STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERMUKI 1

STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PERMUKIMAN KUMUH
Kasus Pemukiman Bantaran Sungai Bengawan Solo,
Kelurahan Pucangsawit, Surakarta

Murtanti Jani Rahayu1
Rutiana D2
Abstract: Inhabitants of slum area is one of the community who re marginal
economically , socialy and politicaly. Complexity of the marginality has many
problems when it does not manage properly. This create endemic problems in the
community. The community can participate in all development steps, if they have
enough capacity . Capacity building of the community need sustainability effort
according to existing condition. Existing conditions can be elaborated by map
potency, problems for developing strategy of communit empowerment. This research
has some goals. Firsly, to descripe economicly, social condition of slum area at
bantaran sungai Bengawan Solo, secondly, to get some s rategies that important for
agenda in planning of Surakarta’s development program.This research is explorative
steps with meta analysis tehnic, for can be identified inhabitans of slum area,
problems and needing of problems solving.
Keywords : s trategy, marginal, slum area


PENDAHULUAN

Pemukiman kumuh (Hetty Adriasih, 2004)
adalah lingkungan permukiman yang kondisi
tempat tinggal atau tempat huniannya
berdesakan, luas rumah tidak sebanding
dengan jumlah penghuni, rumah berfungsi
sekedar tempat istirahat dan melindungi diri
dari panas, dingin dan hujan, lingkungan dan
tata permukiman tidak teratur, bangunan
sementara, acak-acakan tanpa perencanaan,
prasarana kurang (MCK, air bersih, saluran
buangan, listrik, gang, lingkungan jorok dan
menjadi sarang penyakit), fasilitas sosial
kurang (sekolah, rumah ibadah, balai
pengobatan), umumnya mata pencaharian
penghuninya tidak tetap dan usahanya nonformal, tanah bukan milik penghuni,
pendidikan rendah, penghuni sering tidak
tercatat sebagai warga setempat (pendatang
dari luar daerah), rawan banjir dan kebakaran

serta rawan terhadap timbulnya penyakit.
Semua ciri-ciri di atas berkaitan dengan
penghuni pemukiman kumuh yang bersifat
fisik.
Keberadaan kondisi fisik suatu
1
2

Staf Pengajar Prodi PWK, Jurusan Arsitektur, FT UNS
Staf Pengajar Jurusan Administrasi Negara, FISIP UNS

komunitas dapat merupakan hasil dari relasi
timbal balik, atau bahkan kausalitas, dengan
keberadaan mereka secara ekonomi dan sosial.
Penghuni pemukiman kumuh merupakan salah
satu dari komunitas yang marginal secara
ekonomi, sosial dan politik.
Padahal
karakteristik
komunitas

ini
cukup
merepresentasikan sebagian besar kelompok
masyarakat Indonesia, yaitu kelompok miskin.
Secara teoritis kelompok ini merupakan
kelompok yang perlu mendapatkan prioritas
agenda kebijakan-kebijakan pro poor (pro
poor policies). Dengan pemikiran seperti ini,
penting untuk membahas profil penghuni
pemukiman kumuh tidak sekedar dari dimensi
spasial atau fisik bangunan, tetapi juga dari
perspektif sosial ekonomi. Hal ini menjadi
penting karena sasaran akhir pembangunan
adalah pemberdayaan warga negara untuk
membangun dirinya sendiri.
Secara khusus penelitian ini ingin menjawab
tentang
strategi
pemukiman kumuh di
bantaran Sungai Bengawan Solo yang perlu

diakomodasi dalam perencanaan pembangunan

GEMA TEKNIK - NOMOR 1/TAHUN X JANUARI 2007

Kota Surakarta dari aspek lingkungan fisik,
sosial, dan ekonomi. Sedangkan tujuan
penelitian ini untuk mendapatkan gambaran
tentang kondisi sosial ekonomi penghuni
pemukiman kumuh di bantaran Sungai
Bengawan Solo, dan mendapatkan strategis
yang perlu diagendakan dalam perencanaan
program pembangunan Kota Surakarta.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan tahap eksplorasi,
dengan
teknik
meta
analisis,
untuk

mengidentifikasi profil penghuni pemukiman
kumuh, permasalahan-permasalahan yang
dihadapi, dan identifikasi kebutuhan yang
perlu
diakomodasi dalam perencanaan
program dan kegiatan pembangunan kota.
Analisis
data
dilakukan
berdasarkan
interpretive interactionism , yaitu memandang

