Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Pluralis yang Sering Mengalami Bencana Banjir di Kelurahan Polonia Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bencana alam merupakan permasalahan yang terjadi di seluruh negara, seperti juga yang
terjadi di Indonesia. Letak geografis dan bentang alam suatu negara menjadi salah satu faktor
yang membedakan jenis bencana yang terjadi. Letak Indonesia yang berada di pertemuan dua
lempeng benua menjadikan bangsa Indonesia sangat rentan terhadap bencana alam. Letak
geografis,terutama geologi Indonesia sangat berpengaruh besar.Letak Indonesia merupakan
tempat bertemunya lempeng Australia, lempeng Asia, lempeng Pasifik yang memiliki gerakan
sendiri dengan arah berbeda. Juga Indonesia terletak di kawasan yang terkenal dengan Cincin
Api Pasifik, sehingga Indonesia banyak memiliki gunung-gunung berapi yang aktif seperti
Merapi dan Bromo. Akibatnya Indonesia seringkali mengalami bencana gempa bumi , tsunami
dan letusan gunung api. Sebagai contoh adalah gempa Liwa di Lampung, gempa Sentani di
Papua, gempa Flores, gempa di Aceh dan gempa Nias yang diikuti oleh tsunami, gempa Padang,
gempa Bengkulu, gempa Nabire dan gempa Jawa Barat serta letusan Gunung Lokon di Sulawesi
Utara. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis jumlah bencana alam yang
terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2011 mencapai angka 1.598. Jumlah tersebut memang
terbilang cukup besar namun lebih kecil ketimbang 2010 dengan jumlah 2.232 kasus. Bencana
hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, tanah longsor, puting beliung dan
gelombang pasang merupakan jenis bencana yang dominan di Indonesia. Data bencana tahun

2002-2011 menunjukkan bahwa sekitar 89 persen dari total bencana di Indonesia didominasi
11

Universitas Sumatera Utara

oleh bencana hidrometeorologi. Perubahan iklim global, degradasi lingkungan, kemiskinan, dan
bertambahnya jumlah penduduk makin memperbesar ancaman risiko bencana. Bencana tersebut
telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang besar.
Selain itu, Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa dan memiliki iklim tropis dengan
curah hujan tinggi menyebabkan negara Indonesia menjadi sangat rentan terhadap bencana
banjir. Bencana banjir merupakan kejadian alam yang sulit diduga karena datang secara tiba –
tiba dengan periodisitas yang tidak menentu, kecuali daerah yang sudah menjadi langganan
terjadinya banjir tahunan. Secara umum banjir adalah daratan yang biasanya kering (bukan
daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan
kondisi topografi wilayah yang rendah hingga cekungan. Terjadinya bencana banjir juga
disebabkan oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak
mampu lagi menyerap air. Selain itu terjadinya banjir dapat disebabkan oleh volumenya yang
melebihi kapasitas pengairan sistem drainase atau sistem aliran sungai. Bencana banjir yang
terjadi di Indonesia umumnya melanda wilayah Indonesia bagian barat, karena curah hujan yang
turun di Indonesia bagian barat lebih besar dibandingkan dengan curah hujan yang turun di

Indonesia bagian tengah dan bagian timur. Banyaknya sungai induk yang tersebar diseluruh
wilayah Indonesia menambah semakin luasnya dataran banjir yang dimiliki oleh negara ini.
Sungai induk yang dimiliki Indonesia ada sebanyak 5.590 sungai induk dan 600 di antaranya
merupakan sungai yang sering menimbulkan banjir, terutama pada saat musim hujan dengan
curah hujan tinggi. Bencana banjir memang tidak bisa dipisahkan dari negara ini karena faktor
fisik alam, banjir juga terjadi akibat kurangnya kesadaran warga masyarakat dalam menjaga dan
melestarikan lingkungan disekitarnya (Argo Mulyanto 2008).

