Laporan Praktikum Nutrisi Ikan Indonesia

1
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
NUTRISI IKAN

OLEH :

ARDANA KURNIAJI
I1A2 10 097

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada
Mata Kuliah Nutrisi Ikan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI

2012

2
I. PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ikan merupakan faktor terpenting dalam pemeliharaan. Ikan
mampu mencapai tahap pertumbuhan optimum saat seluruh komponen sesuai
dengan kondisi habitat dimana ikan mampu untuk melakukan pertumbuhan secara
optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
ikan adalah pakan yang diberikan. Kebutuhan ikan terhadap pakan merupakan
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi seutuhnya. Kebutuhan ini juga menjadi
kebutuhan mendasar yang akan mempengaruhi pertumbuhan ikan selama masa
pemeliharaan.
Bagi semua maklukh hidup, pakan mempunyai peranan sangat penting
sebagai

sumber

energi

untuk

pemeliharaan


tubuh,

pertumbuhan

dan

perkembangbiakan. Selain itu, pakan juga dapat digunakan untuk tujuan tertentu,
misalnya untuk menghasilkan warna dan rasa tertentu. Fungsi lainnya diantaranya
yaitu sebagai pengobatan, reproduksi, perbaikan dan metabolisme. Menurut
Sunarto dan Sabariah (2009) bahwa dalam usaha budidaya ikan, pakan
merupakan salah satu faktor penting. Oleh sebab itu pakan harus berkualitas
dengan

kuantitas

yang

tepat


sesuai

dengan

kebutuhan

ikan

untuk

pertumbuhannya, pemeliharaan tubuh dan reproduksi.
Pada dasarnya pertumbuhan ikan dari pemberian pakan dipengaruhi oleh
komposisi kandungan nutrisi yang ada dalam pakan. Dalam budidaya ikan,
pemberian makanan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas serta tidak
berlebihan merupakan faktor yang sangat menentukan, keadaan ini berkaitan
langsung dengan jumlah atau dosis makanan yang diberikan pada ikan, agar

3
dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal dengan dosis pakan yang
optimal.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Haetami (2007) bahwa Kebutuhan
protein ikan dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan dan kandungan energinya.
Sedangkan jumlah pemberian pakan selain dipengaruhi oleh kandungan energi,
juga dipengaruhi kapasitas saluran pencernaan ikan. Ransum yang mempunyai
keseimbangan energi-protein yang tepat dengan jumlah pemberian yang tepat
akan menghasilkan pertumbuhan dan konversi pakan yang terbaik. Kebutuhan
ikan akan energi diharapkan sebagian besar dipenuhi oleh nutrien non-protein
seperti lemak dan karbohidrat.
Berdasarkan uraian tersebut, dilakukanlah praktikum pembuatan pakan
buatan, untuk menentukan komposisi nutrisi yang ada dalam pakan melalui uji
proksimat dan mengamati pertumbuhan ikan yang telah diberi pakan buatan
tersebut.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum nutrisi ikan ini adalah untuk melakukan pembuatan
pakan dalam hal menguji komposisi kandungan nutrisi melalui uji proksimat dan
mengamati pertumbuhan ikan yang telah diberi pakan buatan tersebut. Adapun
manfaat yang akan dicapai yakni mahasiswa dapat mengetahui prosedur
pembuatan pakan dan mampu memnentukan komposisi nutrisi yang baik bagi
pertumbuhan ikan yang dipelihara.


4
II. TIINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Pakan
Usaha budidaya ikan berkembang ke arah budidaya intensif, menuntut
tersedianya pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, masalah pengadaan pakan perlu ditangani dengan sungguhsungguh. Sebab apabila pengadaan pakannya tidak seimbang dengan usaha
intensifikasi yang semakin meningkat, hasilnya akan tidak memuaskan. Dengan
meramu berbagai macam bahan, maka nilai gizi pakan dapat diatur (Rukmini,
2012).
Pengaturan konsumsi pakan oleh ikan merupakan pengaturan energi yang
masuk, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi disesuaikan dengan laju
metabolismenya Energi sangat diperlukan untuk proses metabolisme, perawatan
tubuh (maintenance), aktivitas fisik, pertumbuhan, dan reproduksi. Pertumbuahn
ikan sangat bergantung kepada energi yang tersedia dalam pakan. Kebutuhan
energi untuk maintenance harus dipenuhi terlebih dahulu, apabila berlebih akan
digunakan untuk pertumbuhan. Untuk mengetahui kebutuhan energi pada ikan,
harus terlebih dahulu mengetahui tingkat kebutuhan protein optimal dalam pakan
bagi pertumbuhan. Nilai DE/P (Perbandingan antara Digestible Energi dan
Protein) bagi pertumbuhan optimal ikan berkisar antara 8-9 kkal/g. (Lovell, 1988 ;