Penelitian ini juga berorientasi pada sejumlah
kasus dengan karakteristik spesifik sesuai
dengan tujuan penelitian, untuk mendapatkan
kedalaman makna. Berdasar karakteristik dan
isu penelitian ini, pendekatan penelitian yang
dipilih
adalah
pendekatan

kualitatif
(Poerwandari, 2001: 24- 25).
Lokasi penelitian adalah pemukiman daerah
bantaran Sungai Bengawan Solo, Kelurahan
Pucangsawit RW VI, RW VIII dan RW XIII
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN

DAN

Penelitian ini mengambil lokasi daerah
bantaran sungai bengawan Solo, secara
administratif termasuk dalam kelurahan
Pucangsawit. Kelurahan Pucangsawit terdiri
dari 15 RW dan 3 diantaranya berada

Gambar 1 . Lokasi Penelitian
perilaku manusia —apa yang mereka katakan,

dan lakukan sebagai suatu produk dari orang
yang menafsirkan dunia mereka sendiri.
Metode ini berusaha memahami makna dari
berbagai peristiwa dan interaksi manusia
dalam situasinya yang khusus.

90

dipinggiran Bengawan Solo, yaitu RW VI,
RW VIII dan RW XIII.
Profil Penghuni Pemukiman Kumuh

Penghuni bantaran sungai Bengawan Solo,
berjumlah 347 KK. Berikut ini gambara n
mereka dari segi kondisi fisik (perumahan dan
lingkungan), dan sosial ekonomi.

Murtanti Jani Rahayu, dkk., Strate gi Perencanaan Pembangunan Pe rmukiman Kumuh ...

Kondisi Fisik Perumahan (lihat tabel 1)


Gambar 2. Kondisi Rumah Penduduk Bantaran
Kondisi Fisik Lingkungan

Lingkungan permukiman bantaran Bengawan
Solo (kondisi tertera pada Tabel 1) merupakan
permukiman liar karena berada dilahan
bersertifikat milik Proyek Bengawan Solo
(PBS), dan termasuk dalam kategori
lingkungan kumuh dengan fasilitas umum dan
prasarana lingkungan yang masih dibawah
standart. Kondisi rumah dan letaknya yang
saling berdekatan dan berada dipinggiran
sungai
membuat permukiman ini tampak
sumpek dan semrawut , serta rawan terhadap
bahaya banjir. Ciri fisik yang tampak adalah
lingkungan padat, ketersediaan lahan dan
kebutuhan akan perumahan tidak seimbang;
luasan tiap rumah rata -rata 20 m2 , didominasi

oleh rumah non permanen; jalan lingkungan
terbuat dari semen, berlubang-lubang dan
memiliki lebar 2m; terdapat 1 WC Umum
untuk tiap 40 KK; belum tersedia jaringan
drainase dan pembuangan sampah; terbatasnya
fasilitas umum ; belum ada balai pertemuan,
belum ada fasilitas telepon umum, hanya ada 1
pos ronda dan tidak tersedia open space
sebagai area publik.
Fasilitas Umum

Analisa terhadap fasilitas umum (kondisi
tertera pada Tabel 1) dilakukan untuk
mengetahui kelayakan sebuah permukiman
sebagai sebuah

institusi yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal/ hunian/ tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Fasilitas umum yang ada meliputi sarana

kesehatan, peribadatan, pendidikan, fasilitas
olahraga dan ruang terbuka serta pelayanan
umum.
Strategi Masyarakat Penghuni Bantaran
Sungai Bengawan Solo

