Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Pluralis yang Sering Mengalami Bencana Banjir di Kelurahan Polonia Kota Medan

(1)

Angket Penelitian

I. Identitas Responden

1. Nama : 2. Usia : 3. Pekerjaan :

4. Jenis kelamin : a. Laki- laki b. Perempuan 4. Etnis : a. Cina

b. Karo c. India 5. Agama : a. Islam

b. Protestan c. Katolik d. Budha e. Hindu

II. Deskripsi Tempat Tinggal

1. Apakah anda sudah lama tinggal di lingkungan ini ? a. Sudah lama

b. Belum lama

(Sebutkan berapa lama anda tinggal di lingkungan ini)


(2)

a. Karena dari kecil sudah tinggal di lingkungan tersebut.

b. Ikut keluarga yang pindah ke lingkungan ini yang sebelumnya berdomisili di tempat lain c. Lingkungan tempat tinggal ini strategis

3. Apakah lingkungan tempat tinggal Anda tergolong nyaman? a. Ya, karena

b. Tidak, karena

4. Apakah ada perubahan kondisi lingkungan tempat tinggal anda sekarang dibanding pertama sekali anda pindah ke lingkungan ini ?

a. Ada b. Tidak ada

5. Sebutkan perubahan kondisi lingkungan selama anda tinggal disini?

__________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ ________________________________________________________________

6. Bagaimana dengan kondisi jarak rumah anda dengan rumah tetangga? a. Sangat sempit

b. Sudah pas

c. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya cukup jauh 7. Sudah baguskah saluran air di depan rumah tempat anda tinggal?

a. Sudah bagus b. Tidak bagus

III. Kondisi Banjir Pada Lingkungan

1. Apakah anda mengetahui sebelumnya bahwa daerah ini adalah daerah rawan banjir ? a. Iya, saya tahu sebelumnya


(3)

2. Bagaimana frekuensi banjir yang terjadi di daerah tempat tinggal anda? a. Sering

b. Jarang

3. Dalam sebulan, kira-kira berapa kali banjir yang bisa terjadi di tempat tinggal anda? a. 1 – 3 kali

b. 4 – 6 kali

c. Lebih dari 6 kali

4. Jika banjir terjadi, cukup dalamkah genangan air yang ada akibat banjir? a. Cukup dalam

b. Tidak begitu dalam

5. Kira-kira apa yang menyebabkan banjir mudah terjadi di lingkungan anda tinggal? a. Saluran air yang tidak memadai/saluran air yang tidak beres

b. Sampah yang menumpuk di mana-mana c. Tanah tempat tinggal yang terlalu rendah

d. Alasan lain ___________________________________________________________ 6. Seperti apa dampak yang terjadi pada tempat tinggal anda jika banjir datang?

__________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________ 7. Kapan banjir yang paling besar yang pernah terjadi di lingkungan anda?

_______________________________________________________________________ 8. Kerugian seperti apa yang anda hadapi pada saat banjir besar tersebut

terjadi?____________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ _________________________________________________________________


(4)

a. Menyelamatkan barang-barang rumah b. Mengungsi

c. Yang lain, sebutkan ____________________________________________________

IV. Solidaritas masyarakat saat banjir

1. Bagaimana hubungan anda dengan tetangga atau warga yang berada di sekitar rumah anda ? a. Baik

b. Biasa saja

c. Tidak ada interaksi

2. Pernahkah anda menolong tetangga ketika terjadi ketika banjir? a. Pernah

b. Tidak

3. Bagaimana bentuk tolong menolong yang terjadi di antara para warga selama terjadi banjir? a. Ikut membantu memindahkan barang- barang agar tidak rusak terkena banjir.

b. Membantu seluruh anggota keluarga dari rumah yang terkena banjir c. Jawaban a dan b benar

d. Bentuk lain _________________________________________________________ 4. Siapakah yang didahulukan untuk ditolong pada saat terjadi banjir?

a. Sesama suku

b. Siapapun (termasuk orang yang berbeda suku)

5. Apakah kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sering diadakan di lingkungan tempat tinggal anda ini?

a. Sering (1-2 kali dalam sebulan) b. Jarang (2 bulan sekali)

6. Apakah anda mengikuti apabila diadakan kerja bakti di lingkungan rumah anda? a. Ya


(5)

b. Tidak

7. Pada saat melakukan kerja bakti, apakah anda hanya membersihkan halaman di depan rumah anda saja?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah ada kegiatan yang dilakukan oleh warga masyarakat lingkungan anda secara rutin ? a. Ada

b. Tidak ada

9. Apakah pernah terjadi konflik diantara warga masyarakat di lingkungan ini ? a. Pernah

b. Tidak pernah

10.Bagaimana frekuensi terjadinya konflik di lingkungan tempat tinggal anda tersebut? a. Sesekali

b. Jarang c. Sering

11.Biasanya konflik yang terjadi disebabkan oleh apa saja ?

___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ _______________________________________________________________

12.Apakah anda setuju dengan kalimat yang menyatakan “tetangga adalah keluarga terdekat” ? a. Setuju

b. Tidak setuju Berikan alasan anda

__________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ ______________________________________________________________


(6)

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998 . Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Fitri, Wanda. 2009. Pluralisme dan Kerukunan Hidup Beragama : Studi Komunikasi Antarbudaya Terhadap Hubungan Sosial Lintas Agama di Sumatera. The 9th Annual

Conference on Islamic Studies (ACIS)

Hanifah, Abu. 2010. Toleransi dalam Masyarakat Plural Memperkuat Ketahanan Sosial. Hendropuspito. 1983 . Sosiologi Agama.Yogyakarta : Penerbit Yayasan Kanisius.

Ismail, Rizabuana. 2009. Metode Penelitian Kualitatif : Dasar- dasar Pemikiran Melakukan Penelitian Sosial Dengan Pendekatan Grounded Research. Medan : Usu press.

Laiya, Bambowo. 1983 .Solidaritas Kekeluargaan. Gadjah Mada University Press. Maleong, Lexy. 1993 . Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mendatu, Achmanto. Pluralitas Etnik di Indonesia, (Online),http://smartpsikologi.blogspot. com/2007/08/pluralitas-etnik-di-indonesia.html. Diakses tanggal 11 Maret 2012.

Mulyanto, Argo. 2008. Pengembangan Model SIG untuk Menentukan Evakuasi Bencana Banjir (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang). Skripsi (S-1) Tidak Diterbitkan.

Semarang : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.

News, Era Baru. 31 Desember 2011.Bencana Hidrometeorologi Dominan Sepanjang Tahun.

http: //erabaru.net/nasional/78-bencana/28979-bencana-hidrometeorologi-dominan sepanjang- tahun. Diakses tanggal 23 Maret 2012.

Khasan, Mohammad dan Widjanarko, Mochamad. 2011. Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir. Jurnal Psikologi Pitutur, Volume I, No. 2, Juni 2011 : 93-101

Muti’ah, Anisatun,dkk. 2009. Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia (1). Jakarta Timur : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta.

Pelita Hati, Lila. 2005. Kekuasaan dalam Masyarakat Karo. Historisme, Edisi Khusus, Agustus 2005 : 78-91.


(8)

Prayitno, A.,Haji,dan Trubus Rahardiansah. 2008. Ethics For A Multicultural Society: Strategic Solution for Interweaving Togetherness the Frame Work of Pluralism. Jakarta : Universitas Trisakti Press.

Ritzer, George dan Smart, Barry. 2011. Handbook Teori Sosial. Bandung : Penerbit Nusa Media. Sumadi, Suryabrata. 2002 . Metode Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Susiyanto. 2006. Solidaritas Sosial Cina Muslim dan Non- Muslim dan Faktor- Faktor yang

Mempengaruhinya : Studi di Bengkulu. Jurnal Penelitian Humaniora, Edisi Khusus, Juni 2006 : 84- 98.

……. .2011. Bencana Alam Sepanjang Tahun 2011. http://news.okezone.com/read/2011/12/30/ 337/549497/bnpb-1-598-bencana-alam-terjadi-ditahun-2011. Diakses tanggal 11 Maret

2012.


(9)

BAB III

Gambaran Responden dan Pengetahuan Masyarakat Pluralis Tentang

Bencana Banjir di Kawasan Tempat Tinggalnya

3.1. Karakteristik Responden

Indonesia merupakan negeri yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti letak geografis Indonesia, sejarah Indonesia dan masih ada beberapa faktor lainnya. Akibatnya Indonesia terdiri dari banyak masyarakat multikultural. Masyarakat itu tersebar diseluruh Indonesia, termasuk di kota Medan, Jalan Karya Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Polonia. Pada tabel di bawah ini, telah dipilih responden berdasarkan etnis, yaitu warga masyarakat Cina ada sebanyak 10 orang (28,57%). Responden yang berasal dari etnis Karo ada sebanyak 10 orang (28,57%). Responden yang berasal dari etnis India ada sebanyak 10 orang (28,57%). Responden yang berasal dari etnis lain sepert Jawa dan Melayu ada sebanyak 5 orang (14,29%).

Tabel 1

Responden Berdasarkan Etnis

No. Etnis Frekuensi Persentase (%)

1. Cina 10 28,57%

2. Karo 10 28,57%

3. India 10 28,57%

4. Etnis lain (Jawa dan Melayu) 5 14,29%

Jumlah 35 100%


(10)

Warga masyarakat yang berbeda etnis seperti yang telah dipaparkan di atas hidup di dalam lingkungan yang sama. Berbagai aktivitas yang dilakukan tetap berjalan harmonis karena perbedaan etnis yang terjadi merupakan hal yang biasa terjadi.

Tabel 2

Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Frekuensi Persentase (%)

1. 16 - 25 Tahun 6 17,14%

2. 26 - 35 Tahun 9 25,72%

3. 36 - 45 Tahun 10 28,57 %

4. 46 - 55 Tahun 8 22,86%

5. 56 tahun keatas 2 5,71 %

Jumlah 35 100 %

Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan umur, dapat dilihat responden yang berada pada usia 16-25 tahun ada sebanyak 6 orang (17,14%). Responden yang berada pada usia 26-35 tahun ada sebanyak 9 orang (25,72%). Responden yang berada pada usia 36-45 tahun ada sebanyak 10 orang (28,57%). Responden yang berada pada usia 46 – 55 tahun ada sebanyak 8 orang (22,86%). Responden yang berada pada usia 56 tahun ke atas ada sebanyak 2 orang (5,71%). Responden yang berada pada usia 51- 55 tahun ada sebanyak 6 orang (17,15%).

Tabel 3

Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1. Pelajar 5 14,28 %

2. Guru 4 11,43 %

3. Karyawan swasta 6 17,15 %

4. PNS (Pegawai Negeri Sipil) 1 2,85%

5. Wiraswasta 13 37,14%

6. Ibu Rumah Tangga 6 17,15 %

Jumlah 35 100%


(11)

Berdasarkan jenis pekerjaan, banyaknya jumlah responden yang masih pelajar adalah 5 orang (14,28%). Responden yang bekerja sebagai guru ada sebanyak 4 orang (11,43%). Responden yang bekerja sebagai karyawan swasta ada sebanyak 6 orang (17,15%). Responden yang bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) ada sebanyak 1 orang (2,85%). Responden yang bekerja sebagai wiraswasta ada sebanyak 13 orang (37,14%) dan responden yang berperan sebagai ibu rumah tangga ada sebanyak 6 orang (17,15%).

