I. PENDAHULUAN - Peluang Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Bali Barat melalui Pengungkapan Keanekaragaman Hewan Mamalia

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Peluang Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Bali Barat

melalui Pengungkapan Keanekaragaman Hewan Mamalia

Maharadatunkamsi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi-LIPI Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor 16911 Ph. (021)8765056; 0812 925 0653 email:

  

Abstrak

Kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Kabupaten Buleleng dan Jembrana, Propinsi Bali. TNBB memiliki daya tarik dan kekayaan alam yang beranekaragam sehingga layak dikembangkan menjadi suatu wilayah ekowisata yang menarik. Dalam rangka mendukung pengelolaan TNBB khususnya pengembangan kegiatan ekowisata, maka informasi potensi keanekaragaman hayati di dalamnya perlu diungkapkan. Terkait permasalahan ini, telah dilakukan penelitian pada tahun 2012 dan 2013 bertujuan untuk menginventarisasi jenis dan potensi fauna mamalia di TNBB. Kombinasi pengamatan langsung dan penangkapan berhasil

mencatat sebanyak 20 jenis hewan mamalia berasal dari 6 lokasi penelitian di TNBB.

Keanekaragaman hewan mamalia ini menjadi daya tarik dan mempunyai nilai jual untuk wisatawan dan sekaligus dapat dipakai sebagai upaya untuk mendorong kesadaran penduduk sekitarnya terhadap pentingnya keanekaragaman hayati. Pengelolaan ekowisata yang berwawasan lingkungan dapat membantu mempertahankan kelangsungan pemanfaatan sumberdaya hayati TNBB secara lestari. Kata kunci: Ekowisata, potensi, mamalia, konservasi, TNBB.

I. PENDAHULUAN

  Sektor pariwisata merupakan salah satu kegiatan perekonomian yang menjadi salah satu andalan sumber devisa Indonesia. Sebagai negara yang memiliki wilayah yang luas Indonesia memiliki keindahan alam, kekayaan sumber daya alam, warisan sejarah budaya dan kehidupan masyarakat. Ini semua merupakan modal dan daya tarik pariwisata yang besar. Pada awalnya kegiatan pariwisata Indonesia adalah budaya dan seni yang ditandai dengan banyaknya wisatawan mengunjungi Bali, Toraja, kawasan candi, dan lain sebagainya. Seiring dengan berjalannya waktu, kegiatan ini telah berkembang ke arah back to nature yang memberikan peluang pariwisata alam (ekowisata) berkembang dengan pesat (Suryandari 2005). Menurut Fandeli (2000) ekowisata merupakan suatu perjalanan wisata alami, dimana kegiatan ini selalu menjaga kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan menjamin keberpihakan kepada masyarakat. Oleh karena itu kawasan hutan dengan keanekaragaman hayati di dalamnya merupakan potensi obyek wisata dengan nilai jual tinggi dan layak dikembangkan di berbagai tempat.

  Taman Nasional Bali Barat (TNBB) terletak di ujung barat Pulau Bali, secara administrasi pemerintahan masuk dalam Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana.

  o o

  Secara geografis posisi TNBB berada pada koordinat antara 8 05′20″ sampai dengan 8 15′25″

  o o

  Lintang Selatan dan 114 25′00″ sampai dengan 114 56′30″ Bujur Timur (Gambar 1). Berdasarkan profil TNBB, kawasan seluas 19.002,89 Ha ini yang terdiri dari daratan

  

Peluang Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Bali Barat

  (15.587,89 Ha) dan perairan (3.415 Ha) ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1995 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 493/Kpts-II/1995 (Taman Nasional Bali Barat 2015). Keanekaragaman jenis hayati di dalamnya baik flora maupun fauna merupakan salah satu kekayaan yang dapat dikembangkan. Informasi dan brosur yang tersebar telah mencantumkan beberapa fauna TNBB sebagai salah satu promosi pariwisata yang ditawarkan seperti jalak bali, rusa timor dan jelarang. Namun demikian kegiatan inventarisasi fauna secara menyeluruh belum pernah dilakukan di TNBB shingga informasi tentang faunanya belum banyak terungkap.

  Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka telah dilakukan penelitian tentang jenis- jenis hewan mamalia dan sebarannya di TNBB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisi kebutuhan akan data dasar jenis dan sebaran hewan mamalia di berbagai tempat di TNBB yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut untuk ekowisata, di mana diharapkan salah satu dampaknya adalah adanya keterlibatan masyarakat setempat dalam kegiatan ekowisata sebagai alternatip mengurangi ketergantungan masyarakat pada pemanfaatan langsung sumber daya hutan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pijakan untuk memaksimalkan upaya konservasi TNBB.

II. METODA

  Penelitian dilakukan dalam bulan April 2012 dan Mei 2013 pada 6 lokasi di TNBB yang banyak dikunjungani oleh wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Masing- masing plot diamati selama 4 hari. Detail koordinat untuk setiap plot pengamatan adalah sebagai berikut (Gambar 1): 1.

  Pantai dan bumi perkemahan Cekik.

  o o o o (08 11'22,1"LS; 114 26'25,3"BT - 08 09'24,0"LS; 114 26'47,1"BT).

  2. Teluk Terima.

  o o o o (08 09'28,2"LS; 114 31'55,0"BT - 08 09'31,9"LS; 114 32'00,2"BT).

  3. Tegal Bunder.

  o o o o (08 09'32,3"LS; 114 29'12,5"BT - 08 10'19,8"LS; 114 26'31,7"BT).

  4. Prapat Agung.

  o o o o (08 08'11,9"LS; 114 26'40,5"BT - 08 08'02,1"LS; 114 26'50,1"BT).

  5. Menjangan Resort.

  o o o o (08 08'55,2"LS; 114 33'15,9"BT - 08 08'39,2"LS; 114 33'03,8"BT).

  6. Air Terjun Gerojogan.

  o o o o (08 14'02,0"LS; 114 30'47,3"BT - 08 14'05,9"LS; 114 31'01,3"BT).

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan kawasan Taman Nasional Bali Barat (Sumber: Taman

Nasional Bali Barat 2015).

  Pada dasarnya inventarisasi hewan mamalia dalam suatu wilayah dilakukan dengan cara kombinasi antara pengamatan dan penangkapan (Jones et al. 1996, Stephens & Anderson 2014). Metode pengamatan efektif untuk inventarisasi hewan mamalia besar, sedangkan untuk hewan mamalia kecil dilakukan penangkapan dan pengamatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi pengamatan langsung dan penangkapan dengan detail sebagai berikut:

  1. Penjelajahan lapang. Penjelajahan lapang dilakukan untuk mengetahui jenis dan keberadaan hewan mamalia melalui perjumpaan langsung, jejak kaki, suara yang terdengar dan kotoran hewan.

  Pengamatan dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari pukul 06.00-12.00 dan malam hari pukul 16.00-21.00.

  2. Penangkapan. Sebanyak 50 buah perangkap kawat ukuran 25x10x10 cm digunakan untuk menangkap hewan mamalia kecil darat. Perangkap dengan umpan kelapa bakar diletakkan dengan jarak antar perangkap sekitar 10-15 meter. Enam jaring kabut ukuran 9x3 meter, masing-masing dengan ukuran mata jaring 36 mm dan dua buah perangkap harpa ukuran 2 x 1,8 m digunakan untuk menangkap kelelawar. Pengecekan perangkap dan jaring dilakukan 2 kali sehari yaitu pukul 07.00 dan 21.00.

  3. Identifikasi jenis. Identifikasi hewan mamalia dilakukan berdasarkan ciri-ciri morfologinya, warna rambut dan ukuran tubuh mengacu pada Payne et al (2000), Suyanto (2002) dan Francis (2008).

  

Peluang Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Bali Barat

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Dalam penelitian ini sebanyak 20 jenis hewan mamalia berhasil dicatat dari 6 plot pengamatan yaitu: Cekik, Teluk Terima, Tegal Bunder, Prapat Agung, Menjangan Resort dan air terjun Grojokan. Jumlah spesies yang paling banyak adalah kelompok Chiroptera/kelelawar yang terdiri dari 11 jenis meliputi 4 suku, kemudian diikuti oleh Artiodactyla/berkuku genap dengan 4 jenis meliputi 3 suku, Primata 2 jenis terdiri dari 1 suku dan Rodentia/pengerat 3 jenis terdiri dari 2 suku (Tabel 1).

