manjaga kealamian daerahnya di tengah era
globalisasi yang tinggi dari adanya pariwisata yang berkembang.
Masyarakat adat adalah salah satu bagian penting sebagai bagian dari pemegang
sistem sosial yang secara tidak langsung menciptakan kebudayaan, khusunya pada
Desa Pakraman Ubud. Keberadaan masyarakat dengan Desa Pakraman tidak bisa
dipisahkan begitu saja. Masyarakat adat memiliki peran penting dalam menjaga
kebudayaan serta nilai daerahnya. Peran masyarkat adat dapat diketahui dari perilaku
yang mereka lakukan baik terkait kegiatan sehari – hari maupun kegiatan religi.
Dari sini peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku komunikasi masyarakat
adat desa pakraman ubud di tengah pariwisata yang pesat dimana tentunya membawa
globalisasi. Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena bagaimana masyarakat
adat masih menggunakan bahasa bali dengan baik sebagai bahasa yang khas desa
pakraman ubud. Selain itu penelitian ini juga mampu mengambarkan kegiatan yang
khas pada masyarakat adat desa pakraman ubud di tengah era globalisasi.
Studi etnografi komunikasi dipilih oleh peneliti karena melalui metode tersebut
peneliti mampu mendeskribsikan bagaimana masyarakat adat melakukan berbagai
perilaku komunikasi berdampingan dengan tinginya pariwisata ubud dan globalisasi
yang tentuya juga tidak bisa dipisahkan. Studi etnografi komunikasi akan
membedakan penelitian ini dengan penelitian sosiologi ataupun antropologi karena
dalam penelitian ini penulis tidak melakukan penelitian pada semua kegiatan yang
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
3
namun lebih kepada perilaku komunikasi yang mereka lakukan dalam kehidupan
sehari – hari.
Penelitian ini menggunakan metode etnografi komunikasi karena etnografi
komunikasi sendiri dapat di gunakan untuk mengamati perilaku komunikasi manusia
dalam konteks budaya tertentu. (Kuswarno, 2008, h. 35). Selain itu secara mendasar
fokus dari penelitian etnografi komunikasi terdapat pada komuniti bahasa yang diatur
sebagai sistem pada bagian peristiwa komunikasi (saville&troike, 2003, h. 3). Dalam
etnografi komunikasi ruang lingkup penelitian dibatasi pada berbagai tindakan atau
kegiatan seseorang ataupun kelompok ketika terlibat dalam proses komunikasi namun
tetap dalam konteks sosial kultural. (Kuswarno, 2008, h. 35).
Memanfaatkan metode etnografi komunikasi peneliti tentunya memerlukan
pengamatan mendalam pada perilaku masyarakat adat khususnya bagaimana mereka
berkomunikasi sehari – hari, peristiwa komunikasi apa saja yang muncul tentunya
dalam konteks kebudayaan khususnya kebudayaan Bali dengan fokus pada perilaku
masyarakat adat Desa Pakraman Ubud maka dari ini peneliti mengangkat penelitian
dengan judul “Studi Etnografi komunikasi Perilaku Masyarakat Adat Desa Pakraman
Ubud Kabupaten Gianyar di Tengah Era Globalisasi.”
Berdasarkan latar belakang pemikiran seperti yang disampaikan peneliti,
mengerucut pada rumusan masalah, yakni:
Bagaimana perilaku masyarakat adat Desa Pakraman Ubud Kabupaten Gianyar
Bali di tengah era globalisasi?
II. KAJIAN PUSTAKA
a. Kebudayaan Global dan Masyarakat Adat
McLuhan menyatakan bahwa desa global terjadi sebagai akibat dari penyebaran
informasi yang sangat cepat dan massive di masyarakat. Penyebaran yang cepat dan
massive ini menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (media massa). Hal ini
juga diamini oleh Galperin. Menurut Galperin, globalisasi budaya meningkat di
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
4
berbagai negara seiring perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi,
globalisasi ekonomi, juga globalisasi di bidang tayangan televisi dan film. Bahkan,
gencarnya perdagangan internasional program-program televisi dan film membuat
globalisasi budaya semakin tak terbendung (Muharromaningsih, 2006, h. 50).
Globalisasi bisa saja di pandang sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah,
atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan Negara di dunia makin
terkait satu sama lain (Herimanto&Winarno, 2010, h. 84). Selain itu Meinarno,
Bambang & Rizka (2011, h. 246) juga menjelaskan bahwa akulturasi adalah
pertukaran fitur – fitur kebudayaan yang terjadi karena kontak langsung antara
beberapa kelompok manusia dengan kebudayaan berbeda yang secara perlahan dapat
diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menjadikan kebudayaan asli
kelompok hilang.
Perilaku masyarakat tidak dapat dipisahkan pada dasarnya perilaku berorientasi
pada tujuan. Dan perilaku pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk
memperoleh tujuan tertentu. Tujuan spesifik tidak selamanya diketahui dengan sadar
oleh yang bersang kutan. Dorongan yang memotivasi pola perilaku individu yang
nyata berada dalam alam bawah sadar (Hersey&Blanch, 2004, h. 68). Selain itu
menurut (Pace&Faules, 2010, h. 425) menjelaskan perilaku berarti suatu bentuk
tindakan terbuka (overt) yang dapat dilihat dan dikenali orang lain. Seperti
menundukkan kepala, tersenyum, berbicara, melangkah dan memegang tangan.
b. Bahasa Sebagai Unsur Pembentuk Kebudayaan
Seperti yang telah disebutkan (dalam Koentjaraningrat, 2009, h. 85) bahwa
salah satu unsur pembentuk sebuah kebudayaan adalah bahasa yang dimana nantinya
membentuk sebuah sistem sosial. Bahasa membentuk sebuah pola yang sama dalam
sebuah masyarakat untuk berkomunikasi. Setiap masyarakat akan memiliki sistem
komunikasinya sendiri – sendiri, maka dengan sendirinya demi keberlangsungan
hidupnya, setiap masyarakat dapat membentuk kebudayaannya. Bahasa menjadi inti
komunikasi sekaligus menjadi pemuka realitas bagi manusia (Kuswarno, 2011, h. 8).
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
5
Seperti yang telah disebutkan sebalumnya bahwa bahasa merupakan pembentuk
kebudayaan, begitu pula bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan
pikiran, perasaan dan maksud kita. Dan biasanya bahasa verbal menggunakan kata –
kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. (Mulyana 2008,
h. 261) Keterkaitan bahasa sebagai komunikasi verbal tentunya mendukung
terjadinya hubungan sosial dalam suatu masyarakat. Dimana masyarakat adat saling
berinteraksi setiap hari dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang
utama.
Keberadaan bahasa yang menjadi begitu penting baik dalam sebuah
kebudayaan maupun sebagai alat komunikasi suatu masyarakat membuatnya menjadi
fokus untuk di teliti dalam etnografi komunikasi. Peneliti melihat bahwa bahasa yang
di gunakan masyarakat adat Desa Pakraman Ubud memiliki ke khasan tersendiri.
c. Komunikasi Non Verbal
Dalam etnografi komunikasi yang menjadi objek penelitian adalah perilaku
komunikasi yang di dalamnya salah satunya adalah aktivitas komunikasi. Dalam
sebuah bagan (Kuswarno 2011, h. 47) menjelaskan bahwa ada tindak – tindak ujaran
yang merujuk pada peristiwa komunikasi. Dan salah satu yang termasuk dalam tindak
ujaran adalah komunikasi non verbal.
Komunikasi non verbal adalah segala bentuk komunikasi selain komunikasi
lisan. Selain itu komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesanpesan non verbal, non verbal adalah komunikasi diluar kata-kata terucap atau tertulis
(Suranto 2010, h. 153). Sedangkan menurut Samovar, pesan-pesan nonverbal dibagi
menjadi dua kategori besar, yakni: pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan
pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan
dan para bahasa, Kedua: ruang, waktu dan diam. (Samovar, Porter dan Mc. Daniel
2007, h. 168)
Sedangkan (Rakhmat 2005, h. 289) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal
sebagai berikut:
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
6
1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan
tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan
fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
a. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan
makna tertentu.
b. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota
badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi
berbagai makna.
2. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan.
3. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan
ruang. Dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban
kita dengan orang lain.