Setelah mengidentifikasi profil penghuni
pemukiman
kumuh di bantaran Sungai
Bengawan Solo, yang meliputi faktor internal
(kekuatan, kelemahan) dan faktor eksternal
(peluang dan ancaman) maka hal penting
selanjutnya adalah menentukan strategi yang
nantinya diharapkan menjadi bagian dari
agenda perencanaan pembangunan tahunan
kota dan perencanaan pembangunan jangka
menengah ataupun perencanaan pembangunan
jangka panjang kota.
Strategi merupakan cara untuk mencapai
tujuan, sekaligus sebagai langkah untuk

melakuakan perubahan mendasar akan suatu
pemahaman kondisi tertentu. Perumusan
strategis menggunakan analisis
SWOT
(Strength,
Weakness,
Opportunities,
Threatment).
Strategi diperoleh
dengan
menggabungkan
masing-masing
elemen
tersebut dengan pertanyaan bantu berupa

91

GEMA TEKNIK - NOMOR 1/TAHUN X JANUARI 2007

Tabel 1. Kondisi Fisik, Sosial Ekonomi Penghuni dan Lingkungan
Permukiman Kumuh di Pucang Sawit
- Sebagian besar rumah m asih manggunakan dinding bambu dan lantai semen serta bukaan yang sangat
minim.

- Sebagian besar rumah belum m empunyai fungsi ruang yang jelas sehingga bagian teras rumah mereka
1.
Kondisi
Fisik
Perumahan

2.
Kondisi
Fisik
Lingkungan

3.
Fasilitas
Umum

dijadikan tempat usaha kecil-kecilan

- Kondisi rum ah dapat dikategorikan dalam bangunan permanen, semipermanen, dan non permanen. Nam un
didominasi oleh rumah-rumah non permanen. S etiap rumah rata-rata memiliki luasan 20m 2, dan di tempati 46 orang anggota keluarga (± 3-5m 2 per orang)
- Setiap lahan, 70-80% dimanfaatkan untuk membangun rumah.
- Sering terjadi banjir yang merupakan luapan dari Bengawan Solo pada musim-musim penghujan,
- Rumah-rum ah yang ada dipinggir jalan lingkungan tidak mem iliki halaman, karena langsung berbatasan
dengan jalan tersebut.
- Hampir setiap rumah sudah dilengkapi dengan kamar m andi
Kondisi
Ketersediaan air
Ketersediaan Jaringan Air
Ketersediaan
Pembuangan
jalan
bersih
Kotor
Jaringan
Sampah
rata-rata
Air bersih di
Jaringan air kotor yang
Listrik dan
Kesadaran
berlubang
lingkungan ini
digunakan masih sangat
telepon
masyarakat akan
dengan lebar berasal dari sumur
sederhana yaitu berupa
Jaringan listrik
kebersihan
2m dan 3m
pompa. D imana
sarana pembuangan limbah sudah tersedia, lingkungan sudah
untuk jalan
se tiap pompa
dengan m embuat lubang di
namun tidak
cukup tinggi. H al ini
lingkungan,
digunakan secara
belakang rumah.
semua
terbukti dengan
terbuat dari
bersama-sama oleh
Sedangkan pembuangan air keluarga
tidak adanya
semen,
kurang lebih 8
ko tor yang berasal dari WC
memiliki
masyarakat yang
berhimpit
kepala keluarga. Air
langsung dialirkan ke
Jaringan
mem buang
dengan
bersih dari PDAM
sungai.
telepon
sampah di sungai
rumah-rumah belum dapat
sebenarnya
penduduk
menjangkau semua
sudah tersedia
sekaligus
rumah penduduk
pada kedua
berfungsi
yang ada di RW 6
RW ini, namun
sebagai
dan RW 8.
pada daerah
arena
bantaran
berm ain
masyarakat
anak-anak.
belum mampu
memilikinya
karena kondisi
ekonomi yang
tidak
memungkinkan
Sarana
Sarana
Sarana
S arana
Sarana
Sarana
Kesehatan
Peribadatan
Olahraga
P emerintahan transportasi
Pendidikan
sarana
Musholla sudah dan
danPelay.
di kedua RW ini kelurahan P ucang
kesehatan
terdapat
Ruang
Umum
memanfaatkan
sawit bisa
berupa
disetiap R W.
terbuka
P ada kedua
sarana
dikatakan sudah
Puskesmas
Secara umum
Ruang terbuka RW ini,
transportasi
mencukupi. Dari
pembantu
terdapat tiga
diperlukan
keberadaan
pribadi seperti
fasilitas TK, SD,
yang terdapat gereja di
oleh
sarana
sepeda,
SLTP, SMU
di RW XIII.
Kampung
masyarakat
pelayanan
sepeda motor,
terdapat pada area
Bangunan ini Pucangsawit
sebagai
umum masih
maupun mobil
yang tidak terlalu
memiliki
dan salah
fasilitas
sangat
dan bahkan
jauh
ukuran 10 x
sa tunya
olahraga,
terbatas
berjalan kaki.
7 m 2, dengan terdapat di RW
tempat
P enggunaan
Hal ini
luas lahan 15 VI.
bermain anakrum ah
disebabkan
x 18 m 2.
kedua sarana
anak dan
masyaraka t
belum
Kondisi
peribadatan ini
tempat untuk
untuk
tersedianya
gedungnya
dirasa sudah
melakukan
melakukan
angkutan
sudah agak
mencukupi
kegiatan pada
rapat
umum didaerah
tua,
kebutuhan
event-event
S edangkan
ini
warga.
tertentu,
sarana
pelayanan
umum yang
sangat
dibutuhkan
oleh
masyaraka t
dan perlu

