Draft Research Pengaruh Metode Outdoor S

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sejak Nabi Adam diciptakan, Allah telah memberikan karunia yang besar
berupa akal. Sehingga dengan akal itulah Nabi Adam atas seizin Allah dapat
memperoleh kemampuan-kemampuan dasar, baik jasmaniah maupun
rohaniah. Kemampuan-kemampuan itulah yang menjadikan Nabi Adam
mampu mempertahankan hidup dan mencapai tingkat kesejahterannya. Tidak
hanya itu, apa yang dikaruniai Allah kepada Nabi Adam ternyata juga
dimiliki oleh manusia-manusia keturunan Adam dari masa ke masa, maka
dari itulah kemampuan dasar menjadi modal utama dan terpenting dalam
pengembangan kehidupan umat manusia dalam segala bidang dan untuk masa
depan.
Lantas timbul pertanyaan bahwa bagaimanakah cara mengembangkan
kemampuan dasar dari Allah SWT tersebut untuk kemaslahatan dan
mengatasi permasalahan umat manusia di masa yang akan datang? Satusatunya cara adalah manusia membutuhkan sarana yang tepat untuk
mewadahi umat manusia khususnya generasi muda, yaitu sarana pendidikan.
Pendidikan merupakan hal yang memiliki peran yang begitu penting
dalam kehidupan umat manusia, sebab pendidikan merupakan suatu upaya
setiap manusia untuk mengumpulkan bekal sebanyak dan sebaik mungkin

untuk menjalani kehidupan di masa depan kelak. Sebagaimana yang
tercantum dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) pada Bab 1 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi: “Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik atau siswa secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memuliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

1

2

memiliki kemampuan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara”1.
Dari definisi tersebut tampak betapa pentingnya pendidikan bagi
kehidupan

manusia

dari


berbagai

aspek.

Oleh

sebab

itu,

dalam

pelaksanaannya harus dilakukan sebaik mungkin agar hasilnya nanti menjadi
baik pula. Sehingga manusia terdidik akan mampu menghadapi berbagai
persoalan di sekitarnya sekaligus berusaha maksimal untuk meningkatkan
kesejahteraan umatnya di dalam tugas dan tanggung jawab hidupnya sebagai
khalifah di muka bumi.
Namun, pendidikan tidak akan bisa berjalan mulus jika salah satu
unsur/komponen kegiatan tidak ada, salah satunya adalah guru atau tenaga

pendidik. Sayangnya, peran serta guru masa kini kebanyakan hanya sekadar
mentransfer ilmu-ilmu teoritis belaka kepada siswa-siswanya. Padahal tugas
utama seorang guru adalah memperhalus akhlak siswa menjadi akhlaqul
karimah dan menuntun siswa menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT.
Hingga saat ini pendidikan kita masih kerap “dihantui” oleh pandangan
bahwa pengetahuan adalah sekumpulan komponen kata, kalimat, paragraf
yang harus dihafal oleh siswa. Ditambah lagi dengan penempatan seorang
guru yang masih sebagai pusat ilmu pengetahuan. Hendaknya seorang guru
dapat menerapkan situasi pembelajaran yang berbeda dari yang biasanya,
yang mana serangkaian pembelajaran tersebut dapat tercipta suatu interaksi
terutama dari siswa, baik interaksi sesama siswa, interaksi siswa dengan guru,
maupun interaksi siswa dan lingkungannya. Tentu saja inteaksi-inteaksi
tersebut tidak hanya bersifat aktif, tetapi juga salah satunya dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Maka, dari pelajaran IPS
yang sarat akan hafalan, ada berbagai macam upaya untuk mengurangi
kejenuhan pada siswa dan tentu saja menyenangkan yang bisa diterapkan oleh

1


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta: Mitra Karya, 2003) h. 1

3

guru, khusus dalam penelitian ini penulis mencoba menerapkan suatu metode
pembelajaran IPS yang menyenangkan.
Berdasarkan pantauan di lapangan dalam hal ini di kelas bahwa pelajaran
IPS masih kurang diminati oleh siswa. Hal ini disebabkan dari penempatan
jam pelajaran IPS untuk kelas IV khususnya IV E 1 jam pada jam pelajaran
pertama terkesan “tanggung” karena terhimpit dengan jam pelajaran olahraga,
sehingga siswa tampak kurang fokus saat pelajaran berlangsung. Juga mereka
juga harus siap-siap untuk mengikuti pelajaran olahraga di lapangan.
Beruntung di hari yang sama masih ada dua jam pelajaran IPS setelah
istirahat.
Saat pelajaran berlangsung, beberapa anak-anak kadang merasa jenuh,
buktinya ketika guru sedang menjelaskan materi di kelas ada anak-anak yang
mengobrol, bahkan ada yang jalan-jalan kesana kemari. Di sisi lain,
permasalahan yang juga terjadi di sekolah ini adalah kurangnya minat
membaca pada peseta didik, karena masih banyak anak-anak yang hasil

belajarnya kurang dari KKM (Kriteria Kelulusan Minimal). Selain itu juga
sebagian guru masih mendominasi jalannya pembelajaran sehingga siswa
mudah bosan dan cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran IPS.2
Dari permasalahan tersebut dapat diatasi jika menggunakan metode
outdoor study, sehingga siswa lebih memahami materi lebih mudah dan
menyenangkan tetntunya, serta lebih antusias dalam kegiatan belajar
mengajar dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Tidak hanya itu, rasa
memiliki dan rasa cinta terhadap lingkungan sekitar, serta rasa kagum
terhadap ciptaan Tuhan akan tertanam pada diri siswa sekaligus dapat
mengkorelasikan materi pelajaran dengan keadaan yang sebenarnya. Di
samping itu, metode outdoor study mengingatkan siswa bahwa kegiatan
belajar tidak harus selalu di ruangan kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya
perlu upaya pengembangan dengan memilih metode pembelajaran yang tepat
dalam menarik minat siswa dalam belajar agar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
2

