Analisis Pemasaran Kemenyan (Styrax spp.) (Studi Kasus: Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pemanfaatan Kemenyan oleh Masyarakat
Hutan Batang Toru Blok Barat
PENELITIAN UNTUK SKRIPSI (S-1)
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kuisioner Untuk Mengetahui Tingkat Pemanfaatan Kemenyan Oleh
Masyarakat
I. Identitas Responden
1. Nama Responden

:

2.

:

Umur


3. Jenis Kelamin

:

4. Alamat
a. Dusun

:

b. Desa

:

5. Suku

:

6. Agama

:


7. Pendidikan Terakhir

:

8. Pekerjaan

:

9. Penghasilan/Bln

:

a. Pekerjaan Utama

:

b. Pekerjaan tambahan :
c. Total


:

II. Pengetahuan Tentang Kemenyan
1. Apa yang saudara ketahui tentang kemenyan?
2. Pengetahuan kemenyan, pertama kali diketahui dari siapa?
a. Turun temurun

b. Tetangga/dukun

c. Informasi media

3. Apakah saudara mengetahui tumbuhan kemenyan digunakan untuk adat
istiadat?
a. Ya

b. Tidak tahu

4. Menurut saudara potensi kemenyan dihutan masih banyak?
a. Banyak


b. Sudah berkurang

c. Tidak tahu

Universitas Sumatera Utara

III. Pemanenan Kemenyan
1.

Bagaimana persepsi saudara mengenai potensi kemenyan, apakah akan
habis?

2.

Apakah sekarang saudara membudidayakan kemenyan?

3.

Kemenyan yang bagaimana yang sudah dapat diambil?


4.

Bagaimana sistem pengambilan kemenyan?
a. Berkelompok

5.

b. Perorang

Bila berkelompok, berapa jumlahnya?
a. 2 Orang

b. 5 Orang

c. 5 orang

6.

Warna kemenyan yang bagaimanakah yang baik?


7.

Apa saja alat yang saudara gunakan dalam mengambil kemenyan?

8.

Berapa jarak jelajah untuk mendapatkan kemenyan?

9.

Sudah berapa lama saudara memungut kemenyan?

10.

Bagaimana kualitas kemenyan didaerah saudara?

11.

Kualitas seperti apa yang banyak didaerah saudara?


12.

Umunya kualitas kemenyan yang diperdagangkan seperti apa?

IV. Pemanfaatan Kemenyan
1. Apa saja yang Bapak/Ibu manfaatkan dari kemenyan?
2. Manfaat kemenyan untuk apa saja?
a. Farmasi

b. Bahan rokok

c. Bahan pengawet

d. Lainnya

3. Apakah saudara menggunakan kemenyan dalam kehidupan sehari-hari?
V. Sosial Ekonomi Masyarakat
1. Berapa banyak mengambil kemenyan dalam sebulan?
2. Berapa lama di dalam hutan mengambil kemenyan?
a. Pulang hari


b. Dua hari

c. Lebih dari tiga hari

3. Jenis kemenyan apa saja yang diambil?
4. Apakah saudara mengetahui status hutan tempat sudara mengambil
kemenyan?
5. Apa saja produk kemenyan yang saudara buat?
6. Berapa banyak yang bisa saudara hasilkan dalam sebulan?
7. Apakah saudara menjualnya atau untuk keperluan sendiri?
8. Apakah saudara langsung menjual setelah diambil dari hutan?

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Karakteristik Responden Pemanfaat Kemenyan di Hutan
Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten
Tapanuli Utara
No.


Nama

Pekerjaan

(tahun)

Jenis
kelamin
(P/W)

Umur

Pemanfaatan Kemenyan
Dijual

Ritual

Dupa

1.


Jotmer Sitompul

52

P

PNS



-

-

2.

Hotben Siregar

40


P

Petani



-



3.

Mula Sinaga

77

P

Petani



-

-

4.

U. Sinaga

52

P

Petani



-

-

5.

D. Sinaga

56

P

PNS



-

-

6.

Hisar Sihite

42

P

Berdagang



-

-

7.

H. Hutauruk

49

P

Petani



-

-

8.

Melki L. Tobing

28

P

Petani



-

-

9.

Wasington Silalahi

83

P

Petani



-

-

10.

Rotanda Hutapea

25

P

Petani



-

-

11.

Yusron Samosir

34

P

Supir

-

-

-

12.

M. Lumban Tobing

61

P

Petani



-

-

13.

Mauliunci Br. Tobing

62

W

Petani



-

-

14.

Jamartop Hutabarat

53

P

PNS



-

-

15.

Talupan Sipahutar

46

P

Petani



-

-

16.

Lismen Lbn. Tobing

75

P

Petani



-

-

17.

Marhusa Simatupang

57

P

Petani



-

-

18.

Bismen Hutapea

64

P

Petani



-

-

19.

Bomen Sinaga

63

P

Petani



-

-

20.

Mardongan Sinaga

45

P

Petani



-

-

21.

Jolly Sinaga

33

P

Petani



-

-

22.

Robet Hasudungan H

38

P

Petani



-

-

23.

Erdika Sitompul

61

W

Petani



-

-

24.

Harton Sitompul

45

P

Petani



-

-

Universitas Sumatera Utara

25.

Medi Hutauruk

59

P

Petani



-

-

26.

Unson Panggabean

59

P

Petani



-



27.

Jonton Lbn. Tobing

51

P

Petani



-

-

28.

Manimbul Siaphutar

45

P

PNS



-

-

29.

Rusdiana

61

W

Petani



-

-

30.

Rumata Panggabean

72

W

Petani



-

-

31.

Parulian Hutabarat

41

P

Petani



-

-

32.

Manginar Manalu

47

W

Ibu rumah
tangga

-

-

-

33.

Ruen Hutabarat

38

P

Petani



-

-

34.

Jiston Sinaga

73

P

Petani



-

-

35

Manganpin Sitompul

41

P

Petani



-

-

36

Partomuan Sihombing

38

P

Petani



-

-

37

Jon Tarigan

34

P

Petani



-

-

38

Marisi Hutapea

61

W

Petani



-

-

39

Pangibulan Sitompul

48

P

Petani



-

-

40

David Sinaga

46

P

Petani



-

-

41

Hotto Silalahi

52

W

Petani



-

-

42

Hotmanolopi Sinaga

47

P

Petani



-

-

43

Ester Tampubolon

30

W

Petani



-

-

44

Tambok
Lumbantobing

48

P

Petani



-

-

45

Op. Silalahi

55

P

Berdagang



-

-

46

Mangasa Hutapea

71

P

Petani



-

-

47

Hibasori Panjaitan

60

P

Petani





-

48

Swanto Hutabarat

48

P

Petani



-

-

49

Immer Hutapea

45

P

Petani



-

-

50

Hilmo Sitompul

84

P

Petani



-

-

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Kuisioner Responden untuk Mengetahui Potensi Kemenyan dan
Pemanenan Kemenyan di Hutan Batang Toru Kecamatan
Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara
No.

Nama

Sistem
pemanenan
Kemenyan

1.

Jotmer Sitompul

2.

Hotben Siregar

3.

Mula Sinaga

4.

U. Sinaga

5.