Dengan menggunakan kekuatan yang ada,

92

Murtanti Jani Rahayu, dkk., Strate gi Perencanaan Pembangunan Pe rmukiman Kumuh ...

Namun kondisi
fisik kedua
bangunan ini
terlihat sangat
sederhana,

4. Kondisi
Sosial Budaya

P ada kedua
R W ini hanya
pada RW 8
yang memiliki
sarana open
space untuk
olahraga yaitu
berupa tanah
lapang dengan
ukuran 9x6m 2

disediakan
adalah
diantaranya
telepon umum ,
kotak surat,
dan papan
pengumuman.

Tingkat P endidikan
Tingkat Keamanan
Mayoritas penduduk memiliki tingkat R asa kkeluargaan dan hubungan
pendidikan rata-rata sampai SLTP. antar masyarakat sangat erat.
Kebanyakan dari warga lebih Hal
inilah
yang
mampu
berorientasi terhadap kecukupan menumbuhkan suasana dan rasa
nafkah
daripada
kebutuhan nyaman serta aman. Keberadaan
pendidikan
pos kam ling biasa digunakan
untuk main kartu, bersantai, dan
mengobrol.

peluang apa yang dapat diraih? Jawaban atas
pertanyaan ini melahirkan strategi SO. Dengan
mengatasi kelemahan x, peluang apa yang
dapat diraih? Jawaban atas pertanyaan ini
melahirkan
strategi
WO.
Dengan
menggunakan kekuatan yang ada, ancaman
apa yang dapat diatasi? Jawaban atas
pertanyaan ini melahirkan strategi ST. Dengan
mengatasi kelemahan x, ancaman apa yang
dapat diatasi? Jawaban atas pertanyaan ini
melahirkan strategi WT.
Selanjutnya matrik ( pada Tabel 2 ) akan
menampilkan masing-masing indikasi di atas.
Dari daftar di atas, strategis permukiman
kumuh yang perlu diagendakan dalam
perencanaan pembangunan kota adalah :
Kebutuhan fisik