Seperti telah di ungkapkan (Kontjaraningrat, 2009, h. 165) salah satu
unsur pembentuk kebudayaan adalah kesenian. Hampir semua kebudayaan
di Indonesia menarik dan perlu di lestarikan. Begitu juga dengan Bali,
keberadaan berbagai kesenian khas seperti seni musik (gamelan), seni rupa
berupa lukisan yang biasanya menjadi pekerjaan hampir sebagian
masyarakat Bali serta tentunya seni tari berbagai tarian khas Bali yang
menjadi dasar untuk mempertahankan kebudayaan dan sekaligus sebagai
sarana promosi pariwisata.
d. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi tentunya menjadi penting karena setiap orang tidak
dapat dipisakan dari kebutuhan untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya,
sehingga menciptakan komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi sendiri
memiliki arti yang berbeda – beda yang didasarkan kepada masing – masing
pandangan. Ada beberapa definisi komunikasi antarpribadi berdasarkan komponen
disebutkan komunikasi antarpribadi memiliki makna penyampaian pesan oleh satu
orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
7
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera
(Devito, 1997, h. 231). Masih dalam buku yang sama (Devito, 1997, h. 231) juga
menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di
antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.
(Uchjana,2003, h. 62) menyebutkan komunikasi antarpribadi dibagi menjadi
dua jenis yakni:
a. Komunikasi diadik (Dyadic Communication)
Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung
antara dua orang yakni seseorang adalah komunikator yang menyampaikan
pesan dan seseorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena
perilaku komunikasinya dua orang maka dialog yang terjadi berlangsung
secara intens.
b. Komunikasi triadic (Triadaic Commuication)
Komunikasi triadic adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya
terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang
komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik komunikasi
diadik lebih efektif karena komunikator dapat memusatkan perhatiannya
kepada seorang komunikan.
Rogers dalam (Uchjana, 2003, h. 65) mengetengahkan homophily dan
heterophily yang dapat memperjelas hubungan komunikator dan komunikan dalam
proses
komunikasi
antarpribadi.
Hemophily
menggambarkan derajat perorangan yang
adalah
sebuah
istilah
yang
berinteraksi yang memiliki kesamaan
dalam sifatnya (attribute), seperti kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial, dan
sebagainya. Sedangkan heterophilly memiliki arti derajat pasangan orang – orang
yang berinteraksi yang berbeda dalam sifat – sifat tertentu.
e. Konsep Interaksinonisme Simbolik
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
8
Konsep Simbolik interaksionisme didasarkan pada ide – ide mengenai diri dan
hubungannya dengan masyarakat. Karena ide ini dapat di interpretasikan secara luas.
Ralph LaRossa dan Donald C.Raitzes (dalam West & Turner, 2009, h. 98)
menyebutkan bahwa asumsi – asumsi memperlihatkan tiga tema besar yaitu:
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
2. Pentingnya konsep mengenai diri
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat
Asumsi – asumsi pada konsep interaksionisme simbolik menjelaskan bahwa
perilaku sebagai suatu rangkaian pemikiran dan perilaku yang dilakukan secara sadar
antara rangsangan dan respon orang berkaitan dengan rangsang tersebut. Selain itu
(Blumer dalam West & Turner, 2009, h. 100) menyatakan bahwa makna adalah
produk sosial atau ciptaan yang dibentuk dalam dan melalui pendefinisian aktivitas
manusia ketika mereka berinteraksi.Simbolik interaksionisme juga menjelaskan
bagaimana hubungan antara individu dan masyarakat. Bagaimana orang dan
kelompok dipengaruhi oleh proses sosial dan budaya yang dimana norma – norma
sosial membatasi perilaku individu.
f. Komunikasi Kelompok
Komunikasi yang dilakukan antara masyarakat adat dalam banjar biasanya
dilakukan lebih 30 orang. Kegiatan yang rutin dilakukan adalah sangkep (rapat)
banjar. Melihat jumlah komunikan yang terlibat dalam proses komunikasi khususnya
dalam kegiatan seperti sangkep banjar maka dapat disimpulkan bahwa proses ini
dalam tatanan komunikasi kelompok.
Proses komunikasi kelompok berlangsung secara tatap muka. Komunikasi tatap
muka menjadi salah satu aspek penting di dalam proses komunikasi kelompok ini.
(Ujchjana, 2003, h. 8) menjelaskan melalui komunikasi secara tatap muka ini maka
komunikasi kelompok pun menimbulkan feedback secara langsung. Sehingga
komunikator dapat merubah gaya komunikasinya untuk menyesuaikan dengan
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
9
kondisi komunikan. Ditinjau dari jumlah komunikannya, (Uchjana, 2003, h. 9)
membagi komunikasi kelompok menjadi dua yaitu :
a. Komunikasi kelompok kecil
Ujchana mendefinisikan kelompok menjadi kelompok kecil apabila
proses komunikasi yang terjadi dapat diubah menjadi komunikasi interpersonal
dengan setiap komunikan. Masukan yang dterima dalam komunikasi kelompok
kecil memungkinkan
bersifat rasional, dan dalam keaggotaannya msing –
masing memungkinkan saling menjaga perasaan. (Ujchana, 2003, h. 11)
b. Komunikasi kelompok besar
Jika dalam komunikasi kelompok kecil proses komunikasinya dapat
diubah menjadi komunikasi interpersonal dengan setiap komunikan. Pada
komunikasi kelompok besar hal ini agak susah untuk dilakukan. Pada
komunikasi kelompk besar kemungkinan terjadinya komunikasi antar pribadi
lebih sedikit. Selain itu dalam komunikasi kelompok besar.
Keberadaan suatu komunikasi kelompok dalam masyarakat memiliki fungsifungsi yang akan memberikan manfaat bagi anggotanya maupun masyarakat.
(Bungin, 2007, h. 270) mendefinisikan lima fungsi komunikasi kelompok antara lain :
1) Hubungan sosial
Suatu kelompok mampu memelihara dan menjaga hubungan sosial di antara
para anggotanya seperti bagaimana menjalankan sesuatu yang bersifat rutin dan
memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk menjalankan berbagai
aktifitas sosial.
2) Pendidikan
Dalam sebuah kelompok dapat terjadi pertukaran pengetahuan. Saling
memberikan informasi ataupun pengetahuan yang didapatkan dan dipelajari
bersama dalam kelompok.
3) Persuasif
Masing – masing anggota akan berusaha memberikan pengaruh terhadap
anggota kelompok lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
10
4) Problem solving
Dalam komunikasi kelompok memungkinkan terjadinya pemecahan terhadap
masalah yang mungkin timbul.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Kebudayaan Desa
Pakraman Ubud Bali
Perilaku
Masyarakat adat
Desa Pakraman
Ubud Bali
Globalisasi
Dampak Positif
Dampak Negatif
Studi Etnografi
Komunikasi pada perilaku
masyarakat adat
Perilaku masyarakat adat Desa
Pakraman Ubud Kabupaten
Gianyar Bali di tengah era
globalisasi
Masyarakat Desa Pakraman Ubud memiliki kebudayaan yang khas dan masih
mampu dijaga hingga saat ini di tengah adanya globalisasi yang tinggi dari adanya
industri pariwisata. Kebudayaan Desa Pakraman Ubud berada pada sistem sosial yang
masih dipegang teguh oleh masyarakat adat bersama dengan semua pengurus
(prajuru). Keberadaan kebudayaan yang masih lestari hingga saat ini menjadi hal
yang menarik karena globalisasi tidak bisa dihindari.
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
11
Tingginya pariwisata yang membawa globalisasi tentunya secara tidak langsung
akan memberikan pengaruh kepada perilaku komunikasi masyarakat adat Desa
Pakraman Ubud. Pengaruh yang terjadi bisa saja pengaruh yang positif maupun
negatif. Karena keberadaan sistem religi dan adat yang masih dijalankan dengan baik
oleh masyarakat adat maka kebudayaan Desa Pakraman Ubud hingga saaat ini masih
mampu dijaga dengan baik.
Perilaku masyarkat adat baik komunikasi secara verbal maupun non verbal
yang terjadi dalam Desa Pakraman Ubud adalah fokus utama penelitian karena
perilaku komunikasi masyarakat adat bisa saja mengalami perubahan akibat adanya
globalisasi yang tinggi dari adanya industri pariwisata.
Studi etnografi komunikasi yang nantinya digunakan untuk melakukan
pengamatan kepada segala perilaku masyarakat adat desa pakraman Ubud terkait
dengan penerapan bahasa Bali sebagai salah satu bagian dari kebudayaan yang masih
terjaga dengan baik.
IV. METODE PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang ingin diketahui peneliti tentang studi
etnografi komunikasi perilaku masyarakat adat desa pakraman Ubud, peneliti
menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan memanfaatkan metode
Etnogarafi Komunikasi. Teknik pengumpulan data menggunakan Observasi
partisipan, wawancara semi terstruktur serta wawancara tak terstruktur, selain itu
dilengkapi dengan dokumentasi.