Potensi
Kemenyan
Saat Ini

Persepsi
mengenai
potensi
Kemenyan

Lama
Didalam

Jarak
jelajah

Hutan

Km

tidak akan habis

Pulang
Hari

3-18

tidak akan habis

Pulang
Hari

0,5

akan habis

Pulang
Hari

2

tidak akan habis

Pulang
Hari

3

Kelompok

Sedikit

Perorangan

Sedikit

Kelompok

Sedikit

Perorangan

Sedikit

D. Sinaga

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

2-3 Hari

5

6.

Hisar Sihite

Kelompok

Sedikit

tidak akan habis

7 Hari

3-5

7.

H. Hutauruk

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

7 Hari

17

8.

Melki L. Tobing

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

4 Hari

15

9.

Wasington Silalahi

Kelompok

Sedikit

akan habis

Pulang
Hari

10

10.

Rotanda Hutapea

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

1

11.

Yusron Samosir

-

Sedikit

tidak akan habis

-

-

12.

M. Lumban Tobing

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

0,5

13.

Mauliunci Br.
Tobing

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

0,5

14.

Jamartop Hutabarat

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

4-5 Hari

2-5

15.

Talupan Sipahutar

Kelompok

Banyak

akan habis

7 Hari

15

16.

Lismen Lbn. Tobing

Perorangan

Banyak

akan habis

Pulang
Hari

2-3

17.

Marhusa Simatupang

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

3

18.

Bismen Hutapea

Kelompok

Sedikit

tidak akan habis

7 Hari

9

19.

Bomen Sinaga

Kelompok

Sedikit

tidak akan habis

5 Hari

12

20.

Mardongan Sinaga

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

2

21.

Jolly Sinaga

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

0,5

22.

Robet Hasudungan H

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

0,5

23.

Erdika Sitompul

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang

1

Universitas Sumatera Utara

Hari
24.

Harton Sitompul

Kelompok

Sedikit

tidak akan habis

4-5 Hari

6-10

25.

Medi Hutauruk

Perorangan

Sedikit

akan habis

7 Hari

16

26.

Unson Panggabean

Perorangan

Sedikit

akan habis

4 Hari

14

27.

Jonton Lbn. Tobing

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

4-5 Hari

20

28.

Manimbul Siaphutar

Kelompok

Banyak

tidak akan habis

7 Hari

10

29.

Rusdiana

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

2-3

30.

Rumata Panggabean

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

0,5

31.

Parulian Hutabarat

Kelompok

Sedikit

tidak akan habis

4-5 Hari

12

32.

Manginar Manalu

Kelompok

Sedikit

akan habis

7 Hari

>10

33.

Ruen Hutabarat

Perorangan

Sedikit

akan habis

Pulang
Hari

3

34.

Jiston Sinaga

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

3-4

35

Manganpin Sitompul

Kelompok

Sedikit

tidak akan habis

4 Hari

>10

36

Partomuan
Sihombing

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

4 Hari

37

Jon Tarigan

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

0.5

38

Marisi Hutapea

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

4 Hari

10

39

Pangibulan Sitompul

Kelompok

Sedikit

akan habis

4 Hari

8

40

David Sinaga

Perorangan

Sedikit

akan habis

Pulang
Hari

2

41

Hotto Silalahi

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

4 Hari

5

42

Hotmanolopi Sinaga

Kelompok

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

1-2

43

Ester Tampubolon

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

1

44

Tambok
Lumbantobing

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

4 Hari

45

Op. Silalahi

Kelompok

Sedikit

tidak akan habis

Pulang
Hari

0,5

46

Mangasa Hutapea

Kelompok

Sedikit

akan habis

4 Hari

7

47

Hibasori Panjaitan

Perorangan

Sedikit

akan habis

4 Hari

10

48

Swanto Hutabarat

Kelompok

Banyak

tidak akan habis

Pulang
Hari

1

49

Immer Hutapea

Kelompok

Banyak

tidak akan habis

4 Hari

7

50

Hilmo Sitompul

Perorangan

Sedikit

tidak akan habis

2-3 Hari

7

>10

7

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No.
1

Identitas Responden
Umur (Tahun)
21-30
31-40
41-50
51-50
>60
Total

Jumlah (orang)

Proporsi (%)

2
17
16
10
15
50

4
34
32
20
30
100

Jumlh

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Jumlah (orang)
Proporsi (%)

21 -30

31-40

41-50

51-50

>60

Umur

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No.
2

Identitas Responden
Pekerjaan
Pedagang
Petani
PNS
Wiraswasta
Total

Jumlah (orang)

Proporsi (%)

2
43
4
1
50

4
86
8
2
100

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
100

Jumlah

80
60

Jumlah (orang)

40

Proporsi (%)

20
0
Pedagang

Petani

PNS

Wiraswasta

Pekerjaan

Lampiran 6. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah
Anggota Keluarga
No.
3

Identitas Responden
Jumlah Anggota Keluarga
1-3
4-6
7-9
Total

Jumlah (orang)

Proporsi (%)

9
32
9
50

18
64
18
100

Universitas Sumatera Utara

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
70
60

Jumlah

50
40

Jumlah (orang)

30

Proporsi (%)

20
10
0
1-3,

4-5,

6-9,

Jumlah Anggota Keluarga

Lampiran 7. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
No.
4

Identitas Responden
Pendidikan Terakhir
SD
SMP
SMA/SMK
S1
Total

Jumlah (orang)

Proporsi (%)

23
18
8
1
50

46
36
16
2
100

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
50

Jumlah

40
30

Jumlah (orang)

20

Proporsi (%)

10
0
SD

SMP

SMA/SMK

S1

Pendidikan

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan
No.
5

Identitas Responden
Luas Lahan (Ha)
0,5-1,5
1,6-2,5
2,6-3,5
3,6-4,5
4,6-5,5
Total

Jumlah (orang)

Proporsi (%)

12
7
9
13
9
50

24
14
18
26
18
100

Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan
30

Jumlah

25
20
Jumlah (orang)

15

Proporsi (%)

10
5
0
0,5-1,5

1,6-2,5

2,6-3,5

3,6-4,5

4,6-5,5

Luas Lahan

Lampiran 9. Tabulasi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
No.
6

Identitas Responden
Pendapatan (Juta)
1-2
2-3
3-4
Total

Jumlah (orang)

Proporsi (%)

34
13
3
50

68
26
6
100

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Jumlah

80
70
60
50
40
30

Jumlah (orang)
Proporsi (%)

20
10
0
1-2,

2-3,

3-4,

Pendapatan

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 10. Tabulasi Harga Jual Kemenyan (Mata Pangaritan)
Bulan

Harga Beli

Harga Jual

Margin

Januari

150-200rb

170-220rb

20 rb

Februari

150-200rb

170-220rb

20 rb

Maret

150-200 rb

170-220rb

20 rb

April

150-200rb

170-220 rb

20 rb

Mei

200-250rb

225-260rb

25 rb

Juni

200-250rb

225-260rb

25 rb

Juli

200-250rb

225-260rb

25 rb

Agustus

150-200rb

170-220rb

20 rb

September

150-200rb

170-220rb

20 rb

Oktober

150-200rb

170-220rb

20 rb

November

150-200rb

170-220rb

20 rb

Desember

150-200rb

170-220rb

20 rb

250

200

150
harga beli
100

harga jual
margin

50

0

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11. Tabulasi Harga Jual Kemenyan (Tahir)
Bulan