Hasil pengamatan di kelas IV E 28 Oktober 2015 pukul 07:00 – 10:55

4


Dari latar belakang permasalahan itulah, penulis ingin melakukan
penelitian seputar kajian penggunaan metode Outdoor Study. Untuk itu,
penulis membahasnya dalam judul “Pengaruh Metode Outdoor Study
terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI
Harapan Ibu Jakarta”
B. Identifikasi Masalah
Dari pendahuluan di atas, penulis merangkum permasalahan tersebut
menjadi poin-poin berikut ini:
1. Suasana kelas tidak kondusif selama pembelajaran IPS berlangsung (siswa
cenderung mengobrol)
2. Proses pembelajaran IPS yang masih monoton dan kurang variatif (masih
menggunakan metode ceramah)
3. Minat siswa kelas IV dalam membaca buku masih kurang, hal ini terbukti
dengan rendahnya nilai UH (Ulangan Harian), tugas, dan sebagainya
4. Sebagian guru masih mendominasi jalannya proses pembelajaran sehingga
menimbulkan rasa bosan dan cenderung pasif dalam proses pembelajaran
IPS.
C. Pembatasan Masalah
Penulis memfokuskan masalah-masalah tersebut hanya dalam cakupan

metode Outdoor Study mata pelajaran IPS kelas IV di SDI Harapan Ibu
dengan hasil belajar yang dicapai. Masalah-masalah tersebut berfokus pada
sejauh mana pengaruh metode Outdoor Study terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut
”Apakah ada pengaruh metode Outdoor Study terhadap hasil belajar siswa
pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka tujuan
Penelitian ini untuk mengetahui apakah metode Outdoor Study berpengaruh

5

terhadap hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI
Harapan Ibu Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Manfaat bagi penulis
Menambah wawasan sekaligus memberikan sumbangan untuk

pemecahan masalah dalam pelajaran IPS
2) Manfaat bagi siswa
Apabila penggunaan metode Outdoor Study dalam Penelitian ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, maka siswa dapat lebih mudah
menyerap materi dengan dukungan keaktifan siswa sekaligus
memberikan

pengalaman

yang

berbeda

di

dalam

kegiatan

pembelajaran IPS.

3) Manfaat bagi pembaca
Memberikan informasi seputar sejauh mana pengaruh metode
Outdoor Study terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS dan
sekaligus dapat dijadikan bahan kajian yang menarik dan dapat diteliti
secara mendalam
b. Manfaat Praktis
1) Manfaat bagi guru
Metode Outdoor study dapat dijadikan suatu metode alternatif dalam
proses belajar mengajar
2) Manfaat bagi sekolah
Dapat memberikan masukan bagi sekolah sebagai acuan untuk
pengambilan keputusan/kebijakan di sekolah tersebutdan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik sehingga sumber
daya manusia yang dihasilkan lebih berkualitas dan berdaya saing
tinggi
3) Manfaat bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dapat menjadi suatu karya ilmiah yang dapat memberikan
pengetahuan dan ilmu baru bagi mahasiswa.

6


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Metode Pembelajaran Outdoor Study
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Sebelum membahas pengertian metode secara harfiah, perlu dipahami
lebih lanjut mengenai istilah metodologi. Dalam bahasa Yunani
metodologi berasal dari kata “mefha” yang berarti melalui, “hodos” yang
berarti jalan atau cara, dan “logos” yang berarti pengetahuan. Jadi bila
dikaitkan dengan pendidikan dapat dipahami bahwa metodologi
pendidikan adalah jalan yang kita lalui untuk memberikan pemahaman
atau pengertian kepada anak didik, atau segala macam pelajaran yang
diberikan.3
Menurut Pupuh Faturrahman dan Sobry Sutikno, metode secara
harfiah berarti ‘cara’. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan
sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu.4
Sedangkan pembelajaran sendiri adalah suatu usaha atau proses yang
dialkukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan

kompetensi), yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya
perubahan tingkah laku.5
Jadi dari definisi metode di atas bila dikaitkan dengan pembelajaran
maka metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau strategi yang
digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama
dalam konteks transfer of knowledge dan transfer of value. Metode
3

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 6, h.

136
4
Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Pembelajaran Mengajar Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami,
(Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 55.
5
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 117

7

tersebut membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran
sehingga

kompetensi

yang

direncanakan

dapat

tercapai

dengan

maksimal.6
Metode pembelajaran menurut Winarno Surahmad adalah cara untuk
mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini
berlaku baik bagi guru maupun peserta didik.7
Selain itu, Iwan Purwanto berpendapat bahwa metode pembelajaran
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran.8
Dari pandangan beberapa ahli/pakar tersebut disimpulkan bahwa
metode pembelajaran merupakan suatu cara untuk mengaplikasikan
rencana-rencana yang sudah dibuat sebelumnya secara nyata sebagai
upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Namun perlu diketahui bahwa guru harus pandai dalam memilih
metode dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, karena tidak semua
metode pembelajaran bisa diterapkan dalam materi pelajaran tertentu,
dengan kata lain setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Tidak hanya itu yang tidak kalah penting juga guru harus
mengetahui sejauh mana kemampuan awal peserta didik sehingga dapat
menjadi acuan awal guru dalam menentukan metode pembelajaran yang
tepat tanpa menimbulkan respon yang kurang baik dari peserta didik itu
sendiri.
2. Metode Outdoor Study
a. Pengertian
Bicara soal outdoor study, sepintas kita memahami sebagai suatu
metode yang mana guru mengajak siswanya untuk belajar di luar
6

