Analisis Tren dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sayuran di Sumatera Utara

5

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini

khususnya aspek ketidakstabilan ekspor impor hortikultura, daya saing komoditas
sayuran, dan analisis efisiensi pemasaran sayuran.
Sinuhaji (2012) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Kubis (Brassica O.Capitata) dari Kabupaten Karo”. Hasil analisis menunjukkan
bahwa harga domestik, harga internasional, nilai tukar rupiah, PDB Singapura,
PDB Malaysia, jumah produksi dan kebijakan pemerintah (CAFTA).
Sembiring (2011) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ekspor Kentang (Solanum tuberosum L) dari Kabupaten Karo”. Hasil analisis
menunjukkan bahwa harga domestik, harga internasional, nilai tukar rupiah, PDB
Singapura, PDB Malaysia, jumah produksi dan kebijakan pemerintah (CAFTA).
Otik (2009) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ekspor Rambutan Indonesia”. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap
ekspor rambutan Indonesia yang menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 5 persen

yaitu peubah harga domestik, nilai tukar rupiah terhap dollar Amerika dan volume
ekspor sebelumnya.
Deasy Hollylucia. P (2008) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Ekspor Teh Indonesia: Suatu Pendekatan Error Correction
Model”. Dari hasil regresi model ekspor teh Indonesia, pada jangka panjang
variabel-variabel yang mempengaruhi secara signifikan terhadap volume ekspor
adalah harga ekspor, harga domestik dan nilai tukar rupiah terhadap dollar.

Universitas Sumatera Utara

6

Veronika

(2008)

dengan

judul


“Analisis

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina, Singapura, dan
Malaysia dalam Skema Cina-ASEAN Free Trade Area”. Berdasarkan uji tstatistik pada taraf nyata 5 persen, diketahui bahwa faktor bebas dalam model
permintaan ekspor wood Indonesia di Cina seperti harga ekspor riil, harga
substitusi, dan nilai tukar riil rupiah terhadap yuan berpengaruh nyata. Pada model
permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura, faktor harga substitusi, GDP riil
per kapita Singapura, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura
berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood.
Ambarinanti

(2007)

dengan

judul


“Analisis

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi Produksi dan Ekspor Beras Indonesia”. Hasil analisis regresi pada
model ekspor menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume
ekspor beras Indonesia terdiri dari produksi beras Indonesia, nilai tukar rupiah
terhadap dollar, harga beras eceran, dan konsumsi beras per kapita.

2.2.

Landasan Teori

2.2.1. Jenis-Jenis Sayuran Unggulan Sumatera Utara
Sayuran sangat penting dikonsumsi untuk kesehatan masyarakat. Nilai gizi
makanan dapat diperbaiki karena sayuran merupakan sumber vitamin, mineral,
protein nabati dan serat. Menurut hasil Seminar Gizi tahun 1963 dan Workshop of

Food tahun 1968, setiap orang memerlukan sayuran sebanyak 150 gam
bersih/orang/hari dalam menu makanannya.
Sayuran dapat berbentuk rumput, perdu, semak atau pohon. Bentuk
tumbuhnya tegak pendek, menjulang atau menjalar dengan hasil berupa umbi,

Universitas Sumatera Utara

7

bunga, buah atau biji. Ada enam komoditi yang menjadi fokus tulisan, yaitu
kentang, tomat, kol/kubis, wortel, bawang merah, dan daun bawang.

a. Kentang
Kentang merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu dan memiliki
akar tunggang. Kentang sangat digemari oleh hampir semua orang karena rasanya
enak serta banyak kandungan vitaminnya. Vitamin yang terkandung dalam
kentang adalah vitamin B, C dan A. Di Indonesia kentang merupakan tanaman
sayuran mewah, akan tetapi di luar negeri kentang merupakan bahan makanan
sumber karbohidrat yang sangat penting, yaitu sebagai makanan pokok.
Kentang dapat digolongkan menurut warna umbinya, kentang kuning,

kentang putih dan kentang merah. Ada beberapa varietas yang termasuk kentang
kuning, yaitu egenheimer, patrones, rapan 106 dan thung 151 C. varietas yang
termasuk kentang putih adalah donate, radosa dan sebago. Sedangkan untuk
kentang merah adalah desire, arka dan red pontiac.
Kentang yang paling banyak ditanam adalah cipanas, desire, partonaes,
donate, cosima, rapan 106 dan thung 151 C. Kentang yang paling digemari
adalah kentang kuning karena rasanya enak, gurih dan tidak berair dan sering
disebut kentang granola.
Umumnya tanaman kentang dapat dipanen setelah berumur 3-4 bulan.
Pemanenan disarankan dengan cara membongkar guludan atau gundukan
seminggu sesudah mati, yang dicirikan dengan daun dan ujung batang kering
sehingga kulit umbinya kuat. Cara panen seperti ini dimaksudkan agar umbi tidak
terluka sehingga mutunya dapat terjaga. Tanaman kentang yang baik dapat

