DIVERSIFIKASI PINUS MERKUSII UNTUK KONSE

DIVERSIFIKASI PINUS MERKUSII UNTUK KONSERVASI LAHAN KRITIS DI
DATARAN TINGGI DIENG

Karya Tulis Ilmiah
dalam Rangka Mengikuti KONFERENSI ILMUWAN MUDA INDONESIA (KIMI), MIPA
UNTUK NEGERI 2011

DIBUAT OLEH :
Efrinda Ari Ayuningtyas

(08/272817/GE/6543)

Henky Nugraha

(08/267253/GE/6439)

PROGRAM STUDI GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN
JURUSAN GEOGRAFI LINGKUNGAN
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2011

DIVERSIFICATION OF PINUS MERKUSII FOR CRITICAL LAND
CONSERVATION IN DIENG PLATEAU

Karya Tulis Ilmiah
dalam Rangka Mengikuti KONFERENSI ILMUWAN MUDA INDONESIA (KIMI), MIPA
UNTUK NEGERI 2011

DIBUAT OLEH :
Efrinda Ari Ayuningtyas

(08/272817/GE/6543)

Henky Nugraha

(08/267253/GE/6439)

PROGRAM STUDI GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN
JURUSAN GEOGRAFI LINGKUNGAN

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011

i

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah azza wa jalla yang telah memberkan kita banyak
sekali kenikmatan yang tidak dapat dihitung lagi jumlahnya. Tak lupa juga shalawat serta
salam semoga selalu tercurah ke junjungan kita Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa
sallam yang telah membimbing kita dan menunjukkan jalan yang terang dan akhirnya

penyusunan karya ilmiah yang berjudul “Diversifikasi Pinus merkusii Untuk
Konservasi Lahan Kritis Di Dataran Tinggi Dieng” ini dapat selesai dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun dalam upaya berpartisipasi dalam mengikuti KONFERENSI
ILMUWAN MUDA INDONESIA (KIMI) yang diselenggarakan oleh Fakultas MIPA
Universitas Indonesia dalam rangkaian acara “MIPA UNTUK NEGERI”. Dalam

kesempatan ini penulis penyusun menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah banyak memberikan banyak bantuan dan berkontribusi dalam penyusunan karya
tulis ini. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penyusun, yang telah memberikan dukungan moril dan
spirituil selama penyusunan karya ini. Semoga apa yang mereka lakukan
selalu mendapat ridhoNya.
2.

Dr. Eko Haryono M.Si, Ketua Jurusan Geografi Lingkungan akan
dorongannya kepada penulis untuk terus maju.

3. Dr. Danang Sri Hadmoko, M.Sc. sebagai dosen pembimbing dalam
penyusunan karya tulis ini.
4. Teman-teman

Geografi

Lingkungan

2008.


Atas

dorongan

dan

dukungannya yang terus memotivasi penyusun untuk terus berkarya.
5. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan karya ilmiah
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
laporan ini sehingga penulis berharap masukan, saran maupun kritik yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan penulisan laporan pada kesempatan yang akan datang.

Yogyakarta, Juli 2011
Penyusun
ii

DAFTAR ISI


Lembar Pengesahan

i

Kata Pengantar

ii

Daftar Isi

iii

Daftar Tabel, Gambar dan Lampiran

iv

Abstrak

v


BAB I Pendahuluan
1.1

Latar Belakang

1

1.2

Perumusan Masalah

2

1.3

Tujuan Penelitian

2

1.4


Manfaat Penelitian

2

BAB II Tinjauan Pustaka
2.1

Konsep Degradasi Lahan

3

2.2

Pinus merkusii

4

2.3


Pertanaman Lorong/alley cropping

4

BAB III Metode Penulisan
3.1

Metode Penulisan

5

3.2

Kerangka Analisis

5

3.3

Sistematika Penulisan


6

BAB IV Pembahasan
4.1

Pembahasan

7

4.2

Kesimpulan, Saran, dan Rekomendasi

9

Daftar Pustaka

10


iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1.Kerangka Analisis

5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kelebihan dan Kelemahan Pinus merkusii

11

Lampiran 2. Sistem Pertanaman lorong/alley cropping menggunakan Pinus merkusii

11

iv


DIVERSIFICATION OF PINUS MERKUSII FOR CRITICAL LAND CONSERVATION IN
DIENG PLATEAU
Efrinda Ari Ayuningtyas1, Henky Nugraha2
,Students of Geography and Environmental Sciences, eph.efrinda @gmail.com
2
,Students of Geography and Environmental Sciences, nugrahahenky@gmail.com
Faculty of Geography, Gadjah Mada University
1

