makalah filsafat pendidikan islam konsep

MAKALAH
KONSEP TARBIYAH, TA’LIM, TA’DIB,
PENGERTIAN, TUJUAN, ASAS-ASAS
PENDIDIKAN ISLAM
di Susun
Oleh:

ASNITA HASIBUAN
ILHAM FAUJI W. SIMAMORA
MUHAMMAD EDI SYAHPUTRA
RINA WAHYUNI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA
UTARA
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 6
2017

1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang karena rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah filsafat Pendidikan Islam ini dengan tepat waktu. Tidak
lupa juga shalawat dan salam kami persembahkan kepada junjungan besar Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan kepada Islam yang
terang-benderang. Semoga kita mendapat syafa’atnya di akhirat kelak.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan beribu terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah yang berjudul
“Filsafat Pendidikan Islam” ini. Semoga pembuatan makalah ini dapat memberikan
pemahaman kepada para pemakalah serta para pembaca tentang mamfaat filsafat
Pendidikan Islam.
Akhir kata, kami menerima semua saran dan kritik yang diberikan kepada kami
dari para pembaca makalah ini agar kami dapat memperbaiki pembuatan makalah ini
kedepannya.

Medan, 23 Oktober
2017
Penyusun,

Kelompok 5


2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Masalah .......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. KONSEP TARBIYAH, TA’LIM, TA’DIB.................................................................2
1. Makna Tarbiyah ..........................................................................................2
2. Makna Ta’lim ..............................................................................................3
3. Makna Ta’dib ..............................................................................................5
B. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM .................................................................8
C. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM...........................................................................9
D. ASAS-ASAS PENDIDIKAN ISLAM ....................................................................10
1. Al-Qur’an.....................................................................................................10
2. Al-Hadist .....................................................................................................10
3. Ijtihad...........................................................................................................11

BAB III PENUTUPAN .......................................................................................................12
A. Kesimpulan ..............................................................................................................12
DAFTAR ISI .......................................................................................................................14

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber asasi ajaran Islam, Al-Qur’an dan Hadist, tidak hanya berisikan
doktrin-doktrin teologis tentang keimanan kepada Allah Swt, tetapi juga
mengandung isyarat-isyarat ilmiah tentang pendidikan. Karenanya, memberikan
konsep dasar pendidikan agama Islam, haruslah merujuk kepada informasi yang
tertera, baik dalam Al-Qur’an dan Hadist.
Secara umum, jika ditelaah, stidaknya ada tiga terma yang digunakan
Al-Qur’an dan Hadist berkaitang dengan konsep dasar pendidikan dalam Islam.
Ketiga terma itu adalah Tarbiyah, Ta’lim dan Ta’dib. Meskipun sering
diterjemahkan dalam arti yang sama, yakni pendidikan bahkan terkadang
pengajaran namun ketiga terma ini pada dasarnya memiliki tekanan makna yang
berbeda. Karenanya, semua terma tersebut perlu di telaah untuk memperoleh

pemahaman yang utuh tentang hakikat pendidikan dala Islam. Untuk tujuan
tersebut, paparan berikut akan mengetengahkan uraian disepitar tiga terma yang
maknanya selalu dinisbahkan kepada pendidikan dalam Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah makna Tarbiyah, Ta’lim dan Ta’dib?
2. Apakah pengertian pendidikan Islam itu?
3. Apakah tujuan pendidikan Islam itu?
4. Apa saja asas-asas pendidikan Islam itu?
C. Tujuan Masalah
1. Agar tahu apa makna mendalam tengtang Tarbiyah, Ta’lim dan Ta’dib.
2. Agar tahu apa pengertian pendidikan Islam itu dengan sebenarnya.
3. Agar tahu apa-apa saja tujuan yang ingin dicapai pendidikan Islam.
4. Agar tahu apa-apa saja yang menjadi asas pendidikan Islan.

