Analisis Konjungsipada Terjemahan Suratyunus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Terdahulu
Kajian terdahulu tentang konjungsi yang pernah dilakukan antara lain :
1. Hadiyar (830811366) Skripsi USU tahun 1990 dengan judul “Studi
Kontrastif Huruf ‘Athaf Dalam Bahasa Arab dengan Konjungsi Dalam
Bahasa Indonesia” yang mengacu pada teori Mustafa Al-Ghulayayni dan
Al-Hasyimi untuk dalam bidang bahasa Arab sedangkan dalam bidang
bahasa Indonesia teori yang dipakai mengacu pada teori yang dikembangkan
oleh Kerf Gorys dan Anton Molieono dkk. Hasil penelitian antara lain: huruf
‘athaf dalam bahasa Arab sebanyak sembilan buah sedangkan konjungsi
dalam bahasa Indonesia sebanyak 158 buah.
2. Farikha Asajati (A 3100090273) Skripsi Universitas Muhamaddiyyah
Surakarta tahun 2013 dengan judul “Analisis Konjungsi Antar Klausa Dalam
Kalimat Majemuk Pada Terjermahan Al-Qur`an Surat Al-Hajj” yang
mengacu pada teori yang dikembangkan Abdul Chaer. Hasil penelitian antara
lain: (1) bentuk dan jenis konjungsi antarklausa dalam kalimat majemuk pada
terjemahan Al-Qur`an surat Al-Hajj terdiri dari konjungsi koordinatif dan
konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif yang terdapat dalam kalimat
majemuk pada terjemahan Al-Qur`an surat Al-Hajj dalam penelitian ini
meliputi
konjungsi
yang
menyatakanpenjumlahan,
pemilihan,
dan
pertentangan. Adapun konjungsi subordinatif yang terdapat dalam penelitian
ini meliputi konjungsi yang menyatakan hubungan waktu, sebab, akibat,
konsesif, tujuan, perkecualian, sikap, dan keniscayaan. (2)Secara garis besar
makna
yang terkandung pada surat
Al-Hajj mengemukakantentang
disyariatkannya ibadah haji, mengenai waktu-waktu yang boleh dilakukannya
peperangan dan yang tidak boleh melakukannya sehubunganadanya bulanbulan haram yang ditentukan Allah. Mengingatkan manusiakepada adanya
hari kebangkitan dengan mengemukakan bukti-bukti tentangkejadi,an dan
proses perkembangan manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.Manusia
Universitas Sumatera Utara
hendaklah bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahkan oleh Allah dan
hendaklah menyembah Allah Tuhan semesta alam.
3. Arief Abdillah Fikri (A 310100041) Skripsi Universitas Muhamaddiyyah
Surakarta tahun 2014 dengan judul “Analisis Konjungsi Pada Terjemahan
Surat An-Nisa`“ yang mengacu pada teori yang dikembangkan Abdul Chaer.
Hasil penelitian antara lain: 1) ditemukan 11 konjungsi koordinatif dan 7
konjungsi subordinatif. 2) ditemukan 6 makna konjungsi koordinatif dan 5
makna konjungsi subordinatif.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Farikha Asajati (2013) yang berjudul
“Analisis Konjungsi Antar Klausa Dalam Kalimat Majemuk Pada Terjermahan AlQur`an Surat Al-Hajj”memiliki persamaan dengan penelitian ini. Persamaannya
dengan penelitian ini dengan menggunakan terjemahan Al-Qur`an dan membahas
konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif . Perbedaannya terletak objek yang
diteliti. Pada penelitian Farikha Asajati, objek yang diteliti Antar Klausa Dalam
Kalimat Majemuk Pada Terjermahan Al-Qur`an Surat Al-Hajj dengan menggunakan
toeri Abdul Chaer sedangkan pada penelitian ini objek penelitiannya berupa
konjungsi pada terjemahan surat Yunus dengan menggunakan teori Hasan Alwi dkk..
Pada penelitian yang dilakukan oleh Arief Abdillah Fikri (2014) yang
berjudul “Analisis Konjungsi Pada Terjemahan Surat An-Nisa`” memiliki persamaan
dengan penelitian ini. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu meneliti konjungsi
pada terjemahan dengan membahas pada konjungsi koordinatif dan konjungsi
subordinatif. Perbedaannya adalah pada penelitian Arief Abdillah Fikri meneliti pada
terjemahan surat An-Nisa` dengan menggunakan toeri Abdul Chaer sedangkan pada
penelitian ini meneliti pada terjemahan surat Yunus menggunakan teori Hasan Alwi
dkk.
2.2 Pengertian Konjungsi
Hasan Alwi, dkk (2010:301) konjungsi
di istilahkan dengan nama
konjungtor yang juga dinamakan kata sambung yang merupakan kata tugas yang
menghubungkan dua satu bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan
frasa, atau klausa dengan klausa.
Universitas Sumatera Utara
Konjungsi adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai
penyambung, perangkai, atau penghubung antara kata dengan kata, frasa dengan
frasa, klausa dengan klausa , kalimat dengan kalimat dan seterusnya (Harimurti
Kridalaksana, 1984:105; HG Tarigan, 1987:101).
Hal senada diungkapkan Chaer (1994:269), konjungsi merupakan alat untuk
menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan paragraf
dengan paragraf. Dengan penggunaan konjungsi ini, hubungan antar kalimat dengan
kalimat maupun paragraf dengan paragraf menjadi, lebih jelas bila dibandingkan
dengan hubungan yang tanpa konjungsi.