12

Universitas Sumatera Utara

Kebanyakan masyarakat Indonesia memanfaatkan bantaran sungai sebagai tempat tinggal
dan digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas kehidupannya. Selain itu, penggundulan
hutan yang banyak dilakukan masyarakat pun merupakan salah satu faktor penyebab tingginya
debit banjir tiap tahunnya. Permasalahan lingkungan seperti penurunan muka tanah (land
subsidence) juga turut membuat semakin tinggi genangan banjir dari tahun ke tahun. Bencana
banjir yang terjadi di Indonesia sering memberikan kerugian yang tidak sedikit. Kerugian yang
ditimbulkan oleh banjir beragam, mulai dari kerugian materiil hingga korban jiwa yang ada.
Selain dampak yang di atas akibat banjir yang juga banyak dirasakan oleh warga masyarakat

yaitu hambatan dalam bertransportasi. Banjir yang menggenangi jalan-jalan akan menghambat
pengguna jalan di dalam melakukan aktivitasnya.
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai masyarakat majemuk, beragam
suku bangsa, yang baik langsung maupun tidak langsung, bersatu di bawah kekuasaan sebuah
sistem nasional. Indonesia sebagai negara pluralistik dan multikulturalistik, dihuni oleh berbagai
etnis, bahasa, agama, dan ideologi serta letak geografis antardaerah yang luas dipisahkan oleh
ribuan pulau. Selain itu yang mencolok dari ciri kemajemukan masyarakat Indonesia adalah
penekanan pada pentingnya kesukubangsaan yang terwujud dalam komunitas-komunitas suku
bangsa, dan digunakannya kesukubangsaan sebagai acuan utama bagi jatidiri individu.
Berdasarkan hal tersebut, terjadi kesatuan sosial yang disebabkan oleh perbedaan suku bangsa,
perbedaan agama, perbedaan adat, dan sebagainya.

13

Universitas Sumatera Utara

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang terdiri dari berbagai
masyarakat yang berasal dari suku dan budaya yang berbeda. Beragam masyarakat yang ada di
kota Medan disebabkan oleh berbagai faktor penarik yang ada sehingga banyak orang yang
tertarik untuk pindah ke kota tersebut. Penduduk kota memiliki ciri penting yaitu meliputi unsur

agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter
sebagian besar penduduk kota Medan bersifat terbuka, tidak hanya masyarakat dengan suku
tertentu yang bermukim di Medan, namun banyak ragam suku yang telah bermukim di kota
tersebut dan bertambah di setiap tahunnya. Perbedaan budaya yang ada pada setiap penduduk
mempengaruhi cara mereka untuk berkomunikasi atau bersosialisasi dengan penduduk lainnya.
Pola hubungan sosial yang diterapkan oleh penduduk kota Medan berpengaruh dengan
kehidupan yang mereka jalani sehari- hari, sehingga perbedaaan suku dan budaya tidak dijadikan
sebagai alasan terjadinya perpecahan atau pertentangan di dalam berbaur antar masyarakat
pluralis.
Banjir yang terjadi di kota Medan merupakan permasalahan yang sampai saat ini belum bisa
diatasi oleh Pemerintahan Kota (Pemko) Medan. Permasalahan tersebut ditimbulkan beberapa
diantaranya karena sistem drainase yang buruk, dan sampah yang menumpuk di berbagai
kawasan termasuk di sungai-sungai yang mengalir sepanjang kota. Banjir di Medan sendiri
merupakan suatu hal yang sudah biasa terjadi dibeberapa wilayah di kota Medan. Kota Medan
secara hidrologi dipengaruhi dan dikelilingi oleh beberapa sungai besar dan anak sungai seperti
Sungai Percut, Sungai Deli, Sungai Babura, Sei Belawan dan sungai lainnya. Kota Medan dilalui
oleh 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Belawan, DAS Deli dan DAS Percut. Kawasan
rawan banjir yang ada di kota Medan yaitu daerah aliran Deli (220,4 Ha), daerah aliran Badera
(250 Ha), daerah aliran Kera (302,5 Ha), daerah aliran Sikambing (128 Ha), daerah aliran Putih
14