  Dari jumlah tersebut terdapat 5 jenis yang masuk dalam daftar hewan yang dilindungi yaitu lutung budeng (Trachypithecus auratus), rusa timor (Rusa timorensis), kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanicus) dan jelarang (Ratufa bicolor). Berdasarkan kriteria IUCN Red List of Threatened Species, rusa timor dan lutung budeng masuk dalam kategori vulnerable/rawan; kalong (Pteropus vampyrus) dan jelarang (R. bicolor) masuk dalam kategori near threatened/hampir terancam (IUCN 2014). Sedangkan jenis mamalia lainnya masuk dalam kategori least concern/resiko rendah. Empat jenis masuk ke dalam CITES Appendix 2, yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung budeng (T.

  

auratus ), kalong (P. vampyrus) dan jelarang (R. bicolor) (CITES 2015). Dengan

  ditemukannya jenis-jenis yang masuk dalam kategori hewan lindungan, CITES dan IUCN menunjukkan bahwa TNBB merupakan habitat penting untuk pelestarian hewan mamalia.

  Hewan mamalia mempunyai berbagai peranan penting bagi kehidupan manusia, baik peranan ekologis maupun ekonomis. Selain itu, juga berfungsi sebagai bio-indikator bagi kondisi lingkungan karena hewan mamalia memiliki respon dan kedudukan dalam lingkungan (Hewitt & Mayanishi 1997, Maharadatunkamsi 2012, Badgley et al. 2014). Secara ekologis, hewan mamalia mempunyai peranan penting dalam rantai makanan sebagai konsumen, pemangsa, penyerbuk, pemencar biji dan mangsa untuk karnivora. Berbagai jenis hewan mamalia ini turut berperan dalam menjaga dan memulihkan kondisi vegetasi ekosistem di TNBB.

  Kelelawar pemakan buah (Megachiroptera) memiliki peran ekologis penting dalam ekosistem TNBB, yaitu sebagai pemencar biji dan penyerbuk bunga. Dalam kawasan TNBB tercatat 5 jenis kelelawar pemakan buah (Tabel 1). Sistem pencernaannya yang unik dan berlangsung cepat menyebabkan biji yang keluar bersama kotoran menjadi lebih cepat berkecambah. Di samping itu kemampuan terbangnya yang cukup jauh menjadikan kelelawar sebagai hewan yang efektif dalam menyebarkan biji (Maharadatunkamsi 2012). Tikus dan jelarang juga membantu dalam pemencaran biji. Kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera) tercatat sebanyak 6 jenis (Tabel 1) mempunyai fungsi alamiah sebagai pengendali populasi serangga di alam, termasuk serangga hama. Dengan memakan serangga, mereka dapat membantu mengatur keseimbangan ekosistem dalam pengendalian populasi serangga termasuk serangga hama yang merugikan (Healy 1994, Rakotoarivelo et al. 2007).

  TNBB merupakan salah satu habitat rusa timor (R. timorensis), muntjak (M. muntjak) dan kancil (T. javanicus). Ketiga jenis herbivora ini mempunyai peran penting diantaranya sebagai mangsa bagi predator dan membantu dalam penyebaran biji yang berpengaruh positif dalam regenerasi vegetasi di TNBB. Selain itu juga dapat berperan dalam memelihara kelangsungan hidup tumbuhan melalui pagutannya yang berarti meremajakan individu

ISBN: 978-602-72412-0-6

  tumbuhan yang dimakannya (Farida et al. 2003, Semiadi 2006, Farida 2013). Dua jenis primata di TNBB yaitu lutung budeng (T. auratus) dan monyet ekor panjang (M. fascicularis) mempunyai peranan penting dalam menjaga kelestarian hutan. Mereka membantu penyebaran biji tumbuhan di hutan karena mengkonsumsi buah dan daun (Setiawan et al. 2007, Gunawan et al. 2008, Harding 2010).

