Studi Karakteristik dan Produksi Getah Kemenyan (Styrax Spp.) (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)
5
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Kemenyan (Styrax spp)
Jayusman, dkk., (1999) pohonkemenyantermasukkedalamordoEbenales,
familiStyracaceaedan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh) jeniskemenyan yang
menghasilkangetahtetapihanya
4
jenis
secaraumumlebihdikenaldanbernilaiekonomisyaitu:
(S.benzoineDRYAND),
kemenyantoba
(S.
kemenyanbulu
sumatranaJ.J.Sm)
(S.
yang
kemenyandurame
benzoine
dankemenyansiam
var.
hiliferum),
(S.
tokinensis).
Tetapijeniskemenyantobadandurame yang paling umumdibudidayakansecaraluas
di Sumatera Utara.Jayusman, dkk., (1997) jugamenambahkanjenis kemenyan alam
yang kurang dikelolah di Sumatera Utara adalah kemenyan “Bulu” S. benzoine
var. hiliferum. Klasifikasi tanaman kemenyan (Styrax spp) dalam sistematika
tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Sub Divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dikotiledonae
Ordo
: Ebeneles
Family
: Styraceae
Genus
: Styrax
Spesies
: Styrax spp
Universitas Sumatera Utara
6
Ciri Morfologis Kemenyan
Secaramorfologistanamankemenyanmempunyaiciri-ciriantara lain:
Pohon
Kemenyantermasukpohonbesar, tinggidapatmencapai 24-40 m dengan
diameter
60-100
cm.
Batanglurusdenganpercabangansedikit.Kulitberalurtidakterlaludalam (3-7 mm)
dankulitberwarnamerahanggur (Jayusman, dkk., 1999).Kulitbagiandalamlunak,
berwarnacoklatsampaimerah, merahmudaataumerahkeunguan.
Daun
Kemenyanberdauntunggaldantersusunsecara spiral, daunberbentuk oval
bulat,
bulatmemanjang
(ellips)
dengandasardaunbulatdanujungruncing.Panjangdaundapatmencapai
4-15
cm
denganlebardaun 5-7,5 cm, tangkaidaun 5-13 cm, helaidaunmempunyainervi 7-13
pasang.
Helaidaunhalus,
permukaanbawahagakmengkilapberwarnaputihsampaiabuabu.Warnadaunjenistobalebihgelapkecoklatandanlebihtebaldibandingkanjenisdura
me(Jayusman, dkk., 1999).
Bunga
Bungakemenyanberkelaminduadimanabunganyabertangkaipanjangantara
6-11
cm,
daunmahkotabunga
Kemenyanberbungasecarateratur
9-12
helaidenganukuran
1
kali
2-3,5
mm.
setiaptahun.
WaktuberbungadimulaipadabulanNopember,
DesemberdanJanuari.Bungamajemuk,
Universitas Sumatera Utara
7
berbentuktandanataumalaipadaujungatauketiakdaun.Buahmasakberbentukbulatsa
mpaiagakgepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman, dkk., 1999).
BuahdanBiji
Buahkemenyanberbentukbulatgepengdanlonjongberukuran
Bijikemenyanberukuran
Bijikemenyanterdapat
15-19
di
mm,
cm.
bijinyaberwarnacoklatkeputihan.
dalamdagingbuah
halinidibuktikanbuahkemenyan
2,5-3
yang
yang
cukuptebaldankeras,
masih
normal
danbuahtidarusakwalaupunsudahbeberapabulanjatuhdaripohonnya.Bentukbuahda
nbijikemenyanbervariasisesuaidenganjenisnya.Bijikemenyantobawarnacoklattuad
anlebihgelapdibandingkanjenisduramemaupunbulu.bentukbuahdanbijidapatdiguna
kanuntukmembedakanjeniskemenyandibandingkanbagiantanamankemenyanlainn
ya
(daun,
batangdansebagainya)
Kemenyandiperbanyakdenganbiji.MusimberbungadanberbuahjenisStyrax benzoin
padabulanDesember
–
Januari.Buah
yang
masakdisukaiolehtupai,
rusadanbabihutan(Jayusman, dkk., 1999).
Habitat dan Penyebaran Kemenyan
Pohon kemenyan berasal dari pantai barat Sumatera, tumbuh secara alami
dan telah banyak dibudidayakan. Pohon kemenyan banyak ditemukan di hutan
alam, hidup berkelompok dan bercampur dengan tanaman lain (Burkil, 1935).
Pohon kemenyan menyebar pada berbagai elevasi (60 m – 2100 mdpl). Di
daerah Palembang (Sumatera Selatan) dan Tapanuli Selatan, pohon kemenyan
banyak ditemukan pada daerah dengan ketinggian 60-320 mdpl. Sentra kebun
kemenyan di Tapanuli Utara yang dikenal secara luas rata-rata berada pada
Universitas Sumatera Utara
8
ketinggian lebih dari 600 mdpl. Pohon tidak memerlukan persyaratan yang
istimewa (Heyne, 1987).
Pohon kemenyan tersebar pada berbagai negara antara lain Malaysia,
Thailand, Indonesia dan Laos. Di Indonesia jenis ini terdapat di Sumatera, Jawa
dan Kalimantan Barat. Di pulau Sumatera kemenyan dijumpai secara alami di
pantai barat, hidupnya berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain. Selain itu
pohon ini dijumpai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Di Sumatera Utara
jenis kemenyan sampai saat ini masih dibudidayakan secara luas di daerah
Kabupaten Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah) dan
Kabupaten Dairi (Jayusman, dkk., 1999).