Universitas Sumatera Utara

(220 Ha), daerah aliran Percut (206,5 Ha) (BAPPEDA Medan 2009). Beberapa penyebab
sehingga sering terjadi banjir di Medan, yaitu (1) intensitas curah hujan yang semakin meningkat
dengan frekuensi banjir periodik yang semakin dekat, (2) kondisi DAS di bagian hulu sungai
yang semakin kritis, (3) kebutuhan ruang perkotaan yang semakin meningkat dan meluas, (4)
bidang resapan air hujan di perkotaan yang semakin berkurang, (5) sistem drainase yang belum
terintegrasi secara optimal,(6) masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga dan
memelihara kebersihan saluran sungai dan drainase,(7) tumbuh dan meluasnya kawasan
permukiman ilegal yang berada di bantaran sungai,(8) belum optimalnya koordinasi
penyelenggaraan

pembangunan

drainase,(9)

terbatasnya

anggaran


pembangunan

dan

pemeliharaan saluran sungai dan drainase, (10) perubahan iklim yang mengakibatkan terjadinya
perubahan watak banjir. Masyarakat merupakan peran utama dalam menghindari banjir besar
yang sering terjadi di kota Medan. Kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap kebersihan
lingkungan sangat mempengaruhi potensi terjadinya banjir. Kesadaran tersebut dimulai dari halhal seperti membuang sampah pada tempatnya sehingga pada saat hujan turun terus- menerus,
tidak mengakibatkan sungai atau saluran air yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal
warga meluap.

Berdasarkan uraian di atas, kota Medan adalah kota yang masyarakatnya berasal dari
beragam suku dan budaya. Selain itu, bencana banjir juga sering dialami oleh masyarakat di kota
Medan akibat berbagai faktor yang telah disebutkan. Salah satunya adalah lingkungan III,
Kelurahan Polonia, yang juga kerap terkena banjir dan dihuni oleh berbagai etnis. Melalui
bencana alam banjir yang sering terjadi, peneliti ingin melihat bagaimana hubungan solidaritas

15


Universitas Sumatera Utara

yang terjadi pada warga masyarakat yang terdiri dari berbagai macam etnis seperti Cina, India,
dan Karo.

1.2 Perumusan Masalah

Hal yang sangat penting untuk memulai suatu penelitian adalah adanya masalah yang
akan diteliti. Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka peneliti harus
merumuskan masalahnya dengan jelas sehingga akan jelas bagi peneliti dari mana harus mulai,
ke mana harus pergi dan dengan apa (Arikunto, 2006:24).
Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah
dalam

penelitian ini, yaitu : “ Bagaimana bentuk dan faktor- faktor yang memengaruhi

solidaritas pada masyarakat pluralis yang sering mengalami banjir pada etnis Cina, India, dan
Karo di Kota Medan, khususnya di kawasan Kelurahan Polonia?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui bentuk dan pola solidaritas pada masyarakat yang sering mengalami
banjir pada berbagai etnis yang tinggal bersama di suatu kawasan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1. Manfaat Teoritis

16

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa
khususnya mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi
ilmu sosial, masyarakat, pemerintah, khususnya bagi bidang studi sosiologi perkotaan.
1.4.1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat
karya tulis ilmiah tentang bentuk dan faktor-faktor yang memengaruhi solidaritas pada
masyarakat yang sering mengalami banjir yang dihadapi oleh etnis Cina, India, dan Karo
di Kecamatan Medan Polonia.
1.5. Definisi Konsep
1.5.1. Solidaritas

Konsep solidaritas sosial merupakan konsep sentral Emile Durkheim (1858-1917) dalam
mengembangkan teori sosiologi. Durkheim menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan
suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada kepercayaan
yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas
menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan
bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam
masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional,
sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Berkaitan dengan perkembangan masyarakat,
Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju
masyarakat modern. Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian
Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya.