4

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP TARBIYAH,TA’LIM DAN TA’DIB

1. Makna Tarbiyah
Terma tarbiyah berasal dari kata rabb yang menurut anis1 bermakna
tujmbuh dan berkembang. Pengertian seperti ini juga diberikan oleh al-qurthubiy2
yang menyatakan bahwa pengertian dasar kata rabb menunjukan makna tumbuh,
berkembang, memelihara, merawat, mengatur dan menjaga kelestarian atau
eksistensisnya. Sementara itu, menurut al-Asfahany, kata al-rabb bisa berarti
mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaan dengan bertahap atau membuat
sesuatu untuk mencapai kesempurnaan secara bertahap.3
Menurut al-Nahlawi4, terma tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu:
a. Rabba yarbu,yang berarti bertambah atau tumbuh, seperti tertera pada
firman Allah Swt: Q.S, al-rum: 39.
“dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada
harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya)”

b. rabiya-yarba,dengan
besar.(Q.S, Al-


wazan

Khafiya-yakhf,

yang

berarti

menjadi

isra’: 24)

c. rabba-yarubbu, dengan mazan madda yamuddu, yang berarti memperbaiki,
menguasai urusan, menuntun dan memelihara.5
Menurut al-Yasu’iy6, secara etimologi, terma tarbiyah mempunyai tiga
pengertian, yaitu: (1)nasy’at yang berarti pertumbuhan, berusia muda meningkat
1

Ibrahim Anis, al-Mu’jan al-Wasith (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1972).
Ibn Abdullah Muhammad ibn Ahmad al-Anshori al-Qurthubiy, Tafsir al-Qurthubiy (kairo: Dar

al-Sya’bi, tt), hal. 120.
3 Al –Raghib al- Asfahany, Mu’jam Mufradat Alfads al-Qur’an (Bairut: Dar al-Fikr t.t), hal.
189.
4 Abdurrahman al-Nahlawi, prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam (Bandung:
Diponegoro, 1992), hal. 31
5 Muhammad Rasyid Ridha,Tafsir al-Fatihah: Menemukan Hakikat Ibadah,terj. Tiar Anwar
Bachtiar (Bandung:Al-bayan Mizan), hal. 59.
6 Luis Ma’luf al-Yasu’iy, al-Munjid fi al-Lughah wa al-Adab wa al-‘Ulum’(Bairut: Dar alMasyriq, 1978), Hal. 247 dan 807.
2

5

dewasa, (2) taghdiyyah yang berarti memberi makan dan mendewasakan, dan (3)
memperkembangkan, seperti yurby al-shadaqah, yang berarti membuat
berembang harta yang telah disedekahkan sebagaimana ungkapan Q.S, alBaqarah:276.
Shihab menyatakan bahwa kata rabb sebagaimana terdapat pada ayat kedua
surah al-fatihah,seakar dengan kata tarbiyah, yaitu mengarahkan sesuatu tahap
demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya.7 Bedasar hal itu,
shihab


kemudian

memberi

arti

rububiyah

sebagai

kependidikan

atau

pemeliharaan.8 Dalam arti ini, maka apapun bentuk perlakuan tuhan (al-rabb)
kepada makhluknya, harus diyakini bahwa yang demikian itu, sama sekali tidak
terlepas dari sifat kepemmeliharaan dan kependidikannya. Karenanya,kata rabb
dalam surah al-fatihah di atas dapat berarti Murabbi atau Pendidik.
Dalam konteks pemeliharaan Allah terhadap manusia, menurut Ridha,
tarbiyyah itu mencakup(1) tarbiyyah khalqiyyah (pemeliharaan fisikal), yakni