Syarat Tumbuh Kemenyan
Beberapa syarat tumbuh kemenyen sebagai berikut:
Iklim
Sasmuko (2003) menyatakan bahwa kemenyan termasuk jenis tanaman
setengah toleran.Anakan kemenyan memerlukan naungan sinar matahari dan
setelah dewasa, pohon kemenyan memerlukan sinar matahari penuh. Selain itu,
untuk pertumbuhan optimal kemenyan memerlukan curah hujan yang cukup
tinggi, dan intensitas merata sepanjang tahun. Indriyanto (2008) pada kondisi
iklim dan tanah yang berbeda-beda, akan dijumpai hutan dengankomposisi jenis
vegetasi serta jumlah yang berbeda pula. Masing-masing pohon yang tumbuh
padatempat tersebut menghendaki persyaratan tempat tumbuh tertentu.
Tanaman kemenyan memerlukan banyak cahaya matahari dan curah hujan
yang cukup tinggi dan tersebar merata hampir sepanjang tahun berkisar 1916 –
Universitas Sumatera Utara
9
2395 mm/tahun, suhu bulanan 17 – 29 0C dan kelembaban rata-rata 85,04%
dengan tipe iklim Schmidt dan Ferguson A dan B. Keadaan iklim sangat besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kemenyan yang diusahakan
(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Tanah
Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan yang istimewa
terhadap jenis tanah, dapat tumbuh pada tanah podsolik, andosol, latosol, regosol,
dan berbagai asosiasinya, mulai dari tanah bertekstur berat sampai ringan dan
tanah yang kurang subur sampai yang subur lebih baik. Di samping itu yang perlu
diperhatikan tingkat keasaman tanah (pH tanah). Berdasarkan
kenyataan di
lapangan tanaman kemenyan tumbuh baik pada tingkat pH tanah antara 4-7. Jenis
tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada solum tanah yang dalam. Secara alamiah
tanaman kemenyan yang banyak terdapat di Sumatera Utara tumbuh mulai dari
dataran rendah sampai ketinggian 1500 mdpl. Jenis tanaman ini tumbuh pada
keadaan lapangan dari mulai datar sampai berbukit-bukit /bergelombang
(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Jenis Kemenyan
Menurut
Sasmuko
(2003)
terdapat
dua
jenis
kemenyan
yang
dikembangkan oleh masyarakat khususnya petani di Kabupaten Tapanuli. Kedua
jenis ini adalah kemenyan toba dan kemenyan durame. Kedua jenis ini dapat
dibedakan dari aroma dan warna getah yang dihasilkan, yaitu aroma getah toba
lebih tajam dengan warna yang lebih putih dibandingkan kemenyan durame.
Universitas Sumatera Utara
10
Secara botani kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuk dan ukuran daun.
Kemenyan durame mempunyai ukuran daun lebih besar dan berbentuk bulat
memanjang (oblongus). Kemenyan toba merupakan jenis yang disenangi oleh
masyarakat karena dalam perdagangan lokal getahnya lebih tinggi dibandingkan
dengan kemenyan durame.
Pengelolaan Kemenyan
Secara tradisional pengelolaan kemenyan oleh petani di Tapanuli Utara
meliputi kegiatan dan pemanenan. Pekerjaan penanaman secara tradisional
dilakukan dengan memindahkan anakan alam pada tempat yang kosong yang mati
dalam kebunnya. Sedangkan kegiatan pemungutan getah (penyadapan) dilakukan
satu kali dalam setahun dengan pola tradisional tanpa adanya perlakuan tertentu.
Untuk produksi getahnya tidak lebih dari 15 gr/takik atau rata-rata 0,5 kg/pohon
(Sasmuko, 1999).
Penentuan mutu bibit pada umumnya berdasarkan kepada hasil penilaian
atau evaluasi yang berdasarkan pada tiga kri-teria yaitu mutu genetik, mutu fisik,
dan mutu fisiologis. Mutu genetik didasarkan pada kelas sumber benih, mutu fisik
mencerminkan kondisi fisik bibit seperti kekompakan media, kekokohan, keadaan
batang, dan kesehatan; sedangkan mutu fisiologis menggambarkan pertumbuhan
tinggi, diameter, jumlah daun, warna daun (Pramono dan Suhaendi, 2006).
ProduksiGetahKemenyan
Pada awal abad 20-an yaitu sekitar 1910, produksi kemenyan Tapanuli
Utara sekitar 1.200 ton, kemudian naik menjadi sekitar 2.300 ton pada tahun 1930
dan pada tahun 1950 produksi meningkat menjadi sekitar 3.400 ton. Luas tanaman
Universitas Sumatera Utara
11
kemenyan pada tahun 1990 adalah lebih kurang 22.793 ha. Kabupaten Tapanuli
Utara memiliki tanaman paling luas yaitu 21.119 ha dengan produksi sekitar
4.000 ton. Pada tahun 1993 luas tanaman kemenyan di Tapanuli Utara adalah
17.299 hektar dengan produksi 3.917 ton (Sasmuko, 2003).Tanaman kemenyan
merupakan tanaman terluas yang diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten
Tapanuli Utara, yaitu pada tahun 2011 seluas 16.181,50 Ha. Tanaman kemenyan
tersebar di seluruh kecamatan Tapanuli Utara, sebagaimana dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas dan Produksi Kemenyan di Kabupaten Tapanuli Utara
No.
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Parmonangan
AdianKoting
Sipoholon
Tarutung
SiatasBarita
PahaeJulu
Pahae Jae
Purbatua
Simangumban
Pangaribuan
Garoga
Sipahutar
Siborong-borong
Pagaran
Muara
Jumlah 2011
2010
2009
2008
2007
Luas
Tanaman
(Ha)
1.574,00
2.700,00
441,00
925,00
53,00
2.083,00
556,00
541,00
115,00
5.086,50
522,00
1.448,00
132,00
25,00
7,00
16.208,50
16.181,50
16.413,00
16.413,50
16.395,00
Tanaman
Menghasilkan
(Ha)
1.474,50
2.088,00
334,00
784,25
38,00
1.806,25
429,00
372,00
94,00
4.821,50
346,50
1.241,25
71,50
18,25
4,50
13.923,50
13.923,50
13.906,50
13.906,50
13.878,75
Produksi
(Ton)
388,46
524,07
83,08
220,66
11,27
521,97
138,03
85,13
26,03
1.031,61
127,49
437,99
20,57
5,66
1,26
3.623,28
3.623,28
3.625,86
3.625,86
3.634,12
Rata-rata
Produksi
(Kg/Ha)
263,45
250,99
248,74
281,36
296,58
288,98
321,75
228,84
276,91
213,96
367,94
352,86
287,69
310,14
280,00
260,23
260,23
260,73
260,73
261,85
Sumber: Kabupaten Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014.