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian etografi
komunikasi yang berfokus pada perilaku komunikasi masyarakat adat di tengah era
globalisasi, dimana perilaku komunikasi dapat diamati dari segala kegiatan yang
dilakukan masyarakat adat. Pada penelitian entografi komunikasi terdapat perbedaan
yang terletak pada fokus penelitian. Pada penelitian etnografi komunikasi lebih
ditekankan pada perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan tertentu, jadi bukan
keseluruhan perilaku seperti dalam etnografi (Kuswarno, 2011, h. 35).
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
12
Kaitannya dengan metode, Genzuk (2000) berpendapat bahwa istilah etnografi
komunikasi mengacu pada riset sosial yang mempunyai kebanyakan dari corak yakni
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
Perilaku masyarakat dipelajari dalam konteks kehidupan sehari – hari,
bukannya di bawah kondisi – kondisi yang sengaja diciptakan oleh peneliti
dalam penelitian.
Data dikumpulkan dari bidang sumber, tetapi pengamatan partisipan dan
percakapan dengan subyek penelitian biasanya merupakan data utama dalam
penelitian ini.
Pendekatan yang digunakan dalam pengumpulan datanya adalah “tidak
tersusun” dengan pengertian bahwa itu tidak melalui suatu rencana terperinci
yang telah ditetapkan sejak awal; tidak pula kategori untuk
menginterpretasikan apa yang orang – orang katakana dan lakukan tersebut
telah ditetapkan sejak awal. Ini tidak berarti bahwa riset ini tidak sistematis;
hanya bahwa pada awalnya data dikumpulkan dalam bentuk yang sementah –
mentahnya dan seluas – luasnya.
Fokus penelitian pada umumnya tunggal atau kelompok, dan biasanya
dengan skala yang relatif kecil. Dalam riset sejarah fokus bisa jadi individu
tunggal.
Analisa data melibatkan interpretasi makna dan fungsi tindakan manusia.
Sebagian besar mengambil format penjelasan dan uraian lisan, hitungan dan
analisa statistik lainnya yang berperan sebagai data tambahan.
Secara terperinci dijelaskan Hymes (dalam Kuswarno, 2011, h. 37)
mengemukakan tahapan – tahapan etnografi komunikasi dalam suatu masyarakat
tutur, melalui penjelasan berikut:
Sebagai langkah awal untuk mendiskripsikan dan menganalisis pola
komunikasi yang ada dalam suatu masyarakat, adalah dengan mengidentifikasikan
peristiwa – peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang. Langkah selanjutnya
menginventarisasi komponen yang membangun peristiwa komunikasi, kemudian
menemukan hubungan antar komponen tersebut.
Jadi yang dimaksud tahapan penelitian etnografi komunikasi adalah seperti
berikut ini (Kuswarno, 2011, h. 37)
1. Identifikasi peristiwa – peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang
(Recurrent events)
2. Inventarisi komponen komunikasi yang membangun peristiwa komunikasi
yang berulang tersebut.
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
13
3. Temukan hubungan antar komponen komunikasi yang membangun peristiwa
komunikasi, yang akan dikenal kemudian sebagai pemolaan komunikasi
(commucation patterning).
Hasil akhir dari penelitian etnografi komunikasi adalah penjelasan pemolaan
komunikasi
melalui
kategori
–
kategori
ujaran.
Kategori
ujaran
adalah
pengelompokan peristiwa dan tindak komunikatif kedalam setting tertentu, atau
hubungan antara komponen – komponen komunikasi dalam setting komunikasi
tertentu (Kuswarno, 2011, h. 38).
Penelitian ini menggunakan metode etnografi komunikasi yang memfokuskan
pada perilaku yang terjadi dalam masyarakat adat Desa Pakraman Ubud. Perilaku
disini lebih di batasi dalam konteks segala aspek kebudayaan Bali yang di wakili
kegiatan keseharian masyarakat adat Desa Pakraman Ubud di tengah era globalisasi,
yang muncul bersamaan dengan pesatnya industri pariwisata.
Sebagai sebuah metode penelitian etnografi komunikasi tidak jauh dari jenis
pendekatan yang biasanya kita gunakan dalam kehidupan sehari – hari untuk bisa
memahami lingkungan kita. Penelitian ini jauh lebih sedikit dan lebih khusus secara
teknis jika dibandingkan dengan pendekatan lainnya seperti eksperimen atau survei
sosial.
Walaupun demikian semua metode riset sosial mempunyai asal historis
mengenai tata cara masing – masing metode dalam mengumpulkan informasi tentang
dunia kehidupan mereka sehari – hari.
V. PEMBAHASAN
Komunikasi antarpribadi dalam desa pakraman ubud tampak dalam beberapa
golongan terbagi kedalam beberapa kasta. Namun adanya kasta tidak memberikan
kesenjangan sosial yang berarti. Lebih tepatnya dengan keberadaan kasta inilah
membuat seluruh masyarakat desa pakraman ubud menjadi sadar dan semakin
memahami dan mampu menerapkan struktur penggunaan bahasa bali sesuai dengan
kegunaannya.
Keberadaan masyarakat adat yang ada dalam Desa Pakraman Ubud tidak dapat
dipisahkan dari komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok yang ditemukan oleh
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
14
peneliti selama melakukan penelitian adalah terkait dengan kegiatan adat yang selalu
rutin yaitu sangkep (rapat) maupun paruman (sejenis sangkep) segala kegiatan yang
terjadi dalam masyarakat adat tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi kelompok
yang dimaksudkan adalah ketika akan mengadakan berbagai kegiatan maupun
pembagian tanggung jawab ataupun segala hal terkait masyarakat selalu dibahas
dalam rapat.
Keberadaan wisatawan dan masyarakat adat memungkinkan terjadinya
komunikasi antar budaya. Selain itu berdasarkan konsep yang disebutkan McLuhan
tentang konsep desa global adalah konsep mengenai perkembangan teknologi
komunikasi di mana dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar. Dari
konsep ini tampak bahwa Desa Pakraman Ubud secara tidak langsung menerima
keberadaan pariwisata yang memberikan dampak pada keterkenalan desa pakraman
ubud.
Berdasarkan temuan penelitian keberadaan Puri (kerajaan) masih memberikan
pengaruh kepada keberlangsungan struktur bahasa Bali, seni dan ritual maupun segala
kegiatan yang ada dalam Desa Pakraman Ubud tidak dapat terlepaskan dari adanya
Puri dan tentunya masih membawa sistem Kasta yang mau tidak mau harus
dilaksanakan. Golongan Puri memegang kasta ksatria dimana keberadaan mereka
secara tidak langsung saling berpengaruh terhadap masyarakat adat yang ada di
sekitarnya.
Komunikasi non verbal menurut (Samovar, Porter dan Mc Daniel, 2007, h. 168)
menyatakan bahwa komunikasi non verbal adalah perilaku yang terdiri dari
penampilan, pakaian, gerakan, maupun postur tubuh, ekspresi muka. Berdasarkan
temuan peneliti segala secara non verbal khususnya tidak dapat dipisahkan dari
keberadaan kepada keberadaan puri (kerajaan) yang masih memegang sistem kasta.
Pola komunikasi yang terjadi dalam Desa Pakraman Ubud yang di fokuskan
pada komunikasi secara verbal yaitu struktur penggunaan bahasa Bali dalam
kehidupan sehari hari. Golongan bangsawan(berkasta) ketika melakukan komunikasi
dengan orang biasa (tidak berkasta) cenderung menggunakan bahasa Bali “Sor”
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
15
sedangkan orang biasa ketika berbicara dengan orang berkasta cenderung
menggunakan bahasa Bali halus untuk menghormati golongan tersebut.
Masyarakat Desa Pakraman Ubud yang tidak termasuk kedalam golongan
berkasta masih menjaga struktur penggunaan bahasa Bali yang tampak ketika mereka
berkomunikasi khususnya dengan sesama orang Bali yang masih belum mengenal.
Masyarakat desa pakraman ubud biasanya menggunakan bahasa Bali madya dalam
berkomunikasi dengan tujuan untuk memberikan penghormatan dan sekaligus
menunjukkan kesopanan.
Masyarakat desa khususnya yang sudah saling mengenal cenderung
menggunakan bahasa Bali “Sor” dengan tujuan untuk lebih akrab satu dengan yang
lain. Selain itu bahasa Bali “Sor” juga merupakan bahasa sehari – hari yang sering
dipakai dalam berkomunikasi khususnya pada saat bersantai atau pada saat
berkomunikasi secara personal.