Abstract
Dieng Plateau is one of the volcanic landforms located in Wonosobo and Banjarnegara regency, Central
Java. Fertile soil into the economic potential for local residents. The climate conditions support the agricultural sector
to develop. Conditions of relatively steep slopes and rugged lead limitations are suitable for cultivating plants. In fact,
the potatoes crop becomes a top priority to developing the agricultural sector compared to rice. In addition, the
characteristic of the land in Dieng is suitable for planting potatoes. Potatoes are basically type of plants that do not
require much water. Dieng with high rainfall conditions up to>3000 mm/year results on farmers applying with cut
contour cropping pattern in order to stay in production of potatoes. This is done to reduce excessive water infiltration
that can rot the potato.
Utilization of sloping land without an adequate soil and water conservation techniques will causes nutrient
lost, destruct soil structure, increase runoff and erosion, decrease soil productivity, increase flood in rainy and
drought in dry season. In Dieng, land conditions are far from ideal conditions is as a function of protected areas with
a very thin topsoil with the magnitude of erosion rate= 463,86 tons/ha/yr, and Erosion Danger Level 48,32 tons/ha/yr.
The increase of erosion, landslides, sedimentation, and decrease soil fertility result in land productivity, carrying
capacity and environmental quality decrease.
The purpose of this study is to provide land degradation control in Dieng Plateau. Critical land in Dieng
requires full attention to restore its productivity due to erosion. The erosion hazard reduction can be done by
conservation. The species is suggested to be cultivated is Pinus Merkusii. The principle of alley cropping using pinus
merkusii plants can be used as a solution for tackling land degradation in Dieng. Pine planted with contour parallel
pattern, while the potato crop remains on the cutting pattern contours.
This type of conservation is expected to reduce erosion caused by surface runoff without having to change the
potato plants pattern. Pine is capable of storing large amounts of water because a large evapotranspiration will not
disturb the soil moisture for the potatoes crops, so productivity is relatively stable. Conservation using Pinus Merkusii
can effectively reduce erosion, maintain hydrological functions and not interfere with crop production. In addition, P.
Merkusii not only becomes the conservation plant but also the pinesap can be an economic value. The most important
thing of the conservation are the land can be managed properly, can run the economic activity and environmental
conditions remain stable. Use this method is expected to cope land degradation occurring in the Dieng plateau
without harming the community.

Keywords: Land Degradation, Critical Land, Dieng, Soil and Water Conservation

v

DIVERSIFIKASI PINUS MERKUSII UNTUK KONSERVASI LAHAN KRITIS
DI DATARAN TINGGI DIENG
Efrinda Ari Ayuningtyas1, Henky Nugraha2
Mahasiswa Geografi dan Ilmu Lingkungan,eph.efrinda@gmail.com
2,
Mahasiswa Geografi dan Ilmu Lingkungan,nugrahahenky@gmail.com
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
1,

Abstract
Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu bentuklahan asal proses volkanik yang terletak di kabupaten
Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah. Tanahnya yang subur menjadi potensi ekonomis bagi penduduk
setempat. Kondisi iklimnya yang sejuk mendukung sektor pertanian untuk berkembang. Kondisi lereng yang relatif
curam dan terjal menyebabkan keterbatasan jenis tanaman yang cocok dibudidayakan. Kenyataannya, tanaman
kentang menjadi prioritas utama untuk mengembangkan sektor pertanian dibandingkan padi. Selain itu, jenis dan sifat
tanah di Dieng sangat cocok untuk ditanami kentang.Kentang pada dasarnya merupakan jenis tanaman yang tidak
banyak membutuhkan air. Dieng dengan kondisi curah hujan yang tinggi hingga mencapai > 3000 mm/tahun
mengakibatkan para petani menerapkan pola tanam yang memotong kontur agar tetap berproduksi kentang. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi resapan air yang berlebihan yang dapat membusukkan kentang.
Pemanfaatan lahan dengan kemiringan besar tanpa memperhatikan teknik-teknik konservasi tanah dan air
menyebabkan kehilangan unsur hara, rusaknya struktur tanah, meningkatnya aliran permukaan dan erosi.Di Dieng
kondisi lahannya sudah jauh dari kondisi idealyaitu sebagai kawasan fungsi lindung dengan lapisan olah yang sangat
tipis denganbesarnya laju erosi = 463,86 ton/ha/th, dan TBE 48,32 ton/ha/th.Peningkatan erosi, tanah longsor,
sedimentasi, dan penurunan kesuburan tanah mengakibatkan penurunan produktivitas lahan, daya dukung serta
kualitas lingkungan hidup.
Tujuan dari studi ini adalah memberikan upaya penanggulangan degradasi lahan di Dataran Tinggi Dieng.
Lahan kritis di Dieng memerlukan perhatian penuh untuk mengembalikan produktivitasnya akibat erosi.
Pengurangan tingkat bahaya erosi dapat dilakukan dengan cara konservasi. Jenis tanaman yang disarankan untuk
dibudidayakan adalah pinus merkusii. Prinsip alley cropping menggunakan tanaman pinus merkusii dapat dijadikan
solusi untuk menanggulangi degradasi lahan di dieng. Pinus ditanam dengan pola sejajar kontur, sedangkan tanaman
kentang tetap pada polanya yaitu memotong kontur.
Jenis konservasi ini diharapkan dapat mengurangi erosi akibat limpasan permukaan tanpa harus mengubah
jenis tanaman kentang. Pinus yang mampu menyimpan air dalam jumlah besar karena evapotranspirasinya yang
besar tidak akan mengganggu kelembaban air bagi tanaman kentang, sehingga produktivitas relatif stabil. Upaya
konservasi menggunakan tanaman pinus merkusii dapat secara efektif mengurangi erosi, menjaga fungsi hidrologi
dan tidak mengganggu produksi tanaman .Selain itu, getah pinus dapat bernilai ekonomis di samping produksi
kentang. Hal terpenting dari konservasi adalah lahan dapat dikelola dengan baik, aktivitas ekonomi dapat berjalan dan
kondisi lingkungan tetap lestari. Penggunaan metode ini diharapkan mampu menanggulangi degradasi lahan yang
terjadi di dataran tinggi dieng tanpa merugikan masyarakat.
Kata kunci:Degradasi Lahan, Lahan Kritis, Dieng, Konservasi Tanah dan Air