Haetami, dkk., 2007).
Nutrisi pada pakan merupakan kandungan gizi yang dikandung. Apabila
pakan yang diberikan kepada ikan peliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang
cukup tinggi, maka hal ini tidak saja akan menjamin hidup dan aktifitas biota yang
dibudidayakan, tetapi juga akan mempercepat pertumbuhannya. Oleh karena itu,

5
pakan yang diberikan kepada biota kultur selama dipelihara harus memiliki
kandungan nutrisi yang cukup (Kordi, 2011).
2.2. Bahan Baku
Perkembangan pakan ikan komersial umumnya masih bertumpu pada
tepung ikan sebagai sumber protein utama. Penurunan produksi tepung ikan dan
meningkatnya permintaan tepung ikan menyebabkan terjadinya peningkatan harga
tepung ikan secara signifikasi, sehingga perlu dicari alternatif penyediaan bahan
baku selain tepung ikan. Penggantian tepung ikan dengan sumber protein nabati
sudah berhasil dilakukan diantaranya tepung bungkil kedelai (Suprayudi et al.
1999 dalam Widyanti 2009). Walaupun tepung kedelai mampu mengganti
sebagian tepung ikan, ketersediaan tepung kedelai masih bergantung dari impor.
Khususnya untuk di Indonesia, hampir sebagian besar bahan baku pakan berasal
dari impor, yaitu sebesar 70-80% (Hadadi et al. 2007).

Dalam membuat pakan buatan untuk ikan, hal pertama yang harus
dipertimbangkan, adalah persyaratan bahan baku untuk pakan, yaitu bahan baku
pakan tidak boleh bersaing dengan bahan makanan manusia. Bila manusia banyak
membutuhkannya, bahan baku ini tidak boleh diberikan kepada ikan. Bahan baku
ini harus tersedia dalam waktu lama, atau ketersediaannya harus kontinyu. Bahan
baku yang pada suatu saat ada dan kemudian lenyap, harus dihindari. Padi yang
diproduksi secara massal dan nasional, tentu menyebabkan ketersediaan dedak
dan bekatul untuk ternak juga melimpah ruah. Sebaliknya untuk bahan baku yang
diproduksi secara terbatas, juga akan menghasilkan bahan secara terbatas pula.
Harga bahan baku; walaupun bisa digunakan, tapi bila harganya mahal maka
penggunaan bahan atau peran bahan baku itu sebagai bahan baku sudah

6
tersisihkan. Sebenarnya murah atau mahalnya bahan baku itu harus dinilai dari
manfaat bahan itu, yang merupakan cermin dari kualitas bahan tersebut. Tepung
ikan, misalnya harganya memang mahal, tetapi bila dibandingkan dengan
kandungan proteinnya yang tinggi dan kelengkapan asam aminonya, maka
penggunaan tepung ikan menjadi murah. Kualitas gizi bahan baku, menjadi
persyaratan penting lainnya. Walaupun harganya murah, banyak terdapat di
Indonesia, dan ketersediaannya kontinyu, tetapi bila kandungan gizinya buruk,

tentu bahan baku ini tidak dapat digunakan (Masyamsir, 2001).
Pakan buatan, merupakan pakan berbentuk pelet, fleke dan crumble, pakan
ini dalam kondisi kering sehingga daya tahannya antara > 4 bulan, kandungan
gizinya lengkap karena dibuat sesuai dengan kebutuhan. Jenis pakan inilah yang
akan dikupas lebih mendalam. Bahan Baku.Pakan, berdasarkan sifatnya maka
bahan baku dibagi menjadi 2 kelopok, yaitu bahan baku nabati dan bahan baku
hewani. Sekitar 70-75% bahan baku nabati merupakan bici-bijian dan hasil
olahannya, 15 – 25% limbah industri makanan dan selebihnya berupa hijauan.
Bahan pakan nabati sebagian merupakan sumber energi yang baik, dan sumber
vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan (Sutikno, 2011).
Dalam pembuatan makanan ikan, pertma yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan bahan baku pakan. Bahan-bahan tersebut harus memenuhi beberapa
perysratan yaitu mempunyai nilai gizi tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah,
tidak mengandung racun, harganya relatif murah dan tidak merupakan makanan
pokok manusia sehingga bukan menjadi saingan. Apabila kita telah mengetahui
kandungan gizi dari bahan pokok tersebut, maka kita dapat meramu berbagai

7
macam bahan sedemikian hingga pakan yang dihasilkan akan mengandung gizi
sebagaimana yang diinginkan (Herawati, 2005).