Tabel 4

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Perempuan 25 71,43%

2. Laki- laki 10 28,57%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sedangkan pada tabel 4, berdasarkan jenis kelamin didapati jumlah responden laki- laki adalah 10 orang (28,57%). Jumlah responden perempuan ada sebanyak 25 orang (71,43%).

Tabel 5

Responden Berdasarkan Agama

No. Agama Frekuensi Persentase (%)

1. Islam 4 11,43%

2. Kristen Protestan 10 28,57%

3. Kristen Katolik 4 11,43%

4. Buddha 11 31,42%

5. Hindu 6 17,15

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Pada tabel 5 didapati responden yang menganut agama yang berbeda yaitu 4 responden (11,43%) memeluk agama Islam, 10 responden (28,57%) memeluk agama Kristen Protestan, 4 responden (11,43%) memeluk agama Kristen Katolik, 11 responden (31,42%) memeluk agama Budha, dan 6 responden (17,15%) lainnya memeluk agama Hindu.


(12)

Tabel 6

Lamanya Responden Tinggal di Kawasan Tempat Tinggalnya

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. 9-10 tahun 1 3,58%

2. 11-15 tahun - 0%

3. 16-20 tahun 7 25%

4. 21-25 tahun 7 25%

5. 26-30 tahun 5 17,85%

6. 31-35 tahun 5 17,85%

7. 36-40 tahun 2 7,14%

8. 41-45 tahun 1 3,58%

Jumlah 28 100%

Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 6 di atas, 28 responden yang sudah lama tinggal di lingkungan ini, sebanyak 1 responden (3,58%) telah tinggal selama 9- 10 tahun di lingkungan tersebut, sebanyak 7 responden (25%) telah tinggal selama 16-20 tahun, sebanyak 7 responden (25%) telah tinggal selama 21-25 tahun. Sebanyak 5 responden (17,85%) telah tinggal selama 26-30 tahun, sebanyak 5 responden (17,85%) yang telah tinggal selama 31-35, sebanyak 2 responden (7,14%) yang telah tinggal selama 36-40 tahun dan 1 responden (3,58%) yang telah tinggal di daerah tersebut.

Ada sebanyak 3 responden (42,86%) yang tinggal selama 1-3 tahun di daerah tersebut. Responden yang belum lama tinggal di daerah tersebut yaitu selama 4- 5 tahun ada sebanyak 2 responden (28,57%), dan responden yang tinggal selama 6 – 8 tahun ada sebanyak 2 responden (28,57%).

Tabel 7

Alasan Responden Memilih Tinggal di Lingkungan Ini

No. Jawaban Frekue

nsi

Persentase (%)

1. Karena dari kecil sudah tinggal di lingkungan ini 17 48,57% 2. Ikut keluarga yang pindah ke lingkungan ini 10 28,57%


(13)

3. Lingkungan tempat tinggal ini strategis 8 22,86%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sedangkan tentang pemilihan tempat tinggal, ada sebanyak 17 responden (48,57%) yang menyatakan bahwa mereka memilih lingkungan tempat tinggal tersebut karena sejak mereka kecil sudah tinggal di lingkungan ini bersama orangtuanya. Seiring dengan berjalannya waktu, warga yang tinggal di lingkungan tersebut sejak kecil tumbuh dan menghabiskan masa kecilnya di Jalan Karya Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Polonia. Setelah mereka beranjak dewasa bahkan sampai menikah, mereka tetap tinggal di lingkungan tersebut. Sampai mereka berkeluarga dan mempunyai anak, masih tinggal di lingkungan ini. Mengingat harga tanah di masa sekarang yang harganya jauh semakin naik dibandingkan dulu membuat warga masyarakat yang dari kecil sudah tinggal di lingkungan tersebut memutuskan untuk melanjutkan kehidupannya dengan keluarga barunya di lingkungan tersebut bersama kedua orangtuanya juga.

Selain alasan di atas, alasan lain mengapa warga masyarakat memilih untuk tinggal di kawasan ini adalah karena ikut keluarga yang pindah ke lingkungan ini. Ada sebanyak 10 responden (28,57%) yang terlibat di dalam penelitian ini yang menyatakan alasan tersebut. Awalnya warga tersebut tidak berdomisili di lingkungan tempat tinggalnya sekarang, namun mereka pindah ke lingkungan III karena ikut keluarganya yang pindah ke daerah ini. Banyak pertimbangan mengapa mereka memutuskan untuk pindah. Dulu masih banyak tanah yang kosong di daerah tersebut yang menyebabkan banyak orang yang mau pindah kesana. Lingkungan ini juga tergolong strategis karena lokasi yang dekat dengan pusat kota, selain itu juga banyak kendaraan umum yang melewati daerah ini. Sarana transportasi yang memadai juga


(14)

merupakan salah satu hal penting yang dicari oleh setiap orang agar dapat menjalankan aktivitas sehari- hari.

3.2. Pengetahuan Responden Tentang Kawasan Tempat Tinggal

Lingkungan tempat tinggal yang nyaman merupakan lingkungan tempat tinggal dambaan setiap keluarga. Setiap keluarga memang mempunyai cara masing- masing untuk membuat lingkungan tempat tinggal mereka menjadi nyaman. Kenyamanan adalah hal yang sangat penting karena apabila kenyamanan dapat ditimbulkan di dalam lingkungan tempat tinggal kita akan menciptakan suasana yang harmonis, tidak hanya di antara anggota keluarga tetapi juga antara tetangga.

Tabel 8

Responden Berdasarkan Nyaman/Tidak Lingkungan Tempat Tinggalnya

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Nyaman 33 94,29%

2. Tidak Nyaman 2 5,71%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Penelitian ini menunjukkan terdapat sebanyak 33 orang (94,29%) yang menyatakan nyaman tinggal di lingkungan ini dan 2 orang (5,71%) yang menyatakan tidak nyaman di lingkungan tempat tinggal mereka

Kenyamanan tinggal di lingkungan ini disebutkan oleh responden karena hubungan yang harmonis yang terjalin antara setiap warga di lingkungan tersebut. Meskipun ada perbedaan tidak membuat hubungan diantara mereka menjadi canggung atau seperti membedakan antara satu dengan yang lain. Menurut responden, semakin lama mereka tinggal di lingkungan ini, hubungan mereka semakin erat dan berbaur satu dengan yang lain. Hal tersebut yang membuat warga menjadi semakin nyaman tinggal di lingkungan tersebut.


(15)

Bagi 2 orang responden (5,71%) yang menyatakan lingkungan tempat tinggal tidak nyaman disebabkan oleh kondisi lingkungan apabila terjadi banjir. Air yang masuk ke rumah warga menyebabkan warga harus membersihkan rumahnya apabila hujan deras terjadi. Hal tersebut yang membuat responden kurang nyaman tinggal di lingkungan tempat tinggalnya.

Tabel 9

Pengetahuan Tentang Perubahan Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Ada Perubahan 31 88,57%

2. Tidak Ada Perubahan 4 11,43%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Pada tabel 9 di atas, didapati sebanyak 31 responden (88,57%) yang menyatakan bahwa di lokasi ini telah terjadi perubahan kondisi lingkungan tempat tinggal dibanding yang dulu pertama sekali mereka tinggal di lingkungan itu. Perubahan yang terjadi dirasakan oleh warga masyarakat sekitar memberikan dampak tersendiri di dalam kehidupan mereka sehari- hari. Namun 4 responden (11,43%) yang merasa bahwa tidak ada perubahan yang terjadi pada kondisi lingkungan tempat tinggal mereka selama tinggal disana.

Sebanyak 31 responden (88,57%) menyatakan bahwa telah terjadi perubahan kondisi lingkungan di daeran tempat tinggal mereka. Perubahan- perubahan yang terjadi yaitu adanya bangunan baru, hal itu dinyatakan oleh 12 responden (34,29%). Bangunan baru seperti rumah- rumah yang semakin banyak dibangun di lahan kosong di sekitar lingkungan tersebut. Komplek perumahan juga sedang dirancang untuk dibangun di sekitar rumah warga.

Selanjutnya, 19 responden (54,29%) melihat tempat tinggal mereka lebih ramai penduduknya dibandingkan dulu. Semakin banyak orang yang membeli rumah di daerah tersebut sehingga semakin ramai warga yang tinggal di lokasi ini.


(16)

Perubahan kondisi lingkungan yang terjadi selanjutnya adalah penduduk yang menjual tanahnya pada developer, ada sebanyak 2 orang (5,71%) yang menyatakan hal tersebut. Lahan kosong milik warga dijual kepada developer sehingga developer dapat membangun perumahan yang berada di lingkungan tersebut. Pembangunan Hermes Palace yang terletak di samping jalan masuk menuju lingkungan III menyebabkan pembangunan Hermes Palace berdampak sedikit banyak ke lingkungan tersebut. Banyak rumah di sekitar Hermes Palace yang dijual ke developer untuk mendukung pembangunan mall tersebut. Akibat pembangunan itu pula jalanan menjadi semakin padat akan kendaraan yang berpengaruh ke lingkungan III karena banyak kendaraan yang memotong dari lingungan tersebut untuk menghindari macet.

Tabel 10

Kondisi Jarak Rumah Responden dengan Rumah Tetangga

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat sempit 3 8,57%

2. Sudah Pas 30 85,72%

3. Jarak antara satu rumah dengan yang lainnya cukup jauh

2 5,71%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sebanyak 3 orang (8,57%) yang menyatakan bahwa jarak antara rumah mereka dengan rumah di sebelahnya sangat sempit. Jarak antara satu rumah dengan rumah lain adalah 3 meter dan disebabkan oleh tidak terlalu luasnya tanah yang ada di lingkungan tersebut. Tetapi meskipun jarak antara rumah yang satu dengan rumah yang lain sangat sempit, responden tersebut menyatakan bahwa kondisi itu tidak menyulitkan mereka. Kondisi tersebut justru menguntungkan keluarga tersebut karena untuk berhubungan dengan tetanggganya mereka tidak perlu harus keluar rumah terlebih dahulu agar bisa mencapai rumah di sebelahnya. Cukup


(17)

berbicara lebih keras saja, tetangga di samping rumah mereka dapat mendengar apa yang dikatakan oleh tetangganya.

Ada sebanyak 2 orang responden (5,71%) yang menyatakan jarak antara satu rumah dengan yang lainnya cukup jauh yaitu 10 meter. Responden yang mengatakan hal tersebut adalah warga masyarakat yang belum lama tinggal di daerah tersebut sehingga ketika warga itu pertama sekali pindah tidak dapat posisi rumah yang sesuai dengan keinginannya. Namun, meskipun jarak antara rumahnya dengan tetangga cukup jauh tidak membuat keluarga tersebut hanya selalu di dalam rumah. Sambil membeli perlengkapan sehari- hari, ibu rumah tangga dari keluarga tersebut sekaligus berinteraksi dengan warga sekitar.

Selanjutnya ada sebanyak 30 responden (85,72% ) yang menyatakan jarak rumah mereka dengan jarang rumah tetangga sudah pas yaitu 5 meter. Pas yang dimaksud dalam pernyataan ini adalah jarak yang tidak terlalu jauh dan jarak yang tidak terlalu sempit diantara rumah- rumah yang ada di lingkungan III tersebut. Setiap warga yang tinggal disana meskipun sibuk dalam aktivitas sehari- harinya selalu menyempatkan diri untuk berinteraksi dengan tetangganya.