Sementara itu, Keraf (dalam Rani, dkk., 2004:107), konjungsi dalam tata
bahasa tradisional termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat. Namun, dalam kenyataan pemakaian sehari-hari, konjungsi
juga digunakan sebagai sarana untuk menghubungkan dua atau lebih ide yang
tertuang dalam beberapa kalimat.
Istilah konjungsi dalam bahasa Arab (Al-Khuli, 1982:53) dalam bukunya
ADictionary of Theoritical Linguistics (English-Arabic) mengistilahkan konjungsi
dengan kata ﻋﺎﻁﻒ/āṭifun/ ʹpenyambungʹ:
Conjuction :
ﺃﻭ ﺍﺳﻤﺎ، ﻛﻠﻤﺔ ﺗﻌﻄﻒ ﻭﺣﺪﺗﻴﻦ ﻣﻦ ﻧﻮﻉ ﻭﺍﺟﺐ ﺃﻱ ﺗﻌﻄﻒ ﻓﻌﻼ ﻋﻠﻰ ﻓﻌﻞ:ﻋﺎﻁﻒ
ﻋﻠﻰ ﺍﺳﻢ ﺃﻭ ﻅﺮﻓﺎ ﻋﻠﻰ ﻅﺮﻑ ﺃﻭ ﺟﻤﻠﺔ ﻋﻠﻰ ﺟﻤﻠﺔ
/āṭifun : kalimatun ta’ṭifu waḥidataini min nau’in wājibin `ay ta’ṭifu fi’lan ‘alā fi’lin,
`au isman ‘alā ismin `au ẓarfan ‘alā ẓarfin `au jumlatan ‘alā jumlatin/ ʹpenyambung:
mencondongkan dua kata dari bagian yang penting, atau mengarahkan kata kerja
dengan kata kerja, kata benda dengan kata benda, frasa dengan frasa atau kalimat
dengan kalimat.ʹ
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa konjungsi
merupakan bentuk suatu kebahasaan yang dapat berupa kata yang sangat diperlukan
oleh sebuah kalimat karena konjungsi berfungsi memperjelas makna rangkaian antar
kata, antar kelompok kata atau antar kalimat.
2.3 Pembagian Konjungsi
Konjungsi adalah partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata
dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan
Universitas Sumatera Utara
paragraf dengan paragraf.(Kridalaksana, 1983:105). Menurut Hasan Alwi, dkk
(2010:301) konjungsi juga dinamakan kata sambung yang merupakan kata tugas
yang menghubungkan dua satu bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa
dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Chaer (2003:110), konjungsi bertugas
menghubungkan satu konstituen (baik berupa kata, frase, klausa maupun kalimat)
dengan konstituen lain baik yang berada dalam kalimat maupun yang berada di luar
kalimat.
Adapun yang dimaksud dengan kata, frasa, klausa dan kalimat dalam Kamus
Linguistik (Kridalaksana, 1993) adalah sebagai berikut:
a. Kata (word): 1) morfem atau kombinasi oleh bahasawan dianggap sebagai
satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. 2) satuan
bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi, morfem tunggal. (1993:89).
Menurut Asrori (2004:67) kata dapat diistilahkan dengan kalimah. Misal:
ﺑﻴﺖ/baitun/ ʹrumahʹ.
b. Frasa (Phrase): gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif.
(1993:52). Menurut Asrori (2004:33), frasa atau tarkib adalah gabungan
unsur yang saling terkait dan menempati fungsi tertentu dalam kalimat atau
suatu bentuk dengan kata tunggal dalam arti gabungan kata tersebut dapat
diganti dengan satu kata saja. Misal:
ﻗﻤﻴﺺ ﻋﻠﻲ/qamīsun ʻaliyyun / ʹbaju
Aliʹ.
c. Klausa (clause): satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurangkurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk
menjadi, kalimat. (1993:100). Menurut Asrori (2004:72-73), klausa dapat
disepadankan dengan jumlah. Misal:
ﺃﺣﻤﺪ ﻭ ﻛﺮﻳﻢ ﻳﻠﻌﺒﺎﻥ/`aḥmadun
wa
karīmun yalʻabāni/ ʹAhmad dan Karim mereka berdua sedang bermainʹ.
d. Kalimat (sentence): 1) satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari
klausa. 2) klausa bebas yang menjadi, bagian kognitif percakapan, satuan
proposisi yang menggabungkan gabungan klausa atau merupakan satu
klausa, yang membentuk satuan yang bebas, jawaban minimal, seruan, salam
Universitas Sumatera Utara
dan sebagainya. 3) kontruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih
klausa yang ditata menurut pola yang tertentu dan dapat berdiri sendiri
sebagai satuan. (1993:83). Adapaun menurut Asrori (2004:73), kalimat dapat
disepadankan dengan istilah kalam. Misal:
ﺍﺳﺘﻴﻘﻆ ﻳﺎﺳﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻮﻡ ﻣﺒﻜﺮﺍ ﺛﻢ
ﺗﻮﺿﺄ ﻭ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﺼﺒﺢ/`istaiqaẓa yāsiru minan an-naumi mubakkirān ṡumma
tawaḍḍa`a wa ṣalla aṣ-ṣubhi/ ʹyasir bangun tidur pagi -pagi kemudian dia
berwudhu untuk sholat subuh.ʹ
Pada terjemahan kalimat tersebut yang merupakan induk kalimat
yaitu: “Yasir bagun tidur pagi-pagi” dan anak kalimatnya yaitu: “kemudian
dia berwudhu untuk sholat subuh”
e. Induk kalimat atau disebut juga dengan klausa pertama adalah bagian kalimat
(klausa) dari kalimat majemuk bertingkat yang sekurang-kurangnya terdiri
atas subjek dan predikat yang mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
Sementara itu, anak kalimat atau disebut juga klausa terikat adalah bagian
kalimat (klausa) yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat pelengkap.