2.3. Uji Proksimat
Dalam pembuatan pakan ikan, analisis proksimat beberapa bahan baku dan
pakan buatan pelet sangat diperlukan untuk menjaga kualitasnya, demikian halnya
untuk kebutuhan ikan baik itu kandungan protein, lemak, serat, ekstraksi bebas
nitrogen dan abu (Darsudi, dkk., 2008).
Hasil analisis proksimat bahan baku pakan berupa kandungan protein,
lemak, abu, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Tepung ikan, tepung
bungkil kedelai, dan DDGS memiliki kandungan protein di atas 20%, sehingga
dijadikan sebagai sumber protein pakan. Sedangkan pollard menjadi sumber
karbohidrat pakan. DDGS dan tepung bungkil kedelai selain sebagai sumber
protein juga menjadi sumber karbohidrat. Kemudian sumber lemak pakan berasal
dari DDGS dan tepung ikan (Hadadi, 2007).
Analisis proksimat merupakan analisis kandungan makro zat dalam suatu
bahan makanan Analisis proksimat adalah analisis yang dapat dikatakan
berdasarkan perkiraan saja, tetapi sudah dapat menggambarkan komposisi bahan
yang dimaksud. Analisis proksimat yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
analisis kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, serat, dan mineral (Endra,
2006).

8

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum nutrisi ikan dilaksanakan yakni persiapan bahan baku pakan
dilaksanakan pada tanggal 5 - 10 November 2012; pembuatan pakan dilaksanakan
pada tanggal

11 November 2012; dan analisis proksimat dilaksanakan pada

tanggal 4 - 11 Desember 2012. Bertempat di gedung Laboratorium Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Univeritas Haluoleo, Kendari.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum nutrisi ikan dapat dilihat
pada tabel berikut.
3.2.1. Pembuatan Tepung
Tabel 1. Alat dan bahan pembuatan tepung limbah kepala ikan dan kepala udang
No.
1.

Alat dan Bahan

Alat
- Kantung plastik
- Baskom
- Pisau
- Panci
- Kompor
- Tumbuk
- Saringan terigu
- Baki
- Blender
- Kantong saringan/ kain

2.

Kegunaan
Wadah limbah kepala ikan dan udang
Wadah sampel saat dicuci
Pemotong tulang-tulang sampel tepung
Mengkukus sampel tepung
Wadah memasak sampel tepung
Wadah menumbuk sampel tepung
Penyaring sampel tepung yang telah dihaluskan
Wadah penjemuran sampel tepung
Penghalus sampel yang telah ditumbuh
Menyaring serta memeras kandungan air pada
bahan

Bahan
- Limbah kepala ikan Bahan amatan
dan kepala udang
- Aquades
Mencuci sampel

9
3.2.2. Pembuatan Pelet
Tabel 2. Alat dan bahan pembuatan pelet
No.

Alat dan Bahan

1.

Alat
- Kantung plastik
- Baskom
- Ember
- Timbangan
- Karung
- Mesin pencetak
Bahan
- Tepung limbah kepala
ikan dan kepala udang
- Tepung komersial
- Aquades

2.

Kegunaan
Wadah penimbangan tepung
Wadah tepung saat diramu
Wadah aquades
Menimbang sampel tepung dan aquades
Menjemur pelet
Mencetak pelet
Bahan amatan
Bahan pelengkap pembuatan sampel pelet
Pencampur sampel

3.2.3. Analisis Proksimat
Tabel 3. Alat dan bahan analisis proksimat
No.
1.

Alat dan Bahan
Alat
- Palung dan alu
- Cawan petri
- Desikator
- Kertas saring
- Cawan porselin
- Oven
- Tanur
- Timbangan analitik
- Labu erlenmeyer
- Lemari asam
- Soklet
- Pengaduk
- Pipet tetes
- Pipet ukur
- Pinset
- Mesin pompa air
- Hot plet
- Tisu
- Kondensor

Kegunaan
Penghalus pelet yang akan diuji
Wadah sampel kadar air
Pendingin peralatan setelah dioven
Penyaring uji sampel serat kasar
Wadah uji sampel kadar abu
Wadah pemanas sampel kadar air
Wadah pemanasan sampel kadar abu
Menimbang bobot sampel yang digunakan
Wadah sampel protein
Wadah uji sampel protein
Media ekstrasi lemak
Mengaduk sampel
Mengambil indikator MM
Mengambil larutan NaOH dan asam borat
Mengambil cawan petri dalam desikator
Mengalirkan air pada uji lemak dan protein
Memanaskan air dan sampel uji serat kasar
Membersihkan alat dan pengalas pengambilan
sampel
Uji protein

10
2.