Universitas Sumatera Utara

8

menghasilkan 15-30 ton/ha. Kentang dipasarkan dipasaran lokal dan di luar negeri
(ekspor), yaitu ke Malaysia dan Singapura dalam bentuk segar dan olahan.


b. Tomat
Tanaman tomat biasanya berbentuk perdu, kecuali tomat liar yang
batangnya panjang sehingga bisa melilit. Buah tomat muda berwarna hijau dan
tidak enak, sedangkan tomat matang warnanya merah dan dagingnya lunak.
Tomat merupakan sayuran yang paling digemari karena rasanya enak, segar dan
sedikit asam. Selain itu, tomat yang telah tua dan berwarna merah merupakan
sumber vitamin A, C dan B. kandungn vitamin A nya lebih tinggi 2-3 kali dari
semangka.
Ada beberapa spesies tomat yang biasanya dibudidayakan diantaranya
tomat apel, tomat porselin, tomat sayur, tomat kentang dan tomat keriting.
-

Tomat apel, berbuah dengan bentuk bulat, kuat dan sedikit keras seperti buah
pir

-

Tomat porselin atau tomat sayur, berbuah bulat pipih, lunak, bentuk tidak
teratur dan sedikit beralur-alur di dekat tangkainya. Tomat jenis ini paling

banyak dijual di pasar.

-

Tomat kentang, berbuah bulat besar dan padat seperti apel, hanya ukurannya
lebih kecil dari tomat apel.

-

Tomat keriting, berbuah dengan bentuk agak lonjong dank keras. Daunnya
rimbun keriting seperti terserang penyakit virus keriting dan berwarna hijau
kelam.
Tanaman yang unggul dan sehat dapat menghasilkan 10-25 ton buah tomat

per ha. Produksi tomat Indonesia sekitar 25.000 ton dengan luas tanaman berkisar

Universitas Sumatera Utara

9


4.000 ha. Produksi tomat sudah diperdagangankan ke luar negeri seperti Malaysia
dan Singapura. Tomat tipe apel dan gondola (roma) adalah jenis tomat yang
disenangi konsumen luar negeri.

c. Kol/kubis
Kol atau kubis merupakan tanaman semusim atau lebih yang berbentuk
perdu. Tanaman kubis berbatang pendek dan beruas-ruas, sebagai bekas tempat
duduk daun dan memiliki akar tunggang. Kubis dikonsumsi dalam bentuk daun,
umbi, bunga dan krop (daun yang menggulung ke dalam). Kubis mengandung
vitamin C, A dan B. Rasa daunnya segar, renyah dan sedikit pedas. Ada beberapa
jenis tanaman kubis yang diusahakan, diantaranya kubis krop, kubis daun, kubis
umbi, kubis tunas dan kubis bunga. Pada saat ini yang dikembangkan secara
komersial adalah kubis putih dan kubis bunga.
Tanaman kubis dapat dipanen hasilnya setelah kropnya besar dan padat
penuh. Umur tanaman tersebut sekitar 3-4 bulan. Pemanenan harus tepat waktu,
jika tidak kropnya akan pecah (retak) dan kadang-kadang mejadi busuk. Tananam
yang terawat baik dan tidak terserang hama dan penyakit dapat menghasilkan krop
10-40 ton per ha, tergantung jenis kubis. Untuk kubis telur dapat mencapai 30-40
ton per ha, sedang untuk kubis tunas 10-15 ton per ha.
Hasil komoditi kubis merupakan komoditi ekspor terutama dari tanah

Karo. Pasar luar negeri menghendaki kubis berbentuk bulat, berukuran sedang dan
beratnya 1,5 - 2 kg per krop.

Universitas Sumatera Utara

10

d. Wortel
Wortel merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, batangnya
sangat pendek hampir tidak terlihat. Akar tunggangnya berubah menjadi umbi dan
disekitar umbi tumbuh akar samping. Wortel yang baik hampir tidak memiliki
akar samping kecuali pada ujung umbi. Umbi wortel berbentuk bulat panjang
dang langsing. Umbi wortel berwarna kuning kemerahan karena mengandung
karoten (provitamin A), selain itu wortel juga mengandung vitamin B dan C.
Wortel banyak digemari karena rasanya enak, gurih, renyah, dan sedikit manis.
Ada beberapa jenis wortel, yaitu tipe imperator, chantenay, dan nantes.
Tipe imperator memiliki ciri umbi berbentuk bulat panjang dengan ujungnya
runcing seperti kerucut. Tipe chantenay memiliki ciri umbinya berbentuk bulat
panjang dengan ujungnya tumpul. Sedangkan tipe nantes adalah peralihan dari
tipe imperator dan chantanay. Wortel tipe imperator kurang disukai karena

rasanya kurang manis
Tanaman wortel dapat dipanen setelah berumur 3 bulan. Pemanenan yang
terlambat akan menyebabkan umbi menjadi keras sehingga menurunkan
kualitasnya. Tanaman yang terawat dengan baik dapat menghasilkan 20-30 ton
per ha. Produksi wortel umumnya ditujukan untuk pasar lokal karena harganya
tinggi.

e. Bawang merah
Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput,
berbatang pendek dan berakar serabut. Daunnya panjang berongga seperti pipa.
Pangkal daunnya dapat berfungsi sebagai umbi lapis, karena itu bawang merah
juga dijuluki tananam umbi lapis.