Beberapa kebutuhan fasilitas umum yang
diperlukan komunitas ini adalah pengadaan
rumah susun dengan skim dan harga yang
terjangkau oleh warga, tempat pertemuan
umum, sebagai sarana pertemuan warga, untuk
wahana diseminasi informasi dari pemerintah
atau lembaga lain, rembug warga untuk

Ekonomi
Jumlah penghuni pemukiman
bantaran Sungai Bengawan Solo
ini sebanyak 347 K K. Sebagian
besar penduduk (90 %) bekerja
sebagai buruh bangunan dan
buruh industri, dan sebagian besar
perempuan tidak bekerja. Di
lingkungan ini terdapat beberapa
industri rumah tangga ( roti dan
plastik ) yang belum berkembang.
Jenis pekerjaan sebagian besar
masyarakat sebagai buruh, baik
itu buruh bangunan maupun
industri. U saha lain untuk
menunjang perekonomian
keluarga adalah memelihara
hewan ternak berupa kambing

membahas masalah internal mereka, wahana
paguyuban, arisan, dan lain-lain, fasilitas
papan informasi di beberapa tempat sebagai
wahana menyampaikan informasi penting yang
perlu diketahui warga serta sarana transportasi
yang me njangkau wilayah ini.
Kebutuhan Ekonomi

Kebutuhan kelompok komunitas ini adalah
peluang kerja dan peluang peningkatan
pendapatan.
Agenda kebutuhan untuk
mencapai tujuan ini adalah penambahan
bantuan modal, informasi peluang kerja untuk
memperluas akses warga mencari pekerjaan,
prioritas pelatihan ketrampilan kerja dan
teknologi tepat guna untuk memperluas
peluang usaha dan peningkatan pendapatan.
Kebutuhan sosial

Kelompok komunitas ini menghadapi masalah
yang cukup serius dalam hal pendidikan, oleh
karena kesulitan membayar biaya sekolah
anak-anak. Oleh karena itu pemerintah kota
perlu memberikan subsidi khusus untuk
pembiayaan
sekolah
anak-anak
dari

93

GEMA TEKNIK - NOMOR 1/TAHUN X JANUARI 2007

lingkungan ini dengan berbagai skim yang

memungkinkan.

Tabel 2. Matrik Analisis SWOT Strategi Perencanaan Pembangunan
mukiman Kumuh
(Kasus Pemukiman Bantaran Sungai Bengawan Solo, Kelurahan Pucangsawit, Surakarta)
KESEMPATAN (S)

ANCAMAN (A)

S1.Mendapatkan bantuan / block grant
dari pemerintah untuk perawatan
dan penambahan penyediaan
fasilitas umum dan kegiatan
masyaraka t.
S2.Terbukanya
kesem patan
mendapatkan bantuan dana dari
bank koperasi m aupun badan
perkreditan yang lain
S3.Terbukanya
kesem patan
mendapatkan sarana transportasi
dari P emerintah daerah
S4.Peluang menjadi pengembangana
home industri
S5. Peluang dibangunnya rumah susun

A1.Adanya bahaya tanah longsor
A2.Ancaman
perusakan
terhadap
sungai
A3.Adanya bahaya penggusuran
A4.Munculnya ancaman kebakaran
A5.Adanya bahaya banjir
A6.Kondisi tanggul membahayakan
keselamatan penduduk
A7.Ancaman lim bah industri rumah
tangga

KEKUATAN (K)

Strategi kesempatan-kekuatan

Strategi ancaman-kekuatan

K1.Terpenuhinya fasilitas peribadatan,
pendidikan
dan
kesehatan
diw ilayah tersebut
K2.Tersedianya pos ronda disetiap R W
K3.A danya Karang Taruna dan PKK
K4.A danya koperasi simpan pinjam
K5.A danya home industry berupa
industri roti dan plastik