Labu ukur
Corong
Gelas ukur
Kertas saring
Benang
Kapas
Alat tulis menulis

Bahan
- Pelet
- Alkohol
- Aquades
- Seleniumix
- Larutan asam sulfat
96%
- NaOH
- H2SO4
- Asam borat
- Indikator MM
- HCl
- Enheksan

Media uji lemak
Menahan kertas saring
Mengukur sampel serat kasar
Media sampel uji lemak
Pengikat kertas saring
Pengganjal kertas saring agar tidak bocor
Menulis hasil pengamatan

Sampel uji proksimat (protein, kadar abu, kadar
air, lemak dan serat kasar)
Larutan pembilas uji sampel serat kasar
Larutan pembilas uji sampel serat kasar dan uji
sampel protein
Bubuk uji protein
Larutan uji protein
Larutan uji protein dan uji serat kasar
Larutan uji serat kasar
Larutan uji protein
Larutan uji protein
Larutan uji protein
Larutan uji lemak

3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Pembuatan Tepung

Prosedur kerja pada pembuatan tepung sebagai berikut :
1. Mengumpulkan bahan limbah kepala ikan dan kepala udang sebesar 10 kg
basa.
2. Mencuci bahan tersebut sampai bersih dan mengkukusnya.
3. Setelah pengukusan, mendinginkan bahan dan memerasnya.
4. Menjemur bahan yang habis terperas tadi sampai kering selama 3 hari.
5. Melakukan penumbukan, pemblenderan sampai penyaringan bahan tersebut
sampai memperoleh tepung kepala ikan 1 kg dan kepala udang 0.5 kg.

11
3.3.2. Pembuatan Pelet

Prosedur kerja pada pembuatan pelet sebagai berikut :
1. Mencampurkan tepung limbah kepala ikan dan kepala udang yang telah
ditimbang ke dalam baskom serta mengaduknya sampai merata adonan
tepungnya.
2. Menimbang tepung komersial

yang telah ada sebesar 2 kg dan

memasukkannya ke dalam baskom yang sama dengan tepung limbah kepala
ikan dan kepala udang serta mengaduknya sampai merata yang .
3. Menimbang aquades yang akan dicampurkan dalam adonan tepung sebesar
1.4 kg.
4. Mencampurkan aquades dalam tepung tersebut sampai adonan merata.
5. Mencetak adonan pakan dengan mesin pencetak.
6. Mengeringkan pakan yang sudah tercetak.
3.3.3. Analisis Proksimat
1. Uji Protein
1. Menumbuk pelet hingga halus (bubuk pelet).
2. Menimbang berat sampel bubuk pelet yang akan digunakan sebesar uji protein
sebesar ±0.5 gr.
3. Menimbang berat labu erlenmeyer sebesar 100 ml.
4. Memasukkan sampel uji protein dalam labu erlenmeyer dengan menambahkan
0.5 gr seleniumix dan 10 ml asam sulfat 96%.

12
5. Meletakkan larutan tersebut pada hot plate dalam lemari asam sampai sampel
berwarna kuning (Dekstruksi protein).
6. Menambahkan aquades pada sampel hasil dekstruksi protein sebanyak 100 ml
dengan pengadukan bertahap selama penambahan tersebut (Destilasi protein).
7. Mendinginkan larutan sampai 5 menit dan kemudian mengaduknya sampai
merata.
8. Mengambil sampel larutan sebayak 10 ml dan meletakkannya pada labu
erlenmeyer dengan menambahkan 10 ml NaOH.
9. Memasukkan asam borat sebesar 10 ml dengan menambahkan 2 tetes
indikator MM ke dalam labu ukur sehingga larutan menjadi berwarna merah
muda.
10. Meletakkan sampel uji protein dengan larutan asam borat tadi pada alat
kondensor dengan menggunakan mesin pompa air selama 1-2 jam sampai
sampel berwarna bening kehijauan.
11. Menitrasi larutan yang bening kehijauan tersebut sampai warna larutan
menjadi merah muda kembali (Titrasi protein).
2. Uji Kadar Abu
1. Menimbang cawan porselin yang telah dioven.
2. Menimbang sampel berat uji kadar abu sebanyak ±1 gr.
3. Menempatkan

sampel

ke

dalam

cawan

porselin

mengovenkannya sampai menjadi abu.
4. Masukkan sampel abu ke dalam eksikator.
5. Setelah dingin kemudian menimbang berat pengabuannya.

yang

kemudian

13
3. Uji Kadar Air
1. Memanaskan cawan petri selama 1 jam dalam oven.
2. Mendinginkan cawan petri dengan memasukkannya ke dalam desikator
selama 15 – 30 menit.
3. Menimbang berat cawan petri sebanyak 56.4135 gr.
4. Menimbang berat sampel uji kadar air sebanyak ±5 gr.
5. Memasukkan sampel ke dalam cawan dan memanaskannya kembali dalam
oven selama 1 – 2 jam.
6. Mengeluarkannya yang kemudian mendinginkannya dalam desikator.
7. Mencatat hasilnya.
4. Uji Lemak
1. Menimbang berat sampel uji lemak sebanyak ±2 gr dari sampel hasil uji kadar
air.
2. Membuat wadah sampel lemak (hulls) yang akan diuji dengan menggunakan
kertas saring, benang dan kapas.
3. Memasukkan sampel uji lemak kedalam hulls dan menutupnya dengan kapas
sampai rapat dan kemudian menimbangnya kembali.
4. Memasukkan sampel yang tertutup rapat dalam kertas saring ke dalam labu
ukur serta memasukkan larutan enheksan sampai sampel terendam berwarna
bening kembali.
5. Setelah perendaman, mengambil sampel lemak dan mengeringkannya lalu
menimbang beratnya.
6. Mencatat hasilnya.