Universitas Sumatera Utara

11

Ada beberapa jenis bawang merah, yaitu bawang merah biasa atau
brambang atau shalot dan bawang merah besar atau bawang bombay atau bawang
timur. Kedua jenis bawang ini dapat dibedakan dari daun, misalnya bawang

brambang memiliki daun hijau muda, berbentuk bulat panjang, berongga seperti
pipa dan jika dipotong melintang akan berbentuk lingkaran. Bawang brambang
berumbi kecil berdiameter 3-4 cm, rasanya pedas karena kadar atsirinya tinggi,
sedangkan bawang bombay memiliki daun berwarna hijau tua, panjang, berbentuk
setengah bulat dan berlubang seperti pipa dan jika dipotong melintang akan
berbentuk setengah lingkaran. Bawang bombay berumbi besar dengan diameter 58 cm. Rasanya tidak pedas dan agak manis.
Tanaman bawang merah dapat dipanen setelah berumur 2,5 – 3,5 bulan
dan 60 persen daun-daunnya kering dan pangkalnya lemas. Pemanenen dilakukan
dengan cara mencabut tanaman tersebut. Berat hasil yang diperoleh sekitar 4-5
kali berat bibit yang digunakan. Tanaman yang baik dapat menghasilkan 10-40
ton per ha. Hasil produksi bawang merah merupakan komoditi ekspor, biasanya
dalam bentuk olahan. Umbi dapat bertahan lama setelah dijemur dan disimpan
ditempat yang kering tidak terkena sinar matahari langsung.

f. Daun bawang
Bawang daun merupakan tanaman setahun yang berbentuk rumput.
Disebut daun bawang atau bawang daun karena yang dikonsumsi adalah bagian
daun yang muda. Pangkal daunnya berbentuk batang semu dan bersifat
merumpun. Batangnya pendek dan berbentuk cakram. Bawang daun mengandung
vitamin C, banyak vitamin A dan sedikit vitamin B.

Universitas Sumatera Utara

12

Ada dua jenis bawang daun, yaitu bawang bakung dan bawang prei.
Bawang bakung sering disebut sibol atau bawang semprong sedangkan bawang
prei sering disebut leek. Kedua jenis ini dapat dibedakan, daun bawang bakung
bulat panjang dan berlubang seperti pipa, sedangkan bawang prei memiliki daun
panjang, pipih dan liat.
Bawang daun dapat dipanen setelah berumur 2,5 bulan. Tanaman ini
dipanen dengan cara mencabut seluruh rumpunnya, tetapi untuk yang akan
dijadikan bibit harus tetap ditinggal di kebun. Pemanenan dapat ditangguhkan
sampai harga pasar baik. Tanaman ini dapat menghasilkan 10 ton bawang daun
per ha. Produksi bawang daun lebih ditujukan untuk pasar lokal tapi tidak
menutup kemungkinan untuk pasar ekspor.

2.2.2. Perdagangan Komoditas Sayuran
Keterbatasan pasar global menciptakan peluang-peluang baru dan
sekaligus

tantangan-tantangan

baru

yang

harus

diantisipasi

dalam

mengembangkan komoditas sayuran yang dikelola pasar (market driven). Dalam
kondisi ini pasar berubah sangat cepat dan para pelaku agribisnis harus mampu
mengantisipasi secara cermat dan tepat melalui peningkatan produktivitas sebagai
sumber pertumbuhan dan menjalin kerjasama dengan pengusaha luar negeri
dengan

memanfaatkan

keunggulan

komparaif

yang

dimilikinya

dan

mengembangkan produk yang mempunyai keungulan kompetitif yang tinggi.
Perdagangan komoditas hortikultura dari petani produsen hingga pabrik
pengolahan sayuran dan perusahaan eksportir. Saluran pemasaran hortikultura
termasuk di daerah sentra produksi Sumatera Utara adalah petani - pedagang

Universitas Sumatera Utara

13

pengumpul - pasar subterminal Brastagi – pengecer - konsumen, dan petani pedagang pengumpul – pedagang besar – pengecer – konsumen.
Menurut Hadi, et. al., (2000), menyatakan bahwa efisiensi tata niaga
bervariasi dari cukup efisien sampai tidak efisien. Dengan kondisi panen, pasca
panen dan tata niaga seperti di atas, petani umumnya menerima sekitar 40 -80
persen dari harga konsumen tergantung jenis komoditasnya.
Sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan domestik, impor beberapa
komoditas sayuran masih terus dilakukan. Impor terjadi karena pasokan dalam
negeri masih kurang dan juga karena adanya pergeseran permintaan konsumen
terhadap komoditi yang berkualitas (Asandhi dan Suwandi, 1995).
Menurut Hadi, et. al., (2000), menyatakan bahwa volume ekspor dan
impor yang dianalisis setiap bulannya untuk komoditi kentang, cabai merah,
bawang merah dan kubis umumnya sangat berfluktuasi. Ada bulan-bulan tertentu
dimana volume ekspor dan impor sangat tinggi dan pada bulan-bulan lainnya
rendah. Ekspor bawang merah misalnya, umumnya kecil pada semester I dan
besar pada semester II, sedangkan impor sebaliknya, pada semester I tinggi dan
semester II rendah. Selama priode 1997-2001, impor cukup tinggi, artinya
Indonesia adalah net importir, misalnya bawang merah. Asal impor bawang merah
adalah Thailand, Myanmar, Philipina, Malaysia dan Vietnam. Lain halnya dengan
kentang, kubis, kedua produk ini mengalami surplus dan menunjukkan
perkembangan yang positif.
Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2002), beberapa
hal yang dianggap kurang mendukung dalam ekspor adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