17

Universitas Sumatera Utara

Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas
sosial pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial
mekanik, sedangkan masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi,
berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk yaitu:

1.Solidaritas sosial mekanik.
Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap individu boleh
dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri indvidu lagi, melainkan hanya sekedar mahluk
kolektif. Jadi, masing-masing individu diserap dalam kepribadian kolektif.
2.Solidaritas sosial organik
Solidaritas organik berasal dari semakin terdiferensiasi dan kompleksitas dalam pembagian
kerja yang menyertai perkembangan sosial. Durkheim merumuskan gejala pembagian kerja
sebagai manifestasi dan konsekuensi perubahan dalam nilai-nilai sosial yang bersifat umum.

1.5.2. Masyarakat Pluralis

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau
semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada
dalam kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubunganhubungan antar entitas-entitas. Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Masyarakat pluralis
berarti masyarakat yang memiliki keberagaman budaya dan suku yang menjadi latar
belakangnya. Suatu kawasan yang ditempati oleh masyarakat pluralis berarti kawasan tersebut

18


Universitas Sumatera Utara

terdiri dari penduduk yang berbeda budaya seperti India, Cina, dan Karo. Ada berbagai faktor
penarik masyarakat pluralis yang menempati suatu kawasan tempat tinggal. Lokasi tempat
tinggal yang strategis dapat menarik perhatian masyarakat termasuk masyarakat pluralis. Setelah
menempati lokasi itu, masyarakat pluralis biasanya berbaur dengan tetangga yang berada di
sebelah dan di dekat rumahnya. Selain itu, asimilasi juga merupakan faktor utama masyarakat
pluralis tinggal di kawasan tempat tinggal yang terdiri dari penduduk yang berasal dari budaya
dan suku yang berbeda. Perkawinan campuran yang dilakukan membuat mereka dapat berbaur
dengan mudah di kawasan tempat tinggal yang juga terdiri dari berbagai masyarakat pluralis.
Kesadaran sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain membuat
masyarakat pluralis biasanya mau berbaur dengan dengan tetangganya meskipun berbeda etnis.
Berbagai kegiatan yang dilakukan di kawasan tempat tinggal juga membuat masyarakat pluralis
semakin mengenal tetangga yang ada di sekitar rumahnya. Kegiatan yang rutin dilakukan di
kawasan tempat tinggal masyarakat pluralis seperti kerja bakti dan olahraga. Kerja bakti yang
bisanya dilakukan pada jangka waktu tertentu memberikan kesempatan kepada masyarakat
pluralis untuk saling berbaur dan lebih mengenal orang lain. Kegiatan olahraga yang dilakukan
oleh masyarakat pluralis juga dapat semakin menumbuhkan sikap sportif yang menerima apapun
hasil dari olahraga yang mereka lakukan. Sikap yang dimunculkan dari berbagai kegiatan yang
dilakukan dapat menimbulkan rasa saling menghargai dan menghormati atas berbagai perbedaan
yang dihadapi oleh masyarakat pluralis dalam kehidupannya sehari- hari.