  Daya tarik yang dimiliki masing-masing jenis mamalia seperti rusa (R. timorensis), muntjak (M. muntjak), kancil (T. javanicus), lutung budeng (T. auratus), monyet ekor panjang (M. fascicularis), jelarang (R. bicolor) dan kalong (P. vampyrus) merupakan nilai jual untuk ekowisata. Pengunjung akan merasa puas jika dalam kunjungannya berhasil menikmati atraksi alam terutama melihat mamalia dan satwa liar lainnya. Kegiatan ekowisata melalui pengamatan mamalia di alam bebas sangat mendukung pemasukan daerah Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng namun belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, pemanfaatan ekowisata merupakan bentuk pemanfaatan non-eksploitatif sehingga prinsip perlindungan masih dapat dijaga dan dipertahankan.

  Dalam rangka mendukung pengelolaan TNBB khususnya dalam pengembangan kegiatan ekowisata dengan objek berupa keanekaragaman hayati dan sekaligus salah satu upaya pemecahan masalah dalam pengurangan ketergatungan langsung penduduk akan sumberdaya hutan maka informasi dan data hewan mamalia yang terdapat di kawasanTNBB merupakan salah satu potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TNBB mempunyai potensi besar bagi pengembangan ekowisata, meskipun belum sepenuhnya dikembangkan. Ekowisata yang sudah berjalan di TNBB berupa kegiatan safari di mana pengunjung melakukan penjelajahan untuk melihat dari dekat satwa yang ada di TNBB seperti rusa, kijang, lutung budeng, monyet ekor panjang, jelarang dan berbagai jenis burung.

  Ekowisata merupakan suatu bentuk kegiatan pariwisata dengan minat khusus karena tantangannya (Alikodra 1986). Bagi pihak-pihak yang terkait, tentunya hal ini memerlukan pengetahuan mengenai aspek biologi dari hewan yang menjadi target termasuk daerah jelajah dan perilakunya. Dalam pelaksanaannya memerlukan teknik pengamatan kehidupan satwa liar di alam yang praktis untuk dapat dikembangkan sesuai dengan perilaku dan daerah pergerakannya. Pengelolaan habitat dan populasi merupakan pengembangan yang paling efektif, selain itu melalui pola pengelolaan kehidupan satwa liar dapat memudahkan pengunjung dalam menikmati kehidupan satwa di alam bebas. Oleh karena itu memberikan pemahaman tentang fauna, khususnya hewan mamalia di TNBB dapat meningkatkan pengetahuan petugas taman nasional, pemandu lokal dan masyarakat setempat. Dengan berbekal pengetahuan yang lebih lengkap, maka akan ada pemahaman mengenai aspek biologi, perilaku dan konservasi hewan mamalia di TNBB.

  Pengelolaan ekowisata di TNBB sepenuhnya dilakukan oleh TNBB, namun demikian dalam pelaksanaannya melibatkan perusahaan biro pariwisata, LSM dan masyarakat. Konsep ekowisata adalah dengan memadukan teknik pengelolaan sumber daya alam, termasuk sumber daya hayati yang melibatkan masyarakat. Adanya keuntungan langsung yang dapat dirasakan dan dimanfaatkan masyarakat sekitar akan meningkatkan rasa kepemilikan kawasan tersebut. Rasa kepemilikan dan kearifan lokal dapat mendorong kesadaran masyarakat sekitar untuk ikut serta dalam mengelola kawasan TNBB secara lestari. Diharapkan dengan meningkatkan koordinasi, kepedulian, komitmen dan tanggung jawab pihak-pihak yang

  Peluang Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Bali Barat

  terlibat dapat tercapai usaha ekowisata yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan lestari bertumpu pada sumberdaya hayati TNBB sebagai atraksi. Hal ini juga sekaligus untuk menjawab kekhawatiran terhadap ekowisata yang jika hanya dilakukan untuk mengejar keuntungan semata dapat menimbulkan permasalahan pada kerusakan lingkungan, kerugian di bidang konservasi dan masuknya pengaruh negatif terhadap budaya masyarakat lokal (Retnowati 2004).

  Tabel 1. Daftar jenis hewan mamalia dan lokasi persebarannya di Taman Nasional Bali Barat hasil survei April 2012 dan Mei 2013.