14

1. Kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produksi hortikultura belum dapat
sepenuhnya memenuhi standar permintaan impor luar negeri.
2. Tarif ekspor perusahaan penerbangan Indonesia relatif dalam biaya lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan asing. Hambatan ini merupakan high
cost biaya pemasaran ekspor yang biasanya diikuti dengan ketersediaan space
di pesawat yang kurang terjamin.
3. Sistem informasi pasar permintaan luar negeri masih relatif kurang. Hal ini
karena dibatasi oleh informasi yang cukup mahal bagi para petani dan
pengusaha kecil, akibatnya permintaan dari luar negeri tidak dapat terlayani
dengan baik.

2.2.3. Ekspor
Ekspor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari dalam negeri ke luar
negeri. Ekspor dapat diartikan, suatu total penjualan barang yang dapat dihasilkan
oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan
mendapatkan devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang
dihasilkan ke negara lain yang tidak dapat menghasilkan barang-barang yang
dihasilkan negara pengekspor (Lipsey, 1995). Ekspor merupakan suatu kegiatan
yang banyak memberikan keuntungan-keuntungan bagi para pelakunya, adapun
keuntungan-keuntungan

tersebut

antara

lain

adalah:

meningkatkan

laba

perusahaan dan devisa negara, membuka pasar baru di luar negeri, memanfaatkan
kelebihan kapasitas dalam negeri, dan membiasakan diri bersaing dalam pasar
international. Ekspor dapat meningkatkan dan menciptakan pembagian lapangan
kerja dan skala setiap produsen domestik agar mampu menghadapi persaingan
dari yang lainnya (Salvatore, 1997).

Universitas Sumatera Utara

15

Tabel 3. menunjukkan perkembangan ekspor produk pertanian asal
Sumatera Utara.

Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Hasil Pertanian dari
Sumatera Utara.
Tahun

Volume
Ekspor (ton)

Nilai Ekspor
(000 US$)

Volume
Impor (ton)

Nilai Impor
(000 US$)

2006
2007
2008
2009
2010

1.077.694
1.107.505
1.042.468
976.542
1.077.691

1.705.920
1.850.403
2.187.775
1.444.088
2.677.304

278.292
294.244
271.704
311.415
335.684

118.538
158.740
200.629
163.972
197.537

Sumber: BPS Sumatera Utara (2011)

2.2.4. Hambatan Kegiatan Ekspor
Perdagangan antara negara dapat memaksimumkan output dunia dan
keuntungan bagi setiap negara yang terlibat di dalamnya. Namun, kenyataannya,
hampir setiap negara masih menerapkan berbagai bentuk hambatan terhadap
berlangsungnya perdagangan antara negara dengan tujuan untuk melindungi
perekonomian dan perkembangan negaranya.
Ada dua jenis hambatan dalam perdagangan antar negara, yaitu hambatan
berupa tarif dan hambatan yang bukan tarif. Hambatan tarif adalah pajak atau
cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas batas
teritorial. Tarif yang dimaksudkan bisa berupa tarif impor ataupun tarif ekspor
(Munandar, H. 1996).
Hambatan bukan tarif adalah hambatan atau restriksi yang diberlakukan
suatu negara untuk melindungi produknya ataupun untuk tujuan lainnya demi
kelangsungan negaranya. Beberapa hambatan bukan tarif adalah kuota impor,
pembatasan ekspor secara sukarela, anti dumping, subsidi ekspor, pembatasan

Universitas Sumatera Utara

16

impor, konsep pengekangan ekspor “secara sukarela” ataupun adanya persyaratan
untuk memuat kandungan lokal (Munandar, H. 1996).