14
5. Uji Serat Kasar
1. Mengambil sampel hasil uji lemak yang akan digunakan dalam uji serat kasar
sebesar ±2 gr.
2. Memasukkan sampel hasil uji lemak dengan menambahkan H2SO4 100 ml
dalam labu ukur serta mengaduknya sampai merata.
3. Memanaskan larutan tersebut selama 1 – 2 jam.
4. Setelah memanaskannya, kemudian menyaringnya sampai tidak adanya
tetesan larutan H2SO4.
5. Melanjutkan penyaringan dengan membilas sampel menggunakan aquades
yang telah dipanaskan.
6. Mengambil sampel yang ada pada kertas saring dan meletakkannya ke dalam
labu ukur yang telah dibersikan serta menambahkan 15 ml NaOH.
7. Memanaskan kembali larutan tersebut selama 1 – 2 jam.
8. Menyaring sampel dan mebilasnya dengan aquades panas.
9. Menyaring sampel

kembali

dengan

kemudian

membilasnya

dengan

menggunakan alkohol.
10. Memanaskan kertas saring pada oven selama 1 jam.
11. Menimbang kertas saring yang telah dipanaskan serta mencatat hasilnya.

15
3.4. Analisis Data
3.4.1. Protein
Rumus :
N=

ml Titrasi x n HCl x Fp x 14.0008
x 100 %
ml Sampel x 1000

% Protein = N x 6.25
Keterangan : n HCL
= Nilai mortalitas HCL yang digunakan titrasi (ml)
ml sampel = Nilai sampel yang digunakan (ml)
3.4.2. Kadar Abu
Rumus :

% Kadar abu =

B−A
x 100 %
C

Keterangan : A = Bobot cawan kering (gr)
B = Bobot cawan + sampel (tanur) (gr)
C = Bobot sampel (gr)
3.4.3. Kadar Air
Rumus :

% Kadar air =

Keteragan :

[B − C − A ]
x 100 %
B

A = Berat cawan (gr)
B = Berat sampel (gr)
C = Cawan + sampel yang telah dikeringkan (gr)

16
3.4.4. Lemak
Rumus :

% Lemak =

Berat awal Sampel + KS − Berat akhir (Sampel + KS)
x 100 %
Sampel

Keterangan : KS = Kertas saring (gr)
3.4.5. Serat Kasar
Rumus :

% Serat kasar =

Berat akhir − Berat awal
x 100 %
Berat sampel

Keterangan : Berat akhir, berat awal dan berat sampel (gr)

17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan praktikum nutrisi ikan dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Hasil analisis proksimat
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Parameter
Protein
Kadar abu
Kadar air
Lemak
Serat kasar

Analisis Proksimat
Jumlah (%)
21.1687
14.9301
7.86
4.873
7.355

4.2. Pembahasan

4.2.1. Kadar Air
Kadar air dalam pakan mempengaruhi daya apung pakan, berdasarkan
hasil penelitian pakan apung memiliki kadar air lebih rendah dibandingkan
dengan pakan tenggelam. Hal ini disebabkan pakan pakan apung memiliki kadar
air sebesar 8,27%, sedangkan pakan tenggelam sebesar 13,06%. Semakin rendah
kadar air, maka kemampuan tenggelam akan semakin kecil (Gunadi, dkk., 2010).
Berdasarkan hasil uji proksimat pada pakan yang telah dibuat, diperoleh
kadar air sebesar 7,86%. Kadar air yang demikian tergolong rendah dan membuat
pakan akan mengapung. Sehingga untuk pemberiannya, dianjurkan pada ikan-ikan
yang bergerak dikolom air dan dipermukaan, sebab jika ikan bergerak di dasar,
akan terjadi penguraian terlebih dahulu dipermukaan air sebelum akhirnya pakan
dikonsumsi ikan. Kondisi ini juga akan mencegah terjadinya pertumbuhan jamur

18
karena kadar air yang tinggi. Menurut Afrianto dan Evi (2005) bahwa jamur akan
tumbuh apabila kadar air pakan buatan lebih dari 15%. Kelembapan relatif
diruang penyimpanan berpengaruh terhadap kadar air pakan. Apabila kelembapan
relatif lebih dari 65%, pakan akan menyerap uap air dari lingkungan sekitarnya
sehingga kadar air meningkat dan akan segera ditumbuhi jamurproduksi senyawa
mikotoksin serta susut bobot.