Harga Beli

Harga Jual

Margin

Januari

120-180 rb

130-190 rb10 rb

Februari

120-180 rb

130-190 rb

10 rb

Maret

120-180 rb

130-190 rb

10 rb

April

120-180 rb

130-190 rb

10 rb

Mei

90-150 rb

100-160 rb

10 rb

Juni

90-150 rb

100-160 rb

10 rb

Juli

90-150 rb

100-160 rb

10 rb

Agustus

120-180 rb

130-190 rb

10 rb

September

120-180 rb

130-190 rb

10 rb

Oktober

120-180 rb

130-190 rb

10 rb

November

120-180 rb

130-190 rb

10 rb

Desember

120-180 rb

130-190 rb

10 rb

160
140
120
100
80

harga beli

60

harga jual
margin

40
20
0

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 12. Tabulasi Harga Jual Kemenyan (Jurrurputih)
Bulan

Harga Beli

Harga Jual

Januari

70-140 rb

80-150 rb10 rb

Februari

70-140 rb

80-150 rb10rb

Maret

70-140 rb

80-150 rb10 rb

April

70-140 rb

80-150 rb

Mei

100-150 rb

120-170 rb20 rb

Juni

100-150 rb

120-170 rb20 rb

Juli

100-150 rb

120-170 rb20 rb

Agustus

70-140 rb

80-150 rb10 rb

September

70-140 rb

80-150 rb10 rb

Oktober

70-140 rb

80-150 rb10rb

November

70-140 rb

80-150 rb10 rb

Desember

70-140 rb

80-150 rb10 rb

Margin

10 rb

160
140
120
100
80

harga beli

60

harga jual

40

margin

20
0

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 13. Tabulasi Harga Jual Kemenyan (Jurrurhitam)
Bulan

Harga Beli

Harga Jual

Januari

55-70 rb

Februari

55-70 rb

Maret

55-70 rb

65-80rb10 rb

April

55-70 rb

65-80rb10 rb

Mei

65-85 rb

75-90rb10 rb

Juni

65-85 rb

75-90rb

Juli

65-85 rb

75-90rb10 rb

Agustus

65-85 rb

65-80rb10 rb

September

55-70 rb

65-80rb10 rb

Oktober

55-70 rb

65-80rb10 rb

November

55-70 rb

65-80rb10 rb

Desember

55-70 rb

Margin

65-80rb10 rb
65-80rb10 rb

10 rb

65-80rb 10 rb

90
80
70
60
50
40
30
20

harga beli
harga jual
margin

10
0

Universitas Sumatera Utara

Grafik 5. Harga Jual Kemenyan ke Medan (Mata Pangaritan)
250

200

150
harga beli
harga jual

100

margin
50

0

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Utara. 2012. Adiankoting Dalam
Angka 2012. Tapanuli Utara.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Utara. 2012. Tarutung Dalam
Angka 2012. Tapanuli Utara.
Direktorat Jenderal Planalogi Hutan. 2010. Inventarisasi Kehutanan. Jakarta.
Jayusman. 1997. Kajian Sistem Pemasaran Getah Kemenyan (Styrax spp). Studi
Kasus di Desa Simasom, Pahae Julu Tapanuli Utara Sumatera Utara.
Buletin Penelitian Kehutanan Balai Penelitian Kehutanan Pematangsiantar
Vol. 13 No 1 : 3-18.
Jayusman, R.A. Pasaribu, dan W. Sipayung. 1999. Budidaya kemenyan (Sytrax
spp). Konifera. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pematang
Siantar. Pematang Siantar
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Jilid I edisi milenium.
PT Prenhallindo. Jakarta.
Pasaribu, B, A dan Sipayung, W. 1999. Petunjuk Teknis Budidaya Kemenyan
(Styrax spp.). Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Pematang Siantar.
Volume 2 Nomor 1.
Pramono dan H. Suhaendi. 2006. Manfaat Sertifikasi Sumber Benih, Mutu Benih
dan Mutu Bibit dalam Mendukung Gerhan. Prosiding Seminar Hasil-hasil
Penelitian, Jambi 22 De-sember 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hutan dan Konser-vasi Alam. Bogor. Hal. 49-61. Jambi.
Sasmuko, S.A., 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi Hasil
Hutan Bukan Kayu Spesifik andalan Sumatera Utara. Makalah Seminar
Nasional Himpinan Alumni-IPB HAPKA Fakultas Kehutanan IPB
Wilayah Regional Sumatera. Medan.
Silalahi, dkk. 2013. Kemenyan, Getah Berharga Tano Batak. Balai Penelitian
Kehutanan Aek Nauli. Siantar.
Waluyo, T. 2011. Teknik Pemungutan Hasul Hutan Bukan Kayu (Kelompok
Resin dan Getah). Pusat Litbang Keteknikan Kayu dan Pengolahan Hasil
Hutan (PUSTEKOLAH) Peneliti Madya Pustekolah. Bogor.

Universitas Sumatera Utara

Yasasan Ekosistem Lestari (YEL). 2007. Hutan Batang Toru: Harta Karun
Tapanuli. Kelompok Kerja Kabupaten Tapanuli Utara,Tapanuli Selatan,
dan Tapanuli Tengah, Bumi Tapanuli. Medan.
Yuniandra, F. 1998. Pemasaran Getah Kemenyan (Styrax spp) Di Kabupaten
Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara. Kerjasama IPB dan The Ford
Foundation. CV. Dewi Sri Jaya. Bogor.

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banuaji IV Kecamatan Adiankoting
dan Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Mei hingga Agustus 2015.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kuisioner dan dokumen
yang berkaitan dengan lokasi penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Prosedur Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Data pelaksanaan penelitian ini memiliki dua data yang digunakan yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer antara lain data sosial ekonomi, alur
pemasaran kemenyan, perbandingan harga nilai jual kemenyan mulai dari
pedagang terkecil hingga terbesar. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain
adalah kondisi umum lokasi atau data umum yang ada pada instansi pemerintah.
Pengambilan Sampel
Sampel desa yang diteliti adalah desa yang memiliki produksi kemenyan.
Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah metode purposive
sampling (penarikan contoh secara bertujuan). Tujuan dari metode purposive
sampling yaitu untuk mendapatkan informasi mengenai alur pemasaran dan harga
jual kemenyan di beberapa tingkatan penjualan.
Teknik dan Tahapan
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan. Tahapan yang
dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Melakukan observasi dan analisis permasalahan yang ada di lapangan
untuk memperoleh

informasi mengenai petani dan pengusaha

kemenyan.
2. Melakukan wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner
terhadap petani dan pengusaha kemenyan.
3. Keseluruhan

data,

baik

primer

maupun

sekunder,

selanjutnya

ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan
dan analisis data.
Analisis Data
Mengetahui alur pemasaran kemenyan dilakukan dengan wawancara kepada
petani maupun pengusaha yang dihubungkan dengan harga jual tiap produknya,
sehingga diketahui juga besarnya nilai tambah yang diperoleh setelah adanya
pengolahan kemenyan dan alur pemasarannya. Kemudian dihitung dengan rumus
margin pemasaran dan margin keuntungan menurut Rahayu dkk (2004).