Komunikasi yang berbeda yang juga menunjukkan struktur penggunaan bahasa
Bali adalah ketika komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anaknya
khususnya dalam lingkungan keluarga. Orang tua dari golongan berkasta biasa
menggunakan bahasa bali madya ketika berbicara dengan anaknya sedangkan orang
biasa (tidak berkasta) biasanya menggunakan bahasa bali “sor” ketika berbicara
dengan anaknya. Sedangkan anak dari golongan berkasta cenderung menggunakan
bahasa bali halus ketika berbicara dengan orang tuanya. namun untuk anak yang
berasal dari orang biasa(tidak berkasta) biasanya menggunakan bahasa bali madya
ataupun bali halus ketika berbicara dengan orang tuanya. penggunaan bahasa bali
dalam lingkungan keluarga biasanya dipengaruhi oleh latar belakang keluarga masing
– masing. Namun hampir sebagian besar masyarakat desa pakraman ubud masih
mengajarkan anak – anak mereka bagaimana struktur bahasa bali dalam kehidupan
sehari – hari.
Berdasarkan pola komunikasi yang digambarkan baik secara verbal maupun
non verbal dalam Desa Pakraman Ubud tidak dapat dipisahkan dengan adanya
hubugan yang saling terkait antara masyarkat adat dengan kebudayaan yang ada
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
16
dalam Desa Pakraman Ubud. Yang dimana kebudayaan disini mencerminkan nilai –
nilai adat istiadat, seni, ritual dan keagamaan, keberadaan sistem kerajaan (puri) yang
sudah menjadi satu bagian dan saling melengkapi. Inilah yang membuat Desa
Pakraman Ubud menjadi daerah tujuan pariwisata yang mendunia, yang tentunya
tidak dapat dipisahkan dari globalisasi namun tetap masih mampu menjaga kealamian
kehidupan masyarakatnya.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang masyarakat adat Desa
Pakraman Ubud ditengah era globalisasi. Penelitian yang dilakukan dengan metode
etnografi komunikasi setelah melakukan observasi partisipan, wawancara semi
terstruktur serta wawancara tidak terstruktur pada elemen masyarakat Desa Pakraman
Ubud maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan yakni:
1. Perilaku Masyarakat desa pakraman Ubud memiliki cara komunikasi yang
khas yakni dengan menggunakan bahasa bali yang masih sesuai dengan
strukturnya yang tergambar pada pola komunikasi yang sudah ada, maupun
menggunakan bahasa selain bahasa bali seperti bahasa Indonesia atau
bahasa inggris untuk berkomunikasi dengan wisatawan yang tampak pada
proses komunikasi antarpribadi.
2. Perilaku masyarakat adat desa pakraman ubud tidak dapat dipisahkan dari
lingkup komunikasi kelompok baik yang terjadi dalam kelembagaan adat
maupun kehidupan sehari – hari.
3. Perilaku Masyarakat adat desa pakraman ubud di era globalisasi
mengalami perkembangan seperti penggunaan bahasa selain bahasa bali,
penggunaan teknologi dalam berbagai kegiatan keseharian, perkembangan
mode pakaian adat namun masih sesuai dengan nilai – nilai dan
kebudayaan asli Desa.
DAFTAR PUSATAKA
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
17
Sumber Buku
Blanchard, K dan Hersey, P. (2004). Manajemen Perilaku Organisasi:
Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, terjemahan Agus Dharma Erlangga.
Jakarta: Erlangga.
Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Prenada Media Group.
Creswell, W. John. (2012). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches [3rd]Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
De Vito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Edisi ke-5. Jakarta: Karisma
Publishing Group.
Effendy, Onong Uchjana. (2002). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti.
Herimanto dan Winarno. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta. Bumi
Aksara
Kuswarno, Engkus. (2008). Etnografi Komunikas. Bandung : Widya Padjajaran
Kriyantono, Rachmat. (2006). Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Media Group.
Koentjaraningrat,(2009.) Pengantar Ilmu Antropologi cet 8 edisi Revisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Liliweri, Alo. (2002). Dasar – Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Meinarno,A.E., Widianto, & Widianto, B & Helinda, R. (2011). Manusia dalam
Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta: Salemba Humika.
Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya
Offset.
Moleong, Lexi J. (2005). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
karya.
Pace, Wayne & Faules, Don. (2010). Komunikasi Organisasi. : Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Cetakan ke-23. Bandung:
Rosdakarya
Samovar, Larry, Richard E.Porter & Edwin R. McDaniel. (2010). Komunikasi Lintas
Budaya, Communication Between Cultures. Jakarta: Salemba Humanika.
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
18
Seville and troika. 1989. The Ethnography of Communication. [3rd]Edition. An
Introduction England: Basil Blackwell Publisher Ltd.
Surpha, Wayhan. (2004). Eksistensi Desa Adat dan Desa Dinas di Bali. Denpasar: PT
Offset BP Denpasar.
Soekanto, Soerjono dan Soleman. (2003). Hukum Adat Indonesia, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Suranto Aw. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Cetakan pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
West, R and Turner, H. Lynn. (2009). Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 Analisis
dan Aplikasi. Jakarta:Salemba Humanika
Jurnal
Baliaga, 2000. Bentuk Desa di Bali. http//www.baliaga.com.
Darwis, Ranidar. 2008. Hukum Adat. Bandung: Laboratorium UPI
Dharmayuda, I.M.S., 2001. Desa Adat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di Bali.
Denpasar: Upada Sastra.
Genzuk. 2000. A. Synthesis Of Ethnographic Research. University of Southern
California.
Haryono, Akhmad. (2012). Pola Komunikasi Warga NU Etnis Madura Sebagai
Refleksi Budaya Aternalistik.
Kertih, Wayan dan Sukadi. 2010. Konsep Ajeg Bali (Hindu) Berbasis Ideologi
Mc Luhan, Marshall. (1994). Understanding Media: Extensions of man. First MIT
Press. England.
Putu, Eka. 2012. Representasi Budaya Lokal dalam Kegiatan Denpasar Festival di
Kota Denpasar. Universitas Udayana
Rianto, Pudji. 2004. Globalisasi, Liberalisasi Ekonomi, dan Krisis Demokrasi. FISIP
Universitas Gajahmada
Sumardjani, Lisman 2009. Konflik Sosial Kehutanan.
Website
Gede.Y. (2011)Jagad Payongan, Cikal Bakal Desa Payongan pesan ditulis di
http://jagatpayogan.blogspot.com/p/raja-ubud.html
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
19
DESA PAKRAMAN UBUD KABUPATEN GIANYAR DI TENGAH ERA
GLOBALISASI
Oleh: Luh Putu Dharanika Pradjna Dewi
0911223017
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
2014
ABSTRAK
Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia termasuk dalam
kegiatan pariwisata. Pariwisata dan globalisasi tentunya akan membawa berbagai
dampak baik positif maupun negatif. Salah satu tujuan pariwisata Bali adalah Desa
Ubud. Keberadaan Desa Pakraman Ubud yang masih alami tentunya menjadi menarik
untuk diamati ketika bagaimana masyarkat adat khususnya bagaimana komunikasi
yang mereka lakukan ketika bersinggungan secara langsung dengan globalisasi akibat
pesatnya pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku
masyarakat adat di tengah era globalisasi.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
etnografi komunikasi yang berfokus pada perilaku yang terjadi pada masyarakat desa
pakraman Ubud. Perilaku disini adalah bagaimana masyarakat adat berkomunikasi
dalam kehidupan sehari – hari khususnya di tengah era globalisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi dalam desa
pakraman Ubud tidak dapat dipisahkan dari komunikasi kelompok maupun
komunikasi antarpribadi pada kegiatan yang dilakukan dalam kelembagaan adat
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
1
maupun kehidupan sehari – hari. Disini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa bali
yang masih sesuai dengan struktur masih dipergunakan dengan baik pada berbagai
lapisan masyarakat adat. Hal ini juga merupakan bagian dari perilaku komunikasi
yang khas pada desa pakraman ubud. Selain itu keberadaan Puri atau kerajaan dan
masih menganut sistem kasta juga masih ada dalam desa pakraman Ubud sehingga
secara tidak langsung memberikan pengaruh kepada keberadaan bahasa bali maupun
nilai – nilai kebudayaan. Perkembangan globalisasi juga memberikan pengaruh pada
kehidupan masyarakat adat,namun sampai saat ini masih tetap bisa menjaga
kebudayaan dan kealamian desa pakraman ubud.