Tabel 11

Pengetahuan Tentang Saluran Pembuangan Air di Depan Rumah Responden

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Sudah bagus 19 54,29%

2. Tidak bagus 16 45,71%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sebanyak 19 responden (54,29%) menyatakan bahwa saluran air yang berada di depan rumah mereka sudah bagus. Bagus disini maksudnya adalah saluran air tersebut berfungsi


(18)

dengan baik dan lancar. Saluran pembuangan tersebut mengalir dengan lancar dan tidak ada sampah yang berada di saluran air tersebut. Warga masyarakat turut merasakan keuntungan dari lancarnya saluran air apabila berfungsi dengan baik. Cara warga menjaga kebersihan saluran pembuangan air adalah dengan membersihkan sampah yang ada di saluran tersebut secara rutin. Tidak semua warga masyarakat memiliki saluran air yang bagus di rumahnya. Biasanya, saluran air tersebut merupakan saluran air yang kering (tidak ada air didalamnya) dan terdapat banyak sampah di dalam saluran air tersebut. Ada sebanyak 16 orang (45,71%) yang saluran air di depan rumahnya tidak berfungsi dengan baik. Dampak yang kurang menguntungkan juga akan timbul akibat saluran air yang tidak berfungsi dengan baik ini, salah satunya adalah dapat menimbulkan terjadinya banjir apabila terjadi hujan.


(19)

3.3. Pengetahuan Responden Tentang Bencana Banjir di Kawasan Tempat Tinggalnya

Tabel 12

Pengetahuan Responden Bahwa Daerah Tempat Tinggalnya Merupakan Daerah Rawan Banjir

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Iya, saya tahu sebelumnya 14 40%

2. Saya tidak tahu 21 60%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sebanyak 14 responden (40%) menyatakan bahwa mereka telah mengetahui sebelumnya bahwa daerah tempat tinggal tersebut merupakan daerah yang rawan banjir. Tanah yang rendah membuat sering terjadi banjir di lingkungan ini. Selain itu, apabila terjadi hujan, sungai yang berada di dekat rumah warga akan meluap sehingga air sungai tersebut akan menggenangi jalan dan rumah- rumah tempat tinggal warga.

Responden yang tidak tahu sebelumnya mengenai hal ini ada sebanyak 21 orang (60%). Responden tersebut tidak terlalu mengetahui apabila daerah tersebut merupakan daerah rawan banjir. Menurut mereka, apabila hujan turun terus- menerus memang akan mengakibatkan banjir, tetapi mereka tidak mengetahui seberapa besar banjir yang dapat terjadi di lingkungan tersebut.

Tabel 13

Pengetahuan Responden Tentang Frekuensi Banjir yang Terjadi Setiap Tahun

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Sering 21 60%

2. Jarang 14 40%

Jumlah 35 100%


(20)

Sebanyak 21 orang (60%) yang menyatakan bahwa sering terjadi banjir di lingkungan III tersebut. Menurut responden banjir seiring terjadi terutama karena rumah tempat tinggal mereka yang tidak jauh dari sungai. Sungai yang berada di dekat tempat tinggal mereka tersebut tidak terlalu bersih. Hal tersebut dikarenakan masih banyak orang yang membuang sampah ke sungai. Akibatnya apabila terjadi hujan deras, sungai akan meluap dan air terus mengalir ke dalam rumah warga masyarakat. Banjir yang terjadi di lingkungan tempat tinggal tentu merupakan hal yang tidak disukai oleh warga masyarakat. Namun lama kelamaan warga masyarakat yang ada di lingkungan ini mulai terbiasa dengan kondisi tersebut sehingga pada saat turun hujan warga dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi banjir yang timbul akibat hujan deras yang terjadi. Responden yang menyatakan sering terjadi banjir menyebutkan dalam sebulan banjir bisa terjadi 1- 3 kali. Berarti banjir dapat terjadi setiap minggunya. Para responden juga menyatakan akibat frekuensi tersebut mereka selalu bersiap siaga sebelum banjir terjadi. Persiapan mereka seperti mengamankan perabotan yang biasanya terkena banjir apabila bencana alam tersebut terjadi. Selain itu para warga masyarakat telah menyiapkan beberapa peralatan dalam mengantisipasi terjadinya banjir agar segala bentuk kerugian dalam di minimalisir.

Sebanyak 14 responden (40%) menyatakan bahwa banjir jarang terjadi. Responden yang menyatakan hal tersebut merupakan responden yang rumahnya tergolong jauh dari sungai. Hujan deras yang terjadi mengakibatkan sungai meluap, namun luapan sungai tersebut memang dampaknya paling dirasakan oleh warga masyarakat yang tinggal di dekat sungai tersebut. Selain itu menurut responden kondisi rumah mereka seperti renovasi yang telah dilakukan oleh beberapa warga membawa dampak positif apabila terjadi banjir, air tidak terlalu banyak yang masuk ke dalam rumah. Banjir bahkan bisa terjadi selama 4-6 kali selama sebulan. Menurut


(21)

responden pernyataan mereka didasarkan pada hujan yang terus menerus turun dalam kurun waktu terakhir ini.

Tabel 14

Pengetahuan Responden Tentang Kedalaman Genangan Air Akibat Banjir

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Cukup dalam 19 54,29%

2. Tidak begitu dalam 16 45,71%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Ada sebanyak 19 responden (54,29%) yang menyatakan bahwa genangan air yang terjadi dan masuk ke rumah cukup dalam. Akibat dari genangan air yang cukup dalam tersebut akan membawa dampak yang tidak menguntungkan bagi pemilik rumah. Responden menyatakan bahwa genangan air yang masuk ke dalam rumah mencapai 10-15cm atau di atas mati kaki. Genangan air ini dapat membuat perabotan yang ada di dalam rumah yang terkena banjir menjadi rusak, terutama perabotan yang terbuat dari kayu. Selain itu sampah yang ikut masuk ke dalam rumah juga menyebabkan bau yang tidak sedap ke dalam rumah dan kondisi ini tentu tidak membuat anggota keluarga nyaman.

Selain itu, responden menyatakan genangan air yang masuk ke dalam rumah setinggi 15-30cm atau setengah betis. Kondisi genangan air ini tentu lebih merugikan daripada yang sebelumnya. Semakin tinggi genangan air yang masuk ke dalam rumah warga masyarakat tentu akan semakin membawa dampak yang kurang menguntungkan bagi anggota keluarga. Selain lingkungan menjadi kotor dan menimbulkan bau yang tidak sedap, akibat yang ditimbulkan dari tingginya genangan air tersebut adalah terganggunya aktivitas warga masyarakat. Apabila genangan air tetap setinggi itu tentu anggota keluarga akan sulit untuk keluar rumah dan


(22)

melakukan aktivitasnya sehari- hari. Ada juga responden yang menyatakan genangan air yang masuk ke dalam rumah mencapai 30-50 cm atau selutut. Warga masyarakat berusaha membersihkan rumah dari genangan air, memindahkan perabotan yang ada di dalam rumah ke tempat yang lebih tinggi apalagi kondisi memungkinkan. Selain itu, responden mengemukakan bahwa mereka juga berusaha menyimpan surat- surat berharga agar tidak terkena banjir karena akan sangat merugikan apabila surat berharga tersebut terendam di dalam genangan air yang masuk ke rumah.

Ada sebanyak 16 responden (45,71%) lainnya menyatakan bahwa genangan air yang ditimbulkan oleh banjir tersebut tidak begitu dalam sehingga dampak yang dirasakan oleh pemilik rumah juga tidak terlalu besar.

Tabel 15

Responden Berdasarkan Penyebab Banjir di Lingkungan Tempat Tinggal

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Saluran air yang tidak memadai/ saluran air yang tidak beres

16 45,71%

2. Sampah yang menumpuk dimana- mana

13 37,14%

3. Tanah tempat tinggal terlalu rendah

6 17,15

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sebanyak 16 responden (45,71%) menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya banjir dapat disebabkan oleh saluran air yang tidak memadai/ saluran air yang mampet. Responden yang menyatakan bahwa sampah yang menumpuk dimana- mana merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir yaitu sebanyak 13 responden (37,14%). Masalah sampah memang


(23)

bukan masalah baru bagi lingkungan ini. Sampah yang dibuang sembarangan masih menjadi masalah utama. Himbauan mengenai akibat dari sampah yang dibuang sembarangan juga tidak merubah kebiasaan masyarakat setempat. Akibat dari membuang sampah ke sungai, yaitu menyebabkan meluapnya air sungai ketika hujan turun. Selain itu faktor penyebab terjadinya banjir menurut 6 responden (17,15%) lainnya adalah tanah tempat tinggal yang terlalu rendah. Tanah di lingkungan III dianggap kurang tinggi sehingga ada beberapa warga masyarakat yang melakukan renovasi terhadap rumahnya untuk menghindari terjadinya banjir dengan menambah tanah atau meninggikan rumahnya.

Tabel 16

Responden Tentang Dampak Banjir di Lingkungan Tempat Tinggal

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Lingkungan menjadi kotor 14 40%

2. Air masuk ke dalam rumah 4 11,43%

3. Sampah berserakan 14 40%

4. Aktivitas terganggu 3 8,57%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sebanyak 14 responden (40%) menyatakan bahwa akibat dari banjir adalah lingkungan menjadi kotor. Ketika banjir surut akan banyak meninggalkan sampah yang membuat lingkungan menjadi kotor. Jenis- jenis sampah seperti

Sedangkan 4 responden (11,43%) yang menyatakan bahwa banjir yang terjadi di lingkungan tempat tinggal juga dapat masuk ke rumah. Air yang masuk ke dalam rumah dengan arus yang sangat kencang tentu banyak memberikan dampak yang merugikan bagi setiap keluarga yang terkena bencana tersebut.


(24)

Selanjutnya, sebanyak 14 responden (40%) menyatakan sampah yang berserakan dimana- mana juga merupakan dampak yang terjadi apabila terjadi banjir. Sebanyak 3 responden (8,57%) menyatakan bahwa akibat terjadinya banjir membuat aktivitas sehari- hari yang dilakukan terganggu. Jalanan yang tergenang banjir tidak memungkinkan warga masyarakat melakukan kegiatan sebagaimana mestinya. Akibat lainnya adalah

Tabel 17

Pengetahuan Tentang Banjir Terbesar yang Pernah Terjadi di Kawasan Tempat Tinggal

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak tahu 2 5,71%

2. 01 April 2011 33 94,29%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Ada sebanyak 2 responden (5,71%) yang menyatakan tidak tahu kapan banjir yang paling besar terjadi di lingkungan mereka. Menurut responden, setiap banjir yang terjadi hampir sama, apabila hujan turun sangat deras akan mengakibatkan banjir yang sangat merugikan mereka.