2.2.5. Kebijakan Pengembangan Ekspor
Pemerintah dengan SK MEMPERINDAG No. 350/MPP/Kep/7/1998
menempuh kebijakan ekspor sayuran dan buah-buahan dapat dilaksanakan bebas
dan tidak diberlakukan ketentuan tertentu dalam bentuk tata niaga ekspor. Ekspor
dapat dilakukan oleh siapa saja asal memiliki ijin usaha dari suatu instansi
pemerintah yang terkait. Kebijakan tersebut merupakan upaya mendorong
peningkatan ekspor non migas yang meliputi pemasaran sayuran dan buah-buahan
Indonesia di pasar luar negeri. Di era perdagangan bebas yang sudah semakin
dekat dimana persaingan perdagangan akan semakin kompetitif baik di pasar
regional maupun internasional. Untuk memenangkan persaingan tesebut produk
sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan kualitas dan harga harus dapat bersaing
dengan produk yang sama di negara pesaing.
Kebijakan pemerintah lainnya yang mendukung daya saing ekspor
komoditas sayuran dan buah-buahan adalah dikeluarkannya Keputusan Menteri
Pertanian No. 481/Kpts/OT.210/5/98 tentang standarisasi. Undang-undang ini
menetapkan peredaran produk yang harus memenuhi prasyarat standar yang
dikenal dengan istilah Standar Nasional Indonesia (SNI). Penetapan SNI ini antara
lain untuk mendorong terciptanya produk nasional yang berdaya saing baik di
pasar dalam negeri maupun luar negeri juga sekaligus dapat digunakan untuk
melindungi konsumen. Prasyarat yang harus dipenuhi produk sayuran dan buahbuahan adalah tingkat keseragaman, tingkat kesegaran, tingkat kerusakan, rasa
dan aroma serta kadar kotoran, dan serangga.

Universitas Sumatera Utara

17

2.2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Menurut Lipsey (1995), permintaan ekspor suatu komoditi merupakan
hubungan yang menyeluruh antara kuantitas komoditi yang akan dibeli konsumen
selama periode tertentu pada suatu tingkat harga. Permintaan pasar suatu komoditi
merupakan penjumlahan secara horizontal dari permintaan-permintaan individu
terhadap suatu komoditi. Permintaan ekspor ialah permintaan pasar internasional
terhadap komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara. Teori permintaan ekspor
bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor
suatu negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara
ialah harga domestik negara tujuan ekspor, harga impor negara tujuan ekspor,
pendapatan per kapita negara tujuan ekspor dan selera masyarakat negara tujuan
ekspor. Permintaan ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar negeri yaitu
harga di pasar internasional atau harga ekspor, nilai tukar riil, dan kebijakan
menyangkut impor suatu komoditi sebagai dummy.

a. Harga produk
Menurut Lipsey (1995), harga dan kuantitas permintaan suatu komoditi
berhubungan secara negatif. Artinya semakin tinggi harga suatu komoditi maka
jumlah permintaan terhadap komoditi tersebut akan semakin berkurang, ceteris
paribus. Untuk harga ekspor, Lipsey (1995) menyatakan bahwa suatu hipotesis
ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan komoditi, harga yang
ditawarkan berhubungan secara negatif dengan jumlah yang diminta, atau dengan
kata lain semakin besar harga komoditi maka akan sedikit kuantitas komoditi
tersebut yang diminta. Sebaliknya, harga berhubungan secara positif dengan

Universitas Sumatera Utara

18

penawaran. Semakin tinggi harga maka akan semakin banyak kuantitas komoditi
tersebut yang ditawarkan.

b. Nilai tukar riil
Nilai tukar riil adalah suatu harga relatif dari barang-barang yang
diperdagangkan oleh dua negara. Nilai tukar dikenal pula dengan istilah kurs.
Terkadang nilai tukar riil bisaa disebut dengan terms of trade atau nilai tukar
perdagangan. Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar
nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika nilai tukar riil tinggi, maka harga
barang-barang luar negeri relatif murah, dan barang-barang domestik relatif
mahal. Jika nilai tukar riil rendah, maka sebaliknya harga barang-barang domestik
relatif murah sedangkan harga barang-barang luar negeri mahal (Mankiw,2000).
Peranan yang penting dalam suatu hubungan ekonomi internasional terutama
sekali berkaitan dengan pengaruhnya pada harga relatif dari barang-barang
domestik dan harga barang-barang luar negeri.

c. GDP (Gross Domestic Product)
Gross Domestic Product (GDP) merupakan pendapatan total dan
pengeluaran total nasional pada output barang dan jasa. Lipsey (1995)
menyatakan bahwa GDP merupakan nilai dari total produksi barang dan jasa suatu
negara yang dinyatakan sebagai produksi nasional dan nilai total produksi tersebut
juga menjadi pendapatan total negara yang bersangkutan atau dengan kata lain,
produk nasional sama dengan pendapatan nasional. Ada 2 (dua) pedekatan dalam
menghitung GDP, yaitu dengan dengan pendekatan pengeluaran dan pendekatan
penapatan. Produk nasional atau pendapatan nasional dapat diukur dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara

19

pendapatan nasional bruto (PNB) atau pendapatan domestik bruto (PDB). GDP
sering dianggap sebagai cerminan kinerja ekonomi atau merupakan hasil produksi
dalam suatu wilayah yang telah dikurangi hasil faktor produksi yang pemiliknya
bukan berasal dari dalam perekonomian serta ditambah faktor produksi dari dalam
perekonomian yang berasal di luar daerah perekonomian. GDP diartikan sebagai
perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian (Mankiw, 2000).
GDP menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara, dimana
semakin besar GDP yang dihasilkan suatu negara semakin besar pula kemampuan
negara tersebut untuk melakukan perdagangan. Bagi negara importir, semakin
besar GDP maka akan meningkatkan impor komoditi negara tersebut.
Peningkatan

GDP

merupakan

peningkatan

pendapatan

masyarakatnya.

Peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan terhadap suatu komoditi,
pada akhirnya akan meningkatkan impor komoditi tersebut. Sehingga besarnya
GDP yang dimiliki negara importir akan mempengaruhi besarnya volume
perdagangan.

2.2.7. Teori Perdagangan Internasional
Menurut arti yang sederhana perdagangan internasional adalah suatu
proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antar negara.
Menurut Lindert dan Kindleberger (1995) perdagangan internasional dianggap
sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang
bersaing. Terdapat dua hal penting untuk terjadinya perdagangan internasional
yakni spesialisasi produksi dan informasi akan kebutuhan barang yang
diperdagangkan. Spesialisasi produksi terjadi karena keadaan yang alamiah, yakni
tumbuh atau tersedianya bahan alamiah yang ketersediaannya berbeda-beda di

Universitas Sumatera Utara

20

berbagai tempat di dunia. Hal kedua adalah ketersediaan informasi yang berkaitan
erat dengan tingkat kemajuan daya pikir manusia. Adam Smith dalam Salvatore
(1997) menyatakan bahwa perdagangan antar dua negara didasarkan pada
keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih efisien
daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam
memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau memiliki
kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya,
maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masingmasing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki
kerugian absolut.
Menurut teori Heckssher-Ohlin dalam Salvatore (1997), sebuah negara
akan mengekspor komoditi yang diproduksinya lebih banyak menyerap faktor
produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu yang
bersamaan dia akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan
sumberdaya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Singkatnya, sebuah
negara yang relatif kaya atau berlimpahan tenaga kerja akan mengekspor
komoditi-komoditi yang relatif padat tenaga kerja dan akan mengimpor komoditi
komoditi yang relatif padat modal (yang merupakan faktor produksi langka dan
mahal di negara bersangkutan). Pada prinsipnya perdagangan antara dua negara
timbul karena adanya perbedaan dalam permintaan dan penawaran, selain itu
karena adanya keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor untuk
menambah penerimaan devisa dalam upaya penyediaan dan pembangunan negara
yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

21

Secara teoritis, suatu negara (misalnya negara A) akan mengekspor suatu
komoditi (misalnya sayuran) ke negara lain (misalnya negara B) apabila harga
domestik di negara A (sebelum terjadi perdagangan internasional) relatif lebih
rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang
relatif lebih rendah di negara A tersebut disebabkan adanya kelebihan penawaran
(excess supply) yaitu produksi domestik yang melebihi konsumsi domestik.
Dalam hal ini faktor produksi di negara A relatif berlimpah. Dengan demikian
negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain.
Di pihak lain, di negara B terjadi kekurangan penawaran karena konsumsi
domestiknya melebihi produksi domestik (excess demand) sehingga harga
menjadi tinggi. Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk membeli komoditi dari
negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi
antara negara A dan negara B, maka dapat terjadi perdagangan antar kedua negara
tersebut dimana negara A akan mengekspor komoditi sayuran ke negara B
(Salvatore, 1997).
Secara grafis terjadinya perdagangan antara negara A dan negara B dapat
dilihat pada Gambar 2., sebelum terjadinya perdagangan internasional,
keseimbangan di negara A terjadi pada titik Ea dengan jumlah produksi sebesar
Qa1 dan harga yang terjadi adalah P1. Di negara B keseimbangan terjadi pada
titik Eb dengan jumlah produksi sebesar Qb1 dan harga yang terjadi adalah
sebesar P3. Harga di negara A (P1) lebih rendah daripada harga di negara B (P3).
Produsen di negara A akan memproduksi lebih banyak untuk harga di atas P1. Hal
tersebut akan menyebabkan terjadinya excess supply di negara A. Sementara
untuk harga di bawah P3, konsumen di negara B akan meminta lebih banyak

Universitas Sumatera Utara

22

daripada yang dihasilkan oleh produsen di negara B. Hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya excess demand di negara B. Kemudian terjadi
perdagangan antara negara A dan negara B. Penawaran ekspor pada pasar
internasional digambarkan oleh kurva Sw yang merupakan excess supply dari
negara A. Permintaan impor digambarkan oleh kurva Dw yang merupakan excess
demand dari negara B. Keseimbangan di pasar dunia terjadi pada titik Ew yang
menghasilkan harga dunia sebesar P2, dimana negara A mengekspor sebesar
(Qa2- Qa3) yang sama dengan jumlah yang diimpor negara B (Qb2-Qb3) jumlah
ekspor dan impor tersebut ditunjukkan oleh volume perdagangan sebesar Qw pada
pasar dunia.