Universitas Sumatera Utara

Secara matematis margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :
Mji = Pr – Pf
Keterangan :
Mji = Marjin pemasaran
Pr= Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen
Pf = Harga pembelian pemasaran di tingkat produsen
Setelah didapatkan nilai marjin pemasaran kemenyan maka dilakukan
analisis distribusi keuntungan dengan rumus sebagai berikut. Analisis distribusi
keuntungan digunakan untuk perbandingan nilai keuntungan pemasaran terhadap
harga peenjualan di tingkat konsumen.

Ski =

Ki
Pr

x 100%

Keterangan :
Ski = Analisis distribusi keuntungan
Ki = Nilai keuntungan pemasaran
Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen
Selanjutnya menghitung persentase harga yang diterima oleh tiap pelaku
pasar dengan rumus sebagai berikut. Presentase harga digunakan untuk melihat
perbandingan antara harga pembelian pemasaran di tingkat produsen terhadap
harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen.

Sp =

Pf

x 100%

Pr
Keterangan :
Sp = Persentase harga yang diterima
Pf = Harga pembelian pemasaran di tingkat produsen
Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen

Universitas Sumatera Utara

Nilai Ekonomi Pemanfaatan Kemenyan
Metode deskriptif digunakan dalam menganalisis nilai ekonomi kemenyan
di masyarakat. untuk mengetahui manfaat kemenyan serta nilai ekonominya.
Metode menggunakan metode wawancara dengan kuisioner serta interaksi
langsung dengan masyarakat sesuai dengan kebiasaan masyarakat dalam
pemanfaatan kemenyan.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanenan Kemenyan
Dalam penelitian yang telah dilakukan terdapat empat kualitas dari hasil
pemanenan tanaman kemenyan, kualitas 1 disebut dengan “mata pangaritan”
atau mata kasar/hasil inti, kualitas 2 disebut dengan “tahir” atau panen sisa,
kualitas 3 disebut dengan “jurrurputih” atau serpihan putih/bersih, dan kualitas 4
disebut dengan “jurrurhitam” atau serpihan hitam/kotor. Berdasarkan keterangan
responden, tanaman kemenyan dapat diproduksi saat batang tanaman sudah
mencapai diameter ± 10 cm atau berumur sekitar 8 tahun. Secara umum, musim
penakikan dilakukan pada bulan Juli hingga September yang disebut dengan
mangguris. Sedangkan pemungutan hasil dilakukan 3-4 bulan kemudian yaitu
pada bulan Oktober hingga Desember yang disebut dengan mangaluak. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Silalahi dkk (2013) yang menyatakan bahwa secara
tradisional pengelolaan kemenyan oleh petani di Tapanuli Utara meliputi kegiatan
penanaman dan pemanenan. Pekerjaan penanaman secara tradisional dilakukan
dengan memindahkan anakan alam pada tempat yang kosong yang mati dalam
kebunnya. Sedangkan kegiatan pemungutan getah (penyadapan) dilakukan satu
kali dalam setahun dengan pola tradisional tanpa adanya perlakuan tertentu. Alatalat yang diperlukan dalam kegiatan pemanenan ini adalah pisau guris, pisau
takik, pisau panen , tali tambang dengan panjang 8-12 meter, 2 buah tongkat
dengan panjang 0,5 meter, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Alat Pemanenan Kemenyan
Proses pemanenan diawali dengan pembersihan sekeliling pohon
kemenyan dari semak-semak menggunakan parang. Setelah itu, batang
dibersihkan dari kotoran seperti lumut yang menempel dengan menggunakan
pisau guris. Kemudian batang ditakik dengan menggunakan pisau takik yang
disebut dengan mansugi, yaitu membuat luka pada kulit yang kemudian membuat
rongga di antara kulit dan kayu sebagai tempat terbentuk getah yang mengumpul
dan mengering. Luka yang dibuat secara vertikal dengan panjang luka sekitar 5
cm dengan lebar sekitar 3 cm. Pada bagian batang atas, petani menggunakan tali
tambang yang diikatkan dengan 2 batang kayu kecil sebagai pijakannya dan
dirangkai dengan tujuan sebagai alat bantu memanjat seperti tampak pada Gambar
3. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sasmuko (2003) yang menyatakan bahwa
pohon kemenyan yang berdiameter lebihkurang 20 cm sudah bisa disadap
kemenyannya. Sebelum dilakukan penakikan, terlebih dahulu kulit batang pohon
dibersihkan dari kotoran seperti lumut, kulit kering.

Universitas Sumatera Utara

a

b

Gambar 3. Proses Pemanenan Kemenyan a) Kegiatan “Mangguris”; b) Tali Alat
Bantu Memanjat
Lembaga Tataniaga Pada Distribusi Kemenyan
Lembaga tataniaga pada pola distribusi kemenyan di Kecamatan Tarutung
terdiri dari:
a. Petani (Produsen).
Petani yang menjual kemenyan langsung menjual ke pengumpul
kecamatan tanpa perantara pengumpul desa akan mendapatkan tambahan
keuntungan.
b. Pengumpul Desa, Kecamatan dan Kabupaten
Pengumpul Desa merupakan petani kemenyan sekaligus sebagai agen
lokal. Pedagang/Pengumpul Kecamatan merupakan agen yang datang dari luar
desa yang membeli kemenyan kepada petani dan juga kepada pengumpul desa.
Pedagang Pengumpul Kabupaten merupakan konsumen akhir pada pemasaran

Universitas Sumatera Utara

kemenyan di Kecamatan Tarutung. Pengumpul ini sering juga disebut pedagang
antar kota.
Pola Pemasaran Kemenyan
Pola pemasaran kemenyan di Kecamatan Tarutung melibatkan beberapa
lembaga pemasaran. Petani menjual kemenyan kepada pengumpul dalam bentuk
kualitas 1, kualitas 2, kualitas 3, dan kualitas 4.
Pengumpul di desa maupun pengumpul kecamatan di pasar menjual
kembali kepada pengumpul di kabupaten yang sering disebut toke (pedagang
besar) dengan kesepakatan harga antar agen (pengumpul). Pengumpul kabupaten
atau pedagang besar yang terletak di Tarutung. Hal ini sesuai dengan menurut
Kotler (2002) yang menyatakan bahwa pola pemasaran kemenyan (Styrax spp.)
yang paling banyak digunakan adalah pola dimana petani menjual kemenyan
melaluipengumpul desa dilanjutkan ke pengumpul kecamatan,kebanyakan petani
yang menjual langsung kepadapengumpul desa karena dana yang dikeluarkan
lebih sedikitkarena transaksi langsung dilakukan di hutan
Setelah disortir kemenyan kemudian dimasukkan ke dalam peti ukuran
50 kg ataupun ukuran 100 kg untuk pengemasan, kemudian dipadatkan. Setelah
dikemas ke dalam peti maka kemenyan siap dijual ke antar kota ataupun diekspor.
Hal ini dapat terjadi karena peruntukannya di pabrik pengelelolaan getah.
Pembagian kualitas pada petani dan pengumpul berbeda beda, dimana
pengumpul kabupaten membagi kualitas kemenyan ke dalam 4 kualitas, yaitu
kualitas mata pangaritan, tahir, jurrurputih, jurrurhitam. Pembagian kualitas pada
pengumpul kabupaten dapat dilihat pada gambar 4.