19

Universitas Sumatera Utara

1.5.3. Masyarakat Banjir
Masyarakat banjir adalah masyarakat yang sering mengalami banjir di kawasan tempat
tinggalnya. Masyarakat banjir biasanya mengetahui kapan banjir akan terjadi dan telah terbiasa
menghadapi banjir tersebut. Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya banjir di tempat tinggal
mereka seperti tanah tempat tinggal mereka yang rendah. Akibatnya apabila hujan turun terusmenerus, banjir akan menggenangi jalanan yang berada di depan rumah masyarakat ini bahkan
sampai masuk ke dalam halaman bahkan rumah. Masyarakat banjir yang menghadapi hal ini
biasanya akan selalu bersiap apabila hujan deras turun dan menyediakan peralatan yang dapat
digunakan untuk membuang air yang telah masuk tersebut. Seringnya kejadian yang mereka
hadapi ini membuat masyarakat banjir menjadi terbiasa melakukan kegiatan itu setelah hujan
reda. Ada juga beberapa warga yang akhirnya memutuskan untuk merenovasi bagian depan
rumah mereka menjadi lebih tinggi sehingga pada saat hujan turun air tidak akan masuk lagi ke
rumah warga. Selain itu, sampah biasanya menjadi penyebab banjir yang terjadi di sekitar
lingkungan tempat tinggal masyarakat banjir. Masyarakat banjir harus lebih memperhatikan
kondisi kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka terutama masalah sampah yang menjadi
penyebab banjir apabila hujan turun. Sampah yang dibuang sembarangan ke sungai atau saluran
air yang berada di sekitar rumah masyarakat banjir tentu akan semakin membuat banjir yang
terjadi di kawasan tempat tinggal mereka semakin besar. Masyarakat banjir biasanya melakukan
kegiatan membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka secara rutin agar apabila hujan turun
mereka sudah mempersiapkan lingkungan tempat tinggal yang lebih bersih dan meminimalkan
adanya sampah.

20

Universitas Sumatera Utara

Kerugian yang dialami oleh masyarakat banjir apabila banjir sudah terjadi di rumah
mereka yaitu perabotan rumah yang terbuat dari kayu menjadi rusak akibat terkena banjir. Banjir
yang sering terjadi dan masuk ke dalam rumah warga membuat perabotan rumah seperti kursi
dan meja menjadi rusak. Selain itu masyarakat banjir harus membersihkan sampah yang dibawa
oleh arus air. Selain sampah, lumpur juga sering masuk ke dalam rumah warga dan pada saat air
surut warga harus membersihkan sampah- sampah yang berserakan dan lumpur yang mengotori
halaman depan atau belakang rumah warga serta lantai rumah. Kerugian lain yang dialami
masyarakat banjir pada saat banjir sudah terjadi yaitu aktivitas masyarakat yang terganggu.
Aktivitas masyarakat terganggu karena jalan yang mereka lewati biasanya masih tergenang air
apabila banjir belum surut. Akibatnya masyarakat dapat terlambat pergi ke kantor dan bagi anakanak yang sekolah juga dapat terlambat tiba di sekolahnya.Selain itu banjir yang sering terjadi
apabila musim hujan telah tiba biasanya akan merusak jalan sehingga masyarakat yang
menggunakan kendaraan akan mengalami kesulitan dalam bertransportasi di kawasan tempat
tinggal mereka tersebut. Masyarakat banjir juga biasanya harus berhati- hati dengan segala
penyakit yang muncul pada saat banjir terjadi dan air yang tergenang di saluran air rumah warga
masih tergenang. Berbagai kerugian dialami masyarakat banjir apabila banjir mulai terjadi,
apalagi sekarang hujan sering turun karena dipengaruhi faktor iklim cuaca yang tidak menentu.

Masyarakat banjir perlu meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi banjir agar
masing- masing individu dapat bertindak dengan cepat ketika banjir terjadi. Masyarakat banjir
dapat membuat pertemuan dengan masyarakat lain yang tinggal di lingkungan tempat tinggalnya
untuk membahas pengalaman banjir yang mereka hadapi selama ini. Pengalaman banjir yang
telah dialami oleh masyarakat banjir akan membuat masyarakat bertindak cepat ketika banjir
21

Universitas Sumatera Utara

terjadi, seperti mengangkat perabotan yang memungkinkan untuk diamankan ketika banjir
terjadi. Tindakan tersebut dilakukan untuk meminimalkan segala bentuk kerugian yang terjadi
pada saat banjir terjadi. Selain itu melalui pertemuan ini masyarakat yang sering mengalami
banjir juga dapat membahas masalah kebersihan lingkungan yang juga mempengaruhi terjadinya
banjir di lingkungan tempat tinggal mereka. Bersama dengan kepala lingkungan yang ada di
lingkungan tempat tinggal, masyarakat dapat merencanakan kegiatan kerja bakti yang waktu
pelaksanaannya disepakati oleh seluruh warga dan dapat dilaksanakan secara rutin. Masyarakat
juga harus memperhatikan kebersihan sungai apabila terdapat sungai di sekitar lingkungan
tempat tinggal. Kebersihan bantaran sungai dan sampah yang berada di sekitar sungai harus
diperhatian. Banjir kiriman juga sering terjadi dan membuat banjir besar sering dialami oleh
masyarakat banjir.