vi

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dataran Tinggi Dieng secara geomorfologi merupakan bentuklahan asal
proses volkanik yang meliputi sebagian Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara,
Propinsi Jawa Tengah. Bentuklahan volkanik menyisakan berbagai keuntungan bagi
penduduk setempat antara lain material piroklastik menjadi bahan utama
pembentukan tanah yang subur. Selain itu, kondisi iklim seperti temperatur udara
yang dingin dan sejuk mendukung berkembangnya sistem pertanian di daerah ini.
Dengan demikian, mata pencaharian dominan di Dieng adalah petani dengan
budidaya monokultur kentang sebagai komoditas utama.
Sistem pertanian monokultur kentang yang diterapkan di topografi miring
hingga terjal dan dikembangkan dengan pola memotong kontur menyebabkan air
hujan yang jatuh ke permukaan segera menjadi limpasan permukaan (overland flow)
dan sedikit yang terinfiltrasi ke dalam tanah. Pola demikian memberikan dampak
buruk bagi lahan yaitu meningkatnya erosi alur dan parit. Menurut Sutapraja (1999)
dalam Widiastuti (2008), faktor utama yang menyebabkan terjadinya erosi antara lain
pengolahan lahan yang sangat intensif tanpa memperhatikan kaidah konservasi
disertai curah hujan tinggi, sehingga mempercepat terjadinya erosi pada lahan
tersebut. Kondisi lahan Dieng sudah jauh dari idealyaitu sebagai kawasan fungsi
lindung dengan lapisan olah yang sangat tipis dan besarnya laju erosi = 463,86
ton/ha/th, serta TBE 48,32 ton/ha/th (Andriana, 2007).Peningkatan erosi, tanah
longsor, sedimentasi, dan penurunan kesuburan tanah mengakibatkan penurunan
produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup.
Penanggulangan degradasi lahan di Dieng dengan reboisasi memang sudah
banyak diaplikasikan di beberapa titik tempat. Namun, teknik konservasi wanatani
menjadi alternatif baru yang belum pernah dicoba dan dinilai memberikan dampak
positif bagi lahan kritis di Dieng untuk jangka waktu panjang. Penanaman Pinus
merkusii yang memiliki banyak kelebihan dengan pola tanam yang sejajar kontur

secara alley cropping tanpa harus mengubah pola tanam kentang, diharapkan
memberikan kontribusi dalam pengurangan erosi tanah. Pinus yang mampu
menyimpan air dalam jumlah besar karena evapotranspirasinya yang besar tidak akan
mengganggu kelembaban tanah bagi tanaman kentang, sehingga produktivitas relatif

2

stabil.Penggunaan metode ini diharapkan mampu menanggulangi degradasi lahan
yang terjadi di dataran tinggi Dieng tanpa merugikan masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka perlu
dilakukan upaya pengelolaan lingkungan di kawasan lindung Dataran Tinggi Dieng
dengan perumusan masalah :
1) Bagaimana penerapan teknik konservasi wanatani alley cropping menggunakan
Pinus merkusii dapat dilakukan di Dataran Tinggi Dieng ?

2) Bagaimana pengaruh teknik konservasi wanatani alley cropping Pinus merkusii
terhadap penganggulangan degradasi lahan di Dataran Tinggi Dieng.