menumbuhkan dan menyempurnakan bentuk tubuh serta memberikan daya jiwa
ad akal, (2) tarbiyah syariyyah ta’limiyyah (pemeliharaan dan syariat dan
pengajaran), yaitu menurunkan wahyu kepada salah satu seorang diantara mereka
untuk menyempurnakan fithrah manusia dengan ilmu dan amal.
2. Makna Ta’lim
Akar kata ta’lim adalah a’lima. Menurut ibn al-Manzhur9, kata ini bisa
memiliki beberapa arti, seperti mengetahui atau mengenal, mengetahui atau
merasa, dan memberi kabar kepadanya. Kemudian menurut Luis Ma’luf, kata al‘ilm yang merupakan mashdar dari ‘alama bermakna mengetahui sesuatu dengan
sebenar-benarnya (idrak al-syai’bihaqiqatih), sementara kata ‘alima bermakna
mengetahui dan menyakininya (‘arafatuh wa tayaqqanah).
Dalam al-qur’an, kata ta’lim disebutkan dalam bentuk ism dan fi’il. Dalam
bentuk ism, kata yang seakar dengan ta’lim hanya disebut sekali, yaitu
mu’allamun yang terdapat dalam surah ad-dukhan: 41. Kemudian, dalam bentuk
7

M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah,Volume 1 (jakarta: Lantera, 2004), hal. 30.
Ibid., hal.31
9 Muhammad Rasyid Ridha,tafsir al-fatihah: menemukan hakikat ibadah, terj. Tiar Anwar
Bakhtiar (bandung : al-Bayyan Mizan, 2007), h. 59
8


6

fi’il, kata yang seakar dengan ta’lim talim disebut dalam dua bentuk, yaitu fi’il
madhi dan fi’il mudhori. Dalam bentuk fi’il madhi, kata ini disebutkan sebanyak
25 kali dalam 25 ayat pada 15 surah. Kemudian dalam bentuk fi’il mudhori, kata
yang setara dengan talim disebutkan sebanyak 16 kali dalam 16 ayat pada delapan
surah.
Menurut Atabik Ali A. Muhdlor, kata talim sepadan dengan kata darrosa,
terambil dari a’lama yu’allimu, ta’liman, yang secara bahasa berarti mengajar
atau mendidik.10 Menurut ridha ta’lim adalah proses transmisi ilmu pengetahuan
pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Argumentasinya
didasarkan pada firman ALLAH dalam Q.S, al-baqarah ayat 31:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!
"Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah
mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu
dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.


Al-Asfahany menyatakan bahwa ta’lim adalah pemberitahuan yang
dilakukan dengan berulang-ulang dan sering, sehingga berbekas pada diri
muta’allim.11

Di

samping

itu,

ta’lim

juga

adalah

menggugah

untuk

mempersepsikan makna dalam pikiran. Karenanya, sebagaimana dikemukakan
jalal, dalam konteks ta’lim, apa yang dillakukan Rasulullah saw bukan sekedar
membuat umat islam bisa membaca apa yang tertulis, melainkan dapat membaca
dengan renungan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan amanah.12
Karenanya masih menurut jalal, ta’lim mencakup:
1. Pengetahuan teoritis
2. Mengulang kaji secara lisan
3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan
4. Perintah untuk melaksanakan apa yang diketahui
10

Attabik Ali A. Muhdlor,Kamus Kontempoler Arab Indonesia (yogyakarta: Multi
Grafika,1998), h. 13-14
11 Al-Raghib al-Asfahany,Mu’jam, h. 356
12 Abdul Fatah Jalal, Asas-Asas Pendidikan Islam(Bandung: CV Diponegoro, 1987), h. 27

7

5. Pedoman bertingkah laku.
Pendapat jalal ini dengan sendirinya membantah pandangan yang
menyatakan bahwa pengertian yang paling tepat untuk menterjemahkan ta’lim
adalah pengajaran. Padahal, dalam terma ta’lim terkandung makna ilmu dan
amal. Allah swt berfirman:Q.S, muhammad :19
“Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah”

Kalimat fa’lam pada ayat diatas tentu tidak memadai bila diterjemahkan
dan dimaknai hanya sekedar mengetahui secara teoritis. Sebab, bagaimana
mungkin seseorang yang hanya memiliki pengetahuan teoritik bisa sampai pada
tingkatan pengakuan bahwa tiada tuhan selain allah? Karenanya, kalimat fa’lam
harus dimaknai mengetahui dalam arti berpengaruh dan berinteraksi dalam jiwa
seseorang. Sebab dalam al-qur’an,Allah swt menyatakan bahwa:Q.S, ALFATIR:28.
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang
ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun”.

Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan ulama adalah orang-orang yang
mengetahui kebenaran dan berilmu pengetahuan dan ia sendiri hidup dan
mengamalkan kebenaran atau semua al-ilm yang diketahuinya tersebut.
3. Makna Ta’dib
Menurut ibn al-manzhur, arti asal kata addaba adalah al-dua’ yang berarti
undangan kepada suatu perjamuan. Dalam salah satu hadist rasulullah saw
bersabda:
Al-qur’an ini adalah (undangan) perjamuan allah diatas bumi, maka
belajarlah dari perjamuan-Nya.(H.R, Al-Darimi).

8

Menurut shalaby,13 terma ta’dib sudah digunakan pada masa islam klasik,
terutama untuk pendidikan yang diselenggarakan di kalangan istana para
khalifah.pada masa itu, sebutan yang digunakan untuk memanggil guru adalah
muaddib. Shalaby, dengan mengutip al-jahiz, menyatakan bahwa terma muaddib
berasal dari kata adab, dan adab itu bisa berarti budi pekerti atau meriwayatkan.
Guru para putera khaliffah disebut muaddib dikarenakan mereka brtugas
mendidikkan budi pekerti dan meriwayatkan kecerdasan orang-orang terdahulu
kepada mereka.14 Ibn khutaibah, sebagaimana dikutib shalaby, menukilkan pesan
yang disampaikan abdul malik bin marwan kepada muaddib puteranya:
Ajarkanlah kepada mereka berkata benar, disamping mengajarkan alqur”an, jauhkanlah mereka dari orang-orang jahat, karena orang-orang
jahat itu tidak mengindahkan perintah tuhan dan tidak berlaku sopan. Dan
jauhkan pula dari khadam dan pelayan-pelayan, karena pergaulan dengan
khadam

dan

pelayan-pelayan

itu

dapat

merusakkan

moralnya.

Lunakkanlah perasaan mereka agar keras pundaknya. Berilah mereka
makan daging, agar mereka berbadan kuat. Ajarkanlah syair kepada
mereka, agar mereka mulia dan berani. Suruhlah mereka bersugi dengan
melintang, dan meminum air dengan dihirup pelan-pelan, jangan
diminumnya saja dengan tidak senonoh. Dan bila kamu memerlukan
menegurnya, maka hendaklah dengan tertutup, jangan sampai diketahui
oleh pelayan-pelayan dan tamu-tamu, agar ia tidak dipandang rendah oleh
mereka.15
Berdasarkan kutipan diatas, tampak bahwa terma ta’dib tidak hanya
menekankan aspek pemberian ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan watak,
sikap dan kepribadian peserta didik. Karenanya, tugas seorang muaddib bukan
hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga melatih dan membimbing peserta didik agar
mereka hidup dengan adab, baik secara jasmani maupun ruhani.
Beranjak dari terma ta’dib, maka pendidikan menurut al-atas adalah
penyemaian dan penanaman adab dalam diri seseorang. Menurut al-Atas,
13

Ahmad shalaby, Sejarah Pendidikan Islam,Terj. Muchtar Yahya dan M. Sanusi Latief
(singapura:pustaka nasional Singapura, 1076), h. 32
14 Ibid, hal. 32-33
15 Ibid, hal. 34