Universitas Sumatera Utara

a

c

b

d

Gambar 4. Pembagian Kualitas Kemenyan a) Mata Pangaritan; b) Tahir;
c) Jurrurputih; d) Jurrurhitam
Pengumpul kabupaten membagi kualitas mutu dengan cara membedakan
berdasarkan ukuran dan kebersihan kemenyan. Pembedaan kualitas juga
dibedakan berdasarkan perbedaan warna. Berdasarkan keterangan pengumpul
kabupaten, getah kemenyan dibagi menjadi 4 kelas mutu, dengan ketentuan harga
seperti pada Tabel 3. Pembedaan kualitas berdasarkan ukuran dalam artian
semakin besar ukuran kemenyan maka harga akan semakin tinggi. Pembedaan
kualitas berdasarkan kebersihan dalam artian semakin sedikit kotoran yang
menempel di getah kemenyan seperti kulit kayu, tanah, dan debu maka harga akan
semakin tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.Kualitas Mutu dan Harga Kemenyan di Tingkat Pengumpul Kabupaten
No

Nama Kualitas

Harga (Rp/Kg)

1

Mata Pangaritan

190.000-210.000

2

Tahir

130.000-150.000

3

Jurrurputih

110.000-130.000

4

Jurrurhitam

55.000-70.000

Terdapat pola pemasaran kemenyan di Kecamatan Tarutung. Pola
pemasaran dapat dilihat pada bahasan berikut.

Petani

Pengumpul Desa

Pengumpul
Kecamatan

Gambar 5. Pola Pemasaran Kemenyan di Kecamatan Tarutung
Pada pola ini, petani menjual kemenyan melalui pengumpul desa
dilanjutkan ke pengumpul kecamatan, kebanyakan petani yang menjual langsung
kepada pengumpul desa karena dana yang dikeluarkan lebih sedikit karena
transaksi langsung dilakukan di desa.. Pengumpul kecamatan merupakan pemasar
antar kota, ada juga pengumpul kecamatan yang memasarkan kemenyan secara
eksportir. Pemasaran kemenyan yang dilakukan oleh pengumpul kecamatan
bersifat semi tertutup karena adanya monopoli yang dilakukan oleh pedagang
besar, sehingga dapat merugikan para pedagang kecil dan menengah. Dalam hal
ini pedagang kecil dan menengah adalah petani dan pengumpul desa. Margin
keuntungan dapat dilihat pada tabel 3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) pada Pola Pasar
Pelaku Pasar
Petani Kemenyan

Pengumpul Desa

Pengumpul
Kecamatan

Distribusi Harga
Harga jual
Biaya produksi
Nilai keuntungan
Persen margin keuntungan

Harga per kg
(Rp)
80.000
45.000
35.000

43,75

Harga beli
Harga jual
Biaya Transportasi
Nilai keuntungan
Persen margin keuntungn

80.000
120.000
1.000
39.000

Harga beli
Harga jual
Biaya Transportasi
Nilai keuntungan
Persen margin keuntungan

120.000
175.000
5.000
50.000

Rata-rata Margin Keuntungan

Persen (%)

32,5

28,57
41.300

34,94

Tabel 4. Analisis Margin Pemasaran (Marketing Margin) pada Pola Pasar
Pelaku Pasar
Petani
Kemenyan
Pengumpul
Desa
Pengumpul
Kecamatan

Jenis Harga

Harga per kg
(Rp)
45.000

Nilai Keuntungan
Pemasaran (Rp)
35.000

56,25

Harga Beli

80.000

40.000

66,66

Harga Beli

120.000

55.000

68,57

Harga Jual

175.000
43,33

63,82

Harga Produksi

Rata-rata

Persen (%)

Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani selama pengambilan getah
merupakan biaya kebutuhan para petani dalam mengambil getah kemenyan.
Petani biasanya bertahan di hutan selama seminggu untuk mengambil getah
kemenyan. Selama seminggu petani mengeluarkan biaya, diantaranya biaya
pangan sebesar Rp.200.000, biaya transportasi Rp.30.000 dan biaya kebutuhan
lainnya Rp.70.000. Sedangkan hasil yang didapatkan sebesar 10-15 kg. Sehingga
didapat biaya produksi sebesar Rp.45.000/kg.

Universitas Sumatera Utara

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa persen margin keuntungan yang terbesar
diperoleh petani sebesar 43,75 %, yaitu sebesar Rp.35.000 setiap kg, tapi tidak
semua petani dapat menikmati harga panen kemenyan sebesar itu karena jarak
yang jauh petani harus mengeluarkan biaya produksi yang tinggi dan tidak semua
petani yang menjual kemenyan langsung ke pengumpul kecamatan tetapi melalui
pengumpul desa terlebih dahulu. Sedangkan persen terendah diperoleh pengumpul
kecamatan sebesar 28,57 %, yaitu sebesar Rp. 50.000 setiap kg.
Pola pemasaran kemenyan (Styrax spp.) yang paling banyak digunakan
adalah pola pasar seperti pada bagan di atas. Hal ini disebabkan oleh sebagian
petani merupakan pengumpul desa. Disamping itu para pengumpul desa langsung
turun ke wilayah sekitar hutan untuk membeli kemenyan sehingga petani tidak
mengeluarkan biaya yang terlalu besar untuk pengangkutan dan transportasi.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah kemenyan yang dihasilkan petani tidak
selalu banyak sehingga petani lebih baik menggunakan pola pasar tersebut. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Kotler (2002) yang menyatakan bahwapengumpul desa
langsung turun ke wilayah sekitar hutan untuk membeli kemenyan sehingga
petani tidak mengeluarkan biaya untuk pengangkutan dan transportasi.
Rata-rata margin pemasaran yang diperoleh dari pola pasar tersebut yaitu
sebesar Rp.41.300. Sedangkan margin pemasaran yang diperoleh setiap pelaku
pasar berbeda-beda. Seperti pada pelaku pasar I yaitu petani mendapatkan margin
sebesar Rp. 35.000, pelaku pasar II yaitu pengumpul desa mendapatkan margin
sebesar

Rp. 39.000, dan pelaku pasar III yaitu pengumpul kecamatan

mendapatkan margin sebesar Rp. 50.000.

Universitas Sumatera Utara

Nilai Ekonomi Pemanfaatan Kemenyan
Pemanfaatan kemenyan ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan karena
tingginya nilai ekonomi yang diperoleh dari kemenyan. Pemanfaatan yang
terdapat di Kecamatan Adiankoting mayoritas hanya memanfaatkan pada
penyadapan getah kemenyan saja. Pemanfaatan lain adalah penggunaan sisa-sisa
tanaman kemenyan seperti cabang dan ranting sebagai kayu bakar dan adanya
responden menggunakan getah kemenyan sebagai bahan dalam pengobatan
tradisional.
Secara umum, harga yang didapat petani adalah untuk kualitas 1
(mata pangariran) adalah sekitar Rp.80.000 hingga Rp.120.000/kg,untuk kualitas
2 (tahir) sebesar Rp.60.000 hingga Rp.90.000/kg, untuk kualitas 3 (jurrurputih)
sebesar Rp. 40.000 hingga Rp. 70.000, dan untuk kualitas 4 (jurrurhitam) berkisar
antara Rp. 30.000 hingga Rp. 60.000. Biaya produksi sebesar Rp.45.000/kg.
Tabel 5. Tabulasi Harga Kemenyan Per Bulan (Mata Pangaritan)
Bulan

Harga Beli (Rp)

Harga Jual (Rp)