Manfaat Getah Kemenyan
a. Tradisional (konvensional
Tradisi religi masih sering menggunakan getah kemenyan, terutama pada
upacara-upacara untuk mendapatkan aroma dupa yang baik. Di pulau Jawa sering
dicampur dengan kayu cendana pada saat pembakarannya. Ditimur Tengah
Universitas Sumatera Utara
12
penggunaan getah kemenyan sebagai dupa yang sempurna dengan mencampur
dengan getah Murni (minyak). Penggunaan gatah untuk bahan pencampur pada
tembakau rokok.
b. Modern
1. Pengawet makanan dan minuman
2. Bahan pembuatan parfum
3. Kosmetik
4. Pembuatan Vernis
5. Sebagai salah satu bahan pembuatan obat pada bidang farmasi
6. Bahan pembuatan lilin
(Khan, 2001).
Kualitas Getah Kemenyan
Berdasarkan Standar Industri Indonesia (SII) 2044-1987 standar kualitas
normal kemenyan dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Standart Lokal Kualitas Kemenyan
Mutu
Kualitas
I
II
III
IV
Abu
Warna
Putih
Putih
Kekuningan
Putih
Kekuningan
Coklat
Kemerahan
Campur
Ukuran
(cm)
L: 3-4
L: 2-3
L: 1-2
L: 0,5-1
Bentuk
Kerikil Pasir
P: 5-6
P: 3-5
P: 2-3
P: 1-2
Sumber: Standart Industri Indonesia (SII) No.2044-1987
Yuniandra
(1998)menyatakan
bahwa
kualitas
kemenyan
yang
diperdagangkan di daerah Sumatera Utara di kalangan petani, pedagang, serta
pengolah dapat dikatakan belum ada suatu standar yang menjadi dasar umum
Universitas Sumatera Utara
13
yang berlaku untuk semua transaksi pedagang dan eksportir. Kemenyan yang
dibeli pedagang, berupa sam-sam, mata, tahir dan jurur, disortir dengan memakai
ayakan, sehingga dapat diatur sesuai dengan mutu yang diinginkan, yaitu :
•
Kualitas I
Kemenyan mata kasar atau sidungkapi ialah bongkahan kemenyan berwarna putih
sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter lebih besar dari 2
cm.
•
Kualitas II
Kemenyan mata halus ialah kemenyan berwarna putih sampai putih kekuningkuningan berdiameter 1-2 cm.
•
Kualitas III
Kemenyan tahir ialah jenis kemenyan yang bercampur dengan kulitnya atau
kotoran lainnya, berwarna coklat dan kadang-kadang berbintik-bintik putih atau
kuning serta besarnya lebih besar dari ukuran mata halus.
•
Kualitas IV
Kemenyan jurur atau jarir yang biasanya dicampurkan atau disamakan mutunya
dengan jenis tahir dan warnanya merah serta lebih kecil dari mata halus.
•
Kualitas V
Kemenyan barbar ialah kulit kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit
sewaktu melakukan pembersihan.
•
Kualitas VI
Kemenyan abu ialah sisa-sisa berasal dari getah kemenyan dari semua kualitas,
bentuk dan warnanya seperti abu kasar.
Universitas Sumatera Utara
14
Penyadapan Getah Kemenyan
Sasmuko (2003) menyatakan pohon kemenyan yang berdiameter
lebihkurang 20 cm sudah bisa disadap kemenyannya. Sebelum dilakukan
penakikan, terlebih dahulu kulit batang pohon dibersihkan dari kotoran seperti
lumut, kulit kering. Kulit yang tidak bersih akan mempengaruhi kualitas
kemenyan yang dihasilkan karena banyak kotoran. Setelah kulit dibersihkan,
batang pohon kemenyan ditakik dengan pisau takik yang disebut panugi.
Kegiatan menakik dimaksudkan untuk membuat luka pada kulit dan
membuat rongga diantara kulit dan batang (kayu) di mana akan terbentuk resin
yang menggumpal dan mengering dalam rongga tersebut. Selain resin yang
menggumpal dalam rongga antara kulit dan batang ada juga resin yang meleleh
keluar. Setelah 3 bulan penakikan, kemenyan dipanen dan dipisahkan antara
kemenyan yang berasal dari dalam dan luar kulit. Selanjutnya disortir berdasarkan
besar kecilnya butiran sesuai dengan pembagian kualitas kemenyan yang ada di
pasaran (Waluyo, 2011).
Getah kemenyan dipanen setelah umur sadap setidaknya 3 bulan,
selanjutnya dilakukan pengeringan secara tradisional. Teknik pengeringan yang
dilakukan oleh para petani kemenyan di Sumatera Utara yaitu disimpan di atas
langit-langit rumah/gudang beratap seng. Pengeringan ini memerlukan waktu 3
bulan hingga kadar air kemenyan kurang dari 10% (Waluyo, 2011)
Universitas Sumatera Utara
15
Pemanenan Getah Kemenyan
Apabila getah yang muncul di luka sadap mulai mengeras, maka pemanenan dapat
dimulai.