  Species Plot Pengamatan Keterangan Status Konservasi

  1

  2

  3

  4

  5

  6 RI

IUCN CITES

  Megachiroptera Cynopterus brachyotis

-- --

d NP lc

  • Cynopterus sphinx √ √ -- --
  • d NP -- lc --
  •   √ √ √ √

    • Pteropus vampyrus Rousettus amplexicaudatus d NP lc
    • √ √ √ d -- Macroglossus sobrinus -- NP -- -- lc --
    • d NP nt -- 2 -- √ √

      Microchiroptera

    • Hipposideros ater -- d -- NP lc -- -- √ √ -- -- -- Hipposideros diadema

      NP -- -- -- d lc

    • Miniopterus schreibersii

      NP lc -- -- d -- -- √ Myotis muricola d NP -- -- lc -- -- √ √

    • Rhinolophus affinis √ -- d -- NP -- -- -- lc

      Scotophilus kuhlii d NP lc -- -- -- -- -- √

    • Primata
    • Macaca fascicularis -- --

      d NP lc

      2 √ √ √ Trachypithecus auratus -- -- d P v

      2 √ √ √ √ Artiodactyla Rusa timorensis -- -- s fp f P v

    • Muntiacus muntjak √ √ √ lc --
    • d fp f -- -- P

      √ √ √ √

      Tragulus javanicus -- -- -- d fp -- P dd √ √

      Sus scrofa -- -- fp NP lc √ √

    • Rodentia

      Rattus exulans -- NP -- -- -- d -- -- lc √

      Callosciurus notatus √ √ √ √ -- -- -- d NP lc Ratufa bicolor

    • -- --

      d P nt

      2 √ √ √ √ Keterangan tabel: (1) Pantai dan bumi perkemahan Cekik, (2) Teluk Terima, (3) Tegal Bunder, (4) Prapat Agung, (5) Menjangan Resort dan (6) Air Terjun Gerojogan.

      d: detection/terlihat, s: sound/suara, fp: footprint/jejak, f: faeces/kotoran. nt:near threatened, lc: least concern, vu: vulnerable, dd: data deficient (IUCN Red List 2014) Appendix CITES 2015 P: protected/dilindungi (PP RI No.7 TH.1999), NP: not protected/tidak dilindungi

      IV. KESIMPULAN DAN SARAN

      Potensi hewan mamalia di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) merupakan salah satu daya tarik ekowisata. Hewan mamalia yang berjumlah paling tidak 20 jenis menggambarkan khasanah kekayaan flora dan fauna yang di dalamnya. Faktor lain yang dapat menjadi penambah daya tarik adalah status konservasi dan kelangkaan beberapa jenis mamalianya. Agar tujuan ekowisata tercapai, maka dalam pengelolaannya diperlukan upaya yang komprehensif dan terpadu secara konsisten dengan melibatkan para pelaku bisnis, LSM dan masyarakat lokal. Selain itu pengetahuan dan pemahaman para petugas TNBB, masyarakat dan pemandu lokal dapat ditingkatkan melalui pelatihan dengan memberikan bekal pengetahuan terhadap pengenalan jenis, perilaku dan berbagai aspek biologi lainnya.

      V. DAFTAR PUSTAKA

    Alikodra, H.S. 1986. Kemungkinan Pengembangan Atraksi Satwa Liar Bagi Pengunjung Taman

    Nasional. Media Konservasi 1(16):20-23.

      

    Badgley, C., Smiley, T.A. & Finarelli, J.A. 2014. Great Basin mammal diversity in relation to

    landscape history. Journal of Mammalogy 95(6): 1090-1106. CITES. 2015. (Online), diakses 11 Maret 2015.

    Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.

    Farida, W.R. 2013. Diversity of Forest Plants as Feed Resources and Habitat of Protected Mammals in

    Gumai Pasemah Wildlife Sanctuary, Lahat Regency, South Sumatera. Prosiding Semirata FMIPA

      Universitas Lampung (hlm 447-456). Tanjung Karang: Universitas Lampung.