Sebanyak 33 responden lainnya (94,29%) menyatakan bahwa banjir yang paling besar yang pernah terjadi di lingkungan III yaitu banjir yang terjadi pada tanggal 01 April 2011. Hujan yang terjadi sejak kamis malam (31/03/2011) menurut warga memang sangat deras dan tidak baru berhenti menjelang pagi hari. Sementara itu, warga mengatakan bahwa sungai yang berada di lingkungan mereka telah meluap tidak seperti biasanya. Air sungai yang mulai menggenangi jalanan yang berada di depan rumah warga terus mengalir dengan derasnya. Sebagian besar responden mengatakan mereka mengetahui banjir besar yang terjadi di lingkungan tersebut pada pagi hari ketika mereka bangun. Sebagian warga juga terbangun karena bunyi dan suara kepala lingkungan III yang mengingatkan para warga bahwa banjir besar telah terjadi. Pada saat warga


(25)

masyarakat melihat ke halaman depan dan dapur mereka, air telah masuk ke dalam rumah mereka. Arus air yang mengalir tersebut sangat deras sehinggga membuat warga masyarakat semakin panik, bahkan ada responden yang mengira bahwa air yang mengalir dengan sangat deras tersebut adalah awal terjadinya tsunami.

Melihat banjir yang tidak seperti biasanya terjadi di lingkungan mereka, membuat warga masyarakat lingkungan III langsung panik dan membangunkan seluruh anggota keluarga mereka. Responden tersebut juga ada yang memberitahukan kepada tetangga di sebelah rumahnya yang belum bangun pada saat itu. Kondisi yang terjadi pada lingkungan tersebut belum pernah terjadi sebelumnya sehingga membuat warga segera melakukan berbagai tindakan agar tidak terjadi hal yang tidak mereka inginkan. Beberapa warga pasrah dan tidak memindahkan kursi dan meja mereka, karena anggota keluarga yang lain yang diutamakan terlebih dahulu untuk diamankan. Anak- anak kecil yang dibangunkan awalnya menangis melihat kejadian tersebut, sehingga tugas bagi orangtua di dalam keluarga yang mengalami banjir tersebut semakin berat. Mereka harus menenangkan anggota keluarganya yang panik dan mereka juga tetap berusaha untuk memindahkan segala perabotan yang bisa dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi. Memindahkan perabotan tersebut bukanlah hal yang mudah. Responden menyatakan setelah mereka memindahkan beberapa barang berharga ke tempat yang aman dan telah mengungsikan anggota keluarga mereka, responden tersebut membantu tetangga mereka yang kesulitan dalam menghadapi banjir ini dikarenakan anggota keluarga yang ada di dalam rumah tersebut sangat sedikit. Dengan bantuan yang diberikan oleh tetangganya, setiap warga menjadi lebih cepat untuk mengungsi dengan anggota keluarga mereka. Selain itu, warga masyarakat lingkungan III juga tidak lupa untuk mengamankan surat- surat berharga yang telah mereka simpan. Mengingat surat tersebut akan sangat sulit apabila diurus kembali membuat responden yang mengalami


(26)

banjir pada saat itu mengamankan surat terlebih dahulu. Banjir yang terjadi pada awal April 2011 tersebut memang sangat membekas di hati dan pikiran responden yang tinggal di lingkungan III, Kelurahan Polonia. Semenjak kejadian itu, para warga selalu waspada setiap hujan deras turun dan segera mempersiapkan diri mereka apabila sewaktu- waktu banjir besar seperti yang terjadi pada awal April 2011 terjadi kembali.

Ada sebanyak 13 responden (39,40%) dalam penelitian ini menyatakan bahwa banyak sampah yang ikut terbawa oleh arus air yang mengalir ke dalam rumah pada saat itu. Warga yang melihat hal tersebut tidak dapat berbuat banyak karena kondisi rumah yang tergenang air cukup tinggi. Sampah yang dibawa oleh arus air tersebut berasal dari sampah- sampah yang dibuang ke dalam sungai yang berada di dekat lingkungan III tersebut. Selain itu sampah juga berasal dari sampah yang ada di jalanan di sekitar rumah warga. Keadaan tersebut membuat rumah warga yang terkena musibah tersebut menjadi jorok dan bau. Warga pun hanya bisa pasrah melihat hal tersebut dan mulai membersihkan sampah- sampah tersebut pada saat air telah surut.

Selain itu, 20 responden (60,60%) menyatakan bahwa masuknya aliran air yang sangat kencang ke dalam rumah merupakan kondisi yang tidak terlupakan dari banjir yang terjadi pada awal April tersebut terhadap rumah mereka. Aliran air yang dingin dan sangat deras membuat warga menjadi ketakutan akan hal- hal yang buruk akan terjadi. Pada saat matahari muncul bahkan sampai menjelang siang aliran air tersebut terus mengalir tanpa henti. Air tersebut berasal dari sungai yang meluap. Akibat dari peristiwa bencana banjir tersebut, warga yang berada di lingkungan III dan sekitarnya hanya dapat mengungsi tidak jauh dari rumah mereka dikarenakan susahnya untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain akibat arus air yang sangat kencang tersebut. Kemacetan juga terjadi di sepanjang ruas jalan bahkan sampai ke jalan raya. Banyak kendaraan yang kebingungan mencari jalan mana yang dapat dilewati meskipun jalanan yang


(27)

berada di sekitar lingkungan III tergenang air sehingga kendaraan yang lewat harus sangat berhati- hati melewati setiap ruas jalan.


(28)

BAB IV

SOLIDARITAS MASYARAKAT PLURALIS DALAM MENGHADAPI

BANJIR

5.1. Solidaritas Masyarakat Banjir

Dalam kehidupan sehari- hari, sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian, manusia akan saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Begitu pula dengan warga masyarakat yang tinggal di kawasan kajian. Setiap warga mengenal tetangga yang ada di sebelah rumah mereka serta berinteraksi dengan orang- orang tersebut. Interaksi yang terjadi diantara setiap warga tersebut akan menghasilkan solidaritas dalam menghadapi banjir.

Tabel 18

Responden Etnis Berdasarkan Hubungan dengan Tetangga

No Jawaban Cina India Karo Persentase(%)

1. Baik 9 10 9 28 orang (93,33%)

2. Biasa saja 1 - 1 2 orang (6,67 %)

Jumlah 10 10 10 30 orang (100%)

Sumber: Data Primer 2012

Sebanyak 28 responden (93,33%) yang terdiri dari 9 responden etnis Cina, 10 responden etnis India, dan 9 responden etnis Karo menyatakan bahwa interaksi yang terjadi antar warga satu dengan yang lain di lingkungan tempat tinggal mereka adalah baik. Setiap warga tidak hanya saling mengenal, tetapi setiap warga juga saling membantu apabila ada tetangga yang kesulitan. Kesulitan yang dialami warga adalah ketika menghadapi banjir yang melanda kawasan tempat tinggal mereka. Apabila terjadi banjir, masyarakat di lingkungan ini saling membantu antara satu dengan yang lain untuk memindahkan barang- barang agar tidak rusak terkena banjir dan membantu keluarga untuk mengungsi ke tempat yang aman. Warga tidak membeda-


(29)

bedakan setiap orang yang dibantu karena menurut mereka setiap etnis adalah sama dan mereka juga telah tinggal di lingkungan tersebut bersama dalam waktu yang cukup lama. Hal ini seperti yang dipaparkan oleh ibu Rigi Tarigan :

“… Saya rasa tidak ada alasan untuk tidak membantu tetangga yang berbeda etnis. adalah orang – orang yang baik dan bertahun- tahun saya tinggal disini saya dan kami saling membantu setiap banjir terjadi. Prinsip saya adalah pada saat

, orang berbuat baik pada saya, saya juga akan berbuat yang sama …”

Sebanyak 2 responden (6,67%) yang terdiri dari 1 responden etnis Cina dan 1 responden etnis Karo, menyatakan bahwa hubungan dengan tetangga yang ada di sekitar rumah mereka biasa saja. Alasan responden tersebut karena padatnya aktivitas yang mereka lakukan di luar rumah sehingga pada saat mereka pulang, para warga tersebut memilih untuk beristirahat di rumah saja dan tidak melakukan interaksi yang lebih dengan tetangga di sekitar rumah mereka

Tabel 19

Responden Berdasarkan Pernah/ Tidak Menolong Tetangga Ketika Terjadi Banjir

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%)

1. Pernah 10 10 10 10 orang (100%)

2. Tidak - - - - (0 %)

Jumlah 10 10 10 30 orang (100%)

Sumber: Data Primer 2012

Lingkungan III yang merupakan lingkungan tempat tinggal yang rawan banjir apabila terjadi hujan, memiliki kebiasaan yang terjadi diantara setiap warga pada saat mengalami bencana banjir di lingkungan mereka. Tidak hanya di dalam menghadapi bencana banjir ini, setiap warga juga saling membantu antara satu dengan yang lain di dalam menghadapi masalah- masalah yang lain. Ketika banjir, setiap warga menyelamatkan barang- barang dan mengungsikan keluarga terlebih dahulu, setelah itu warga tersebut akan menolong tetangganya yang mengalami kesulitan dalam menghadapi bencana banjir yang terjadi.


(30)

Menurut warga yang berada di lingkungan III, tolong menolong yang terbiasa mereka lakukan sejak dulu berdampak pada kehidupan mereka sehari- hari sampai sekarang. Karena kebiasaan baik tersebut, setiap warga yang pernah menolong tetangganya juga akan ditolong dikemudian hari apabila menghadapi kesulitan, terutama kesulitan di dalam menghadapi bencana banjir. Sebanyak 30 responden (100%) yang terdiri dari 10 responden etnis Cina, 10 responden etnis Karo dan 10 responden etnis India menyatakan bahwa mereka pernah menolong tetangganya pada saat menghadapi banjir.

Tabel 20

Bentuk Tolong- Menolong yang Terjadi di antara Warga Pluralis Selama Banjir

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%)

1. Ikut membantu memindahkan barang- barang agar tidak

rusak terkena banjir

3 5 2 10 orang

(33,33%) 2. Membantu seluruh anggota

keluarga dari rumah yang terkena banjir

2 1 1 4 orang

(13,33%)

3. Jawaban a dan b benar 5 4 7 53,34%

Jumlah 10 10 10 30 orang (100%)

Sumber: Data Primer 2012

Bentuk tolong- menolong yang terjadi diantara warga yang terkena banjir yaitu ikut memindahkan barang- barang agar tidak rusak akibat banjir yang terjadi dan ada sebanyak 10 orang (33,33%) yang terdiri dari 3 responden etnis Cina, 5 responden etnis India, 2 responden etnia Karo yang menyatakan hal tersebut. Tidak semua barang atau perabotan yang ada di dalam rumah yang dapat dipindahkan ketika banjir terjadi. Sulitnya keadaan yang dihadapi saat banjir membuat setiap warga tidak dapat dengan mudah mengamankan barang- barang yang ada didalam rumah mereka.

Selain mengamankan barang- barang yang ada di dalam rumah, bentuk tolong menolong yang terjadi diantara warga masyarakat lingkungan III saat terjadi banjir adalah membantu


(31)

seluruh anggota keluarga keluar dari rumah. Hal tersebut dilakukan mengingat ada anak- anak dan orang yang telah lanjut usia yang akan mengalami kesulitan untuk keluar dari rumah pada saat menghadapi situasi banjir yang sulit. Ada sebanyak 4 responden (13,33%) yang terdiri dari 2 responden etnis Cina, 1 responden etnis Karo dan 1 responden etnis India yang menyatakan hal tersebut. Namun pada saat menghadapi banjir, kedua tindakan yang merupakan bentuk tolong- menolong yang terjadi dapat dilakukan secara bersamaan. Segala sesuatu dapat terjadi ketika banjir datang. Hal tersebut yang menyebabkan setiap warga waspada dalam menghadapi banjir dan siap untuk saling menolong antara satu dengan yang lain. Ada sebanyak 16 responden (53,34%) yang terdiri dari 5 responden etnis Cina, 4 responden etnis India dan 7 responden etnis Karo yang menyatakan hal tersebut.