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
empiris. Penelitian empiris adalah penelitian tentang dunia nyata yang sebenarnya. Dimana kita
merupakan bagian daripadanya. Sudah tentu bahwa manusia hanya mengetahui dunia empiris
melalui pengalaman dan melihat realitas yang sebenarnya. Ia muncul bagi kita hanya karena kita
melihat dan memahaminya. Akan tetapi pemahaman kita tentang realitas tersebut bukanlah
realitas itu sendiri.

Kita

selalu

dapat

memperbaiki

pengertian

kita

tentang

realitas

itu

dengan

memperbandingkan pemahaman kita dengan realitas tadi. Dengan demikian, penelitian empiris
22

Universitas Sumatera Utara

merupakan suatu usaha manusia untuk meneliti sifat realitas empiris yang sebenarnya, sifat
realitas yang memang ada, seperti setiap bentuk pemahaman manusia. Ilmu empiris selalu
berubah memperbaiki dirinya sendiri. Gagasan ilmu empiris sangat mendasar dan sangat umum,
artinya membuat gambaran tentang realitas atau sebagian daripadanya dan memperbaiki
gambaran itu serta membandingkannya dengan keadaan yang sebenarnya (Ismail, 2009:33).

1.6.2.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan
Polonia.
Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah :
1. Kota Medan saat ini merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang menuju
kota metropolitan dimana masyarakatnya yang heterogen jauh lebih bisa
menerima keberagaman dan perbedaan.
2. Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia terdiri dari
beragam etnis sehingga sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan penelitian.
3.

Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia merupakan
daerah yang rawan banjir.

1.6.3. Unit Analisis dan Informan
1.6.3.1. Unit analisis data
Unit analisis data yang dimaksudkan dalam suatu penelitian adalah satuan tertentu yang
diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2006: 143)

.
23

Universitas Sumatera Utara

Adapun yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah
masyarakat pluralis yang lebih dari setahun mendiami kawasan banjir di Jalan Karya Bersama,
Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia.

1.6.3.2. Informan
Informan adalah orang-orang yang masuk dalam karakteristik unit analisis dan dipilih
menjadi sumber data yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Arikunto,
2006: 145). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :
1.

10 KK (kepala keluarga) etnis Cina yang diwakili oleh suami, istri, atau anak yang berusia
diantara 17- 55 tahun di dalam keluarga yang tinggal di Lingkungan III, Kelurahan Polonia,
Kecamatan Medan Polonia.

2.

10 KK (kepala keluarga) etnis India yang diwakili oleh suami, istri, atau anak yang berusia
diantara 17- 55 tahun di dalam keluarga yang tinggal di Lingkungan III, Kelurahan Polonia,
Kecamatan Medan Polonia.

3. 10 KK (kepala keluarga) masyarakat Karo yang diwakili oleh suami, istri, atau anak yang
berusia diantara 17- 55 tahun di dalam keluarga yang tinggal di Lingkungan III, Kelurahan
Polonia, Kecamatan Medan Polonia.
4.

5 KK (kepala keluarga) etnis lain yang diwakili oleh suami, istri, atau anak yang berusia
diantara 17- 55 tahun di dalam keluarga yang tinggal di Lingkungan III, Kelurahan Polonia,
Kecamatan Medan Polonia.