Selain itu, pakan yang ditumbuhi jamur akan

memiliki aroma yang tidak disukai (off flavor) dan perubahan warna
(diskolorisasi). Pakan yang ditumbuhi jamur Aspergillus falvus sebaiknya tidak
debrikan pada ikan karena mengandung racun. Oleh sebab itu, pakan akan lebih
tahan terhadap jamur dan aman bila diberikan pada ikan. selain itu dengan
konsentrasi kadar air demikian, pakan akan memiliki daya simpan yang lama.
4.2.2. Kadar Abu
Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan cara mengabukan
komponen-komponen organik dalam bahan pangan. Jumlah dan komposisi abu
dalam mineral tergantung pada jenis bahan pangan serta metode analisis yang
digunakan. Abu dan mineral dalam bahan pangan umumnya berasal dari bahan
pangan itu sendiri (indigenous). Tetapi ada beberapa mineral yang ditambahkan
ke dalam bahan pangan, secara disengaja maupun tidak disengaja. Abu dalam
bahan pangan dibedakan menjadi abu total, abu terlarut dan abu tak larut. Kadar
abu suatu bahan ditetapkan pula secara gravimetri. Penentuan kadar abu
merupakan cara pendugaan kandungan mineral bahan pangan secara kasar. Bobot
abu yang diperoleh sebagai perbedaan bobot cawan berisi abu dan cawan kosong.
Apabila suatu sampel di dalam cawan abu porselen dipanaskan pada suhu tinggi
sekitar 650°C akan menjadi abu berwarna putih. Ternyata di dalam abu tersebut

19
dijumpai garam-garam atau oksida-oksida dari K, P, Na, Mg, Ca, Fe, Mn, dan Cu,
disamping itu terdapat dalam kadar yang sangat kecil seperti Al, Ba, Sr, Pb, Li,
Ag, Ti, As, dan lain-lain. (Yunizal, et.al., 1998).
Berdasarkan hasil uji proksimat, kadar abu pada pakan berkisar 14,93%.
Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu tersebut sangat tingggi. Tingginya kadar
abu dalam pakan merupakan indikasi bahwa pakan mengandung bahan mineral
yang tinggi sehingga pada proses pemanasan, pakan mengalami perombakan
senyawa-senyawa mineral yang mempengaruhi persentase kadar abu. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Yunizal (1998) bahwa besarnya kadar abu dalam daging
ikan umumnya berkisar antara 1 hingga 1,5 %. Kadar abu dipengaruhi oleh
kandungan mineral pada pakan tersebut.
4.2.3. Protein
Pemanfaatan protein dan pakan akan efisien bila diimbangi oleh energi
dalam jumlah cukup sehingga sebagian besar protein pakan digunakan untuk
pertumbuhan. Kebutuhan protein dan rasio energi protein pada ikan senggaringan
perlu dikaji untuk mendapatkan informasi kebutuhan optimum, karena tingkat
efektifitasnya sangat dipengaruhi oleh jenis ikan, umur, ukuran ikan, kualitas
protein pakan, kecernaan pakan dan kondisi lingkungan. Penelitian untuk
mengevaluasi pengaruh level protein dan energi protein terhadap pertumbuhan
calon induk ikan yang telah dilakukan (Pramono, dkk., 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis uji proksimat pada pakan,
diperoleh persentase kandungan protein dalam pakan tinggi dibandingkan dengan
lemak dan karbohidrat, kandungan protein mencapai 21.1687%. meskipun
demikian, namun persentase kandungan protein ini belum sepenuhnya optimum

20
bagi kebutuhan ikan. menurut Rukmini (2012) Protein sangat diperlukan oleh
tubuh ikan, baik untuk menghasilkan tenaga maupun untuk pertumbuhan. Bagi
ikan, protein merupakan sumber tenaga paling utama. Kadar optimum yang
biasanya dibutuhkan ikan adalah antara 30-36%. Hanya saja persentase
kandungan protein 21,168% merupakan kandungan protein yang masih bisa
mendorong pertumbuhan ikan. Apabila protein dalam pakan kurang dari 6%
(berat basah), maka ikan tidak dapat tumbuh (Rukmini, 2012).
Disamping itu, perlu juga dipahami bahwa protein dipengaruhi oleh
sumber asalnya serta oleh kandungan asam aminonya. Berdasarkan hasil
praktikum, komposisi bahan baku pakan dibuat dari tepung kepala ikan dan
udang, artinya kandungan protein yang ada merupakan kandungan protein
hewani. Sehingga protein akan lebih mudah dicerna oleh ikan. Menurut Rukmini
(2012) bahwa protein nabati lebih sukar dicernakan dari pada protein hewani. Hal
itu disebabkan karena protein nabati terbungkus di dalam dinsing selulosa yang
memang sukar dicerna. Selain itu, kandungan asam amino esensial dari protein
nabati pada umunya kurang lengkap dibandingkan dengan protein hewani.
Protein yang dibutuhkan ikan erat dengan tingkat protein optimum
(optimum protein level) dalam pakan ikan tersebut. Ikan karnivora membutuhkan
tingkat protein yang lebih tinggi dari pada ikan herbivora (pemakan tumbuhan)
dan ikan omnivora (pemakan hewan dan tumbuhan). Ikan pada stadia larva
membutuhkan protein yang lebih tinggi daripada ikan dewasa. Disamping itu
lingkungan perairan juga mempengaruhi protein yang dibtuhkan ikan (Kordi,
2011).