Tabel 21

Pendapat Responden Berdasarkan Siapa yang Didahulukan untuk Ditolong Pada Saat Terjadi Banjir

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%)

1. Sesama suku 1 1 - 2 orang (6,67%)

2. Siapapun (termasuk orang yang berbeda suku)

9 9 10 28

orang(93,33%)

Jumlah 10 10 10 30 orang

(100%)

Sumber: Data Primer 2012

Pada saat banjir datang, setiap orang akan berusaha menolong dirinya, keluarga dan orang- orang yang disekitarnya. Sebanyak 2 responden (6,67%) yang terdiri dari 1 responden etnis Cina dan 1 responden etnis India yang menyatakan bahwa ketika banjir datang mereka lebih akan mendahulukan tetangga yang sama etnis dengan responden. Hal tersebut dinyatakan oleh responden karena persamaan suku yang membuat mereka lebih mengutamakan orang – orang tertentu untuk ditolong.


(32)

Sebanyak 28 responden lainnya yang terdiri dari 9 responden etnis Cina, 9 responden etnis India dan 10 responden etnis Karo menyatakan ketika terjadi banjir mereka tidak membeda- bedakan yang akan ditolong pada saat terjadi banjir. Menurut responden, tidak ada perbedaan antara tetangga yang memiliki persamaan etnis dengan yang berbeda. Semua sama karena pada aktivitas sehari- hari pun tidak ada yang membeda- bedakan antara warga yang satu dengan yang lain di lingkungan tersebut.

Tabel 22

Pendapat Responden Berdasarkan Sering/ Tidaknya Kerja Bakti Diadakan

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%)

1. Sering (1-2 kali dalam

sebulan)

8 7 7 22 orang (73,33%)

2. Jarang (2 bulan sekali)

2 3 3 8 orang (26,67%)

Jumlah 10 10 10 30 orang (100%)

Sumber: Data Primer 2012

Di dalam sebuah lingkungan tempat tinggal, biasanya ada kegiatan yang diadakan berkaitan dengan kebersihan lingkungan. Kerja bakti merupakan kegiatan yang dibuat oleh kepala lingkungan untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal warga pada waktu yang telah ditentukan. Ada sebanyak 22 responden (73,33%) yang terdiri dari 8 responden etnis Cina, 7 responden etnis India,7 responden etnis Karo menyatakan bahwa kerja bakti di lingkungan mereka sering dilaksanakan yaitu 1 sampai 2 kali dalam sebulan. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan pada hari sabtu dan minggu karena biasanya warga tidak bekerja pada hari tersebut.


(33)

Foto 8. Salah satu warga yang ikut berpartipasi dalam kerja bakti yang diadakan secara rutin

Sebanyak 8 responden (26,67%) yang terdiri dari 2 responden etnis Cina, 3 responden etnis India dan 3 responden etnis Karo lainnya yang menyatakan bahwa kerja bakti di lingkungan mereka jarang dilakukan yaitu 2 bulan sekali. Menurut responden mereka jarang mendengar kabar adanya kerja bakti berlangsung selama sebulan. Biasanya mereka mendapat pemberitahuan bahwa kerja bakti dilaksanakan pada awal dan akhir bulan.

Tabel 23

Responden Berdasarkan Iya/ Tidak Mengikuti Kerja Bakti yang Dilaksanakan

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%)

1. Iya, mengikuti 10 9 10 29 orang

(96,67%)

2. Tidak mengikuti - 1 - 1 orang (3,33%)

Jumlah 10 10 10 30 orang (100%)

Sumber: Data Primer 2012

Ada sebanyak 29 responden (96,67%) yang terdiri dari 10 responden etnis Cina, 9 responden etnis India, dan 10 responden etnis Karo yang menyatakan bahwa mereka mengikuti kerja bakti yang diselenggarakan. Menurut mereka kerja bakti yang diadakan memiliki tujuan dan jelas dan mereka juga yang akan merasakan apabila lingkungan tempat tinggal mereka


(34)

bersih. Selain itu kerja bakti yang diselenggarakan tidak pernah mengganggu aktivitas mereka. Semakin banyak orang yang terlibat dalam kerja bakti tersebut akan membuat kerja yang dilaksanakan untuk membersihkan rumah tersebut tidak terlalu berat.

Tidak semua warga masyarakat lingkungan III yang mengikuti apabila kerja bakti dilaksanakan. Ada sebanyak 1 responden (3,33%) yaitu responden etnis India yang menyatakan mereka tidak mengikuti kegiatan kerja bakti karena kesibukan yang mereka jalani sehari- hari

Tabel 24

Pendapat Responden Berdasarkan Iya/ Tidak Hanya Membersihkan Halaman di Depan Rumah Pada Saat Kerja Bakti

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%)

1. Ya 3 2 1 6 orang (20,00%)

2. Tidak 7 8 9 24 orang (80,00%)

Jumlah 10 10 10 30 orang (100%)

Sumber: Data Primer 2012

Pada saat membersihkan lingkungan, ada sebanyak 6 responden (20,00%) yang terdiri dari 3 responden etnis Cina, 2 responden etnis India, dan 1 responden etnis Karo yang menyatakan bahwa ketika mereka melakukan kerja bakti, mereka hanya membersihkan halaman yang ada di depan rumahnya saja. Alasan responden tersebut adalah warga yang bersangkutan merasa capek apabila membersihkan sampai ke lingkungan yang lain.

Sebaliknya, ada 24 responden (80,00%) yang terdiri dari 7 responden etnis Cina, 8 responden etnis India, dan 9 responden etnis Karo menyatakan bahwa mereka tidak pernah membatasi lingkungan mana yang akan mereka bersihkan. Setelah membersihkan halaman di depan rumahnya biasanya warga tersebut akan ikut membersihkan lingkungan lain. Alasannya adalah karena melalui kerja bakti ini para warga dapat menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang bermanfaat dan juga dapat berinteraksi dengan tetangganya.


(35)

Tabel 25

Pendapat Responden Mengenai Ada/ Tidaknya Kegiatan Secara Rutin yang Dilakukan Oleh Warga Masyarakat

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%)

1. Ada 6 9 10 25 orang (83,33%)

2. Tidak Ada

4 1 - 5 orang (16,67%)

Jumlah 10 10 10 30 orang (100%)

Sumber: Data Primer 2012

Kegiatan yang ada di dalam suatu lingkungan akan menambah solidaritas masyarakatnya karena pada kegiatan tersebut biasanya masyarakat dapat berkomunikasi juga dengan tetangganya. Ada sebanyak 25 responden (83,33%) yang terdiri dari 6 responden etnis Cina, 9 responden etnis India, dan 10 responden etnis Karo yang menyatakan bahwa ada kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga masyarakat. Kegiatan tersebut seperti kerja bakti dan ada juga arisan yang dilakukan oleh ibu- ibu yang ada di lingkungan ini. Kegiatan olahraga pun merupakan kegiatan yang sering dilakukan. Kegiatan olahraga dibuat pada sore hari dan pada hari- hari libur. Tersedianya lapangan olahraga yang ada ditengah- tengah lingkungan tempat tinggal memudahkan warganya untuk melakukan kegiatan olahraga tersebut. Biasanya olahraga yang dilakukan seperti sepakbola, volley, dan badminton.

Selain itu, ada sebanyak 5 responden (16,67%) lainnya yang terdiri dari 4 responden etnis Cina dan 1 responden etnis India menyatakan bahwa tidak ada kegiatan rutin yang dilakukan di lingkungan tersebut. Responden mengatakan bahwa mereka tidak pernah mengikuti kegiatan rutin tersebut.


(36)

Tabel 26

Pendapat Responden Mengenai Pernah/ Tidak Pernah Terjadi Konflik Diantara Warga Masyarakat

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%)

1. Pernah 8 7 8 23 orang (76,67%)

2. Tidak Pernah 2 3 2 7 orang (23,33%)

Jumlah 10 10 10 30 orang (100%)

Sumber: Data Primer 2012

Perbedaan pendapat yang terjadi di tengah kehidupan bermasyarakat merupakan hal yang sering terjadi. Ada sebanyak 23 responden (76,67%) yang terdiri dari 8 responden etnis Cina, 7 responden etnis India, dan 8 responden etnis karo yang menyatakan bahwa pernah terjadi konflik diantara warga masyarakat selama mereka tinggal di lingkungan tersebut. Menurut mereka, konflik yang terjadi tidak sering tetapi hanya sesekali saja. Bahkan ada 7 responden (23,33%) yang terdiri dari 2 responden etnis Cina, 3 responden etnis India, 2 responden etnis Karo yang menyatakan bahwa konflik tidak pernah terjadi di lingkungan tersebut karena menurut responden tidak pernah terjadi hal yang berujung konflik di lingkungan tempat tinggal mereka tersebut.

Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya konflik di tengah- tengah kehidupan bermasyarakat. Menurut warga, awal terjadinya konflik karena perbedaan pendapat yang terjadi dalam berinteraksi antara warga yang satu dengan warga yang lain. Perbedaan pendapat itu memicu terjadinya konflik karena setiap warga merasa bahwa pendapatnya yang paling benar dan pendapat lawan bicaranya salah. Akibat pemikiran tersebut yang membuat perbedaan pendapat yang terjadi berujung dengan konflik. Selain itu, kesalahpahaman yang terjadi antar warga juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya konflik diantara warga. Kesalahpahaman terjadi akibat tidak adanya kejelasan atas suatu hal dan pengambilan kesimpulan yang terlalu cepat serta berdasarkan pemikiran sendiri tanpa memastikan terlebih dahulu apakah hal yang dipikirkan tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada. Akibat hal


(37)

tersebut, kesalahpaham yang berujung konflik pun dapat terjadi. Tidak hanya hal tersebut yang dapat menyebabkan konflik, hal lain yang dapat menimbulkan konflik yaitu kalah taruhan, seperti taruhan bola yang sering dilakukan apalagi ketika ada turnamen olahraga seperti Euro, World Cup sedang berlangsung.

Terkadang beberapa warga yang kalah taruhan tidak melakukan apa yang menjadi kesepakatan diawal pada saat akan memulai taruhan. Taruhan tersebut awalnya hanya untuk membuat lebih menarik turnamen olahraga yang sedang berlangsung. Akibat dari tidak dilaksanakannya kesepakatan yang telah dibuat dari awal membuat konflik juga dapat terjadi diantara warga tersebut. Namun, meskipun ada beberapa penyebab terjadinya konflik di lingkungan ini, konflik tidak berlangsung lama karena para warga sadar dengan adanya konflik tersebut membuat warga masyarakat itu sendiri dan tetangga di sekitar tidak akan merasa nyaman lagi untuk tinggal di lingkungan tersebut.