K3-K 1-S1.Mem anfaatkan
subsidi
pemerintah
untuk
pengembangan
kegiatan
K arang Taruna dan P KK
sebagai wadah kegiatan positif
bagi
masyarakat
dengan
mendirikan bangunan khusus
untuk kegiatan tersebut.
K2-K 1-S3.Pemanfaatan
subsidi
pemerintah untuk perawatan
dan perbaikan fasilitas umum
yang telah tersedia
K3-S 4.Pengem bangan daerah untuk
kegiatan industri rumah tangga
dengan pemanfaatan sumber
daya manusia local, sehingga
mampu meningkatkan tara f
hidup
masyarakat
dan
mengurangi pengangguran.

K3-A1-A2-A3-A 6.Memanfaatkan w adah
Karang Taruna dan PK K untuk
memberikan
penyuluhan
tentang bagaimana bersahabat
dengan lingkungan.
K1-A4-A5.Melakukan
tindakan
penyelamatan / penyebaran
informasi tentang bencana
alam
dengan
melakukan
penghijauan.
K5-A7.Membuat jaringan pengolahan
industri rumah tangga.
K4-A3.Menabung dikoperasi untuk
persiapan pembayaran rumah
susun.

KELEMAHAN (L)

Strategi kesempatan-kelemahan

Strategi ancaman-kelemahan

L1.Belum tersedianya angkutan umum
yang masuk daerah tersebut
L2. K urang terpenuhinya standar
jaringan jalan
L3. Tidak tersedianya jaringan drainase
L4.
Belum
tersedianya
tempat
pembuangan sampah umum.
L5. B elum tersedia balai pertem uan dan
prasarana untuk kegiatan Karang
Taruna, PKK, dan Posyandu.
L7. Tingkat kepadatan rum ah tinggi.
L8. B elum tersedianya prasarana
berupa kantor untuk koperasi
simpan pinjam .
L9. Belum tersedianya fasilitas telepon
umum.
L10.Kurangnya lahan hijau.
L11.Kondisi lingkungan perumahan
yang kumuh.

L2-L3-L4-L5-L6-L8-L9-S1.Pemanfaatan
subsidi
pemerintah
untuk
pelebaran dan perbaikan jalan,
pengadaan telepon um um dan
pembuangan sampah umum
serta
penyediaan
balai
pertemuan, gedung untuk
K arang Taruna, P KK, koperasi
dan saranna open space
L1-L2-S1-S3. P emanfaatan bantuan
pemerintah untuk mem enuhi
kebutuhan transportasi gar
memudahkan akses kedaerah
lain.
L7-L10-L11-S1-S 5. P engadaan rumah
susun dengan bantuan subsidi
dari pem erintah dengan harga
terjangkau dan tetap mem enuhi
syarat lahan hijau.

L10-A5.Menambah sarana lahan hijau
untuk meminimalisir bahaya
banjir.
L3-L4-L7-A1-A2-A5.
Mengadakan
penghijauan dan membuat
sistem terasering didaerah
bantaran.
L1-L2-L4-L5-L6-L7-L8-L9-L11-A3-A4A6. Menggunakan alternative
rumah susun yang memenuhi
standart, baik sarana utama
maupun fasilitas penunjang

Faktor eksternal

Faktor internal

94

Murtanti Jani Rahayu, dkk., Strate gi Perencanaan Pembangunan Pe rmukiman Kumuh ...