Ibid., h. 122
Ifif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, 2011), Cet. 1, h. 130
8
Iwan Purwanto, Buku Ajar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: UIN Press,
2014), h. 94.
7

8

kelas, sehingga bisa dibilang tercetusnya metode KBM keluar kelas
ini karena selama ini bagi siswa kegiatan belajar di dalam kelas sudah
terlalu “mainstream”, atau lebih terfokus pada pembelajaran klasikal
yang hanya terkonsentrasi di dalam kelas.
Tidak hanya itu, metode outdoor study muncul disebabkan oleh
kejenuhan siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Rutinitas belajar cenderung kaku dan monoton. Sekilas mungkin
pembelajaran bisa berhasil jikalau siswa dapat menghafal apa yang
tertulis di buku hingga titik atau koma. Begitulah kiranya jalannya
sistem pendidikan kita saat ini.
Ada beberapa pendapat mengenai definisi outdoor study, di antara
pendapat yang dikemukakan ada keterkaitan metode outdoor study
dengan istilah-istilah/metode-metode lain yang beragam, sehingga
metode ini mempunyai banyak istilah. Berikut beberapa uraian terkait
metode outdoor study:
1) Menurut Fitroh, “metode outdoor study mempunyai banyak
istilah seperti studi lapangan, karyawisata, study tour, fieldtrip,
dan lain sebagainya. Meski begitu, makna dari seluruh istilah
tersebut

sesungguhnya

merujuk

kepada

metode

yang

membawa/mengajak peserta didik untuk mempelajari objek
langsung ke lapangannya (habitatnya)”.9
2) Menurut Naily Hidayati, “metode outdoor study adalah metode di
mana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat
peristiwa langsung di lapangan yang bisa membawa mereka pada
perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar dan bertujuan
menghilangkan kejenuhan terhadap pembelajaran yang dilakukan
di dalam ruang kelas”.10
9

Fitroh Robiah, “Penerapan Metode Outdoor dengan Tipe Observasi dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII di MTs Al-Falah III Jakarta Selatan
(Penelitian Tindakan Kelas)” Skripsi S1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012, h. 16, tidak dipublikasikan.
10
Naily Hidayati, Pengaruh Metode Outdoor Study terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa
pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Taman Mini Indonesia Indah, Skripsi S1 pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, h. 24, tidak

9

3) Menurut Adelia Vera “Metode mengajar di kelas (outdoor study)
merupakan upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar
yang sesunggunya, yaitu alam dan masyarakat. Di sisi lain
mengajar di luar kelas merupakan upaya mengarahkan para siswa

10

untuk melakukan aktivitas yang bisa membawa mereka pada

11

perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar”.11
4) Menurut Komaruddin dalam buku Husamah yang berjudul
Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Learning), menyatakan
bahwa Outdoor Learning merupakan aktivitas di luar sekolah
yang berisi kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas
lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman,
perkampungan pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan yang

12

bersifat kepetualangan, serta pengembangan aspek pengetahuan

13

yang relevan.12
5) Menurut Karjawati dalam buku yang sama menyatakan bahwa
metode outdoor study adalah metode di mana guru mengajak
siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di

14

lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan siswa dengan

15

lingkungannya.13
Dari paparan di atas menunjukkan bahwa, ada berbagai macam
istilah dalam outdoor study, namun demikian dari pemaparan itu jelas
bahwa metode ini dimaknai sebagai kegiatan pembelajaran di luar
kelas dengan melihat langsung fenomena yang tentu saja harus
berkaitan dengan topik yang guru ajarkan.
Namun demikian, metode outdoor study tidak harus dilakukan di
tempat-tempat wisata saja, tetapi juga dapat dilaksanakan setidaknya
di lingkungan sekitar sekolah, seperti di taman sekolah dan
sebagainya. Selain itu metode outdoor study dapat dilaksanakan dalam
serangkaian kegiatan belajar mengajar siswa pada suatu mata
pelajaran dalam satu semester. Meskipun metode seperti ini menurut
penulis jarang sekali diterapkan di sekolah-sekolah, tetapi setidaktidaknya siswa dapat merasakan sendiri fenomena langsung sehingga
materi dapat terserap dengan mudah.
Dengan kata lain, metode outdoor study sifatnya menyenangkan
karena kita bisa melihat, mengagumi, dan belajar segala sesuatu yang
telah diciptakan Allah SWT yang terbentang di alam bebas. Seperti
halnya belajar di lingkungan sekolah misalnya dapat dilakukan di
taman, halaman sekitar atau di kebun sekolah. Atau bisa juga di luar
sekolah seperti di perkampungan pertanian/nelayan, di museum,
kebun binatang, area pertanian/perkebunan, industri kecil/besar dan
masih banyak lagi tempat-tempat yang dijadikan sumber belajar pada
metode outdoor study, asalkan tempat-tempat tersebut sesuai dengan
materi yang akan diajarkan guru.
Dari penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa metode
outdoor study adalah suatu kegiatan pembelajaran di luar kelas atau
sekolah yang bertujuan untuk mengkonkretkan sekaligus mengaitkan
segala pemahaman konsep siswa pada materi pelajaran dengan