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1) Mengetahui kondisi kritis dan degradasi lahan di Dataran Tinggi Dieng.
2) Menjelaskan teknik konservasi alley cropping Pinus merkusii dalam upaya
pengelolaan lingkungan lahan kritis di Dataran Tinggi Dieng.
3) Menjelaskan pengaruh teknik konservasi alley cropping Pinus merkusii terhadap
penanggulangan degradasi lahan di Dataran Tinggi Dieng.

1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini di antaranya adalah untuk :
1) Secara teoritis, penulisan ini dapat menjadi referensi terkait pengelolaan
lingkungan di Dataran Tinggi Dieng yang sudah kritis dengan tingkat degradasi
lahan yang tinggi, dengan menggunakan teknik konservasi alley cropping
melalui reboisasi Pinus merkusii.
2) Secara praktis, penulisan ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi
pemerintah, masyarakat, dan stakeholders lain yang terkait, dalam upayanya
menanggulangi permasalahan degradasi lahan di Dataran Tinggi Dieng.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Degradasi Lahan
Dataran Tinggi Dieng merupakan kawasan yang sebenarnya memiliki fungsi
lindung dan juga resapan air. Perambahan hutan dari tahun ke tahun terus terjadi akibat
semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan penduduk akan lahan juga
meningkat. Namun karena adanya pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan
kaidah-kaidah konservasi maka potensi degradasi lahan semakin meningkat.
Arsyad (2010) menyebutkan bahwa degradasi lahan adalah menurunnya kualitas
lahan akibat hilangnya unsur hara dan bahan organik pada tanah, penjenuhan oleh air,
salinisasi, dan erosi. Degradasi lahan yang terus menerus akan mengakibatkan
munculnya lahan kritis. Lahan kritis merupakan dampak dari degradasi lahan sehingga
mengakibatkan proses kerusakan fisik,kimia dan biologi lahan karena tidak sesuai
penggunaan dan kemampuannya, yangakhirnya membahayakan fungsi hidrologis,
orologis, produksi pertanian,pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dan daerah
lingkungan pengaruhnya.
Curah hujan yang tinggi akan meningkatkan energi kinetik hujan sehingga
mengakibatkan tingginya laju erosi, penurunan produktivitas lahan terutama pada
budidaya yang dilakukan tanpa memperhatikan kaidah konservasi. Cara penggunaan
lahan pada lereng curam berupa kegiatan-kegiatan usaha tani pangan semusim/kentang
yang dilakukan masyarakat tanpa memperhatikan konservasi lahan menyebabkan
degradasi lahan berjalan intensif (Mulyani, 2005 dalam Widiastuti, 2008).
Erosi memiliki dampak yang sangat beragam baik secara langsung maupun tidak
langsung seperti merosotnya produktifitas tanah pada lahan yang tererosi, disertai
merosotnya daya dukung serta kualitas lingkungan hidup berakibat pada pemiskinan
petani penggarap atau pemilik tanah; sungai,waduk dan saluran irigasi/drainase di
daerah hilir menjadi dangkal sehingga daya dan masa guna berkurang; secara tidak
langsungyaitu timbulnya dorongan membabat hutan mengakibatkan terjadinya banjir
yang kronis pada setiap musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau serta
dapat menghilangkan fungsi tanah sehingga perlu penyediaan dana yang besar untuk
perbaikan fungsi lingkungan (Arsyad, 2010).
Pengelolaan lahan sayuran menggunakan kaidah konservasi tanah dan air
memiliki peran yang multifungsi seperti mengurangi laju erosi, mengurangi aliran
permukaan dan meningkatkan fungsi lahan untuk mengurangi (mitigasi) banjir di daerah

4

hilir. Menurut Dariah dan Husen (2007), penerapan teknik konservasi tanah

tidak

menyebabkan munculnya penurunan hasil tanaman (produktivitas), malahan ada
perbaikan hasil dengan adanya penerapan teknik konservasi tanah.

2.2 Pinus merkusii

Pinus Merkusii merupakan jenis tanaman yang tidak memerlukan persyaratan
tumbuh yang tinggi. Jenis tanaman ini mampu tumbuh baik di lahan yang tidak subur
hingga lahan yang subur. Pinus mampu tumbuh pada ketinggian mulai dari 200-1700
mdpal dengan curah hujan diatas 1.600 mm/th. Tanaman ini sifatnya mudah tumbuh,
mudah membuat bibit, tahan kebakaran dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dapat
dikembangkan untuk kepentingan konservasi (Gintings, 2007).
Pinus merupakan tanaman yang dapat digunakan untuk reboisasi, karena pinus
memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai tanaman pelindung tanah secara ekologis
dan sebagai penghasil kayu ( Harahap dan Aswandi, 2006; Senjayadan Surakusumah,
2010). Menurut Supangat (2008) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh hutan
pinus terhadap kualitas air, hutan pinus juga dapat menjaga kualitas air sehingga airnya
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti
mandi, mencuci dan pertanian.Selain itu, adanya tegakan vegetasi dapat berperan dalam
mengurangi gempuran energi kinetik hujan melalui tiga cara yaitu strata tajuk (kanopi),
serasah hutan dan pori-pori tanah sehingga aliran dapat diatur (Asdak, 2007).
Selain keutungan secara ekologis, pinus juga memiliki keuntungan ekonomis
yaitu kayu pinus dapat dipakai sebagai bahan bangunan, perkakas, venit, tripleks, papan
dan kotak/batang korek api sedangkan seratnya dapat digunakan sebagai bubur kayu
untuk kertas, sutera tiruan, bahan pelarut, kertas kaca, seluloida dan sebagainya (Fua
et.al, 1998).