21
4.2.4. Lemak
Lemak dalam pakan mempunyai peranan penting sebagai sumber energi.
Lemak mengandung energi metabolisme lebih besar dari protein dan karbohidrat,
yaitu sekitar 9 kcal/gram. Lemak tersusun dari gliserol dan asam lemak atau zat
lain. Pada umumnya lemak mudah dicerna dan dimanfaatkan ikan. berdasarkan
hasil pengamatan dari analisis uji proksimat, dimana nilai persentase kandungan
lemak mencapai 4.873%, dimana kadar lemak yang demikian merupakan kadar
lemak yang optimal bagi pertumbuhan ikan. hal ini sesuai dengan pernyataan
Afrianto dan Evi (2005) bahwa kandungan lemak pakan ikan yang diperlukan
berkisar 4-9% dengan daya guna energi mencapai 85%.
Kandungan ini tentu dipengaruhi oleh komposisi bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan pakan, baik yang berasal dari tepung kepala ikan
maupun tepung kepala udang dan bahan baku pakan komersial. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Masyamsir (2001) bahwa nilai gizi lemak dipengaruhi oleh
kandungan asam lemak esensialnya yaitu asam-asam lemak tak jenuh atau PUFA
(Poly Unsaturated Fatty Acid) antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam
linolenat. Asam lemak esensial ini banyak terdapat di tepung kepala udang, cumicumi.
Disamping itu, kandungan lemak sekitar 4,873 menjadikan pakan
memiliki tingkat daya simpan yang tinggi. Hal ini karena kandungan lemak
termasuk rendah sehingga tidak menyebabkan peningkatan intensitas proses
oksidasi lemak. Oleh karena itu, kebutuhan akan nutrisi lemak yang optimum
menyebabkan komposisi lemak pada pakan tidak berlebihan, karena kelebihan
pakan akan menyebabakan kerugian pada ikan.

22
4.2.5. Karbohidrat
Karbohidrat (hidrat arang, zat tepung, atau zat pati) ini berasal dari bahan
pakan nabati. Bahan pakan hewani praktis tidak merupakan sumber karbohidrat.
Sebagai sumber tenaga bagi ika selain lemak dan protein, karbohidrat memiliki
kadar tertentu yang dibutuhkan ikan. Karbohidrat merupakan sumber energi yang
murah dan keberadaan karbohidrat dalam pakan dapat mempengaruhi
pemanfaatan protein dan lemak untuk pertumbuhan ikan. Akan tetapi
pemanfaatan karbohidrat oleh ikan dari berbagai sumber karbohidrat bervariasi,
bergantung pada kompleksitas karbohidrat. Sumber karbohidrat yang berbeda
juga mempunyai nilai kecemaan yang berbeda pula.
Berdasarkan hasil analisis uji proksimat yang dikandung pakan, kadar
karbohidrat mencapai 7.355%, Kandungan karbohidrat yang demikian merupakan
kandungan karbohidrat yang rendah. Menurut Rukmini (2012) bahwa kadar
karbohidrat dalam pakan berkisar 0-50% kemampuan ikan untuk memanfaatkan
karbohdirat ini tergantung dari kemampuannya menghasilkan enzim amilase
(pemecah karbohdirat).
Jika ditinjau kembali, Karbohidrat merupakan senyawa yang terdiri dari
serat kasar dan bahan bebas nitrogen (nitrogent free extract). Karbohdirat dalam
bentuk sederhana umunya lebih mudah larut dalam air daripada lemak atau
protein. Pencernaan karbohdirat pada ikan sangat bervariasi tergantung
kompleksitas molekulnya. Namun karbohidrat yang tercerna dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi. Selain kompleksitas molekul karbohidrta, teknik
pengelolahan pakan bisa mempengaruhi tersedianya karbohidrat untuk ikan
(Kordi, 2011).