16

lingkungan

alam/masyarakat

beserta

fenomena-fenomena

yang

sesungguhnya.
b. Tujuan
Secara umum, tujuan pendidikan yang dicapai melalui aktivitas
belajar di luar kelas atau di luar lingkungan sekolah sebagai berikut:
1) Mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan
kreativitas mereka dengan seluas-luasnya di alam terbuka.
2) Kegiatan belajar mengajar di luar kelas bertujuan menyediakan
latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap dan mental
peserta didik
3) Meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman peserta didik
terhadap lingkungan sekitarnya
4) Membantu mengembangkan segala potensi setiap peserta didik
agar menjadi manusia sempurna, yakni memiliki perkembangan
jiwa, raga, dan spirit yang sempurna.
5) Memberikan konteks dalam proses pengenalan berkehidupan sosial
dalam tatanan praktek (kenyataan di lapangan)
6) Menunjang keterampilan dan ketertarikan peserta didik. Bukan
hanya ketertarikan terhadap mata pelajaran tertentu yang bisa
dikembangkan di luar kelas, melainkan juga ketertarikan terhadap
kegiatan-kegiatan di luar kelas
7) Menciptakan kesadaran dan pemahaman peserta didik cara
menghargai alam dan lingkungan, serta hidup berdampingan di
tengah perbedaan suku, ideologi, agama, politik, ras, bahasa, dan
lain sebagainya
8) Mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat
pembelajaran lebih kreatif
9) Memberikan kesempatan yang unik bagi peserta didik untuk
perubahan perilaku melalui penataan latar pada kegiatan luar kelas

17

10) Memberikan

kontribusi

penting

dalam

rangka

membantu

mengembangkan hubungan guru dan murid
11) Menyediakan waktu seluas-luasnya bagi peserta didik untuk belajar
dari pengalaman langsung melalui implementasi bebas kurikulum
sekolah di berbagai area
12) Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan
komunikasi sekitar untuk pendidikan

18

13) Agar peserta didik dapat memahami secara optimal seluruh mata

19

pelajaran.14
c. Karakteristik
Untuk memberikan materi pelajaran di luar kelas guru hendaknya
mengetahui metode-metode pengajaran di luar kelas. Metode-metode
tersebut menurut Musholeh adalah sebagai berikut:
1) Metode penugasan
2) Metode tanya jawab
3) Metode bermain

20

4) Metode observasi15
Menurut Adelia Vera “metode observasi adalah kegiatan belajar
mengajar di luar kelas atau cara belajar di luar kelas yang dilakukan

21

dengan melihat atau mengamati materi pelajaran secara langsung di

22

alam bebas”.16
Naily Hidayati menuturkan bahwa “metode observasi dalam
pembelajaran di luar kelas dilakukan dengan melihat atau mengamati
secara langsung, setelah itu mencatat informasi-informasi yang peserta
didik dapatkan agar dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang
guru berikan, memberikan suasana baru dalam belajar, serta dapat
mengkorelasikan langsung antara ilmu yang ada di buku dengan fakta
yang sebenarnya. Dalam hal ini, observasi yang dimaksud adalah
bukan sebagai bagian dari alat penelitian, tapi observasi yang

23

dimaksudkan untuk menjadi salah satu metode pembelajaran di luar

24

kelas”.17
Adapun langkah-langkah metode observasi dalam pembelajaran di
luar kelas adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan Observasi
a) Guru harus menetapkan tujuan pembelajaran melalui observasi
b) Guru harus menetapkan objek yang akan diobservasi
c) Menetukan alat yang dibutuhkan dalam observasi
d) Sebelum observasi, guru juga harus membuat instrumen untuk
mengadakan observasi
e) Guru seharusnya mengetahui dan memperkirakan resiko-resiko
yang bisa muncul ketika observasi, sehingga memunculkan
solusi dalam menyikapi resiko tersebut dan menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan.
f) Guru harus memastikan bahwa observasi harus menggunakan
surat izin atau tidak.
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus
melakukan berbagai perencanaan tersebut secara matang agar
mendapatkan tujuan yang benar-benar diinginkan.
2) Pelaksanaan Observasi
a) Para siswa dan guru langsung menuju tempat observasi yang
telah ditentukan sebelumnya.
b) Para siswa mengamati objek observasi dan dibimbing langsung
oleh guru pendamping
c) Ketika melakukan pengamatan, sesekali guru juga harus
menerangkan tentang sesuatu yang diamati para siswa,
sehingga mereka semakin mudah mengerti dan memahami
d) Selain menjelaskan terkait hal-hal yang diamati, guru juga
menanyakan siswa unuk menguji pemahaman mereka
e) Ketika melakukan pengamatan, para siswa harus mencatat
semua hasil pengamatan. Setelah observasi dilakukan, mereka

25

harus menyusunnya ke dalam bentuk laporan yang diserahkan
kepada guru, kemudian hasilnya dibahas bersama dan diberi

26

nilai oleh guru.18
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketika
menggunakan metode di luar kelas maka harus direncanakan sebaik
mungkin, apalagi kalau dilaksanakan di tempat wisata misalnya
yang mana untuk penggunaan lokasi harus seizin pihak pengelola,
juga dalam pelaksanaannya guru dan siswa harus memperhatikan
hal-hal yang telah dikemukakan tersebut agar proses pembelajaran
dapat berjalan maksimal. Setelah itu hendaknya ada tindak lanjut
misalnya berupa presentasi.
d. Kelebihan dan Kekurangan
Kegiatan pembelajaran di luar kelas memiliki keunggulan dalam
upaya peningkatan hasil belajar, kelebihan tersebut menurut Adelia
Vera adalah sebagai berikut:
1) Mendorong motivasi belajar kepada para siswa
2) Guru bisa lebih mudah menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan bagi para siswa
3) Mampu mengasah aktivitas fisik dan kreativitas para siswa
4) Bisa menggunakan media konkret dan memahami lingkungan yang
ada di sekitarnya
5) Mendorong para siswa menguasai keterampilan sosial
6) Mendorong para siswa mempunyai keterampilan studi dan
membuat mereka menekuni budaya kerja keras
7) Mendorong siswa menguasai keterampilan belajar kelompok
8) Tidak memerlukan peralatan banyak
9) Lahirnya hasil belajar yang sifatnya permanen di otak