Keuntungan

(Rp)
Januari

150.000-200.000

170.000-220.000

20.000

Februari

150.000-200.000

170.000-220.000

20.000

Maret

150.000-200.000

170.000-220.000

20.000

April

150.000-200.000

170.000-220.000

20.000

Mei

200.000-250.000

225.000-260.000

25.000

Juni

200.000-250.000

225.000-260.000

25.000

Juli

200.000-250.000

225.000-260.000

25.000

Agustus

150.000-200.000

170.000-220.000

20.000

September

150.000-200.000

170.000-220.000

20.000

Oktober

150.000-200.000

170.000-220.000

20.000

November

150.000-200.000

170.000-220.000

20.000

Desember

150.000-200.000

170.000-220.000

20.000

Universitas Sumatera Utara

250

200

150
harga beli
100

harga jual
keuntungan

50

0

Gambar 6. Grafik Harga Kemenyan Per Bulan (Mata Pangaritan)
Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa harga getah kemenyan
pada bulan Januari hingga April berada pada kisaran 150.000-200.000 rupiah, dan
kemudian mengalami peningkatan pada bulan mei hingga juli yaitu pada kisaran
200.000-250.000. Pada bulan Agustus hingga Desember kembali ke harga semula
pada kisaran 150.000-200.000. Hal ini disebabkan karena permintaan getah
kemenyan pada bulan mei hingga juli mengalami peningkatan sehingga harga
getah kemenyan juga mengalami peningkatan. Pada bulan Agustus hingga
Desember stok getah kemenyan banyak karena terjadinya panen raya sehingga
harga kembali turun.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Pada pola pemasaran kemenyan di Kecamatan Tarutung, petani menjual
kemenyan ke pengumpul desa, kemudian pengumpul desa menjual ke
pengumpul kecamatan.
2. Nilai margin keuntungan tertinggi diperoleh pengumpul kabupaten pada
pola pasar yaitu sebesar 50.000 rupiah dengan persentase 28,57%,
sementara margin terkecil diperoleh petani pada pola pasar yaitu sebesar
35.000 rupiah dengan persentase 43,75%. Nilai persentase margin
pemasaran tertinggi diperoleh pengumpul kecamatan dengan 68,57% dan
nilai persentase margin pemasaran terendah diperoleh petani dengan
56,25%.
3. Strategi prioritas pemasaran kemenyan di Kecamatan Tarutung adalah
membentuk kelompok tani dan koperasi di tingkat desa, pengawasan
terhadap sistem pemasaran getah kemenyan, pengelolaan kemenyan yang
yang dilakukan dengan sistem budidaya intensif, mengintensifkan kegiatan
penyuluhan dan penggunaan bibit tanaman kemenyan unggul.
Saran
Peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani dalam membudidayakan
dan memasarkan kemenyan. Selain itu, perlu diperbanyak kelompok tani dan
koperasi desa untuk menghindari spekulasi harga.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Kemenyan (Styrax spp.)
Jayusman, dkk., (1999) pohon kemenyan termasuk ke dalam ordo
Ebenales, famili Styracaceae dan genus Styrax. Terdapat 7 (tujuh) jenis kemenyan
yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum lebih dikenal dan
bernilai ekonomis yaitu: kemenyan durame (S.benzoine DRYAND), kemenyan
bulu (S. benzoine var. hiliferum), kemenyan toba (S. sumatrana J.J.Sm) dan
kemenyan siam (S. tokinensis). Tetapi jenis kemenyan toba dan durame yang
paling umum dibudidayakan secara luas di Sumatera Utara. Jayusman, dkk(1997)
juga menambahkan jenis kemenyan alam yang kurang dikelola di Sumatera Utara
adalah kemenyan Bulu(S. benzoine var. hiliferum). Klasifikasi tanaman kemenyan
(Styrax spp.) dalam sistematika tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:
Sub Divisio

: Angiospermae

Kelas

: Dikotiledonae

Ordo

: Ebeneles

Family

: Styraceae

Genus

: Styrax

Spesies

: Styrax spp.

Jenis Kemenyan
Menurut

Sasmuko

(2003)

terdapat

dua

jenis

kemenyan

yang

dikembangkan oleh masyarakat khususnya petani di Kabupaten Tapanuli. Kedua
jenis ini adalah kemenyan toba dan kemenyan durame. Kedua jenis ini dapat
dibedakan dari aroma dan warna getah yang dihasilkan, yaitu aroma getah toba

Universitas Sumatera Utara

ebih tajam dengan warna yang lebih putih dibandingkan kemenyan durame.
Secara botani kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuk dan ukuran daun.
Kemenyan durame mempunyai ukuran daun lebih besar dan berbentuk bulat
memanjang (oblongus). Kemenyan toba merupakan jenis yang disenangi oleh
masyarakat karena dalam perdagangan lokal getahnya lebih tinggi dibandingkan
dengan kemenyan durame.
Pengelolaan Kemenyan
Secara tradisional pengelolaan kemenyan oleh petani di Tapanuli Utara
meliputi kegiatan penanaman dan pemanenan. Pekerjaan penanaman secara
tradisional dilakukan dengan memindahkan anakan alam pada tempat yang
kosong yang mati dalam kebunnya. Sedangkan kegiatan pemungutan getah
(penyadapan) dilakukan satu kali dalam setahun dengan pola tradisional tanpa
adanya perlakuan tertentu. Untuk produksi getahnya tidak lebih dari 15 gr/takik
atau rata-rata 0,5 kg/pohon. Pengolahan kemenyan saat ini masih dilakukan
tanpaada pengolahan lanjut dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas.
Kemenyanyang dipasarkan baik lokal maupun ekspor pada umumnya masih
berupa bahanmentah (raw material). Pengolahan kemenyan menjadi bentuk
barang setengahjadi (semifinal goods) atau barang jadi (final goods) berupa hasilhasil ekstraksesuai dengan kandungan kimianya belum ada industri yang
melakukannya diSumatera Utara. Pemanfaatan kemenyan yang diketahui oleh
masyarakat secaraumum masih terbatas pada penggunaannya untuk industri rokok
dan kegiatantradisional atau religius (Silalahi, 2013).
Penentuan mutu bibit pada umumnya berdasarkan kepada hasil penilaian
atau evaluasi yang berdasarkan pada tiga kriteria yaitu mutu genetik, mutu fisik,

Universitas Sumatera Utara

dan mutu fisiologis. Mutu genetik didasarkan pada kelas sumber benih, mutu fisik
mencerminkan kondisi fisik bibit seperti kekompakan media, kekokohan, keadaan
batang, dan kesehatan; sedangkan mutu fisiologis menggambarkan pertumbuhan
tinggi, diameter, jumlah daun, warna daun (Pramono dan Suhaendi, 2006).
Manfaat Getah Kemenyan
a. Tradisional (konvensional)
Tradisi religi masih sering menggunakan getah kemenyan, terutama pada
upacara-upacara untuk mendapatkan aroma dupa yang baik. Di pulau Jawa sering
dicampur dengan kayu cendana pada saat pembakarannya. Ditimur Tengah
penggunaan getah kemenyan sebagai dupa yang sempurna dengan mencampur
dengan getah Murni (minyak). Penggunaan gatah untuk bahan pencampur pada
tembakau rokok.
b. Modern
1. Pengawet makanan dan minuman
2. Bahan pembuatan parfum
3. Kosmetik
4. Pembuatan Vernis
5. Sebagai salah satu bahan pembuatan obat pada bidang farmasi
6. Bahan pembuatan lilin
Sebagianbesar kegunaan lainnya adalah sebagai bahan baku dalam industri
antara lainindustri parfum, farmasi, obat-obatan, kosmetik, sabun, kimia dan
industry pangan. Ekstraksi kimia getah kemenyan menghasilkan tincture dan
benzoin resinyang digunakan sebagai fixative agent dalam industri parfum.
Ekstraksi kemenyanjuga dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang

Universitas Sumatera Utara

diperlukan oleh industry farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat,
benzyl benzoat, sodiumbenzoat, benzophenone, dan ester aromatic (Pasaribu dan
Sipayung, 1999).
Kondisi Umum Kawasan Hutan Batang Toru
Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur,
secara geografis terletak antara 98° 53’ - 99° 26’ Bujur Timur dan 02° 03’ - 01°
27’ Lintang Utara. Hutan alami (primer) di Batang Toru yang tersisa saat ini
diperhitungkan seluas 136.284 hadan berada di Blok Barat seluas 81.344 ha dan di
Blok Timur seluas 54.940 ha. Secara administratif berada di 3 Kabupaten yaitu
Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan. Kabupaten Tapanuli
Utara: Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalamdaerah Tapanuli Utara
adalah seluas 89.236 ha atau 65,5% dari luas hutan. Air dari hutan Batang Toru di
Tapanuli Utara mengairi persawahan luas di lembah Sarulla dan hulunya dari
DAS Sipansihaporas dan Aek Raisan berada di Tapanuli Utara. Pegununganyang
paling tinggi di Batang Toru berada di Tapanuli Utara (Dolok Saut 1.802 m dpl)
(YEL, 2007).
Keadaan topografi di kawasan hutan Batang Toru sangat curam.
Berdasarkan peta kontur sebagian besar kelerengan berkisar > 40%, dan lebih
curam lagi di Blok Timur Sarulla. Tanah di hutan Batang Toru termasuk yang
peka terhadap erosi. Hutan Batang Toru menjadi areal yang penting untuk
mencegah banjir, erosi dan longsor di daerah Tapanuli ini yang rentan terhadap
datangnya bencana alam, termasuk gempa. Dengan ketinggian sekitar 400-1.803
m di atas permukaan laut, kawasan hutan Batang Toru merupakan hutan
pegunungan dataran rendah dan dataran tinggi. Status hutan Batang Toru saat ini

Universitas Sumatera Utara

sekitar 68,7 % Hutan Produksi (93.628 ha), APL 12,7 % (17.341 ha) dan sebagian
Hutan Lindung (Register) atau Suaka Alam 18,6 % (25.315 ha). Saat ini sedang
sedang disiapkan usulan perubahan status untuk menjadikan hutan Batang Toru
sebagai hutan lindung oleh kabupaten-kabupaten yang ada di Tapanuli (YEL,
2007).
Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara
Tapanuli Utara Dalam Angka (2012) secara geografis Kabupaten Tapanuli
Utara terletak pada koordinat 1º20'00" - 2º41'00" Lintang Utara (LU) dan 98 05"99 16" Bujur Timur (BT).Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara
berbatasan dengan lima kabupaten tetangga. Adapun batas-batas adalah sebagai
berikut :
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengahdan Kabupaten
Humbang Hasundutan,
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu,
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten TapanuliSelatan.
Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting
Adiankoting dalam Angka (2012),secara geografis kecamatan Adiankoting
terletak pada koordinat 98o50’21,37’’ BT – 01o58’40,02’’ Lintang Utara.
Kecamatan Adiankoting terletak 400-1.300 mdpl dengan luas kecamatan 502, 90
Km2. Secara administratif kecamatan Adiankoting berbatasan dengan empat
kecamatan tentangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Universitas Sumatera Utara

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kacamatan Parmonangan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pahae Julu
Kecamatan Adiankoting terdiri atas 16 desa/kelurahan yaitu Pagaran
Lambung I, II, III, IV, Sibalanga, Pagaran Pisang, Adiankoting, Dolok Nauli,
Banuaji I, II, IV, Pansur Batu, Pardomuan Nauli, Siantar Naipospos, Pansur Batu I
dan II. Luas lahan untuk hutan kemenyan adalah 2.088 ha dengan produksi
kemenyan 524,07 ton/tahun. (BPS, 2012).
Pemasaran Kemenyan
Pola pemasaran kemenyan (Styrax spp.) yang paling banyak digunakan
adalah pola dimana petani menjual kemenyan melaluipengumpul desa dilanjutkan
ke

pengumpul

kecamatan,kebanyakan

petani

yang

menjual

langsung

kepadapengumpul desa karena dana yang dikeluarkan lebih sedikitkarena
transaksi langsung dilakukan di hutan. Dari pengumpul kecamatan selanjutnya
memasarkan kepadapengumpul kabupaten.Pengumpul kabupaten merupakan
pemasar antarkota, ada juga pengumpul kabupaten yang memasarkankemenyan
secara eksportir. Pemasaran kemenyan yangdilakukan oleh pengumpul kabupaten
bersifat

semi

tertutupkarena

adanya

monopoli

yang

dilakukan

oleh

pedagangbesar, sehingga dapat merugikan para pedagang kecil danmenengah.
Dalam hal ini pedagang kecil dan menengahadalah pengumpul desa dan
kecamatan.Hal ini disebabkan oleh sebagian petani merupakan pengumpul desa.
Disamping itu para pengumpul desa langsung turun ke wilayah sekitar hutan
untuk membeli kemenyan sehingga petani tidak mengeluarkan biaya untuk
pengangkutan dan transportasi. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kemenyan

Universitas Sumatera Utara

yang dihasilkan petani tidak selalu banyak. Kriteria efisiensi pemasaran adalah
margin pemasaran, distribusi keuntungan dan volume penjualan (Kotler, 2002).
Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani selama pengambilan getah
merupakan biaya kebutuhan para petani dalam mengambil getah kemenyan.
Petani biasanya bertahan di hutan selama seminggu untuk mengambil getah
kemenyan. Selama seminggu petani mengeluarkan biaya, diantaranya biaya
pangan sebesar Rp.170.000, biaya transportasi Rp.30.000 dan biaya kebutuhan
lainnya Rp.50.000. Sedangkan hasil yang didapatkan sebesar 10-12 kg. Sehingga
didapat biaya produksi sebesar Rp.25000/kg (Jayusman, 1997).
Kualitas Getah Kemenyan
Yuniandra

(1998)

menyatakan

bahwa

kualitas

kemenyan

yang

diperdagangkan di daerah Sumatera Utara di kalangan petani, pedagang, serta
pengolah dapat dikatakan belum ada suatu standar yang menjadi dasar umum
yang berlaku untuk semua transaksi pedagang dan eksportir. Kemenyan yang
dibeli pedagang, berupa sam-sam, mata, tahir dan jurur, disortir dengan memakai
ayakan, sehingga dapat diatur sesuai dengan mutu yang diinginkan, yaitu :
Kualitas I
Kemenyan mata kasar atau sidungkapi ialah bongkahan kemenyan berwarna
putih sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter lebih
besar dari 2 cm.
Kualitas II
Kemenyan mata halus ialah kemenyan berwarna putih sampai putih kekuningkuningan berdiameter 1-2 cm.