Kata Kunci : Etnografi komunikasi di era globalisasi. Komunikasi kelompok.
Komunikasi antarpribadi, Puri, Perilaku masyarakat adat, Bahasa Bali.
I. Latar Belakang
Globalisasi adalah salah satu kata yang marak diperbincangkan pada saat ini.
Globalisasi menerpa hampir seluruh bagian di dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Globalisasi bisa saja di pandang sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau
proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan Negara di dunia makin
terkait satu sama lain (Herimanto&Winarno, 2010, h. 84). Globalisasi yang ada di
Bali tidak dapat terlepaskan dari adanya keberadaan pariwisata yang tinggi.
Pariwisata di Bali tentunya memberikan perkembangan tersendiri pada berbagai
sektor khususnya pada sektor perekonomian.
Globalisasi tidak selamanya memberikan dampak negatif, perlu mengikuti
perkembangan zaman untuk dapat menerima kemajuan di berbagai bidang baik itu
dari transportasi, telekomunikasi, ekonomi maupun komunikasi. Komunikasi yang
terjadi dalam sebuah
daerah yang telibat langsung dengan globalisasi tentunya
mungkin saja mengalami perkembangan. Demikian juga dengan keberadaan
pariwisata di suatu daerah tentunya membuat daerah yang tentunya tidak terlepas dari
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
2
adanya komunikasi antara semua komponen. Globalisasi , pariwisata dan komunikasi
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Bali adalah salah satu tujuan wisata yang secara tidak langsung mengalami
globalisasi dari adanya industri pariwisata yang berkembang pesat. Tentunya hampir
semua daerah tujuan pariwisata tidak dapat menghindari globalisasi. Begitu juga
Ubud. Ubud adalah salah satu tujuan wisata yang ada di Bali yang terkenal dengan
sebutan Desa Seni dan Budaya. Ubud adalah salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Gianyar yang dimana didalam kecamatan tersebut terdapat Desa Adat atau
lebih dikenal dengan Desa Pakraman. Desa adat (Desa Pakraman) Ubud adalah salah
satu desa adat yang masih mampu manjaga kealamian daerahnya di tengah era
globalisasi yang tinggi dari adanya pariwisata yang berkembang.
Masyarakat adat adalah salah satu bagian penting sebagai bagian dari pemegang
sistem sosial yang secara tidak langsung menciptakan kebudayaan, khusunya pada
Desa Pakraman Ubud. Keberadaan masyarakat dengan Desa Pakraman tidak bisa
dipisahkan begitu saja. Masyarakat adat memiliki peran penting dalam menjaga
kebudayaan serta nilai daerahnya. Peran masyarkat adat dapat diketahui dari perilaku
yang mereka lakukan baik terkait kegiatan sehari – hari maupun kegiatan religi.
Dari sini peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku komunikasi masyarakat
adat desa pakraman ubud di tengah pariwisata yang pesat dimana tentunya membawa
globalisasi. Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena bagaimana masyarakat
adat masih menggunakan bahasa bali dengan baik sebagai bahasa yang khas desa
pakraman ubud. Selain itu penelitian ini juga mampu mengambarkan kegiatan yang
khas pada masyarakat adat desa pakraman ubud di tengah era globalisasi.
Studi etnografi komunikasi dipilih oleh peneliti karena melalui metode tersebut
peneliti mampu mendeskribsikan bagaimana masyarakat adat melakukan berbagai
perilaku komunikasi berdampingan dengan tinginya pariwisata ubud dan globalisasi
yang tentuya juga tidak bisa dipisahkan. Studi etnografi komunikasi akan
membedakan penelitian ini dengan penelitian sosiologi ataupun antropologi karena
dalam penelitian ini penulis tidak melakukan penelitian pada semua kegiatan yang
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
3
namun lebih kepada perilaku komunikasi yang mereka lakukan dalam kehidupan
sehari – hari.
Penelitian ini menggunakan metode etnografi komunikasi karena etnografi
komunikasi sendiri dapat di gunakan untuk mengamati perilaku komunikasi manusia
dalam konteks budaya tertentu. (Kuswarno, 2008, h. 35). Selain itu secara mendasar
fokus dari penelitian etnografi komunikasi terdapat pada komuniti bahasa yang diatur
sebagai sistem pada bagian peristiwa komunikasi (saville&troike, 2003, h. 3). Dalam
etnografi komunikasi ruang lingkup penelitian dibatasi pada berbagai tindakan atau
kegiatan seseorang ataupun kelompok ketika terlibat dalam proses komunikasi namun
tetap dalam konteks sosial kultural. (Kuswarno, 2008, h. 35).
Memanfaatkan metode etnografi komunikasi peneliti tentunya memerlukan
pengamatan mendalam pada perilaku masyarakat adat khususnya bagaimana mereka
berkomunikasi sehari – hari, peristiwa komunikasi apa saja yang muncul tentunya
dalam konteks kebudayaan khususnya kebudayaan Bali dengan fokus pada perilaku
masyarakat adat Desa Pakraman Ubud maka dari ini peneliti mengangkat penelitian
dengan judul “Studi Etnografi komunikasi Perilaku Masyarakat Adat Desa Pakraman
Ubud Kabupaten Gianyar di Tengah Era Globalisasi.”
Berdasarkan latar belakang pemikiran seperti yang disampaikan peneliti,
mengerucut pada rumusan masalah, yakni:
Bagaimana perilaku masyarakat adat Desa Pakraman Ubud Kabupaten Gianyar
Bali di tengah era globalisasi?
II. KAJIAN PUSTAKA
a. Kebudayaan Global dan Masyarakat Adat
McLuhan menyatakan bahwa desa global terjadi sebagai akibat dari penyebaran
informasi yang sangat cepat dan massive di masyarakat. Penyebaran yang cepat dan
massive ini menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (media massa). Hal ini
juga diamini oleh Galperin. Menurut Galperin, globalisasi budaya meningkat di
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
4
berbagai negara seiring perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi,
globalisasi ekonomi, juga globalisasi di bidang tayangan televisi dan film. Bahkan,
gencarnya perdagangan internasional program-program televisi dan film membuat
globalisasi budaya semakin tak terbendung (Muharromaningsih, 2006, h. 50).
Globalisasi bisa saja di pandang sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah,
atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan Negara di dunia makin
terkait satu sama lain (Herimanto&Winarno, 2010, h. 84). Selain itu Meinarno,
Bambang & Rizka (2011, h. 246) juga menjelaskan bahwa akulturasi adalah
pertukaran fitur – fitur kebudayaan yang terjadi karena kontak langsung antara
beberapa kelompok manusia dengan kebudayaan berbeda yang secara perlahan dapat
diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menjadikan kebudayaan asli
kelompok hilang.
Perilaku masyarakat tidak dapat dipisahkan pada dasarnya perilaku berorientasi
pada tujuan. Dan perilaku pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk
memperoleh tujuan tertentu. Tujuan spesifik tidak selamanya diketahui dengan sadar
oleh yang bersang kutan. Dorongan yang memotivasi pola perilaku individu yang
nyata berada dalam alam bawah sadar (Hersey&Blanch, 2004, h. 68). Selain itu
menurut (Pace&Faules, 2010, h. 425) menjelaskan perilaku berarti suatu bentuk
tindakan terbuka (overt) yang dapat dilihat dan dikenali orang lain. Seperti
menundukkan kepala, tersenyum, berbicara, melangkah dan memegang tangan.
b. Bahasa Sebagai Unsur Pembentuk Kebudayaan
Seperti yang telah disebutkan (dalam Koentjaraningrat, 2009, h. 85) bahwa
salah satu unsur pembentuk sebuah kebudayaan adalah bahasa yang dimana nantinya
membentuk sebuah sistem sosial. Bahasa membentuk sebuah pola yang sama dalam
sebuah masyarakat untuk berkomunikasi. Setiap masyarakat akan memiliki sistem
komunikasinya sendiri – sendiri, maka dengan sendirinya demi keberlangsungan
hidupnya, setiap masyarakat dapat membentuk kebudayaannya. Bahasa menjadi inti
komunikasi sekaligus menjadi pemuka realitas bagi manusia (Kuswarno, 2011, h. 8).
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
5
Seperti yang telah disebutkan sebalumnya bahwa bahasa merupakan pembentuk
kebudayaan, begitu pula bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan
pikiran, perasaan dan maksud kita. Dan biasanya bahasa verbal menggunakan kata –
kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. (Mulyana 2008,
h. 261) Keterkaitan bahasa sebagai komunikasi verbal tentunya mendukung
terjadinya hubungan sosial dalam suatu masyarakat. Dimana masyarakat adat saling
berinteraksi setiap hari dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang
utama.