Berbeda
dengan
penyadapan
dan
pemanenan
getah
karet
(Havea brasiliensis), pemanenan getah kemenyan dapat dilakukan tiga kali yaitu :
1. Sidukapi (panen tahap pertama) yaitu pemungutan getah perdana
(menggunakan alat agat panugi) dan getah yang dihasilkan memiliki
kualitas I dan II
2. Tahir (panen tahap kedua) yaitu memungut getah yang masih tertinggal
saat pemanenan sidukapi, namun kualitasnya rendah yaitu kualitas getah
III hingga IV
3. Sital-tal (panen tahap ketiga) merupakan pemanenan pembersihan luka
bidang sadap dengan getah panen berupa butiran-butiran kecil,
dikelompokkan mutu rendah (kemenyan bakar)
Pasca Panen
1. Pengeringan
Getah hasil pemanenan dikeringkan dengan cara menghamparkan di lantai
tanpa cahaya matahari. Dengan cara tersebut dapat meningkatkan penguapan,
sehingga pengeringan dapat dipercepat. Sewaktu pegeringan, hamparan tidak
boleh terlalu tinggi tumpukannya, yaitu untuk menjaga supaya tekanan pada getah
bagian lapisan bawah tidak terlalu berat, karena semakin berat tekanan getah,
maka getah semakin mudah melengket dan dapat menurunkan kualitas getah
kemenyan. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu ± 5-7 minggu dan apabila
getah tidak lengket dan telah mengeras, maka pengeringan dianggap selesai.
Universitas Sumatera Utara
16
2. Pembersihan
Pemisahan kulit dari getah, pemisahan getah dari kotoran pencampur getah seperti
sisa kulit, lumut, daun, ranting, dan bahan rempah lainnya, sehingga diperoleh
kemenyan murni.
3. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memilah butiran getah kemenyan berdasarkan
warna dan ukuran butiran (misalkan memisahkan kelas mutu mata dan jurur).
Kegiatan ini hanya dilakukan untuk getah kemenyan dalam jumlah banyak,
apabila petani hanya memanen getah dalam jumlah sedikit, maka kegiatan sortasi
jarang diperlukan. Setelah proses sortasi selesai, maka getah lalu diolah sesuai
dengan produk yang diinginkan. Untuk jenis kemenyan kepingan atau bongkahan
langsung dapat dikemas dan dipasarkan. Sedangkan untuk jenis produk
tampangan (olahan) masih perlu diproses lebih lanjut di kilang kemenyan.
Kondisi Umum Kawasan Hutan Batang Toru
Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur,
secara geografis terletak antara 98° 53’ - 99° 26’ Bujur Timur dan 02° 03’ - 01°
27’ Lintang Utara. Hutan alami (primer) di Batang Toru yang tersisa saat ini
diperhitungkan seluas 136.284 hadan berada di Blok Barat seluas 81.344 ha dan di
Blok Timur seluas 54.940 ha. Secara administratif berada di 3 Kabupaten yaitu
Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan. Kabupaten Tapanuli
Utara: Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalamdaerah Tapanuli Utara
adalah seluas 89.236 ha atau 65,5% dari luas hutan. Air dari hutan Batang Toru di
Tapanuli Utara mengairi persawahan luas di lembah Sarulla dan hulunya dari
Universitas Sumatera Utara
17
DAS Sipansihaporas dan Aek Raisan berada di Tapanuli Utara. Pegununganyang
paling tinggi di Batang Toru berada di Tapanuli Utara (Dolok Saut 1.802 m dpl)
(YEL, 2007).
Keadaan topografi di kawasan hutan Batang Toru sangat curam.
Berdasarkan peta kontur sebagian besar kelerengan berkisar > 40%, dan lebih
curam lagi di Blok Timur Sarulla. Tanah di hutan Batang Toru termasuk yang
peka terhadap erosi. Hutan Batang Toru menjadi areal yang penting untuk
mencegah banjir, erosi dan longsor di daerah Tapanuli ini yang rentan terhadap
datangnya bencana alam, termasuk gempa. Dengan ketinggian sekitar 400-1.803
m di atas permukaan laut, kawasan hutan Batang Toru merupakan hutan
pegunungan dataran rendah dan dataran tinggi. Status hutan Batang Toru saat ini
sekitar 68,7 % Hutan Produksi (93.628 ha), APL 12,7 % (17.341 ha) dan sebagian
Hutan Lindung (Register) atau Suaka Alam 18,6 % (25.315 ha). Saat ini sedang
sedang disiapkan usulan perubahan status untuk menjadikan hutan Batang Toru
sebagai hutan lindung oleh kabupaten-kabupaten yang ada di Tapanuli (YEL,
2007).
Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara
Tapanuli Utara Dalam Angka (2012) secara geografis Kabupaten Tapanuli
Utara terletak pada koordinat 1º20'00" - 2º41'00" Lintang Utara (LU) dan 98 05"99 16" Bujur Timur (BT).Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara
berbatasan dengan lima kabupaten tetangga. Adapun batas-batas adalah sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
18
•
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengahdan Kabupaten
Humbang Hasundutan,
•
•
•
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu,
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten TapanuliSelatan.
Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting
Adiankoting dalam Angka (2012),secara geografis kecamatan Adiankoting
terletak pada koordinat 98o50’21,37’’ BT – 01o58’40,02’’ Lintang Utara.
Kecamatan Adiankoting terletak 400-1.300 mdpl dengan luas kecamatan 502, 90
Km2. Secara administratif kecamatan Adiankoting berbatasan dengan empat
kecamatan tentangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :
•
•
•
•
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kacamatan Parmonangan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pahae Julu
Kecamatan Adiankoting terdiri atas 16 desa/kelurahan yaitu Pagaran
Lambung I, II, III, IV, Sibalanga, Pagaran Pisang, Adiankoting, Dolok Nauli,
Banuaji I, II, IV, Pansur Batu, Pardomuan Nauli, Siantar Naipospos, Pansur Batu I
dan II. Luas lahan untuk hutan kemenyan adalah 2.088 ha dengan produksi
kemenyan 524,07 ton/tahun. (Adiankoting dalam Angka, 2012).
