bab i v sb

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Bijih atau ore adalah kumpulan mineral yang diolah atau diekstraksi

dengan teknologi secara ekonomis untuk mendapatkan logam berharga dan
menguntungkan. Pada perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang
tambang, pengolahan bahan galian sepeti ini sudah sangat lumrah. Karena bijih
yang didapat tidak dapat langsung diolah menjadi besi atau baja, bjih ini harus
melewati tahap-tahap yang disebut ore dressing. Mulai dari kominusi, sizing,
konsentrasi sampai akhirnya di padatkan kembali dengan proses aglomerasi.
Untuk mengolah bijih pada awalnya kita harus memisahkannya dari batu-batu
ikatannya yang disebut gangue. Sehingga dalam perkembangan industri
pertambangan dan metalurgi, diperlukan cara-cara pemisahan mineral yang
dilakukan untuk mempersiapkannya agar dapat diproses dalam proses selanjutnya.
Oleh karena itu, pelaksanaan pemisahan mineral dengan prinsip sluice box yang
menerapkan metode fluid film concentration perlu diketahui.


1.2

Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk melakukan klasifikasi mineral

dengan metode fluid film concentration.

1.3

Batasan Masalah
Ada beberapa hal yang berpengaruh terhadap percobaan ini sehingga

menjadi batasan masalah yaitu pengaruh dari variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel terikat yaitu pasir besi dan pasir kuarsa. Sedangkan variabel bebas yaitu
filler sluice box yang digunakan.

2

1.4


Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab sebagai kajian

utama. Bab I menjelaskan latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah dan
sistematika penulisan laporan yang digunakan. Bab II merupakan tinjauan pustaka
yang berisi mengenai teori singkat yang terkait dengan percobaan yang dilakukan.
Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian yang dilakukan. Bab IV
menjelaskan mengenai data percobaan dan pembahasan berdasarkan tinjauan
pustaka dari data yang telah diperoleh. Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan
dari percobaan yang telah dilakukan, yang dilengkapi dengan saran seputar
percobaan. Sebagai kajian tambahan, di akhir laporan terdapat lampiran yang
memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas khusus, gambar alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum .

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1


Pengolahan Bahan Galian
Bijih atau ore adalah kumpulan mineral yang diolah atau diekstraksi

dengan teknologi secara ekonomis untuk mendapatkan logam berharga dan
menguntungkan. Sebelum bijih mengalami proses metalurgi ekstraksi secara
hidrometalurgi ataupun pirometalurgi, bijih akan mengalami suatu pengolahan
awal yang terdiri dari :
1. Kominusi yaitu proses size reduction atau pengecilan ukuran bijih
(dengan metode peremukan/crushing dan penggerusan/grinding)
sesuai kebutuhan untuk proses selanjutnya.
2. Sizing and classification yaitu pengelompokan mineral berdasarkan
ukuran mineral tersebut.
3. Konsentrasi yaitu setelah bijih diperkecil dengan tahap kominusi,
selanjutnya dilakukan proses konsentrasi dengan memisahkan mineral
berharga dari mineral pengotornya (gangue).
Dasar pemisahan : sifat densitas, listrik, magnet, permukaan
Metode dalam proses konsentrasi yaitu : gravity separation,
electric separation, magnetic separation, flotasi.
Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses pengolahan bahan galian

tersebut antara lain adalah:
1.

Mengurangi ongkos angkut.
2. Mengurangi ongkos peleburan.
3. Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan.

4

4. Proses pemisahan (pengolahan) secara fisik jauh lebih sederhana dan
menguntungkan daripada proses pemisahan secara kimia.[1]
2.2

Gravity Separation
Konsentrasi gravitasi adalah proses pemisahan mineral berharga dan tidak

berharga dengan menggunakan berat jenis suatu mineral untuk pemisahannya,
dalam pergerakan yang diakibatkan oleh gaya gravitasi dari mineral itu sendiri.
Proses ini biasa dilakukan dalam keadaan basah atau terdapat media liquid.
Gravity concentration dibagi menjadi :

1. Pulsated Beds
2. Shaken Beds
3. Stirred Beds
4. Water-impulse Separrators
5. Pneumatic Concentretation

D B −D f
KK =

D R −D f ...................................................

(2.1)
dimana :
KK : Kriteria Konsentrasi
Df

: Densitas fluida

DB : Densitas mineral berat
DR : Densitas mineral ringan

2.3

Sluice Box
Sluice box merupakan suatu alat konsentrasi mineral bijih yang

berdasarkan atas gravity concentration. Diharapkan dalam proses ini mineral
mempunyai densitas tinggi akan mengendap yang nantinya akan diambil sebagai
konsentrat sedangkan mineral yang ringan akan ikut terbawa aliran air sebagai

5

tailing. Alat sluice box berupa lounder dengan ukuran panjang 8-12 meter, lebar 1
meter dengan feed 10-20%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi operasi pemisahan mineral dengan
menggunakan sluice box adalah sebagai berikut :
1. Kecepatan aliran
Pada dasar aliran, kecepatan alirannya adalah nol. Semakin
mendekati permukaan maka kecepatan aliran akan bertambah.
Kecepatan maksimum akan terjadi di bawah permukaan aliran, karena
pada permukaan aliran kecepatannya di pengaruhi oleh gaya-gaya

gesek antara fluida dengan udara. Dengan prinsip kecepatan aliran
inilah maka mineral yang mempunyai specific gravity yang berlainan
akan di pisahkan.
2. Perbedaan densitas mineral
Perbedaan density yang besar akan menyebabkan operasi
pemisahan semakin mudah dan kadar konsentrat semakin tinggi.
3. Kekentalan
Semakin kental fluida, maka jumlah konsentrat semakin tinggi,
tetapi kadar konsentrat yang dihasilkan semakin rendah.
4. Kemiringan dari lounder
Jika kemiringan semakin besar, maka konsentrat yang dihasilkan
akan semakin bersih.
5. Lebar dan panjang lounder
Semakin sempit lounder maka konsentrat makin bersih, semakin
panjang lounder maka recovery makin tinggi tetapi kadarnya akan
rendah.
6. Tinggi riffle
Riffle yang rendah akan menghasilkan konsentrat yang berkadar
tinggi
7. Kekasaran butir partikel maupun kekasaran dari deck

Semakin kasar deck, maka gaya gesek semakin besar, sehingga
partikel berat akan tertahan. Feed yang kasar atau berdiameter
besar akan digunakan air yang cukup banyak, kemiringan deck juga

6

cukup besar. Apabila feed halus, maka untuk mengatur tebal aliran
harus diperhatikan ukuran besar butirnya dan harus seragam.
Mekanisme pemisahan yang terjadi dalam sluice box yaitu feed yang
sudah terliberasi sempurna misalnya emas, timah, pasir besi dimasukkan ke dalam
sluice box. Kemudian dilakukan pemisahan partikel-partikel yang besar terlebih
dahulu. Jika pada ujung alat telah terdapat mineral berat, artinya alat sudah jenuh,
maka pada alat lounder tersebut dilakukan pembersihan dengan mengalirkan
wash water. Akan terjadi pemisahan-pemisahan antara partikel berat dan partikel
ringan setelah pembersihan. Dimana partikel berat akan tertinggal pada bagian
belakang bawah riffle atau akan menempel pada karpet. Partikel berat yang
tertinggal ini yang disebut sebagai konsentrat. Mineral yang menempel pada
karpet akan diambil dengan cara karpet tersebut dibakar.[2]

Gambar 2.1 Tampak samping sluice box[1]

Fluid film concentration adalah proses pemisahan mineral dengan
pengaliran lapisan air yang tipis dan non-turbulen. Karena fluid film
concentration termasuk dalam gravity concentration maka proses pemisahan yang
terjadi

adalah akibat dari berat jenis (density) dari tiap material yang berbeda.

Selain

itu perbedaan ukuran, bentuk dan kimiringan alat juga mempengaruhi

proses pemisahan ini.

7

Fluid film concentration juga merupakan salah satu metode klasifikasi
mineral berdasarkan berat jenis partikel. Prinsip dari metode fluid film
concentration yaitu partikel dialirkan dalam suatu aliran yang tipis dengan
kecepatan alir tertentu yang dijaga mengalir secara laminar. Dengan demikian
partikel yang mempunyai berat jenis (density) paling besar akan mengendap

terlebih dahulu, kemudian diikuti partikel dengan berat jenis yang lebih ringan.[3]
Jadi yang mempengaruhi berhasil tidaknya dalam melakukan operasi
pemisahan dengan alat ini adalah kecepatan aliran dan ketebalan aliran fluida, bila
kecepatan dan ketinggian fluida terlalu besar maka mineral yang ada, baik itu
mineral berat maupun ringan dan ketebalan yang besar dari fluida akan membuat
arus turbulen yang besar sehingga ini yang membuat material meloncat dari riffle.
Berat jenis dari material harus cukup besar karena material itu harus dapat
mengimbangi derasnya arus dengan gaya berat sehingga material itu akan dapat
terhalangi oleh riffle. Bila material itu mempunyai berat jenis yang kecil, akan
hanyut terbawa oleh aliran air, banyaknya air atau fluida yang digunakan untuk
memisahkan mineral ini hanya sedikit, maka mineral tersebut tidak akan dapat
terpisahkan atau hasilnya adalah heterogen.
Arus air yang berada diantara riffle akan terjadi arus turbulen, sehingga
pemisahan akan lebih sempurna dikarenakan mineral berat akan menumpuk pada
riffle. Bila riffle dirasa sudah penuh, maka proses pengaliran air akan dihentikan.
Sehingga palong adalah proses yang tidak kontinu. Tahap–tahap pemisahan dalam
sluice box, yaitu :
1.

Feeding, yaitu pengaliran pulp


2.

Cleaning, yaitu pengaliran air untuk pembersihan

3.

Pengambilan konsentrat

8

Gambar 2.2 Pengaruh Riffle Dalam Sluice Box[2]
Seperti terlihat pada Gambar 2.3 maka mineral berat akan mengendap
karena adanya turbulensi dari aliran air yang tertahan oleh riffle. Tetapi mineral
ringan yang terkena efek turbulensi akan ikut terbawa oleh arus air. Kelemahan
dari palong ini adalah kita sulit mengatur debit air yang akan digunakan. Maka
sebelum melakukan percobaan, ada baiknya kita mencoba mengatur debit air yang
sesuai (mengkalibrasi debit air) guna terjadinya proses pemisahan yang baik.
Setelah debit air diatur barulah proses dapat dijalankan. Hal ini dilakukan
agar tidak terjadi looseness mineral berharga yang berarti. Karena jika mineral
berharga banyak yang ikut menjadi tailing maka palong beserta parameternya
perlu dikalibrasi ulang.

9

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1

Diagram Alir Percobaan
Percobaan “sluice box” ini dideskripsikan dalam bentuk diagram alir untuk

memudahkan pelaksanaan percobaan seperti gambar 3.1.
Pasir besi 50 gramdan pasir
kuarsa 50 gram

Mengalirkan air dengan debit tertentu
Menempatkan umpan dalam feeder

Mengangkat riffle kemudian memindahkan konsentrat
ke wadah tertentu
Memanaskan dalam oven
Memisahkan pasir besi dan pasir kuarsa kemudian menimbangnya

10

Data pengamatan

Pembahasan

Literatur

Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram alir sluice box
3.2

Alat dan Bahan
3.2.1

3.2.2

3.1

Alat yang digunakan
1. Sluice box
2. Neraca teknis
3. Wadah konsentrat
4. Oven pemanas
Bahan yang digunakan
1. Pasir besi
2. Pasir kuarsa
3. Air

Prosedur Percobaan
1. Menimbang pasir kuarsa 50 gram dan pasir besi50 gram.
2. Mengalirkan air dengan debit tertentu
3. Menempatkan umpan dalam feeder
4. Mengangkat riffle dan memindahkan konsentrat ke wadah tertentu
5. Memanaskan konsentrat dalam oven pemanas
6. Setelah kering, memisahkan pasir besi dan pasir kuarsa kemudian
menimbangnya
7. Mencatat hasil percobaan
8. Membuat kesimpulan

11

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan “sluice box” dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemisahan mineral pasir besi dan pasir kuarsa dapat menggunakan
alat sluice box dengan metode fluid film concentration
2. Total massa tertampung pada riffle 1 sampai riffle 10 yaitu pasir besi
sebanyak 38,817 gram dan pasir kuarsa sebanyak 41,304 gram
3. Faktor yang mempengaruhi pemisahan pada proses sluice box antara
lain kecepatan aliran dan ketebalan fluida, berat jenis mineral yang
akan dipisahkan, banyaknya air atau fluida, ketinggian riffle dan
panjang box

5.2

Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan untuk praktikum selanjutnya yaitu
1. Sebelum melakukan percobaan, ada baiknya praktikan mencoba
mengatur debit air yang sesuai (mengkalibrasi debit air) guna
terjadinya proses pemisahan yang baik. Setelah debit air diatur barulah
proses dapat dijalankan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi looseness
mineral berharga.

12

2. Karena design sluice box yang kurang tepat seperti lebar yang kecil
yang mengakibatkan aliran fluida susah untuk laminar, diperlukan
perbaikan atau pergantian design sluice box

Dokumen yang terkait

Anal isi s K or e sp on d e n si S e d e r h an a d an B e r gan d a P ad a B e n c an a Ala m K li m at ologi s d i P u lau Jaw a

0 27 14

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

i PESAN DAKWAH ISLAM DALAM SINETRON KOMEDI (Analisis Isi Pada Sinetron Preman Pensiun 2 Karya Aris Nugraha di RCTI Episode 1-20)

5 43 55

i SKRIPSI AKTIVITAS HUMAS DALAM MENJALIN HUBUNGAN DENGAN MEDIA MASSA (Studi pada Perum Bulog Divre NTB Bulan November 2014)

8 126 17

i PESAN SOSIAL DALAM PORTAL BERITA (Analisis Isi Dalam MediaMahasiswa.com Periode Januari-Maret 2015)

0 36 22

I M P L E M E N T A S I P R O G R A M P E N Y A L U R A N B E R A S U N T U K K E L U A R G A M I S K I N ( R A S K I N ) D A L A M U P A Y A M E N I N G K A T K A N K E S E J A H T E R A A N M A S Y A R A K A T M I S K I N ( S t u d i D e s k r i p t i f

0 15 18

i PELAKSANAAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT 2 ATAS BAGI HASIL TABUNGAN PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG JEMBER

0 22 15

Peran qaidah fiqhiyyah terhadap kebijakan pemerintah dalam penetapan 1 (satu) ramadhan dan i (satu) syawal di indonesia

1 28 114

Implementasi metode lightening the learning climate sebagai upaya meningkatkan kemampuan koneksi siswa pada mata pelajaran PAI di kelas v Sekolah Dasar PUI Lebaksirna

0 15 0

Absen kls smester v ulumul quran

0 15 2