Sumber: Salvatore (1997)

Gambar 1. Terjadinya Perdagangan Intenasional
Keseimbangan perdagangan internasional di atas dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya GDP per kapita, tarif dan nilai tukar. Perubahan
faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan pergeseran pada kurva penawaran dan
kurva permintaan dengan arah yang berbeda pada setiap negara. Oleh karena itu,

Universitas Sumatera Utara

23

berikut akan dipaparkan mengenai perubahan-perubahan pada ketiga faktor
tersebut di negara pengekspor maupun di negara pengimpor.
GDP per kapita merupakan rataan dari pendapatan nasional yang diperoleh
penduduk suatu negara. Dampak perubahan GDP per kapita negara importir
terhadap keseimbangan perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 3.
Pada negara importir, peningkatan GDP per kapita merupakan peningkatan
pendapatan

masyarakatnya.

Peningkatan

pendapatan

akan

meningkatkan

permintaan terhadap sayuran. Peningkatan ini menggeser kurva demand negara
pengimpor menjadi DX’. Dengan kurva penawaran yang tetap keseimbangan
berubah menjadi F”. Pada titik F”, jumlah excess demand bertambah dari G-H
menjadi G-I. Jumlah impor meningkat sehingga kurva excess demand sayuran di
pasar dunia juga bergeser ke kanan menjadi ED’. Excess demand sayuran di pasar
dunia semakin besar, sehingga mendorong harga untuk naik.
Keseimbangan baru terjadi pada titik E**. Harga sayuran di pasar dunia
menjadi B**. Peningkatan harga dunia tersebut memberikan insentif bagi negara
eksportir untuk meningkatkan ekspor sayurannya. Ekspor meningkat dari titik BC menjadi B’-C’. Berdasarkan uraian di atas keseimbangan yang terbentuk setelah
terjadinya peningkatan GDP per kapita importir yaitu peningkatan aliran
perdagangan sayuran di pasar dunia.

Universitas Sumatera Utara

24

Sumber: Salvatore (1997)

Gambar 2. Dampak Peningkatan GDP Negara Pengimpor terhadap
Keseimbangan Perdagangan Internasional
Kondisi nilai tukar seperti terdepresiasinya rupiah terhadap dollar
Singapura merupakan faktor yang dapat menyebabkan pergeseran kurva
permintaan. Terdepresiasinya rupiah terhadap mata uang asing membuat harga
komoditi Indonesia relatif lebih murah sehingga mendorong terjadinya
peningkatan jumlah permintaan ekspor.
Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia
dan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia.
Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia
(Salvatore, 1997). Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa ekspor suatu negara
sangat ditentukan oleh harga domestik, harga internasional, serta keseimbangan
penawaran dan permintaan dunia. Selain itu secara tidak langsung ditentukan pula
oleh perubahan nilai tukar (exchange rate) mata uang suatu negara terhadap
negara lain.

Universitas Sumatera Utara

25

2.2.8. Model Regresi
Analisis data yang digunakan dalam metode kuantitatif adalah model
regresi berganda dengan persamaan tunggal. Analisis regresi linear berganda
adalah analisis yang berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel
(variabel dependen) yang satu atau lebih variabel lain (variabel independen)
dengan maksud menaksir atau meramalkan nilai variabel dependen berdasarkan
nilai yang diketahui dari variabel yang menjelaskan (variabel independen).
Penaksiran parameter diduga dengan metode kuadrat terkecil atau
Ordinary Least Square (OLS). Metode kuadrat terkecil dikemukakan oleh Carl
Friedrich Gauss, seorang ahli matematik bangsa Jerman. Dengan menggunakan
OLS, dapat diperoleh intersep dan slope sehingga diperoleh garis regresi yang
menunjukkan trend data secara baik.
Dalam mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau
belum, terdapat beberapa kriteria yang memerlukan pengujian secara statistik.
Indikator untuk melihat kebaikan model adalah R2, F-hitung dan t-hitung. Ukuran ini
digunakan untuk menunjukkan signifikan atau tidaknya model yang diperoleh
secara keseluruhan. Menurut Gujarati (1997) dengan asumsi-asumsi tertentu,
metode OLS mempunyai beberapa sifat statistik yang sangat menarik yang
membuatnya menjadi satu metode analisis regresi yang paling kuat (powerfull)
dan populer.
Dalam model regresi berganda dapat terjadi keterkaitan antar variabel
bebas yang disebut multikolinieritas. Multikolinieritas merupakan keadaan
dimana adanya hubungan linier yang sempurna diantara variabel-variabel bebas
dalam model regresi. Multikolinieritas terjadi jika dalam suatu model regresi tak

Universitas Sumatera Utara

26

satupun variabel bebas mempunyai koefisien regresi hasil dari OLS (Ordinary
Least Square) yang signifikan secara statistik (bahkan beberapa diantaranya
mungkin mempunyai tanda yang salah), walaupun nilai koefisien determinasi
ganda R2 tinggi. Dalam analisis regresi dengan data time series dan cross-section
terdapat masalah autokorelasi. Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana
kesalahan pengganggu dalam periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan
pengganggu dari periode lainnya. Dengan adanya autokorelasi, perkiraan
parameter OLS masih tak bisa dan konsisten, akan tetapi menjadi tidak efisien dan
standard error dari perkiraan parameter regresi menjadi bisa, sehingga
menyebabkan pengujian hipotesis menjadi tidak tepat.
Bentuk umum dari fungsi regresi tersebut adalah (Setiawan dan Kusrini,
2010):
Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + …+ βiXi + ε
dimana:
Y

