Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus Pada Panti Alpha Omega di Kabanjahe)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Anak adalah dambaan dari setiap pasangan suami istri karena anak merupakan
anugerah dan aset besar dalam keluarga. Anak juga merupakan mahluk sosial
yang nantinya akan melakukan interaksi baik secara langsung dan tidak langsung.
“Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompokkelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.”
Dengan kata lain nantinya seseorang itu saling membutuhkan dan saling
melengkapi. Untuk berinteraksi manusia yang membutuhkan pendidikan dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Anak itu diberi pengertian tentang bagaimana cara
berkomunikasi dan berinteraksi yang baik, kerena melalui pendidikan anak tidak
hanya diajarkan tentang isyarat fisik yang diajarkan tetapi juga simbol-simbol.
Simbol disini adalah sesuatu yang lepas. Maksudnya adalah manusia dapat
berkomunikasi tentang objek dan tindakan jauh di luar batas dan waktu walaupun
sebenarnya melalui keluarga mereka telah bersosialisasi (J.Dwi Narwoko &
Bagong Suyanto 2004: 17).
Terlahir sebagai orang yang cacat bukan pilihan mereka namun suatu
kenyataan yang harus diterima dan tetap disyukuri. Secara fisik memang mereka
terlihat sudah mampu dalam berbagai hal, tapi pada kenyataannya mereka belum
bisa mengontrol emosi mereka sendiri bahkan di umur yang sudah dianggap
dewasa. Mereka yang memiliki cacat fisik namun dapat berfikir normal serta
Universitas Sumatera Utara
memiliki mental yang baik, belum mampu melakukan aktivitas. Seperti contoh
mereka yang tunanetra, bagaimana mereka dapat melalukan aktifitas sehari-hari
jika mereka tidak dapat melihat. Mereka yang cacat ini biasanya mempunyai
kesulitan untuk berinteraksi dan melalukan kegiatan sehari-hari mereka. Tidak
jarang dari mereka yang cacat sulit untuk melanjutkan eksistensinya. Selain itu
meraka juga membutuhkan pendidikan. Pendidikan tidak jauh dari kata belajar
karena belajar adalah sosialisasi yang berlangsung secara terus-menerus melalui
lingkungan dan orang lain.
Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah alam belajar, hanya
saja masalah tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus
dari orang lain karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada
juga yang masalah belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatkan perhatian
dan bantuan dari orang lain. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak
berkebutuhan khusus dan sering di singkat dengan ABK (children with special
needs)merupakan istilah lain untuk menggantikan yang menandakan adanya
kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.ABK ini memiliki beberapa
masalah diantaranya pada perkembangan kognitif, perkembangan akademik,
perkembangan orientasi dan mobilitas serta perkembangan sosial dan emosi. ABK
ini sendiri terdiri dari tunanetra, tunarungu,tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
kesulitan belajar, gangguan perilaku dan anak berbakat. Mereka juga
membutuhkan pendidikan yang sesuai dengan keadaan mereka.
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan ABK merupakan kebutuhan bagi seluruh anak-anak, terkadang
masyarakat awam memaknai bahwa anak ABK atau anak luar biasa hanya yang
mempunyai kekurangan dalam fisiknya saja namun ada juga meraka yang genius
dan gifted, akan
pengembangan
tetapi mereka juga berhak mendapatkan pendidikan dalam
potensi
mereka
(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=anak+berkebutuhan+khusus
source.ditplb.or.id).
Layanan pendidikan bagi ABK dikenal dengan Pendidikan Luar Biasa atau
kini disebut juga Pendidikan Khusus (special education) atau ortopedogik.
Berasal dari Bahasa Yunani, ortos yang berarti lurus, baik, normal, paedos yang
berarti anak, dan agogos artinya pendidikan atau bimbingan. Jadi, pendidikan luar
biasa berarti pendidikan yang bersifat menormalkan. Dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang No.20 Tahun 2003 yaitu: Bab
IV(pasal 5 ayat 1 ) dikatakan setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu baik yang memiliki kelainan
fisik,emosionl,mental,intelektual atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus. Bab V bagian 11 pasal 32, “Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa)
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan
sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.”
Berdasarkan undang-undang tersebut semua anak wajib mendapatkan
pendidikan sembilan tahun, sehingga perlu ditegaskan semua anak berhak
mendapatkan pendidikan. Sama halnya dengan anak berkebutuhan khusus ini
Universitas Sumatera Utara
juga berhak mendapatkan pendidikan agar mereka tidak melakukan perilaku yang
menyimpang dalam masyarakat. Mereka tidak mengerti bagaimana seharusnya
berinteraksi, mereka sedikit sulit untuk belajar secara langsung dari lingkungan
sekitar mereka sehingga perlu orang lain baik itu individu, kelompok bahkan
lembaga yang nantinya dapat mendidik mereka guna melanjutkan kehidupan
mereka. Sehingga ada jaminan kepada setiap warga negara Indonesia (termasuk
ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh pelayanan pendidikan, baik
sistem pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Selain itu,
menerapkan pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan
mengoptimalkan peranan pendidik.
Tahun 2012 merupakan tahun didirikannya High Evel Meeting Equal Futures
Partnership (EFP), dimana Linda Amalia Sari sebagai Ketua Delegasi Indonesia.
Indonesia termasuk dari 13 negara pendirinya, dengan 12 negara lain yaitu AS,
Australia, Belanda, Benin, Bangladesh, Denmarak, Finlandia, Peru, Senegal,
Tunisia, Yordania dan Uni Eropa. EFP akan lebih memperhatikan pendidikan dan
kesehatan ABK, karena mereka juga harus turut diperhitungkan dlam rencana
pembangunan nasional. (Kompas, Jumat 4 oktober 2013)
Data mengenai anak berbutuhan khusus di Indonesia memang belum terdata
secara akurat dan spesifik. Menurut BPS di Indonesia pada tahun 2008 jumlah
ABK ada sekitar 1.544.184 anak, dengan 330.764 anak berada dalam rentang usia
5-18 tahun, 351.000 anak berkebutuhan khusus berusia di bawah lima tahun. Dari
jumlah tersebut, hanya 85.737 anak berkebutuhan khusus yang bersekolah.
Artinya, masih terdapat 245.027 anak berkebutuhan khusus yang belum
Universitas Sumatera Utara
mengenyam pendidikan di sekolah, baik sekolah khusus ataupun sekolah inklusi
(bisa disebut sebagai gabungan sekolah umum dan sekolah biasa). Selain secara
populasi jumlahnya terus bertambah, ada persoalan mendesak yang perlu
mendapat perhatian serius menyangkut keadaan tumbuh kembang dan kelanjutan
pendidikan anak-anak spesial itu. Menurut data Dinas Kesejahteraan dan Sosial
Provinsi Sumatera Utara Untuk Sumatra Utara ada 62.046 ABK
Kabupaten
Karo
ada
1553
dan di
anak
(http://sumut.bps.go.id/indexh.php?kdx=tstasek&kd=1626).
Pendidikan untuk anak yang berkebutuhan khusus (ABK) ini, tidak cukup
hanya pendidikan reguler biasa yang terdapat pada pendidikan formal ataupun non
formal. Mereka memerlukan perhatian khusus, karena mendidik mereka sedikit
sulit dibandingkan anak normal lainnya. Biasanya mereka akan dimasukkan ke
dalam panti atau yayasan yang menaungi anak cacat. Seperti contohnya Yayasan
Kesejahteraan Penyandang Cacat (YKPC) GBKP “Alpha Omega“ Kab. Karo.
Yayasan ini didirikan pada 21 juli 1988, yayasan ini berada di bawah naungan
Gereja GBKP. Yayasan ini merupakan satu-satunya lembaga pendidikan untuk
ABK.
Pada tahun 2013 ini Alpha Omega ini mendidik anak berkebutuhan khusus
sebanyak 81. Alpha Omega menyediakan fasilitas yang gunanya untuk
mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar. Dimana di dalam panti itu
mereka akan di didik secara khusus. Setiap anak akan dididik sesuai dengan
keadaan mereka, karna pendidikan setiap anak itu mempunyai metode yang
berbeda. Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa
Universitas Sumatera Utara
(SLB) sesuai dengan kecacatannyaa masing-masing. Penyandang dana terbesar
dari Alpha Omega ini adalah GBKP dan juga dari luar negri seperti Persatuan
Gereja Eropa.Alpha Omega sebagai yayasan ABK mampu mengembangkan sikap
positif dari setiap anak. ABK merupakan anak yang memang dalam posisi yang
lemah.Ada tiga alasan mengapa ABK memerlukan layanan pendidikan khusus,
yaitu:
1. Individual differences, manusia diciptakan Tuhan berbeda-beda. memiliki
kapasitas intelektual, sosial, fisik, suku, agama yang berbeda, sehingga
memerlukan
pendidikan
yang
sesuai
dengan
karakteristik
dan
kebutuhannya.
2. Potensi siswa akan berkembang optimal dengan adanya layanan
pendidikan khusus.
3. Siswa ABK akan lebih terbantu dalam melakukan adaptasi sosial.
Layanan pendidikan tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan
tetapi harus didasarkan pada hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak
atau lebih menonjolkan anak sebagai individu yang memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda. Pendidikan disini mengandung arti penguatan individu melalui
penanaman nilai positif, penguatan intelektual agar ABK dapat mandiri dan
berguna bagi lingkungannya. Oleh karena itu peneliti ingin melihat bagaimana
bentuk pendidikan yang di terapkan di lembaga Alpha Omega ini.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan topik
atau judul penelitian. Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut makadalam
penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah:
Bagaimana bentuk pendidikan anak berkebutuhan khusus
di Alpha
Omega ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pendidikan di Alpha Omega.
2. Untuk mengetahui metode pendidikan yang diterapkan di Alpha Omega
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat menambah wawasan
mahasiswa mengenai masyarakat khususnya ABK. Penelitian ini juga diharapkan
dapat memberi kontribusi bagi ilmu Sosiologi, khususnya mengenai Sosiologi
Pendidikan.
2. Manfaat Praktis
2.1 Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis sendiri agar dapat
meningkatkan kemampuan akademis, terutama dalam pembuatan
karya ilmiah tentang fungsi panti rehabilitasi sebagai wadah
pemberdayaan sosial di Kabanjahe.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi instansi pemerintah,
khususnya instansi terkait di Pemerintahan Kabupaten Karo seperti
Dinas Pendidikan.
1.5 Defenisi Konsep
1. Anak adalah: seorang yang memiliki pikiran, perasaan, dan sikap mental
berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan. Anak merupakan
bagian dari keluarga dimana anak berhak mendapatkan kesempatan belajar
(http://www.duniapsikologi.com/pengertian-anak-sebagai-mahluk-sosial/.
2. Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami
kelainan atau penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional)
berumur 7-20 tahun yang dalam proses tumbuh kembangannya dibandingkan
dengan anak-anak lain yang seusia sehingga memerlukan pelayanan pendidikan
khusus.
3. Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003, adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
4. Pendidikan Khusus adalah Pembelajaran yang diberikan kepada ABK dengan
metode tertentu sesuai dengan kecacatan anak dan daya tangkap anak.
Universitas Sumatera Utara
5. Pendidikan Vokasional: pendidikan dengan populasi sasaran adalah anak-anak
yang mempunyai hambatan dalam pengetahuan dan keterampilan
6. Lembaga adalah sebuah organisasi sosial yang memiliki tujuan. Memiliki
landasan pedoman kegiatan organisasi dan sebagai patokan yang dapat digunakan
oleh anggota organisasi. Alpha omega merupakan lembaga yamg memiliki visi
dan misi program kerja yang terperinci dan tindakan nyata dalam meningkatkan
mutu pendidikan khususnya pendidikan untuk ABK
7. Panti adalah: rumah atau kediaman yang fungsinya untuk merawat anak
berkebutuhan khusus
7. Panti Alpha Omega: suatu wadah yang berbentuk lembaga pendidikan, dimana
lembaga ini bertujuan untuk merawat ABK dan mendidik agar ABK menjadi
mandiri
Universitas Sumatera Utara