Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus Pada Panti Alpha Omega di Kabanjahe)

(1)

LAMPIRAN

PROFIL INFORMAN

1. Nama: Inganta Sembiring Jenis Kelamin: Perempuan Usia: 34 tahun

Agama: Kristen Protestan

Pendidikan Terakhir: D2 SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa) Alamat: Jln. Jamin Ginting Gg. Sumbul Kabanjahe

Ibu ini memiliki rambut yang panjang dan suara yang kecil, setiap hari ia datang lebih cepat dari guru laiinya karena ia dalah kepala sekolah Alpha Omega. Suka memakai stelan kemeja dan celana adalah ciri ibu ini. Ibu ini suka tersenyum dan kesehariannya diisi dengan kesibukan yang amat padat karena banyak hal yang harus ia persiapkan. Seperti pada saat peneliti melakukan observasi, ia sangat sibuk mengurus keberangkatan guru untuk melakukan pelatihan ke Medan dan di lanjutkan dengan liburan ke Bali. Dimana kegiatan ini adalah kegiatan rutin tahuan yayasan. Kebetulan tahun ini mereka berangkat ke Bali. Datang lebih awal dan pulang lebih akhir merupakan keseharian ibu ini.

2. Nama : Ester Pinem Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Usia : 47 Tahun

Agama : Kristen Protestan Pendidikan Terakhir : S1. SGPLB


(2)

Alamat : Berasitepu

Bersuara besar dan dekat dengan anak didiknya, adalah ciri khas ibu ini. Rambut panjang yang di gulung ke atas selalu menjadi tampilan kesehariannya. Ibu ini bekerja di yayasan ini bersama suaminya pak Darson Sitepu. Ia merupakan guru DKP yaitu guru pemerintah yang diperbantukan di yayasan karna ia adalah seorang PNS. Penghasilan ibu ini dari Alpha Omega ini sekita Rp.3.000.000.

3. Nama: Dameria Br. Sembiring Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Usia : 43 Tahun

Agama : Kristen Protestan Pendidikan Terakhir : D2. SGPLB

Alamat : Jln. Mesjid Lau Cimba

Ibu ini adalah guru tetap yayasan yang mengajar di kelas dasar. Ibu ini merupakan guru yang sibuk setiap harinya. Walaupun siswanya tidak terlalu banyak namun anak didiknya sedikit sulit dihadapi. Tinggi semampai rambut ikal dan rapi merupakan ciri-ciri ibu ini. Setiap hari ibu inilah yang selalu mencari-cari anaknya, karena anaknya termasuk anak yang lasak.

Ia telah delapan belas tahun mengajar di yayasan ini. Lebih dari setengah peerjalanan yayasan ini ia tahu, mulai dari perkembangan anak, kurikulum pendidikan dan sistem pendidikan anak. Penghasilan ibu ini lebih kurang Rp.


(3)

1.300.000 per bulannya. Memang tidak sebesar ibu Pinem namun ia tetap menikmatinya karena bekerja disini lebih kepada melayani dan mengabdi.

4. Nama : Malemina Br. Ginting Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Usia : 45 Tahun

Agama : Kristen Protestan Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : Kabanjahe

Ibu ini termasuk sudah lama juga di Alpha Omega. 20 tahun bukan waktu yang singkat untuk ibu ini. Banyak hal yang sudah ia lalui dengan asrama dan yayasan. Ibu ini memakai kacamata dan ia selalu mengikat rambutnya. Setiap hari ia datang pada pukul jam 10.00 pagi, karena memang rosternya mengajar selalu dimulai pada jam itu.Bermula dari menjadi pengasuh anak di asrama ia memulai karirnya di yayasan ini.

”Singuda-ngusda denga enggo jenda aku, sange jadi pengasuh lebe, emaka iangkat jadi guru” (Malemina)

Kesederhanan ibu ini membuat ia banyak disenangi anak-anak. Setiap datang ke sekolah ia selalu menyempatkan diri bermain dahulu dengan anak-anak. Setelah itu ia baru masuk keruangan menjahit bersama anak didiknya.

5. Nama : Mariati Br. Sembiring Jenis Kelamin : Perempuan


(4)

Usia : 43 Tahun

Agama : Kristen Protestan Pendidikan Terakhir : SGPLB

Alamat : Kabanjahe

Selama 23 tahun ibu ini telah mengajar diyayasan ini. Kacamata, rambut di ikat dan suara yang lumayan besar adalah ciri ibu ini. Setiap hari ia selalu datang tepat waktu dalam mengajar. Ia merupakan guru kesayangan Untung. Banyak kelas yang ia pegang seperti kelas musik, kelas menjahit dan bordir. Selain itu ibu ini juga menjadi guru koor bagi guru-guru di yayasan ini.

Ia seorang yang supel dan mudah diajak berbincang-bincang. Ia orang yang terbuka, ketika semua pertanyaan yang saya ajukan ia tidak berbelit-belit menjawabnya. Ibu ini juga perhatian pada anak didiknya, tak segan-segan ia memarahi anaknya yang belum mandi pagi dan sikat gigi. Sampai-sampai di kelas ia menyediakan sikat gigi untuk anak-anaknya.

6. Nama : Pdt. Mestika Ginting S.th Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Usia : 38 Tahun

Agama : Kristen Protestan Pendidikan Terakhir : Sarjana Teologia Alamat : Jln Kiras Bangun


(5)

sebagai Direktur. Badannya yang tinggi dan agak gemuk. Kumis tipis dan suara yang besar adalah ciri khas pendeta ini. Ia seorang yang tidak kaku terbukti dari santainya alur wawancara bersama pendeta ini. Sebagai pemimpin ia harus juga memahami semua unit dan bidang-bidang di yayasan ini. Walaupun sekarang ia sedang ,menenpuh pendidikan S2 tidak membuat aktifitasnya di yayasan terbengkalai. Dua kali seminggu atau bahkan lebih ia harus ke Medan untuk kuliah, pergi pagi dan kembali di pagi buta sudah menjadi kebiasaan pendeta ini selama kuliah. Pendapatan pendeta ini dari yayasan ini sekitar Rp. 1.300.000

Seorang anak perempuan yang masih SD, itu adalah anak satu-satunya dari pendeta ini. Mereka sekeluarga tinggal di yayasan ini bersama ABK lainnya, karena itu adalah ketetapan dan keharusan dari Moderamen. ABK di yayasan ini cukup dekat dengan pendeta ini, terbukti dari antusiasnya anak menghampirinya dan minta dipeluk olehnya. Setiap ia datang ke lapangan atau baru pulang dari tugas atau kuliah, semua anak berbondok-bondong menyerbunya dan menyapanya. Sama halnya juga dengan istri pendeta ini, yang mereka panggil “mamak”. Ia juga selalu dikerumuni anak-anak karena memang sifatnya yang ramah dan juga dekat dengan anak-anak.

Pendeta ini tidak pernah meninggalkan agenda rapat dengan pihak Moderamen untuk membahas mengenai yayasan, ia juga tidak pernah kelewatan untuk mendidik vikaris yang bertugass di yayasan ini. Keseahriannya yang sederhana membuat ia banyak disenangi dan selalu dinanti anak-anak.

7. Nama : Suruhenta Sembiring Milala Jenis Kelamin : Laki-laki


(6)

Status : Belum Menikah

Usia : 28 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan Terakhir : Sarjana Pendidikan Mate-matika Alamat : Jln Kiras Bangun

Pak Suruhenta ini sudah sembilan tahun menjadi pengasuh di yaysan ini. Setelah tamat SMA ia bekerta di asrama dan baaru seminggu bekerja ia sudah sanagt bosan karena pekerjaan yang ia terima sangat tidak mengenakkan baginya. Namun ketika itu ia coba bertahan dengan tetap memakai prinsip melayanai padahal gaji yang gaji tidak sesuai tapi itu dulu. Bertahan hingga sembilan tahun bukan waktu ayng singkat, di tengah perjalanannya ia mengambil sekolahnya, ia kuliah. Dalam seminggu ia memiliki waktu libur sehari dan diwaktu libur itulah ia kuliah. Ia menyelesaikan kuliahnya dan wisuda tahun 2012 kemarin dan sekarang ia telah mendapat gelar S.pd

Tidak terlalu tinggi, hitam manis dan suara yang kecil. Selalu sibuk mengurus asrama, merupakan ciri dan kesehariannya. Gaji Rp.900.000 tidak membuat ia menyerah untuk menjadi pengasuh. Pengasuh yang belum menikah tinggal di asrama bersama anak-anak, karena belum menikah ia tinggal di asama. Memandikan anak, menyuci baju anak dan membersihkan ruang tidur anak merupakan kegiatan wajib setiap hari dari pak Suruhenta ini


(7)

8. Nama : Meilani Br Sembiring Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 15 Tahun

Agama : Kristen Protestan Alamat : YKPC Alpha Omega

Rambut pendek, selalu memakai bando, bercelana pendek, dan suka bercerita adalah ciri-ciri anak ini. Asal dari Meilani sendiri adalah Kuta Buluh Berteng, sebelumnya ia tinggal di suka makmur sibolangit. Ia pindah ke Alpha Omega karena tidak betah di sana.

“Meilani beru sembiring bere karona” (Meilani)

Ia menjelaskan pada saya nama lengkapnya. Lalu ia banyak bercerita tentang ayah dan ibunya yang sudah tidak ada lagi, dan ia hanya tinggal dengan neneknya. Banyak hal yang ia ceritakan, mulai dari bagaimana abang dan kakaknya.

Meilani ini termasuk anak yang paling bisa diajak berbincang-bincang, walaupun terkadang harus mengikuti suasana hatinya. Setiap kali saya datang ia langsung mengejar saya dan meminta permen atau penjepit rambut yang saya janjikan sebelumnya. Daya ingatnya lumayan juga dibandignkan dengan anak yang lain.

Di kelaspun ia termasuk anak yang mampu menerima pelajaran, ia bisa menetkan warna untuk rumput, sekolah dan jalan. Ia bisa berhitung dan bahkan kadang mengjarai temannya berhitung.

Kelemahan Meilani adalah ketika kumat ia bisa melempar semua barang-barang disekitarnya, membanting meja, merusak papan tulis,


(8)

bahkan menendang-nendang pintu. Solusinya adalah ia harus dinasehati dan pada akhirnya ia akan pergi dam mengurung dirinya di kamar asrama. 9. Nama : Raskita Sinulingga

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 20 Tahun

Agama : Kristen Protestan Alamat : YKPC Alpha Omega

Raskita, ia anak yang baik, tidak suka ribut dikelas. Rambut yang pendek dan keriting, badan yang tinggi dan besar dan selalu mendengar apa yang dikatakan gurunya. Ini adalah beberapa ciri-ciri dari Raskita. Raskita berasal dari Desa Kampung Simalem. Ia berada di kamar satu, di kamar ini ia menghabiskan sebagian besar harinya.

Daya tangkap Raskita lebih lemah dari Meilani, oleh karena itu mereka ditempatkan pada kelas yang berbeda. Raskita lebih senang mewarnai dan bernyayi. Ia sanggup bernyayi mulai dari masuk kelas hingga kelas berakhir. Terkadang lagu yang sama diulang hingga berkali-kali. Walau demikian ia tidak suka mengganngu temannya. Daya tangkap yang lemah tidak membuat ia tidak tau membedakan mana yang baik dan yang salah. Raskita membela Ivan ketika berkelahi dengan Juan, karena memang Juan yang salah. Padahal pada saat itu Raskita digigit oleh Juan. Hal ini tidak menyebabkan ia tidak membela Ivan. Setelah itu ia akan mengadu pada gurunya dan lukanya diobati.

Selalu menurut dan patuh terhadap aturan yang diberikan gurunya, ketika istirahat ia lebih senang berada dikelas. Mengupas kemiri yang ia ambil dari


(9)

diberikannya kepada ibu Pinem. Kesehariannya yang selalu gembira membuat guru menyayanginya dan memang ia tidak suka merengek seperti anak yang lain.

10.Nama : Rini Br. Ginting Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 13 Tahun

Agama : Kristen Protestan Alamat : YKPC Alpha Omega

Pendek dan berkulit hitam membuat Rini medah dikenali oleh siapapun termasuk saya. Dari beberapa anak yang saya wawancarai ia menarik perhatian saya. Keingintahuannya yang tinggi terhadap sesuatu membaut saya salut dan senang mengajarnya. Tidak jelas dalam berbicara dan pendengarannya yang kurang jelas, jadi terkadang suara kiat harus sangat besar jika berbicara dengan dia. Pilihan lain adalah mengeja apa yang kita katakan maka ia akan mengerti, walaupun agak lama.

Banyak gelang di tangannya, ternyata ia sangat suka dengan aksesoris. Gelang dan anting ia peroleh dari saudaranya yang datang menjenguknya. Rini sendiri berasal dari daerah terpencil di Sibolangait yaitu Buluh Awar. Tempat yng masih jauh dari jamahan modernisasi dan globalisasi. Ia ditempatkan disini pun atas rekomendasi pendeta.

11.Nama : Devi

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 13 Tahun

Agama : Kristen Protestan Alamat : YKPC Alpha Omega


(10)

Devi anak yang suka sekali bertanya, apapun yang ia lihat akan selalu ia tanyakan. Suaranya yang kecil mebuat ia harus selalu mengulang apa yang ingin ia sampaikan pada gurunya karena gurunay tidak mendengarnya. Ia kurang fokus dalam belajar karena kesenangannya hanya bernyayi. Rambut sebahu kulit yang hitam karena suka bermain di bawah matahari adalh ciri khas Devi.

Pandanagnnya tekadang kosong, apa yang difikirkannya pun sulit di tebak. Ketika ditanya apa yang dialmunkan ia hanya tersenyu dan memukul saya dengan pelan. Devi selalu menggandeng saya kemanapun selama jam sekolah. Jika sudah mulai berbicar Devi tidak akan berhenti bercerita,mulai dari kehidupannya dikampung, bagaimana adiknya, bagaimana orang tuanya dan bagaimana baiknya ibu gurunya kepadanya.


(11)

Contoh Kurikulum Alpha Omega Untuk Kelas Dasar Mata Pelajaran: Keterampilan

N o

Standar

Kopetensi Kopetensi Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar 1 Menciptakan/

mengekspresika n diri melalui karya kerajinan

Mengekspresikan diri melalui karya kerajinan dengan teknik menggunting, merobek kertass Merobek / mengguntig kertas Anak dapat merobek dan menggugunting kertas Merobek-robek kertas dengan bebas mulai yang besar ke yang kecil.

menggunting mulai yang besar ke kecil dan

sebaliknya 2

Mengekspresik an diri melalui karya seni

Mengenal karya kerajinan teknik (menggunting sesuai pola terikat) garis lurus dan garis bergelombang Menggunti ng terikat Anak dapat menggunting sesuai pola Grs. lurus Grs.bergelom bang 3 Memahami elemen-elemen musik ke dalam kreasi musik Menyayikan lagu anak Lagu cicak di dinding Anak dapat menyayikan lagu cicak di dinding

Lagu cicak di dinding

4

Mendeskripsika n unsur warna pada gambar Mewarnai gambar bebas Mewarnai gambar Menggambar bebas Menggambar sesuai keinginan anak


(12)

Mata Pelajaran: IPS N o Standar Kopetensi Kopetensi

Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar 1 Memahami sarana umun Mengenal tempat ibadah Tempat beribadah di Indonesia Menyebutkan tempat ibadah dan agama di Indonesia Katolik ke Gereje. Protestan Ke Gereja. Islam Ke Masjid. Hindu ke Wihara. Budha ke Pura 2

Memahami sarana umum

Memahami sarana

kesehatan Kegunaan sarana kesehatan Mneyebutkan sarana dan fungsi sarana kesehatan PUSKESMAS, Klinik, Rumah sakit, dan ketiganya merupakan tempat berobat 3 Memahami sarana umum Memahami sarana transportasi Sarana transportasi Menyebutkan alat transportasi darat, laut, udara Darat: mobil, kreta api. Udara: pesawat terbang. Lut: kapal laut 4

Memahami keanekaragaman di Indonesia

Suku yang ada di Sumatra Utara Suku-suku di SUMUT Menyebutkan dan menuliskan suku tersebut Suku, batak, karo, simalungun, jawa, melayu dll Mata Pelajaran:IPA N o Standar Kopetensi Kopetensi

Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar 1 Memahami anggota bagian tubuh Menyebutkan anggota bagian tubuhnya masing-masing Anggota tubuhnya Menyebutkan anggota tubuhnya Anggota tubuh kepala, kaki, tangan dan kaki


(13)

2 Memahami anggota tubuh dan kegunaannya Menyebutan kegunaan anggot tubuhnya Kegunaan dari pada nggota tubuh Menyebutkan kegunaan anggota tubuhnya Mata untuk melihat. Mulut untuk makan. Tangan untuk memegang 3 Mahluk hidup dan proses kehidupannya Menyebutkan bagian tubuh hewan Bagian tubuh hewan, jumlah kaki, tangan Menyuarakan suara hewan, menyebutkan tempat tinggal hewan Hewan berkaki dua dan empat, Kepala, badan kaki, Kok... kok.. suara ayam. Ayam hidup di Darat

Mata Pelajaran: Matematika N

o

Standar Kopetensi

Kopetensi

Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar 1 Bagian 1-5 Membilang 1-5 Angka 1-5 Menyebutkan

dan membialng 1-5 Mengenal dan memahami angka 1-5 2 Bilangan 6-10 Membilang 6-10 Angka 6-10 Menyebutkan dan menunjukan angka 6-10 Mengenal dan memahami bentuk angka 6-10 3 Mengenal bilangan 1-10 Menulis lambang bilanagn 1-10 dengan mengikuti garis putus Menarik adan menghubun gkan garis putus Menarik garis putus hingga membentuk angka Langkah-langkah menghubungkan garis putus 4 Mengenal bilangan 1-10 Menulis lambang bilanagan 1-10 Menulis lambang bilanagan Menuliskan angka 1-10 Langkah-langkah membuat 1-10.


(14)

Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia N o Standar Kopetensi Kopetensi

Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar 1 Membedakan bunyi, medengarkan dongeng Mendengarkan dan membedakan berbagai bunyi dan menyebutnya dengan benar Huruf vokal a, i, u, e, o

Menyebutkan dan menunjukan huruf vokal Menunujukan huruf U 2 Membaca nyaring huruf dan menyebutkan huruf Membaca abjad A-Z Huruf A-Z Menyebutkan dan menuliskan huruf A-Z Menyebutka dan menuliskan A-Z 3 Membaca nyaring kata Membaca kata dan menulis kata sederhana Kata Menyebutkan kata dan menuliskannya Menyebutkan suku kata seperti ma-kan, mi-num 4 Mendengarkan bunyi Mendengarkan dongeng dan menyebutkan tokohnya Dongeng Menyebutkan judul dongen, tokoh dan cerita dongeng tersebut Cerita tentang dongeng

Mata Pelajaran: PKN N

o

Standar Kopetensi

Kopetensi

Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar 1 Menerapkan hidup rukun dengan teman sekolah Menerapkan hidup rukun dengan teman sekelas Hidup rukun dengan teman sekelas Melaksanakan hidup rukun dengan teman sekelas Tidak bertnegkar satu sama lain 2 Membiasakan tertib di sekolah

Menyebutkan contih tertib di

sekolah Contoh tata tertib di sekolah Menyebutkan contoh tata tertib dan melaksanakann Masuk sekolah tepat waktu. Tidak boleh mencoret-coret dinding.


(15)

Mata Pelajaran: Olahraga N o Standar Kopetensi Kopetensi

Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar 1 Menerapkan budaya sehat Menjaga kebersihan lingkungan asrama dan sekolah Membersihkan lingkungan asrama dan sekolah Membersihkan lingkungan asrama dan sekolah Lingkungan asrama harus dibersihkan, rumput dan sampah juga demikian. 2 Menerapkan budaya sehat Menjaga kebersihan gigi dan mulut Menggosok gigi Menjaga kebersihan gigi dan mulut Menggosok gigi dengan baik 2x sehari

3 Melakukan gerak dasar kedalam aktifias jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya Melakukan gerak dasar jalan, lari, lompat ke berbagai arah. Gerak dasar jalan,lari lompat Melakukan gerak dasar jalan, lari, lompat Mendemonstar isakn gerak-geraknya 4 Menerapkan budaya sehat Menjaga kebersihan diri Mencuci tangan dan kaki

Siswa dapat mencucui tangan dan kaki Cara-cara membersihkan tanagn dan kaki.


(16)

PEDOMAN WAWANCARA WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH

I. IDENTITAS 1. Nama:

2. Jenis Kelamin: 3. Usia:

4. Usia: 5. Agama:

6. Pendidikan Terakhir: 7. Status:

8. Alamat:

II. PERTANYAAN TENTANG YAYASAN ALFA OMEGA

1. Tahun berapa yayasan Alfa Omega ini didirikan di kota Kabanjahe 2. Bagaimana latar belakang berdirinya yayasan ini?

3. Apa tujuan didirikan yayasan ini?

4. Program pendidikan apa sajakah yang tesedia di yayasan ini? 5. Apakah kelebihan yayasan ini dengan yayasan lain?

6. Setelah siswa menamatkan sekolahnya di sini kemana tujuan mereka selanjutnya?

7. Bagaimana pelaksanaan ujian akhir di yayasan ini? 8. Bagaimana dengan akreditasi yayasan ini?

9. Berapa biaya pendidikan di yayasan ini? 10.Berapa jumlah guru yang ada di yayasan ini?

11.Bagaimana karakteristik guru yang mengajar di sini? Apakah ada spesialisasi untuk guru yang mengajar?

12.Apakah ada pelatihan khusus untuk guru?

13.Apakah ada kegiatan khusus yang dilakukan di luar yayasan? 14.Apakah tujuan dari kegiatan tersebut?

15.Kendala apa yang dihadapi oleh anak? Contoh kendala yang dialami dan sering muncul?


(17)

17.Bagaimana prasarana dan mata pelajaran apa saja yang diajarkan di yayasan ini?

WAWANCARA UNTUK GURU I. DENTITAS

1. Nama:

3. Jenis Kelamin: 4. Usia:

5. Agama:

6. Pendidikan Terakhir: 7. Status:

8. Alamat:

II. PERTANAYAAN SEPUTAR MODEL PENDIDIKAN 1. Sudah berapa lama anda mengajar di yayasan ini? 2. Mata pelajaran apa yang anda bawakan di ayasan ini?

3. Bagaimana cara anda menyampaikan mata pelajaran yang anda bawakan dan media apa yang anda gunakan?

4. Metode seperti apa yang anda gunakan?

5. Bagaimana kelengkapan alat bantu yang tersedia dan yang anda gunakan pada saat mengajar?

6. Apa motivasi anda mengajar di yayasan ini?

7. Bagaimana cara anda mendekatkan diri dengan anak didik anda?

8. Bagaimana metode khusus yang digunakan untuk mengahadi ABK yang sedang malas belajar?


(18)

WAWANCARA UNTUK ABK

I. IDENTITAS ANAK 1. Nama:

2. Jenis Kelamin: 3. Usia:

4. Agama:

PERTANYAAN SEPUTAR KEHIDUPAN ABK

1. Apakah anda merasa nyaman bersekolah di yayasan ini dan tinggal di asrama ini?

2. Bagaimana insentitas anda bertemu dengan orang tua anda?

3. Bagaimana anda berkomunikasi dengan teman, guru, dan sekitar anda? 4. Apa yang anda rasakan selama berada di yayasan ini?

5. Tertarik atau tidak anda dengan kegiatan yayasan? 6. Apa sajakah yang anda dapatkan dari yayasan ini?


(19)

DOKUMENTASI

Anak bermain angklung


(20)

ABK menjawab soal yang di berikan guru


(21)

Suasana Kelas ABK di Kelas Persiapan


(22)

Ketika sore hari anak-anak duduk dan bermain di depan kamar asrama mereka


(23)

Halomoan dan hasil batiknya, ia juga termasuk berprestasi dalam bidang olahraga.


(24)

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Batubara, Muhyi. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press

Faisal, Sanafiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Faisal, Sanafiah. 1981. Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional Narwoko J. Dwi, Suyanto Bagong. 2007. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nasutiaon, S. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nasution, M Arif dkk, 2008. Metodologi Penelitian. Medan: FISIP USU Press. Nuryanti, Lusi. 2008, Psikologi Anak. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang. Paul Jhonson, Doyle. 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Gramedia

Poloma, M Margaret. 2003. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Ritzer, George. 2009. Teori Sosiologi. Jakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta.

Soekanto, Soerjono.2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sumadi, Suryabarata. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada..

Sumadi, Suryabarata. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada..

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia


(26)

Yusuf, Al Huda dkk. 2011. Profil Anak 2011. Jakarta: CV. MiftahurRizky. Sumber Lain:

Kompas 4 Oktober 2013 Indonesia Rekomendasikan Agenda Pembangunan Bagi Penyandang Disabilitas.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=ANAK+BERKEBUTUHAN+KHUSUS  source.ditplb.or.id diakses pada 24 September 2012 pukul 09.36)

http://sumut.bps.go.id/indexh.php?kdx=tstasek&kd=1626 diakses pada 24 September pukul 19.55)

http://www.gbkp.or.id diakses pada 24 September 2012 pukul 10.10).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30753/4/Chapter%20I.pdfdiakses pada 01 oktober 2012

http://sumut.bps.go.id/indexh.php?kdx=tstasek&kd=1626 diakses pada 01 oktober 2012 pukul 10.35

http://www.idp‐europe.org/docs/uio_upi_inclusion_book/6‐

Menuju_Inklusi_dan_Pengayaan.pdf diakses pada 06 juni 2013 pukul 13.00

(http://www.duniapsikologi.com/pengertian‐anak‐sebagai‐mahluk‐sosial/ diakses pada 08 september 2013 pukul 12.56


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus atau case study. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah agar dapat memahami masalah yang akan diteliti. Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus ini dapat diartikan sebagai penelitian yang menggunakan pengamatan secara mendalam sehingga masalah penelitian dapat dijelaskan dengan mengetahui hasil dari masalah yang diteliti tersebut. Dalam penelitian ini yang dijelaskan adalah mengenai bentuk pendidikan yang yang diterapkan di Alpha Omega, selain itu juga untuk mengetahui bagaimana metode yang digunakan dalam mendidik ABK. Selain itu ada hal yang membuat pendidikan di tempat ini menarik, dimana setiap anak hanya dikenakan biaya Rp. 200.000 dalam sebulan, padahal lembaga ini tidak berdiri dibawah naungan pemerintah dan berdiri sendiri.

Pendekatan Studi kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut. Tujuannya adalah untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial baik individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.


(28)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe. Adapun alasan peneliti meneliti di tempat tersebut karena Kabanjahe ini merupakan salah satu daerah yang merupakan tempat pendidikan anak berkebutuhan khusus. Dimana tempat ini telah dikenal di wilayah Sumatera Utara sebagai lembaga pendidikan anak berkebutuhan khusus.

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek dari penelitian. Biasanya dari beberapa unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial seperti individu dan kelompok sosial, yang menjadi unit analisis dan objek kajian dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari Lembaga Alpha Omega baik pengurus, pendidik yang mendidik anak berkebutuhan khusus dan juga ABK yang menjadi pendukung penelitian ini.

3.3.2 Informan

Informan penelitian ini diperoleh dengan cara snowboling sampling, karena peneliti telah mengetahui siapa yang memahami informasi objek penelitian. Peneliti berupaya menemukan gatekeeper yaitu orang yang pertama dapat menerima peneliti di lokasi penelitian sehingga peneliti mendapat informasi mengenai objek yang diteliti.


(29)

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

a. Informan kunci

 Pengurus lembaga Alpha Omega Kabanjahe

 Pendidik dan pengasuh yang mendidik anak berkebutuhan khusus di Alfa Omega

b. Informan biasa

 Anak berkebutuhan khususyang diasuh oleh Alfa Omega yang berumur 7-20 tahun

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab pemasalahan-peermasalahan yang bersangkutan. Didalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah data primer dan sekunder, yang digolongkan sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat melalui penelitian lapangan, dimana peneliti secara langsung terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan melalui:

1.1 Observasi atau pengamatan secara langsung. Data didapat melalui pengamatan yang dilakukan terhadap masalah yang diteliti. Artinya peneliti langsung terjun ke lokasi tempat dimana ABK itu diberdayakan.

1.2 Observasi Partisipan. Melalui teknik ini peneliti mengunakan panca indra sebagai alat bantu untuk mengamati kegiatan keseharian


(30)

manusia. Obseervasi partisipasi yang dimaksud adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Dengan demikian pengamat betul-betul menyelami kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamat kemudian mengambil bagian dalam kehidupan budaya mereka (Burhan, 2007:115-116).

Dengan teknik pengumpulan data observasi partisipan, peneliti berinteraksi secara langsung dan tinggal di tempat ABK tersebut. Disini Peneliti memilih untuk belajar menjadi seorang pengasuh.

1.3 Wawancara Mendalam. Merupakan proses tanya jawab yang dilakukan peneliti kepada informan untuk dapat lebih menggali permasalah yang diteliti. Peneliti bertanaya secara langsung kepada narasumber. Peneliti akan mewawancarai para pendidik di Alpha Omega sebagai fokus penelitian juga ABK sebagai informan pendukung.

Adapun yang ingin dieksplorasi dari informan adalah:  Keadaan ABK secara umum.

 Bentuk pendidikan yang di terapkan di Alpha Omega.  Metode mengajar guru di lembaga ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari objek peneliti secara tidak langsung . Data sekunder ini biasanya diperoleh melalui studi kepustakaan


(31)

dengan mengumpulkan data melalui buku, artikel, surat kabar, internet dan media lainnya yang berhunbungan dengan peermasalahan yang diteliti. 3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan pengertian data yang lebih dinamis, Sehingga Interpretasi data merupakan penjelasan yang lebih terperinsi tentang data yang dipaparkan. Memberikan Interpretasi data berarti memberikan makna, memberikan arti, serta memberikan gambaran yang lebih luas mengenai data penelitian. Data penelitian itu umumnya merupakan catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Data yang telah diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu di evaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalah penelitian. Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelola, kemudian dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil penelitian di narasikan sebagai pelengkap dari penelitian. Akhirnya adalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan (Faisal 2007:257).

3.6 Keterbatasan Penelitian

Peneliti dalam melakukan observasi memiliki beberapa keterbatasan yang nantinya perlu diperhatikan ketika ini dijadikan sebagai kajian ilmiah oleh para akademis atau praktisi. Keterbatasan peneliti antara lain:

1. Penelitian ini hanya membahas bagaimana pendidikan ABK di Alpha Omega di Kabanjahe

2. Peneliti sedikit kesulitan ketika berkomunikasi dengan anak, karena masi ada perasaan takut dan terlalu berhati-hati. Ketika jadi pendidik dan


(32)

pengasuh peneliti juga kurang paham karena tidak mempunyai dasar pendidikan ABK.

3. Peneliti sedikit kesulitan mewawancarai informan karena kesibukan mereka masing-masing. Padahal peneliti sudah membuat jadwal wawancara, namun jadwal itu tidak terlaksana sebagaimana mestinya. 3.7 Jadwal Penelitian

Tabel 3.1 jadwal pelaksanaan kegiatan

NO KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi X

2 ACC Judul X

3 Penyusunan Proposal Penelitian

X X

4 Seminar Proposal Penelitian X

5 Revisi Proposal Penelitian X

6 Penelitian Ke Lapangan X X X X

7 Pengumpulan Data dan Analisis

X X X X

8 Bimbingan/ Laporan Akhir X X X X


(33)

BAB 1V

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Berdirinya Alpha Omega

Latar belakang berdirinya YKPC GBKP ALPHA OMEGA dimulai dari pergumulan Pdt. Salomo Sitepu, Sth. (Alm) dimana anak kedua dari pendeta ini yang bernama Ruth Br. Sitepu mengalami keterbelakangan mental. Pada sidang sinode GBKP tahun 1984 di Cububur Jakarta, dia memilih menjadi sekretaris bidang II pembangunan dan pengembangan GBKP periode 1984-1989. Jabatan ini mengharuskan dia tinggal di Kbanajahe, sekitar kantor pusat GBKP. Setelah tinggal menetap di Kabanjahe pergumulan pendeta sangat terasa didalam pengasuhan dan pendidikan Ruth Sitepu. Pergumulan itu sering dibicarakan kepada Moderamen GBKP dan rekan-rekan pendeta.

Jalan keluar yang diberikan teman sekerja kepada pendeta ini yakni agar anaknya dibawa ke panti Karya Hepata Laguboti. Panti Karya ini adalah suatu tempat pemeliharaan dan pendidikan bagi orang-orang yang berkebutuhan khusus yang dikelola oleh Diokonia Charitas HKBP. Setelah itu Ruth dibawa ke panti ini, ternyata pada panti ini ada beberapa orang dari Kabupaten Karo. Dari pergumulan tersebut muncul satu pertanyaan apakah GBKP juga tidak memungkinkan membuka pelayanan untuk ABK ini.

Dalam GBKP juga ada Tiga Tugas Panggilan Gereja, salah satunya adalah diakonia atau pelayanan. Diakonia adalah suatu bentuk pelayanan nyata dalam


(34)

memperlihatkan kasih Allah kepada dunia. Oleh karena itu pendeta ini terus membawa pergumulan ini ke sidang-sidang moderamen GBKP. Atas dasar diakonia rekan-rekan sekerja moderamen menyatakan hal itu penting, tetapi masi ada prioritas yang lebih penting sudah menjagi program kerja, lagi pula mungkin penyandang cacat didi Kabupaten Karo tidak begitu banyak. Walaupun ada belum saatnya mendirikan panti penyandang cacat, tetapi Pdt.DR.A.Ginting Suka yang pada saat itu menjadi ketua umum moderamen GBKP mengingatkan pesan sidang raya dewan gereja sedunia tahun 1983 di Vancover Kanada. Pada sidang raya ini secara mendalam telah dibicarakan tentang korban-korban kemanusiaan yang terjadi ditengah-tengah dunia ini. Korban-korban kemanusiaan itu antara lain korban terst nuklir di Kepulauan Pasifik, korban akibat kurang pemeliharaan ibu sewaktu mengandung dan pemeliharaan balita yang mengakibatkan banyak anak-anak yang mengalami kecacatan baik tubuh maupun mental. Keputusan pada waktu itu adalah agar setiap insan manusi diberikan pelayanan yang baik, oleh karena setiap insan adalah anak-anak Tuhan yang diciptakan berdasarkan gambar Allah. Oleh dasar itu dewan gereja seduina menganjurkan agar gerea-gereja menangani masalah-masalah kemanusiaan.

Gagasan itu kemudian dibicarakan oleh moderamen GBKP dengan Dewan Pekabaran Injil NHK Belanda yang pada waktu itu diketuai oleh Pastor Yacob Slobb. Gagasan ini benar-benar mendapat sambutan yang baik dari Dewan Pekabaran Injil NHK, mereka menambahkan bahwa pelayanan gereja harus seimbang diantaranya pelayanan pembangunan dan pelayanan pengasihan kharistatis. Jadi jika GBKP telah melihat kemungkinan pelayananan terhadap


(35)

penyandang cacat, NHK bersedia mencari dana pembangunan rumah baik itu panti perawatan dan pendidikan.

Setelah NHK menyatakan kesediannya mendukung pelayanan ini, pada tahun 1987 Pastor Jacob berkunjung ke GBKP, pada pertemuan itu pastor meminta agar rencana ini dibicarakan dengan satu majelis gereja. Setelahmendapat dukungan dana pembangunan rumah ada masalah, yakni siapa yang menangani pendirian Yayasan Penyandang Cacat ini. Akhirya moderamen GBKP melakukan pembicaraan dengan parpem GBKP dalam hal ini Pdt. Borong Tarigan,S.Th dan Pdt.Selamat Barus membangun gedung tersebut lalu Pdt.Salomo Sitepu, S.Th bertugas menjajaki anak-anak cacat di Kabupaten Karo. Dari laporan pendataan penyandang cacat sebagian besar yang dilaporkannya adalah cacat mental dan bisu tuli. Modramen GBKP yang melihat data tersebut memutusakan membuka pelayanan untuk cacat mental dan bisu tuli.Kemudian didirikanlah Yayasan ini dengan Akte Notaris sebagai pendiri Pdt.DR.A.Ginting Suka (Ketua Umum Modramen GBKP ketika itu), Pdt.E.P.Ginting,S.Th (Sekum GBKP) dan Pdt.Salomo Sitepu, S.Th (Sekretaris Bidang II Pengembangan GBKP), pada tanggal 21 Juli 1988.

Ketika Yayasan ini berdiri ada dua masalah (kesulitan) yang dihadapi yakni Pengadaan guru dan biaya oprasional. Dewan Pekabaran injil NHK tidak bersedia membantu biaya oprasional kerena sudah ada pernyataan kesanggupan GBKP,kecuali jika ada satu Diakonia Gereja Belanda yang bersedia menjadi mitra kerja Yayasan.Dalam mengatasi masalah ini dibuat strategi kerja yakni Pdt.Salomo Sitepu, S.Th selanjutnya ditugasi untuk mencari guru-guru untuk Sekolah Luar Biasa dan Pdt.DR.A.Ginting Suka, S.Th mencari dukungan dana


(36)

dari gereja Jerman dan Belanda.Gereja Swiffterbant Belanda ketika di hubungkan oleh Dewan Pekabar dan injl NHK memberikan respon positif dan segera melakukan bazaar. Gereja Jerman yang tergabung dalam VEM agar diminta mencari dan memberi tenaga guru penyandang cacat untuk bekerja di Yayasan ini. Almuth Grothaus anak dari Pdt.Warner grothaus (yang pernah melayani di GBKP) baru tamat dalam pendidikan anak cacat. Setelah di lakukan pembicaraan tentang kesediaan Almuth dan persetujuan orangtuanya,hal ini diajukan kepada VEM Pdt.Pete Demberger (Sekretaris VEM) untuk asia sangat mendukung dan menyetujui acara ini.

Dalam perkembangan selanjutnnya yayasan ini secara terus menerus mencari dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Jika ada tamu baik dari Belanda maupun Jerman, mereka dibawa berkunjung ke Alpha Omega dan mereka diberitahu tentang kebutuhan kedepan. Kepada VEM Jerman dimohonkan untuk mengirim tenaga volunteer dalam bidang pendidikan, pengasuhan dan keterampilan. Alpha Omega ini mendapat ijin oprasional surat Kanwil DPDIKBUD Prov.SU. No 63/ I.05/ A/ 1990 TGL. 14-02-1990.

Adapun pengurus Yayasan Kesejahteraan Penyandang Cacat tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut:

Pembina : Pt.Ir.Mulia Barus,Msi Pt. Herman Tarigan Benyamin Tarigan,S.pd Pt. Taman Sinukaban


(37)

Ketua : Pdt. Mestika Ginting,S.Th Tata Usaha : Lusiana Ginting

Asrama : Pt. R Paulus Purba Pendidikan : Inganta Sembiring Keuangan : Nominta Ginting

Gudang : Suruhenta Milala Kesehatan : Nani Tarigan Usaha Pelatihan : Pt. T. Sinukaban 4.1.2 Visi, Misi Yayasan Alpha Omega

Anak-anak yang mengalami kecacatan dan kekurangan sekarang ini dipandang masih sebagai peersoalan hidup dan sebagai persoalan sosial yang sulit diterima dan menunjukkan sikap yang kurang simpati. Dalam memproklamasikan berita kesukaan bahwa Tahun Rahmat Tuhan telah tiba (bd. Lukas 4:18-19). Visi YKPC Alpha Omega ini diturunkan dari misi GBKP butir kedua yaitu menghargai kemanusiaan. Adapun Visi Alpha Omega ini adalah mensejahterahan hidup penyandang cacat. Visi inilah yang merupakan pandangan Alpha Omega jauh kedepan. GBKP melalui YKPC Alpha Omega secara berkesinambungan menjalankan misi yakni :

1. Mengasuh, mencerdaskan, merehabilitasi dan memandirikan penyandang cacat sehingga dapat hidup lebih sejahtera dan dapat berperan ditengah-tengah masyarakat.

2. Mengubah pola pikir masyarakat yang masih negatif terhadap penyandang cacat agar dapat memandang setiap insan sebagai Ciptaan Tuhan yang utuh dan berharga sehingga semuanya diperlakukan sama.


(38)

4.1.3 Arti Nama dan Logo Alpha Omega

Alpha Omega adalah istilah teologis yang berarti “awal dan akhir” berasal dari huruf pertama dan terakhir di dalam abjad Yunani. Secara Alkitabiah, istilah ini mengarah kepada aktivitass Allah dan Kristus dalam menjadikan dan menyelamatkan. Kemudian moderamen GBKP pada tahun 1988 menetapkan nama yayasan ini menjadi Yayasan Penyandang Cacat (YKPC) Alpha Omega, atas usulan Pdt. Salomo Sitepu, S.Th. Memahami bahwa GBKP terpanggil untuk merealisir sifat-sifat Allah yang memelihara dunia sejak awal hingga akhir. Dengan mewujudkan dalam panggilan pelayanan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus atau tubuh yang tidak terlayani oleh keluarganaya. Kemudaian makna pelayanan ini dituang dalam arti logo, membina persekutuan anak berkebutuhan khusus walaupun mereka berbeda satu dengan yang lainnya di dalam kondisi tubuh mentalnya.

4.1.4 Struktur Organisasi dan Personalia

Yayasan Kesejahteraan Penyandang Cacat GBKP Alpha Omega diangkat lima tahun sekali oleh Moderamen GBKP dan bertanggung jawab kepada Moderamen GBKP. Jumlah personil yang melayani disini ada sekitar 41 orang. Jabatan dan statusnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Alpha Omega


(39)

3 Pegawai Administrasi 2 orang

4 Guru 12 orang

5 Pengasuh 13 orang

6 Kesehatan/ Fisioterapy 1 orang

7 Tenaga honor 7 orang

Sumber: Alpha Omega dulu, kini dan esok Daftar nama-nama Guru di Alpha Omega

1. Ester Pinem 2. Itarasa Br. Sitepu 3. Rusliana Tarigan 4. Darson Sitepu

5. Dameria Br. Sembiring 6. Mariati Br Sembiring 7. Cinta Malem Br. Ginting 8. Suasa Br. Purba

9. Mereksa Sitepu 10.Inganta Sembiring 11.Pt. R. Pulus Purba 12.Sumirah

Setiap harinya untuk memulai kerja mereka diadakan kebaktian bersama, berlangsung mulai dari jam 08.00-08.30 yang dipimpin secara bergantian. Melalui kebaktian ini diharapkan semua dapat bekeerja dengan lebih baik sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.


(40)

4.1.5 Sarana dan Prasarana Yayasan Alpha Omega

Untuk Mendukung realisasi kerja dan pelayanan Alpha Omega maka sarana dan prasarana sangat diperlukan. Sarana dan prasarana yang ada saat ini adalah:

 Asrama. Asrama dipergunakan untuk tempat tinggal anak-anak, pengasuh kepala asrama dan direktur.

 Sekolah. ABK tidak perlu jauh-jauh sekolah, karena mereka bisa bersekolah disini, jaraknya juga sangat dekat karena masih dalam lingkungan asrama.

 Rumah-rumah Mandiri. Rumah ini diperuntukan untuk anak yang sudah mampu mengurus diri sendiri dan mengurus adik-adik mereka. Mereka bisa diandalkan dalam berbagai hal.

 Gedung Penunjang. Aula, ruang vokasional dan showroom merupakan beberapa contoh gedung penunjang untuk kegiatan pendidikkan anak  Klinik Kesehatan dan Fisioteraphy. Diperuntukan untuk anak yang

perlu pengawasan lebih.

 Jalan beraspal ke lokasi pelatihan dan peternakan dindesa Lingga  Sumur bor sebagai sumber air

 Genset untuk penerangan  Peralatan Fisioterapy

 Kendaraan. Untuk membawa anak-anak penjemaatan dan memenuhi undangan gereja-gereja.


(41)

4.1.6 Sumber Dana Alpha Omega

Anak di Alpha Omega juga dikenakan biaya, dimana biaya tergantung dari kemampuan orang tua mereka. Ada patokan biaya bagi anak-anak di asrama yaitu:

 Murid lama dikenakan Rp.150.000  Murid Baru dikenakan Rp.200.000

 Untuk anak yang tidak tinggal di Asrama seperti Ivan, Debora, dan Dani dikenakan Rp.100.000. Ketiga anak ini hanya bersekolah di Alpha Omega. Sampai makan siang mereka ada di asrama setelah itu mereka kembali pulang.

 Sumber Dana Tidak Tetap 1. Tamu Pengunjung

2. Runggun-runggun, majelis demikian juga persekutuan kategorial 3. Orang tua anak

4. Kantor wilayah Dinas 5. Pemerintah Kabupaten Karo 6. Pempropsu

7. UNWG (United Nations Women’s Guild) Austria  Sumber Dana Tetap

a. Bank Perkreditan Rakyat Pijer Podi Kekelengen b. Orang tua angkat

c. Klasis-klasis melalui Moderamen GBKP d. Yayasan Darmais


(42)

f. Liliane Fons, Belanda

g. The Dutch Alpha Omega Committee, Swifferbant Belanda

h. UPCN (Uniting Protestan Churches Netherlans) Melalui Moderamen

i. WARC (World Assosiation Reformed Chruch) Melalui Moderamen

j. UEM (United Evangelical Mission) melalui Moderamen  Usaha-Usaha Yayasan

a. Pertanian: Kebun jeruk, kopi dan sayur-sayuran

b. Peternakan: Lembu, Kerbau, Babi, Ayam, Kmbing, Domba c. Sewa Ladang

d. Kantin: Kios Phone, kamar penginapan, Showroom. 4.2 Interpretasi Data

4.2.1 Kondisi Anak YKPC GBKP Alpha Omega

Alpha Omega yang berdiri tanggal 1 Juli 1988 yang sekarang telah berusia 25 tahun dan akan merayakan ulang tahun peraknya dari tahun ke tahun jumlah anak yang diasuh mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Yayasan ini tidak membedakan suku dan status sosial, semua ditampung disini. Ada yang dari Kabupaten Kaaro, Deli Serdang, Medan, Langkat, Binjai, Dairi dan Simalungun. Jenis-jenis kecacatan yang ada di Alpha Omega adalah sebagai berikut:


(43)

1. Tunagrahita (Mental retardation)

Seorang anak dikatakan tunagrahita bila kecerdasannya jelas-jelas di bawah rata-rata dan berlangsung pada masa perkembangan serta terhambat dalam adaptasi tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya yang muncul sebelum usia 18 tahun. Biasanya anak tunagrahita sangat sulit untuk berkomunikasi, merawat diri, home living, keterampilan sosial, bermasyarakat, mengontrol diri, dan kerja. Menurut WHO sendiri seorang tunagrahita memiliki dua hal yang esensial yaitu fungsi intelektual secara nyata di bawah rata-rata dan adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tututan yang berlaku dalam masyarakat.

Keadaan cacat mental (Tunagrahita) yang ada di Alpha Omega adalah seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangan mental atau yang mengalami retardasi mental. Pembagian penyandang grahita umumnya menggunakan dasar tingkatan intelegensia (IQ) dengan pembagian:

 IQ 50-70 disebut dengan debil  IQ 25-49 disebut imbisil  IQ 24 kebawah disebut Idiot

Berdasarkan tipe-tipe klinis atau kelainan-kelainan bentuk fisik ada disebut cretine (kerdil), microchepalus (kepala kesil), macrochepalus (kepala besar), mongoloid (bentuk tubuh yang khas, jari pendek, wajah mirip dengan mongolia), dan cereberal palsy (CP).


(44)

a. Debil (IQ 50-70)

Debil adalah kriteria retardasi mental yang ringan, penampilan fisik tidak banyak berbeda dengan kita yang normal. Daya pikir yang cukup mampu menyertai tingkah lakunya, terlihat mampu memecahkan berbagai masalah namun terbatas. Terbatasnya daya pikirnya terlihat dari caranya memecahkan masalah cenderung coba-coba, tetapi mampu mendapatkan prestasi akademik seperti membaca, menulis dan berhitung.

b. Imbisil (IQ 25-49)

Dari penampilan fisik terdapat perbedaan yang cukup jelas dengan kita yang normal. Gerak-geraiknya nampak ada yang sangat lamban atau ada yang hiperaktif. Tatapan kosong dan ekspresi wajah yang tidak pas atau tepat. Dalam tingkah lakunya tidak terlihat adanya proses berfikir dan sulit berkomunikasi. Pengembangan kemampuannya harus dikondisikan berulang-ulang atau training. benda dan tempat adalah contoh latihannya. Kurang mampu menerima kata perintah lebih dari satu, sehingga dalam melakukan kegiatan harus ada pendampingan.

c. Idiot (IQ 24 kebawah)

Kategori tunagrahita ini harus ditangani dengan bekerjasama dengan rumah sakit. Mereka benar-benar membutuhkan perawatan setiap harinya. Berbicara untuk berkomunikasi hampir tidak bisa kecuali dengan teriakan, tangisan, menggerak-gerakkan anggota tubuh dan mengeluarkan suara dengan


(45)

tidak jelas. Dari kategori tunagrahita yang ada di Alpha Omega kebanyakan masuk kategori imbisil

2. Tunarungu Wicara (Communication disorder and deafness)

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Mereka tidak mampu berbahasa, suaranya aneh dan monoton, serta memiringkan kepala pada saat mendengar.

3. Kesulitan Belajar (Learning disabilities)

Anak dengan kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca,berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep (http://www.gbkp.or.id)


(46)

Tabel 4.2 Data Anak Alpha Omega

Data Anak YKPC Alpha Omega

N

O Nama Anak Tanggal Lahir

Jenis Kelamin

Tahun

Masuk Asal

1 Heppy Jaya Ginting 15-08-1976 L 1989 Ds. Nangbelawan 2 Pasti Malem Ginting 11-05-1991 P 1989 Ds. Batu Karang 3 Permata Sembiring 12-12-1979 P 1992 Ds. Ajibata 4 Yanti Tarigan 09-01-1979 P 1989 Ds. Sumbul 5 Ayub Datna Ginting 16-04-1971 L 1990 Ds. Sukatepu 6 Natalia Sembiring 28-11-1976 P 1991 Medan 7 Kenary Tarigan 05-10-1977 L 1991 Ds. Namotrasi 8 Riky Pratama 23-02-2003 L 2011 Simp. Bunuraya 9 Untung Tarigan 12-08-1974 L 1991 Ds. Ergaji

10 Berti br. Karo 01-10-1983 P 1992 Ds. Gurusinga

11 SUMA 1983 P 1993 -

12 Sangap Sembiring 12-06-1983 L 1994 Ds. Ujung teran 13 Ganti Sembiring 16-04-1983 L 1994 Ds. Ujung teran 14 Ernita Sembiring 15-04-1984 P 1994 Ds. Pintu Besi

15 Nery Tarigan 07-06-1984 L 1995 Jakarta

16 Febrina Br. Barus 16-02-1982 P 1995 Medan

17 Lindawati 15-02-1987 P 1995 Medan

18 Bresman Nadeak 16-03-1983 L 1996 Baturokan 19 Erik Suhendar

Taarigan

12-09-1985 L 1996 Kabanjahe

20 Saprianta Sembiring 16-10-1989 P 1997 Ds. Sugo 21 Kincar Sebayang 18-03-1982 P 1998 Medan 22 Fonda Dasa Ketaren 11-03-1985 L 1999 Ds. Batu Mbelin

23 Andre P. Tarigan - L 20011 Pekanbaru

24 Josua Sinulingga 23-06-2002 L 2010 Brandat Barat 25 Martina Barus 05-031985 P 2000 Ds. Tanjung Barus 26 Fatimah Nasution 05-11-1992 P 2000 Ds. Kandibata 27 Jandi Saragih 28-08-1991 P 2000 Ds. Paribun 28 Elias B. Bangun 25-10-1986 L 2001 Ds. Jurin Bangok

29 Tina Barus 08-11-1964 P 2001 Ds. Penampen

30 Evi Br Barus 03-05-1985 P 2002 Ds. Kuta Bangun 31 Betseba Tarigan 11-05-1987 P 2003 Medan

32 Karmanto Bangun 11-04-1971 L 2003 Jakarta


(47)

36 Juan Sinaga 28-08-1997 L 2003 Jakarta 37 Arinta Malem Barus 23-12-1988 P 2001 Jakarta

38 Karina Tarigan 28-06-1989 P 1993 Rumah Berastagi 39 Sada Arih Ginting 31-12-1973 P 1993 Jakarta

40 Sukarlim Purba 09-11-1984 L 2004 Tanggerang 41 Sinta M. Sembiring 25-12-1995 P 2004 Binjai

42 Hemahelena 27-06-1993 L 2004 Ds. Tigabinanga 43 Giraldo Halomoan 06-05-1993 L 2004 Ds. Sijarango 44 Jerusalem Depari 15-10-1993 P 2004 Ds. Seberaya 45 Lidia Br Barus 19-03-1974 P 2004 Ds. Rumah Pilpil 46 Netty Br. Tarigan 31-12-1980 L 2005 Ds. Gurisen 47 Sri Rahayu Purba 23-11-1987 P 2005 Ds. BangunPurba 48 Kastna Karo-Karo 09-02-1993 P 2005 Tanjung Mberabe 49 Priska Sembiring 31-12-1996 P 2005 Lau Kesumpat 50 Lismey Br. Ginting 13-05-1987 P 1991 Ds. Sugihen 51 Bey A. Sembiring 11-08-1996 L 2006 Ds. Lou Solu 52 Erta Br. Tarigan 23-12-1987 P 2006 Ds. Kabung 53 Meksel Sembiring 15-12-1987 L 2006 Ds. Parimbalang 54 Kartika Sinuhaji 13-04-1996 P 2006 Ds. Ajibuhara 55 Ivander K. Purba 01-05-1994 L 2006 Kabanjahe

56 Liasta Purba 25-12-1985 P 2006 Medan

57 Dopa D. Ginting 14-12-1994 P 2006 Ds. Dokan 58 Abetnego Ginting 01-10-1999 L 2006 Ds. Naman 59 Jabat Sembiring 26-05-1972 L 2004 Ds. Guru Benua 60 Hijrah Bangun 30-03-1998 L 2007 Ds. Kandibata 61 Juli Pendia 17-07-1997 P 2007 Ds. Perbesi 62 Desi Fitri br Ginting 07-12-1999 P 2007 Ds. Semangat 63 Dani H. Ginting 22-07-1999 L 2007 Kabanjahe 64 Lidia br. Sitepu 24-12-1990 P 2006 Ds. Kuta Mbelin

65 Joel Ginting 06-04-2004 L 2008 Medan

66 Ruth Sitepu 21-12-1976 P 1998 Kabanjahe

67 Joi Sitepu 06-04-1998 L 2008 Ds. Bandar Baru 68 Kornelius Tarigan 10-02-1998 L 2008 Ds. Munte 69 Sariyani Sembiring 27-10-1993 P 2008 Ds. Kabanjahe

70 Robby 05-07-1999 L 2008 Ds. Ujung Meriah

71 Wandi 15-11-1996 L 2008 Ds. Sikeben

72 Rivika br Sebayang 29-05-1999 P 2010 Ds. Tigabinanga 73 Rini Ginting 10-11-2000 P 2010 Ds. Buluh Awar 74 Yohana Devi Astuti 16-06-1994 L 2010 Ds. Renun 75 Baginta Bukit 01-04-1999 P 2010 Ds. Lau Gumba 76 Debora Ginting 21-04-2001 L 2010 Kabanjahe 77 Andre Y. Bangun 22-08-1997 P 2010 Ds. Kuta Tengah

78 Betaria Barus 30-10-1984 P 2009 Medan

79 Raskita Sinulingga 05-05-1991 P 2010 Ds. Suka Makmur 80 Meilani Sembiring 11-09-1998 P 2010 Kuta Buluh 81 Salimta Sitepu 10-10-2000 L 2011 Langkat


(48)

4.2.2 Program Dan Kegiatan Alpha Omega

4.2.2.1 Panti Asuhan

Melalui panti asuhan ini anak-anak diasuh, dimandirikan, diawasi dan direhabilitasi dengan kegiatan-kegiatan menerapkan pola hidup teratur, memaksimalkan kesehatan melalui pemeriksaan kesehatan secara rutin, pemberian makanan bergizi, kebersihan dan keindahan lingkungan serta memaksimalkan perkembangan anak. Hal ini dilakukan agar anak dapat hidup mandiri dan sejahtera. Didalam Panti ini anak-anak diajarkan dan dibimbing lima hidup mandiri yaitu:

a. Mandiri makan dan minum b. Mandiri mandi

c. Mandiri tidur d. Mandiri berpakaian e. Mandiri lingkungan

Anak asuh diklasifikasikan dalam asrama putra/putri. Ada paun kegiatan anak setiap hari selama di asrama adalah sebagai berikut:


(49)

Tabel 4.3 Roster Anak Di Asrama

JAM KEGIATAN

05.30-07.00 Bangun pagi, membersihkan kamar, lingkungan dan mandi

07.00-08.00 Sarapan pagi dan persiapan ke sekolah 08.00-12.45 Sekolah

12.45-14.00 Ganti pakaian dan makan siang 14.00-15.00 - Istirahat siang bagia nak yang lemah

- Kegiatan Ekstrakurikuler

15.00-17.00 Kegiatan Kelompok Kerja, dan kelompok beramin 17.00-19.00 Snack Sore, mandi dan persiapan makan malam 19.00-20.30 Makan malam dan ibadah malam

20.30-21.00 Nonton TV

21.00-05.30 Tidur Sumber: Alpha Omega dulu, kini dan esok

Catatan: Hari minggu pukul 09.00 Kebaktian bersama, di aula Alpha Omega. Sekitar enam jam anak menghabiskan waktu mereka di sekolah dan selebihnya mereka habiskan di dalam asrama, banyak kegiatan yang dilakukan di dalam asrama. Bel berbunyi itu tandanya jam sekolah usai dan semua anak berkumpul di lapangan. Guru piket memimpin lagu “Gelang sipatu Gelang” sebagai lagu perpisahan setiap pulang sekolah dan menunjuk seorang anak untuk memimpin doa.

“Ruth pimpin doa kita nakku”.(Ibu Suasa)

Ruth pun memimpin doa. Selesai berdoa semua anak berlari ke ruang makan. Ada yang pergi ke kamar, ada juga yang masih bermain di lapangan. Di dalam jadwal seharusnya ank-anak makan siang di ruang makan. Peneliti pun menuju ruang makan dan ikut makan bersama anak-anak. Sebelumnya pengasuh telah menyusun kursi dan menunggu anak-anak mereka di meja makan masing-masing.


(50)

Anak-anak yang pergi ke kamar ternyata untuk mengganti baju mereka. Setelah itu mereka menuju ruang makan. Setelah semua diruang makan asisten pengasuh yaitu anak yang telah mandiri mengambil makanan ke dapur dan pengasuh membagikan makanan kepada setiap anak.

“Ibu duduk disini, dekat Ivan”. (Ivander)

Sambil menggeser kursinya saya mengambil kursi saya dan duduk di meja satu di dekat Ivander. Pengasuh telah selesai membagi makanan, lalu pengasuh yang lain memimpin semua anak.

“Yang memimpin doa Ivander” ( Pak Suruhenta)

Ivander lalu berdiri dan memimpin doa. “Trimakasi Tuhan Yesus. Kami mau makan, berkati makanan kami, Amin”.

Walaupun dengan suara yang tidak kuat dan kurang jelas ia membawakn doanya, karna saya didekat Ivan sehingga mendengar apa yang dikatannya. Sebelum berdoa tidak ada anak yang memegang makannya. Kondisi anak yang berbeda-beda, tidak membuat mereka menyerah untuk mendidik anak agar tetap disiplin terhadap peraturan yang dibuat. Pada saat makan mereka bebas menggunakan sendok atau tangan, meja makan yang berserakan tidak membuat pengasuh marah. Ada anak yang sudah makan di lantai, ada yang membuang makanan mereka bahkan ada juga yang memuntahkan makanan yang sudah mereka makan. Ini hal wajar dan biasa terjadi di ruang makan.


(51)

Tabel 4.4 Roster mendampingi anak di meja makan

Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4 Meja 5

Ermawati Evarida Helmida T.P Br Barus (kepala Asrama)

Marta

Suruhenta Kristina Surya Helpianto Boy

May Masliani Sumber: Data lapangan Alpha Omega

Waktu makan pun selesai, anak yang lebih besar dan mandiri mengumpulkan piring dan mencucinya di samping ruang makan. Anak yang lain membersihkan meja makan, lalu menyapu ruang makan. Setelah semua selesai, makan siang ditutup dengan doa kembali dan dipimpin juga oleh pengasuh. Diakhiri dengan kata “Amin”, lalu anak-anak menyusun kursi mereka dan berlari ke kamar masing-masing.

Di dalam kamar, mereka melakukan berbagai aktifitas. Tidur, mandi dan bermain adalah pilihan yang ada, karena memang jamnya adalah jam istirahat. Berbeda dengan Mohan dan Andre satu, setelah mandi mereka langsung memakai baju olahraga mereka. Ketika saya bertanya mengapa mereka memakai baju olahraga Mohan menjawab

“Mohan mau olahraga ama pak guru” (Mohan)

Peneliti langsung mengikuti Mohan sedangkan anak yang lain membersihkan asrama. Ini merupakan kegiatan rutin mereka. Selain itu asisten pengasuh mengumpulkan baju kotor adik-adik mereka dan membawanya ke ruang cuci dan mencucinya. Pengasuh pergi ke kamar asuh mereka masing-masing dan memandikan anak mereka yang tidak mampu mandi sendiri.

Sesampainya di lapangan Mohan dan Andre 1 langsung ke ruanangan pak Darson. Lalu mereka menunggu pak Guru makan siang. Ternyata mereka akan


(52)

latihan olahraga setiap hari untuk menghadapi perlombaan di acara ulang tahun Alpha Omega nanti. Perlombaannya antara lain sprint, tolak peluru. Pak Darson mengatakan bahwa anak didiknya termasuk anak yang berprestasi terbukti dari menangnya Mohan dalam bidang tolak peluru. Tidak tanggung-tanggung ia meraih juara satu di tingkat provinsi dan juara dua di tingkat nasional.

“Gimana gaya tolak peluru Mohan, coba buat biar di lihat ibu ini”. (Pak Darson)

Mohan pun memperagakan bagaimana tolak peluru. Kelihatan ia memang hafal dan mahir di bidang olahraga ini. Namun ia sedikit pemalu karena saya juga harus ikut membujuknya agar mau memberi contoh. Tiba-tiba mohan bercerita

“Moan pergi naik sawat, ngiunggggg, ama pak Guru. Moan juara 1. Horeee (sambil lompat dan tertawa)”.(Halomoan)

Setelah selesai makan dan istirahat sebentar, pak Darson mengajak mereka ke lapangan untuk memulai latihan. Di waktu pemanasan, banyak anak lain yang ikut latihan dan mengambil barisan kecuali Betaria, iamemilih duduk bersama saya karena ia sangat letih membersihkan asrama. Latihan demi latihan dilakukan, dimulai dengan pemanasan lalu ke latihan inti yaitu lari dan tolak peluru. Mereka tidak terlau serius latihan, lebih banyak beremainnya namun guru mereka membiarkan saja karna ini memang hal biasa.

Jam telah menunujukan pukul 16.00 Wib. Latihan selesai dan anak-anak disuruh kembali ke asrama. Sekembalinya anak-anak ke asrama mereka duduk-duduk di depan kamar mereka. Ada yang memilih tidur dan ada yang mandi sore lagi. Saya memilih duduk bersama Ponda di kursi di depan kamar. Anak lain datang dan kami bercerita tentang kehidupan asrama. Semakin sore semakin


(53)

banyak anak-anak yang ikut dengan saya bercerita. Semua berlomba menyampaikan ceritanya. Sambil merangkul saya.

“Apa di mata ndu itu buk?”. (Devi)

Devi mengarahkan pandangannya ke mata saya. Ternyata ia heran melihat saya memakai kacamata. Sya menjelaskan pada Devi apa yang saya pakai.

Ini namanya kacamata Devi cantek. Kalau kakak-kakak yang udah gak jelas lagi ngeliat muka kalian, dia harus pake kacamata. Biar nanti jelas ngeliat kalian”.(Peneliti)

Setelah saya menjelaskan tidak ada pertanyaan lain yang timbul, mungkin mereka mengerti atau mereka tidak tau apa yang saya katakan. Kegiatan selanjutnya adalah makan malam yang dimana kegiatan ini juga sama seperti makan siang, namun pada saat makan malam anak-anak bisa menonton TV sampai jam sembilan malam. Setelah selesai makan dan kebersihan,mereka nenonton TV. Selesai menonton mereka akan melakukan kebaktian malam. Kebaktian merupakan hal wajib dilakukan baik pagi setelah bangun dan malam sebelum tidur.

Tabel 4.5 Roster Kebaktian Malam

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Helmida Ermawati T.P.Br Barus Helpianti Avanda Siapa yang tidak libur

Surya Marta Suruhenta Kristina Boy

May Sumber: Data lapangan Alpha Omega

Setiap hari berdasarkan roster diataslah kebaktian dipimpin. Karena setiap pengasuh mendapat jatah libur sehari dalam seminggu jadi untuk roster hari sabtu mereka menyesuaikannya. Selain itu juga pengasuh yang sudah menikah tidak


(54)

tinggal di asrama. Mereka sudah punya roster mengasuh dan tidak setiap hari datang ke asrama.

Kegiatan asrama yang demikian membuat anak-anak terlatih dan terbiasa nantinya teratur jika sudah keluar dari asrama. Terlihat disini bahwa dalam kehidupan asrama ada nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan meski tidak secara langsung dan secara tegas dikatakan pada anak. Pendidikan berfungsi untuk mengontrol anak dan pihak pendidik menentukan kelakuan yang harus diterapkan anak-anak (Nasution, 2010: 18). Semua dibentuk dalam peraturan, dimana peraturan ini ditransfer kepada anak dengan cara-cara yang dianggap mampu ditangkap anak di yayasan ini. Seperti pemberian hadiah pada anak yang melakukan tugas dengan baik, membujuk anak agar mengikuti apa yang dikatakan gurunya, hal ini dilakukan secara terus menerus sehingga anak mengingat dan menjadi terbiasa. Hal kecil yang sangat nyata adalah membuang sampah. Anak-anak di sini selalu membuang sampah mereka ke dalam keranjang sampah.

4.2.2.2 SLB (Sekolah Luar Biasa)

Melalui SLB anak-anak penyandang cacat dididik dan dilatih hidup mandiri dan terampil. Sesuai dengan hasil pendataan di Kab. Karo, karena banyak anak yang mengalami cacat mental, bisu dan tuli maka yayasan ini membuka sekolah luar biasa untuk Tunarungu, Tunagrahita dan Tunawicara dengan program pendidikan berbasis life skill (keterampilan hidup). Disini pengertian keterampilan hidup lebih luas dari kemampuan untuk bekerja, Dengan pendidikan seseorang bisa memecahkan permasalahan yang ada di sekitarnya, mampu


(55)

mengendalikan emosional meereka. Tujuan pendidikan yang berbasis life skill ini adalah:

1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi.

2. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat.( Batubara, 2004: 95)

Adapun klasifikasi pendidikan SLB dibagi menjadi tiga kelompok dengan jenjang pendidikan yaitu pendidikan persiapan, dasar, lanjutan dan karya. Kelas persiapan dibagi menjadi tiga kelas yaitu P1 dan P2 sedangkan kelas dasar dibagi menjadi D1.D2, dan D3 sampai D6, karena kelas ini seperti SD. Sedangkan kelas lanjutan dan karya ada kelas menjahit/ bordir, musik, dan batik. Ada juga peternakan dan pertanian di Desa Lingga yang menjadi tempat memberdayakan anak Alpha Omega. SLB ini memperoleh akreditasi B. Melalui SLB anak-anak di sini mendapatkan pendidikan dan pelatihan agar nantinya mampu terjun langsung kemasyarakat.

4.2.3 Pendidikan Alpha Omega 4.2.3.1 Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang terstandardisir di dalam hal jenjang-jenjangnya, paket kurikulumnya, persyaratan dan unsur-unsur pengolahannya dan keberartian nilai. Dengan kata lain pendidikan formal


(56)

memiliki persyaratan organisasi dan pengelolaan yang relatif ketat, lebih foramilistis (Sanapiah Faisal 1981:48). Pembagian kelas di kelas formal ini dibagi berdasarkan kemampuan daya tangkap anak. Setiap anak yang memasuki kelas formal ini berarti memang di tuntut untuk dapat berfikir dan menyelesaikan masalah. Adanya sistem semester dan rapor membuat guru lebih memahami perkembangan anak. Pendidikan Formal di yayasan ini dibagi menjadi beberapa kelas yaitu:

a. Kelas Persiapan

Kelas ini diasuh oleh ibu Dameria br Sembiring, ibu suasa purba. Kelas ini tidak terdiri dari satu kelas saja karena terbagi menjadi dua kelas yaitu P1 dan P2. Dikelas ini anak-anak diajarkan mengenai lingkungan mereka, belajar mendengarkan. Sebenarnya kelas ini setingkat dengan TK, namun dilihat dari kenyataannya kelas ini sangat jauh dari TK, karena anak-anak di dalam kelas ini sanagt masih memerlukan perhatian yang lebih.

“Ini kelas kayak Tknya nakku, biarpun badan mereka sudah besar tapi pikirannya masih kayak anak-anak. Mereka senang bermain terus, sepanjang hari bermain, harus ekstralah ngajar anak-anak ini. Anak-anak disini berbeda dengan anak kebanyakan, harus benar-benar yang ahli yang mengajar orang ini.” (ibu dameria)

Job, anak yang ikut dalam kelas ini. Anak-anak sangat antusias dalam belajar. Mereka biasanya diajarkan mengenal warna, mengenal huruf, angka dan mewarnai, akan tetapi semua ini belum sempurna dilakukan oleh anak-anak ini. Suasana kelas yang nyaman membuat anak betah di dalam kelas. Mereka terlihat senang di dalam kelas, terlihat dari sebagian besar tidak ada siswa yang keluar


(57)

Kelas ini dibagi menjadi dua bagian dimana dalam satu kelas ada dua guru yang mendidik anak berkebutuhan khusus. Ibu Dameria dengan anak yang sedikit lebih sulit diaatasi sedangkan ibu suasa dengn anak yang bisa memahami dan lebih baik dari kelas ibu Dameria. Fokus kelas ini sebenarnya adalah mendidik anak agar mampu mengurus diri mereka. Mendidik mereka untuk bisa bauang air kecil dan air besar sendiri, belajar untuk mampu mengutarakan isi hati mereka, belajar untk mampu mengatakan bila ia lapar, haus, merasa sakit, dan merasa senang.

Anak-anak belajar benryanyi, lagu ibu dan ayah, selamat pagi bu, dan beberapa lagu gereja. Namun dikelas ini juga ada pelajaran untuk melatih sensor oatak anak, agar mereka terlatih dan terbiasa untuk belajar.

Bernyayi merupakan salah satu metode pengajaran yang membuat anak-anak menjadi senang belajar, karena memang anak-anak-anak-anak seperti mereka suka dengan lagu dan tarian. Setelah selesai bernyayi anak-anak di suruh mengeluarkan peralatan menggambar mereka dari dalam laci meja, setiap alat menggambar baik buku, cat, pensil dan lain-lain sudah ada nama pemiliknya dan setiap siswa punya satu set alat menggambar mereka. Mereka mulai menggambar jari tangan, guru mereka membuat jari tangan setiap anak menjadi contoh di setiap buku gambar, dan anak-anak tinggal mewarnainya dengan warna mereka sendiri. Terkadang ada siswa yang masi belum bisa mewarnai sendiri dan harus di tuntun untuk mewarnainya, saya juga ikut membantu anak mewarnai gambarnya. Menuntun mereka dengan memegang tangannya dan mulai mengajari mewarnai.

“Mejile jemak pensil ndu ena nak ku, gelah megegeh tanndu ena”. (Ibu Suasa)


(58)

Artinya. “bagus pegang pensil kamu itu nak, agar tangan kamu menjadi kuat”.

Perhatian guru harus diberikan kepada individual langsung. Itu bukan berarti bahwa guru memilih siswa yang harus diperhatikan, namun berebeda anak berbeda cara membujuk mereka agar memiliki minat belajar. Guru di dalam kelas harus menggunakan beragam bahasa, karena ada anak yang tidak mengerti berbahaasa Indonesia. Ada juga anak yang memang selalu menggunakan bahas karo dalam berbicara pada semua orang.

Hal ini mencerminkan bahwa ada kedekatan tersendiri dari guru kepada setiap anak, dan anak juga menganggap guru adalah orang tua karena apapun yang terjadi gurulah tempat mereka mengadu dan mengutarakan keinginan mereka selama di sekolah.

“Bila diikuti kurikulum pemerintah dalam mengajar mereka, kemungkinan besar tidak bisa, karena yang disajikan pemerintah masih terlalu berat untuk anak di sini nakku, jadinya kami buat kurikulum sendiri sehingga anak-anak lebih bisa mencerna dan mengerti. Liatlah ini nakku, kalau udah belajarpun main-main lalap anak-anak ini, kan payah nerapkan kurikulum pemerintah tadi. Disini sistemnya per semester, terus orang ini pun ada rapornya” (Ibu Dameria)

Melalui kurikulum yang dibuat yayasan sendiri, maka yayasan dapat menyelidiki, mengorganisasi, memonitor dan mengevaluasi secara sadar terhadap penegembangan kepribadian peserta didik. Pada akhirnya semua sistem bekerja dengan baik karena semua elemen pendidikan di lembaga ini mengerjakan tugass dengan baik.

Ibu ini juga berusaha menciptakan kelas yang aktif, dimana siswa dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan mengajar, bukan hanya mendengar dan


(59)

diam, setiap anak bebas mengutarakan apapun yang mereka mau walaupun itu salah.

Tabel 4.6 Roster kelas Persiapan

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Agama B.

Indonesia

Pintar Bermain

Agama Olahraga Senam Pagi Pintar Bermain Sensor Motorik B.Indonesia Pintar Bermain Snack Snack

Snack Snack Snack Snack Bina diri

Sensor Motorik

Bina Diri Kesenian Sensor Motorik Sumber: Data lapangan kelas persiapan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kegiatan anak adalah bermain dan latihan sensor motorik, hal ini lah yang paling diutamakan dikelas ini. Karena di dalam kelas anak masih sesuka mereka hati belajar dan bebas melakukan apa yang meereka suka.

Demikianlah setiap hari, hal yang sama berulang-ulang dilakukan oleh guru, berbagai metode dilakukan belajar mulai dari ceramah, memperkenalkan lingkungan lewat lagu, lewat cerita, memperkenalkan anggota keluarga serta memberikan tugas pada anak namun belum ada PR bagi mereka.

Guru: Dameria Br. Sembiring Siswa

 Josua  Dova  Salim  Putra Guru: Suasa Purba Siswa

 Robby  Fatimah


(60)

 Hijrah  Desi  Wandi 4. Kelas Dasar

Jika kelas persiapan seperti TK, maka kelas dasar ini diibaratkan seperti SD. Tidak ada patokan siswa yang tamat harus enam tahun berada dikelas ini, meskipun diibaratkan seperti SD namun mata pelajaran mereka tidak seberat SD yang semestinya.

Masuk ke kelas dasar ini menjadi sesuatu yang berbeda bagi saya, karena kelas yang lebih besar, anak yang lebih banyak dan semua lebih pintar dari kelas persiapan. Kelas ini diasuh oleh dua orang guru dimana mereka adalah pasanagn suami istri yaitu ibu Ester Pinem dan pak Darson Sitepu. Ada sekitar delapan anak didalam kelas ini dan tidak termasuk anak yang absen hari itu.

Bel tanda masuk kelas telah berbunyi semua anak berkumpul di lapangan untuk memulai hari dengan kebaktian dan bernyayi. Mereka dipimpin oleh guru piket yang sudah ditunjuk oleh kepala sekolah setelah itu mereka masuk dan seperti biasa guru mencari anak mereka yang belum ada di kelas. Setelah semua masuk kelas pelajaran pun dimulai. Sebelum memulai pelajaran anak-anak bernyayi dipimpin bu Pinem dengan lagu :”Selamat Pagi”

Selamat pagi pak guru Kami sudah sedia Menerima tugas bapak Belajar dengan gembira Selamat pagi bu guru


(61)

Menerima tugas ibu Belajar dengan gembira Selamat pagi pak Selamat pagi buk Selamat pagi semua

Masih banyak lagu yang mereka nyayikan lagu gereja dan lagu anak-anak juga ada. Rini, Andre satu, Andre dua, Juan Devi, Ivander, Debora, Raskita adalah beberapa siswa yang ada di dalam kelas. Untuk pelajaran pertama mereka belajar membaca. Ada beberapa kata yang mereka pelajari diantaranya

Ja-ri Ma-ta Lam-pu Bo-la Da-da Ti-ti Pi-pi Bu-rung Gi-gi Ba-ju

Kedua guru ini secara bergantian mengajar di depan kelas, meskipun pak Darson guru olahraga ia juga mengajar di kelas ini untuk mendampingi ibu Pinem. Suasana kelas juga tidak kaku sama seperti kelas persiapan. Kelihatan anak senang membaca hal ini dibuktikan dengan antusias anak-anak dalam belajar walaupun terkadang hal demikian tidak berlangsung lama.

Dalam kelas ini tidak terlalu banyak lagi bermain seperti kelas lain namun tetap tidak menjenuhkan bagi anak-anak. Kata-kata yang telah ditulis guru di


(62)

papan tulis dibaca oleh semua anak-anak, kemudian satu persatu mereka maju kedepan karena disuruh ibu ini ke depan kelas dan menunjukan mana kata yang disebutkan oleh ibu penem.

“Andre 1 mana bacaannya da-da.. “? (ibu Pinem)

Andre menunjuk kearah papan tulis paling atas karena itulah tulisan kata da-da.

“Ini bukkk”.(Andre 1) Sambil melihat ibu pinem.

“Iyaaaa benarr, duduk ko ntehh. Gitu min ko lalap kan bisa pintar, jangan lalap ganggui kawan”. (ibu Pinem) dengan suara yang besar dan tersenyum.

Seterusnya seperti itulah yang dilakukan guru kepada semua anak. Terkadang ada anak yang tidak tau lalu tanpa disuruh Andre satu memberi tahu kepada temannya apa jawabannya. Inilah kelebihan anak ini yang memang hiperaktif dan agak sulit dikendalikan.

Sambil belajar membaca dengan alat peraga yang ada, anak juga diperkenalkan mengenai dunia hewan dan tumbuhan. Mereka belajar membedakan mana hewan darat, laut dan udara. Selain itu mereka juga mengenal suara hewan.

“Bagaimana suara kucing nakku, cumi-cumi hidup dimana? Yang terbang apa namanya nakku?”( Pak Darson)

Kembali lagi Andre satu yang menjawab pertanyaan tersebut walaupun jawabannya salah ia hanya tertawa. Ketika guru mengatakan jawabnnya itu salah maka siswa yang lain menjawab pertanyaan guru mereka.


(63)

“Iyah nakku yah apai tulisenna boooo-laaa nina, debo? Emaka ula tawa lalap dahinndu nande ginting, kai pe latehndu me?”.(bu Pinem)

Artinya.

Ayog nakku, mana tulisannya boooo-laaa, debo? Makanya jangan ketawa selalu beru ginting, jadinya apapun kamu tidak tahu”.

Debora terlihat lama berada di depan papan tulis karena agak sulit mengerti yang dikatakan oleh ibu Pinem, namun lambat laun setelah diarahkan ia mengerti dan melingkari kata yang tepat. Tepuk tangan untuk Debora dan untuk semua anak di dalam kelas ini, Mereka tertawa karena bisa menyelesaikan tugas dari ibu Pinem ini.

Anak-anak dikelas ini lebih aktif dibandingkan kelas persiapan. Mereka dituntut untuk bisa mengikuti pelajaran dengan baik, sudah ada aturan yanga harus di ikuti, penerapan peraturan tersebut harus ditanamkan secara berkala sehingga menjadi kebiasaan”.(ibu Pinem)

Dalam hal ini sekolah mengatur dan mengontrol ABK secara utuh, dimana sekolah telah mengajarkan tindakan positif dan negatif, mana yang harus diikuti dan tidak. Bimbingan merupakan salah satu cara yang ampuh digunakan untuk mengajarkan hal yang baik serta dengan adanya kontrol guru akan menggunakan otoritas mereka untuk menegur dan menindak murid tersebut (Nasution, 2010:18)

Tidak seperti di kelas persiapan yang beberapa anak harus dijemput ke lapangan, anak-anak di kelas dasar ini tidak dicari namun mereka kembali sendiri walaupun waktunya agak lama. Hal ini biasa terjadi karena mereka tidak akan pernah jauh bermain-main. Mereka kembali belajar, sekarang anak-anak masuk ke pelajaran menggambar, pelajaran yang sangat disenangi semua anak. Ibu mengeluarkan buku gambar dan membagikannya kepada mereka. Tema gambar nya adalah bebas. Setiap anak bebas menggambar apa yang mereka inginkan.


(64)

Ivander adalah anak yang termasuk sangat disiplin dalam belajar, ia langsung menggambar pemandangan sawah. Walaupun ia harus di arahkan dalam menggambar tapi semangatnya tinggi. Ada anak yang menggambar gereja,ada yang membuat lingkaran dan ada juga ynag hanya mencoret-coret kertas gambarnya. Bu Pinem berkeliling kelas mengawasi anak-anaknya. Ketika tiba di bangku Juan ia mengomentari gambarnya.

Silalap gambar lingkaran Juan?? Itupun gak apa-apa yah nakku, Lingkaran besar, lingkaran kecil lingkaran lagi” (ibu Pinem) Sambil bernyayi.

Ternyata Juan memang selalu menggambar lingkaran karna hanya itu yang ia tau, tapi semakin lama semakin bagus gambar Juan. Waktu menggambar sudah habis dan tibalah waktu pulang sekolah dan kelas ditutup dengan nyayian.

Ketika anak-anak pergi ke lapangan dan berkumpul Ibu Pinem becerita bahwa kelas dasar ini juga menggunakan sistem semester dan sistem naik kelas. Ada juga ranking bagi anak-anak. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum pemberian pemerintah namun yayasan juga menyesuaikan kurikulum dengan kemampuan anak Alpha Omega.

“Kurikulum disini kami godok lagi nak, yaaa biar sesuai sama anak-anak kita. Karna dari pemerintah terlalu berat. Jadiii beda kelas dia beda kurikulumnya” (Ibu Pinem)

Setiap hari ada saja yang menjadi tantangan guru-guru di sini, karena setiap hari memang anak yang sama yang harus dihadapi tapi setiap hari juga ada saja sifat-sifat mereka yang tiba-tiba tidak diharapkan, seperti malas belajar, penyakit mereka yang kumat, suka marah-marah bahkan melukai teman mereka. Setiap hari guru ini juga terus belajar memahami anak-anaknya, dan mencoba


(65)

terkadang harus ikut menjadi anak-anak kembali dan melakukan hal-hal yang disukai anak seperti ikut duduk di lapangan dan bermain..

Tabel 4.7 Roster kelas dasar

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Agama B.Indonesia PKN Orkes B.Indonesia Kesenian

Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Kebersihan

MM MM MM IPS Bina diri Bina Diri

Istirahat Istirahat Istirahat Isirahat B.Indonesia

B.Indonesia IPA Kesenian Keterampilan

Sumber: Data Lapangan Kelas Dasar

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa pelajaran anak memang sama dengan anak SD, hanya saja ada bina diri yang diharuskan memang ada di setiap kelas, namun bina diri di kelas ini tidak sebanyak di kelas persiapan, karena anak di kelas dasar anak-anak sudah mampu merawat diri mereka sendiri dan tidak terlalu menyusahkan guru mereka. Pembagian kelas dasar ini di bagi berdasarkan kemampuan daya tangkap anak dan kecerdasan anak dan bukan berdasarkan label kecacatan anak.

Pembagian Kelas Dasar

Guru: Cinta Malem Br. Ginting Siswa

 Alemi  Bey  Abet

 Dani Haganta  Kornelius  Tarsimta  Guru: Darson Sitepu Siswa

 Ivander  Juan  Baginta  Andre I


(66)

Guru: Ester Pinem Siswa

 Dewi  Debora  Rini  Raskita  Andre II  Devi

Guru: Lisbeth / Mereksa Sitepu Siswa:

 Maria

 Arlinta Malem  Kastria

 Rivika  Mampa  Ponda

 Ria

Guru: Mariati Pelawi Siswa:

 Ernita

 Erik suhendar  Untung  Jerusalem  Halomoan  Melani  Betaria  Hema  Helena

4.2.3.2 Pendidikan Non-formal

Pendidikan non-formal merupakan pendidikan yang tidak ada pembagian jenjang pendidikannya, usia siswa dalam kelas tidak perlu sama, Materinya lebih praktis dan khusus dan tujuannya adalah agar para peserta didik segera dapat menerapkan hasil pendidikannya dalam praktek kerja. Sama halnya dengan ABK


(67)

keterampilanya. Pendidikan non-formal ini dapat dihargai setara dengan pendidikan formal karena pendidikannya melalui lembaga yang ditunjuk pemerintah (Sanapiah Faisal:1981:40). Pembagian kelas non-formal ini didasarkan berdasarkan kemampuan dan minat anak, sehingga ada beberapa anak mengikuti lebih dari satu kelas. Kelas ini biasa mereka sebut kelas karya atau kelas vokasional. Pendidikan non-formal di Alpha Omrga dibagi menjadi:

1. Kelas Membatik

Sada Arih br Ginting, Meilani Br Sembiring, Hema Br Sembiring, Febrina Barus, Natalia Barus, Halomoan. Mereka merupakan anak yang ikut dalam kelas membatik. Kelas ini diasuh oleh tiga orang guru antara lain:

 Ny. Sumirah Br. Tarigan  Rosliana Br. Tarigan  Eriah Br. Gurusinga

Kelas membatik adalah salah satu kelas yang menjadi tempat pengembanagan bakat anak-anak didik Alpha Omega, dimana melalui kelas ini diharapkan kreatifias anak berkembang dan maju. Tidak cukup hanya melalui pendidikan formal saja mereka dididik tapi harus juga melalui pendidikan informal.

Kegiatan membatik dimulai dengan pembuatan pola oleh guru mereka, dimana pola tersebut dibuat diatas selembar kain, dan kain tersebut telah diukur dan dibagi menjadi beberapa bagian. Kain diukur oleh Kartika, ia diarahkan oleh


(68)

ibu Sumirah. Kartika menarik garis lurus dari kain lalu memotongnya menjadi beberapa bagian, ada yang menjadi persegi panjang dan jadi persegi.

Selanjutnya ibu Rusliana membuat pola di atas kain, untuk pola ini ia mengerjakannya sendiri, karena belum ada yang mampu membuat pola. Sedangkan anak yang lain menyiapkan kuas, dan perlengkapan lainnya untuk membatik. Sebelum diberi warna kain tersebut terlebih dahulu dicanting, pencanting profesional ternyata telah ada di sini. Sada Arih merupakan satu-satunya siswa yang ahli mencanting selain guru mereka. Sada Arih merupakan orang terpercaya yang mampu mencanting semua kain sebelum siap di beri warna. Sada Arih mengajari saya mencanting. Ternyata memang pekerjaan yang tidak mudah karena konsentrasi sangat diperlukan. Tidak heran jika pekerjaan ini hanya ia yang mampu melakukannya.

Setelah kain selesai dicanting maka selanjutnya adalah pemberian warna pada pola. Semua anak sudah siap pada posisi mereka, mereka tinggal menunggu arahan dari guru mereka warna apa yang dipakai dan kuas mana yang dipakai.

“Warna apa kita buat ini buk? warma biru cocok kap ndu?” (Meilani) Ibu Rusliana mengangguk tanda setuju. Kemudian pemberian warna pada pola pun dilakukan, saya juga ikut dan ternyata saya yang sering salah dalam memberikan warna. Anak-anaklah yang megajarkan saya agar menjadi benar. Sungguh tidak saya sangka mereka mengerti akna warna, mereka punya jiwa seni dan tidak malas untuk disuruh.

“Bukan itu warna hijau buk, tapiiii daun nya warna hijau. Ini daun (sambil menunjuk pola daun pada kain)”. (Meilani)


(69)

showroom. Kain yang sudah kering nantinya akan dibuat menjadi berbagai karya seperti sapu tangan, tas, tempat tisu, kotak pensil dll. Biasanya mereka akan menjual karya mereka pada saat penjemaatan atau pada tamu yang datang. Harganya biasanya mulai dari Rp. 20.000.

Dikelas ini tidak ada paksaan bagi anak untuk terus menerus sepanjang hari ikut membatik. Jika mereka bosan mereka akan pergi keruang sebelah untuk menonton televisi. Guru mereka tidak marah namun jika sudah terlalu lama menonton akan ditegur juga nantinya. Sama seperti kelas lainnya kelas ini juga punya jam istirahat, mereka dapat snack dan setelah itu mereka lanjut lagi membatik hingga jam sekolah usai.

Anak-anak di kelas ini tidak terlalu suka mengikuti aturan, apa yang meeka sukalah yang mereka kerjakan. Terkadang mereka berlari ke lapangan padahal jam istirahat belum sampai. Namun ini hal biasa yang dihadapi oleh guru disini, karna natinya mereka akan kembali lagi kedalal kelas mereka.

Setelah jam kelas selesai guru menyuruh anak-anak untuk membuang sampah ke seberang Alpha Omega lalu yang lain membersihkan ruangan kelas dan mengambil kain yang sudah kering agar di bawa ke ruang jahit nantinya. Setelah itu walaupun belum bel mereka kembali ke asrama.

2. Kelas Menjahit

Kelas menjahit ini diasuh oleh dua guru yaitu:  Malemina Br. Ginting


(70)

Kedua guru diatas setiap hari datang pada pukul 10.00 WIB. Di jam ini, mereka harus masuk pada pelajaran menjahit, Betaria dan Ernita merupakan anak yang paling aktif memasuki kelas ini.

Saya meminta ijin kepada ibu Mariati untuk bisa ikut ke dalam kelas menjahit, setelah meminta ijin saya pun masuk ke dalam kelas mengikuti Berta dari belakang. Saya mengatakan bahwa hari ini jadwal saya ada di kelas mereka. Lalu setelah sampai di kelas mereka langsung duduk di mesin jahit mereka masing-masing. Ada sekitar enam mesin jahit yang digunakan untuk menjahit. Ruangan jahit ini tidak terlalu besar, tapi ruangan ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kretifitas anak-anak.

Kegiatan hari ini dimulai dengan menjahit sarung bantal. Ibu Mariati mengukur dan memotong kain yang akan dijadikan sarung bantal. Karena tidak terlalu mengerti saya hanya bisa membantu memotong benang dan mengukur kain. Sedangkan Ibu Malemina membuat bentuk dari sarung bantal dengan jarum pentul setelah itu anak-anaklah yang menjahit sarung bantal tersebut.

Sebelum ada sarung bantal yang akan dijahit berta kelihatan menjahit celana dan baju yang koyak. Baju itu merupakan baju adik-adik mereka. Banyak baju yang dikerjakan Betaria dan Ernita.

“Kami disini kak gak Cuma buat sarung bantal. Ada tas, sapu tangan banyak lah. Baju adek kami yang rusak ini pun akmi disuruh. Gini kak kalau kami udah kakak.” (Betaria)

Selain sarung bantal yang dibuat, ada juga tas dan sapu tangan. Tas tersebt terbuat dari kain hasil batikan anak-anak, dan dijual seharga Rp. 50.000. Semua


(1)

12.Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Kawan-Kawan ASOKA Fisip, dan juga teman-teman Ikatan Mahasiswa Karo Fisip USU. Tidak lupa juga untuk kawan-kawan Sanggar Seni Sirulo bang juara Ginting, bang Jimi, Alex, John, Oki, Padri, Saka, kak Averiana, kak Ita Apulina yang memberi banyak pelajaran tentang hidup.

13.Para informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat dibutuhkan di dalam penyelesaian skripsi ini Pdt. Mestika Ginting Selaku ketua yayasan, Ibu Inganta Br Sembiring selaku Kepala Sekolah dan kepada guru-guru ibu Mariati, ibu Dameria . Trimakasih atas kebaikannya.

14.Trimakasih juga untuk anak-anak Alpha Omega, Betaria, Juan, Sada Arih, Meilani dan masi banyak lagi. Kalian mengajarkanku untuk selalu bersyukur dan memberi arti betapa berharaganya hidup.

Penulis merasa bahwa dalam penulisan skripsi masih terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikian lah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.


(2)

Medan, Oktober 2013

(Penulis)

BERNITA SEMBIRING DEPARI


(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Abstrak ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penulisan ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Defenisi Konsep ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Sosial ... 10

2.2 Teori Struktural Fungsional Robert K. Merton ... 11

2.3 Lembaga Pendidikan ... 13

2.4 Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus ... 14

2.5 Perkembangan Pendidikan Aanak Berkebuthan Khusus di Indonesia .. 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Lokasi Penelitian ... 23

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 23

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5 Interpretasi Data ... 26

3.6 Jadwal Pelaksanaan ... 26


(4)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 28

4.1.1 Sejarah Berdirinya Alpha Omega ... 28

4.1.2 Visi Misi Alpha Omega ... 32

4.1.3 Arti, Nama, dan Logo Alpha Omega ... 33

4.1.4 Struktur Organisasi dan Personalia ... 33

4.1.5 Sarana dan Prasarana Yayasan Alpha Omega ... 35

4.1.6 Sumber Dana Alpha Omega ... 36

4.2 Interpretasi Data 4.2.1 Kondisi Anak YKPC Alpha Omega ... 37

4.2.2 Program Kegiatan Alpha Omega ... 43

4.2.2.1 Panti Asuhan ... 43

4.2.2.2 SLB (Sekolah Luar Biasa) ... 49

4.2.3 Pendidikan Alpha Omega ... 50

4.2.3.1 Pendidikan Formal ... 50

4.2.3.2 Pendidikan Non-Formal ... 61

4.2.4 Fungsi Manifest Pendidikan Alpha Omega ... 69

4.2.4.1 Fungsi Manifest Pendidikan Formal ... 69

4.2.4.2 Fungsi Manifest Pendidikan Non-Formal ... 70

4.2.5 Fungsi Laten Pendidikan Alpha Omega ... 71

4.2.5.1 Fungsi Laten Pendidikan Formal ... 71

4.2.5.2 Fungsi Laten Pendidikan Non-Formal ... 72

4.2.6 Asrama Sebagai Sistem Pengasuhan Berbasis Pendidikan ... 73

4.2.7 Kelebihan Alpha Omega Sebagai Lembaga Pendidikan ... 74

4.2.8 Pendapat ABK Mengenai Alpha Omega ... 76


(5)

4.2.10 Kendala Yayasan dan Pendidik dalam Menjalankan

Program Pendidikan ... 80

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 82 5.2 Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

                                 


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... 27

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Alpha Omega ... 34

Tabel 4.2 Data Anak Alpha Omega ... 41

Tabel 4.3 Roster Anak Di Asrama ... 44

Tabel 4.4 Roster Mendampingi Anak di Meja Makan ... 46

Tabel 4.5 Roster Kebaktian Malam ... 48

Tabel 4.6 Roster Kelas Persiapan ... 54

Tabel 4.7 Roster Kelas Dasar ... 60