Kebutuhan mendesak lain adalah pelayanan
kesehatan dasar, terutama kesehatan ibu dan
anak. Pemerintah kota perlu menambahkan
alokasi dana untuk pelayanan kesehatan dasar
melalui posyandu di wilayah layanan
kelompok ini. Jaminan sosial kesehatan perlu
disosialisasikan kepada kelompok ini supaya
mereka dapat mengakses bantuan/subsidi
layanan kesehatan yang diperlukan.
Kelompok kominitas ini memiliki hubungan
komunitas yang kuat. Kekuatan ini dapat
dijadikan modal untuk mengembangkan
kapasitas komunitas ini secara kelompok, baik
penguatan ekonomi maupun penguatan
kapasitas sosial untuk mengelola lingkungan
pemukiman mereka.
PENUTUP

Masalah yang dihadapi dalam proses lanjut
adalah bagaimana strategi-strategi tersebut
masuk
dalam
agenda
perencanaan
pembangunan
kota
dan
kelurahan.
Pengalaman dari beberapa realisasi anggaran
kerja pembangunan, porsi anggaran yang
menyentuh komunitas lokasi ini kurang dari
10% total anggaran (RKT kelurahan
Pucangsawit 2004 dan 2005). Di tingkat kota,
program bantuan sosial untuk kelompok
miskin (di pemukiman kumuh) yang
diselenggarakan oleh Dinas Kesejahteraan
Rakyat Pemberdayaan Perempuan dan KB
(DKRPP dan KB) juga kurang dari 10% dari
total anggaran (RKT DKRPP tahun 2006).
Hipotesis
kerja
dalam penelitian ini
menganggap
bahwa strategi kelompok
marginal ini dapat diagendakan dalam
perencanaan pembangunan kota dan kelurahan
kalau kelompok komunitas ini memiliki daya
tawar yang cukup dalam proses perencanaan
pembangunan.
Penguatan daya tawar
kelompok ini dapat dilakukan kalau ada
dukungan asistensi dari pihak luar sebagai
fasilitator bagi penguatan kelompok komunitas
ini.
Peran asistensi yang dibutuhkan
komunitas ini adalah pencerahan akan hak dan
kewajiban mereka sebagai warga negara/warga
kota, dan bagaimana memperjuangkan haknya,
dan mematuhi kewajibannya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Winy , 2006, Laporan Penyusunan
Panduan (reference manual) dan
Sylabus di bidang Perumahan Swadaya.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Adriasih, Hetty, 2004, Kebijakan Publik dalam
Menanggulangi Peningkatan Penderita
Akibat Pencemaran Air di Wilayah DKI
Jakarta. Publikasi Internet FE UI.
Darwin, Muhadjir, 2005,
Memanusiakan
Rakyat Penanggulangan Kemiskinan
sebagai Arus Utama Pembangunan. ,
Benang Merah, Yogyakarta.
Ife, jim, 1995, Community Development ;
Creating community lternatives -vision,
anlysis and practice , Sage Publication,
London.
Korten, David C, 1992, Pembangunan yang
Memihak Rakyat, Rineka Cipta, Jakarta.
Narwidina, Rizki, dkk, 2005, "Permasalahan
Daerah Bantaran Sungai Bengawan
Solo". Laporan Mata Kuliah Kota
Permukiman 2 ,
Jurusan Arsitektur,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Poewandari,
Kristi,
2001,
Pendekatan
Kualitatif untuk Penelitian Perilaku,
LPSP3 Fak. Psikologi UI, Jakarta.
Rapoport,A, 1990, Pengantar. Sejarah
Perencanaan Perkotaan, Intermatra,
Bandung.

Rapoport,A, 1982, History and Presedent in
Environmental
Design,
Saga
Publications, Beverly Hills.
Shah,.Kirtee, 2000, Community Participation
in the Hyderabad Urban Coommunity
Development Project, UNDP.
Soelaiman, Munandar, 1996, Dinamika
Masyarakat Transisi Mencari Alternatif
Teori Sosiologi dan Arah Perubahan,
Rajawali, Jakarta.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah,
2002, Rencana Umum Tata Ruang Kota
Surakarta.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah,
2002, Rencana Teknis Tata Ruang Kota
Surakarta.

95

GEMA TEKNIK - NOMOR 1/TAHUN X JANUARI 2007

Dinas Kesejahteraan Rakyat Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana,
2006, Rencana Kerja Tahunan.
Muskelbang Kelurahan Pucangsawit, 2005.

96