2.3 Pertanaman Lorong atau alley cropping

Konservasi pertanaman lorong atau alley cropping merupakan upaya konservasi
dengan penanaman tanaman pengontrol erosi berupa barisan tanaman rapat mengikuti
garis kontur sehingga terbentuk lorong-lorong dimana tanaman semusim terletak
diantara tanaman pagar (wanatani/agroforestry) (Subagyono et.al, 2003). Cara ini
merupakan cara yang murah dan efektif dalam mengurangi erosi, aliran permukaan dan
mempertahankan produktivitas.

5

BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Metode Penulisan
Dalam memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan penulisan ilmiah ini
penulis menggunakan metode Studi Pustaka. Pada penulisan menggunakan metode ini,
penulis mempelajari buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan tema yang dikaji.
Pembahasan dilakukan dengan analisis data-data hasil kajian literatur.

3.2 Kerangka Analisis

Kerangka analisis yang digunakan dalam tulisan ini pada gambar . Langkah awal
yang dilakukan adalah mengetahui kondisi degradasi lahan yang terjadi di Dataran
Tinggi Dieng. Selanjutnya mengetahui potensi konservasi menggunakan sistem
wanatani atau agroforestry untuk mengatasi kondisi lahan kritis di Datarang Tinggi
Dieng. Langkah terakhit mengetahui dampak akibat penggunaan teknik konservasi ini
sebagai upaya konservasi lahan dan penyelamatan fungsi lingkungan.
Degradasi Lahan
Di Dieng

Konservasi Menggunakan
Pinus Merkusii (Alley
Cropping)

Dampak

Lingkungan

Gambar 3.1. Kerangka Analisis

6

3.3 Sistematika Penulisan
Agar penulisan ilmiah ini mudah dipahami dan tersistematis maka pembahasan
dalam penulisan ilmiah ini dibagi menjadi empat bab.
Bab I

Pendahuluan
Menjelaskan secara ringkas mengenai latar belakang masalah, tujuan dan
manfaat penulisan dan batasan masalah

Bab II

Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini dibahas mengenai konsep degradasi lahan dan penyebab
degradasi lahan di Dataran Tinggi Dieng serta penjelasan mengenai
teknik konservasi penanaman lorong atau alley cropping menggunakan
tanaman Pinus merkusii. Hal-hal yang berkaitan dengan masalah ditulis
pada bab ini serta pedoman dalam menyelesaikan masalah yang ada.

Bab III

Metodologi Penulisan
Bab ini berisikan tentang tata cara penulisan karya ilmiah. Pada bagian
ini dibahas mengenai sistematika penulisan dan kerangka analisis yang
akan dilakukan.

Bab IV

Bagian Isi
Berisi mengenai analisa dan pembahasan masalah. Pembahasan
dilakukan secara deskriptif. Dalam bab ini berisikan tentang pemecahan
masalah yang menjelaskan peranan Pinus merkusii konservasi lahan
kritis di Datarang Tinggi Dieng. Kemudian dikemukakan kesimpulan
dari pembahasan bab-bab sebelumnya dan mencoba memberikan saran
kepada pembaca tentang kajian yang dilakukan.

7

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Degradasi lahan di Dieng sudah mencapai tingkat tinggi yang ditandai dengan
besarnya laju erosi

463,86 ton/ha/th dan TBE 48,32 ton/ha/th (Andriana, 2007).

Padahal erosi yang masih diperbolehkan menurut Hudson (1976) dalam Kartasapoetra
(2000) adalah 2,5 – 12,5 ton/ha/th. Erosi ini disebabkan oleh pola tanam kentang yang
memotong kontur. Air hujan yang jatuh sebagian besar akan langsung menjadi overland
flow, sehingga kelembaban tanah berkurang. Di sisi lain, sistem tanam ini

menguntungkan petani karena pembusukkan kentang relatif lambat. Namun, aliran
permukaan yang dibiarkan akan mengerosi agregat tanah termasuk kandungan hara di
dalamnya. Akibatnya, produktivitas kentang menurun, bukan karena pembusukan,
melainkan disebabkan oleh berkurangnya unsur hara dalam tanah. Informasi dari
Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, bibit kentang 1 ton bisa menghasilkan 20 ton pada
tahun 2008, sedangkan di tahun 2010 menurun hingga 8 ton saja (Suara Pembaruan, 21
Mei 2010).

Sebagian besar masyarakat Dataran Tinggi Dieng bermatapencaharian sebagai
petani dengan memanfaatkan lahan pada kemiringan lereng 25-40 % untuk budidaya
monokultur kentang. Sistem pola tanam yang searah lereng diterapkan pada jenis tanah
Andosol dengan curah hujan rata-rata 3000-3900 mm/tahun. Berdasarkan Kepres No.
32 Th. 1990, tentang pengelolaan kawasan lindung dan SK Mentan No.
837/KPTS/Um/11/1980 tentang kriteria kelas lereng, jenis tanah dan curah hujan, maka
Dataran Tinggi Dieng memiliki kriteria sebagai kawasan lindung dengan kesesuaian
lahan untuk tanaman bervegetasi permanen (Andriana, 2007). Tanaman kentang yang
tidak termasuk golongan tanaman permanen atau tahunan mengindikasikan bahwa
sistem pertanian yang sudah bertahun-tahun dilakukan ternyata tidak sesuai dengan
sistem RTRW. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan keahlian
masyarakat yang tidak menjangkau kaidah konservasi. Akibatnya, para petani tidak
menyadari risiko lingkungan yang sedang dan akan terus berlangsung.
Erosi yang terjadi di Dieng tidak hanya menyebabkan degradasi lahan, tetapi
juga meningkatkan sedimentasi di daerah hilir akibat pengangkutan material tanah di
hulu. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo tingkat laju
erosi (tingkat bahaya erosi) DAS Serayu rata-rata adalah 4,27 mm/th. Sedangkan
sedimentasi di Waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman rata-rata adalah 4.206.688

8

m3/th (Andriana, 2007). Akibatnya, erosi di Dataran Tinggi Dieng yang tergolong
tinggi menjadi penyumbang sedimen yang tinggi pula yang diwujudkan dalam bentuk
pendangkalan waduk.
Alley cropping menggunakan tanaman Pinus merkusii dilakukan pada lereng

yang miring. Penanaman dapat dilakukan dengan menentukan jarak antar lorong. Jarak
tanam antar barisan pembentuk lorong dapat disesuaikan dengan kemiringan lahan,
semakin besar kemiringan lahan maka jarak tanaman tahunan semakin dekat. Sariyata
(2007) menyebutkan jarak antar tanaman tahunan ini berkisar antara 5-20 meter dengan
tetap menyesuaikan dengan kemiringan lahannya dan jarak tanam antar Pinus sendiri
sekitar 3 meter. Untuk mengatasi kompetisi antara tanaman pagar dengan tanaman
musiman dapat dilakukan dengan penentuan jarak lorong yang lebih lebar.
Beberapa penelitian menyebutkan besarnya intersepsi air hujan oleh Pinus
merkusii sebesar 15,7 % dibandingkan Agathis alba yang hanya mengintersepsi 14,7 %

dan Puspa 13,7 % (Mulyana et al. dalam Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan
Perhutani, 2002). Hasil penelitian lain mengenai besarnya kehilangan tanah akibat
intersepsi juga dilakukan oleh Sudjoko et al. (1998) di KPH Banyumas Timur yang
menemukan intersepsinya sebesar 16-20 %. Intersepsi yang dihasilkan oleh Pinus
Merkusii menandakan air hujan yang tidak sampai ke permukaan tanah karena tertahan

di tajuk pinus akan diuapkan lagi, sehingga mengurangi energi kinetik hujan
(erosivitas). Akibatnya, pemecahan agregat tanah yang bertekstur lempung oleh hujan
menjadi berkurang dibandingkan lahan yang tidak tertutup kanopi yang lebih mudah
tererosi.
Pinus merkusii yang membutuhkan air cukup banyak dalam pertumbuhannya

turut memberikan kontribusi terhadap penanggulangan degradasi lahan. Overland flow
atau aliran permukaan dapat tertahan dan terserap oleh pinus, sehingga mengurangi
erosi. Namun, air yang dierap pinus tersebut dapat segera teruapkan melalui
evapotranspirasi karena kemampuan Pinus merkusii dalam mengevapotranspirasi cukup
besar dibandingkan jenis pohon lain. Ada pun hasil penelitian Pudjiharta (1995) di
Ciwidey, nilai evapotranspirasi Pinus merkusii adalah sebesar 64,5 % dari totol curah
hujan. Pinus dapat mengurangi lengas tanah, tanpa mengurangi kontinuitas aliran airnya
(Indrajaya dan Wuri Handayani, 2008). Apalagi jika dibandingkan dengan curah hujan
rata-rata tahunan di Dieng yang mencapai 3000-3900 mm/tahun, nilai evapotranspirasi
pinus tidak akan berdampak pada kekeringan, sehingga produktivitas kentang masih
terjaga. Dengan demikian, upaya konservasi tanah untuk menganggulangi erosi akan
berimbas pula pada tata air, sehingga daya dukung lahan membaik.

9

Teknik konservasi wanatani alley cropping merupakan salah satu upaya
pengelolaan lingkungan. Ada 3 komponen utama dalam pengelolaan lingkungan yaitu
mencegah, menanggulangi, dan mengembangkan. Kondisi fisik Dieng yang tergolong
tingkat degradasi tinggi dapat ditanggulangi dengan teknik alley cropping menggunakan
Pinus merkusii, sehingga diharapkan tingkat bahaya erosi berkurang. Selain itu, untuk

area lahan pertanian yang belum mengalami kerusakan tidak akan mendapatkan
kesempatan terkena dampak erosi. Basuki (2000) melakukan penelitian tentang efek
tumpangsari antara Pinus merkusii dengan tanaman sayuran kentang. Hasilnya
menunjukkan bahwa tanaman kentang memberikan kontribusi yang paling tinggi baik
bagi pertumbuhan fisik tanaman pinus maupun pendapatan tumpangsarinya. Dampak
positif dari teknik ini adalah bentuk peningkatan peluang keuntungan bagi petani
melalui produktivitasnya, di samping kentang sebagai komoditas utama.
Kegiatan pengelolaan lingkungan tidak bisa lepas dari pemantauan dan
pengawasan lingkungan. Salah satu metode yang bisa dilakukan adalah dengan
pemetaan tingkat bahaya erosi yang berguna sebagai alat pantau dan evaluasi besarnya
laju erosi sebelum dan sesudah diterapkannya alley cropping. Melalui peta itu pula
dapat diidentifikasi lokasi-lokasi yang akan dikelola dan dipantau sesuai dengan tingkat
bahaya dan dampak yang ditimbulkan, sehingga upaya penanaman Pinus merkusii
menggunakan alley cropping dapat efektif dan efisien.

4.2 Kesimpulan, Saran, dan Rekomendasi

Teknik konservasi sistem wanatani alley cropping dengan menggunakan Pinus
merkusii merupakan alternatif yang memberikan banyak manfaat dalam upaya

pengelolaan lingkungan. Beberapa kondisi fisik di Dataran Tinggi Dieng dengan
kenampakan degradasi lahan yang ada membutuhkan upaya penanggulangan seperti
alley cropping.

Pemanfaatan Pinus merkusii tidak mengganggu produktivitas kentang yang
sudah lebih dulu menjadi andalan masyarakat Dieng. Pinus merkusii berkontribusi besar
dalam upaya mengurangi tingkat bahaya erosi, sehingga produktivitas kentang tetap
terjaga, bahkan dapat diupayakan untuk meningkat. Akan tetapi, upaya pengelolaan ini
tetap membutuhkan pemantauan dan pengawasan baik dari pemerintah maupun dari
masyarakat setempat agar terwujud pembangunan yang berkelanjutan.

10

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Reni. 2007. Evalausi Kawasan Lindunga Dataran Tinggi Dieng Kabupaten
Wonosobo. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air . Bogor: IPB Press.
Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Basuki, Suwidji. 2000. Optimasi Pola Usaha Tumpangsari Dengan Program Tujuan
Ganda Pada Areal Tanaman Pinus.Jurnal Sosial Ekonomi Volume 1 Nomor 1,
November 2000
Dariah, Ai dan Husen, Edi. 2007. Optimalisasi Multifungsi Pertanian Pada Usaha Tani
Berbasis Tanaman Sayuran. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Fua, Yohanes, Prayitno dan Sunyata, A. 1998. Degradasi Komponen Kimia Kayu Tusan
(Pinus MerkusiiJung Et De Vriese) oleh Jamur Noda Biru Menurut Waktu dan
Posisi Radial. Buletin Agro Industri No. 05/1998
Gintings, A Ngaloken. 2007. Pengaruh Hutan Pinus Merkusii Terhadap Tata Air.
Makalah. Purworejo: Gelar Teknologi “Pemanfaatan IPTEK untuk Kesejahteraan
Masyarakat”, 30-31 Oktober 2007
Harahap, Rusli dan Aswandi.2006.Pengembangan dan Konservasi Tusam(Pinus
Merkusii Jungh. Et de Vriese) Strain Tapanuli dan Kerinci. Ekspose Hasil-hasil
Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20
September 2006.
Indrajaya, Yonky dan Handayani, Wuri. 2008. Potensi Hutan Pinus Merkusii Jungh. Et
De Vriese Sebagai Pengendali Tanah Longsor Di Jawa. Info Hutan Vol. V No. 3 :
231-240, 2008.
Kartasapoetra G. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air . Edisi ke lima. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pudjiharta, Ag. 1995. Hubungan Hutan dan Air. Informasi Teknis 53 : 4-7. Bogor:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam
Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan Perhutani. 2002. Hutan Pinus dan Hasil Air .
Cepu: Perhutani. Hal. 12- 13
Sariyata, Ketut. 2007. Usahatani Konservasi (Pola Budidaya Lorong). Nusa tenggara
Timur: Balai Besar Pelatihan Peternakan.
Senjaya, Yusuf dan Surakusumah, Wahyu. 2010. Potensi Ekstrak Daun Pinus (Pinus
Merkusii Jungh. et de Vriese) SebagaiBioherbisida Penghambat Perkecambahan
Echinochloa Colonum L. dan Amaranthus Viridis. Bandung: FMIPA Universitas
Pendidikan Indonesia
Suara Pembaruan, 21 Mei 2010. Diakses tanggal 17 Juli 2011
Subagyono, K, Marwanto, S dan Kurnia, U. 2003. Teknik Konservasi Tanah Secara
Vegetatif. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Sudjoko, S.A., Suyono dan Darmadi. 1998. Kajian Neraca Air Hutan Pinus di KPH
Banyumas Timur . Rangkuman Penelitian tahun 1994- 1997. Yogyakarta: Fakultas
Kehutanan UGM
Supangat, Agung. 2008. Pengaruh Berbagai Penggunaan Lahan Terhadap Kualitas Air
Sungai di Kawasan Hutan Pinus di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Vol. V No. 3: 267-276, 2008.
Widiastuti, Indri. 2008. Diversifikasi Tanaman Budidaya Carica Papaya Di Dataran
Tinggi Dieng Untuk Konservasi Lahan (Studi Kasus Di Desa Sikunang
Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo). Tesis. Surakarta:Universitas Sebelas
Maret.

11

LAMPIRAN
Lampiran 1. Kelebihan dan Kelemahan Pinus merkusii
NO
SIFAT PINUS MERKUSII
1 Intersepsi hujan yang tergolong tinggi, sehingga mereduksi erosivitas
2 Tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi.
3 Mampu tumbuh baik di lahan yang tidak subur hingga lahan yang subur
Mampu tumbuh pada ketinggian mulai dari 200-1700 mdpal dengan
4
curah hujan diatas 1.600 mm/th
5
6
7
8
9
10
11

Kebutuhan air cukup tinggi, sehingga infiltrasi tinggi dan kelembaban
tanah berkurang
Akar memperkuat agregat tanah, menambah daya tahan geser tanah
Evapotransiprasi tinggi, sehingga mengurangi kelembaban tanah
Beban pohon yang tidak terlalu berat, sehingga menjaga kestabilan
lereng
Daun yang sukar membusuk berfungsi sebagai mulsa yang baik
Cocok untuk tumpangsari dengan tanaman semusim
Daunnya untuk pakan ternak

PENGARUH
Menguntungkan
Menguntungkan
Menguntungkan
Menguntungkan
Merugikan
Menguntungkan
Menguntungkan
Menguntungkan
Menguntungkan
Menguntungkan
Menguntungkan

Lampiran 2. Sistem Pertanaman lorong/alley cropping menggunakan Pinus merkusii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama

: Efrinda Ari Ayuningtyas

Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 4 April 1990
Telepon/email

: +6285292514616/ eph.efrinda@gmail.com

Alamat

: Semali RT 02 RW 05 Salam Kanci Bandongan, Magelang, Jawa
Tengah

Publikasi
1. Paper: Mitigasi Bencana Gempa Bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta (UPN
Veteran, 2008)
2. Paper: Peranan Perangkat Lunak Ilwis 3.4 dalam Upaya Mitigasi Bencana
Longsor (Subdit. PPKB, Annual Essay, 2011)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama

: Henky Nugraha

Tempat, tanggal lahir : OKU Timur, 11 Maret 1990
Telepon/email

: +62856664808322/nugrahahenky@gmail.com

Alamat

: Pogung Dalangan RT 10 Sinduadi, Kec. Mlati, Kab. Sleman,
DIY

Publikasi
1. Paper: Manajemen Air Terpadu: Strategi Efektif Konservasi Tanah dan Air,
Seminar dan Sarasehan Hari Lingkungan Hidup 2011, ISTA AKPRIND 2011
2. Paper: Mahasiswa Sebagai Agent of Change dalam Usaha Konservasi
Lingkungan dan Komunikasi Sosial Ekonomi (Subdit. PPKB, Annual Essay,
2010)