27

10) Mendekatkan hubungan emosional antara guru dan siswa.19
Namun di sisi lain, metode ini memiliki kekurangan, diantaranya:
1) Para siswa bisa berkeliaran ke mana-mana karena berada di alam
bebas
2) Gangguan konsentrasi
3) Kurang tepat waktu (waktu banyak tersita), biasanya lebih sering
terjadi saat dalam perjalanan ke lokasi outdoor
4) Pengelolaan kelas yang lebih sulit
5) Lebih banyak praktek dan minim teori

28

6) Bisa terserang panas atau dingin.20
Dari kelebihan dan kekurangan di atas, penulis menyimpulkan
bahwa belajar ala outdoor study dapat meninggalkan kesan mendalam
pada siswa dari apa yang dilihat, dirasakan, dipilih, dicatat,
diidentifikasikan, lalu dianalisis apapun yang dilihatnya di lapangan
sebagai suatu proses pembelajaran. Namun, untuk melaksanakan
metode ini perlu perencanaan dan pertimbangan serta antisipasi yang
matang sekaligus materi yang cocok dengan lokasi outdoor, agar
pelaksanaan nantinya berjalan lancar dan tidak berakhir sia-sia.
B. Hasil Belajar
1. Definisi
Pada hakikatnya, belajar adalah “perubahan” yang terjadi di dalam
diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Meskipun
tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya: perubahan
fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.
Menurut Gagne dalam buku Ratna Wilis Dahar yang berjudul “Teoriteori Belajar dan Pembelajaran” mendefinisikan bahwa “belajar dapat

29

didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah

30

perilakunya sebagai akibat pengalaman”.21
Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya yang berjudul Psikologi
Pendidikan dalam Pendekatan Baru yang mengutip dari Wittig dalam
bukunya yaitu Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai:
any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire
that occurs as result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif

31

menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku

32

organisme sebagai hasil pengalaman.22

33

Nana Sudjana menyatakan bahwa hasil belajar adalah “kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

34

belajarnya”.23
Kemudian, Ahmad Susanto menyatakan bahwa “belajar adalah suatu
aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar
untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru

35

sehingga memungkinkan sesorang terjadinya perubahan perilaku yang

36

relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun, dalam bertindak”.24
Sementara itu, hasil belajar menurut Ahmad Susanto adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik kognitif, afektif,
maupun psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara
sederhana, Susanto menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui proses belajar. Karena belajar itu

37

sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk

38

memperoleh suatu bentuk prilaku yang relatif menetap.25
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah segenap
pengetahuan yang dicapai siswa dari serangkaian proses pembelajaran di
sekolah yang didapat dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah
proses pembelajaran berlangsung.
2. Faktor Pengaruh
Ada dua faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa, yakni faktor
internal (dari dalam diri siswa), dan faktor eksternal (dari luar siswa).
Meski begitu, kedua faktor ini sama penting dalam menentukan hasil
belajar siswa.
Yang termasuk faktor internal adalah:
a. Jasmaniah (fisiologis), baik yang sifatnya bawaan maupun yang
diperoleh. Misalnya panca indra, struktur tubuh, dan sebagainya
b. Psikologis, baik bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:
1) Intelektif
2) Potensial yakni kecerdasan dan bakat
3) Kecakapan nyata yakni prestasi yang dimiliki
4) Non intelektif, yakni unsur-unsur kepribadian tertentu sperti
sikap, kebiasaan, minat,

kebutuhan, motivasi,

emosi,

penyesuaian diri.
c. Kematangan fisik maupun psikis.
Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah:
a. Sosial, terdiri atas:
1) Lingkungan keluarga
2) Lingkungan sekolah
3) Lingkungan masyarakat
4) Lingkungan kelompok
b. Budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian

39

c. Lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, cuaca
dan iklim
d. Lingkungan spiritual dan keamanan

40

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun

41

tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.26
Hal ini sejalan dengan teori Gestalt dalam buku Ahmad Susanto
yang didasari bahwa belajar merupakan proses perkembangan. Dari teori
tersebut hasil belajar siswa dipengaruhi dua hal, yaitu siswa itu sendiri
dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam hal ini kemampuan berpikir
atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik
jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana,

42

kompetensi guru, kretivitas guru, sumber belajar, metode, serta dukungan

43

lingkungan keluarga, dan lingkungan sekitarnya.27
Dari faktor-faktor tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
kecerdasan dan bakat yang diperoleh dari lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, dan kelompok dapat memengaruhi hasil belajar siswa.
C. IPS
1. Definisi
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran
di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang
identik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di
negara lain, khususnya di negara Barat seperti Australia dan Amerika
Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal dengan istilah social studies di

44

negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau

45

pakar kita di Indonesia.28
Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli:
a. Menurut S. Nasution mendefinikan IPS sebagai pelajaran yang
merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial.
Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang
berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri
atas subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan
psikologi sosial.
b. Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmuilmu sosial yang disederhanakan untuk tingkat SD, SLTP, dan SLTA.
c. Kurikulum 1975 IPS sebagai salah satu nama mata pelajaran yang
diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Maka
pembelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi yang
terdiri dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Sosiologi, Ekonomi,
serta mata pelajaran sosial lainnya.
d. Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang
studi yang menghromati, mempelajari, mengolah, dan membahas halhal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship
hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya.
Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai

46

ilmu sosial yang terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan

47

kepentingan sekolah-sekolah.29
e. Sumantri dalam buku Rudy Gunawan mengemukakan bahwa IPS
merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu
tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur

48

filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (Social Science), maupun ilmu

49

pendidikan.30
f. Ahmad Susanto mengemukakan bahwa IPS merupakan integrasi dari
berbagai cabang-ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan

50

satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu

51

sosial di atas.31
Pelajaran IPS di SD mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial
untuk membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik. Istilah
IPS mulai resmi digunakan di Indonesia tahun 1975 adalah istilah
Indonesia untuk Social Studies di Amerika. Kita mengenal berbagai istilah
seperti ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial.
Pertama, ilmu sosial yang menekankan pada keilmuan yang berkenaan
pada kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial. Ilmu sosial adalah ilmu
yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosial dengan kata lain
semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota
masyarakat.
Kedua, social study, istilah ini dikenal di Amerika Serikat tahun
1913, sebagai nama komisi pendidikan. Tugasnya untuk merumuskan dan
membina kurikulum sekolah untuk mata pelajaran sejarah dan geografi
sekaligus memberikan nama resmi kepada kurikulum sekolah untuk kedua
mata pelajaran tersebut. Untuk mengembangkan pendidikan social studies,
pada tahun 1921 di Washington DC dibentuklah Dewan Nasional untuk
Social Sudies. Hasilnya, diterbitkanlah jurnal bernama Socal Education.
Jadi pengertian studi sosial adalah bidang pengetahuan dan penelaahan
gejala dan masalah sosial di masyarakat yang ditinjau dari berbagai aspek
sosial, dalam usaha mencari jalan keluar dari masalah tersebut.
Ketiga, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS seperti halnya bidang
studi IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS sebagai bidang studi
memiliki garapan materi yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya
meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat.
Tekanan yang dipelajari IPS berkenaan dengan gejala dan masalah
kehidupan masyarakat yang nyata.
Dari gejala dan masalah yang ditelaah tadi, dianalisis faktor-faktornya
sehingga dapat dirumuskan jalan pemecahannya. Jadi, pengertian IPS
adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan

52

masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek

53

kehidupan atau satu perpaduan.32
Dari pendapat para ahli mengenai definisi IPS, dapat peneliti
simpulkan bahwa IPS merupakan bidang studi yang materinya terdiri atas
gabungan dari berbagai setiap aspek ilmu sosial kemasyarakatan yang
diajarkan untuk tujuan pendidikan sekaligus menjadi bekal peserta didik
agar mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan
sosial di lingkungan sekitarnya kelak.
2. Karakteristik
Jika dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya, maka
karakteristik pendidikan IPS khususnya di SD adalah sebagai berikut:
a.

Fokus kajian pendidikan IPS adalah kehidupan manusia dengan
sejumlah aktivitas sosialnya.

b.

Materi pendidikan IPS berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang
kemudian

diorganisasikan

dan

disederhanakan

untuk

tujuan

pendidikan.
c.

Organisasi materi pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar
menggunakan pendekatan secara terpadu/fusi.

d.

Materi pendidikan IPS yang disajikan pada tingkat sekolah dasar tidak
menunjukkan label dari masing-masing disiplin ilmu sosial.

54

e.

Materi disajikan secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial

55

yang terjadi di sekitar siswa.33
Sedangkan dari aspek ruang lingkup materi, karakteristik IPS menurut
Ahmad Susanto adalah sebagai berikut:
a.

Menggunakan pendekatan lingkungan yang luas

b.

Menggunakan pendekatan terpadu antarmata pelajaran yang sejenis

c.

Berisi materi konsep, nilai-nilai sosial, kemandirian, dan kerjasama

d.

Mampu memotivasi peserta didik untuk aktif, kreatif, dan inovatif dan
sesuai dengan perkembangan anak

56

e.

Mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berpikir dan

57

memperluas cakrawala budaya.34
Berdasarkan karakteristik dari berbagai aspek di atas, dapat peneliti
simpulkan bahwa karakteristik pendidikan IPS mencakup kajian tentang
fenomena sosial yang disederhanakan dari berbagai sudut pandang disiplin
ilmu untuk tujuan pendidikan dengan pendekatan terpadu.

3. Ruang Lingkup
Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian
luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan
kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran
IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi.
Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi
hanya sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada
geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan
sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD.
Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian mulai
diperluas. Begitu pula pada jenjang pendidikan tinggi. Bobot dan kualitas
materi kajian semakin dipertajan dengan berbagai pendekatan. Beberapa
diantaranya yakni interdisipliner atau multidisipliner dan pendekatan
sistem.
Ruang lingkup kajian IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-ilmu
sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan
peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran
IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena IPS tidak hanya menyajikan

58

materi yang sifatnya konseptual tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan

59

sendiri sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat.35
Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI
memiliki beberapa aspek:
a.

Manusa, tempat, dan lingkungannya

b.

Waktu, berkelanjutan, dan perubahan

c.

Sistem sosial dan budaya

d.

Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

e.

IPS SD sebagai Pendidikan Global (Global Education), yakni:
1) Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya , dan peradaban
di dunia
2) Menanamkan kesadaran ketergantungan antarbangsa
3) Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan
transportasi antarbangsa di dunia

60

4) Mengurangi kemiskinan, kebodohan, dan perusakan lingkungan36
4. Tujuan
Tujuan pendidikan IPS menurut Hasan dalam buku Ahmad Susanto
mencakup tiga kategori, yaitu:
a.