(Kridalaksana, 1983:101)
Menurut Alwi, dkk (2010:303), konjungsi dibagi menjadi, empat kelompok
yaitu: 1) Konjungsi koordinatif, 2) konjungsi koleratif, 3) konjungsi subordinatif dan
4) konjungsi antar kalimat.
2.3.1Konjungsi Koordinatif
Menurut Alwi, dkk (2010:301) dan kridalaksana, (1983:106) bahwa
konjungsi koordinatif dapat didefinisikan konjungsi yang menghubungkan dua unsur
atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Hal ini juga
diungkapkan Chaer (2003:110), konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua konstituen atau lebih kedudukannya sederajat. Dalam Bahasa
Arab konjungsi subordinatif disebut
ﻋﺎﻁﻒ ﻣﻜﺎﻓﺊ/‘āṭifun
mukāfi`un/ (Al-Khuli,
1982:59). Berikut ini konjungsi yang termasuk ke dalam konjungsi koordinatif
adalah sebagai berikut (Alwi, dkk, 2010:303):
Universitas Sumatera Utara
a. Konjungsi koordinatif penambahan
Konjungsi ini menghubungkan kata, frasa, klausa atau kalimat yang saling
menambahkan, yaitu dan.
b. Konjungsi koordinatif pendampingan
Konjungsi ini menghubungkan kata, frasa, klausa atau kalimat yang saling
berdampingan, yaitu serta.
c. Konjungsi koordinatif pemilihan
Konjungsi
ini
menghubungkan
kata,
frasa,
klausa
atau
kalimat
kata,
frasa,
klausa
atau
kalimat
yangmenunjukkan pilihan, yaitu atau.
d. Konjungsi koordinatif perlawanan
Konjungsi
ini
menghubungkan
yangberlwawanan, seperti tetapi, melainkan.
e. Konjungsi koordinatif pertentangan
Konjungsi ini menghubungkan kata, frasa, klausa atau kalimat yang saling
bertentangan, yaitu padahal, sedangkan.
Contoh: pedagang itu menjual pakaian dan kain.
Pada terjemahan suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
َﺍﻥ
ِ َﺎﻝ ﻧ
ِ ََﺍﻥ َﻭﺍﻷ ْﻗ َﺮﺑُﻮﻥَ َﻭ ِﻟﻠﻨﱢ َﺴﺎ ِء ﻧ
ِ ِﻟﻠﺮﱢ َﺟ
ِ ﺼﻴﺐٌ ِﻣ ﱠﻤﺎ َﺗ َﺮﻙَ ْﺍﻟ َﻮﺍ ِﻟﺪ
ِ ﺼﻴﺐٌ ِﻣ ﱠﻤﺎ ﺗَ َﺮﻙَ ْﺍﻟ َﻮﺍ ِﻟﺪ
ﺼﻴﺒًﺎ َﻣ ْﻔﺮُﻭﺿًﺎ
ِ ََﻭﺍﻷ ْﻗ َﺮﺑُﻮﻥَ ِﻣ ﱠﻤﺎ ﻗَ ﱠﻞ ِﻣ ْﻨﻪُ ﺃَﻭْ َﻛﺜُ َﺮ ﻧ
/Lirrijāli naṣībun mimmā taraka al-wālidāni wa al-aqrabūna walinnisā`i naṣībun
mimmā taraka al-wālidāni wa al-aqrabūna mimmā qalla minhu `au kaṡura naṣībān
mafrūḍān/" Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tuadan
kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua
orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak, menurut bagian yang telah
ditetapkan." (Q.S.4:7)
Pada terjemahan ayat di atas terdapat 2 (dua) konjungsi koordinatif yaitu:
ʹdanʹ dan ʹatauʹ. K onjungsi ʹdanʹ yang menyatakan hubungan makna penambahan
antara “kedua orang tua” dengan “kerabatnya”. Selanjutnya Konjungsi ʹ atauʹyang
menyatakan hubungan makna pemilihanantara “sedikit” dengan “banyak”.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2Konjungsi Korelatif
Dalam skripsi ini peneliti hanya mengkhususkan pembahasan pada konjungsi
koordinatif dan konjungsi subordinatif, namun demikian ada baiknya peneliti
cantumkan sedikit uraian tentang konjungsi korelatif.
Menurut Alwi, dkk (2010:304), konjungsi korelatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang
sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata,
frasa, atau klausa yang dihubungkan. Hal ini juga diungkapkan kridalaksana
(1983:106) bahwa konjungsi korelatif adalah konjungsi yang terdiri dari dua pasang
yang menghubungkan kata, frase, atau klausa yang sederajat.
Berikut ini konjungsi yang termasuk ke dalam konjungsi korelatif adalah
sebagai berikut (Alwi, dkk, 2010:302): Baik... maupun... , Tidak hanya..., tetapi
juga... , Bukan hanya..., melainkan juga... Demikian... sehingga...,
Sedemikian
rupa... sehingga..., Apa(kah)... atau..., Entah... entah..., Jangankan... pun...
Contoh: Apa(kah) anda setuju atau tidak, kami akan jalan terus.
Contohnya dalam kalimat bahasa Arab:
ﺃﺧﺎﻟﺪ ﺣﻀﺮ ﺃﻡ ﻋﻠﻲ
/`akhalidun ḥaḍara `am ʻaliyyun / ʹApakah Ali atau Khalid yang datangʹ.