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Kemenyan (Styrax spp)
Jayusman, dkk., (1999) pohonkemenyantermasukkedalamordoEbenales,
familiStyracaceaedan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh) jeniskemenyan yang
menghasilkangetahtetapihanya
4
jenis
secaraumumlebihdikenaldanbernilaiekonomisyaitu:
(S.benzoineDRYAND),
kemenyantoba
(S.
kemenyanbulu
sumatranaJ.J.Sm)
(S.
yang
kemenyandurame
benzoine
dankemenyansiam
var.
hiliferum),
(S.
tokinensis).
Tetapijeniskemenyantobadandurame yang paling umumdibudidayakansecaraluas
di Sumatera Utara.Jayusman, dkk., (1997) jugamenambahkanjenis kemenyan alam
yang kurang dikelolah di Sumatera Utara adalah kemenyan “Bulu” S. benzoine
var. hiliferum. Klasifikasi tanaman kemenyan (Styrax spp) dalam sistematika
tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Sub Divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dikotiledonae
Ordo
: Ebeneles
Family
: Styraceae
Genus
: Styrax
Spesies
: Styrax spp
Universitas Sumatera Utara
6
Ciri Morfologis Kemenyan
Secaramorfologistanamankemenyanmempunyaiciri-ciriantara lain:
Pohon
Kemenyantermasukpohonbesar, tinggidapatmencapai 24-40 m dengan
diameter
60-100
cm.
Batanglurusdenganpercabangansedikit.Kulitberalurtidakterlaludalam (3-7 mm)
dankulitberwarnamerahanggur (Jayusman, dkk., 1999).Kulitbagiandalamlunak,
berwarnacoklatsampaimerah, merahmudaataumerahkeunguan.
Daun
Kemenyanberdauntunggaldantersusunsecara spiral, daunberbentuk oval
bulat,
bulatmemanjang
(ellips)
dengandasardaunbulatdanujungruncing.Panjangdaundapatmencapai
4-15
cm
denganlebardaun 5-7,5 cm, tangkaidaun 5-13 cm, helaidaunmempunyainervi 7-13
pasang.
Helaidaunhalus,
permukaanbawahagakmengkilapberwarnaputihsampaiabuabu.Warnadaunjenistobalebihgelapkecoklatandanlebihtebaldibandingkanjenisdura
me(Jayusman, dkk., 1999).
Bunga
Bungakemenyanberkelaminduadimanabunganyabertangkaipanjangantara
6-11
cm,
daunmahkotabunga
Kemenyanberbungasecarateratur
9-12
helaidenganukuran
1
kali
2-3,5
mm.
setiaptahun.
WaktuberbungadimulaipadabulanNopember,
DesemberdanJanuari.Bungamajemuk,
Universitas Sumatera Utara
7
berbentuktandanataumalaipadaujungatauketiakdaun.Buahmasakberbentukbulatsa
mpaiagakgepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman, dkk., 1999).
BuahdanBiji
Buahkemenyanberbentukbulatgepengdanlonjongberukuran
Bijikemenyanberukuran
Bijikemenyanterdapat
15-19
di
mm,
cm.
bijinyaberwarnacoklatkeputihan.
dalamdagingbuah
halinidibuktikanbuahkemenyan
2,5-3
yang
yang
cukuptebaldankeras,
masih
normal
danbuahtidarusakwalaupunsudahbeberapabulanjatuhdaripohonnya.Bentukbuahda
nbijikemenyanbervariasisesuaidenganjenisnya.Bijikemenyantobawarnacoklattuad
anlebihgelapdibandingkanjenisduramemaupunbulu.bentukbuahdanbijidapatdiguna
kanuntukmembedakanjeniskemenyandibandingkanbagiantanamankemenyanlainn
ya
(daun,
batangdansebagainya)
Kemenyandiperbanyakdenganbiji.MusimberbungadanberbuahjenisStyrax benzoin
padabulanDesember
–
Januari.Buah
yang
masakdisukaiolehtupai,
rusadanbabihutan(Jayusman, dkk., 1999).
Habitat dan Penyebaran Kemenyan
Pohon kemenyan berasal dari pantai barat Sumatera, tumbuh secara alami
dan telah banyak dibudidayakan. Pohon kemenyan banyak ditemukan di hutan
alam, hidup berkelompok dan bercampur dengan tanaman lain (Burkil, 1935).
Pohon kemenyan menyebar pada berbagai elevasi (60 m – 2100 mdpl). Di
daerah Palembang (Sumatera Selatan) dan Tapanuli Selatan, pohon kemenyan
banyak ditemukan pada daerah dengan ketinggian 60-320 mdpl. Sentra kebun
kemenyan di Tapanuli Utara yang dikenal secara luas rata-rata berada pada
Universitas Sumatera Utara
8
ketinggian lebih dari 600 mdpl. Pohon tidak memerlukan persyaratan yang
istimewa (Heyne, 1987).
Pohon kemenyan tersebar pada berbagai negara antara lain Malaysia,
Thailand, Indonesia dan Laos. Di Indonesia jenis ini terdapat di Sumatera, Jawa
dan Kalimantan Barat. Di pulau Sumatera kemenyan dijumpai secara alami di
pantai barat, hidupnya berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain. Selain itu
pohon ini dijumpai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Di Sumatera Utara
jenis kemenyan sampai saat ini masih dibudidayakan secara luas di daerah
Kabupaten Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah) dan
Kabupaten Dairi (Jayusman, dkk., 1999).