Keberadaan bahasa yang menjadi begitu penting baik dalam sebuah
kebudayaan maupun sebagai alat komunikasi suatu masyarakat membuatnya menjadi
fokus untuk di teliti dalam etnografi komunikasi. Peneliti melihat bahwa bahasa yang
di gunakan masyarakat adat Desa Pakraman Ubud memiliki ke khasan tersendiri.
c. Komunikasi Non Verbal
Dalam etnografi komunikasi yang menjadi objek penelitian adalah perilaku
komunikasi yang di dalamnya salah satunya adalah aktivitas komunikasi. Dalam
sebuah bagan (Kuswarno 2011, h. 47) menjelaskan bahwa ada tindak – tindak ujaran
yang merujuk pada peristiwa komunikasi. Dan salah satu yang termasuk dalam tindak
ujaran adalah komunikasi non verbal.
Komunikasi non verbal adalah segala bentuk komunikasi selain komunikasi
lisan. Selain itu komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesanpesan non verbal, non verbal adalah komunikasi diluar kata-kata terucap atau tertulis
(Suranto 2010, h. 153). Sedangkan menurut Samovar, pesan-pesan nonverbal dibagi
menjadi dua kategori besar, yakni: pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan
pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan
dan para bahasa, Kedua: ruang, waktu dan diam. (Samovar, Porter dan Mc. Daniel
2007, h. 168)
Sedangkan (Rakhmat 2005, h. 289) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal
sebagai berikut:
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
6
1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan
tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan
fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
a. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan
makna tertentu.
b. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota
badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi
berbagai makna.
2. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan.
3. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan
ruang. Dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban
kita dengan orang lain.
Seperti telah di ungkapkan (Kontjaraningrat, 2009, h. 165) salah satu
unsur pembentuk kebudayaan adalah kesenian. Hampir semua kebudayaan
di Indonesia menarik dan perlu di lestarikan. Begitu juga dengan Bali,
keberadaan berbagai kesenian khas seperti seni musik (gamelan), seni rupa
berupa lukisan yang biasanya menjadi pekerjaan hampir sebagian
masyarakat Bali serta tentunya seni tari berbagai tarian khas Bali yang
menjadi dasar untuk mempertahankan kebudayaan dan sekaligus sebagai
sarana promosi pariwisata.
d. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi tentunya menjadi penting karena setiap orang tidak
dapat dipisakan dari kebutuhan untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya,
sehingga menciptakan komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi sendiri
memiliki arti yang berbeda – beda yang didasarkan kepada masing – masing
pandangan. Ada beberapa definisi komunikasi antarpribadi berdasarkan komponen
disebutkan komunikasi antarpribadi memiliki makna penyampaian pesan oleh satu
orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
7
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera
(Devito, 1997, h. 231). Masih dalam buku yang sama (Devito, 1997, h. 231) juga
menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di
antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.
(Uchjana,2003, h. 62) menyebutkan komunikasi antarpribadi dibagi menjadi
dua jenis yakni:
a. Komunikasi diadik (Dyadic Communication)
Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung
antara dua orang yakni seseorang adalah komunikator yang menyampaikan
pesan dan seseorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena
perilaku komunikasinya dua orang maka dialog yang terjadi berlangsung
secara intens.
b. Komunikasi triadic (Triadaic Commuication)
Komunikasi triadic adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya
terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang
komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik komunikasi
diadik lebih efektif karena komunikator dapat memusatkan perhatiannya
kepada seorang komunikan.
Rogers dalam (Uchjana, 2003, h. 65) mengetengahkan homophily dan
heterophily yang dapat memperjelas hubungan komunikator dan komunikan dalam
proses
komunikasi
antarpribadi.
Hemophily
menggambarkan derajat perorangan yang
adalah
sebuah
istilah
yang
berinteraksi yang memiliki kesamaan
dalam sifatnya (attribute), seperti kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial, dan
sebagainya. Sedangkan heterophilly memiliki arti derajat pasangan orang – orang
yang berinteraksi yang berbeda dalam sifat – sifat tertentu.
e. Konsep Interaksinonisme Simbolik
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
8
Konsep Simbolik interaksionisme didasarkan pada ide – ide mengenai diri dan
hubungannya dengan masyarakat. Karena ide ini dapat di interpretasikan secara luas.
Ralph LaRossa dan Donald C.Raitzes (dalam West & Turner, 2009, h. 98)
menyebutkan bahwa asumsi – asumsi memperlihatkan tiga tema besar yaitu:
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
2. Pentingnya konsep mengenai diri
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat
Asumsi – asumsi pada konsep interaksionisme simbolik menjelaskan bahwa
perilaku sebagai suatu rangkaian pemikiran dan perilaku yang dilakukan secara sadar
antara rangsangan dan respon orang berkaitan dengan rangsang tersebut. Selain itu
(Blumer dalam West & Turner, 2009, h. 100) menyatakan bahwa makna adalah
produk sosial atau ciptaan yang dibentuk dalam dan melalui pendefinisian aktivitas
manusia ketika mereka berinteraksi.Simbolik interaksionisme juga menjelaskan
bagaimana hubungan antara individu dan masyarakat. Bagaimana orang dan
kelompok dipengaruhi oleh proses sosial dan budaya yang dimana norma – norma
sosial membatasi perilaku individu.
f. Komunikasi Kelompok
Komunikasi yang dilakukan antara masyarakat adat dalam banjar biasanya
dilakukan lebih 30 orang. Kegiatan yang rutin dilakukan adalah sangkep (rapat)
banjar. Melihat jumlah komunikan yang terlibat dalam proses komunikasi khususnya
dalam kegiatan seperti sangkep banjar maka dapat disimpulkan bahwa proses ini
dalam tatanan komunikasi kelompok.
Proses komunikasi kelompok berlangsung secara tatap muka. Komunikasi tatap
muka menjadi salah satu aspek penting di dalam proses komunikasi kelompok ini.
(Ujchjana, 2003, h. 8) menjelaskan melalui komunikasi secara tatap muka ini maka
komunikasi kelompok pun menimbulkan feedback secara langsung. Sehingga
komunikator dapat merubah gaya komunikasinya untuk menyesuaikan dengan
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
9
kondisi komunikan. Ditinjau dari jumlah komunikannya, (Uchjana, 2003, h. 9)
membagi komunikasi kelompok menjadi dua yaitu :
a. Komunikasi kelompok kecil
Ujchana mendefinisikan kelompok menjadi kelompok kecil apabila
proses komunikasi yang terjadi dapat diubah menjadi komunikasi interpersonal
dengan setiap komunikan. Masukan yang dterima dalam komunikasi kelompok
kecil memungkinkan
bersifat rasional, dan dalam keaggotaannya msing –
masing memungkinkan saling menjaga perasaan. (Ujchana, 2003, h. 11)
b. Komunikasi kelompok besar
Jika dalam komunikasi kelompok kecil proses komunikasinya dapat
diubah menjadi komunikasi interpersonal dengan setiap komunikan. Pada
komunikasi kelompok besar hal ini agak susah untuk dilakukan. Pada
komunikasi kelompk besar kemungkinan terjadinya komunikasi antar pribadi
lebih sedikit. Selain itu dalam komunikasi kelompok besar.
Keberadaan suatu komunikasi kelompok dalam masyarakat memiliki fungsifungsi yang akan memberikan manfaat bagi anggotanya maupun masyarakat.
(Bungin, 2007, h. 270) mendefinisikan lima fungsi komunikasi kelompok antara lain :
1) Hubungan sosial
Suatu kelompok mampu memelihara dan menjaga hubungan sosial di antara
para anggotanya seperti bagaimana menjalankan sesuatu yang bersifat rutin dan
memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk menjalankan berbagai
aktifitas sosial.
2) Pendidikan
Dalam sebuah kelompok dapat terjadi pertukaran pengetahuan. Saling
memberikan informasi ataupun pengetahuan yang didapatkan dan dipelajari
bersama dalam kelompok.