1.6.4.Teknik Pengumpulan Data
24

Universitas Sumatera Utara

Data yang dikumpul dalam penelitian ini diperoleh dari :
1. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk memperoleh dan
mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai
pengamat dimana peneliti melihat bentuk solidaritas yang terjadi di tengah- tengah
masyarakat yang berbeda etnis. Observasi dilakukan untuk mengamati objek di lapangan
meliputi masyarakat Jalan Karya Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan
Medan Polonia.
2. Wawancara mendalam, bertujuan untuk memperoleh keterangan, pendapat secara lisan dari
seseorang dengan berbicara langsung maupun tanya jawab dengan informan. Wawancara ini
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan
peneliti berkaitan dengan identitas responden, deskripsi tempat tinggal, kondisi banjir pada
lingkungan tempat tinggal dan solidaritas dalam menghadapi banjir. Wawancara ini
dilakukan untuk memperoleh data secara mendetail tentang solidaritas masyarakat pluralis di
Jalan Karya Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia dalam
menghadapi banjir.
3. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui jurnal penelitian ataupun dokumendokumen lainnya yang mendukung penelitian ini.
1.6.5. Interpretasi Data
Dalam penelitian kualitatif peneliti dapat mengumpulkan banyak data baik dari hasil
wawancara, observasi maupun dari dokumentasi. Data tersebut semua umumnya masih dalam
bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Data yang

25

Universitas Sumatera Utara

telah diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan
relevansinya dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan
yang dapat dikelola, kemudian dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka.
Sedangkan hasil observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. Akhir dari semua
proses ini adalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang
telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan-kesimpulan(Faisal, 2007:257).
1.6.6. Jadwal Pelaksanaan
Jadwal penelitian skripsi ini dilakukan sejak November 2011 sampai dengan Juni 2012.
Secara terperinci kegiatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Bulan keNo.

Kegiatan

1

2

3





4

1

Pra Observasi



2

Acc judul



3

Proposal

4

Seminar Proposal



5

Revisi Proposal



6

Operasional Lapangan

7

Pengumpulan dan Interpretasi

5

6

7

8

9




















Data
8

Bimbingan Skripsi

9

Penulisan Laporan Skripsi



26

Universitas Sumatera Utara

10



Sidang Meja Hijau

1.6.7. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih banyak keterbatasan penelitian baik karena
faktor intern dimana peneliti memiliki keterbatasan ilmu dan materi juga karena faktor eksternal
seperti informan. Untuk itu bagi para akademisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai
dasar kajian ilmiah maupun bagi praktisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar
pengambilan keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini
yaitu:
1. Penelitian ini hanya membahas solidaritas yang terjadi di antara warga masyarakat yang
berbeda etnis di Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia, yaitu
warga masyarakat Karo, warga masyarakat etnis Cina,warga masyarakat etnis India dan
warga masyarakat etnis lain. Bentuk solidaritas yang dibahas adalah bentuk solidaritas
yang terjadi diantara masyarakat beda etnis dalam menghadapi banjir.
2. Ruang waktu dalam penelitian ini hanya sekitar enam bulan untuk pencarian data di
lapangan dengan observasi lapangan dan wawancara dengan para informan. Informan di
dalam penelitian ini kebanyakan pekerja, sehingga peneliti melakukan penelitian pada
saat informan pulang bekerja dan pada hari libur para informan.
1.6.8. Mengenal Lingkungan III Kelurahan Polonia
1.6.8.1. Penduduk Lingkungan III

27

Universitas Sumatera Utara

Lingkungan III merupakan bagian dari Kelurahan Polonia yaitu lingkungan ke III dari
VIII lingkungan yang ada di kelurahan tersebut. Luas lingkungan III yaitu ± 25 hektar.
Lingkungan III terdiri dari penduduk yang beragam etnis dan kerap mengalami banjir di
lingkungan tempat tinggalnya.Jumlah penduduk yang ada di lingkungan III adalah 803 orang.
Berikut merupakan rincian jumlah penduduk yang ada di lingkungan III :