Universitas Sumatera Utara

Kualitas III
Kemenyan tahir ialah jenis kemenyan yang bercampur dengan kulitnya atau
kotoran lainnya, berwarna coklat dan kadang-kadang berbintik-bintik putih
atau kuning serta besarnya lebih besar dari ukuran mata halus.
Kualitas IV
Kemenyan jurur atau jarir yang biasanya dicampurkan atau disamakan
mutunya dengan jenis tahir dan warnanya merah serta lebih kecil dari mata
halus.
Kualitas V
Kemenyan barbar ialah kulit kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi
sedikit sewaktu melakukan pembersihan.
Kualitas VI
Kemenyan abu ialah sisa-sisa berasal dari getah kemenyan dari semua
kualitas, bentuk dan warnanya seperti abu kasar.
Berdasarkan Standart Industri Indonesia (SII) 2044-1987 standart kualitas
normal kemenyan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Standart Lokal Kualitas Kemenyan
Kualitas
Warna

I
Putih

Ukuran
(cm)

L: 3-4
P: 5-6

II
Putih
Kekuningan
L: 2-3
P: 3-5

Mutu
III
Putih
Kekuningan
L: 1-2
P: 2-3

IV
Coklat
Kemerahan
L: 0,5-1
P: 1-2

Abu
Campur
Bentuk
Kerikil Pasir

Sumber: Standart Industri Indonesia (SII) No.2044-1987
Penyadapan Getah Kemenyan
Sasmuko (2003) menyatakan pohon kemenyan yang berdiameter
lebihkurang 20 cm sudah bisa disadap kemenyannya. Sebelum dilakukan

Universitas Sumatera Utara

penakikan, terlebih dahulu kulit batang pohon dibersihkan dari kotoran seperti
lumut, kulit kering. Kulit yang tidak bersih akan mempengaruhi kualitas
kemenyan yang dihasilkan karena banyak kotoran. Setelah kulit dibersihkan,
batang pohon kemenyan ditakik dengan pisau takik yang disebut panugi.
Kegiatan menakik dimaksudkan untuk membuat luka pada kulit dan
membuat rongga diantara kulit dan batang (kayu) di mana akan terbentuk resin
yang menggumpal dan mengering dalam rongga tersebut. Selain resin yang
menggumpal dalam rongga antara kulit dan batang ada juga resin yang meleleh
keluar. Setelah 3 bulan penakikan, kemenyan dipanen dan dipisahkan antara
kemenyan yang berasal dari dalam dan luar kulit. Selanjutnya disortir berdasarkan
besar kecilnya butiran sesuai dengan pembagian kualitas kemenyan yang ada di
pasaran (Waluyo, 2011).
Getah kemenyan dipanen setelah umur sadap setidaknya 3 bulan,
selanjutnya dilakukan pengeringan secara tradisional. Teknik pengeringan yang
dilakukan oleh para petani kemenyan di Sumatera Utara yaitu disimpan di atas
langit-langit rumah/gudang beratap seng. Pengeringan ini memerlukan waktu 3
bulan hingga kadar air kemenyan kurang dari 10% (Waluyo, 2011).
Purposive Sampling
Direktorat Jenderal Planalogi Hutan (2010) menyatakan bahwapurposive
sampling

yaknipengambilan

pertimbanganmenyangkut

sample

secara

wilayah/lokasi,

sengaja

dengan

beberapa

informan

(tokoh

kunci),

responden.Pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
(Inventarisasi Bersama Masyarakat, yakni membangun hubungan baik dengan
warga setempat sambil melaukan obeservasi dan wawancara).

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan tidak hanya menghasilkan kayu, tetapi juga menghasilkan aneka
ragam benda hayati lainnya berupa hasil hutan bukan kayu antara lain kemenyan,
bambu, rotan, buah-buahan, rumput-rumputan, jamur-jamuran, tanaman obat,
getah-getahan, madu, satwa liar, serta sumber plasma nutfah. Selain ini hutan juga
menghasilkan jasa lingkungan berupa pengatur hidrologis, pembersih udara, jasa
wisata, jasa keindahan dan keunikan serta jasa perburuan.
Kemenyan merupakan salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang
telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Batak di Sumatera Utara. Lebih dari
ribuan tahun, getah kemenyan telah diperdagang-kan di pasaran dunia dan
dimanfaatkan dalam bidang industri sebagai bahan pengawet, kosmetika, parfum,
obat-obatan, dan digunakan dalam upacara keagamaan. Produksi kemenyan di
Sumatera Utara telah melibatkan lebih dari 18.000 keluarga dalam 100 desa yang
memberikan kontribusi pada pendapatan keluarga sebesar 30-45% atau setara
dengan 144-216 US dollar per tahun. Pendapatan ini tergantung pada
produktivitas kemenyan, di antaranya ditentukan oleh mutu bibit (Pramono dan
Suhendi, 2006).
Pengelolaan hutan kemenyan yang terdapat di Kecamatan Adiankoting
merupakan kearifan lokal masyarakat yang diwariskan secara turun temurun dan
sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Kearifan ini muncul sebagai
bagian dari cara masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada
guna memenuhi kebutuhan hidup. Dengan keberadaan atau eksistensinya bertahan
sampai sekarang merupakan bukti bahwa sistem pengelolaan hutan kemenyan ini

Universitas Sumatera Utara

selain memiliki manfaat ekologis dan nilai-nilai sosial, juga memiliki potensi dan
prospek yang baik bila dilihat dari aspek ekonomi untuk dikembangkan ke depan.
Namun sampai saat ini masih banyak permasalahan-permasalahan yang
dialami masyarakat. Selain sistem pengelolaannya yang masih bersifat tradisional
dan belum banyak disentuh oleh upaya-upaya pengembangan, dalam hal
pemasaran petani sering kali kurang menikmati hasil dari penjualan getah
kemenyan karena menerima margin keuntungan yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan pelaku pasar (pedagang pengumpul). Selain karena posisi
tawar yang rendah, informasi harga dan pasar yang kurang menjadi penyebabnya.
Disamping itu harga getah kemenyan sering mengalami fluktuasi terutama
menjelang dan sesudah hari raya besar keagamaan.
Kemenyan atau gum benzoin di dalam perdagangan biasa disebut sebagai
“sumatra benzoin”. Kemenyan merupakan “balsamic resin” yang diperoleh dari
hasil pelunakan batang pohon Styrax benzoin Dryand atau Styrax paralleloneurus
Perkins, sedangkan yang dihasilkan dari Styrax tonkinensis Pierre atau
kemungkinan juga dari jenis-jenis lain dikenal dengan nama “siam benzoin”.
Styrax berasal dari bahasa Yunani kuno “storax” yaitu nama yang digunakan
untuk

gum/getah

yang

berbau

harum

atau

juga

untuk

pohon

yang

menghasilkannya. Sedangkan “benzoin” berasal dari bahasa Arab, yaitu “ben”
yang berarti harum dan “zoa” berarti getah jadi benzoin adalah getah yang berbau
harum (Jayusman dkk, 1999).

Apabila

pengelolaan

hutan

kemenyan

berhasil

ditingkatkan

dan

dikembangkan yang ditandai dengan peningkatan kuantitas dan kualitas getah

Univer