Pengembangan kemampuan intelektual siswa

b.

Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota
masyarakat dan bangsa

61

c.

Pengembangan diri peserta didik sebagai individu37
Tidak jauh dari apa yang dikemukakan di atas, tujuan pendidikan IPS

menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi adalah
sebagai berikut:
a.

Mengenal

konsep-konsep

yang

berkaitan

dengan

kehidupan

masyarakat dan lingkungan
b.

Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial

c.

Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.

62

d.

Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompetisi
dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan

63

global.38
Secara umum, tujuan IPS pada tingkat SD untuk membekali peserta
didik dalam bidang pengetahuan sosial. Adapun secara khusus tujuan
pendidikan IPS di SD adalah membekali anak dengan:
a.

Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya.

b.

Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif
pemecahan

masalah

nasional

yang

terjadi

dalam

kehidupan

masyarakat
c.

Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan
berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian

d.

Kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap
pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan
tersebut

64

e.

Kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai
dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan

65

teknologi.39
Menurut Purwanto, di tingkat SD/MI, mata pelajaran IPS bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan:
a.

Mengenal

konsep-konsep

yang

berkaitan

dengan

kehidupan

masyarakat dan lingkungannya
b.

Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.

c.

Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan, dan

66

d.

Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan

67

global.40
Dari tujuan-tujuan IPS di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa tujuan
IPS diajarkan di sekolah agar siswa mampu mengenal dan menyelesaikan
masalah-masalah di lingkungan sosialnya sekaligus dapat berinteraksi
dengan masyarakat majemuk baik di lingkungan skala kecil maupun
lingkungan skala global.
D. Penelitian yang Relevan
Naily Hidayati, mahasiswa jurusan Pendidikan IPS UIN Jakarta dalam
skripsi yang berjudul Pengaruh Metode Outdoor Study terhadap Hasil
Belajar Geografi pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Taman Mini
Indonesia Indah (Kuasi Eksperimen di SMAN 63 Jakarta).
Selain itu penelitian yang terkait dengan penulis yakni dari Fitroh Robiah,
mahasiswi Jurusan Pendidikan IPS UIN Jakarta dalam skripsi yang
berjudul”Penerapan Metode Outdoor dengan Tipe Observasi dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII di
MTs Al-Falah III Jakarta Selatan (Penelitian Tindakan Kelas)”
Kemudian dari Ahmad Fauzi, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Jakarta dengan judul skripsi “Pengaruh Pembelajaran Outdoor
terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VIII di SMP
Nusantara Plus Tangerang Selatan”
Terakhir dari Riza Faraziah, mahasiswa jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah UIN Jakarta dengan judul skripsi “Pengaruh
Penggunaan Metode Pembelajaran Outdoor Learning terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas III dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Pondok Karya Tangerang Selatan”
E. Kerangka Berpikir
Metode pembelajaran merupakan suatu tindakan nyata seorang guru
dalam rangka mengupayakan tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam
menentukan metode pembelajaran guru harus mengetahui materi apa yang

68

akan disampaikan kepada peserta didik karena tidak semua materi ajar bisa
diterapkan dalam satu metode.
Selama ini, metode pembelajaran yang sering bahkan selalu diterapkan
oleh guru-guru di setiap sekolah hingga saat ini adalah metode klasik yakni
ceramah, sehingga jalannya pembelajaran di kelas cenderung didominasi oleh
guru. Selain itu, kegiatan pembelajaran mutlak dipusatkan di kelas, kecuali
mata pelajaran tertentu seperti olahraga dan sebagainya. Akibatnya siswa
menjadi bosan dan minat belajar menjadi kurang sehingga hasil belajar
banyak yang kurang maksimal.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode outdoor study,
metode ini dimaknai sebagai metode yang mengajak para siswa keluar kelas
untuk melihat/mengalami langsung lingkungan yang sebenarnya sehingga
siswa semakin mengerti dengan mengaitkan fenomena tersebut dengan materi
yang diajarkan. Namun, metode keluar kelas ini berbeda dengan metode yang
serupa karena metode ini bisa dilakukan di mana saja selama berkaitan dalam
materi

ajar

dan

pelaksanaannya

masih

dalam

rangkaian

kegiatan

pembelajaran pada suatu mata pelajaran dalam satu semester. Meskipun
terdapat kelemahan yakni usaha ekstra guru dalam mengarahkan siswa ketika
pembelajaran keluar kelas berlangsung, apabila guru mampu mengantisipasi
hal tersebut maka tentu saja metode keluar kelas ini merupakan cara yang
meyenangkan bagi siswa untuk dilakukan.
Hasil belajar merupakan tingkat ketercapaian kompetensi seorang peserta
didik setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari hasil itulah guru dapat
mengetahui sejauh mana peserta didik dapat menyerap ilmu dari kegiatan
pembelajaran tersebut, juga dapat mengetahui tingkat kesulitan yang dialami
siswa selama pembelajaran berlangsung. Agar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, tentunya guru harus cerdas dalam upaya pengembangan dengan
memilih dan menerapkan metode tertentu yang tepat serta dapat menarik
perhatian siswa sehingga menimbulkan kesan mendalam siswa terhadap
pelajaran tersebut dan hasil belajar jadi lebih meningkat.