9

kandungan ta’dib adalah akhlak. Hal ini senada dengan pendapat al-zubaidi yang
menyatakan bahwa kata adab dalam bahasa arab bermakna husn al-akhlaq wa fi’l
al-makarim, yang berarti budi pekerti yang baik dan perilaku terpuji, atau
riyadlah

alnafs

mahasin

al-akhlaq,

yaitu

melatih/mendidik

jiwa

dan

mempeerbaiki akhlaq.16 Dalam konteks inilah, rasulullah saw mwenyatakan:
“Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnajkan akhlaq yang mulia”.
Berdasarkan hadist tersebut, maka misi utama kerasulan muhammad saw
untuk mendidik umat manusia dengan pendidikan akhlaq atau prilaku yang mulia
dan terpuji. Munurut al-zakarny,17 sebagai upaya dalam pembentukan adab, ta’dib
bisa di klasifikasikan ke dalam empat macam:
a. Ta’dib

al-Akhlaq,

yaitu

pendidikan

tata

krama

spritual

dalam

kebenaran,yang memerlukan pengetahuan tentang wujud kebenran.yang
didalamnya segala yang ada memiliki kebenaran tersendiri dan yang
denganya segala sesuatu diciptakan.
b. Ta’dib al- khidmah,yaitu pendidikan tata krama spritual dalam pengabdian.
c. Ta’dib al-syari’ah, pendidikan tatakrama spiritual dalam syari’ah.
d. Ta’dib al-shuhbah, yaitu pendidikan tatakram spiritual dalam persahabatan.
Naquid al-Attas berkesimpulan bahwa ta’dib adalah istilah yang paling
cocok, untuk menyebutkan pendidikan dalam konteks islam, karena didalamnya
terkandung arti ilmu, kearifan, keadilan, kebijaksanaan, pengajaran dan
pengasuhan yang baik. Dengan demikian, pendidik berfungsi sebagai
pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat tuhan yang tepat dalam
tatanan wujud dan keberadaan.18
Al-qur.an menyatakan bahwa contoh manusia ideal yang beraddap adalah
Muhammad SAW. Secara implisit, hal ini dinyatakan Allah swt dalam surah alahzab ayat 21:

16

Muhammad Murtadlah al-Zubaidi, Taj al-Arus (kairo:al-khairiyah al- Munsyiat Bijaliyah,
1306 h), hal. 144.
17 Sayid muhammad al-Zarkany, Sarh al-Zarkany ‘ala Muwatha’ al-imam Malik,(bairut:Dar al
fikr,t.t), h. 256
18 Syed Muhammad Naquib al-Attas, konsep, h. 61.

10

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah”.

Karenanya, Allah swt memberikan pujian kepada Muhammad saw
disebabkan ketinggian atau keluhuran adab beliau.
B. Pengertian Pendidikan Islam
Konperensi internasional pertama tentang pendidikan islam yang berlangsung
di university of king Abdul Azis pada tahun 1977 mendefinisikan bahwa pendidikan
islam sebagai keseluruhan makna atau pengertian yang tersimpul dalam terma ta,lim,
tarbiyyah dan ta’dib. Berdasarkan makna tarbiyah, ta’lim, ta’dib sebagaimana telah
dipaparkan sebelumnya, maka pendidikan islam dapat didefinisikan sebagai suatu
proses penciptaan lingkungan yang kondusip bagi memungkinkan manusia sebagai
peserta didik untuk mengembangkan diri-fisik-jasmani dan non fisik-ruhani- dan
potensi yang dimilikinya-al-jims, al’aql, al-nafs, dan al-qabl-agar berkemampuan
merealisasikan syahadah primordialnya terhadap keberadaan dan kemahaesaan
Allah swt, melalui pemenuhan fungsi dan tugas penciptaannya, yakni sebagai ‘abd
Allah dan khalifah allah.19
Dalam definisi di atas, kalimat penciptaan lingkungan yang jkondusif
bermakna bahwa pendidikan islam pada hakikatnya adalah upaya manusia muslim
dalam menciptakan dan memperdayakan lingkungan yang baik bagi memungkinkan
pengembangan diri dan potensi manusia peserta didik. Dalam definisi pendidikan
islami, secara ekspilisit harus tampak konsepsi islam tentang manusia sebagai subjek
dan objek didik. Karenanya, dalam definisi manusia ditempatkan sebagai makhluk
yang merupakan kesatuan utuh integral antara diri jasmani-ruhani, fisik-nonfisik,
atau materi-non materi. Itu artinya, praktik pendidikan islam harus merupakan upaya
harus membantu peserta didik mengembangkan potensi jasmani dan ruhaninya
secara utuh, integral dan seimbang.
Dalam defenisi pendidikan Islam, secara eksplisit harus tampak konsepsi Islam
tentang manusia sebagai subjek dan objek didik. Karenanya, dalam defenisi di atas,

19 Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam (membangun kerangka ontologi, epistemologi, dan
aksiologi praktik pendidikan Islam) (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2017), hlm. 19

11

manusia ditempatkan sebagai makhluk yang merupakan kesatuan utuh dan integral
antara diri dan jasmani rohani, fisik non fisik, atau materi non-materi,. Itu artinya,
praktik pendidikan islami harus merupakan upaya membantu peserta didik
mengembangkan potensi jasmani dan rohaninya secara utuh, integral, antara
seimabang antara tarbiyah-ta’lim-ta’dib jismiyyah wa al-ruhiyah (aqliyah, nafsiyah,
wa qalbiyah). Implimentasi konsep pendidikan seperti inilah yang mampu
menghantarkan manusia pada kesempurnaan kemanuisannya (insa kamil). Dalam
presefektik islami, pendidikan harus melatih dan membiasakan berbagai
keterampilan yang dibutuhkan sehingga diri jasmani-fisik-materi mampu memenuhi
fungsi dan tugas diciptakannya. Demikian pula pendidikan islam harus mengasah
rasionalitas manusia melakukan penalaran yang benar, menanamkan ahklaq dan
adab ke dalam jiwa, dan mensucikan nafs agar mampu meraih pencerahan diri dan
senantiasa berada dekat dengan Tuhan.

C. Tujuan Pendidikan Islam
Dalam tataran yang lebih operasional, rumusan tujuan pendidikan islami
setidaknya harus merujuk kepada dua hal pokok, yaitu:
1. Tujuan, fungsi, dan tugas pencapaian manusia oleh allah swt, yakni sebagai
syuhud, ‘abd Allah, dan khalifah fi al- ard. Dalam konteks ini, maka pendidikn
islam harus ditujukan untuk:
a. Mengembangkan potensi fitrah tauhid peserta didik agar mereka memiliki
kapasitas atau kemampuan merealisasikan syahadah primordialnya terhadap
Allah Swt sepanjang kehidupannnya dimuka bumi.
b. Mengembangkan potensi ilahiyah peserta didik agar mereka berkemampuan
membimbing dan mengarahkan,atau mengenali dan mengakui, atau
merealisasikan dan mengaktualisasikan diri dan masyarakat sebagai ‘abd
Allah yang tulus ikhlas secara kontinum beribadah atau mengabdikan diri
kepadanya.
c. Mengembangkan potensi insaniyah peserta didik.
2. Hakikat manusia sebagai integrasi yang utuh antara dimensi jismiyah dann
ruhiyah.
12

a. Mengembangkan, merealisasikan atau mnegaktualisasikan potensi jismiyah
peserta didik secara maksimal.
b. Mengembangkan, merealisasikan atau mengaktualisasikan potensi ruhiyah
peserta didik secara maksimal.
Berdasarkan rumusan tujuan diatas, maka dalam tataran operasional, praktik
pendidikan islam merupakan integerasi yang utuh dan seimbang antara ta’lim,
tarbiyyah atau ta’dib al-jismmiyah wa al-ruhiyyah. Pendidikan Islami berupaya
mengembangkan seluruh dimensi kedirian manusia-jismiyah-ruhiyah, fisik-nonfisik,
materi-non-materi agar dapat mendorong mereka ke arah realisasi atau aktualisasi
seluruh dimensi kediriannya tersebut ke arah pemenuhan tujuan, fungsi, dan tugas
penciptaannya oleh Allah Swt.
D. Asas-Asas Pendidikan Islam
1. Al-qur’an
Dalam islam, al-qura’an merupakan sumber pokok ajaran islam. Ia adalah
kalam alllah, ysng di nuzulkan kepada nabi muhammad, yang berisi bimbingan
allah swt kepada manusia sebagai makhluk ciptaannya. Dalam konteks
pendidikan islami, seluruh ide, pandangan, konsep, teori, konstitusi, dan praktik
pendidikan harus merujuk kepada apa yang di tunjuk, dijelaskan, diidentifikasi,
digaris bawahi, dirumuskan, dan disimpulkan oleh alqur’an.
Untuk mampu menangkap isyarat dan rumusan-rumusan al-Qur’an tentang
pendidikan islam tersebut, maka manusia harus menginterpretasi Al-qur’an.
Proses tersebut bisa dilakukan melalui penalaran logika yang mendalam,
sistematis, dan universal. Disamping itu, proses interpretasi juga bisa dilakukan
melalui survey yang cermat dan mendalam terhadap hadist-hadist nabi saw dan
contoh atau praktik yang ditampilkan para syahadah.