Tabel 27

Pendapat Responden Berdasarkan Setuju/ Tidak Setuju dengan Kalimat yang Menyatakan “Tetangga adalah Keluarga Terdekat”

No Jawaban Cina India Karo Persentase

(%)

1. Setuju 10 10 10 30 orang

(100%)

2. Tidak Setuju - - - - (0%)

Jumlah 10 10 10 30 orang

(100 %)

Sumber: Data Primer 2012

Dalam kehidupan sehari- hari, berinteraksi dengan dengan tetangga merupakan hal yang wajar terjadi. Tetapi, interaksi yang terjadi terkadang tidak hanya seperti interaksi biasa. Intensitas setiap warga untuk berhubungan antarwarga setiap hari membuat hubungan yang terjalin diantara masyarakat tersebut tidak lagi hanya sekedar tetangga. Sebanyak 30 responden


(38)

(100%) yang terdiri dari 10 responden etnis Cina, 10 responden etnis India, dan 10 responden etnis Karo menyatakan mereka setuju dengan kalimata yang menyatakan “tetangga adalah keluarga yang terdekat”. Pernyataan tersebut didasarkan pada kenyataan yang terjadi di tengah- tengah bermasyarakat. Menurut mereka, pada saat terjadi masalah pada mereka, tetangga yang akan terlebih dahulu dimintai pertolongan karena jarak yang paling dekat dengan warga yang mengalami masalah tersebut. Keluarga yang tidak tinggal dekat dengannya membuat warga masyarakat sulit untuk meminta bantuan secara cepat. Hal tersebut juga terjadi ketika menghadapi banjir yang sering terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka. Pada saat banjir datang, tetanggalah yang akan lebih cepat membantu warga yang membutuhkan pertolongan pada saat itu.

5.2. Bentuk Solidaritas Sesama Masyarakat

5.2.1. Solidaritas Sesama Masyarakat India

Solidaritas yang terjadi pada warga India yang berada di sekitar kawasan tempat tinggal terlihat pada kehidupan mereka sehari- hari, terutama saat mereka menghadapi banjir. Ketika banjir besar pada awal April 2011 lalu terjadi masyarakat India segera mengamankan barang- barang yang ada di rumah mereka. Dalam memindahkan barang- barang tersebut ke tempat yang aman, warga saling membantu karena akan sulit untuk memindahkan barang tersebut sendirian. Setelah itu, warga juga segera mengungsi ke tempat yang aman menurut mereka. Banyak warga yang membantu anggota keluarga yang sudah tua dan yang masih anak- anak untuk keluar dari rumah karena arus air yang sangat kencang dapat membuat warga tersebut jatuh ketika berusaha keluar dari rumah. Warga India yang tinggal di kawasan tersebut kebanyakan beragama Buddha. Mereka mengungsi untuk sementara waktu di vihara yang ada di dekat tempat tinggal mereka. Vihara yang ada didekat kawasan tempat tinggal masyarakat ada 2, yaitu vihara Bodhi Gaya dan


(39)

Lokal Shanti. Namun, vihara Lokal Shanti pada saat itu terendam air lebih tinggi dibanding vihara Bodhi Gaya. Parit besar yang ada di belakang vihara Lokal Shanti meluap ketika banjir terjadi tahun 2011 lalu. Banyak sampah yang terdapat di dalam parit besar itu sehingga pada saat hujan turun terus – menerus menyebabkan air dan lumpur yang berasal dari parit besar tersebut menggenangi vihara.

Foto 9. Parit besar yang berada di belakang Vihara Lokal Shanti. Air yang menggenangi vihara berasal dari parit besar ini


(40)

Foto 10. Bekas banjir yang terjadi di vihara Lokal Shanti awal April 2011 lalu. Tanda yang nampak pada dinding di vihara yang menunjukkan seberapa tinggi air yang menggenangi vihara

tersebut.

Kondisi vihara Lokal Shanti tidak memungkinkan untuk warga mengungsi pada saat itu. Tingginya air yang menggenangi vihara tersebut tidak membuat vihara tersebut menjadi tempat untuk mengungsi bagi warga India di lingkungan tersebut. Melihat kondisi yang terjadi, warga pun mengungsi ke vihara yang lainnya, yaitu Vihara Bodhi Gaya. Vihara ini terkena banjir tetapi tidak setinggi banjir yang terkena di vihara Lokal Shanti. Akhirnya Ibu Mani Magelay yang merupakan pendeta di vihara tersebut, beliau meminta para pengurus vihara untuk mempersiapkan aula yang ada di belakang vihara agar dijadikan sebagai tempat untuk mengungsi. Ibu Nyano selaku penjaga di vihara tersebut juga membereskan vihara seadanya sehingga warga bisa mengungsi di vihara Bodhi Gaya tersebut.


(41)

Foto 11. Vihara Bodhi Gaya yang digunakan sebagai tempat mengungsi masyarakat India pada banjir April (01/04/2011)

Di dalam vihara tersebut warga India saling berkumpul dan mereka saling mengingatkan warga India yang lain untuk memastikan apakah sudah semua warga mengungsi ke vihara tersebut. Tempat ibadah tersebut dirasakan aman oleh warga yang beretnis India dan membuat warga yang sedang mengalami musibah banjir merasa lebih tenang dalam menghadapi banjir telah terjadi. Hal tersebut dikarenakan mereka dapat saling berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Warga yang satu dengan warga yang lainnya saling bertukar cerita mengenai kondisi rumah mereka yang terkena banjir pada saat itu.. Diantara para warga yang sedang bertukar cerita itu, ada juga beberapa orang warga yang terlihat sangat panik dengan keadaan yang sedang berlangsung. Banyak warga masyarakat yang khawatir dengan kondisi rumah tempat tinggal mereka. Melihat keadaan tersebut, banyak warga sesama etnis India yang mencoba


(42)

menenangkan warga yang panik sehingga beban mental yang dialami oleh warga tersebut berkurang. Masyarakat India yang tinggal di kawasan itu memang sudah mengenal antara satu dengan yang lain. Jumlah mereka yang tergolong banyak membuat solidaritas yang terjalin diantara mereka semakin nampak. Banyak masyarakat yang berdoa di dalam vihara pada saat itu dan kemudian kembali ke aula.

Selain itu, mereka juga membuat dapur umum ketika banjir terjadi. Dapur umum dibuat agar setiap warga yang sedang mengungsi dapat tetap mendapatkan makanan. Masyarakat India yang terlibat di dalam pelaksanaan dapur umum ini saling membantu antara satu dengan yang lain sehingga segala sesuatu yang mereka lakukan akan lebih mudah untuk dikerjakan. Segala biaya bahan untuk membuat makanan diperoleh oleh sumbangan Kepala Lingkungan (Kepling) III dan sumbangan sukarela yang diberikan oleh warga masyarakat India. Sumbangan sukarela yang diberikan oleh setiap warga pada saat itu tergolong banyak. Hal tersebut dikarenakan banyak pihak yang turut berempati dengan keadaan yang terjadi pada warga masyarakat yang beretnis India. Setelah biaya untuk membeli bahan makanan terkumpul, beberapa warga masyarakat yang terdiri dari ibu- ibu dan beberapa anak remaja yang ikut untuk membantu membawa bahan- bahan makanan yang dibeli pun pergi ke pasar. Sangat sulit untuk pergi membeli bahan makanan karena banjir yang terjadi cukup tinggi. Selain itu banyak kendaraan yang memotong jalan melewati kawasan tempat tinggal warga sehingga sangat sulit untuk warga yang mau membeli bahan makanan keluar dari kemacetan yang terjadi tersebut. Selama kurang lebih 1 jam warga yang hendak membeli bahan makanan pada saat itu harus menunggu. Sementara itu, masyarakat etnis India yang mengungsi di vihara tersebut tetap berkumpul pada vihara tersebut dan semakin lama semakin banyak warga yang datang ke vihara tersebut.


(43)

Setelah warga yang ditugaskan untuk membeli bahan makanan kembali, kemudian dibagi beberapa tim yang terdiri dari ibu- ibu dan remaja putri untuk memasak bahan makanan tersebut. Ketika banjir besar tersebut terjadi, makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah makanan yang mudah untuk dimasak dan bahan makanan yang digunakan mudah untuk dicari. Makanan yang dimasak seperti nasi, sayur- sayuran, indomie dan telur goreng. Dalam memasak makanan tersebut warga tidak kesulitan untuk memperoleh bahan yang diperlukan sehingga makanan yang disediakan di dapur umum dapat segera disajikan kepada para korban banjir. Air minum yang ada dimanfaatkan juga oleh warga untuk dibagikan bagi warga etnis India yang lain. Sebagai tambahan, warga masyarakat juga merebus air agar dapat diminum oleh seluruh warga yang mengungsi. Pada siang hari, warga makan secara bergantian dikarenakan piring dan gelas yang digunakan pada saat itu sangat terbatas sementara jumlah warga yang mengungsi banyak. Meskipun demikian, banyak warga yang tetap semangat dan berharap air yang masuk ke dalam rumah mereka cepat surut sehingga mereka dapat kembali ke rumah tersebut.

Sebagian masyarakat India tersebut tetap memperhatikan banjir yang terjadi di lingkungan tersebut. Mereka juga tidak segan untuk kembali ke rumah mereka demi melihat keadaaan rumah mereka. Beberapa pemuda yang mengungsi di vihara tersebut memutuskan untuk melihat bagaimana keadaan rumah mereka. Ternyata air yang menggenangi rumah warga cukup tinggi. Meskipun para pemuda tersebut mengalami kesulitan untuk masuk ke dalam rumah dikarenakan arus air yang sangat kencang, tetapi mereka tidak mengurungkan niat tersebut. Mereka mendatangi satu rumah ke rumah yang lain untuk melihat barang- barang yang dapat diselamatkan. Kursi dan meja yang ada di rumah warga sudah tergenang oleh air, dan ada beberapa kursi yang telah terbawa arus air yang deras. Melihat hal tersebut, mereka segera mengamankan kursi yang memungkinkan untuk diletakkan di tempat yang lebih tinggi seperti


(44)

lemari, karena apabila mereka memindahkan kursi tersebut ke luar akan menimbulkan dampak yang sama karena keadaan di luar rumah yang juga tergenang air pada saat itu. Beberapa alat elektronik seperti kulkas yang tersambung ke listrik juga diamankan oleh warga tersebut. Mereka mencabut colokan kulkas yang masih tersambung karena akan berbahaya apabila terkena air. Selain itu, warga yang memeriksa keadaan rumah tersebut pun menemukan benda elektronik yaitu handphone yang tertinggal di rumah pemiliknya. Menurutnya, pemilik barang elektronik tersebut panik ketika banjir besar terjadi pada pagi hari sehingga barang tersebut tertinggal. Kemudian pemuda tersebut bergabung dengan beberapa warga India yang lain yang juga sedang memindahkan barang- barang yang bisa diamankan. Tindakan mereka tersebut didasarkan karena kepedulian yang sangat besar kepada warga India lain yang tinggal di kawasan tersebut. Di dalam kegiatan sehari- hari yang mereka lakukan dengan warga India lainnya yang membuat hubungan mereka erat tidak hanya disaat suka tetapi juga disaat- saat sulit seperti ketika mereka menghadapi banjir yang melanda kawasan tempat tinggal mereka. Sementara beberapa warga India berusaha untuk menyelamatkan barang- barang yang ada di rumah mereka dan juga yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, para warga yang mengungsi di vihara juga melakukan beberapa kegiatan. Kegiatan yang mereka lakukan seperti membereskan piring dan gelas yang telah dipakai untuk makan pada siang hari. Selain itu, masyarakat yang beretnis India tersebut juga berdoa secara bersama- sama di vihara tersebut agar banjir besar yang terjadi di kawasan tempat tinggal mereka segera surut dan rumah tempat tinggal warga tidak mengalami kerusakan akibat banjir besar tersebut.