2.3.3Konjungsi Subordinatif
Hasan Alwi, dkk (2010:305) mendefinisikan konjungsi subordinatif adalah
konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa itu tidak memiliki
kedudukan yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat. Hal ini
didukung oleh Chaer (2003:110-111) bahwa konjungsi subordinatif adalah konjungsi
yang menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya tidak sederajat. konstituen
atasan yang bebas; dan kontituen yang lain, menjadi, bawahan yang kedudukannya
tergantung pada konstituen pertama. Begitupun yang diungkapkan oleh kridalaksana,
(1983:106) bahwa konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang dipakai untuk
mengawali klausa terikat guna menyambungkan dengan klausa utama dalam kalimat
bersusun. Dalam Bahasa Arab konjungsi subordinatif disebut
ﻋﺎﻁﻒ ﻣﺘﺒﻊ/‘āṭifun
mutbi‘un/ (Al-Khuli, 1982:273)
Universitas Sumatera Utara
Contoh : aku tertidur ketika ayah pulang kerja. Pada contoh tersebut dapat dilihat
bahwa “aku tertidur” merupakan induk kalimat sedangkan “ayah pulang kerja”
merupakan anak kalimat.
Berikut ini adalah kelompok-kelompok dari konjungsi subordinatif antara
lain (2010:305):
a. Konjungsi subordinatif waktu
1. Sejak, semenjak, sedari.
Contoh: kenakalan anak itu bertambah sejak ia kembali dari kota.
Pada suratAl-A’araf, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
َْﻄﻠُﻮﻥ
ِ ﺃَﻭْ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﺇِﻧﱠ َﻤﺎ ﺃَ ْﺷ َﺮﻙَ ﺁﺑَﺎ ُﺅﻧَﺎ ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﺒ ُﻞ َﻭ ُﻛﻨﱠﺎ ُﺫﺭﱢ ﻳﱠﺔً ِﻣ ْﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ِﻫ ْﻢ ﺃَﻓَﺘُ ْﻬﻠِ ُﻜﻨَﺎ ِﺑ َﻤﺎ ﻓَ َﻌ َﻞ ْﺍﻟ ُﻤﺒ
/Au taqūlū `innamā `asyraka `ābā`unā min qablu wakunnā żurrīyyatan min
baʻdihim `afatuhlikunā bimā faʻala al-mubṭilūna/ ʹatau agar kamu tidak
mengatakan: 'Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan
Allah, sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan, yang
(datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau membinasakan kami, karena
perbuatan orang-orang yang yang sesat dahulu.ʹ (Q.S.7:173)
Pada terjemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹsejak dahuluʹmenyatakan makna hubungan waktu yang menghubungkan
antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Sesungguhnya orangorang tua kami telah mempersekutukan Allah” dengan “sejak dahulu, sedang
kami ini adalah anak-anak keturunan, yang (datang) sesudah mereka”.
2. Sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta,
sambil, demi.
Contoh: Pak Bukhari sudah meninggal ketika dokter datang.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
َﺿﻰ ِﻣﻦ
َ ْﺎﺱ َﻭ َﻻ ﻳَ ْﺴﺘَ ْﺨﻔُﻮﻥَ ِﻣﻦَ ﷲِ َﻭﻫ َُﻮ َﻣ َﻌﻬُ ْﻢ ﺇِ ْﺫ ﻳُﺒَﻴﱢﺘُﻮﻥَ َﻣﺎ َﻻ ﻳَﺮ
ِ ﻳَ ْﺴﺘَ ْﺨﻔُﻮﻥَ ِﻣﻦَ ﺍﻟﻨﱠ
ْﺍﻟﻘَﻮْ ِﻝ َﻭ َﻛﺎﻥَ ﷲُ ِﺑ َﻤﺎ ﻳَ ْﻌ َﻤﻠُﻮﻥَ ُﻣ ِﺤﻴﻄًﺎ
/Yastakhfūna mina an-nāsi walā yastakhfūna minallahi wahuwa maʻahum iż
yubayyitūna mā lā yarḍā mina al-qauli wakānallahu bimā yaʻmalūna muhīṭan/
ʹMereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat
bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam
mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridhai-Nya. Dan Allah
Maha meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan.ʹ (Q.S.4:108)
Universitas Sumatera Utara
Pada terjemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹketikaʹmenyatakan
hubungan
makna
hubungan
waktu
yang
menghubungkan antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut:
“mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka”
untuk menyatakan hubungan antara induk kalimat dan anak kalimat yaitu:
“ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak
diridhai-Nya”. Jadi, antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh
konjungsi ʹketikaʹ.
3. Setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai.
Contoh: sebelum kepergiannya, ia menulis telah menulis sebuah puisi.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ُ ِﺳﻨَﻦَ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﺒﻠ
ﻮﺏ َﻋﻠَ ْﻴ ُﻜ ْﻢ َﻭﷲُ َﻋﻠِﻴ ٌﻢ َﺣ ِﻜﻴ ٌﻢ
ُ ﻳ ُِﺮﻳ ُﺪ ﷲُ ﻟِﻴُﺒَﻴﱢﻦَ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َﻭﻳَ ْﻬ ِﺪﻳَ ُﻜ ْﻢ
َ ُﻚ ْﻡ َﻭﻳَﺘ
/Yurīdullahu liyubayyina lakum wayahdiyakum sunana al-lażīna min qablikum
wayatūba ʻalaikum wallahu ʻalīmun hakīmun/ ʹAllah hendak menerangkan
(syariat-Nya) kepadamu, dan menunjukkan jalan-jalan (kehidupan) orang yang
sebelum kamu (para nabi dan orang-orang saleh) dan Dia menerima taubatmu.
Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana .ʹ (Q.S.4:26)
Pada terjemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹsebelumʹmenyatakan makna
hubungan waktu yang menghubungkan
antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Allah hendak
menerangkan
(syariat-Nya)
kepadamu,
dan
menunjukkan
jalan-jalan
(kehidupan) orang yang” dengan “sebelum kamu (para nabi dan orang-orang
saleh) dan Dia menerima taubatmu”. Jadi, antara induk kalimat dan anak
kalimat dipisah oleh konjungsi ʹsebelumʹ.
4. Hingga, sampai.
Contoh: Budi mengurusi adik-adiknya hingga bapaknya pulang dari kantor.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ُ ﺎﻝ ﺇِﻧﱢﻲ ﺗُﺒ
ُ ْﻀ َﺮ ﺃَ َﺣ َﺪﻫُ ُﻢ ْﺍﻟ َﻤﻮ
ﺖ ﺍﻟﺘﱠﻮْ ﺑَﺔُ ِﻟﻠﱠ ِﺬﻳﻦَ ﻳَ ْﻌ َﻤﻠُﻮﻥَ ﺍﻟ ﱠ
َْﺖ ﺍﻵﻥ
َ َﺕ ﻗ
َ ﺕ َﺣﺘﱠﻰ ﺇِ َﺫﺍ َﺣ
ِ ﺴﻴﱢﺌَﺎ
ِ َﻭﻟَ ْﻴ َﺴ
َﻭ َﻻ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﻳَ ُﻤﻮﺗُﻮﻥَ َﻭﻫُ ْﻢ ُﻛﻔﱠﺎ ٌﺭ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺃَ ْﻋﺘَ ْﺪﻧَﺎ ﻟَﻬُ ْﻢ َﻋ َﺬﺍﺑًﺎ ﺃَﻟِﻴ ًﻤﺎ
Universitas Sumatera Utara
/Walaisati at-taubatu lillażīna yaʻmalūna as-sayyi`āti ḥatta `iʹā haḍara
`aḥadahumu al-mautu qāla `innī tubtu al-`āna walā al-lażīna yamūtūna
wahum kuffārun `ūla`ika `aʻtadnā lahum ʻażābān `alīmān/ ʹDan taubat itu
tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga
apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia
mengatakan ʹʹSaya benar -benar bertobat sekarang.ʹʹ Dan tidak (pula diterima
tobat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran.
Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih.ʹ (Q.S.4:18)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹ hinggaʹmenyatakan makna hubungan waktu yang menghubungkan
antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Dan taubat itu tidaklah
(diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan” sedangkan anak
kalimat terdapat pada kalimat : “hingga apabila datang ajal kepada seseorang
di antara mereka, (barulah) dia mengatakan
ʹʹSaya benar
-benar bertobat
sekarang.ʹʹ”. Jadi, antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh
konjungsi ʹsebelumʹ.
b. Konjungsi subordinatif syarat : jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
Contoh: saya akan melaksanakan ibadah haji jika tanah saya laku dijual.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﺇِﻥْ ﺗُ ْﺒﺪُﻭﺍ َﺧﻴْﺮً ﺍ ﺃَﻭْ ﺗُ ْﺨﻔُﻮﻩُ ﺃَﻭْ ﺗَ ْﻌﻔُﻮﺍ ﻋ َْﻦ ﺳُﻮ ٍء ﻓَﺈ ِ ﱠﻥ ﷲَ َﻛﺎﻥَ َﻋﻔُ ًّﻮﺍ ﻗَ ِﺪﻳﺮً ﺍ
/`In tubdū khairān` au tukhfūhu `au taʻfūʻan sū`in fa`innallaha kāna ʻafūwwān
qadīrān/ʹJika kamu menyatakan sesuatu kebajikan, menyembunyikannya atau
memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sungguh Allah Maha Pemaaf,
Mahakuasa.ʹ (Q.S.4:149)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹjikaʹ menyatakan hubungan makna syaratyang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “kamu menyatakan sesuatu
kebajikan, menyembunyikannya atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang
lain)” dengan “maka sungguh Allah Maha Pemaaf, Mahakuasa”. Jadi, antara
induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹjikaʹ.