2. Hadist
Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi muhammad saw,
baik berupa, perbuatan, perkataan, dan harapan atau cita-citanya. Dalam islam,

13

hadis juga berfungsi sebagai konfirmasi dan informasi tentang kebenaran yang
diketahui manusia lewat penalaran dan eksperimentasi.
Sebagai asas pendidikan islam, setidaknya, hadis berfungsi sebagai:
a. Sumber informasi yang lebih memperjelas ayat-ayat Al-qur’an
berkaitan dengan esensi, unsur, bahkan praktik pendidikan islam
sebagaiman dikehendaki oleh allah swt.
b. Menginformasikan berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan
islam.
c. Menerangkan dan menyimpilkan tujuan, materi, sitem, metode, strategi
dan peraktik pendidikan islam.
d. Menjustifikasi gagasan, pemikiran dan prakti-praktik pendidikan yang
telah dilakukan umas islam sepanjang kesejarahannya.

3. Ijihad
Selain kedua sumber diatas, al-qur’an dan hadis, asa yang digunakan
sebagai landasan dalam pelaksanaan pendidikan islam juga bersumber dari hasil
ijtihad, kontemplasi, atau pemikiran para ulama atau ilmuan muslim. Secara luas
ijtihad adalah upaya sungguh-sunggu yang dilakukan para pemikir atau
intelektual muslim, dengan menngerahkan daya atau energi intelektualnya, dalam
melakukan penalaran mendalam, sistematis dan universall untuk memahami
hakikat atau esensi tertentu.
dalam konteks ini, dari suatu sisi, harus dipahami bahwa Ijtihad atau hasil
pemikiran para ulama atau intelektual muslim hanyalah sebagai upaya untuk atau
menangkap secara lebih baik dan mendalam, isyarat-isyarat yang dikemukakan
Al-Qur’an dan Hadist yang berkaitan dengan pendidikan Islami. Sedangkan dari
sisi lain, Ijtihad atau hasil-hasil pemikiran para Ulama atau intelektual Muslim
hanyalah sebagai upaya menalar atau menangkap secara lebih baik dan mendalam
setiap denyut yang sedang dan bakal terjadi dalam kehidupan manusia sepanjang
perjalanan kesejarahannya.