Syarat Tumbuh Kemenyan
Beberapa syarat tumbuh kemenyen sebagai berikut:
Iklim
Sasmuko (2003) menyatakan bahwa kemenyan termasuk jenis tanaman
setengah toleran.Anakan kemenyan memerlukan naungan sinar matahari dan
setelah dewasa, pohon kemenyan memerlukan sinar matahari penuh. Selain itu,
untuk pertumbuhan optimal kemenyan memerlukan curah hujan yang cukup
tinggi, dan intensitas merata sepanjang tahun. Indriyanto (2008) pada kondisi
iklim dan tanah yang berbeda-beda, akan dijumpai hutan dengankomposisi jenis
vegetasi serta jumlah yang berbeda pula. Masing-masing pohon yang tumbuh
padatempat tersebut menghendaki persyaratan tempat tumbuh tertentu.
Tanaman kemenyan memerlukan banyak cahaya matahari dan curah hujan
yang cukup tinggi dan tersebar merata hampir sepanjang tahun berkisar 1916 –
Universitas Sumatera Utara
9
2395 mm/tahun, suhu bulanan 17 – 29 0C dan kelembaban rata-rata 85,04%
dengan tipe iklim Schmidt dan Ferguson A dan B. Keadaan iklim sangat besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kemenyan yang diusahakan
(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Tanah
Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan yang istimewa
terhadap jenis tanah, dapat tumbuh pada tanah podsolik, andosol, latosol, regosol,
dan berbagai asosiasinya, mulai dari tanah bertekstur berat sampai ringan dan
tanah yang kurang subur sampai yang subur lebih baik. Di samping itu yang perlu
diperhatikan tingkat keasaman tanah (pH tanah). Berdasarkan
kenyataan di
lapangan tanaman kemenyan tumbuh baik pada tingkat pH tanah antara 4-7. Jenis
tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada solum tanah yang dalam. Secara alamiah
tanaman kemenyan yang banyak terdapat di Sumatera Utara tumbuh mulai dari
dataran rendah sampai ketinggian 1500 mdpl. Jenis tanaman ini tumbuh pada
keadaan lapangan dari mulai datar sampai berbukit-bukit /bergelombang
(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Jenis Kemenyan
Menurut
Sasmuko
(2003)
terdapat
dua
jenis
kemenyan
yang
dikembangkan oleh masyarakat khususnya petani di Kabupaten Tapanuli. Kedua
jenis ini adalah kemenyan toba dan kemenyan durame. Kedua jenis ini dapat
dibedakan dari aroma dan warna getah yang dihasilkan, yaitu aroma getah toba
lebih tajam dengan warna yang lebih putih dibandingkan kemenyan durame.
Universitas Sumatera Utara
10
Secara botani kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuk dan ukuran daun.
Kemenyan durame mempunyai ukuran daun lebih besar dan berbentuk bulat
memanjang (oblongus). Kemenyan toba merupakan jenis yang disenangi oleh
masyarakat karena dalam perdagangan lokal getahnya lebih tinggi dibandingkan
dengan kemenyan durame.
Pengelolaan Kemenyan
Secara tradisional pengelolaan kemenyan oleh petani di Tapanuli Utara
meliputi kegiatan dan pemanenan. Pekerjaan penanaman secara tradisional
dilakukan dengan memindahkan anakan alam pada tempat yang kosong yang mati
dalam kebunnya. Sedangkan kegiatan pemungutan getah (penyadapan) dilakukan
satu kali dalam setahun dengan pola tradisional tanpa adanya perlakuan tertentu.
Untuk produksi getahnya tidak lebih dari 15 gr/takik atau rata-rata 0,5 kg/pohon
(Sasmuko, 1999).
Penentuan mutu bibit pada umumnya berdasarkan kepada hasil penilaian
atau evaluasi yang berdasarkan pada tiga kri-teria yaitu mutu genetik, mutu fisik,
dan mutu fisiologis. Mutu genetik didasarkan pada kelas sumber benih, mutu fisik
mencerminkan kondisi fisik bibit seperti kekompakan media, kekokohan, keadaan
batang, dan kesehatan; sedangkan mutu fisiologis menggambarkan pertumbuhan
tinggi, diameter, jumlah daun, warna daun (Pramono dan Suhaendi, 2006).
ProduksiGetahKemenyan
Pada awal abad 20-an yaitu sekitar 1910, produksi kemenyan Tapanuli
Utara sekitar 1.200 ton, kemudian naik menjadi sekitar 2.300 ton pada tahun 1930
dan pada tahun 1950 produksi meningkat menjadi sekitar 3.400 ton. Luas tanaman
Universitas Sumatera Utara
11
kemenyan pada tahun 1990 adalah lebih kurang 22.793 ha. Kabupaten Tapanuli
Utara memiliki tanaman paling luas yaitu 21.119 ha dengan produksi sekitar
4.000 ton. Pada tahun 1993 luas tanaman kemenyan di Tapanuli Utara adalah
17.299 hektar dengan produksi 3.917 ton (Sasmuko, 2003).Tanaman kemenyan
merupakan tanaman terluas yang diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten
Tapanuli Utara, yaitu pada tahun 2011 seluas 16.181,50 Ha. Tanaman kemenyan
tersebar di seluruh kecamatan Tapanuli Utara, sebagaimana dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas dan Produksi Kemenyan di Kabupaten Tapanuli Utara
No.
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Parmonangan
AdianKoting
Sipoholon
Tarutung
SiatasBarita
PahaeJulu
Pahae Jae
Purbatua
Simangumban
Pangaribuan
Garoga
Sipahutar
Siborong-borong
Pagaran
Muara
Jumlah 2011
2010
2009
2008
2007
Luas
Tanaman
(Ha)
1.574,00
2.700,00
441,00
925,00
53,00
2.083,00
556,00
541,00
115,00
5.086,50
522,00
1.448,00
132,00
25,00
7,00
16.208,50
16.181,50
16.413,00
16.413,50
16.395,00
Tanaman
Menghasilkan
(Ha)
1.474,50
2.088,00
334,00
784,25
38,00
1.806,25
429,00
372,00
94,00
4.821,50
346,50
1.241,25
71,50
18,25
4,50
13.923,50
13.923,50
13.906,50
13.906,50
13.878,75
Produksi
(Ton)
388,46
524,07
83,08
220,66
11,27
521,97
138,03
85,13
26,03
1.031,61
127,49
437,99
20,57
5,66
1,26
3.623,28
3.623,28
3.625,86
3.625,86
3.634,12
Rata-rata
Produksi
(Kg/Ha)
263,45
250,99
248,74
281,36
296,58
288,98
321,75
228,84
276,91
213,96
367,94
352,86
287,69
310,14
280,00
260,23
260,23
260,73
260,73
261,85
Sumber: Kabupaten Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014.