c. Konjungsi subordinatif kemiripan
:
andaikan,
seandainya,
umpamanya,
sekiranya.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: saya pasti memaafkannya seandainya dia mau mengakui kesalahannya.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
َﺼ ْﻴﻨَﺎ َﻭﺍ ْﺳ َﻤ ْﻊ َﻏﻴ َْﺮ
َ ﺍﺿ ِﻌ ِﻪ َﻭﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ َﺳ ِﻤ ْﻌﻨَﺎ َﻭﻋ
ِ ِﻣﻦَ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﻫَﺎﺩُﻭﺍ ﻳ َُﺤﺮﱢ ﻓُﻮﻥَ ْﺍﻟ َﻜﻠِ َﻢ ﻋ َْﻦ َﻣ َﻮ
ﱢﻳﻦ َﻭﻟَ ْﻮ ﺃَﻧﱠﻬُ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ َﺳ ِﻤ ْﻌﻨَﺎ َﻭﺃَﻁَ ْﻌﻨَﺎ َﻭﺍ ْﺳ َﻤ ْﻊ
ِ ُﻣ ْﺴ َﻤ ٍﻊ َﻭ َﺭﺍ ِﻋﻨَﺎ ﻟَﻴًّﺎ ِﺑﺄ َ ْﻟ ِﺴﻨَﺘِ ِﻬ ْﻢ َﻭﻁَ ْﻌﻨًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪ
ً َﻭﺍ ْﻧﻈُﺮْ ﻧَﺎ ﻟَ َﻜﺎﻥَ َﺧﻴْﺮً ﺍ ﻟَﻬُ ْﻢ َﻭﺃَ ْﻗ َﻮ َﻡ َﻭﻟَ ِﻜ ْﻦ ﻟَ َﻌﻨَﻬُ ُﻢ ﷲُ ِﺑ ُﻜ ْﻔ ِﺮ ِﻫ ْﻢ ﻓَ َﻼ ﻳ ُْﺆ ِﻣﻨُﻮﻥَ ﺇِ ﱠﻻ ﻗَ ِﻠ
ﻴﻼ
/Mina al-lażīna hādū yuḥarrifūna al-kalima ʻan mawāḍiʻihi wayaqūlūna
samiʻnā wa ʻashainā wāsmaʻ gaira musmaʻin warāʻinā layyān bialsinatihim
waṭaʻnʻn fī ad-dīni walau `annahum qālū samiʻnā wa `aṭaʻnā wāsmaʻ wānẓurnā
lakāna khairān lahum wa `aqwama walakin laʻanahumullahu bikufrihim falā
yu`minūna `illā qalīlān/ ʹ(Yaitu)di antara orang Yahudi, yang mengubah
perkataan dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata: 'Kami mendengar, tetapi
kami tidak mau menurutinya'. Dan (mereka mengatakan pula): 'Dengarlah',
sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. Dan
(mereka mengatakan): 'Rā'ina', dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela
agama. Sekiranya mereka mengatakan: 'Kami mendengar dan patuh, dan
perhatikanlah kami', tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi
Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman,
kecuali sedikit sekali.ʹ (Q.S.4:46)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹ sekiranyaʹ menyatakan makna hubungan yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Dan (mereka mengatakan):
'Rā'ina', dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela agama” dengan
“Sekiranya mereka mengatakan: 'Kami mendengar dan patuh, dan perhatikanlah
kami'”.Jadi, antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi
ʹsekiranyaʹ.
d. Konjungsi subordinatif tujuan : agar, supaya, biar.
Contoh: Ana harus belajar yang rajin agar naik kelas.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ً َﺰ
ﻳﺰﺍ
ِ ُﺭﺳ ًُﻼ ُﻣﺒَ ﱢﺸ ِﺮﻳﻦَ َﻭ ُﻣ ْﻨ ِﺬ ِﺭﻳﻦَ ﻟِﺌَ ﱠﻼ ﻳَ ُﻜﻮﻥَ ﻟِﻠﻨﱠ
ِ ﺎﺱ َﻋﻠَﻰ ﷲِ ُﺣ ﱠﺠﺔٌ ﺑَ ْﻌ َﺪ ﺍﻟﺮﱡ ﺳ ُِﻞ َﻭ َﻛﺎﻥَ ﷲُ ﻋ
َﺣ ِﻜﻴ ًﻤﺎ
/Rusulān mubasysyirīna wamunżirīna li`alā yakūna linnāsi ʻalallahi hujjatun
baʻda ar-rusuli wakānallahu 'azīzan hakīmān/ ʹRasul-rasul itu adalah sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi
manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana.ʹ (Q.S.4:165)
Universitas Sumatera Utara
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹ agarʹ menyatakan hubungan makna tujuan yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Rasul-rasul itu adalah sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan” dengan “tidak ada alasan bagi
manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus”. Jadi, antara
induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹagarʹ.
e. Konjungsi subordinatif konsesif
Konjungsi yang menyatakan keadaan atau kondisi yang berlawanan dengan
ssesuatu yang dinyatakan pada induk kalimat, seperti: Biarpun, meski(pun),
walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).
Contoh: Pembangunan tetap berjalan meskipun dana semakin menyempit.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ْ َﺇِ ﱠﻥ ﷲَ َﻻ ﻳ
ُ َﺎﻝ َﺫ ﱠﺭ ٍﺓ َﻭﺇِ ْﻥ ﺗ
َﻈﻴ ًﻤﺎ
َ َﻈﻠِ ُﻢ ِﻣ ْﺜﻘ
َ ﻚ َﺣ َﺴﻨَﺔً ﻳ
ِ ﺕ ِﻣ ْﻦ ﻟَ ُﺪ ْﻧﻪُ ﺃَﺟْ ﺮً ﺍ ﻋ
ِ ُﻀﺎ ِﻋ ْﻔﻬَﺎ َﻭﻳ ُْﺆ
/Innallaha lā yaẓlimu miṡqāla żarratin wa `in taku ḥasanatan yuḍāʻifhā wayu`ti
min ladunhu `ajrān ʻaẓīmān/ ʹSungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang
walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil zarrah), niscaya Allah
akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya.ʹ
(Q.S.4:40)
Pada terjemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹ meskipunʹmenyatakan hubungan makna konsesif yang menghubungkan
antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Allah tidak akan
menzalimi seseorang” dengan “sebesar zarrah”. Jadi, antara induk kalimat dan
anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹwalaupunʹ.
f. Konjungsi subordinatif pembandingan : seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana,
seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.
Contoh: Beli kemeja batik saja daripada baju kaos untuk pertemuan nanti.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ُ ْﺐ ِﻓﻴ ِﻪ َﻭ َﻣ ْﻦ ﺃَﺻْ َﺪ
ﷲ َﺣ ِﺪﻳﺜًﺎ
َ ﷲُ َﻻ ﺇِﻟَ َﻪ ﺇِ ﱠﻻ ﻫ َُﻮ ﻟَ َﻴﺠْ َﻤ َﻌﻨﱠ ُﻜ ْﻢ ﺇِﻟَﻰ َﻳﻮْ ِﻡ ْﺍﻟ ِﻘ َﻴﺎ َﻣ ِﺔ َﻻ َﺭﻳ
ِ َﻕ ِﻣﻦ
/Allahu lā`ilaha `illā huwa layajmaʻannakum `ilā yaumi al-qiyāmati lā raiba fīhi
waman `aṣdaqu minallahi hadīṡān/ ʹAllah, tidak ada tuhan selain Dia. Dia pasti
akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak diragukan terjadi,nya.
Siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah?.ʹ (Q.S.4.87)
Universitas Sumatera Utara
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹ
daripadaʹ
menyatakan
makna
hubungan
pembandingan
yang
menghubungkan antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut:
“Siapakah yang lebih benar perkataan(nya)” dengan “daripada Allah”. Jadi,
antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹdaripadaʹ.
g. Konjungsi subordinatif sebab : sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
Contoh: Hari ini dia tidak masuk kantor karena sakit.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﺿ ِﻌﻴﻔًﺎ
َ ﻳ ُِﺮﻳ ُﺪ ﷲُ ﺃَ ْﻥ ﻳ َُﺨﻔﱢﻒَ َﻋ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َﻭ ُﺧ ِﻠ
َ ُﺍﻹ ْﻧ َﺴﺎﻥ
ِ ﻖ
/Yurīdullahu `an yukhaffifa ʻankum wakhuliqa al-`insānu ḍaʻīfān/ ʹAllah hendak
memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah.ʹ
(Q.S.4:28)
Pada terjemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹ karenaʹmenyatakan makna hubungan sebab yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Allah hendak memberikan
keringanan kepadamu” dengan “karena manusia diciptakan (bersifat) lemah”.
Jadi, antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹkarenaʹ.
h. Konjungsi subordinatif hasil : sehingga, sampai, maka(nya).
Contoh: Ayah belum mengirim uang sehingga kami belum dapat membayar
uang kuliah.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﺇِ ﱠﻥ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﺗَ َﻮﻓﱠﺎﻫُ ُﻢ ْﺍﻟ َﻤﻼﺋِ َﻜﺔُ ﻅَﺎﻟِ ِﻤﻲ ﺃَ ْﻧﻔُ ِﺴ ِﻬ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻓِﻴ َﻢ ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ُﻛﻨﱠﺎ ُﻣ ْﺴﺘَﻀْ َﻌﻔِﻴﻦَ ﻓِﻲ
ْ ﺎﺟﺮُﻭﺍ ِﻓﻴ َﻬﺎ ﻓَﺄُﻭﻟَ ِﺌﻚَ َﻣﺄْ َﻭﺍﻫُ ْﻢ َﺟ َﻬﻨﱠ ُﻢ َﻭ َﺳﺎ َء
ُﺍﺳ َﻌﺔً ﺗ
ﺕ
ِ ﷲ َﻭ
ِ ُﺽ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺃَﻟَ ْﻢ ﺗَ ُﻜ ْﻦ ﺃَﺭْ ﺽ
ِ ﻑَ َﻬ
ِ ْﺍﻷﺭ
ﺼﻴﺮً ﺍ
ِ َﻣ
/Inna al-lażīna tawaffāhumu al-malā`ikatu ẓālimī`anfusihim qālū fīma kuntum
qālū kunnā mustaḍ'afīna fī al-arḍi qālū alam takun arḍullahi wāsiʻatan
fatuhājirū fīhā fa`ūla`ika ma`wāhum jahannamu wasā`at maṣīrān/
ʹSesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam
keadaan manzalimi sendiri, mereka (para malaikat) bertanya,ʹʹBagaimana kamu
ini?.ʹʹ Mereka menjawab, ʹʹKami orang-orang yang tertindas di bumi (Mekah).
ʹʹ
Mereka (para malaikat) bertanya,
ʹ ʹBukankah bumi Allah itu luas, sehingga
kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?
ʹʹ Maka orang -orang itu
Universitas Sumatera Utara
tempatnya di neraka Jahannam, dan (Jahannam) itu seburuk-buruk tempat
kembaliʹ. (Q.S.4:97)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹsehinggaʹmenyatakan makna hubungan hasil yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Bukankah bumi Allah itu luas”
dengan “sehingga kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?”. Jadi,
antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹsehinggaʹ.
i.
Konjungsi subordinatif alat : dengan, tanpa.
Contoh: ular itu dibunuhnya dengan menggunakan sepotong kayu.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﻟ َﺷ ِﻬﻴﺪًﺍ
ِ ﺏﻋ ْﻠ ِﻤ ِﻪ َﻭ ْﺍﻟ َﻤﻼ ِﺋ َﻜﺔُ ﻳَ ْﺸﻬَ ُﺪﻭﻥَ َﻭ َﻛﻔَﻰ ِﺑﺎ
ِ ُﻟَ ِﻜ ِﻦ ﷲُ ﻳَ ْﺸﻬَ ُﺪ ِﺑ َﻤﺎ ﺃَ ْﻧ َﺰ َﻝ ﺇِﻟَ ْﻴﻚَ ﺃَ ْﻧ َﺰﻟَﻪ
/Lakinillahu yasyhadu bimā`anzala `ilaika `anzalahu biʻilmihi wa al-malā`ikatu
yasyhadūna wakafa billahi syahīdān/ʹTetapi Allah menjadi saksi atas (AlQur`an) yang diturunkan-Nya kepadamu (Muhammad). Dia menurunkannya
dengan ilmu-Nya, dan para malaikat pun menyaksikan. Dan cukuplah Allah
yang menjadi saksi.ʹ (Q.S.4:166)
Pada terjemahn ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹdenganʹ menyatakan makna hubungan alat yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat sepertiberikut: “Tetapi Allah menjadi saksi atas
(Al-Qur`an)
yang
menurunkannya”
diturunkan-Nya
dengan
“dengan
kepadamu
ilmu-Nya,
dan
(Muhammad)
Dia
para
pun
malaikat
menyaksikan”.
j.