3) Persuasif
Masing – masing anggota akan berusaha memberikan pengaruh terhadap
anggota kelompok lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
10
4) Problem solving
Dalam komunikasi kelompok memungkinkan terjadinya pemecahan terhadap
masalah yang mungkin timbul.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Kebudayaan Desa
Pakraman Ubud Bali
Perilaku
Masyarakat adat
Desa Pakraman
Ubud Bali
Globalisasi
Dampak Positif
Dampak Negatif
Studi Etnografi
Komunikasi pada perilaku
masyarakat adat
Perilaku masyarakat adat Desa
Pakraman Ubud Kabupaten
Gianyar Bali di tengah era
globalisasi
Masyarakat Desa Pakraman Ubud memiliki kebudayaan yang khas dan masih
mampu dijaga hingga saat ini di tengah adanya globalisasi yang tinggi dari adanya
industri pariwisata. Kebudayaan Desa Pakraman Ubud berada pada sistem sosial yang
masih dipegang teguh oleh masyarakat adat bersama dengan semua pengurus
(prajuru). Keberadaan kebudayaan yang masih lestari hingga saat ini menjadi hal
yang menarik karena globalisasi tidak bisa dihindari.
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
11
Tingginya pariwisata yang membawa globalisasi tentunya secara tidak langsung
akan memberikan pengaruh kepada perilaku komunikasi masyarakat adat Desa
Pakraman Ubud. Pengaruh yang terjadi bisa saja pengaruh yang positif maupun
negatif. Karena keberadaan sistem religi dan adat yang masih dijalankan dengan baik
oleh masyarakat adat maka kebudayaan Desa Pakraman Ubud hingga saaat ini masih
mampu dijaga dengan baik.
Perilaku masyarkat adat baik komunikasi secara verbal maupun non verbal
yang terjadi dalam Desa Pakraman Ubud adalah fokus utama penelitian karena
perilaku komunikasi masyarakat adat bisa saja mengalami perubahan akibat adanya
globalisasi yang tinggi dari adanya industri pariwisata.
Studi etnografi komunikasi yang nantinya digunakan untuk melakukan
pengamatan kepada segala perilaku masyarakat adat desa pakraman Ubud terkait
dengan penerapan bahasa Bali sebagai salah satu bagian dari kebudayaan yang masih
terjaga dengan baik.
IV. METODE PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang ingin diketahui peneliti tentang studi
etnografi komunikasi perilaku masyarakat adat desa pakraman Ubud, peneliti
menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan memanfaatkan metode
Etnogarafi Komunikasi. Teknik pengumpulan data menggunakan Observasi
partisipan, wawancara semi terstruktur serta wawancara tak terstruktur, selain itu
dilengkapi dengan dokumentasi.
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian etografi
komunikasi yang berfokus pada perilaku komunikasi masyarakat adat di tengah era
globalisasi, dimana perilaku komunikasi dapat diamati dari segala kegiatan yang
dilakukan masyarakat adat. Pada penelitian entografi komunikasi terdapat perbedaan
yang terletak pada fokus penelitian. Pada penelitian etnografi komunikasi lebih
ditekankan pada perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan tertentu, jadi bukan
keseluruhan perilaku seperti dalam etnografi (Kuswarno, 2011, h. 35).
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
12
Kaitannya dengan metode, Genzuk (2000) berpendapat bahwa istilah etnografi
komunikasi mengacu pada riset sosial yang mempunyai kebanyakan dari corak yakni
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
Perilaku masyarakat dipelajari dalam konteks kehidupan sehari – hari,
bukannya di bawah kondisi – kondisi yang sengaja diciptakan oleh peneliti
dalam penelitian.
Data dikumpulkan dari bidang sumber, tetapi pengamatan partisipan dan
percakapan dengan subyek penelitian biasanya merupakan data utama dalam
penelitian ini.
Pendekatan yang digunakan dalam pengumpulan datanya adalah “tidak
tersusun” dengan pengertian bahwa itu tidak melalui suatu rencana terperinci
yang telah ditetapkan sejak awal; tidak pula kategori untuk
menginterpretasikan apa yang orang – orang katakana dan lakukan tersebut
telah ditetapkan sejak awal. Ini tidak berarti bahwa riset ini tidak sistematis;
hanya bahwa pada awalnya data dikumpulkan dalam bentuk yang sementah –
mentahnya dan seluas – luasnya.
Fokus penelitian pada umumnya tunggal atau kelompok, dan biasanya
dengan skala yang relatif kecil. Dalam riset sejarah fokus bisa jadi individu
tunggal.
Analisa data melibatkan interpretasi makna dan fungsi tindakan manusia.
Sebagian besar mengambil format penjelasan dan uraian lisan, hitungan dan
analisa statistik lainnya yang berperan sebagai data tambahan.
Secara terperinci dijelaskan Hymes (dalam Kuswarno, 2011, h. 37)
mengemukakan tahapan – tahapan etnografi komunikasi dalam suatu masyarakat
tutur, melalui penjelasan berikut:
Sebagai langkah awal untuk mendiskripsikan dan menganalisis pola
komunikasi yang ada dalam suatu masyarakat, adalah dengan mengidentifikasikan
peristiwa – peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang. Langkah selanjutnya
menginventarisasi komponen yang membangun peristiwa komunikasi, kemudian
menemukan hubungan antar komponen tersebut.
Jadi yang dimaksud tahapan penelitian etnografi komunikasi adalah seperti
berikut ini (Kuswarno, 2011, h. 37)
1. Identifikasi peristiwa – peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang
(Recurrent events)
2. Inventarisi komponen komunikasi yang membangun peristiwa komunikasi
yang berulang tersebut.
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
13
3. Temukan hubungan antar komponen komunikasi yang membangun peristiwa
komunikasi, yang akan dikenal kemudian sebagai pemolaan komunikasi
(commucation patterning).
Hasil akhir dari penelitian etnografi komunikasi adalah penjelasan pemolaan
komunikasi
melalui
kategori
–
kategori
ujaran.
Kategori
ujaran
adalah
pengelompokan peristiwa dan tindak komunikatif kedalam setting tertentu, atau
hubungan antara komponen – komponen komunikasi dalam setting komunikasi
tertentu (Kuswarno, 2011, h. 38).
Penelitian ini menggunakan metode etnografi komunikasi yang memfokuskan
pada perilaku yang terjadi dalam masyarakat adat Desa Pakraman Ubud. Perilaku
disini lebih di batasi dalam konteks segala aspek kebudayaan Bali yang di wakili
kegiatan keseharian masyarakat adat Desa Pakraman Ubud di tengah era globalisasi,
yang muncul bersamaan dengan pesatnya industri pariwisata.
Sebagai sebuah metode penelitian etnografi komunikasi tidak jauh dari jenis
pendekatan yang biasanya kita gunakan dalam kehidupan sehari – hari untuk bisa
memahami lingkungan kita. Penelitian ini jauh lebih sedikit dan lebih khusus secara
teknis jika dibandingkan dengan pendekatan lainnya seperti eksperimen atau survei
sosial.
Walaupun demikian semua metode riset sosial mempunyai asal historis
mengenai tata cara masing – masing metode dalam mengumpulkan informasi tentang
dunia kehidupan mereka sehari – hari.
V. PEMBAHASAN
Komunikasi antarpribadi dalam desa pakraman ubud tampak dalam beberapa
golongan terbagi kedalam beberapa kasta. Namun adanya kasta tidak memberikan
kesenjangan sosial yang berarti. Lebih tepatnya dengan keberadaan kasta inilah
membuat seluruh masyarakat desa pakraman ubud menjadi sadar dan semakin
memahami dan mampu menerapkan struktur penggunaan bahasa bali sesuai dengan
kegunaannya.
Keberadaan masyarakat adat yang ada dalam Desa Pakraman Ubud tidak dapat
dipisahkan dari komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok yang ditemukan oleh
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
14
peneliti selama melakukan penelitian adalah terkait dengan kegiatan adat yang selalu
rutin yaitu sangkep (rapat) maupun paruman (sejenis sangkep) segala kegiatan yang
terjadi dalam masyarakat adat tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi kelompok
yang dimaksudkan adalah ketika akan mengadakan berbagai kegiatan maupun
pembagian tanggung jawab ataupun segala hal terkait masyarakat selalu dibahas
dalam rapat.
Keberadaan wisatawan dan masyarakat adat memungkinkan terjadinya
komunikasi antar budaya. Selain itu berdasarkan konsep yang disebutkan McLuhan
tentang konsep desa global adalah konsep mengenai perkembangan teknologi
komunikasi di mana dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar. Dari
konsep ini tampak bahwa Desa Pakraman Ubud secara tidak langsung menerima
keberadaan pariwisata yang memberikan dampak pada keterkenalan desa pakraman
ubud.
Berdasarkan temuan penelitian keberadaan Puri (kerajaan) masih memberikan
pengaruh kepada keberlangsungan struktur bahasa Bali, seni dan ritual maupun segala
kegiatan yang ada dalam Desa Pakraman Ubud tidak dapat terlepaskan dari adanya
Puri dan tentunya masih membawa sistem Kasta yang mau tidak mau harus
dilaksanakan. Golongan Puri memegang kasta ksatria dimana keberadaan mereka
secara tidak langsung saling berpengaruh terhadap masyarakat adat yang ada di
sekitarnya.
