Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)
Pergeseran Solidaritas Sosial pada Masyarakat yang
Terkena Banjir
(Studi Deskriptif pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan
Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
Debora Ernawati Siringo-ringo.
100901046.
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
i ABSTRAK
Banjir merupakan bencana alam yang sering dialami masyarakat perkotaan di Indonesia,khususnya daerah pinggiran sungai di mana keadaan air berlebihan merendam daratan. Hal ini yang membuat pemerintah di Indonesia lebih memperhatikan penduduk pinggiran sungai untuk menangani banjir. Dan masyarakat yang berada dalam satu kawasan di Indonesia, menyadari perbedaan yang ada di antara mereka bukanlah menjadi penghalang untuk hidup saling tolong menolong terutama karena persamaan nasib yakni sering mengalami bencana banjir. Akan tetapi, penurunan jumlah bantuan terjadi saat banjir kecil (kategori sedang) yang membawa suatu permasalahan yang kompleks bagi masyarakat sekitar Sungai sehingga terjadilah pergeseran solidaritas masyarakat Sungai Deli pada masyarakat yang terkena banjir. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan pergeseran solidaritas sosial pada masyarakat yang terkena banjir untuk menjawab permasalahan tersebut. Penelitian ini menggunakan teori Emile Durkheim tentang Solidaritas Organis di kota yang didukung dengan studi-studi lain tentang solidaritas masyarakat saat terjadi banjir.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu menggunakan metode survei yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 94 orang dari total keseluruhan yang tinggal di sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, yang diteliti dari 3 lingkungan di Sukaraja yang terkena banjir, yaitu lingkungan IV sebanyak 28 orang, lingkungan V sebanyak 38 orang, dan lingkungan VIII sebanyak 28 orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa bentuk pergeseran solidaritas sosial masyarakat Sungai Deli ini yaitu dengan berkurangnya jumlah bantuan makanan yang diberikan masyarakat sekitar saat banjir kecil (banjir sedang) terjadi dibandingkan bantuan makanan saat banjir besar. Dalam hal ini, dapat diketahui adanya pergeseran solidaritas sosial Sungai Delipada masyarakat yang terkena banjir. Seperti yang terlihat saat terjadi banjir besar di tahun 2011 bantuan makanan yang diberikan sangat banyak yaitu nilai rata-rata bantuan masyarakat sebesar 4,94. Sedangkan saat terjadi banjir kecil belakangan ini bantuan makanan yang diberikan masyarakat menurun jumlahnya dengan nilai rata-rata bantuan masyarakatmenjadi 1,18 dengan bantuannya sedikit. Selain dalam bentuk makanan, pergeseran solidaritas masyarakat Sungai Deli juga dapat dilihat dari berkurangnya rata-rata bantuan yang diberikan masyarakat sekitar dalam memberikan tumpangan rumah dan memindahkan barang-barang saat terjadinya banjir besar dan banjir kecil. Karena nilai rata-rata pemberian tumpangan rumah saat terjadi banjir besar sebesar 2,36 tergolong sedikit sedangkan saat banjir kecil belakangan ini, sebesar 1,0 yang tergolong tidak ada bantuan. Sedangkan bantuan pemindahan barang saat banjir besar nilai rata-ratanya sebesar 1,68 tergolong sedikit namun saat banjir kecil belakangan ini, nilai rata-rata sebesar 1,01 tergolong tidak ada bantuan. Dalam artian, saat banjir kecil, solidaritas sosial dalam pemberian bantuan makanan, tumpangan rumah dan pemindahan barang cenderung semakin sedikit dibandingkan saat terjadi banjir besar. Pergeseran solidaritas sosial pada masyarakat yang terkena banjir terjadi disebabkan oleh faktor-faktor seperti perekonomian yang menurun, dan semakin berkurangnya kesadaran/kepedulian masyarakat akan pentingnya memberikan bantuan kepada mereka yang terkena banjir atau adanya sikap egoistik yang mementingkan diri sendiri.
(3)
ii
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, sebab atas berkat, kasih dan karuniaNya lah, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pergeseran Solidaritas Sosial pada
Masyarakat yang Terkena Banjirdi Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan
Maimun” dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak
menghadapi hambatan, kesulitan, dan tantangan hal ini disebabkan oleh
keterbatasan wawasan penulis.Akan tetapi, karena berkat dan kasih karuniaNya,
semua hambatan dan kesulitan dapat penulis lalui sehingga penulisan skripsi ini
dapat selesai. Oleh karena itu, penulis dengan lapang dada menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu proses
penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU.
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen SosiologiFISIP
USU sekaligus dosen wali saya yang telah memberikan masukan, nasehat dan
saran buat saya.
3. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si, selaku Dosen Pembimbing saya. Saya
(4)
iii
memberikan pengarahanmemberikan pengarahan-pengarahan, ilmu, saran dan
evaluasi dalam penulisan skripsi saya. Terima kasih bu atas bimbingannya.
4. Bapak Drs. Henry Sitorus, M. Si, selaku dosen penguji saya yang telah
banyak memberi saran, pendapat dan kritik yang membangun dalam
penyusunan skripsi saya. Terima kasih Pak atas saran dan arahan yang bapak
berikan kepada saya.
5. Bapak dan Ibu Dosen FISIP USU, khususnya Dosen Departemen Sosiologi,
Dra. Lina Sudarwati, M.Si dan Dra. Ria Manurung, M.Si atas ilmu, sarandan
motivasi yang selama ini telah diberikan kepada penulis.
6. Kepada Kak Feny, Kak Betty, Pak Manan, dan seluruh staf Pegawai FISIP
USU yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Administrasi juga
saya ucapkan terima kasih.
7. Terkhusus dan teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Bapak
M.Siringo-ringo dan Mama D.Silaban yang selalu mendidik dan mendukung
penulis dengan kasih sayang dan selalu memberikan doa, motivasi, semangat
dan dananya selama ini, sehingga penulisdapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga penulis dapat membanggakan kedua orang tua penulis nantinya.
Terima kasih banyak ya Bapak dan Mama tersayang buat semua perhatian,
pengertian, semangat, dukungan dan dana yang telah diberikan selama ini.
8. Kepada Kepala Kelurahan Sukaraja yakni Bapak Hamdan, SP.MM dan
Sekretaris Lurah Sukaraja, Bu Ani dan staffnya juga penulis ucapkan terima
kasih telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi saya di
Kelurahan Sukaraja dan atas bantuan data kependudukannya.
9. Para Responden yang tinggal di sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja,
(5)
iv
memberikan informasi kepada penulis mengenai Pergeseran Solidaritas Sosial
Masyarakat Sungai Deli pada Masyarakat yang Terkena Banjir, terima kasih
untuk pengertiannya yang telah bersedia menerima kehadiran penulis selama
proses penyelesaian skripsi ini.
10. Kepada sahabat penulis Sempati Tambunan, S.Sos, Heppy Berutu, Marlina
Sianturi, S.Sos, Kak Ana Situmorang S.TI, dan saudara-saudara saya Kak
Christina Silaban, Bang Andry Silaban, Kak Marisi Silaban, S.TP, Bang
Mangampu Silaban, S.T, M.BA, adik saya Bernando Ringo dan Cornelia
Siahaan dan seluruh keluarga besar yang selalu membantu dan memberikan
semangat, motivasi kepada penulis dan juga memberikan banyak
pengorbanan buat penulis baik tenaga, waktu dan pikirannya. Sekali lagi
terima kasih ya atas saran, motivasi, masukan dan semangat kalian sangat
berarti buat saya dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Kepada teman penulis yakni Johan Simamora, S.Sos, dan Hening Kinasih,
S.Sos yang menemani penulis dalam penelitian lapangan dan pengurusan
ijinnya. Terima kasih atas waktu, tenaga, saran, pemikirannya buat saya.
12. Buat teman-teman 1 stambuk penulis di Departemen Sosiologi FISIP USU
2010 yakni Adian Sinambela, Sehadinggit, Febri S.Sos, Ana Rohana
S.Sos,Winandar Yoga, S.Sos, Juliah, S.Sos, Natalia, S.Sos, Hivo, S.Sos, dan
Afriyani, S.Sos, Nurli yang selalu memberikan saran, masukandan semangat
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
saran, semangat dan kebersamaannya selama ini.
13. Terima kasih juga kepada teman-teman 1 kerjaan saya di BT/BS Medica: Kak
(6)
v
S.Pdsemangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih atas saran, semangat dan kebersamaannya selama ini.
14. Dan juga terima kasih kepada senior saya di Departemen SOSIOLOGI FISIP
USU yakni Bang Alexender Giovani, S.Sos, Bang Hendra, S.Sos dan Bang
Theo, S.Sos yang telah memberikan motivasi dan pengarahan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Dan atas semua pihak yang membantu penyusunan skripsi penulis yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu.
Atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak tersebut, sekali lagi
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Penulis menyadari masih
banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengharapkan
saran dan kritik yang berguna untuk penyempurnaan skripsi yang lebih baik lagi
di hari-hari yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi
berbagai pihak yang membutuhkan.
Medan, April 2015.