Pada saat banjir terjadi ada warga yang sedang sakit ikut mengungsi ke vihara. Warga yang sedang sakit tersebut pun dirawat oleh beberapa warga karena kondisi yang tidak memungkinkan bagi warga tersebut untuk berada di rumah yang telah tergenang air cukup


(45)

dalam. Warga masyarakat secara bergantian menemani ibu tersebut dan bersedia merawat ibu yang tergeletak sakit itu. Tidak ada warga yang merasa keberatan ketika harus memberikan tempat yang lebih bagi ibu tersebut untuk berbaring. Sikap saling peduli dan saling memperhatikan yang terjadi diantara masyarakat yang beretnis India itu bukan hal yang baru terjadi. Masyarakat yang beretnis India yang tinggal di lingkungan tersebut sangat peduli dengan kondisi tetangga yang tinggal di dekat kawasan tempat tinggal mereka. Setiap warga merasa bahwa tetangga adalah keluarga yang paling dekat dengan mereka sehingga hubungan yang baik diantara setiap warga harus dijalin dan dipertahankan agar kehidupan sehari- hari berjalan dengan damai dan harmonis. Berbagai masalah yang dapat timbul diantara warga dijadikan sebagai pelajaran bagi setiap warga agar dapat menyelesaikan masalah dan tidak berujung dengan konflik. Solidaritas yang terjadi diantara masyarakat yang beretnis India di lingkungan III lah yang membuat warga nyaman untuk tinggal di lingkungan tersebut. Selain itu, hubungan yang terjalin dengan baik antara sesama warga juga diterapkan bagi anak- anak yang ada di keluarga mereka sehingga kebiasaan yang baik tersebut dapat dipertahankan.

Warga mengungsi selama 2 hari di vihara tersebut karena mereka takut banjir besar akan datang kembali ke kawasan tempat tinggal mereka itu. Pada hari yang ke- 3, masyarat India yang berada di kawasan tempat tinggal itu mulai kembali ke rumah masing- masing, bahkan ada juga yang telah kembali ke rumahnya pada hari yang ke- 2 setelah banjir besar terjadi. Setelah banjir mulai surut, penjaga vihara mulai kesulitan untuk membersihkan vihara tersebut karena patung- patung yang berserakan akibat terbawa arus air dan banyaknya sampah yang terbawa oleh banjir. Namun, Persatuan Seksi Wanita Buddha yang ada di vihara tersebut dan banyak masyarakat yang berada di sekitar lingkungan yang ikut membantu penjaga vihara agar pekerjaan yang dilakukan dapat lebih ringan dan bisa selesai dalam jangka waktu yang cepat.


(46)

5.2.2. Solidaritas Sesama Masyarakat Cina

Pada saat terjadi banjir di kawasan tempat tinggal mereka, masyarakat Cina biasanya akan mengungsi di tempat warga yang tidak terkena banjir dan ada beberapa keluarga yang menginap di hotel yang dekat dengan lokasi terjadinya banjir. Meskipun tidak tinggal di dalam satu lingkungan yang berdekatan, ketika banjir tiba seperti banjir yang terjadi pada bulan April 2011 lalu masyarakat Cina yang berada di lingkungan lain akan mengajak warga masyarakat yang menjadi korban banjir untuk mengungsi ke rumah mereka. Beberapa rumah yang tidak terkena dampak banjir besar yang terjadi segera menghubungi kerabatnya yang berada di lingkungan yang terkena banjir. Warga tersebut didatangi ke rumahnya atau ke tempat dimana warga yang terkena banjir mengungsi sementara waktu. Kekerabatan yang terjadi diantara warga telah ditanam sejak lama melalu kegiatan yang warga masyarakat Cina lakukan seperti arisan yang secara rutin mereka adakan diantara sesama warga Cina. Melalui kegiatan tersebutlah setiap warga semakin dekat dan kompak sehingga begitu mendengar banjir besar melanda rumah warga yang lain, ada respon yang diberikan oleh warga Cina lainnya.

Ada beberapa warga yang memilih untuk mengungsi di tempat yang ditawarkan oleh warga lain yang tidak terkena dampak banjir yang terlalu besar. Warga masyarakat ini terlebih dahulu mengutamakan untuk memindahkan barang- barang yang berada di rumah mereka ke tempat yang dianggap aman, setelah itu mereka juga tidak lupa untuk mengamankan surat- surat berharga yang mereka miliki. Bahkan ada beberapa warga yang membawa surat- surat berharga itu untuk menghindari berbagai kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Surat berharga diletakkan ke dalam plastik agar tidak basah atau sobek jika terjatuh ke dalam air. Hal tersebut dilakukan mengingat kemungkinan bagi warga yang melewati arus yang deras pada saat itu dan


(47)

kemungkinan surat – surat yang berharga tersebut dapat jatuh ke dalam arus air yang masuk ke rumah.

Pada awal terjadinya banjir, warga terbangun karena suara peringatan yang diteriakkan oleh orang- orang di sekitar rumah mereka. Langkah awal yang dilakukan oleh masyarakat Cina adalah membangunkan seluruh anggota keluarga yang masih tidur. Setelah itu mereka segera mengamankan barang- barang pribadai miliknya agar kerugian yang mereka alami tidak terlalu besar. Masyarakat Cina tidak punya pilihan lain ketika banjir terjadi kecuali mengungsi ke tempat yang aman. Semakin siang air yang masuk ke rumah mereka semaki banyak dan menyebabkan anggota keluarga menjadi panik. Selain menyelamatkan barang- barang yang ada di rumah mereka, masyarakat Cina juga membantu masyarakat Cina lainnya yang berada di lingkungan tersebut untuk keluar dari rumah mereka. Banyak warga yang masih belum bangun ketika peringatan banjir diteriakkan. Akhirnya warga yang telah menyelamatkan barang- barang dan mengungsikan anggota keluarga mereka pun ikut membangunkan warga Cina yang lain yang belum terbangun. Menurut mereka ada perasaan khawatir yang sangat besar ketika mengetahui masyarakat Cina yang belum terbangun pada saat itu. Mereka khawatir akan terjadi hal- hal yang buruk karena tidak ada yang dapat memperkirakan berapa besar arus air yang masuk ke dalam rumah dan kapan banjir tersebut akan surut. Akhirnya setelah warga berhasil dibangunkan mereka segera bergegas untuk mengungsikan keluarga dari rumah. Perasaan yang sudah menganggap masyarakat Cina lainnya yang tinggal di kawasan tersebut seperti keluarga sendiri yang membuat begitu besar kepedulian yang terjalin antar sesama etnis Cina. Banjir yang melanda kawasan tempat tinggal mereka dihadapi secara bersama karena bencana banjir tersebut akan terasa lebih ringan, hal ini yang dirasakan oleh masyarakat Cina yang tinggal di lingkungan III .


(48)

Pada kondisi banjir seperti yang terjadi tahun 2011 lalu, masyarakat yang mengalami banjir mengalami kesulitan untuk membeli makanan bagi diri dan keluarga mereka. Kondisi rumah yang terendam banjir membuat masyarakat tidak dapat mengambil uang yang berada di dalam lemari. Begitu banjir datang yang ada di dalam pikiran setiap warga adalah menyelamatkan keluarga sehingga warga tidak ingat untuk mengambil uang yang ada diletakkan di lemari mereka. Namun, meskipun kondisi tersebut mereka alami, beberapa warga yang ikut dalam arisan yang rutin mereka lakukan berinisiatif untuk menggunakan uang arisan tersebut untuk sementara dan dipakai untuk membeli makanan bagi masyarakat Cina yang terkena banjir. Banjir yang menyebabkan jalanan menjadi macet membuat warga yang membeli konsumsi bagi warga Cina yang telah berkumpul di tempat mereka hanya membeli makanan yang dekat dengan lokasi tempat tinggal. Setelah makanan dibeli oleh beberapa orang, makanan tersebut dibagikan bagi masyarakat Cina yang berkumpul di satu tempat. Tindakan dengan menggunakan uang arisan terlebih dahulu merupakan langkah yang cepat untuk menanggapi korban banjir yang ada saat itu. Kepercayaan dan sikap yang peduli antar sesama etnis Cina membuat mereka tidak berpikir lama untuk memakai uang arisan tersebut. Masyarakat Cina yang berbaur dengan sesama etnis pun menyantap makanan yang telah disediakan sambil mengobrol dengan tetangga lainnya. Dalam obrolan mereka mengungkapkan betapa khawatirnya mereka di dalam menghadapi banjir yang tiba- tiba datang ke kawasan tempat tinggal mereka. Biasanya banjir yang terjadi tidak pernah sebesar yang telah terjadi pada awal April 2011 lalu. Warga Cina lain saling bertukar pikiran serta mengeluarkan keluh kesah yang ada sehingga mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapai banjir yang terjadi.


(49)

Setelah siang, banjir yang melanda rumah warga belum surut juga. Ada beberapa warga yang telah mengungsi namun ingin ke rumahnya dikarenakan belum sempat mengamankan barang- barang yang ada di rumahnya. Salah satunya adalah seorang ibu yang ingin kembali ke rumahnya karena belum mengamankan komputer- komputer yang merupakan benda berharga karena computer tersebut merupakan bagian dari usaha warnet yang dibukanya. Melihat hal itu, tentu ibu tersebut dilarang karena kondisi lingkungan yang belum memungkinkan. Namun, karena melihat kekhawatiran ibu tersebut membuat beberapa warga memutuskan untuk mengamankan computer tersebut sekaligus melihat kondisi rumah mereka. Hubungan yang baik antar sesama warga Cina di lingkungan tempat tinggal mereka yang membuat setiap warga mau melalukan hal tersebut bahkan mau memeriksa keadaan rumah tetangganya padahal banjir masih belum surut. Sesampainya di rumah ibu tersebut, warga yang masuk ke dalam rumah segera memindahkan komputer yang ada ke tempat yang lebih tinggi dan mengamankan kabel- kabel yang ada di dekat komputer agar tidak terjadi hal- hal yang tidak diinginkan.

Setelah itu, beberapa warga tersebut ikut membantu masyarakat etnis Cina lainnya yang tampak sedang memindahkan barang- barang miliknya. Solidaritas yang tampak di antara sesama etnis tersebut berlangsung sejak dulu ketika mereka pindah ke lingkungan ini. Alasan setiap warga membantu sesama etnis mereka dalam menghadapi banjir adalah adalah apabila nanti kita membutuhkan bantuan di kemudian hari, orang- orang tidak akan segan untuk menolong karena mereka merasa nyaman dengan apa yang dilakukan terhadap mereka. Alasan yang dipaparkan di atas diterapkan oleh masyarakat Cina dalam berinteraksi dengan sesama etnis di kehidupan mereka sehari- hari.