Kelompok Umur
0-4
5-14
15-44
45-64
≥65
Jumlah

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
50
60
75
80
130
180
70
93
35
30
360
443

Jumlah
110
155
310
163
65
803

Sumber : Data Primer 2010

Ada 165 KK (kepala keluarga) yang tinggal di lingkungan III, berikut perinciannya :
Etnis
India
Cina
Karo
Lain- lain (Jawa, Melayu,Padang)
Jumlah

Jumlah KK (kepala keluarga)
53 KK
45 KK
52 KK
15 KK
165 KK

Sumber : Data Primer 2010

1.6.8.2. Kondisi Lingkungan III
Banyak perubahan yang terjadi pada lingkungan III beberapa tahun terakhir. Menurut
Bapak Ram Sanden yang hampir 4 tahun menjadi kepala lingkungan III, perubahan yang terjadi
berkaitan dengan jumlah penduduk yang tinggal di lingkungan tersebut. Semakin banyak jumlah
28

Universitas Sumatera Utara

penduduk yang tinggal di lingkungan III dikarenakan letaknya yang tergolong strategis.
Mengenai kondisi jalan yang ada di lingkungan III juga mengalami perubahan. Sebelum jalan
tersebut diperbaiki dan diaspal, kondisi jalan yang ada di lingkungan tersebut sulit untuk dilewati
kendaraan. Hal ini nampak juga pada perbedaan tarif becak yang biasanya menunggu penduduk
yang ingin masuk ke dalam lingkungan III dengan menggunakan becak. Harga sewa yang
dibayar oleh penduduk lebih mahal pada saat jalan yang ada di lingkungan tersebut belum
diperbaiki.

Foto 1. Tukang becak yang sedang menunggu warga yang ingin menggunakan becaknya untuk
masuk ke dalam lingkungan III

29

Universitas Sumatera Utara

Foto 2. Jalan di lingkungan III yang sudah diperbaiki sejak tahun 2010

Selain perubahan terjadi pada jumlah penduduk dan kondisi jalan yang ada di lingkungan
III, perubahan juga terjadi pada lapangan olahraga yang berada di dekat rumah warga. Awalnya
warga menggunakan jalan untuk melakukan olahraga dan tentu hal ini akan mengganggu
kendaraan yang melewati jalan tersebut. Melihat hal tersebut, kepala lingkungan III, bapak Ram
Sanden pun membuat lahan kosong yang berada dekat dengan rumah warga menjadi lapangan
olahraga yang bisa digunakan oleh warga. Ada dua lapangan yang cukup luas yang bisa
digunakan warga untuk menyalurkan kegemaran mereka dalam berolahraga dan dengan adanya
dua lapangan tersebut membuat warga dapat bergantian menggunakannya.

30

Universitas Sumatera Utara

Foto 3. Lapangan 1 yang biasanya digunakan untuk bermain sepakbola

31

Universitas Sumatera Utara

Foto 4. Lapangan 2 yang biasanya digunakan warga untuk bermain bulutangkis dan bola voli
Melihat semakin banyak perubahan ke arah yang baik pada lingkungan tempat tinggal mereka,
warga lingkungan III pun semakin menjaga segala perubahan yang bermanfaat bagi mereka,
seperti menjaga kondisi jalan yang telah diperbaiki dan lapangan olahraga yang sudah dibuat.
Perubahan juga terjadi pada kegiatan- kegiatan yang ada di lingkungan tersebut, seperti
serikat tolong- menolong yang ada yaitu STM Budi Mulia yang semakin lama jumlah
anggotanya semakin bertambah sehingga membawa dampak yang baik bagi keharmonisan warga
yang pluralis yang tinggal di lingkungan tersebut. Keharmonisan dapat terjadi melalui kegiatan
yang diselenggarakan tersebut karena anggota STM Budi Mulia terdiri dari warga yang berbeda
agama dan etnis di dalamnya.

32

Universitas Sumatera Utara