Manfaat Getah Kemenyan
a. Tradisional (konvensional
Tradisi religi masih sering menggunakan getah kemenyan, terutama pada
upacara-upacara untuk mendapatkan aroma dupa yang baik. Di pulau Jawa sering
dicampur dengan kayu cendana pada saat pembakarannya. Ditimur Tengah
Universitas Sumatera Utara
12
penggunaan getah kemenyan sebagai dupa yang sempurna dengan mencampur
dengan getah Murni (minyak). Penggunaan gatah untuk bahan pencampur pada
tembakau rokok.
b. Modern
1. Pengawet makanan dan minuman
2. Bahan pembuatan parfum
3. Kosmetik
4. Pembuatan Vernis
5. Sebagai salah satu bahan pembuatan obat pada bidang farmasi
6. Bahan pembuatan lilin
(Khan, 2001).
Kualitas Getah Kemenyan
Berdasarkan Standar Industri Indonesia (SII) 2044-1987 standar kualitas
normal kemenyan dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Standart Lokal Kualitas Kemenyan
Mutu
Kualitas
I
II
III
IV
Abu
Warna
Putih
Putih
Kekuningan
Putih
Kekuningan
Coklat
Kemerahan
Campur
Ukuran
(cm)
L: 3-4
L: 2-3
L: 1-2
L: 0,5-1
Bentuk
Kerikil Pasir
P: 5-6
P: 3-5
P: 2-3
P: 1-2
Sumber: Standart Industri Indonesia (SII) No.2044-1987
Yuniandra
(1998)menyatakan
bahwa
kualitas
kemenyan
yang
diperdagangkan di daerah Sumatera Utara di kalangan petani, pedagang, serta
pengolah dapat dikatakan belum ada suatu standar yang menjadi dasar umum
Universitas Sumatera Utara
13
yang berlaku untuk semua transaksi pedagang dan eksportir. Kemenyan yang
dibeli pedagang, berupa sam-sam, mata, tahir dan jurur, disortir dengan memakai
ayakan, sehingga dapat diatur sesuai dengan mutu yang diinginkan, yaitu :
•
Kualitas I
Kemenyan mata kasar atau sidungkapi ialah bongkahan kemenyan berwarna putih
sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter lebih besar dari 2
cm.
•
Kualitas II
Kemenyan mata halus ialah kemenyan berwarna putih sampai putih kekuningkuningan berdiameter 1-2 cm.
•
Kualitas III
Kemenyan tahir ialah jenis kemenyan yang bercampur dengan kulitnya atau
kotoran lainnya, berwarna coklat dan kadang-kadang berbintik-bintik putih atau
kuning serta besarnya lebih besar dari ukuran mata halus.
•
Kualitas IV
Kemenyan jurur atau jarir yang biasanya dicampurkan atau disamakan mutunya
dengan jenis tahir dan warnanya merah serta lebih kecil dari mata halus.
•
Kualitas V
Kemenyan barbar ialah kulit kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit
sewaktu melakukan pembersihan.
•
Kualitas VI
Kemenyan abu ialah sisa-sisa berasal dari getah kemenyan dari semua kualitas,
bentuk dan warnanya seperti abu kasar.
Universitas Sumatera Utara
14
Penyadapan Getah Kemenyan
Sasmuko (2003) menyatakan pohon kemenyan yang berdiameter
lebihkurang 20 cm sudah bisa disadap kemenyannya. Sebelum dilakukan
penakikan, terlebih dahulu kulit batang pohon dibersihkan dari kotoran seperti
lumut, kulit kering. Kulit yang tidak bersih akan mempengaruhi kualitas
kemenyan yang dihasilkan karena banyak kotoran. Setelah kulit dibersihkan,
batang pohon kemenyan ditakik dengan pisau takik yang disebut panugi.
Kegiatan menakik dimaksudkan untuk membuat luka pada kulit dan
membuat rongga diantara kulit dan batang (kayu) di mana akan terbentuk resin
yang menggumpal dan mengering dalam rongga tersebut. Selain resin yang
menggumpal dalam rongga antara kulit dan batang ada juga resin yang meleleh
keluar. Setelah 3 bulan penakikan, kemenyan dipanen dan dipisahkan antara
kemenyan yang berasal dari dalam dan luar kulit. Selanjutnya disortir berdasarkan
besar kecilnya butiran sesuai dengan pembagian kualitas kemenyan yang ada di
pasaran (Waluyo, 2011).
Getah kemenyan dipanen setelah umur sadap setidaknya 3 bulan,
selanjutnya dilakukan pengeringan secara tradisional. Teknik pengeringan yang
dilakukan oleh para petani kemenyan di Sumatera Utara yaitu disimpan di atas
langit-langit rumah/gudang beratap seng. Pengeringan ini memerlukan waktu 3
bulan hingga kadar air kemenyan kurang dari 10% (Waluyo, 2011)
Universitas Sumatera Utara
15
Pemanenan Getah Kemenyan
Apabila getah yang muncul di luka sadap mulai mengeras, maka pemanenan dapat
dimulai.