(50)

Banjir yang dihadapi oleh masyarakat Cina pada awal April 2011 lalu memang menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi masyarakat yang mengalaminya. Namun, setiap warga sadar bahwa dengan menghadapi masalah dengan tenang akan lebih mudah menghadapi bencana yang terjadi. Masyarakat Cina yang lebih banyak melalukan tindakan dibanding mengeluh pun menunjukkan hal tersebut melalui perbuatan mereka. Tindakan yang mengingatkan warga sesama etnis untuk segera mengungsi, tindakan untuk menggunakan uang arisan untuk membeli makanan yang dibutuhkan oleh warga masyarakat yang terkena banjir, serta tindakan yang mau membantu sesama warga untuk mengamankan barang- barang miliknya meskipun banjir belum surut di kawasan tempat tinggal mereka. Beberapa tindakan yang mereka lakukan tersebut menunjukkan hubungan yang tidak biasa yang terjalin diantara sesama etnis. Persamaan etnis membuat mereka lebih merasakan kedekatan dengan tetangganya tersebut. Menurut masyarakat Cina yang telah mengalami banjir besar bahwa setiap manusia memang merupakan makhluk sosial sehingga mereka akan saling bergantung di dalam kehidupan sehari- hari terutama dalam menghadapai bencana banjir yang sewaktu- waktu dapat terjadi kembali di kemudian hari. Selama 2 hari warga mengungsi ke tempat yang dianggap aman untuk memastikan banjir besar yang terjadi pada hari sebelumnya sudah surut.

5.2.3. Solidaritas Sesama Warga Karo

Solidaritas yang terlihat pada saat masyarakat Karo yang dalam menghadapi bencana banjir yang terjadi pada awal April 2011 yaitu ketika terjadi banjir, masyarakat Karo di lingkungan tersebut langsung bertindak cepat. Begitu mendengar suara peringatan pada pagi hari, masyarakat pun langsung dengan cepat membangunkan seluruh anggota keluarha yang masih tidur. Setelah itu, mereka segera melihat kondisi rumah yang terkena banjir yang tidak mereka perkirakan sebelumnya. Melihat arus air yang kencang membuat masyarakat karo segera bergegas mencari tempat untuk mengungsi sementara waktu. Rumah warga Karo yang berada di lingkungan sekitar dan tidak terkena banjir menjadi pilihan yang tepat bagi masyarakat Karo


(51)

yang mengalami banjir. Setelah menemukan tempat untuk mengungsi, masyarakat tersebut mulai memikirkan keadaan barang- barang yang ada di rumah mereka.

Ketika banjir terjadi, hanya sedikit barang yang dapat diamankan oleh warga. Keadaan yang sudah takut akan banjir besar yang terjadi membuat warga tidak terlalu memikirkan barang- barang yang ada di rumah mereka pada saat itu. Di rumah tempat mereka mengungsi bersama beberapa masyarakat Karo lainnya mereka juga bertukar cerita saat mengetahui banjir besar yang terjadi. Selain itu, warga juga teringat dengan barang – barang yang ada di rumah mereka sehingga perasaan saat menceritakan hal tersebut bercampur aduk. Namun masyarakat Karo terbiasa dengan perkumpulan yang mereka lakukan selama ini dengan masyarakat Karo yang lain sehingga pada saat mereka mengungsi seperti sekarang, mereka merasa lebih tenang dan beban pikiran yang mereka alami bisa berkurang. Masyarakat Karo telah membiasakan diri mereka untuk berkumpul secara rutin. Selama ini perkumpulan yang terjadi tersebut diadakan sekali dalam seminggu. Dalam perkumpulannya mereka biasanya menghabiskan waktu dengan mengobrol serta bertukar cerita serta meminta saran apabila sedang mengalami masalah.

Arisan juga merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Karo dalam perkumpuan yang mereka lakukan secara rutin tersebut.

Pada saat banjir terjadi, masyarakat Karo yang sedang mengungsi mendapat makanan dari warga Karo lainnya yang tergabung di dalam perkumpulan Karo tersebut dan juga sumbangan dari GBKP yang berada di sekitar lokasi banjir. Makanan yang telah disediakan berasal dari masyarakat Karo lain yang tidak terkena banjir dalam perkumpulan tersebut. Awalnya masyarakat Karo yang sedang mengungsi dihitung jumlahnya sehingga dapat dipersiapkan berapa banyak makanan yang akan dimasak pada saat itu. Makanan yang dimasak di rumah masyarakat yang tidak terkena banjir pun dilakukan menjelang siang. Beberapa ibu- ibu


(1)

5 DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI……….. iv

DAFTAR TABEL……….. vi

DAFTAR FOTO……… viii

DAFTAR LAMPIRAN………. ix

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang Masalah………. 1

1.2 Perumusan Masalah……… 6

1.3 Tujuan Penelitian……… 6

1.4 Manfaat Penelitian………. 7

1.5 Definisi Konsep………. 7

1.6 Metode Penelitian……….. 12

BAB II BEBERAPA KAJIAN PUSTAKA TENTANG SOLIDARITAS SOSIAL DAN PENGALAMAN MASYARAKAT KELURAHAN POLONIA DALAM MENGHADAPI BANJIR………. 23

2.1 Solidaritas sosial………. 23

2.1.1 Gambaran Solidaritas Sosial Pada Masayarakat Majemuk…… 23

2.1.2 Keberagaman (pluralitas) di Indonesia……….. 28

2.1.3 Konsep Perilaku Masyarakat Coping Behaviour dalam menghadapi banjir……….. 30

2.2 Peristiwa banjir di Kota Medan……… 32

2.3 Kejadian banjir di Kelurahan Polonia………... 37

2.4 Tingkah laku Penduduk Kelurahan Polonia Dalam Menghadapi Banjir…. 38 2.5 Karakteristik Banjir Sungai Deli di Kecamatan Medan Polonia…………. 40

2.6 Aktivitas Masyarakat Pluralis Dalam Menghadapi Bencana Alam………. 41

2.6.1 Masyarakat Cina……… 41

2.6.2 Masyarakat India………... 43

2.6.3 Masyarakat Karo……… 45

BAB III GAMBARAN RESPONDEN dan PENGETAHUAN MASYARAKAT PLURALIS TENTANG BENCANA BANJIR di KAWASAN TEMPAT TINGGALNYA……….. 46

3.1 Masyarakat Pluralis di Kawasan Tempat Tinggal………... 46

3.2 Pengetahuan Responden Tentang Kawasan Tempat Tinggal……. 51

3.3 Pengetahuan Responden Tentang Bencana Banjir di Kawasan Tempat Tinggalnya……… 56


(2)

BAB IV SOLIDARITAS MASYARAKAT PLURALIS DALAM MENGHADAPI

BANJIR……… 65

4.1 Solidaritas Masyarakat Banjir……….. 65

4.2 Bentuk Solidaritas Sesama Masyarakat………... 75

4.2.1 Solidaritas Sesama Masyarakat India……….. 75

4.2.2 Solidaritas Sesama Masyarakat Cina………... 83

4.2.3 Solidaritas Sesama Masyarakat Karo………... 87

4.2.4 Solidaritas Warga dengan Etnis Lain……… 92

4.3 Faktor yang Memengaruhi Solidaritas Sosial di antara Warga……… 96

BAB V PENUTUP……… 104

5.1 Kesimpulan……… 104

5.2 Saran……….. 112


(3)

7 DAFTAR TABEL

Tabel 1 Responden Berdasarkan Etnis Tabel 2 Responden Berdasarkan Usia

Tabel 3 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 4 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5 Responden Berdasarkan Agama

Tabel 6 Lamanya Responden Tinggal di Kawasan Tempat Tinggalnya Tabel 7 Alasan Responden Memilih Tinggal di Lingkungan Ini

Tabel 8 Responden Berdasarkan Nyaman/Tidak Lingkungan Tempat Tinggalnya Tabel 9 Pengetahuan Tentang Perubahan Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Tabel 10 Kondisi Jarak Rumah Responden dengan Rumah Tetangga

Tabel 11 Pengetahuan Tentang Saluran Pembuangan Air di Depan Rumah Responden

Tabel 12 Pengetahuan Responden Bahwa Daerah Tempat Tinggalnya Merupakan Daerah Rawan Banjir

Tabel 13 Pengetahuan Responden Tentang Frekuensi Banjir yang Terjadi Setiap Tahun

Tabel 14 Pengetahuan Responden Tentang Kedalaman Genangan Air Akibat Banjir Tabel 15 Responden Berdasarkan Penyebab Banjir di Lingkungan Tempat

Tinggal

Tabel 16 Responden Tentang Dampak Banjir di Lingkungan Tempat Tinggal Tabel 17 Pengetahuan Tentang Banjir Terbesar yang Pernah Terjadi di Kawasan

Tempat Tinggal


(4)

Tabel 19 Responden Berdasarkan Pernah/ Tidak Menolong Tetangga Ketika Terjadi Banjir

Tabel 20 Bentuk Tolong- Menolong yang Terjadi di antara Warga Pluralis Selama Banjir

Tabel 21 Pendapat Responden Berdasarkan Siapa yang Didahulukan untuk Ditolong Pada Saat Terjadi Banjir

Tabel 22 Pendapat Responden Berdasarkan Sering/ Tidaknya Kerja Bakti Diadakan Tabel 23 Responden Berdasarkan Iya/ Tidak Mengikuti Kerja Bakti yang

Dilaksanakan

Tabel 24 Pendapat Responden Berdasarkan Iya/ Tidak Hanya Membersihkan Halaman di Depan Rumah Pada Saat Kerja Bakti

Tabel 25 Pendapat Responden Mengenai Ada/ Tidaknya Kegiatan Secara Rutin yang Dilakukan Oleh Warga Masyarakat

Tabel 26 Pendapat Responden Mengenai Pernah/ Tidak Pernah Terjadi Konflik Diantara Warga Masyarakat

Tabel 27 Pendapat Responden Berdasarkan Setuju/ Tidak Setuju dengan Kalimat yang Menyatakan “Tetangga adalah Keluarga Terdekat”


(5)

9 DAFTAR FOTO

Foto 1. Tukang becak yang sedang menunggu warga yang ingin menggunakan becaknya untuk masuk ke dalam lingkungan III

Foto 2. Jalan di lingkungan III yang sudah diperbaiki sejak tahun 2010 Foto 3. Lapangan 1 yang biasanya digunakan untuk bermain sepakbola

Foto 4. Lapangan 2 yang biasanya digunakan warga untuk bermain bulutangkis dan bola voli

Foto 5. Banjir besar yang terjadi pada 01 April 2011 yang menggenangi rumah warga di Kawasan Aur

Foto 6. Gambar warga yang berusaha mengungsi di tengah luapan air dari Sungai Deli yang mengalir sangat deras

Foto 7 Salah satu saluran air yang berada di depan rumah warga yang dipenuhi sampah Foto 8 Salah satu warga yang ikut berpartipasi dalam kerja bakti yang diadakan secara

rutin

Foto 9 Parit besar yang berada di belakang Vihara Lokal Shanti. Air yang menggenangi vihara berasal dari parit besar ini

Foto 10 Bekas banjir yang terjadi di vihara Lokal Shanti awal April 2011 lalu. Tanda yang nampak pada dinding di vihara yang menunjukkan seberapa tinggi air yang menggenangi vihara tersebut

Foto 11 Vihara Bodhi Gaya yang digunakan sebagai tempat mengungsi masyarakat India pada banjir April (01/04/2011)

Foto 12 Ibu Shanti (India) dan Ibu Desma (Karo) yang merupakan tetangga dekat Foto 13 Keluarga Ibu Bobby (India) yang menikah dengan bapak Hermanto (Cina) sejak

tahun 1995


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Angket Penelitian Lampiran 2 : Izin Penelitian