      

    Farida, W.R., Setyorini L.E. & Sumaatmadja, G. 2003. Habitat dan Keragaman Tumbuhan Pakan

    Kancil (Tragulus javanicus) dan Kijang (Muntiacus muntjak) di Cagar Alam Nusakambangan Barat dan Timur. Biodiversitas 4(2): 97-102.

    Francis, C. 2008. A Guide to the Mammals of South-east Asia. Princeton, New Jersey and Oxford,

    United Kingdom: Princeton University Press.

      

    Gunawan., A.G. Kartono & I. Maryanto. 2008. Keanekaragaman mamalia besar berdasarkan

    ketinggian tempat di Taman Nasional Gunung Ciremai. Journal Biologi Indonesia 4(5): 321-334.

    Harding, L.E. 2010. Trachypithecus cristatus (Primates: Cercopithecidae). Mammalian Species 42(1):

    149-165.

    Healy, S. 1994. Foraging and storing. In: Halliday, T. and A. Pressley (Eds). Animal Behavior (hlm

    43-57). Norman, USA: The University of Oklahama press.

    Hewitt, N. & Miyanishi, K. 1997. The role of mammals in maintaining plant species richness in a

    floating Typha marsh in southern Ontario. Biodiversity Conservation 6(8): 1085-1102.

      

    IUCN Redlist of Threatened Species. 2014. (Online), http://www.iucnredlist.org/, diakses 11 Maret

    2015.

    Jones, C., McShea, W.J., Conroy, M.J. & Kunz, T.H. 1996. Capturing mammals. In: Wilson, D.E.,

    Cole, F.R., Nichols, J.D., Rudran, R. & Foster, M.S. (Eds). Measuring and Monitoring Biological

      Diversity. Standard Methods for Mammals (hlm 115-155). Washington and London: Smithsonian Institution Press.

      

    Maharadatunkamsi. 2012. Potensi mamalia kecil dalam mendukung fungsi lindung Gunung Slamet.

      Dalam: Maryanto, I., Noerdjito, M. & Partomihardjo T. (Eds). Ekologi Gunung Slamet. Geologi, Klimatologi, Biodiversitas dan Dinamika Sosial (hlm 95-120). Jakarta: LIPI Press.

    Payne, J., Francis C.M., Phillipps, K. & Kartikasari, S.N. 2000. Mamalia di Kalimantan, Sabah,

      Sarawak dan Brunei Darussalam . The Sabah Society Malaysia and Wildlife Conservation Society Indonesia Program. Jakarta: Prima Centra.

      

    Peluang Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Bali Barat

    Rakotoarivelo, A.A., Ranaivoson, N., Ramilijaona, O.R., Kofoky, A.F., Racey, P.A. & Jenkins,

    R.K.B. 2007. Seasonal Food Habits of Five Sympatric Forest Microchiropterans in Western

      Madagascar. Journal of Mammalogy 88(4): 959-966.

    Retnowati, E. 2004. Ekoturisme di Indonesia: Potensi dan Dampak. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil

      Penelitian Pemanfaatan Jasa Hutan dan Non Kayu Berbasis Masyarakat sebagai Solusi Peningkatan dan Pelestarian Hutan (hlm 95-120). Bogor: Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.

    Semiadi, G. 2006. Biologi Rusa Tropis. Pusat Penelitian Biologi. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan

    Indonesia.

      

    Setiawan, A., Djuwantoko, A.W., Bintari, Y.W.C., Kusuma, S., Pudyatmoko & Imron, M.A. 2007.

      Population and distribution of Rekrekan (Presbytis fredericae) in the Southern Slope of Mt.Slamet.

      Biodiversitas 8(4): 305-308.

      

    Stephens, R.B. & Anderson, E.M. 2014. Habitat associations and assemblages of small mammals in

    natural plant communities of Wisconsin. Journal of Mammalogy 95(2): 404-420.

    Suryandari, E.Y. 2005. Peluang usaha ekowisata Cagar Alam/Taman Wisata Alam Kawah Ijen di

    Kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 2 (1):13-26.

    Suyanto, A. 2002. Mamalia di Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Bogor: LIPI JICA

    PHKA JICA Joint Project for Biodiversity Conservation in Indonesia. Taman Nasional Bali Barat. 2015. (Online), http://www.tnbalibarat.com, diakses 9 Maret 2015.