69

Kaitannya dengan outdoor study, tentu saja metode tersebut sangat
membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya mata pelajaran
IPS, karena umumnya mata pelajaran IPS banyak sekali materi yang merujuk
kepada fenomena-fenomena yang nyata di lingkungan sekitar sekolah
sehingga cocok sekali materi tersebut diajarkan langsung ke lapangan yang
sesungguhnya.
Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Rudy Gunawan yaitu:
“Dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa dapat dibawa
langsung ke dalam lingkungan alam dan masyarakat. Dengan lingkungan

70

alam sekitar, siswa akan akrab dengan kondisi setempat sehingga mengetahui

71

makna serta manfaat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial secara nyata”.41
Berdasarkan uraian di atas, diharapkan bahwa penerapan metode
Outdoor Study dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPS kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta.
F. Hipotesis Penelitian
Dari kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan
sebelumnya, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara metode outdoor study dengan
hasil belajar siswa kelas IV SDI Harapan Ibu Jakarta
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara metode outdoor study dengan
hasil belajar siswa kelas IV SDI Harapan Ibu Jakarta

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode Outdoor Study terhadap
dipublikasikan.
11
Adelia Vera, Metode Mengajar di Luar Kelas (Outdoor Study), (Yogyakarta: Diva Press,
2012), h. 17-18
12
Husamah, Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Learning), (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2013), h. 19
13
Ibid., h. 23
14
Adelia Vera, Metode Mengajar di Luar Kelas (Outdoor Study), (Yogyakarta: Diva Press,
2012), h. 21-25.
15
Ibid., h. 107
16
Ibid,. h. 134
17
Naily Hidayati, Pengaruh Metode Outdoor Study terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa
pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Taman Mini Indonesia Indah, Skripsi S1 pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 26, tidak
dipublikasikan.
18
Adelia Vera, Metode Mengajar di Luar Kelas (Outdoor Study), (Yogyakarta: Diva Press,
2012), h. 137-140
19
Ibid., h. 28-45
20
Ibid., h. 47-51
21
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 2.
22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 89.
23
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), h. 22.
24
Ahmad Susanto, “Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar”, (Jakarta: Kencana,
2013), Cet. 1, h. 4
25
Ibid., h. 5
26
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991),
h. 130-131
27
Susanto, op cit., h. 12
28
Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), Cet. 1 h. 3
29
Iwan Purwanto, Buku Ajar Pembelajaran IPS, (Jakarta: UIN Press, 2014), h. 4-5.
30
Rudy Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta,
2013), Cet. 2, h. 17
31
Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,
2014), Cet. 1, h. 6.
32
Ibid., h. 6-10
33
Nana Supriyatna, dkk, Pendidikan IPS di SD, (Bandung: UPI Press, 2007), Cet. 1, h. 3.
34
Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana,
2014), Cet. 1, h. 22.
35
Iwan Purwanto, Buku Ajar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: UIN Press,
2014), h. 52

28

73

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Kelas IV di SDI Harapan Ibu
Jakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di semester genap, tepatnya di bulan April Mei 2016 pada jam efektif KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Lokasinya
berada di SD Islam Harapan Ibu Jakarta.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode kuantitatifdeskriptif. Jenis metode yang digunakan adalah eksperimen, yaitu suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor
yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.42
Menurut Wina Sanjaya, “Di dalam bidang pendidikan metode penelitian
eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang sengaja dilakukan
terhadap suatu kondisi tertentu”.43
Menurut Sumanto dalam buku Mahmud menyatakan bahwa, “metode
eksperimen adalah satu-satunya metode penelitian yang dianggap paling tepat
untuk menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat.”44
Jadi dengan metode ini peneliti ingin melihat bagaimana akibat yang
ditimbulkan dari suatu sebab jika perlakuan yang diberikan berbeda sekaligus
membandingkan dengan akibat dari perlakuan yang biasanya (treatment).
36

Rudy Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta,
2013), Cet. 2, h. 51
37
Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,
2014), Cet. 1, h. 31.
38
Ibid.
39
Ibid., h. 31-32
40
Iwan Purwanto, Buku Ajar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: UIN Press,
2014), h. 8
41
Rudy Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta,
2013), Cet. 2, h. 53.
42
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet. 13, h. 3
43
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. 1, h. 87
44
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 106

74

Secara khusus, metode eksperimen yang digunakan yakni berbentuk
quasi eksperimen, yaitu metode penelitian yang hipotesisnya diuji dalam
bentuk sebab akibat melalui adanya perlakuan dan menguji perubahan yang
diakibatkan dari perlakuan tersebut. Metode penelitian yang merupakan
bagian dari metode kuantitatif ini mempunyai ciri khas dengan adanya
kelompok kontrolnya.
Tujuan penelitian kuasi eksperimen adalah untuk memperoleh informasi
yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.45
Untuk teknik penelitian, penulis menggunakan teknik pretest and posttest
group. Jadi pada teknik ini ada dua kelompok yang masing-masing dipilih.
Dalam pelaksanaannya, observasi dilakukan dua kali, yaitu sebelum
eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi sebelum eksperimen atau
untuk mengetahui keadaan awal disebut pre-test, sedangkan observasi
sesudah eksperimen atau mengetahui keadaan akhir disebut post-test.46
Peneliti melakukan pretest dan posttest untuk dua kelas yaitu kelas A sebagai
kelas eksperimen dan kelas B sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah
kelas yang diberi perlakuan yaitu menggunakan metode outdoor study.
Sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan apapun.
D. Populasi dan Sampel
1.

Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Syamsir
Salam dan Jaenal Aripin, seperti yang dikemukakan oleh Dergibson dan
Sugiarto bahwa populasi yaitu himpunan semua elemen yang menjadi
pusat perhatian peneliti.47

45

Suwendi, Modul Metodologi Penelitian, (Jakarta: FITK, 2011), h. 92
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet. 13, h. 85
47
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), Cet. 1, h. 38
46

75

Menurut Sapari Imam Asyari dalam buku Mahmud menyatakan
bahwa “populasi adalah keseluruhan objek penelitian, mungkin berupa