Komunikasi non verbal menurut (Samovar, Porter dan Mc Daniel, 2007, h. 168)
menyatakan bahwa komunikasi non verbal adalah perilaku yang terdiri dari
penampilan, pakaian, gerakan, maupun postur tubuh, ekspresi muka. Berdasarkan
temuan peneliti segala secara non verbal khususnya tidak dapat dipisahkan dari
keberadaan kepada keberadaan puri (kerajaan) yang masih memegang sistem kasta.
Pola komunikasi yang terjadi dalam Desa Pakraman Ubud yang di fokuskan
pada komunikasi secara verbal yaitu struktur penggunaan bahasa Bali dalam
kehidupan sehari hari. Golongan bangsawan(berkasta) ketika melakukan komunikasi
dengan orang biasa (tidak berkasta) cenderung menggunakan bahasa Bali “Sor”
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
15
sedangkan orang biasa ketika berbicara dengan orang berkasta cenderung
menggunakan bahasa Bali halus untuk menghormati golongan tersebut.
Masyarakat Desa Pakraman Ubud yang tidak termasuk kedalam golongan
berkasta masih menjaga struktur penggunaan bahasa Bali yang tampak ketika mereka
berkomunikasi khususnya dengan sesama orang Bali yang masih belum mengenal.
Masyarakat desa pakraman ubud biasanya menggunakan bahasa Bali madya dalam
berkomunikasi dengan tujuan untuk memberikan penghormatan dan sekaligus
menunjukkan kesopanan.
Masyarakat desa khususnya yang sudah saling mengenal cenderung
menggunakan bahasa Bali “Sor” dengan tujuan untuk lebih akrab satu dengan yang
lain. Selain itu bahasa Bali “Sor” juga merupakan bahasa sehari – hari yang sering
dipakai dalam berkomunikasi khususnya pada saat bersantai atau pada saat
berkomunikasi secara personal.
Komunikasi yang berbeda yang juga menunjukkan struktur penggunaan bahasa
Bali adalah ketika komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anaknya
khususnya dalam lingkungan keluarga. Orang tua dari golongan berkasta biasa
menggunakan bahasa bali madya ketika berbicara dengan anaknya sedangkan orang
biasa (tidak berkasta) biasanya menggunakan bahasa bali “sor” ketika berbicara
dengan anaknya. Sedangkan anak dari golongan berkasta cenderung menggunakan
bahasa bali halus ketika berbicara dengan orang tuanya. namun untuk anak yang
berasal dari orang biasa(tidak berkasta) biasanya menggunakan bahasa bali madya
ataupun bali halus ketika berbicara dengan orang tuanya. penggunaan bahasa bali
dalam lingkungan keluarga biasanya dipengaruhi oleh latar belakang keluarga masing
– masing. Namun hampir sebagian besar masyarakat desa pakraman ubud masih
mengajarkan anak – anak mereka bagaimana struktur bahasa bali dalam kehidupan
sehari – hari.
Berdasarkan pola komunikasi yang digambarkan baik secara verbal maupun
non verbal dalam Desa Pakraman Ubud tidak dapat dipisahkan dengan adanya
hubugan yang saling terkait antara masyarkat adat dengan kebudayaan yang ada
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
16
dalam Desa Pakraman Ubud. Yang dimana kebudayaan disini mencerminkan nilai –
nilai adat istiadat, seni, ritual dan keagamaan, keberadaan sistem kerajaan (puri) yang
sudah menjadi satu bagian dan saling melengkapi. Inilah yang membuat Desa
Pakraman Ubud menjadi daerah tujuan pariwisata yang mendunia, yang tentunya
tidak dapat dipisahkan dari globalisasi namun tetap masih mampu menjaga kealamian
kehidupan masyarakatnya.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang masyarakat adat Desa
Pakraman Ubud ditengah era globalisasi. Penelitian yang dilakukan dengan metode
etnografi komunikasi setelah melakukan observasi partisipan, wawancara semi
terstruktur serta wawancara tidak terstruktur pada elemen masyarakat Desa Pakraman
Ubud maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan yakni:
1. Perilaku Masyarakat desa pakraman Ubud memiliki cara komunikasi yang
khas yakni dengan menggunakan bahasa bali yang masih sesuai dengan
strukturnya yang tergambar pada pola komunikasi yang sudah ada, maupun
menggunakan bahasa selain bahasa bali seperti bahasa Indonesia atau
bahasa inggris untuk berkomunikasi dengan wisatawan yang tampak pada
proses komunikasi antarpribadi.
2. Perilaku masyarakat adat desa pakraman ubud tidak dapat dipisahkan dari
lingkup komunikasi kelompok baik yang terjadi dalam kelembagaan adat
maupun kehidupan sehari – hari.
3. Perilaku Masyarakat adat desa pakraman ubud di era globalisasi
mengalami perkembangan seperti penggunaan bahasa selain bahasa bali,
penggunaan teknologi dalam berbagai kegiatan keseharian, perkembangan
mode pakaian adat namun masih sesuai dengan nilai – nilai dan
kebudayaan asli Desa.
DAFTAR PUSATAKA
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
17
Sumber Buku
Blanchard, K dan Hersey, P. (2004). Manajemen Perilaku Organisasi:
Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, terjemahan Agus Dharma Erlangga.
Jakarta: Erlangga.
Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Prenada Media Group.
Creswell, W. John. (2012). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches [3rd]Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
De Vito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Edisi ke-5. Jakarta: Karisma
Publishing Group.
Effendy, Onong Uchjana. (2002). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti.
Herimanto dan Winarno. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta. Bumi
Aksara
Kuswarno, Engkus. (2008). Etnografi Komunikas. Bandung : Widya Padjajaran
Kriyantono, Rachmat. (2006). Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Media Group.
Koentjaraningrat,(2009.) Pengantar Ilmu Antropologi cet 8 edisi Revisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Liliweri, Alo. (2002). Dasar – Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Meinarno,A.E., Widianto, & Widianto, B & Helinda, R. (2011). Manusia dalam
Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta: Salemba Humika.
Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya
Offset.
Moleong, Lexi J. (2005). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
karya.
Pace, Wayne & Faules, Don. (2010). Komunikasi Organisasi. : Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Cetakan ke-23. Bandung:
Rosdakarya
Samovar, Larry, Richard E.Porter & Edwin R. McDaniel. (2010). Komunikasi Lintas
Budaya, Communication Between Cultures. Jakarta: Salemba Humanika.
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
18
Seville and troika. 1989. The Ethnography of Communication. [3rd]Edition. An
Introduction England: Basil Blackwell Publisher Ltd.
Surpha, Wayhan. (2004). Eksistensi Desa Adat dan Desa Dinas di Bali. Denpasar: PT
Offset BP Denpasar.
Soekanto, Soerjono dan Soleman. (2003). Hukum Adat Indonesia, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Suranto Aw. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Cetakan pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
West, R and Turner, H. Lynn. (2009). Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 Analisis
dan Aplikasi. Jakarta:Salemba Humanika
Jurnal
Baliaga, 2000. Bentuk Desa di Bali. http//www.baliaga.com.
Darwis, Ranidar. 2008. Hukum Adat. Bandung: Laboratorium UPI
Dharmayuda, I.M.S., 2001. Desa Adat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di Bali.
Denpasar: Upada Sastra.
Genzuk. 2000. A. Synthesis Of Ethnographic Research. University of Southern
California.
Haryono, Akhmad. (2012). Pola Komunikasi Warga NU Etnis Madura Sebagai
Refleksi Budaya Aternalistik.
Kertih, Wayan dan Sukadi. 2010. Konsep Ajeg Bali (Hindu) Berbasis Ideologi
Mc Luhan, Marshall. (1994). Understanding Media: Extensions of man. First MIT
Press. England.
Putu, Eka. 2012. Representasi Budaya Lokal dalam Kegiatan Denpasar Festival di
Kota Denpasar. Universitas Udayana
Rianto, Pudji. 2004. Globalisasi, Liberalisasi Ekonomi, dan Krisis Demokrasi. FISIP
Universitas Gajahmada
Sumardjani, Lisman 2009. Konflik Sosial Kehutanan.
Website
Gede.Y. (2011)Jagad Payongan, Cikal Bakal Desa Payongan pesan ditulis di
http://jagatpayogan.blogspot.com/p/raja-ubud.html
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
19