Berbeda
dengan
penyadapan
dan
pemanenan
getah
karet
(Havea brasiliensis), pemanenan getah kemenyan dapat dilakukan tiga kali yaitu :
1. Sidukapi (panen tahap pertama) yaitu pemungutan getah perdana
(menggunakan alat agat panugi) dan getah yang dihasilkan memiliki
kualitas I dan II
2. Tahir (panen tahap kedua) yaitu memungut getah yang masih tertinggal
saat pemanenan sidukapi, namun kualitasnya rendah yaitu kualitas getah
III hingga IV
3. Sital-tal (panen tahap ketiga) merupakan pemanenan pembersihan luka
bidang sadap dengan getah panen berupa butiran-butiran kecil,
dikelompokkan mutu rendah (kemenyan bakar)
Pasca Panen
1. Pengeringan
Getah hasil pemanenan dikeringkan dengan cara menghamparkan di lantai
tanpa cahaya matahari. Dengan cara tersebut dapat meningkatkan penguapan,
sehingga pengeringan dapat dipercepat. Sewaktu pegeringan, hamparan tidak
boleh terlalu tinggi tumpukannya, yaitu untuk menjaga supaya tekanan pada getah
bagian lapisan bawah tidak terlalu berat, karena semakin berat tekanan getah,
maka getah semakin mudah melengket dan dapat menurunkan kualitas getah
kemenyan. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu ± 5-7 minggu dan apabila
getah tidak lengket dan telah mengeras, maka pengeringan dianggap selesai.
Universitas Sumatera Utara
16
2. Pembersihan
Pemisahan kulit dari getah, pemisahan getah dari kotoran pencampur getah seperti
sisa kulit, lumut, daun, ranting, dan bahan rempah lainnya, sehingga diperoleh
kemenyan murni.
3. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memilah butiran getah kemenyan berdasarkan
warna dan ukuran butiran (misalkan memisahkan kelas mutu mata dan jurur).
Kegiatan ini hanya dilakukan untuk getah kemenyan dalam jumlah banyak,
apabila petani hanya memanen getah dalam jumlah sedikit, maka kegiatan sortasi
jarang diperlukan. Setelah proses sortasi selesai, maka getah lalu diolah sesuai
dengan produk yang diinginkan. Untuk jenis kemenyan kepingan atau bongkahan
langsung dapat dikemas dan dipasarkan. Sedangkan untuk jenis produk
tampangan (olahan) masih perlu diproses lebih lanjut di kilang kemenyan.
Kondisi Umum Kawasan Hutan Batang Toru
Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur,
secara geografis terletak antara 98° 53’ - 99° 26’ Bujur Timur dan 02° 03’ - 01°
27’ Lintang Utara. Hutan alami (primer) di Batang Toru yang tersisa saat ini
diperhitungkan seluas 136.284 hadan berada di Blok Barat seluas 81.344 ha dan di
Blok Timur seluas 54.940 ha. Secara administratif berada di 3 Kabupaten yaitu
Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan. Kabupaten Tapanuli
Utara: Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalamdaerah Tapanuli Utara
adalah seluas 89.236 ha atau 65,5% dari luas hutan. Air dari hutan Batang Toru di
Tapanuli Utara mengairi persawahan luas di lembah Sarulla dan hulunya dari
Universitas Sumatera Utara
17
DAS Sipansihaporas dan Aek Raisan berada di Tapanuli Utara. Pegununganyang
paling tinggi di Batang Toru berada di Tapanuli Utara (Dolok Saut 1.802 m dpl)
(YEL, 2007).
Keadaan topografi di kawasan hutan Batang Toru sangat curam.
Berdasarkan peta kontur sebagian besar kelerengan berkisar > 40%, dan lebih
curam lagi di Blok Timur Sarulla. Tanah di hutan Batang Toru termasuk yang
peka terhadap erosi. Hutan Batang Toru menjadi areal yang penting untuk
mencegah banjir, erosi dan longsor di daerah Tapanuli ini yang rentan terhadap
datangnya bencana alam, termasuk gempa. Dengan ketinggian sekitar 400-1.803
m di atas permukaan laut, kawasan hutan Batang Toru merupakan hutan
pegunungan dataran rendah dan dataran tinggi. Status hutan Batang Toru saat ini
sekitar 68,7 % Hutan Produksi (93.628 ha), APL 12,7 % (17.341 ha) dan sebagian
Hutan Lindung (Register) atau Suaka Alam 18,6 % (25.315 ha). Saat ini sedang
sedang disiapkan usulan perubahan status untuk menjadikan hutan Batang Toru
sebagai hutan lindung oleh kabupaten-kabupaten yang ada di Tapanuli (YEL,
2007).
Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara
Tapanuli Utara Dalam Angka (2012) secara geografis Kabupaten Tapanuli
Utara terletak pada koordinat 1º20'00" - 2º41'00" Lintang Utara (LU) dan 98 05"99 16" Bujur Timur (BT).Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara
berbatasan dengan lima kabupaten tetangga. Adapun batas-batas adalah sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
18
•
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengahdan Kabupaten
Humbang Hasundutan,
•
•
•
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu,
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten TapanuliSelatan.
Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting
Adiankoting dalam Angka (2012),secara geografis kecamatan Adiankoting
terletak pada koordinat 98o50’21,37’’ BT – 01o58’40,02’’ Lintang Utara.
Kecamatan Adiankoting terletak 400-1.300 mdpl dengan luas kecamatan 502, 90
Km2. Secara administratif kecamatan Adiankoting berbatasan dengan empat
kecamatan tentangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :
•
•
•
•
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kacamatan Parmonangan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pahae Julu
Kecamatan Adiankoting terdiri atas 16 desa/kelurahan yaitu Pagaran
Lambung I, II, III, IV, Sibalanga, Pagaran Pisang, Adiankoting, Dolok Nauli,
Banuaji I, II, IV, Pansur Batu, Pardomuan Nauli, Siantar Naipospos, Pansur Batu I
dan II. Luas lahan untuk hutan kemenyan adalah 2.088 ha dengan produksi
kemenyan 524,07 ton/tahun. (Adiankoting dalam Angka, 2012).
Universitas Sumatera Utara