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tarbiyah berasal dari kata rabb yang menurut Anis bermakna tumbuh dan
berkembang. Pengertian seperti ini juga diberikan oleh Al-Qurthubiy yang
menyatakan bahwa pengertian dasar kata rabb menunjukkan makna tumbuh,
berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjga kelestarian atau
eksistensinya. Sementara itu al-asfahany, kata al-rabb bisa berarti mengantarkan
sesuatu kepada kesempurnaan dengan bertahap atau membuat sesuatu untuk
mencapai kesempurnaan secara bertahap.
Akar kata ta’lim adalah alima. Menurut ibn al-manzhur, kata ini bisa memiliki
beberapa arti, sepesrti mengetahui, atau mengenal, mengetahui atau merasa, dan
memberi kabar kepadanya. Kemudian menurut luis ma’luf kata al-‘ilm yang
merupakan masdar dari ‘alama bermakna mengetahui sesuatu dengan sebenarbenarnya, sementara kata ‘alima bermakna mengetahui dan menyakininya.
Menurut shalaby, terma ta’dib sudah digunakan pada masa islam klasik,
terutama untuk pendidikan yang diselenggarakan di kalangan istana para
khalifah.pada masa itu, sebutan yang digunakan untuk memanggil guru adalah
muaddib. Shalaby, dengan mengutip al-jahiz, menyatakan bahwa terma muaddib
berasal dari kata adab, dan adab itu bisa berarti budi pekerti atau meriwayatkan.
Guru para putera khaliffah disebut muaddib dikarenakan mereka brtugas
mendidikkan budi pekerti dan meriwayatkan kecerdasan orang-orang terdahulu
kepada mereka.
Pendidikan islam sebagai keseluruhan makna atau pengertian yang tersimpul
dalam terma ta,lim, tarbiyyah dan ta’dib. Berdasarkan makna tarbiyah, ta’lim, ta’dib
sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, maka pendidikan islam dapat
didefinisikan sebagai suatu proses penciptaan lingkungan yang kondusip bagi
memungkinkan manusia sebagai peserta didik untuk mengembangkan diri-fisikjasmani dan non fisik-ruhani- dan potensi yang dimilikinya-al-jims, al’aql, al-nafs,
dan al-qabl-agar berkemampuan merealisasikan syahadah primordialnya terhadap

15

keberadaan dan kemahaesaan Allah swt, melalui pemenuhan fungsi dan tugas
penciptaannya, yakni sebagai ‘abd Allah dan khalifah allah.
Tujuan pendidikan Islam:
1. Syuhud, ‘abd Allah, dan khalifah fi al- ard.
2. Hakikat manusia sebagai integrasi yang utuh antara dimensi jismiyah
dan ruhiyah.
Asas-asas pendidikan Islam ada tiga yaitu:
1. Al-Qur’an
2. Al-Hadist
3. Ijtihad

16

DAFTAR ISI
Al Rasyidin, 2017, Falsafah Pendidikan Islam: Membangun Kerangka Ontologi,
Epistimologi, dan Aksiologi Praktik Pendidikan Islami (Bandung: Citapustaka
Media Perintis)
Al-Asfahany, Al-Raghib, Mu’jam Mufradat Alfadz Al-Qur’an (Bairut: Dar Al-Fikr)
Al-Attas, Syed Mohammad Naquib, 1994, Konsep pendidikan dalam Islam (Bandung:
Mizan)
Al-Qurthubi, Ibn Abdullah Muhammad ibn Ahmad Al-Anshari, Tafsir al-Qurthubi
(Kairo: Dar al-Sya’bi)
Al-Yasu’iy, Luis Ma’luf, 1978, al-Munjid fi al-lughah wa al-adab wa al-Ulum (Bairut:
Dar-al-Masyriq)
Al-Zarkany, Sayid Muhammad, sarh al-Zarkany ‘ala muwatha’ al-Imam Malik (Bairut:
Dar al-Fikr)
Al-Zubaidi, Muhammad Murthadla, 1306, Taj al-Arus (Kairo: al-Khairiyah alMunsyiat Bijaliyah)
Anis, Ibrahim, 1972, al-Mu’jam al-Wasith (Kairo: Dar al-Ma’arif)
An-Nahlawi, Abdurrahman,1992, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam
Sekolah, keluarga, dan masyarakat (Bandung: CV Diponegoro)
Jalal, Abdul Fath, 1987, Azaz-azaz Pendidikan Islam (Bandung: CV Diponegoro)
Muhdlor, Atabik Ali A., 1998, Kmaus Kontemporer Arab Indonesia (Yogyakarta:
Multi Grafika)
Riddha, Muhammad Rasyid, Tafsir al-Fatihah (Menemukan Hakikat Ibadah)
(Bandung: Al-Bayan Mizan)
Shalaby, Ahmad, 1976, Sejarah Pendidikan Islam (Singapura: Pustaka Nasional
Singapura)
Shihab, M. Quraish, 2004, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati)
17