Penulis
(7)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GRAFIK ... xv
Bab I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 14
1.3. Tujuan Penelitian ... 14
1.4. Manfaat penelitian ... 14
1.5. Definisi Konsep ... 15
1.6. Definisi Operasional Variabel ... 17
Bab II KERANGKA TEORI ... 19
2.1. Peristiwa Banjir Medan ... 19
2.2. Solidaritas Sosial ... 21
2.2.1. Solidaritas Kelompok Masyarakat ... 27
2.3. Bentuk Solidaritas Masyarakat pada Masyarakat yang Terkena Banjir ... 29
2.3.1. Pergeseran Solidaritas Masyarakat Sekitar Sungai pada Masyarakat Banjir ... 32
2.4. Teori Aksi (Action Theory) ... 35
(8)
vii
2.6. Ketidakmampuan Masyarakat Dalam Membeli Rumah Sebagai
Alasan Mereka Tetap Bertahan Tinggal di Sekitar Sungai Deli Kota
Medan ... 43
Bab III METODE PENELITIAN ... 47
3.1. Jenis Penelitian ... 47
3.2. Lokasi Penelitian ... 48
3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 48
3.3.1. Populasi ... 48
3.3.2.Teknik Penarikan Sampel ... 49
3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 52
3.4.1. Data Primer ... .52
3.4.2. Data Sekunder ... .53
3.5. Analisis Data ... 53
3.6. Jadwal Kegiatan ... 55
3.7. Keterbatasan Penelitian ... 55
Bab IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN ... 57
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57
4.1.1. Sejarah Singkat Kelurahan Sukaraja ... 57
4.1.2. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Sukaraja ... 58
4.1.3. Keadaan Penduduk ... 59
4.2. Penyajian Data Peneliitan ... 59
4.2.1. Identifikasi Responden ... 60
4.3. Solidaritas Warga Sekitar Sungai Deli dalam Memberikan BantuanMakanan Kepada Masyarakat yang Terkena Banjir Besar ... 65
(9)
viii
4.3.1. Masyarakat yang Diberikan Bantuan Makanan Saat Banjir Besar dari Sekitar Daerah Tempat Tinggal Berdasarkan Jenis Kelamin65
4.4. Solidaritas Warga Sekitar Sungai Deli dalamMemberikan Bantuan
Makanan Kepada Masyarakat yang Terkena Banjir Kecil ... 72
4.4.1. Masyarakat yang Diberikan Bantuan Makanan dari Masyarakat
Sekitar Saat BanjirKecil Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72
4.5. SolidaritasWarga Sekitar Sungai Deli dalam MemberikanBantuan
Tumpangan Rumah Kepada Masyarakat Terkena Banjir ... 79
4.5.1. Masyarakat yang Diberikan Bantuan Tumpangan Rumah Untuk
Tempat Tinggal Saat Banjir Berdasarkan Jenis Kelamin ... 79
4.6. Solidaritas Warga Sekitar Sungai Deli dalam Memberikan Bantuan
Memindahkan Barang Saat Banjir Besar ... 86
4.6.1. Warga yang Dibantu Gotong royong dalam Memindahkan
Barang-barang Saat Banjir Besar pada Masyarakat yang Terkena Banjir ... 86
4.7. Solidaritas Masyarakat Sekitar Sungai dalam Memindahkan Barang
Saat BanjirKecil ... 93
4.7.1. Masyarakat yang Gotong royong Dibantu Memindahkan
Barang-barang Saat Banjir Kecil Berdasarkan Jenis Kelamin ... 93
4.8. AnalisisPergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat Sekitar Sungai Deli
Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun ... 101
4.8.1. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam
PemberianMakanan Saat Banjir Besar di Kelurahan Sukaraja,
(10)
ix
4.8.2. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam
PemberianMakanan Saat Banjir Kecil di Kelurahan Sukaraja,
Kecamatan Medan Maimun ... 104
4.8.3. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam PemberianTumpangan Saat Banjir Besar di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun ... 105
4.8.4. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam PemberianTumpangan Saat Banjir Kecil di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun ... 107
4.8.5. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Membantu Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Besardi Kelurahan Sukaraja,KecamatanMedan Maimun ... 108
4.8.6. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Membantu Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun ... 110
4.8.6.1. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial pada Masyarakat yang Terkena Banjirdi Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Maimun ... 112
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116
5.1. Kesimpulan ... 116
5.2. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 119
(11)
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Jumlah Populasi ... 49
Tabel 3.2. Jumlah Sampel Penelitian ... 50
Tabel 4.1. Identitas Responden Berdasarkan Umur ... 60
Tabel 4.2. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. ... 61
Tabel 4.3. Identitas Responden Berdasarkan Agama ... 61
Tabel 4.4. Identitas Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 62
Tabel 4.5. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan. ... 63
Tabel 4.6. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 63
Tabel 4.7. Identitas Responden Berdasarkan Penghasilan ... 64
Tabel 4.8. Identitas Responden Berdasarkan Lama Tinggal ... 64
Tabel 4.9. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan Saat Banjir BesarBerdasarkan Jenis Kelamin ... 65
Tabel 4.10. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang iberikan Saat BanjirBesar Berdasarkan Umur ... 66
Tabel 4.11. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan Saat BanjirBesar Berdasarkan Agama. ... 67
Tabel 4.12. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan Saat BanjirBesar Berdasarkan Suku Bangs ... 68
Tabel 4.13. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan Saat BanjirBesar Berdasarkan Pendidikan. ... 69
Tabel 4.14. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan Saat BanjirBesar Berdasarkan Jenis Pekerjaan. ... 70
Tabel 4.15. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan Saat Banjir Besar Berdasarkan Lama Tinggal. ... 71
Tabel 4.16. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan SaatBanjirKecil Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72
(12)
xi
Tabel 4.17. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang
Diberikan Saat Banjir Kecil Berdasarkan Umur ... 73
Tabel 4.18. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang
Diberikan Saat Banjir Kecil Berdasarkan Agama ... 74
Tabel 4.19. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang
Diberikan Saat Banjir Kecil Berdasarkan Suku Bangsa. ... 75
Tabel 4.20. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang
Diberikan Saat Banjir Kecil BerdasarkanPendidikan ... 76
Tabel 4.21. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang
Diberikan Saat Banjir Kecil Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 77
Tabel 4.22. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang
Diberikan Saat Banjir Kecil Berdasarkan Lama Tinggal ... 78
Tabel 4.23. Distribusi Responden terhadap Bantuan Tumpangan Rumah
Yang Diberikan untuk Tempat Tinggal Saat Banjir Berdasarkan
Jenis Kelamin. ... 79
Tabel 4.24. Distribusi Responden terhadap Bantuan Tumpangan Rumah
Yang Diberikan untuk Tempat Tinggal Saat Banjir Berdasarkan
Umur ... 80
Tabel 4.25. Distribusi Responden terhadap Bantuan Tumpangan
RumahYang Diberikan untuk Tempat Tinggal Berdasarkan
Agama ... 81
Tabel 4.26. Distribusi Responden terhadap Bantuan Tumpangan Rumah
Yang Diberikan untuk Tempat Tinggal Berdasarkan Suku
(13)
xii
Tabel 4.27. Distribusi Responden terhadap Bantuan Tumpangan Rumah
Yang Diberikanuntuk Tempat Tinggal Berdasarkan
Pendidikan………. ... 83
Tabel 4.28. Distribusi Responden terhadap Bantuan Tumpangan Rumah
Yang Diberikan untuk Tempat Tinggal Berdasarkan Jenis
Pekerjaan ... 84
Tabel 4.29. Distribusi Responden terhadapBantuan Tumpangan Rumah
Yang Diberikan untuk Tempat Tinggal Saat Banjir Berdasarkan
Lama Tinggal ... 85
Tabel 4.30. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat
dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Besar
Berdasarkan Jenis Kelamin. ... 86
Tabel 4.31. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat dalam
Memindahkan Barang-barang Saat Banjir BesarBerdasarkan
Umur ... 87
Tabel 4.32. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat
dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Besar
Berdasarkan Agama ... 88
Tabel 4.33. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat dalam
Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Besar Berdasarkan
Suku Bangsa ... 89
Tabel 4.34. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat
dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Besar
(14)
xiii
Tabel 4.35. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat
dalam MemindahkanBarang-barang Saat Banjir Besar
Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 91
Tabel 4.36. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat
dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Besar
Berdasarkan Lama Tinggal ... 92
Tabel 4.37. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat
dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil
Berdasarkan Jenis Kelamin. ... 93
Tabel 4.38. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat
dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil
Berdasarkan Umur. ... 94
Tabel 4.39. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat
dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil
Berdasarkan Agama. ... 95
Tabel 4.40. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat
dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil
Berdasarkan Suku Bangsa ... . 96
Tabel 4.41. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat dalam
Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil Berdasarkan
Pendidikan ... 98
Tabel 4.42. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat
dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil
(15)
xiv
Tabel 4.43. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat
dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil
(16)
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1. Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pemberian
Makanan Saat Banjir Besar ... 104
Grafik 4.2. Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pemberian
Makanan Saat Banjir Kecil ... 105
Grafik 4.3. Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pemberian
Tumpangan RumahSaat BanjirBesar ... 106
Grafik 4.4. Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pemberian
Tumpangan RumahSaat Banjir Kecil ... 108
Grafik 4.5. Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pemberian
Tumpangan Rumah Saat Banjir Besar ... 109
Grafik 4.6. Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pemberian
(17)
i ABSTRAK
Banjir merupakan bencana alam yang sering dialami masyarakat perkotaan di Indonesia,khususnya daerah pinggiran sungai di mana keadaan air berlebihan merendam daratan. Hal ini yang membuat pemerintah di Indonesia lebih memperhatikan penduduk pinggiran sungai untuk menangani banjir. Dan masyarakat yang berada dalam satu kawasan di Indonesia, menyadari perbedaan yang ada di antara mereka bukanlah menjadi penghalang untuk hidup saling tolong menolong terutama karena persamaan nasib yakni sering mengalami bencana banjir. Akan tetapi, penurunan jumlah bantuan terjadi saat banjir kecil (kategori sedang) yang membawa suatu permasalahan yang kompleks bagi masyarakat sekitar Sungai sehingga terjadilah pergeseran solidaritas masyarakat Sungai Deli pada masyarakat yang terkena banjir. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan pergeseran solidaritas sosial pada masyarakat yang terkena banjir untuk menjawab permasalahan tersebut. Penelitian ini menggunakan teori Emile Durkheim tentang Solidaritas Organis di kota yang didukung dengan studi-studi lain tentang solidaritas masyarakat saat terjadi banjir.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu menggunakan metode survei yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 94 orang dari total keseluruhan yang tinggal di sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, yang diteliti dari 3 lingkungan di Sukaraja yang terkena banjir, yaitu lingkungan IV sebanyak 28 orang, lingkungan V sebanyak 38 orang, dan lingkungan VIII sebanyak 28 orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa bentuk pergeseran solidaritas sosial masyarakat Sungai Deli ini yaitu dengan berkurangnya jumlah bantuan makanan yang diberikan masyarakat sekitar saat banjir kecil (banjir sedang) terjadi dibandingkan bantuan makanan saat banjir besar. Dalam hal ini, dapat diketahui adanya pergeseran solidaritas sosial Sungai Delipada masyarakat yang terkena banjir. Seperti yang terlihat saat terjadi banjir besar di tahun 2011 bantuan makanan yang diberikan sangat banyak yaitu nilai rata-rata bantuan masyarakat sebesar 4,94. Sedangkan saat terjadi banjir kecil belakangan ini bantuan makanan yang diberikan masyarakat menurun jumlahnya dengan nilai rata-rata bantuan masyarakatmenjadi 1,18 dengan bantuannya sedikit. Selain dalam bentuk makanan, pergeseran solidaritas masyarakat Sungai Deli juga dapat dilihat dari berkurangnya rata-rata bantuan yang diberikan masyarakat sekitar dalam memberikan tumpangan rumah dan memindahkan barang-barang saat terjadinya banjir besar dan banjir kecil. Karena nilai rata-rata pemberian tumpangan rumah saat terjadi banjir besar sebesar 2,36 tergolong sedikit sedangkan saat banjir kecil belakangan ini, sebesar 1,0 yang tergolong tidak ada bantuan. Sedangkan bantuan pemindahan barang saat banjir besar nilai rata-ratanya sebesar 1,68 tergolong sedikit namun saat banjir kecil belakangan ini, nilai rata-rata sebesar 1,01 tergolong tidak ada bantuan. Dalam artian, saat banjir kecil, solidaritas sosial dalam pemberian bantuan makanan, tumpangan rumah dan pemindahan barang cenderung semakin sedikit dibandingkan saat terjadi banjir besar. Pergeseran solidaritas sosial pada masyarakat yang terkena banjir terjadi disebabkan oleh faktor-faktor seperti perekonomian yang menurun, dan semakin berkurangnya kesadaran/kepedulian masyarakat akan pentingnya memberikan bantuan kepada mereka yang terkena banjir atau adanya sikap egoistik yang mementingkan diri sendiri.
(18)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan
bersifat dinamis dalam arti berubah-ubah setiap saat. Perubahan dan perbedaan
yang terjadi baik secara mutlak maupun relatif dari faktor-faktor lingkungan
terhadap tumbuh-tumbuhan akan berbeda-beda menurut waktu, tempat dan
keadaan tumbuhan itu sendiri. Lingkungan dipandang sebagai tempat beradanya
manusia dalam melakukan segala aktivitas kesehariannya. Menurut Enger dan
Smith (dalam Kodoatie Robert dan Sugiyanto, 2002), lingkungan juga
didefenisikan sebagai semuanya (everything) yang berdampak pada suatu
organisme dalam proses kehidupannya.
Menurut Keller(dalam Kodoatie Robert dan Sugiyanto,
2002:5),lingkungan dapat dipertimbangkan sebagai kondisi total yang
mengelilingi sebuah individu atau komunitas. Lingkungan dapat didefinisikan
meliputi dua bagian: Yang pertama, kondisi-kondisi fisik seperti udara, air,
daratan, lautan, udara, tumbuh-tumbuhan, binatang yang memberikan
efek/dampak pertumbuhan dan perkembangan dari sebuah individu atau sebuah
komunitas; dan yang kedua aspek sosial dan budaya seperti etika, ekonomi,
estetika yang memberikan dampak.Dengan demikian, lingkungan hidup diatur
secara hukum karena faktor biotik dan abiotik lingkungan harusnya tetap dijaga
dengan cara membuat kebijakan ataupun peraturan agar masyarakat yang merusak
(19)
2
UU No. 32 tahun 2009, lingkungan hidupadalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri,kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain.
Lingkungan hidup menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia.
Begitupun sebaliknya, kehidupan manusia sangat tergantung pada tersedianya
sumber daya alam yang memadai dalam lingkungan hidup. Manusia dan
lingkungan hidup selalu terjadi interaksi timbal balik, manusia mempengaruhi
lingkungan dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya.
Persoalan lingkungan mulai menjadi topik dunia ketika manusia mulai merasakan
dampaknya yang semakin meluas yakni terlihat pada banyaknya bencana yang
terjadi di muka bumi ini akibat berbagai aktivitas manusia itu sendiri seperti
banjir, pencemaran air akibat limbah industri, dan lain sebagainya. Dalam kondisi
seperti ini, lingkungan hidup perlu diatur dan dikelola dengan baik sehingga dapat
memberikan manfaat yang optimal, mencukupi kebutuhan generasi saat ini tanpa
harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan
generasi yang akan datang.
Masalah lingkungan hidup merupakan persoalan kolektif yang
membutuhkan partisipasi bersama dari semua komponen bangsa, dan harus ada
upaya serius untuk mengatasinya, misalnya dengan membudayakan kepekaan dan
cinta lingkungan hidup melalui institusi pendidikan, dengan tujuan untuk
menginternalisasikan dan menanamkan nilai-nilai budaya yang cinta akan
lingkungan hidup.Masalah lingkungan hidup sebenarnya sudah lama terjadi
(20)
3
makin dipercepat karena meningkatnya aktivitas manusia dan sifat manusia yang
serakah. Di negara-negara berkembang, umumnya pemerintah disibukkan dengan
program pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja, permukiman
kumuh, namun dengan adanya kesepakatan internasional dan era globalisasi, juga
dituntut melakukan pengendalian dampak lingkungan sehingga masalah
lingkungan hidup dapat diatasi dengan baik.
Manusia dan lingkungan pada hakekatnya, satu bangunan yang seharusnya
saling menguatkan karena manusia amat bergantung pada lingkungan sedang
lingkungan juga bergantung pada aktivitas manusia. Namun, dilihat dari sisi
manusia maka lingkungan adalah sesuatu yang pasif, sedangkan manusia lah yang
aktif, sehingga kualitas lingkungan amat bergantung pada kualitas manusia.
Sayangnya, manusia sering lupa bahwa lingkungan yang berkualitas buruk juga
akan berpengaruh pada kualitas kehidupannya juga. Jelaslah, bahwa subyek dari
kehidupan manusia dan kondisi lingkungan pada dasarnya adalah manusia itu
sendiri. Lebih baik manusia, akan lebih baik pula kualitas kehidupan dan
lingkungannya, sedangkan lebih buruk manusia tentu akan lebih buruk kualitas
kehidupan lingkungannya.Peristiwa pencemaran lingkungan mempunyai beberapa
komponen pokok untuk biasa disebut sebagai pencemaran, yakni: (1) lingkungan
yang terkena adalah lingkungan hidup manusia; (2) yang terkena akibat negatif
adalah manusianya; (3) di dalam lingkungan tersebut terdapat bahan berbahaya
yang juga disebabkan oleh aktivitas manusia.Bahan pencemar tersebut seperti
plastik, kaleng dan semacamnya.
Manusia tidak dapat melepaskan diri dari alam dan akan selalu tergantung
pada lingkungan alamnya. Menurut Enger dan Smith(dalam Kodoatie dan
(21)
4
merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Semua organisme
yang hidup tersusun dari sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktivitas
metaboliknya mengambil tempat di larutan air. Untuk kepentingan manusia dan
kepentingan komersial lainnya, ketersediaan air dari segi kualitas maupun
kuantitas mutlak diperlukan.Di sisi lain, akibat pengelolaan yang salah, air bisa
menjadi bencana bagi kehidupan. Air yang berlebihan di suatu tempat akibat
hujan yang besar dapat menjadi banjir dan genangan yang menimbulkan kerugian
yang besar. Menurut Grigg (dalam Kodoatie dan Sugiyanto, 2002: 31), di
Amerika, secara umum banjir menyebabkan kerusakan yang lebih parah
dibandingkan dengan bencana alam lainnya. Lebih jauh, banjir merupakan
bencana alam yang paling merusak dan mahal.Karena kebutuhan untuk hidup
manusia akan mengeksploitasi sumber daya alam. Alam akan selalu memberi
semua miliknya yang diambil manusia. Namun, pada dewasa ini dengan
perkembangan penduduk yang demikian pesat aktivitas untuk mengeksploitasi
habis-habisan cenderung meningkat. Manusia lebih mementingkan pemenuhan
kebutuhannya tanpa melihat turunnya keseimbangan alam. Akibatnya, alam
membentuk keseimbangan baru yang pada intinya merugikan manusia. Degradasi
lingkungan meningkat, banjir dan longsor bertambah baik secara kualitas maupun
kuantitas.
Bencana alam merupakan permasalahan yang terjadi di seluruh negara,
sepertiyang terjadi di Indonesia. Letak Indonesia yang berada di pertemuan dua
lempeng benua menjadikan bangsa Indonesia sangat rentan terhadap bencana
alam. Letak geografis, terutama geologi Indonesia sangat berpengaruh besar yaitu
tempat bertemunya lempeng Australia, lempeng Asia, lempeng Pasifik yang
(22)
5
Bencana (BNPB) merilis jumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia
sepanjang tahun 2011 mencapai angka 1.598. Jumlah tersebut memang terbilang
cukup besar namun lebih kecil ketimbang 2010 dengan jumlah 2.232 kasus.
Bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, tanah
longsor, puting beliung dan gelombang pasang merupakan jenis bencana yang
dominan di Indonesia. Data bencana tahun 2001-2011 menunjukkan bahwa
sekitar 89% dari total bencana di Indonesia didominasi Kota Medan merupakan
salah satu kota terbesar di Indonesia yang terdiri dari berbagai masyarakat yang
berasal dari suku dan budaya yang berbeda. Terutama di kota Medan cenderung
terjadi bencana banjir. Karena banjir tidak hanya menggenangi pemukiman warga
di kawasan bantaran sungai. Sejumlah kawasan juga terendam banjirseperti di
Kecamatan Sunggal, Maimun, Polonia, Marelan dan Kecamatan Tuntungan.
Ketinggian air di pemukiman warga rata-rata 30 cm.
Sejumlah jalan protokol seperti Jl. Krakatau Ujung, Jl. Keretaapi dan Jl. Letda
Sujono juga sempat terendam banjir pada Rabu malam. Air mulai surut menjelang
Kamis pagi. Ratusan personil TNI pagi itu,(6/1/2011), masih turun kelokasi untuk
mencari korban yang tenggelam di Perumahan Felamboyan, Kelurahan Tanjung
Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, akibat banjir bandang dari sungai Belawan
yang berada dikawasan itu yang terjadi rabu malam, (5/1), tersebut
Beragam masyarakat yang ada di Kota Medan disebabkan oleh berbagai faktor
penarik yang ada sehingga banyak orang yang tertarik untuk pindah ke kota
tersebut. Penduduk kota memiliki ciri penting yaitu meliputi unsur agama, suku
(23)
6
sebagian besar penduduk kota Medan bersifat terbuka, karena banyak ragam suku
yang telah bermukim di kota Medan dan bertambah di setiap tahunnya.
Banjir merupakan permasalahan umum terjadi di sebagian wilayah
Indonesia, terutama di daerah padat penduduk misalnya di kawasan perkotaan.
Oleh karena itu, kerugian yang ditimbulkannya besar baik dari segi materi
maupun kerugian jiwa, maka sudah selayaknya permasalahan banjir perlu
mendapatkan perhatian yang serius dari kita. Dengan anggapan bahwa
permasalahan banjir merupakan masalah umum, sudah semestinya dari berbagai
pihak perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan sedini
mungkin diantisipasi, untuk memperoleh kerugian yang ditimbulkan(Kodoatie
Robert, 2002). Menurut data dari Kelurahan Sukaraja, banjir di kota Medan
cenderung terjadi, seperti yang dialami masyarakat Sungai Deli, kelurahan
Sukaraja. Mereka mengakui banjir besar (kategori gawat) terjadi pada tahun 1991,
2001, 2007, 2010, dan 2011 dengan ketinggian air 1,2 m-2 m lebih memasuki
rumah dan banjir kecil (kategori sedang) terjadi hampir setiap tahunnya setelah
banjir besar (kategori gawat) dengan ketinggian 0,5 m-1,2 m (Mistra, 2007).
Banjir kecil (kategori sedang) yang terjadi di kelurahan Sukaraja pada tahun 2000,
2003, 2009, 2014, 2015.
Program pengendalian banjir membutuhkan dana besar yang diperlukan
untuk pembiayaan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengamanan
maupun pengendalian banjir. Di samping itu, masyarakat yang berada pada daerah
rawan banjir setiap saat memerlukan rasa aman dari pengaruh akibat banjir.
Dengan dana yang terbatas, pengendalian banjir harus dilakukan seoptimal
mungkin dan dilaksanakan menurut rencana dan prioritas yang baik.Akibat
(24)
7
meningkatkan nilai ekonomis penggunaan lahan. Oleh karena itu, di daerah yang
padat penduduknya, pekerjaan pengendalian banjir perlu ditingkatkan. Dengan
perkataan lain, pengendalian ini bertujuan untuk memperkecil tingkat resiko
bahaya/kerugian akibat banjir yang akan timbul(Kodoatie, 2002).
Nampaknya upaya pemerintah untuk mengendalikan banjir kalah cepat
dengan dampak akibat perubahan alam oleh aktivitas manusia. Sehingga untuk ke
depan semua orang harus merenung dan mengkaji ulang lagi konsep-konsep tata
ruang kota dikaitkan dengan peningkatan banjir dan genangan. Pada awal musim
penghujan (bulan November) tahun 2000 dan bulan-bulan awal tahun 2001,
bencana banjir terjadi di beberapa propinsi di Indonesia meliputi wilayah-wilayah
di Jawa Tengah (Semarang, Kebumen, Rembang), DIY (Bantul), Sumatera Barat,
Aceh, Manado dan juga Sumatera Utara.Dalam kurun waktu satu tahun, kerugian
akibat bencana alam di Indonesia tercatat Rp 1,5 trilyun. Bencana alam itu berupa
33 kali banjir, 25 kali tanah longsor, 14 kali gempa bumi, dll. Bencana alam itu
telah merenggut korban 692 jiwa manusia, ucap mantan WapresMegawati
Soekarnoputri pada pertemuan Badan Koordinasi Nasional (Bakornas)
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi dengan gubernur, di Istana
Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (6/3) (Kompas, 7 Maret 2001).
Di Indonesia, walaupun waktu terjadinya banjir bervariasi hampir semua
daerah menghadapi bahaya banjir yang signifikan.Berdasarkan data Departemen
Sosial (dalam Kodoatie dan Sugiyanto, 2002), kerugian dan kerusakan akibat
banjir adalah sebesar 2/3 dari semua bencana alam yang terjadi. Setiap tahun,
hampir 300 peristiwa banjir terjadi menggenangi 150.000 ha merugikan sekitar
satu juta orang.Banjir merupakan peristiwa alam yang dapat menimbulkan
(25)
8
merusak bangunan sarana dan prasarana, dan lingkungan hidup serta merusak tata
kehidupan masyarakat. Banjir yaitusuatu keadaan aliran sungai dimana
permukaan airnya lebih tinggi daripada suatuketinggian tertentu (pada umumnya
disamakan dengan ketinggian bantaran) sungai.Untuk mengatasi permasalahan
banjir yang sesungguhnya perlu diketahui secara pasti faktor-faktor penyebab
terjadinya banjir.
Banjir yang terjadi di Kota Medan merupakan permasalahan yang sampai
saat ini belum bisa diatasi oleh Pemerintahan Kota Medan. Permasalahan tersebut
ditimbulkan beberapa diantaranya karena sistem drainase yang buruk, dan sampah
yang menumpuk di berbagai kawasan termasuk di sungai-sungai yang mengalir
sepanjang kota. Banjir di Medan sendiri merupakan suatu hal yang sudah biasa
terjadi di beberapa wilayah di Kota Medan. Kota Medan secara hidrologi
dipengaruhi dan dikelilingi oleh beberapa sungai besar dan anak sungai seperti
Sungai Percut, Sungai Deli, Sungai Babura, Sei Belawan dan sungai
lainnya.Misalnya banjir Medan terjadi akibat hujan deras yang mengguyur Medan
sejak Rabu (5/1/2011) malam hingga Kamis (6/1/2011) pagi mengakibatkan
ribuan rumah terendam banjir. Banjir terparahterjadi di kawasan bantaran Sungai
Deli dan Sungai Babura.Sungai Deli meluap akibat hujan deras yang terus
mengguyur Medan sehingga tidak dapat menampung debitair. Luapan itu juga
diduga akibat banjir kiriman dari arah hulu sungai sepanjang 71 kilometer
tersebut. Ketinggian air di kawasan Sungai Deli, terutama di Kelurahan Aur,
Kampung Baru dan kelurahan Sei Mati mencapai 1 meter.Namun di beberapa
tempat, terutama yang berada persis di tepian sungai, air terlihat hingga bubungan
(26)
9
medan.html). Sepertibanjir besar (kategori gawat) yang terjadi di Kelurahan Sukaraja yang mengakibatkan sebagian rumah dan barang warga hanyut.
Dalam pengendalian banjir, perlu diketahui kearifan lokal masyarakat di
sekitar sungai dalam menangani banjir. Berdasarkan UU Lingkungan Hidup No.
32 tahun 2009,kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tataa
kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan
hidup secara lestari.Kearifan lokal yang dilakukan masyarakat sekitar sungai
yakni dengan menanam pohon bambu di pinggir sungai untuk menahan air
banjiragar tidak menggenangi rumahnya, sebagian wargaada yang membuang
sampah ke tempat sampah dan membakar sampah domestiknya di samping
rumahnya, dan sudah ada dibangun kanal di Delitua.Tetapi masyarakat sekitar
Sungai Deli cenderung membuang sampahnya ke sungai daripada membuang ke
tempat sampah karena petugas sampah tidak mengambil sampah mereka ke
daerah bawah, begitulah pengakuan mereka. Suksesnya program pengendalian
banjir juga tergantung dari aspek lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi,
lingkungan, institusi, kelembagaan, hukum dan lainnya.
Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai di Kota Medan.
Belum diperoleh konfirmasi mengenai penyebab kiriman air dari hulu. Namun,
hutan di hulu sungai kian menyusut, area hutan di sana tinggal 7,5% dari 48
hektar Daerah Aliran Sungai Deli. Padahal, setidaknya diperlukan 30% area DAS
untukresapan air. Air sungai Deli kini sudah tercemar oleh berbagai macam
limbah baik itu dari pabrik maupun limbah rumah tangga. Sungai kini terkesan
kumuh dan menjijikkan. Hal ini menyebabkan air sungai Deli menjadi berwarna
keruh kehitam-hitaman dengan bau busuk yang menyengat, tak hanya itu sampah
(27)
10
ini. Kondisi Sungai Deli masih sangat memprihatinkan. Kondisinya mirip seperti
tong sampah umum, dimana segala macam sampah dibuang begitu saja oleh
orang-orang yang tak bertanggung jawab ke Sungai Deli. Hal ini terbukti dari
banyaknya sampah yang berhasil diangkat dari sungai dalam kegiatan
pembersihan sampah dari aliran Sungai dalam hitungan jam saja. Seperti yang
dilakukan masyarakat belakangan ini, aksi bersih sungai, satu ton sampah
diangkat dari Sungai Deli oleh warga kampung Aur, Kecamatan Medan Maimun
(SIB, 8/2/2015). Banyaknya sampah yang dibuangke Sungai Deli tersebutlahyang
menghambataliran air sungai saat hujan terus-menerus sehingga terjadilah banjir
di Sungai Deli.
Setiap manusia pasti melakukan interaksi sosial antar sesamanya. Interaksi
sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan
antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun
antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Salah satu akibat bentuk
pertentangan (konflik), antara lain: tambahnya solidaritas dari in-grup. Apabila
suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, maka solidaritas antara
warga-warga kelompok tersebut biasanya akan bertambah erat. Mereka bahkan
bersedia untuk berkorban demi keutuhan kelompoknya, dalam menghadapi
ancaman-ancaman yang datang dari luar (Soerjono Soekanto, 1982: 98). Salah
satu bentuk solidaritas sosial adalah bentuk kerja sama gotong royong. Gotong
royong merupakan ciri khas perilaku yang berhubungan dengan kehidupan
masyarakat kita sebagai petani (agraris). Gotong royong sebagai bentuk kerja
sama antar individu, antar individu dengan kelompok, dan antar kelompok,
membentuk suatu norma saling percaya untuk melakukan kerjasama dalam
(28)
11
2009:2). Begitu juga dengan solidaritas masyarakat sekitar yang rumahnya agak
jauh dari sungai, pada saat terjadi banjir, merekayang tidak terkena banjir
memberikan tumpangan rumahnya agar masyarakat yang terkena banjir tinggal
sementara di rumah mereka khususnya anak-anak dan para ibu karena rasa empati
dan kepedulian mereka, memberikan bantuan makanan dan gotong royong
memindahkan barang-barang warga yang terkena banjir. Oleh karena itu, dalam
pengendalian banjirdibutuhkanpartisipasi masyarakat sekitar sungai dalam
menjaga kebersihan sungai dan solidaritas sosial (kesetiakawanan) masyarakat
Sungai Delidalam menangani banjir yang disebabkan dari meluapnya sungai
akibat banyaknya sampahdibuang ke sungai dan sedimentasi sungai.Selain itu,
dibutuhkan juga solidaritas masyarakat atasyang tinggalnyaagak jauh dari sungai
Deli dalam membantu masyarakat yang terkena banjir seperti memberikan
bantuan makanan berupa mie instan, beras,nasi bungkus, tumpangan tinggal, dan
pemindahan barang-barang sementarake rumah atas.
Setiapkehidupan masyarakat, manusia senantiasa mengalami suatu
perubahan. Perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan
fenomena sosial yang wajar, oleh karena setiap manusia mempunyai kepentingan
yang tak terbatas. Perubahan-perubahan akan nampak setelah tatanan sosial dan
kehidupan masyarakat yang baru. Kehidupan masyarakat desa, dapat
dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru. Dahulu
masyarakat desadalam khasanah sosiologidisebut masyarakat primer sebagai pola
solidaritasnya adalah solidaritas mekanis. Namun, kini proses solidaritas sosial
dan tingkat partisipasi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Proses memudarnya
ikatan kerjasama itu disebabkan berbagai faktor, misalnya: masuknya nilai-nilai
(29)
12
globalisasi dan informasi telah terjadi perubahan pada berbagai aspek dan sistem
kehidupan manusia, termasuk pada masyarakat desa dan kota. Pengaruh
globalisasi menyebabkan masyarakat desa transisi dan kota. Masyarakat desa
transisi merupakan masyarakat yang di dalamnya terdapat masyarakat asli yang
sudah turun-temurun tinggal didesa tersebut dan masyarakat pendatang yang baru
bertempat tinggal di desa tersebut. Karakteristik masyarakat transisi ini meliputi:
terjadinya tumpang tindih antara nilai-nilai tradisional dengan prosesmodern
(Zulkarnain, 2009). Begitu juga dengan solidaritas masyarakat kota transisi yang
berarti terdapat tumpang tindih antara nilai-nilai tradisional yang dianut
masyarakat asli yang lahir dikota dengan nilai-nilai modern yang dianut
masyarakat pendatang yang dari desa dan berpadulah solidaritas mekanis dan
organisnya.
Di satu sisi, nilai-nilai modern yang mempengaruhi perilaku kehidupan
masyarakat kelurahan/kota untuk meninggalkan nilai-nilai tradisional, di sisi lain
nilai-nilai tradisional yang positif harus bisa dipertahankan dan tidak harus
dihilangkan, akan tetapi dikelola secara proporsional dan fungsional, seperti
solidaritas dalam bentuk gotong royong dan tolong menolong, serta partisipasi
secara sukarela. Kondisi tersebut di masyarakat yang letaknya di pinggiran kota.
Karena kemajuan komunikasi dan kecenderungan menjadi pusat perdagangan
serta lalu lintas komunikasi yang akan mengalami perubahan drastis. Perubahan
ini akan paling terasa pada masyarakat desa transisi dan masyarakat kota tersebut
dalam pergeseran solidaritas (Zulkarnain, 2009:3). Begitu juga dalam masyarakat
Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja pun terjadipergeseran solidaritas masyarakat
sekitar Sungai dalam hal memberikan bantuan makanan, tumpangan rumah dan
(30)
13
keseringan terjadi banjir di sana.Pergeseran solidaritas masyarakat yang dirasakan
masyarakat sekitar adalah semakin berkurangnya bantuan yang diberikan kepada
mereka yang terkena banjir kecil (banjir sedang). Dulunya pada tahun 1991, 2001,
2007, 2010 dan 2011, saat terjadinya banjir besar/kategori banjir gawat (dengan
ketinggian air di atas 1,2 m- 2 m lebih memasuki rumah), banyak bantuan
makanan yang diberikan dari etnis Cina di daerah atas, perusahaan Lion Air,
lurah, partai politik. Tetapi kalau terjadi banjir kecil/banjir sedang (ketinggian
air0,5-1,2 m memasuki rumah),semakin sedikit masyarakat yang membantu
korban yang terkena banjir bahkan hanya kepala lingkungan mereka yang
memberikan bantuan berupa mie instan, nasi bungkus, tumpangan rumah
sementara, dan pemindahan barang, begitu lah pengakuan Bu Mardiana, warga
lingkungan V yang sering terkena banjir.Hal ini terjadi karena penghuni masih
bisa berdiam di rumah paling tidak di bawah atap rumah (loteng). Berkurangnya
solidaritas masyarakat dalam bentuk bantuan makanan yang diberikan tersebut
karena faktor keuangan keluarga yang mengalami penurunan nilaidisebabkan
karenabiasanya banjir terjadi di awal dan akhir tahun.
Karena permasalahan banjir dan pergeseran solidaritassosial tersebut lah
yang menarik perhatian penulis meneliti tentang Pergeseran Solidaritas Sosial
pada Masyarakat yang Terkena Banjir.Agar masyarakat dapat mengendalikan
banjir dengan menjaga kelestarian sungai,masyarakat sekitar dan pengguna jalan
raya diharapkantidak membuang sampah ke sungai, menanam bambu, dan
menggunakan kanal di Delitua untuk mencegah terjadinya banjir jika hujan terus
menerus sehingga masyarakat yang terkena banjir tidak selalu bergantung pada
bantuan orang lain meskipunjika terjadi banjir besar, solidaritas masyarakat
(31)
14 1.2.Rumusan Masalah:
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Apakah ada atau tidak pergeseran solidaritas sosialsekitar Sungai
DeliKelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun, pada masyarakat
yang terkena banjir?
2. Bagaimana pergeseran solidaritas sosial sekitar Sungai Deli pada
masyarakat yang terkena banjir?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan yang
diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada atau tidak pergeseran solidaritas sosial
sekitarSungai Deli Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun, pada
masyarakat yang terkena banjir?
2. Bagaimana pergeseran solidaritas sosial sekitar Sungai Deli pada
masyarakat yang terkena banjir?
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memenuhi manfaat penelitian antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
kajian ilmiah untukmeningkatkan dan mengembangkan konsep-konsep sosiologi,
(32)
15
yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa
sosiologi selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi
sebagai bahan pertimbangan dalam menangani terjadinya banjir agar masyarakat
sekitar daerah aliran sungai tidak kesulitan menanggulanginya jika bantuan
solidaritas masyarakat dari luar kelurahan berkurang dan agar mereka tetap
menjaga solidaritas masyarakat sekitarnya dalam bantuan makanan dan tolong
menolong yang diberikan dalam menangani banjir yang terjadi.
1.5. Defenisi Konsep
Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk
memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah
defenisi abstraksi mengenai gejala atau realita ataupun pengertian yang nantinya
akan menjelaskan suatu gejala (Moleong, 2006:667). Berdasarkan uraian di atas
dan berdasarkan topik permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, dapat
diambil batasan dalam konseptual, yaitu sebagai berikut:
1.5.1. Banjir
Banjir adalahperistiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam darata
perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam
air.Dalam arti "air mengalir", juga dapat berarti masuknya
(33)
16
meluap/menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir).
1.5.2. Solidaritas Sosial
Solidaritas sosial adalah kesetiakawanan yang menunjuk pada satu
keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan
moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman
emosional bersama. Solidaritas sosial dibagi dua yaitu: pertama, mekanik adalah
solidaritas sosial yang didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” bersama yang
menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen
bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu, cita-cita, dan
komitmen moral. Sedangkan yang kedua, organik adalah solidaritas yang muncul
dari ketergantungan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya
akibat spesialisasi jabatan (pembagian kerja).
1.5.3. Pergeseran Solidaritas Sosial
Pergeseran solidaritas sosial adalah perubahan yang terjadi dalam
masyarakat dalam hal memberikan bantuan dan tolong menolongyang semakin
sedikit kepada masyarakat yang terkena banjir. Dalam kehidupannya, masyarakat
yang memberikan bantuan kepada warga yang terkena banjir semakin berkurang
jumlahnya dari tahun ke tahun.
1.5.4. Masyarakat Sekitar Sungai
Masyarakat sekitar sungai adalah sekelompok orang yang tinggal/ hidup
(34)
17
sungainyadengan jarak 50 sampai 100 meter dan merupakan kawasan sempadan
sungai dan daerah Slum area yang ditempati oleh masyarakat.
Masyarakatsekitar Sungaimerupakan masyarakat yang sering terkena
genangan air banjir termasuk yang tinggal di dekat sungai. Masyarakat banjir
biasanya mengetahui kapan banjir akan terjadi dan telah terbiasa menghadapi
banjir tersebut. Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya banjir di tempat tinggal
mereka seperti tanah tempat tinggal mereka yang rendah. Akibatnya apabila hujan
terus-menerus, banjir akan menggenangi jalanan yang berada di depan rumah
masyarakat ini bahkan sampai masuk ke dalam halaman dan rumah.
1.6. Defenisi Operasional Variabel
Defenisi operasional adalah merupakan unsur-unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana caranya mengukur variabel (Singarimbun, 1989:34).
Konkritnya, defenisi operasional variabel adalah berisikan tentang
indikator-indikator (pengukur) suatu variabel sedangkan indikator-indikator adalah faktor-faktor atau
kejadian-kejadian yang digunakan untuk mengukur variabel.Adapun variabel
penelitian ini menurut kebutuhan penelitian ini, yaitu:
a. Variabel Solidaritas Sosial Sekitar Sungai Deli .
Untuk dapat mengukur variabel ini, maka peneliti memberikan
indikator-indikator solidaritas masyarakat sebagai berikut:
1. Masyarakat yang memberikan bantuan makanan berupa mie instan, beras, nasi bungkus, telur,dan gula.
2. Masyarakat yang memberikanbantuan berupa tumpangan tinggal di rumahnya.
3. Masyarakat yang memberikan bantuan dengan memindahkan barang-barang dari rumahnya ke rumah yang tidak terkena banjir.
(35)
18
b. VariabelMasyarakat yang Terkena Banjir
Yang menjadi indikator masyarakat yang terkena banjir adalah:
1. Masyarakat berdasarkan jenis kelamin.
2. Masyarakat berdasarkan usia.
3. Masyarakat berdasarkan agama.
4. Masyarakat berdasarkan suku bangsa.
5. Masyarakat berdasarkan pendidikan terakhir.
6. Masyarakat berdasarkan pekerjaan.
(36)
19 BAB II
KERANGKA TEORI
2.1. Peristiwa Banjir Medan
Banjir ialah keadaan air yang menenggelami atau mengenangi sesuatu
kawasan atau tempat yang luas. Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah
sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang
terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia
seperti desa, kota, dan permukiman lain
banjir/genangan yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan
kedua peristiwa banjir terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit
banjir tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari
kapasitas pengaliran sungai yang ada (Kodoatie, 2002). Peristiwa banjir sendiri
tidak menjadi permasalahan, apabila tidak mengganggu terhadap aktivitas atau
kepentingan manusia dan permasalahan ini timbul setelah manusia melakukan
kegiatan pada daerah dataran banjir. Maka, perlu adanya pengaturan daerah
dataran banjir, untuk mengurangi kerugian akibat banjir.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas
saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan
rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski
kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan
badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari
(37)
20
lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti
bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir
periodik. Banjir berlaku apabila sesuatu kawasan, selalunya kawasan rendah,
ditenggelami dengan air. Banjir yang buruk biasanya akan berlaku apabila air
sungai melimpah tebing sungai berkenaan. Banjir berlaku apabila tanah dan
tumbuh-tumbuhan tidak dapat menyerap ke semua air
di atas tanah berkenaan. Air ini tidak dapat ditampung oleh aliran sungai atau
kolam semula jadi atau disimpan dalam tempat takungan air buatan manusia.
Akibat hujan deras yang melanda Medan, ribuan rumah yang ada di lima
daerah Kecamatan kota Medan terendam banjir. Debit air di pemukiman warga,
terutama di bantaran Sungai Deli cenderung naik. Warga dihimbau mengungsi
dan tidak bertahan di rumah mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Imbauan
untuk mengungsi telah disampaikan kepada warga di lokasi banjir di Kecamatan
Medan Polonia sejak Kamis (4/1/2011) siang. Sebagai antisipasi, pihak kecamatan
mendirikan tenda penampungan di sejumlah titik, termasuk di samping kantor
Camat Medan Polonia. Pihak kecamatan juga mendirikan dapur umum karena
peralatan masak warga ikut terendam banjir.
Wilayah Kecamatan Medan Maimun menjadi kawasan terparah akibat
bencana banjir besar yang melanda Kota Medan dan sekitar di Sumatera Utara.
Enam kelurahan di kecamatan ini ikut diterjang luapan air Sungai Deli yang
mengalir di tengah Kota Medan. Enam kelurahan tersebut adalah Kelurahan Aur,
Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Jati, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan
Hamdan dan Kelurahan Sei Mati. Totalnya, hampir sekitar 3.000 rumah warga
(38)
21
kota, namun dalam bencana banjir kali ini, wilayah Kecamatan Medan Maimun
terkena dampak paling buruk. Sebelumnya, di akhir tahun 2010, Kelurahan Aur
juga sempat terendam banjir. Saat itu, Sungai Deli yang meluap juga sempat
mencapai ketinggian hingga satu meter dan merendam ratusan rumah di kawasan
itu. Bahkan, Dinas Kesehatan Medan juga sempat menurunkan tim medis untuk
mengantisipasi munculnya berbagai penyakit. Pada saat banjir tahun 2011 lalu
terjadi puluhan posko sudah didirikan di sekitar Kecamatan Medan Maimun
tersebut untuk menampung para korban banjir. Selain itu, sejumlah dapur umum
juga dibuat untuk menyediakan makanan bagi para korban. Dapur umum yang
terdapat di Jalan Brigjen Katamso menjadi yang terbanyak dan di kantor lurah
Sukaraja dijadikan dapur untuk memasakmie instan, nasi dan ikan. Kota Medan
dilanda banjir terbesar dalam satu dekade terakhir. Ribuan rumah warga terendam
akibat luapan sungai yang tak mampu menampung debit air dari hulu.
2.2. Solidaritas Sosial
Konsep solidaritas sosial merupakan kepedulian secara bersama kelompok
yang menunjukkan pada suatu hubungan antara individu dan/atau kelompok yang
didasarkan pada persamaan moral, kolektif yang sama, dan kepercayaan yang
dianut serta diperkuat oleh pengalaman emosional (Jhonson, 1981). Prinsip
solidaritas sosial adalah saling tolong menolong, bekerja sama, saling membagi
hasil panen, menyokong proyek, secara keuangan dan tenaga kerja dan lainnya.
Menurut Redfield (dalam Laiya, 1983:5), solidaritas sosial adalah kekuatan
persatuan internal dari suatu kelompok.
Solidaritas juga dipengaruhi interaksi sosial yang berlangsung karena
(39)
22
(community sentiment), unsur-unsurnyamenurut Redfield (dalam Laiya, 1983)
meliputi: (1) Seperasaan, yaitu karena seseorang berusaha mengidentifikasi
dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut, sehingga
kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami (warga);
Sepenanggungan, yaitu setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok
dan keadaan masyarakat sendiri sangat memungkinkan peranannya dalam
kelompok yang dijalankan; dan saling butuh, yaitu individu yang tergantung
dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada komunitasnya
meliputi fisik maupun psikologinya.
Kelompok sosial sebenarnya merupakan sel-sel suatu masyarakat.
Ketahanan seseorang tergantung pada partisipasinya dalam kehidupan sosial atau
pada penggunaan hasil kehidupan bersama. Suatu kelompok sosial merupakan
suatu masyarakat dalam bentuknya yang paling kecil.Solidaritas sosial merupakan
kohesi yang ada antara anggota suatu asosiasi, kelompok, kelas sosial atau kasta,
dan di antara berbagai pribadi, kelompok, maupun kelas-kelas yang membentuk
masyarakat atau bagian-bagiannya. Kohesi ini berakar pada struktur dan
proses-proses esensial seperti kelompok kekerabatan, bahasa atau agama yang sama, dan
wilayah tempat tinggal. Selain itu, akarnya adalah hubungan antara pria dan
wanita dan saling ketergantungannya, partisipasi dalam suatu organisasi ekonomi
yang rumit, maupun pengalaman hidup yang pahit dan membahagiakan.
Solidaritas sosial ini menghasilkan persamaan, saling ketergantungan, dan
pengalaman yang sama, merupakan unsur pengikat bagi unit-unit kolektif seperti
keluarga, rukun tetangga, komuniti, dan negara. Walaupun tampak samar, gejala
(40)
23
kekuatannya, menentukan sampai sejauh mana suatu masyarakat dan
bagian-bagiannya merupakan kesatuan yang terintegrasi.
Pada umumnya, dikenal adanya dua tipe mendasar solidaritas sosial, dalam
bentuk ekstrimnya, sehingga dalam kenyataan ditemukan derajat-derajat tertentu
di antara kedua tipe mendasar itu. Herbert Spencer mengingatkan pada fakta
bahwa unsur-unsur solidaritas sosial berubah apabila kebudayaan berakumulasi
dan peradaban bertambah rumit. Defenisi evolusi sebagai suatu transisi,
menunjukkan hakikat perubahan. Menurut Spencer, evolusi merupakan transisi:
Spenser menganggap perubahan dari suatu persatuan persamaan ke arah taraf
kohesi disebabkan karena pengkhususan, pembagian kerja, dan saling
ketergantungan antara berbagai bagian masyarakat. Hal itu semua merupakan
faktor utama dalam evolusi.
Walaupun terdapat perbedaan kecil, menurut Emile Durkheim, terdapat
dua tipe solidaritas sosial mendasar. Yang satu dilandaskan pada persamaan,
sedangkan yang lain didasarkan pada perbedaan sebagai kurang mandirinya
berbagai bagian masyarakat. Kohesi yang timbul karena persamaan ras, kerabat,
bahasa, tempat tinggal, kepercayaan politik, agama, pengalaman, dan ciri-ciri,
timbul secara serta merta. Durkheim menamakannya solidaritas mekanis.
Persamaan mendasar tersebut juga menjadi sumber bagi bentuk kehidupan
bersama yang oleh Tonnies disebut gemeinschaft yang merupakan kreasi
kehendak kelompok yang alamiah. Tipe solidaritas ini penting bagi kelompok
kecil yang terisolasi,homogen dan statis. Tipe solidaritas itu lemah pada
masyarakat yang populasinya besar, heterogen, mobilitas tinggi, dan yang
kompleks, dan mempunyai mobilitas tinggi, maka tipe solidaritas ini akan
(41)
terus-24
menerus. Apabila masyarakat yang kecil, bersahaja, elementer, dan stabil berubah
menjadi besar, interdependen, solidaritas sosial ini kuat di tempat-tempat yang
hampir tak ada pembagian kerja. Misalnya, pada bidang ekonomi, persamaan
mengakibatkan terjadinya persaingan dan pertikaian dan bukan kohesi. Tipe
solidaritas kedua oleh Durkheim dinamakan solidaritas organis. Solidaritas ini
didasarkan pada perbedaan. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa tidak semua
perbedaan sosial mengakibatkan terjadinya kohesi, oleh karena ada unsur tertentu
yang efeknya berbeda. Perbedaan yang berperan terhadap kohesi sosial adalah
yang saling melengkapi atau merupakan pasangan. Misalnya, perbedaan antara
wanita dengan pria menyebabkan kedua jenis kelamin itu saling tergantung satu
dengan lainnya.
Kedua tipe solidaritas tersebut dapat ditemukan pada hampir setiap
kehidupan bersama atau kelompok sosial. Akan tetapi, pada kasus tertentu, tipe
pertama lebih relevan, sedangkan pada kasus lain, yang lebih penting adalah tipe
yang kedua. Pada umumnya, pada kelompok kecil yang terisolasi, peranan
solidaritas mekanis sangat besar. Pada titik ekstrim lain, pada urbanisasi
hampir-hampir tidak ada solidaritas mekanis, dan masyarakat tergantung pada solidaritas
organis. Oleh karena itu, contoh masyarakat yang solidaritas mekanisnya berperan
adalah masyarakat bersahaja yang masih kurang berhubungan dengan dunia luar.
Akan tetapi, pengaruh solidaritas masih ada pada masyarakat pedesaan, yang
warganya masih bertani untuk konsumsi keluarga atau bagi pasaran setempat.
Secara umum, konsepsi Spencer dapat diperbaiki dengan menafsirkan bahwa
kalau terjadi perkembangan sosial evolusioner, maka solidaritas berdasarkan
homogenitas akan pudar. Selanjutnya, akan terjadi pembagian kerja yang akan
(42)
25
Solidaritas di kota metropolitan cenderung dilandaskan pada hubungan
formal dan kontraktual yang timbul dari pembagian kerja, spesialisasi, dan suatu
taraf interdependensi tertentu antara berbagai unit sosial. Tipe solidaritas tersebut
agak kurang stabil, karena mudah terpengaruh oleh proses-proses dan kekuatan
perubahan sosial. Apabila solidaritas timbul dari persamaan, maka efeknya positif.
Efek negatif terjadi apabila solidaritas itu tidak timbul dari persamaan tetapi dari
perbedaan. Menurut Durkheim, sosiolog Prancis (1858-1917), masyarakat kota
berbeda dengan masyarakat pedesaan pada jenis solidaritasnya. Di pedesaan yang
dominan adalah solidaritas mekanis, sedangkan di perkotaan solidaritas organis.
Solidaritas mekanis adalah suatu solidaritas dari kemiripan (resemblance).
Ciri-ciri utamanya adalah bahwa perbedaan di antara para individunya amat kecil.
Mereka sebagai anggota dari kolektivitas yang sama, memiliki kemiripan karena
merasakan emosi yang sama, mendambakan nilai-nilai yang sama dan
mensucikan perkara-perkara yang sama.
Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda
dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana
mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan masyarakat
modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi, solidaritas sosial
masyarakat terdiri dari dua bentuk yaitu:
1. Solidaritas sosial mekanik.
Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap
individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri indvidu lagi, melainkan
hanya sekedar makhluk kolektif. Jadi, masing-masing individu diserap dalam
(43)
26
2. Solidaritas sosial organik
Solidaritas organik berasal dari semakin terdiferensiasi dan kompleksitas
dalam pembagian kerja yang menyertai perkembangan sosial. Durkheim
merumuskan gejala pembagian kerja sebagai manifestasi dan konsekuensi
perubahan dalam nilai-nilai sosial yang bersifat umum.
Pada solidaritas organis terdapat konsensus mufakat serta kesatuan
keterlibatan pada kolektivitas. Ini sebagai ekspresi dari diferensiasi tadi.
Durkheim menyebut solidaritasnya yang dihasilkan oleh diferensiasi itu organis,
karena ia mengasosiasikannya dengan organisme hidup yang bagian-bagiannya
tidak sama (memiliki tugas yang berbeda-beda). Masyarakat dengan solidaritas
organis berlainan sekali dengan masyarakat primitif (sederhana) yang bercirikan
solidaritas mekanis. Masyarakat pedesaan dalam kondisi demikian itu bersifat
segmental, artinya situasinya serba lokal, serba terpencil. Karena komunikasinya dengan dunia luar juga serba terbatas. Tetapi pembagian kerja menurut Durkheim
adalah diferensiasi mata pencaharian dan pembiakan kegiatan berindustri
merupakan ekspresi saja dari diferensiasi sosial. Adapun ini bersumber pada
solidaritas mekanis dan struktur segmental. Pada masyarakat yang bercirikan
diferensiasi pada individunya, setiap orang memiliki kebebasan untuk percaya,
menginginkan dan berbuat sesuai dengan yang dikehendakinya sendiri dalam
segala situasi. Sebaliknya di dalam masyarakat yang bersolidaritas mekanis,
sebagian besar dari eksistensi diatur oleh berbagai keharusan, perintah dan
larangan atau pantangan sosial. Sebutan sosial di sini adalah keharusan dan
larangan tersebut dikenakan atas mayoritas dari kelompok. Adapun individu
diharapkan mengakui aneka keharusan dan larangan tadi sebagai kekuasaan pihak
(44)
27
Kekuatan mufakat kolektif itu berimpit dengan luas jangkauannya. Makin
kuat mufakat kolektif, maka hiduplah kemarahan orang terhadap kejahatan, dan
orang loyal terhadap pengetatan larangan sosial. Sebenarnya mufakat kolektif itu
mengenalpengkhususannya pula. Tiap perbuatan dalam kehidupan
kemasyarakatan, khususnya pada upacara-upacara keagamaan terdapat ketelitian
yang ekstrim, yaitu apa-apa yang harus dilakukan dan dipercaya.Sebaliknya,
menurut Durkheim pada solidaritas organis terjadilah pengurangan suasana yang
dikehendaki oleh mufakat kolektif serta pelembekan terhadap reaksi kolektif
terhadap pengetatan larangan. Di situ, individu memiliki keleluasan untuk
menafsirkan suatu keharusan sosial. Misalnya, jika dalam masyarakat
bersolidaritas mekanis orang menerima saja upah sebagai hasil kerjanya, maka
pada masyarakat bersolidaritas organis orang harus menerima upahnya sesuai
dengan haknya yang pantas. Dengan demikian, Durkheim menyimpulkan bahwa
sebenarnya individu itu tak terjadi karena masyarakat, tetapi masyarakat terjadi
karena individu(http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/06/teori-tindakan dan
teorisistem talcott.html).
2.2.1. Solidaritas Kelompok Masyarakat
Dalam kehidupan bersama manusia terdapat solidaritas kelompok atau
kesetiakawanan antar individu dalam kelompoknya. Terdapat solidaritas
kelompok yang tinggi, apabila tiap anggota kelompok mengalami bahwa tugas
kewjiban yang diserahi kepada masing-masing, dalam berbagai macam keadaan,
memang dikerjakan baik sesuai yang diharapkan sebelumnya; dengan kata lain
terdapat solidaritas yang tinggi dalam kelompok, tergantung kepercayaan
(45)
28
baik. Juga solidaritas kelompok mempunyai hubungan yang erat dengan
sikap-sikap para anggotanya terhadap norma-norma kegiatan kelompok. Dalam hipotesa
sosiologi mengenai kehidupan kelompok dan hubungannya dengan solidaritas
kelompok Sutherland mengemukakan sebuah ilustrasi sbb:
“Dalam kehidupan petani di pedesaan-pedesaan, tiap individu dikelilingi
sanak keluarganya, dan keluarga besar ini menentukan karier serta cita-cita
hidupnya, kepuasan utama yang dirasakan tiap individu adalah kerjasama
dengan kelompoknya, di dalam kelompoknya inilah tiap individu
memperoleh keamanan/ketenteraman yang sempurna, karena tiap
kelompok memelihara bila ia sakit atau tertimpa kecelakaan, hari tua atau
keadaan-keadaan darurat lainnya. Amal yang demikian ini dianggap
mereka sebagai hal yang sewajarnya, mereka tidak malu atau merasa
rendah diri pada saat-saat menderita sakit dsb-nya itu. Bahkan kelompok
keluarga besar ini dibantu oleh masyarakat di sekelilingnya yang juga
harmonis dalam tradisi kebudayaannya.”
Dari ilustrasi di atas jelaslah bahwa dalam kelompok yang diferensiasi sosialnya
yang begitu sederhana (tidak komplek); suasana hidup bersifat kekeluargaan yang
intim. Di pedesaan Jawa Tengah-Timur terdapat semboyan atau pepatah yang
berbunyi: “ora sanak ora kadang yen mati melu kelangan”. Yang artinya “bukan
sanak saudara, namun bila meninggal ikut kehilangan”; mungkin inilah rasa
solidaritas kelompok yang tinggi yang masih dapat dijumpai di pedesaan.
Solidaritas yang tinggi ini biasanya dicerminkan pula dengan sikap sosial kontrol
yang kuat, dalam melindungi berlakunya norma-norma sosial pada kelompok
bersangkutan, yang karenanya dalam kehidupan kelompok yang demikian jarang
(46)
29
Begitu juga dengan solidaritas masyarakat di sekitar pemukiman sungai
Deli ini, mereka saling tolong menolong di saat warga yang lain kesusahan.
Mereka rajin mengikuti perkumpulan STM (Serikat Tolong Menolong) Al
Muklish dan anggotanya saling membantu jika ada warga sekitarnya yang
tertimpa kemalangan (meninggal) dan membantumasyarakat yang tergenang
banjir berupa bantuan makanan, bantuan memindahkan baranag-barang ke tempat
yang aman, dan memberikan tumpangan tinggal sementara. Masyarakatatas (etnis
Cina dan pribumi)yang tinggalnya agak jauh dari sungai dan kepala lurah juga
bersedia menolong warga dalam memberikan tumpangan tinggal di rumahnya
yang lebih aman dari banjir. Dan masyarakat atas/yang tinggal agak jauh dari
Sungaiseperti etnis Cina juga turut membantu dalam hal memberikan makanan
berupa mie instan, nasi bungkus, dan beras dan gulakepada mereka yang terkena
banjir karena rasa empati dan kepedulian kepada tetangganya.
2.3. Bentuk Solidaritas Masyarakat Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir.
Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa
masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern.
Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim
dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas
sosialnya. Bentuk solidaritas sosial terbagi 2 yaitu solidaritas sosial mekanik dan
solidaritas sosial organik. Solidaritas masyarakat terjadi pada masyarakat
sederhana dan solidaritas organik terjadi pada masyarakat modern dan cenderung
di kota. Maka, solidaritas yang yang terjadi di Kota Medan khususnya kelurahan
(47)
30
masyarakat adalah solidaritas organik karena ada kontrak kerja/pembagian kerja,
dan keinginan golongan.
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem
semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat pluralis
berarti masyarakat yang memiliki keberagaman budaya dan suku yang menjadi
latar belakangnya. Suatu kawasan yang ditempati oleh masyarakat pluralis berarti
kawasan tersebut terdiri dari penduduk yang berbeda budaya seperti Batak, Jawa,
Karo, India, dan Cina. Ada berbagai faktor penarik masyarakat pluralis yang
menempati suatu kawasan tempat tinggal. Lokasi tempat tinggal yang strategis
dapat menarik perhatian masyarakat termasuk masyarakat pluralis. Setelah
menempati lokasi itu, masyarakat pluralis biasanya berbaur dengan tetangga yang
berada di sebelah dan di dekat rumahnya. Selain itu, asimilasi juga merupakan
faktor utama masyarakat pluralis tinggal di kawasan tempat tinggal yang terdiri
dari penduduk yang berasal dari budaya dan suku yang berbeda. Perkawinan
campuran yang dilakukan membuat mereka dapat berbaur dengan mudah di
kawasan tempat tinggal yang juga terdiri dari berbagai masyarakat pluralis.
Kesadaran sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang
lain membuat masyarakat pluralis biasanya mau berbaur dengan dengan
tetangganya meskipun berbeda etnis. Berbagai kegiatan yang dilakukan di
kawasan tempat tinggal juga membuat masyarakat pluralis semakin mengenal
tetangga yang ada di sekitar rumahnya seperti kerja bakti. Dan masyarakat pluralis
(48)
31
Etnis Cina menganut Confucianism menjadi maju karena ajarannya yang
tidak menyukai kekerasan. Salah satu hal penting yang diajarkan ialah "Janganlah
berbuat sesuatu yang kau tak inginkan orang berbuat kepadamu". Prinsip lainnya
adalah "Kalau kamu hidup mampu, jangan sampai saudara-saudaramu hidup
berkekurangan".Itulah salah satu prinsip yang menyebabkan keluarga keturunan
Cina selalu memperhatikan saudara-saudara, jadi kalau yang satu kaya akan
membantu yang kekurangan: memberikan pekerjaan, membantu secara moral dan
finansial. Hal-hal yang telah dipaparkan di atas dilakukan masyarakat Cina dalam
menghadapi berbagai bencana alam yang terjadi di sekitar lingkungannya
termasuk dalam menghadapi banjir. Masyarakat Cina biasa tidak panik di dalam
menghadapi bencana alam seperti pula bencana banjir yang terjadi yang sering
terjadi beberapa kurun waktu terakhir. Masyarakat Cina pun cenderung bersikap
ulet di dalam menghadapi bencana banjir. Mereka menghadapi bencana yang
banjir dengan segera bertindak dibanding mengeluh. Seperti pada kejadian banjir
besar yang terjadi pada tahun 2011 lalu (01/04) di Lingkungan VIII, Kelurahan
Sukaraja, Medan Maimun, masyarakat Cina yang mengetahui bahwa air mulai
masuk ke dalam rumah segera mengambil tindakan agar tidak terjebak di dalam
banjir yang bisa dikatakan merupakan banjir yang palingparah dalam beberapa
kurun waktu terakhir dengan ketinggian air 2 m lebih sampai bubungan atap.
Mereka cenderung segera melakukan berbagai tindakan penyelamatan
terhadap anggota keluarga. Mereka langsung mengingatkan dan juga
mempersiapkan hal-hal lain yang berhubungan dengan dampak yang bisa
ditimbulkan dalam menghadapi bencana banjir. Selain itu, mereka cenderung
tidak mengeluh karena mereka menyadari bahwa mengeluh hanya akan
(49)
32
menghadapi banjir. Masyarakat Cina juga tidak segan membantu orang lain di
luar dari lingkungan keluarga mereka. Alasannya adalah masyarakat Cina percaya
bahwa apa yang mereka lakukan terhadap orang lain juga akan mereka terima di
dalam perlakuan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang mau
menolong tidak hanya pada keluarga sendiri yang membuat masyarakat ini juga
akan mendapat bantuan apabila ada bencana yang datang secara tidak terduga.
Jadi, masyarakat Cina yang terkenal ahli di dalam perdagangan pun memiliki
keahlian tertentu di dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang
lain di dalam kehidupannya, karena masyarakat ini juga menerapkan prinsip
tersebut di dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dalam menghadapi berbagai
bencana alam yang bisa datang sewaktu-waktu tanpa bisa diperkirakan.
Masyarakat Cina segera memberikan bantuan berupa beberapa kilo beras, telur
dan nasi bungkus kepada masyarakat yang terkena banjir di sanayang berbeda
etnis dengan mereka seperti masyarakat Jawa, Batak, Mandailing, dan India
n masyarakat Cina, lurah juga memberikan bantuan makanan kepada masyarakat
yang terkena banjir yaitu berupa nasi bungkus, mie instan, tumpangan tempat
tinggal, dapur umum di Kantor lurah. Mereka saling memberikan bantuannya
tanpamemandang perbedaan etnis dan agama mereka.
2.3.1. Pergeseran Solidaritas Sosial Sekitar Sungai pada Masyarakat Banjir.
Solidaritas sosial adalah perasaan yang secara kelompok memiliki
nilai-nilai yang sama atau kewajiban moral untuk memenuhi harapan-harapan peran
(50)
33
membantu, saling peduli, bisa bekerja sama, saling membagi hasil panen, dan
bekerja sama dalam mendukung pembangunan di desa baik secara keuangan
maupun tenaga dan sebagainya. Tradisi solidaritas sosial yang telah ada pada
masyarakat kita secara terus menerus harus tetap dilestarikan dari generasi ke
generasi berikutnya akan tetapi karena dinamika budaya tidak ada yang statis,
terjadilah beberapa perubahan secara eksternal dan internal. Unsur kekuatan yang
merubah adalah modernisasi yang telah mempengaruhi tradisi solidaritas sosial.
Selain itu, perubahan solidaritas sosial tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain: (a) meningkatnya tingkat pendidikan anggota keluarga sehingga dapat
berpikir lebih luas dan lebih memahami arti dan kewajiban mereka sebagai
manusia, (b) perubahan tingkat sosial dan corak gaya hidup kadang-kadang
menciptakan kerenggangan di antara sesama anggota keluarga, (c) Sikap egoistik,
bila seseorang individu terlalu mementingkan diri sendiri dan keluarganya, lalu
mengorbankan kepentingan masyarakat (Zulkarnain Nst, 2009:3).
Bentuk perubahan solidaritas sosial yang telah terjadi dalam masyarakat
desa dan kota antara lain: (a) Adanya kecenderungan pada masyarakat kita,
khususnya masyarakat desa transisi pada warga asli dan warga pendatang berupa
kecurigaan terhadap orang lain yang dianggap sebagai lawan yang berbahaya, ini
bisa mengakibatkan terjadinya konflik antar kedua masyarakat tersebut. (b)
Semakin menipisnya tingkat saling percaya dantolong menolong dalam kehidupan
masyarakat, sehingga mengakibatkan menurunnya rasa solidaritas sosial dalam
proses kehidupan. Upaya memelihara solidaritas sosial dan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan tidaklah semudah yang dibayangkan, karena solidaritas
(51)
34
Nilai-nilai solidaritas sosial pada masyarakat desa transisi: (1) tumbuh
dari pertautan (integrasi) antara nilai tradisi lokal dengan nilai modern, akibat
terjadinya interaksi antar kedua warga tersebut, (2) Nilai-nilai solidaritas yang
memiliki kearifan lokal pada masyarakat dusun dan masyarakat perumahan yang
positif harus dipelihara seiring dengan banyaknya pembangunan perumahan baru
diwilayahpedesaan, karena nilai-nilai tersebut cenderungmeningkatkan partisipasi
dalampembangunan. Pihak pengembang perumahan berkewajiban mengontrol
dan melakukan kerjasama dengan aparat desa dan tokoh masyarakat di lingkungan
masing-masing terhadap proses sosial yang berkembang di pemukiman baru, agar
segala gejalanegatif yang muncul dapat segeradiantisipasi,misalnya gejala
segregasi sosial (mengabaikan kelangsungan sosial dan budaya karena menurut
perhitungan ekonomi dianggap tidak menguntungkan developer), konflik sosial
dan dislokasi sosial (perubahan pemukiman penduduk dalam jumlah besar dan
waktu relatif cepat) sehingga menimbulkan masalah sosial.
Pergeseran solidaritas sosial masyarakat kelurahan Sukaraja pada
masyarakat yang terkena banjir juga jelas terjadi. Pergeserannya adalah dulunya
saat banjir besar terjadi, masyarakat atas, lurah, dan perusahaan Lion, partai
politik seperti PKS, Golkar banyak memberikan bantuanberupa beras, nasi
bungkus, mie instan sebanyak jumlah anggota keluarga per Kepala Keluarga
kepada mereka yang terkena banjir tetapi belakangan ini pada saat banjir terjadi,
masyarakat atas (etnis Cina), lurah, perusahaan Lion, dan partai politik sedikit
yang memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena banjir. Warga
mengakui, hanya pada saat banjir besar (dengan ketinggian air di atas 1,2 m-2 m
(1)
122
2014 pukul 23.30).
diakses tanggal 25 Juli 2014 pukul 23.35).
Agustus 2014 pukul 23.35).
http//www.pemkomedan.com (diakses tanggal 27 Februari 2015 pukul 23.00) Sumber Jurnal:
Pratomo AJ. 2008. Analisis Kerentanan Banjir di Daerah Aliran Sungai Sengkarang Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah dengan Bantuan Sistem Informasi Geografis. (Skripsi Tidak Dipublikasikan). Fakultas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. (diakses tanggal 25 Maret 2015).
Somantri L, 2008. Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh Untuk Mengidentifikasi Kerentanan dan Resiko Banjir.Jurnal Gea, Jurusan Pendidikan Geografi, Vol. 8, No. 2, Oktober 2008. (diakses tanggal 25 Maret 2015).
(2)
123
LAMPIRAN FOTO
1.
Situasi Masyarakat Saat Terjadi Banjir Besar.
Banjir Medan di sekitar Sungai Deli, rumah warga terendam banjir hingga dua meter. Banjir dari luapan Sungai Deli setelah hujan deras mengguyur Kota Medan dan sekitarnya. Baru mulai surut keesokannya (Jumat)sekitar pukul 07.00.Menurut Mardiana, sejak air naik hingga warga yang rumahnya terendam banjir belum mendapat bantuan apa-apa dari pemerintah. Terpaksa mereka harus membeli nasi bungkus karena bantuan pemerintah tak ada. Kalaupun ada bantuan, paling cuma dibantu makan siang dua bungkus untuk satu kepala keluarga. Bantuan itu mana mencukupi, sementara kami sekeluarga ada lima orang dan tak bisa bekerja selama banjir seperti ini untuk mencari uang. Dengan kondisi air yang terus mengalami kenaikan hingga 1,5 meter. Warga sudah mengungsi ke rumah tetangga yang tinggal di atas yang memerikan tumpangan rumah. Sedangkan untuk bantuan untuk makan siang, pemerintah daerah sudah memberikan nasi bungkus untuk tiap KK sebanyak jumlah anggota keluarga masing-masing.
(3)
124
2. Keadaan anak-anak saat terjadi Banjir Besar.
Banjir pertengahan Oktober 2013, di Medan. Di tengah banjir, anak-anak di Kelurahan Sukaraja Medan tampak bermain air bercampur lumpur tanpa takut terserang penyakit. Mereka mengakui banjir kiriman dari hilir Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang, menyebabkan ribuan rumah di Kota Medan, terendam air bercampur lumpur mencapai dua meter. Di Sungai Deli, tampak bongkahan kayu sisa tebangan melintas. Ada juga kayu tersangkut di sekitar rumah penduduk di dekat aliran sungai. Rumah mereka sudah tergenang banjir makanya mereka bermain-main di dekat mesjid. Karena orang tua mereka masing-masing sibuk menyelamatkan barnag merka, anak-anak bermain puntidak diperhatikan saat banjir terjadi.
(4)
125
3. Situasi Ibu rumah tangga saat terjadi banjir kecil.
Beginilah situasi yang dialami ibu rumah tangga yang tinggal di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun saat mengalami banjir kecil. Seorang warga terlihat sedang mencuci dispenser di depan rumahnya yang tergenang air akibat banjir yang melanda dimana meluapnya sungai Deli, di Kelurahan Sukaraja, Medan Maimun, Sumut, Sabtu (4/10). Banjir kiriman ini disebabkan karena hulu Sungai Deli meluap dan merendam ratusan rumah warga dengan ketinggian mencapai satu meter saat terjadi banjir kecil.
4. Situasi rumah-rumah yang terkena Banjir Kecil tampak dari atas.
Ratusan rumah di dua kelurahan di Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan, terendam banjir yaitu Kelurahan Sukaraja dan Kelurahan Jati. Banjir setinggi dada orang dewasa itu terjadi setelah air Sungai Deli dan Sungai Babura meluap pascahujan deras yang mengguyur Kota Medan, Jumat malam. Air mulai menerjang permukiman warga sejak Sabtu (4/10/2014) dini hari tadi, saat warga tengah beristirahat.
(5)
126
5. Seorang Ibu menyelamatkan anaknya agar tidak terbawa air banjir yang menggenangi rumahnya Saat Banjir Kecil.
Ribuan warga di Medan, terkena banjir kiriman. Dua ratusan rumah terendam banjir di Medan, banyak warga mengungsi dan sebagian masih bertahan di rumah. Ribuan rumah di Kota Medan, Sumatera Utara, pada Oktober 2013 digenangi banjir kiriman dari hulu Sungai Berastagi, Kabupaten Karo, dan aliran sungai dari Kabupaten Deli Serdang. Banjir kiriman ini terjadi, akibat aliran sungai dari dua kabupaten di Sumatera Utara itu meluap. Ketinggian air mencapai satu meter lebih tergolong banjir kecil. Ribuan warga di sepanjang aliran Sungai Deli dan Sungai Babura, pasrah melihat rumah mereka digenangi air. Sebagian warga, menyelamatkan harta benda dan barang-barang elektronik ke atas rumah, yang sengaja ditambah untuk tempat menyimpan barang-barang agar tak terkena banjir. Banjir terparah terjadi di Kelurahan Aur, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun. Setidaknya, ada ribuan warga terpaksa mengungsi. Sebagian tetap bertahan di rumah masing-masing, menunggu banjir surut. Setidaknya ada lima kecamatan terkena imbas langsung banjir kiriman ini, yaitu Kecamatan Medan Maimun, Medan Deli, Medan Petisah, Medan Sunggal, dan Medan Denai.
(6)
127
6. Seorang kakak menggendong adiknya yang mau sekolah dalam melintasi genangan air yang merendam rumahnya saat Banjir Besar.
Rani menggendong adiknya melintasi genangan air yang merendam kawasan pinggiran Sungai Deli ketika terjadi banjir kiriman di Kelurahan Sukaraja, Medan, Sumut, Senin (10/6). Meluapnya Sungai Deli yang megakibatkan ratusan rumah terendam mencapai ketinggian 1,5 meter. Saat itu, pemerintah daerah (lurah) sekitar sudah menyiapkan makan siang untuk masyarakat yang menjadi korban banjir.
7. Situasi anak-anak yang ingin menyelamatkan diri dan bermain saat banjir Besar menggenagi rumah mereka.
Enam kelurahan di Kecamatan Medan Maimun seluruhnya terendam banjir. Luapan Sungai Deli yang terjadi sejak Rabu (5/1/2011) malam sekitar pukul 21.30 hingga sore ini masih belum surut. Dari data penelitian, yang terendam banjir di Kelurahan Sukaraja 13.