23
Oleh karena itu, kandungan karbohidrat 7.355%, merupakan kadar
karbohidrat yang dapat ditolerir oleh pertumbuhan dan kebutuhan ikan. Hal ini
karena Hal ini karena menurut Mokonginta, dkk. (2003) bahwa pertumbuhan ikan
melambat dapat disebabkan karena ikan tidak dapat mencerna serat kasar yang
terlalu tinggi dan adanya rasio amilosa/amilopektin yang berbeda akan
mempengaruhi nilai kecemaan pakan.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan tersebut, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulkan sabagai berikut:
1. Pakan buatan merupakan pakan yang dibuat dari bahan-bahan makanan, baik
bahan alami maupun buatan dengan formula tertentu sesuai dengan kebutuhan

24
ikan yang diberikan sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ikan yang
dibudidayakan.
2. Kandungan kadar air pada pakan dari hasil uji proksimat berkisar 7.86%, yang
menunjukkan persentase kadar air rendah sehingga pakan akan mengapung
diperairan dan memiliki daya simpan yang lama karena kelembaban pakan
rendah sehingga tidak memicu pertumbuhan jamur. Sedangkan kadar abu
pakan mencapai 14,93%. Yang menunjukkan bahwa pakan memiliki
kandungan mineral yang tinggi.
3. Kandungan protein pakan mencapai 21.1687% yang menunjukkan kandungan
protein rendah, namun masih mampu mendukung pertumbuhan ikan,
sedangkan kandungan lemak pakan berkisar 4,873 yang merupakan
kandungan lemak optimum untuk pertumbuhan ikan dan kandungan
karbohidrat 7,355% merupakan kadar karbohidrat yang rendah namun masih
dapat mendukung pertumbuhan ikan.

5.2. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum selanjutnya, sebaiknya
dilakukan uji kadnunga mineral dan protein pada pakan untuk mengatahui lebih
detail mengenai kandungan nutrisi yang ada dalam pakan ikan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Darsudi, Ni Putu Ari Arsini, Ni Putu Ayu Kenak. 2008. Analisis
KandungaProksimat bahan Baku dan Pakan Buatan/pelet Untuk
Kepiting Bakau (Scilla paramamosain). Jurnal Teknologi Akuakultur.
Vol 7 (1) : 41-45.
Gunadi, Bambang., Rita Febrianti, dan Lamanto. 2010. Keragaan Kecernaan
Pakan Tenggelam dan Terapung Untuk Ikan Lele Dumbo Clarias
gariepenus) dengan dan tanpa Aerasi. Jurnal Teknologi Budidaya Air
Tawar; 823-829.
Hadadi, et al. 2007. Pembuatan Pakan Ikan Nila. Jurnal. Intitut Pertanian Bogor.
Bogor.
Haetami, Kiki. Ika Susangka. Yuli Andriani. 2007. Kebutuhan dan Pola makan
Ikan Jambal Siam dari Berbagai Tingkat Pemberian Energi Protein
Pakan dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dengan Efisiensi.
Laporan Penelitian. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.
Herwati, Vivi Endar. 2005. Manajemen Pemberian Pakan. FPIK Universitas
Diponegoro. Semarang.
Kordi, Ghufran H. 2011. Marikultur, Prinsip dan Praktik Budidaya Laut. Lily
Publisher. Yogyakarta.
Masyamsir. 2001. Membuat Pakan Ikan Buatan. Modul Program Keahlian
Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Mokoginta, I., N.P. Utomo., A.D. Akbar dan M. Setiawati. 2003. Penggunaan
Tepung Singkong Sebagai Substitusi Tepung Terigu Pada Pakan Ikan
Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Akuakultur Indonesia. 2(2): 79-83.
Pramono, Taufik Budhi. Dyahruri Sanjayasari. Hary Tjahja Soedibya P. Optimasi
Pakan Dengan Level Protein dan Energi Protein Untuk Pertumbuhan
Calon Induk Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps). Jurnal Perikanan
dan Kelautan UNSOED. 15 (2) : 153-157.
Rukmini, 2012. Teknologi Budidaya Biota Air. Karya Putra Darwati. Bandung.
Sunarto dan Sabariah.2009.Pemberian Pakan Buatan Dengan Dosis Berbeda
Terhadap Pertumbuhan dan Konsumsi Pakan Benih Ikan Semah (Tor
douronensis) Dalam Upaya Domestikasi. Jurnal Akuakultur
Indonesia. VIII (1) : 67-76.

26
Sutikno, Erik. 2011. Pembuatan Pakan Buatan Ikan Bandeng. Pusat Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya.
Jepara.
Triyono, Agus. Suharwadji K. Sentana. Sri Pujiastuti. Lucia Indarti. 1986. Kajian
Pembuatan Pakan Ikan untuk Memenuhi Kebutuhan Petanai Ikan. P2F
LIPI. Bandung.
Yunizal, Murtini,J.T., Dolaria,N., Purdiwoto,B., Abdulrokhim dan Carkipan.
1998. Prosedur Analisa Kimiawi Ikan dan Produk Olahan Hasil-Hasil
Perikanan. Instalasi Penelitian dan Pengembangan Perikanan; Jakarta.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Perancangan Sarana Praktikum Prestasi Mesin Pendingin Pembuat Es Batu

10 135 1

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157