= Variabel respon (tidak bebas/dependen) yang bersifat acak
(random)

βo, β1, β2, β3,…, βi = Parameter (koefisien) regresi
X1, X2, X3,…, Xi = Variabel penjelas (bebas/independen) yang bersifat tetap
(fixed variabel)
ε

= Variabel random error/galat

et

= Pengaruh sisa (error term)

t

= 1, 2,..., n yaitu banyaknya peubah bebas dalam fungsi
tersebut

Universitas Sumatera Utara

27

Model tersebut diduga dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary
Least Square/OLS) yang didasarkan pada asumsi-asumsi berikut:
1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu E(ei) = 0 untuk i
= 1,2,3,...,n.
2. Varian (ei) = E (ej) = σ2, sama untuk kesalahan semua kesalahan pengganggu
(homoskedastisitas).
3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu berarti kovarian (ei, ej) =
0, i ≠ j.
4. Variabel bebas X1, X2,..., Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas
terhadap kesalahan pengganggu, E (Xi,ei) = 0.
5. Tidak ada kelinearitas ganda di antara variabel bebas X.
6. ei ≈ N (0 ; σ2), artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal
dengan rata-rata nol dan varian σ2.
2.3.

Kerangka Konsep Pemikiran
Usaha hortikultura khususnya sayuran memiliki nilai perdagangan yang

tinggi baik untuk kebutuhan lokal ataupun ekspor. Pengembangan sayuran
dipengaruhi beberapa faktor yaitu luas tanam, varietas bibit, tenaga kerja,
agroklimat dan modal. Fluktuasi produksi sayuran akan mempengaruhi ekspor
sayuran. Beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor adalah harga lokal, harga
ekspor, nilai tukar, PDB negara tujuan ekspor dan jumlah produksi. Ada beberapa
negara tujuan ekspor sayuran (Japan, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan,
Singapura, Malaysia, Vietnam, Pakistan, Uni Emirat Arab dan Slovenia), tetapi
nilai ekspor ekspor terbesar adalah negara Singapura oleh karena itu, PDB yang
digunakan adalah PDB Singapura, seperti terlihat pada table dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara

28

Tabel 4. Akumulasi Volume dan Nilai Ekspor Sayuran dari Propinsi
Sumatera Utara dari tahun 2005-2011
Negara Tujuan
Singapura
Malaysia
Volume (Kg)
Nilai (US $)
Volume (Kg)
Nilai (US $)
Kentang
36.323.382
12.450.395
21.529.298
4.138.414
Tomat
2.382.083
1.793.148
1.922.152
748.435
Kol
49.796.062
15.119.904
75.246.669
26.015.663
Wortel
202
54
32.731
6.175
Bawang Merah
1.752.031
340.356
Daun Bawang
7.496
795
64.368
1.669
Total
88.509.225
29.364.296
100.547.249
31.250.712
Sumber: BPS Sumatera Utara (2011)
Komoditi

Pada Tabel 4., volume ekspor sayuran ke Singapura dan Malaysia tidak
terlalu jauh demikian juga dengan nilai ekspornya, tetapi ada hal menarik dari data
tersebut, yaitu harga jual ke Negara Singapura lebih tinggi dibandingkan dengan
ke Malaysia, misalnya untuk kentang sebesar US$ 3,43 per kg sedang untuk
negara Malaysia US$ 1,92 per kg, demikian juga dengan tomat, untuk Singapura
US$ 7,53 per kg dan untuk Malaysia US$ 3,99 per kg. Tingginya harga ekspor
untuk Negara Singapura menjadi dasar dalam penggunaan PDB SIngapura dalam
analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor sayuran.
Ada beberapa mata uang yang digunakan dalam perdagangan Internasional
seperti Dollar Amerika, Singapura, Australia, Yen, Poundsterling, dan sebagainya,
tetapi US$ (Dollar Amerika) yang sering digunakan dalam perdagangan. Dari
faktor-faktor yang mempengauhi jumlah ekspor akan diperoleh faktor terpenting
yang mempengaruhi ekspor, sehingga dapat diambil beberapa alternatif untuk
meningkatkan ekspor. Berdasarkan teori maka kerangka pemikiran dapat
digambarkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

29

Harga Lokal

Produksi Sayuran

E
K
S
P
O
R

Harga Ekspor
Jumlah Produksi
PDB Singapurar
Nilai Tukar

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
2.4.

Hipotesis
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah ada pengaruh variabel harga

lokal, harga ekspor, nilai tukar, jumlah produksi dan PDB negara tujuan ekspor
terhadap jumlah ekspor sayuran dari Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara