Ekspresi Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α) Pada Penderita Polip Hidung Chapter III VI
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan design study case series, pada
penelitian ini akan diperiksa ekspresi TNF-α pada polip hidung.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMF THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan dan
untuk pemeriksaan imunohistokimia dilakukan di Departemen Patologi
Anatomi FK USU pada Januari 2015 sampai Juni 2015.
3.3
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalahseluruh penderita polip hidung yang
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
nasoendoskopi dan hasil biopsi histopatologi yang berobat ke divisi
Rhinologi SMF THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan sejak Agustus 2013
sampai Maret 2015.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria Inklusi:
1. Penderita yang didiagnosis polip hidung, laki-laki dan
perempuan dewasa ( ≥ 18 tahun ).
2. Bersedia diikutsertakan dengan menandatangani informed
consent.
19
Universitas Sumatera Utara
20
Kriteria Eksklusi:
1. Penderita yang sudah pernah mendapatkan pengobatan
dengan kortikosteroid.
2. Penderita polip antrokoanal.
3.3.3 Tehnik pengambilan sampel
Teknik
pengambilan
sampel
dilakukan
secara
non
probability
consecutive sampling.
3.3.4 Besar sampel
Besar sampel pada penelitian ini adalah total populasi penelitian.
3.4
Variabel Penelitian
1. Polip hidung
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Tipe histopatologi
5. Pemeriksaan imunohistokimia
6. Ekspresi TNF-α
3.5
Definisi Operasional
-
Polip hidung ialah massa lunak yang mengandung banyak
cairan di dalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan
dimana diagnosa ditegakkan secara histopatologi oleh dokter
spesialis patologi anatomi.
-
Ekspresi TNF-α adalah pewarnaan immunohistokimia dengan
hasil pulasan warna coklat pada inti dan sitoplasma sel-sel
epitel polip hidung. Penilaian imunoreaktifitas TNF-α dengan
mengalikan hasil skor luas dengan skor intensitas, sehingga
didapatkan skor imunoreaktif TNF-α.
Universitas Sumatera Utara
21
-
Skor Intensitas (Intensitas pewarnaan) TNF-α dinilai :
0 : berarti negatif
1
: berarti lemah
2
: berarti sedang
3
: berarti kuat
- Skor luas TNF-α dinilai:
0 : berarti negatif
1 : pewarnaan positif < 10% jumlah sel
2 : pewarnaan positif 10-50% jumlah sel
3 : pewarnaan positif > 50% jumlah sel
Menurut prosentase area pewarnaan positif dibandingkan dengan
keseluruhan area polip hidung pada 1-3 lapang pandang (LP) yang dinilai.
Universitas Sumatera Utara
22
-
Skor intensitas dan skor luas dikalikan untuk memperoleh
skor akhir (skor imunoreaktif). Skor imunoreaktif 4 atau lebih
dinilai positif atau overexpression TNF-α.
Hasil ukur
:0–9
Ekspresi TNF-α negatif
:0–3
Ekspresi TNF-α positif / overekspresi
:4–9
(Tan & Putti, 2005)
-
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Usia dihitung dalam tahun
menurut ulang tahun terakhir.
Dibagi menjadi :
- < 40 tahun
- ≥ 40 tahun
-
Jenis kelamin adalah ciri biologis yang membedakan orang
yang satu dengan lainnya, terdiri atas :
3.6
Laki-laki
Perempuan
Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat penelitian
Penelitian ini membutuhkan beberapa peralatan sebagai berikut:
1. Status penelitian
2. Sistem visualisasi immunohistokimia (Envision kit), mesin
pemotong jaringan (microtome), silanized slide, mikroskop
cahaya (Olympus®), Tissue Processing, Tissue Embedding,
Retrivel PT. Link.
3.6.2 Bahan penelitian
1. Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jaringan polip hidung dalam bentuk blok parafin sebelum
mendapat
terapi.
Bahan
jaringan
diperiksasecara
imunohistokimia dengan menilai imunoreaktifitas TNF-α.
Universitas Sumatera Utara
23
2. Untuk pemeriksaan hispatologi Formalin 10%, blok parafin,
aqua destilata, hematoxyllin-eosin.
3. Untuk pemeriksaan immunohistokimia Xylol, alkohol absolut,
alkohol 95%, alkohol 80%, alkohol 70%,H202 0,5% dalam
methanol, Phosphat Buffer Saline (PBS), antibodi TNF-α (The
Envision + Dual link system dari Santa Cruz®), antibodi
sekunder, Envision, Choromogen Diamino Benzidine (DAB),
Lathium Carbonat jenuh, Tris EBTA, Hematoxylin, aqua
destillata.
4. Sebagai kontrol positif dalam pemeriksaan Imunohistokimia ini
digunakan jaringan adenokarsinoma kolon pada manusia
(human
colon
adenocarcinoma
tissue)
yang
dilakukan
pemeriksaan imunohistokimia.
3.6.3 Prosedur kerja pewarnaan TNF-α
1. Deparafinisasi slide (Xylol 1, Xylol 2, Xylol 3)
@ 5menit
2. Rehidrasi (Alkohol absolute, Alkohol 96%,
@ 4menit
Alkohol 80%, Alkohol 70%)
3. Cuci dengan air mengalir
5 menit
4. Masukkan slide ke dalam PT Santa Cruz
± 1 jam
Epitope Retrieval : set up Preheat 65°C,
Running time 98°C selama 15 menit.
5. Pap Pen. Segera masukkan dalam Tris
5 menit
Buffered Saline (TBS) pH 7,4
6. Blocking dengan peroxidase block
5-10 mnt
7. Cuci dalam Tris Buffered Saline (TBS) pH 7,4
5 menit
8. Blocking dengan Normal Horse Serum (NHS)
15 menit
3%
9. Cuci dalam Tris Buffered Saline (TBS) pH 7,4
10. Inkubasi dengan Antibodi TNF-α dengan
5 menit
1 jam
pengenceran 1:40
11. Cuci dalam Tris Buffered Saline (TBS) pH 7,4
5 menit
Universitas Sumatera Utara
24
/Tween 20
12. Santa Cruz Real Envision Rabbit/Mouse
30 menit
13. Cuci dalam Tris Buffered Saline (TBS) pH 7,4 5-10 menit
/Tween 20
14. DAB + Substrat Chromogen solution dengan
5 menit
pengenceran 20 µL DAB : 1000 µL substrat
(tahan 5 hari di suhu 2-8°C setelah dicampur)
15. Cuci dengan air mengalir
10 menit
16. Counterstain dengan Hematoxylin
3 menit
17. Cuci dengan air mengalir
5 menit
18. Lithium carbonat (5% dlm aqua)
2 menit
19. Cuci dengan air mengalir
5 menit
20. Dehidrasi (Alkohol 80%, Alkohol 96%, Alkohol
@5 menit
Absolute)
21. Clearing (Xylol 1, Xylol 2, Xylol 3)
@5 menit
22. Mounting + cover glass
3. 7
Kerangka Kerja
Dugaan polip
hidung
Biopsi
Non Polip
hidung
Polip hidung
Pemeriksaan Imunohistokimia untuk
TNF-α
Negatif
Skor: 0-3
Positif/Overekspre
si
Skor : 4-9
Data diproses dengan
SPSS
Universitas Sumatera Utara
25
3.8
Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari
pemeriksaan langsung ekspresi TNF-α polip hidung dengan pemeriksaan
imunohistokimia. Data akan dianalisa secara deskriptif untuk menjelaskan
distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan karakteristik dan untuk data
numerik akan dihitung nilai rerata serta standard deviasi.
3.9
Cara Analisis Data
Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik untuk mengetahui ekspresi
TNF-α dan akan diolah dengan komputer.
3.10
Jadwal Penelitian
Jenis Kegiatan
1
Persiapan
.
proposal
2
Seminar
.
proposal
3
Pengumpulan
.
& pengolahan
Waktu
Jan
Feb
Maret
Februari
Maret
April
2015
2015
2015
2016
2016
2016
data
4
Penyusunan
.
laporan
5
Laporan tesis
.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif. Sampel
penelitian dikumpulkan dengan mengambil jaringan polip hidung melalui
tindakan biopsi pada penderita polip hidung di poliklinik T. H. T. K. L
RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel yang telah terkumpul dikirim ke
Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara (FK USU) untuk pemeriksaan histopatologi serta pemeriksaan
immunohistokimia. Data penelitian ini seluruh kasus polip hidung yang
telah memenuhi kriteria inklusi.
4.1
Hasil Statistik Deskriptif
Tabel 4.1.1 Distribusi frekuensi penderita polip hidung berdasarkan
ekspresi TNF-α.
Skor
N
%
0
3
9,1
1
0
0
2
7
21,2
3
23
69,7
0
3
9,1
1
2
6,1
2
8
24,2
3
20
60,6
Negatif
5
15,2
Positif
28
84,8
Skor luas
Skor Intensitas
Skor Imunoreaktif
26
Universitas Sumatera Utara
27
Berdasarkan tabel di atas dijumpai skor imunoreaktif TNF-α (skor luas
dikalikan dengan skor intensitas) pada penderita polip hidung terbanyak
pada kelompok ekspresi positif (overexpression) yaitu sebanyak 28
penderita (84,8%) sedangkan kelompok ekspresi negatif yaitu sebanyak 5
penderita (15,2%).
Tabel 4.1.2 Distribusi frekuensi usia penderita polip hidung berdasarkan
ekspresi TNF-α.
Ekspresi TNF-α
(+)
(-)
N
%
N
%
Total
< 40
11
39,3
1
20,0
12
≥ 40
17
60,7
4
80,0
21
Usia (tahun)
Pada tabel di atas terlihat frekuensi tertinggi penderita polip hidung
dengan ekspresi TNF-α positif dijumpai pada kelompok usia ≥ 40 tahun
sebanyak 17 penderita (60,7%) sedangkan kelompok usia < 40 tahun
sebanyak 11 penderita (39,3%). Umur termuda pada penelitian ini adalah
18 tahun dan yang tertua adalah 78 tahun dengan rerata umur adalah 46
tahun.
Tabel 4.1.3 Distribusi frekuensi jenis kelamin penderita polip berdasarkan
ekspresi TNF-α
Ekspresi TNF-α
(+)
(-)
Jenis kelamin
n
%
n
%
Total
Laki-laki
19
67,9
3
60,0
22
Perempuan
9
32,1
2
40,0
11
Universitas Sumatera Utara
28
Dari tabel di atas didapatkan ekspresi TNF-α positif terbanyak dijumpai
pada laki-laki sebanyak 19 penderita (67,9%) sedangkan pada perempuan
sebanyak 9 penderita (32,1%). Sedangkan dari 5 orang penderita polip
dengan ekspresi TNF-α negatif dijumpai pada laki-laki sebanyak 3
penderita (60%) dan pada perempuan sebanyak 2 penderita (40%).
Tabel 4.1.4 Distribusi frekuensi tipe histopatologi polip hidung berdasarkan
ekspresi TNF-α
Ekspresi TNF-α
Gambaran
histopatologi
(+)
(-)
N
%
n
%
Total
Tipe 1
18
64,3
5
100
23
Tipe 2
10
35,7
-
-
10
Berdasarkan tabel di atas didapatkan pada kelompok dengan ekspresi
TNF-α positif yang terbanyak adalah polip hidung tipe 1 sebanyak 18
jaringan (64,3%), disusul dengan tipe 2 di mana ekspresi TNF-α positif
dijumpai sebanyak 10 jaringan (35,7%). Sedangkan pada kelompok
dengan ekspresi TNF-α negatif, hanya dijumpai polip tipe 1 sebanyak 5
penderita (100%). Pada penelitian ini tidak dijumpai polip tipe 3 dan 4.
Universitas Sumatera Utara
29
Tabel 4.1.5 Distribusi frekuensi stadium polip hidung berdasarkan ekspresi
TNF-α
Ekspresi TNF-α
Stadium
(+)
(-)
Polip
n
%
n
%
Total
Stadium 1
1
3,6
-
-
1
Stadium 2
13
46,4
5
100
18
Stadium 3
14
50,0
-
-
14
Dari tabel di atas didapatkan pada kelompok dengan ekspresi TNF-α
positif terbanyak dijumpai adalah kelompok polip hidung stadium 3
sebanyak 14 sampel (50,0%), diikuti dengan stadium 2 sebanyak 13
sampel (46,4%) kemudian stadium 1 sebanyak 1 sampel (3,6%).
Sedangkan kelompok dengan ekspresi dengan TNF-α negatif dijumpai
pada stadium 2 sebanyak 5 sampel (100%).
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Distribusi frekuensi penderita polip hidung berdasarkan ekspresi
TNF-α.
Dari penelitian ini diperoleh kelompok terbanyak dijumpai ekspresi
positif (overexpression) TNF-α pada polip hidung yaitu sebanyak 28 orang
(84,8%) sedangkan ekspresi negatif sebanyak 5 orang (15,2%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh
Chengsua et al. (2001) yang mendapatkan ekspresi TNF-α meningkat
pada polip hidung.
Studi menunjukkan bahwa terdapat jumlah yang tinggi dari sel-sel
radang pada lamina propria polip hidung, diantaranya adalah eosinofil,
neutrofil dan limfosit. Eosinofil merupakan sel radang yang paling banyak
dijumpai. Histopatologi polip hidung ditandai dengan hiperplasia sel goblet
dan penipisan membran basal dengan infiltrasi eosinofil yang dominan.
Berdasarkan histopatologi sekitar 85-90% adalah polip eosinofilik. Hal ini
disebabkan meningkatnya migrasi eosinofil kedalam jaringan, bertambah
lamanya usia eosinofil atau keduanya. Disebutkan bahwa TNF-α
meningkatkan produksi VCAM-1 dan RANTES pada fibroblast hidung dan
mengaktivasi transmigrasi dari eosinofil di mana lebih lanjut akan
memproduksi TNF-α dan mempercepat penumpukan dari eosinofil pada
polip hidung. Selain itu TNF-α juga meregulasi infiltrasi dari neutrofil
dengan meningkatkan produksi selektin pada endotel. Dalam hal ini
peningkatan dari TNF-α dikaitkan dengan peningkatan dari infiltrasi
eosinofil dan neutrofil pada polip hidung (Ferguson and Orlandi 2006,
Peric et al. 2010, Peric et al. 2012, Baratawidjaja & Rengganis 2012). Dari
hasil penelitian ini terlihat TNF-α dijumpai meningkat (overexpression)
pada polip hidung sebanyak 84,8%, yang menggambarkan bahwa TNF-α
memiliki peranan penting dalam terbentuknya suatu polip hidung.
5.2 Distribusi frekuensi usia penderita polip hidung berdasarkan
ekspresi TNF-α
30
Universitas Sumatera Utara
31
Pada penelitian ini diperoleh kelompok usia yang terbanyak dengan
ekspresi TNF-α positif adalah ≥ 40 tahun sebanyak 17 orang (60,7%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Munir,
yang dalam penelitiannya di RS H. Adam Malik Medan melaporkan
insiden polip tertinggi pada rentang usia 35 dan 44 tahun. Pada penelitian
sebelumnya oleh Bruunsgaard, dkk. disebutkan bahwa usia berhubungan
dengan peningkatan proses inflamasi di sirkulasi darah.
Di mana
penuaan dikaitkan dengan peningkatan dari beberapa sitokin pro-inflamasi
di dalam sirkulasi darah, diantaranya IL-6, sitokin antagonis, protein fase
akut, neopterin dan termasuk di dalamnya peningkatan dari level TNF-α
maupun reseptor TNF terlarut di dalam sirkulasi darah. Peningkatan dari
aktivitas inflamasi pada usia lanjut telah merefleksikan suatu proses
patologis yang terkait usia (Bruunsgaard et al. 2000, Bruunsgaard et al.
2003, Munir 2008).
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada penelitian ini
secara keseluruhan dari 33 total sampel dijumpai kelompok umur tertinggi
adalah ≥ 40 tahun sebanyak 20 orang (60,6%).
5.3 Distribusi frekuensi jenis kelamin penderita polip hidung
berdasarkan ekspresi TNF-α
Dari hasil penelitian ini diperoleh kelompok polip dengan ekspresi TNFα positif tertinggi dijumpai pada laki-laki yaitu sebanyak 19 orang (67,9%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh
Busaba dkk. (2008) dari 514 pasien dewasa diperoleh diagnosis
terbanyak pada 273 pasien perempuan adalah RSK tanpa polip hidung
sedangkan pada 241 pasien laki-laki diperoleh diagnosis terbanyak adalah
RSK dengan polip hidung. Munir dalam penelitiannya mendapatkan polip
hidung terbanyak dijumpai pada laki-laki sejumlah 17 orang (65%).
Bachert (2011) melaporkan bahwa prevalensi polip hidung cenderung
meningkat dengan bertambahnya umur dan hampir dua kali lipat lebih
sering pada laki laki dibandingkan wanita, hal ini mungkin disebabkan
Universitas Sumatera Utara
32
karena laki laki lebih sering terpapar asap rokok, debu dan bahan-bahan
kimia lainnya.
Hal yang juga perlu diperhatikan pada penelitian ini, secara
keseluruhan dari 33 total sampel dijumpai laki-laki sebagai kelompok
terbanyak yaitu 22 orang (66,7%).
5.4 Distribusi frekuensi tipe histopatologi polip hidung berdasarkan
ekspresi TNF-α
Pada penelitian ini, polip hidung terbanyak dengan ekspresi TNF-α
positif dijumpai pada polip tipe 1 (Eosinophilic/Allergic polyp) sebanyak 18
jaringan (64,3%) diikuti dengan tipe 2 (Fibroinflammatory polyp) sebanyak
10 orang (35,7%). Tidak dijumpai tipe 3 (Polyp with Hyperplasia of
Seromucinous Glands) maupun tipe 4 (Polyp with Stromal Atypia) pada
penelitian ini.
TNF-α merupakan sitokin pro-inflamasi dengan efek biologis pada
bermacam jenis sel. Pada eosinofil, TNF-α meningkatkan rekrutmen dari
eosinofil ke jalan nafas dengan diperantarai oleh pelepasan dari mediator
kimia seperti yang juga didapatkan pada penelitian sebelumnya oleh
Yoshifuku dkk. mendapatkan TNF-α meningkatkan sekresi dari Vascular
Cell Adhesion Molecule One (VCAM-1) dan Regulated on Activation
Normal T-Cell Expressed and Secreted (RANTES) oleh fibroblas yang
berasal dari polip hidung yang kaya eosinofil (phE) maupun polip hidung
non-eosinofilik (phNE).
Munir melaporkan polip alergi lebih dominan
(62%) di RSUP H. Adam Malik Medan. Studi histomorfolologis oleh
Kahveci dkk., diperoleh jaringan polip dari semua tipe terdiri dari eosinofil,
sel plasma dan limfosit. Percobaan oleh Ohori dkk. seperti yang
dikemukakan
oleh
Peric
dkk.,
mengemukakan
bahwa
TNF-α
meningkatkan produksi VCAM-1 pada fibroblast hidung dan mengaktivasi
transmigrasi dari eosinofil di mana lebih lanjut akan memproduksi TNF-α
dan mempercepat penumpukan dari eosinofil pada polip hidung
(Tsukahara et al, 1999, Yoshifuku, 2007, Munir, 2008, Kahveci, 2008,
Peric et al. 2010). Hal ini sesuai dengan yang didapatkan pada penelitian
Universitas Sumatera Utara
33
ini dimana polip tipe 1 (Allergic polyp) dengan eosinofil sebagai sel yang
dominan, dijumpai sebagai kelompok yang paling tinggi dengan ekspresi
TNF-α positif sebanyak 64,3%.
Baratawidjaja & Rengganis (2012) dalam bukunya menulis TNF-α dan
IL-1 yang dilepas oleh makrofag pada daerah inflamasi akan mengaktifkan
sel endotel untuk memproduksi selektin (ligan integrin dan kemokin) yang
berperan dalam meregulasi migrasi neutrofil dari vaskular ke daerah
inflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa TNF-α juga berperan penting dalam
meregulasi infiltrasi netrofil. Pada penelitian ini diperoleh polip tipe 2 yaitu
Fibroinflammatory polyp dengan netrofil sebagai sel yang dominan,
sebanyak 10 sampel di mana keseluruhannya dengan ekspresi TNF-α
positif (overexpression).
5.5 Distribusi frekuensi stadium polip hidung berdasarkan ekspresi
TNF-α
Dari hasil penelitian ini diperoleh polip hidung dengan ekspresi TNF-α
positif dijumpai terbanyak pada stadium 3 sebanyak 14 sampel (50,0%)
diikuti stadium 2 sebanyak 13 sampel (46,4%) dan stadium 1 sebanyak 1
sampel (3,6%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan dari hasil
penelitian sebelumnya oleh Peric et al. (2010) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan di antara pengurangan dari ukuran polip hidung
dengan penurunan level TNF-α pada sekret hidung dari pasien non atopi.
Dalam penelitian oleh Sastre & Mosges, didapatkan bahwa setelah
pemberian Fluticasone Furoate pada pasien polip hidung terjadi
pengurangan dari ukuran polip. Di mana pengurangan ukuran polip ini
disebabkan oleh karena sekresi protein dan gen inflamasi pada fibroblast
hidung yang berkurang. Dari hasil penelitian tersebut, diasumsikan bahwa
polip dengan dengan derajat tinggi yaitu stadium 3 merupakan polip yang
memiliki ekspresi gen inflamasi yang lebih besar disertai ekspresi dari
sitokin inflamasi yang lebih tinggi, termasuk di antaranya TNF-α yang
dijumpai positif (overexpression) terbanyak dijumpai pada stadium 3,
sebagaimana yang didapatkan pada penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
34
Hal lain yang perlu diperhatikan pada penelitian ini, dari 33 total
sampel, polip stadium 2 merupakan kelompok yang terbanyak sejumlah
18 sampel (54,5%) diikuti stadium 3 sejumlah 14 sampel (42,4%) di mana
seluruhnya dari stadium 3 ini dijumpai overexpression dari TNF-α.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Pada penelitian ini, penderita polip hidung di RSUP H. Adam
Malik, Medan sejak Juli 2013 sampai Januari 2015 dijumpai
ekspresi positif (overexspression) TNF-α (84,8%).
2. Ekspresi TNF-α positif lebih banyak dijumpai pada kelompok
umur ≥40 tahun (60,7%)
3. Ekspresi TNF-α positif lebih banyak dijumpai pada penderita
polip laki-laki (67,9%).
4. Ekspresi TNF-α positif lebih banyak dijumpai pada polip hidung
tipe alergi (64,3%).
Ekspresi TNF-α positif lebih banyak dijumpai pada polip hidung
stadium 3 (50%)
6.2
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih besar
dan lebih merata untuk dapat memahami peran TNF-α pada penderita
polip hidung, sehingga hasil penelitian dapat berguna untuk menentukan
terapi yang optimal.
35
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan design study case series, pada
penelitian ini akan diperiksa ekspresi TNF-α pada polip hidung.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMF THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan dan
untuk pemeriksaan imunohistokimia dilakukan di Departemen Patologi
Anatomi FK USU pada Januari 2015 sampai Juni 2015.
3.3
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalahseluruh penderita polip hidung yang
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
nasoendoskopi dan hasil biopsi histopatologi yang berobat ke divisi
Rhinologi SMF THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan sejak Agustus 2013
sampai Maret 2015.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria Inklusi:
1. Penderita yang didiagnosis polip hidung, laki-laki dan
perempuan dewasa ( ≥ 18 tahun ).
2. Bersedia diikutsertakan dengan menandatangani informed
consent.
19
Universitas Sumatera Utara
20
Kriteria Eksklusi:
1. Penderita yang sudah pernah mendapatkan pengobatan
dengan kortikosteroid.
2. Penderita polip antrokoanal.
3.3.3 Tehnik pengambilan sampel
Teknik
pengambilan
sampel
dilakukan
secara
non
probability
consecutive sampling.
3.3.4 Besar sampel
Besar sampel pada penelitian ini adalah total populasi penelitian.
3.4
Variabel Penelitian
1. Polip hidung
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Tipe histopatologi
5. Pemeriksaan imunohistokimia
6. Ekspresi TNF-α
3.5
Definisi Operasional
-
Polip hidung ialah massa lunak yang mengandung banyak
cairan di dalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan
dimana diagnosa ditegakkan secara histopatologi oleh dokter
spesialis patologi anatomi.
-
Ekspresi TNF-α adalah pewarnaan immunohistokimia dengan
hasil pulasan warna coklat pada inti dan sitoplasma sel-sel
epitel polip hidung. Penilaian imunoreaktifitas TNF-α dengan
mengalikan hasil skor luas dengan skor intensitas, sehingga
didapatkan skor imunoreaktif TNF-α.
Universitas Sumatera Utara
21
-
Skor Intensitas (Intensitas pewarnaan) TNF-α dinilai :
0 : berarti negatif
1
: berarti lemah
2
: berarti sedang
3
: berarti kuat
- Skor luas TNF-α dinilai:
0 : berarti negatif
1 : pewarnaan positif < 10% jumlah sel
2 : pewarnaan positif 10-50% jumlah sel
3 : pewarnaan positif > 50% jumlah sel
Menurut prosentase area pewarnaan positif dibandingkan dengan
keseluruhan area polip hidung pada 1-3 lapang pandang (LP) yang dinilai.
Universitas Sumatera Utara
22
-
Skor intensitas dan skor luas dikalikan untuk memperoleh
skor akhir (skor imunoreaktif). Skor imunoreaktif 4 atau lebih
dinilai positif atau overexpression TNF-α.
Hasil ukur
:0–9
Ekspresi TNF-α negatif
:0–3
Ekspresi TNF-α positif / overekspresi
:4–9
(Tan & Putti, 2005)
-
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Usia dihitung dalam tahun
menurut ulang tahun terakhir.
Dibagi menjadi :
- < 40 tahun
- ≥ 40 tahun
-
Jenis kelamin adalah ciri biologis yang membedakan orang
yang satu dengan lainnya, terdiri atas :
3.6
Laki-laki
Perempuan
Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat penelitian
Penelitian ini membutuhkan beberapa peralatan sebagai berikut:
1. Status penelitian
2. Sistem visualisasi immunohistokimia (Envision kit), mesin
pemotong jaringan (microtome), silanized slide, mikroskop
cahaya (Olympus®), Tissue Processing, Tissue Embedding,
Retrivel PT. Link.
3.6.2 Bahan penelitian
1. Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jaringan polip hidung dalam bentuk blok parafin sebelum
mendapat
terapi.
Bahan
jaringan
diperiksasecara
imunohistokimia dengan menilai imunoreaktifitas TNF-α.
Universitas Sumatera Utara
23
2. Untuk pemeriksaan hispatologi Formalin 10%, blok parafin,
aqua destilata, hematoxyllin-eosin.
3. Untuk pemeriksaan immunohistokimia Xylol, alkohol absolut,
alkohol 95%, alkohol 80%, alkohol 70%,H202 0,5% dalam
methanol, Phosphat Buffer Saline (PBS), antibodi TNF-α (The
Envision + Dual link system dari Santa Cruz®), antibodi
sekunder, Envision, Choromogen Diamino Benzidine (DAB),
Lathium Carbonat jenuh, Tris EBTA, Hematoxylin, aqua
destillata.
4. Sebagai kontrol positif dalam pemeriksaan Imunohistokimia ini
digunakan jaringan adenokarsinoma kolon pada manusia
(human
colon
adenocarcinoma
tissue)
yang
dilakukan
pemeriksaan imunohistokimia.
3.6.3 Prosedur kerja pewarnaan TNF-α
1. Deparafinisasi slide (Xylol 1, Xylol 2, Xylol 3)
@ 5menit
2. Rehidrasi (Alkohol absolute, Alkohol 96%,
@ 4menit
Alkohol 80%, Alkohol 70%)
3. Cuci dengan air mengalir
5 menit
4. Masukkan slide ke dalam PT Santa Cruz
± 1 jam
Epitope Retrieval : set up Preheat 65°C,
Running time 98°C selama 15 menit.
5. Pap Pen. Segera masukkan dalam Tris
5 menit
Buffered Saline (TBS) pH 7,4
6. Blocking dengan peroxidase block
5-10 mnt
7. Cuci dalam Tris Buffered Saline (TBS) pH 7,4
5 menit
8. Blocking dengan Normal Horse Serum (NHS)
15 menit
3%
9. Cuci dalam Tris Buffered Saline (TBS) pH 7,4
10. Inkubasi dengan Antibodi TNF-α dengan
5 menit
1 jam
pengenceran 1:40
11. Cuci dalam Tris Buffered Saline (TBS) pH 7,4
5 menit
Universitas Sumatera Utara
24
/Tween 20
12. Santa Cruz Real Envision Rabbit/Mouse
30 menit
13. Cuci dalam Tris Buffered Saline (TBS) pH 7,4 5-10 menit
/Tween 20
14. DAB + Substrat Chromogen solution dengan
5 menit
pengenceran 20 µL DAB : 1000 µL substrat
(tahan 5 hari di suhu 2-8°C setelah dicampur)
15. Cuci dengan air mengalir
10 menit
16. Counterstain dengan Hematoxylin
3 menit
17. Cuci dengan air mengalir
5 menit
18. Lithium carbonat (5% dlm aqua)
2 menit
19. Cuci dengan air mengalir
5 menit
20. Dehidrasi (Alkohol 80%, Alkohol 96%, Alkohol
@5 menit
Absolute)
21. Clearing (Xylol 1, Xylol 2, Xylol 3)
@5 menit
22. Mounting + cover glass
3. 7
Kerangka Kerja
Dugaan polip
hidung
Biopsi
Non Polip
hidung
Polip hidung
Pemeriksaan Imunohistokimia untuk
TNF-α
Negatif
Skor: 0-3
Positif/Overekspre
si
Skor : 4-9
Data diproses dengan
SPSS
Universitas Sumatera Utara
25
3.8
Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari
pemeriksaan langsung ekspresi TNF-α polip hidung dengan pemeriksaan
imunohistokimia. Data akan dianalisa secara deskriptif untuk menjelaskan
distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan karakteristik dan untuk data
numerik akan dihitung nilai rerata serta standard deviasi.
3.9
Cara Analisis Data
Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik untuk mengetahui ekspresi
TNF-α dan akan diolah dengan komputer.
3.10
Jadwal Penelitian
Jenis Kegiatan
1
Persiapan
.
proposal
2
Seminar
.
proposal
3
Pengumpulan
.
& pengolahan
Waktu
Jan
Feb
Maret
Februari
Maret
April
2015
2015
2015
2016
2016
2016
data
4
Penyusunan
.
laporan
5
Laporan tesis
.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif. Sampel
penelitian dikumpulkan dengan mengambil jaringan polip hidung melalui
tindakan biopsi pada penderita polip hidung di poliklinik T. H. T. K. L
RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel yang telah terkumpul dikirim ke
Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara (FK USU) untuk pemeriksaan histopatologi serta pemeriksaan
immunohistokimia. Data penelitian ini seluruh kasus polip hidung yang
telah memenuhi kriteria inklusi.
4.1
Hasil Statistik Deskriptif
Tabel 4.1.1 Distribusi frekuensi penderita polip hidung berdasarkan
ekspresi TNF-α.
Skor
N
%
0
3
9,1
1
0
0
2
7
21,2
3
23
69,7
0
3
9,1
1
2
6,1
2
8
24,2
3
20
60,6
Negatif
5
15,2
Positif
28
84,8
Skor luas
Skor Intensitas
Skor Imunoreaktif
26
Universitas Sumatera Utara
27
Berdasarkan tabel di atas dijumpai skor imunoreaktif TNF-α (skor luas
dikalikan dengan skor intensitas) pada penderita polip hidung terbanyak
pada kelompok ekspresi positif (overexpression) yaitu sebanyak 28
penderita (84,8%) sedangkan kelompok ekspresi negatif yaitu sebanyak 5
penderita (15,2%).
Tabel 4.1.2 Distribusi frekuensi usia penderita polip hidung berdasarkan
ekspresi TNF-α.
Ekspresi TNF-α
(+)
(-)
N
%
N
%
Total
< 40
11
39,3
1
20,0
12
≥ 40
17
60,7
4
80,0
21
Usia (tahun)
Pada tabel di atas terlihat frekuensi tertinggi penderita polip hidung
dengan ekspresi TNF-α positif dijumpai pada kelompok usia ≥ 40 tahun
sebanyak 17 penderita (60,7%) sedangkan kelompok usia < 40 tahun
sebanyak 11 penderita (39,3%). Umur termuda pada penelitian ini adalah
18 tahun dan yang tertua adalah 78 tahun dengan rerata umur adalah 46
tahun.
Tabel 4.1.3 Distribusi frekuensi jenis kelamin penderita polip berdasarkan
ekspresi TNF-α
Ekspresi TNF-α
(+)
(-)
Jenis kelamin
n
%
n
%
Total
Laki-laki
19
67,9
3
60,0
22
Perempuan
9
32,1
2
40,0
11
Universitas Sumatera Utara
28
Dari tabel di atas didapatkan ekspresi TNF-α positif terbanyak dijumpai
pada laki-laki sebanyak 19 penderita (67,9%) sedangkan pada perempuan
sebanyak 9 penderita (32,1%). Sedangkan dari 5 orang penderita polip
dengan ekspresi TNF-α negatif dijumpai pada laki-laki sebanyak 3
penderita (60%) dan pada perempuan sebanyak 2 penderita (40%).
Tabel 4.1.4 Distribusi frekuensi tipe histopatologi polip hidung berdasarkan
ekspresi TNF-α
Ekspresi TNF-α
Gambaran
histopatologi
(+)
(-)
N
%
n
%
Total
Tipe 1
18
64,3
5
100
23
Tipe 2
10
35,7
-
-
10
Berdasarkan tabel di atas didapatkan pada kelompok dengan ekspresi
TNF-α positif yang terbanyak adalah polip hidung tipe 1 sebanyak 18
jaringan (64,3%), disusul dengan tipe 2 di mana ekspresi TNF-α positif
dijumpai sebanyak 10 jaringan (35,7%). Sedangkan pada kelompok
dengan ekspresi TNF-α negatif, hanya dijumpai polip tipe 1 sebanyak 5
penderita (100%). Pada penelitian ini tidak dijumpai polip tipe 3 dan 4.
Universitas Sumatera Utara
29
Tabel 4.1.5 Distribusi frekuensi stadium polip hidung berdasarkan ekspresi
TNF-α
Ekspresi TNF-α
Stadium
(+)
(-)
Polip
n
%
n
%
Total
Stadium 1
1
3,6
-
-
1
Stadium 2
13
46,4
5
100
18
Stadium 3
14
50,0
-
-
14
Dari tabel di atas didapatkan pada kelompok dengan ekspresi TNF-α
positif terbanyak dijumpai adalah kelompok polip hidung stadium 3
sebanyak 14 sampel (50,0%), diikuti dengan stadium 2 sebanyak 13
sampel (46,4%) kemudian stadium 1 sebanyak 1 sampel (3,6%).
Sedangkan kelompok dengan ekspresi dengan TNF-α negatif dijumpai
pada stadium 2 sebanyak 5 sampel (100%).
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Distribusi frekuensi penderita polip hidung berdasarkan ekspresi
TNF-α.
Dari penelitian ini diperoleh kelompok terbanyak dijumpai ekspresi
positif (overexpression) TNF-α pada polip hidung yaitu sebanyak 28 orang
(84,8%) sedangkan ekspresi negatif sebanyak 5 orang (15,2%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh
Chengsua et al. (2001) yang mendapatkan ekspresi TNF-α meningkat
pada polip hidung.
Studi menunjukkan bahwa terdapat jumlah yang tinggi dari sel-sel
radang pada lamina propria polip hidung, diantaranya adalah eosinofil,
neutrofil dan limfosit. Eosinofil merupakan sel radang yang paling banyak
dijumpai. Histopatologi polip hidung ditandai dengan hiperplasia sel goblet
dan penipisan membran basal dengan infiltrasi eosinofil yang dominan.
Berdasarkan histopatologi sekitar 85-90% adalah polip eosinofilik. Hal ini
disebabkan meningkatnya migrasi eosinofil kedalam jaringan, bertambah
lamanya usia eosinofil atau keduanya. Disebutkan bahwa TNF-α
meningkatkan produksi VCAM-1 dan RANTES pada fibroblast hidung dan
mengaktivasi transmigrasi dari eosinofil di mana lebih lanjut akan
memproduksi TNF-α dan mempercepat penumpukan dari eosinofil pada
polip hidung. Selain itu TNF-α juga meregulasi infiltrasi dari neutrofil
dengan meningkatkan produksi selektin pada endotel. Dalam hal ini
peningkatan dari TNF-α dikaitkan dengan peningkatan dari infiltrasi
eosinofil dan neutrofil pada polip hidung (Ferguson and Orlandi 2006,
Peric et al. 2010, Peric et al. 2012, Baratawidjaja & Rengganis 2012). Dari
hasil penelitian ini terlihat TNF-α dijumpai meningkat (overexpression)
pada polip hidung sebanyak 84,8%, yang menggambarkan bahwa TNF-α
memiliki peranan penting dalam terbentuknya suatu polip hidung.
5.2 Distribusi frekuensi usia penderita polip hidung berdasarkan
ekspresi TNF-α
30
Universitas Sumatera Utara
31
Pada penelitian ini diperoleh kelompok usia yang terbanyak dengan
ekspresi TNF-α positif adalah ≥ 40 tahun sebanyak 17 orang (60,7%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Munir,
yang dalam penelitiannya di RS H. Adam Malik Medan melaporkan
insiden polip tertinggi pada rentang usia 35 dan 44 tahun. Pada penelitian
sebelumnya oleh Bruunsgaard, dkk. disebutkan bahwa usia berhubungan
dengan peningkatan proses inflamasi di sirkulasi darah.
Di mana
penuaan dikaitkan dengan peningkatan dari beberapa sitokin pro-inflamasi
di dalam sirkulasi darah, diantaranya IL-6, sitokin antagonis, protein fase
akut, neopterin dan termasuk di dalamnya peningkatan dari level TNF-α
maupun reseptor TNF terlarut di dalam sirkulasi darah. Peningkatan dari
aktivitas inflamasi pada usia lanjut telah merefleksikan suatu proses
patologis yang terkait usia (Bruunsgaard et al. 2000, Bruunsgaard et al.
2003, Munir 2008).
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada penelitian ini
secara keseluruhan dari 33 total sampel dijumpai kelompok umur tertinggi
adalah ≥ 40 tahun sebanyak 20 orang (60,6%).
5.3 Distribusi frekuensi jenis kelamin penderita polip hidung
berdasarkan ekspresi TNF-α
Dari hasil penelitian ini diperoleh kelompok polip dengan ekspresi TNFα positif tertinggi dijumpai pada laki-laki yaitu sebanyak 19 orang (67,9%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh
Busaba dkk. (2008) dari 514 pasien dewasa diperoleh diagnosis
terbanyak pada 273 pasien perempuan adalah RSK tanpa polip hidung
sedangkan pada 241 pasien laki-laki diperoleh diagnosis terbanyak adalah
RSK dengan polip hidung. Munir dalam penelitiannya mendapatkan polip
hidung terbanyak dijumpai pada laki-laki sejumlah 17 orang (65%).
Bachert (2011) melaporkan bahwa prevalensi polip hidung cenderung
meningkat dengan bertambahnya umur dan hampir dua kali lipat lebih
sering pada laki laki dibandingkan wanita, hal ini mungkin disebabkan
Universitas Sumatera Utara
32
karena laki laki lebih sering terpapar asap rokok, debu dan bahan-bahan
kimia lainnya.
Hal yang juga perlu diperhatikan pada penelitian ini, secara
keseluruhan dari 33 total sampel dijumpai laki-laki sebagai kelompok
terbanyak yaitu 22 orang (66,7%).
5.4 Distribusi frekuensi tipe histopatologi polip hidung berdasarkan
ekspresi TNF-α
Pada penelitian ini, polip hidung terbanyak dengan ekspresi TNF-α
positif dijumpai pada polip tipe 1 (Eosinophilic/Allergic polyp) sebanyak 18
jaringan (64,3%) diikuti dengan tipe 2 (Fibroinflammatory polyp) sebanyak
10 orang (35,7%). Tidak dijumpai tipe 3 (Polyp with Hyperplasia of
Seromucinous Glands) maupun tipe 4 (Polyp with Stromal Atypia) pada
penelitian ini.
TNF-α merupakan sitokin pro-inflamasi dengan efek biologis pada
bermacam jenis sel. Pada eosinofil, TNF-α meningkatkan rekrutmen dari
eosinofil ke jalan nafas dengan diperantarai oleh pelepasan dari mediator
kimia seperti yang juga didapatkan pada penelitian sebelumnya oleh
Yoshifuku dkk. mendapatkan TNF-α meningkatkan sekresi dari Vascular
Cell Adhesion Molecule One (VCAM-1) dan Regulated on Activation
Normal T-Cell Expressed and Secreted (RANTES) oleh fibroblas yang
berasal dari polip hidung yang kaya eosinofil (phE) maupun polip hidung
non-eosinofilik (phNE).
Munir melaporkan polip alergi lebih dominan
(62%) di RSUP H. Adam Malik Medan. Studi histomorfolologis oleh
Kahveci dkk., diperoleh jaringan polip dari semua tipe terdiri dari eosinofil,
sel plasma dan limfosit. Percobaan oleh Ohori dkk. seperti yang
dikemukakan
oleh
Peric
dkk.,
mengemukakan
bahwa
TNF-α
meningkatkan produksi VCAM-1 pada fibroblast hidung dan mengaktivasi
transmigrasi dari eosinofil di mana lebih lanjut akan memproduksi TNF-α
dan mempercepat penumpukan dari eosinofil pada polip hidung
(Tsukahara et al, 1999, Yoshifuku, 2007, Munir, 2008, Kahveci, 2008,
Peric et al. 2010). Hal ini sesuai dengan yang didapatkan pada penelitian
Universitas Sumatera Utara
33
ini dimana polip tipe 1 (Allergic polyp) dengan eosinofil sebagai sel yang
dominan, dijumpai sebagai kelompok yang paling tinggi dengan ekspresi
TNF-α positif sebanyak 64,3%.
Baratawidjaja & Rengganis (2012) dalam bukunya menulis TNF-α dan
IL-1 yang dilepas oleh makrofag pada daerah inflamasi akan mengaktifkan
sel endotel untuk memproduksi selektin (ligan integrin dan kemokin) yang
berperan dalam meregulasi migrasi neutrofil dari vaskular ke daerah
inflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa TNF-α juga berperan penting dalam
meregulasi infiltrasi netrofil. Pada penelitian ini diperoleh polip tipe 2 yaitu
Fibroinflammatory polyp dengan netrofil sebagai sel yang dominan,
sebanyak 10 sampel di mana keseluruhannya dengan ekspresi TNF-α
positif (overexpression).
5.5 Distribusi frekuensi stadium polip hidung berdasarkan ekspresi
TNF-α
Dari hasil penelitian ini diperoleh polip hidung dengan ekspresi TNF-α
positif dijumpai terbanyak pada stadium 3 sebanyak 14 sampel (50,0%)
diikuti stadium 2 sebanyak 13 sampel (46,4%) dan stadium 1 sebanyak 1
sampel (3,6%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan dari hasil
penelitian sebelumnya oleh Peric et al. (2010) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan di antara pengurangan dari ukuran polip hidung
dengan penurunan level TNF-α pada sekret hidung dari pasien non atopi.
Dalam penelitian oleh Sastre & Mosges, didapatkan bahwa setelah
pemberian Fluticasone Furoate pada pasien polip hidung terjadi
pengurangan dari ukuran polip. Di mana pengurangan ukuran polip ini
disebabkan oleh karena sekresi protein dan gen inflamasi pada fibroblast
hidung yang berkurang. Dari hasil penelitian tersebut, diasumsikan bahwa
polip dengan dengan derajat tinggi yaitu stadium 3 merupakan polip yang
memiliki ekspresi gen inflamasi yang lebih besar disertai ekspresi dari
sitokin inflamasi yang lebih tinggi, termasuk di antaranya TNF-α yang
dijumpai positif (overexpression) terbanyak dijumpai pada stadium 3,
sebagaimana yang didapatkan pada penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
34
Hal lain yang perlu diperhatikan pada penelitian ini, dari 33 total
sampel, polip stadium 2 merupakan kelompok yang terbanyak sejumlah
18 sampel (54,5%) diikuti stadium 3 sejumlah 14 sampel (42,4%) di mana
seluruhnya dari stadium 3 ini dijumpai overexpression dari TNF-α.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Pada penelitian ini, penderita polip hidung di RSUP H. Adam
Malik, Medan sejak Juli 2013 sampai Januari 2015 dijumpai
ekspresi positif (overexspression) TNF-α (84,8%).
2. Ekspresi TNF-α positif lebih banyak dijumpai pada kelompok
umur ≥40 tahun (60,7%)
3. Ekspresi TNF-α positif lebih banyak dijumpai pada penderita
polip laki-laki (67,9%).
4. Ekspresi TNF-α positif lebih banyak dijumpai pada polip hidung
tipe alergi (64,3%).
Ekspresi TNF-α positif lebih banyak dijumpai pada polip hidung
stadium 3 (50%)
6.2
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih besar
dan lebih merata untuk dapat memahami peran TNF-α pada penderita
polip hidung, sehingga hasil penelitian dapat berguna untuk menentukan
terapi yang optimal.
35
Universitas Sumatera Utara