Konjungsi subordinatif cara : dengan, tanpa.
Contoh: dia menghindar dari kejaran tersebut dengan bersembunyi di belakang
dinding.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﺎﺏ ِﺑ ْﺎﻟ َﺤ ﱢ
ﺼﻴ ًﻤﺎ
َ َﺇِﻧﱠﺎ ﺃَ ْﻧ َﺰ ْﻟﻨَﺎ ﺇِﻟَ ْﻴﻚَ ْﺍﻟ ِﻜﺘ
ِ ﺏﺎ ﺃَ َﺭﺍﻙَ ﷲُ َﻭ َﻻ ﺗَ ُﻜ ْﻦ ِﻟ ْﻠ َﺨﺎ ِﺋ ِﻨﻴﻦَ َﺧ
ِ ﺎﺱ َﻣ
ِ ﻖ ِﻟﺘَﺤْ ُﻜ َﻢ َﺑ ْﻴﻦَ ﺍﻟﻨﱠ
/Innā`anzalnā`ilaika al-kitāba bil haqqi litahkuma baina an-nāsi
bimā`arākallahu walā takun lilkhā`inīna khaṣīmān/ ʹSungguh, Kami telah
menurunkan kitab (Al-Qur`an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa
kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah
diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang
yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat.ʹ (Q.S.4:105)
Universitas Sumatera Utara
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹdenganʹmenyatakan makna hubungan cara yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut : “agar engkau mengadili antara
manusia” dengan
“dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu”. Jadi,
antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹdenganʹ.
k. Konjungsi subordinatif komplementasi
Konjungsi yang menyatakan untuk melengkapi atau menyempurnakan kata atau
frasa lain, yaitu:bahwa.
Contoh: mereka berkata bahwa mereka akan berkunjung besok.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﺏ ﱠﻥ ﻟَﻬُ ْﻢ َﻋ َﺬﺍﺑًﺎ ﺃَﻟِﻴ ًﻤﺎ
ِ َﺑَ ﱢﺸ ِﺮ ْﺍﻟ ُﻤﻨَﺎﻓِﻘِﻴﻦَ ﺃ
/Basysyiri al-munāfiqīna bi`anna lahum ʻażābān `alīmān/ ʹKabarkanlah kepada
orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih.ʹ
(Q.S.4:138)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹbahwaʹ menyatakan makna komplementasi yang menghubu ngkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Kabarkanlah kepada orangorang munafik” dengan “bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih”.
Jadi, antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹbahwaʹ.
l.
Konjungsi subordinatif atribut :
Konjungsi yang menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan
atau dibedakan dari yang lain,atau menyatakan bahwa bagian kalimat yang
berikutnya menjelaskan kata yang di depan, yaitu:yang.
Contoh: kami menulis apa yang dikatakannya.
Pada surat Yunus, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﺽ َﻭ َﻛﺎﻥَ ﷲُ ِﺑ ُﻜﻞﱢ َﺷ ْﻲ ٍء ُﻣ ِﺤﻴﻄًﺎ
ﻟ َﻣﺎ ِﻓﻲ ﺍﻟ ﱠ
ِ ِ َﻭ
ِ ﺎﻭﺍ
َ ﺴ َﻤ
ِ ْﺕ َﻭ َﻣﺎ ِﻓﻲ ﺍﻷﺭ
/Walillahi mā fī as-samāwāti wamā fī al-`arḍi wakānallahu bikulli syai`in
muhīṭān/ʹDan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang di bumi, dan
(pengetahuan) Allah meliputi segala sesuatu.ʹ (Q.S.4:126)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 2 (dua) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹyangʹ terdapat sebanyak dua kali menyatakan makna hubungan atribut
Universitas Sumatera Utara
yang menghubungkan antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut :
“Dan milik Allah-lah apa” dengan “yang ada di langit” dan “apa yang ada di
langit dan apa” dengan “yang di bumi”. Jadi, antara induk kalimat dan anak
kalimat dipisah oleh konjungsi ʹbahwaʹ.
m. Konjungsi subordinatif perbandingan : sama... dengan, lebih... dari(pada)...
Contoh: restoran ini lebih bersih dari(pada) restoran itu.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ُﻟ َﻭﻫ َُﻮ ُﻣﺤْ ِﺴ ٌﻦ َﻭﺍﺗﱠﺒَ َﻊ ِﻣﻠﱠﺔَ ﺇِﺑ َْﺮﺍ ِﻫﻴ َﻢ َﺣﻨِﻴﻔًﺎ َﻭﺍﺗﱠ َﺨ َﺬ ﷲ
ِ َﻭ َﻣ ْﻦ ﺃَﺣْ َﺴﻦُ ِﺩﻳﻨًﺎ ِﻣ ﱠﻤ ْﻦ ﺃَ ْﺳﻠَ َﻢ َﻭﺟْ ﻬَﻪُ ِ ﱠ
ً ﺇِﺑ َْﺮﺍ ِﻫﻴ َﻢ َﺧ ِﻠ
ﻴﻼ
/Waman `aḥsanu dīnān mimman `aslama wajhahu lillahi wahuwa muḥsinun
wāttabaʻa millata `ibrāhīma ḥanīfan wa`attakhażallahu `ibrāhīma khalīlān/
ʹDan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas
berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim mejadi
kesayangan(Nya).ʹ (Q.S.4:125)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹle bih...
daripada...
ʹ
menyatakan
makna
perbandingan
yang
menghubungkan antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut:
“siapakah yang lebih baik agamanya” dengan “daripada orang yang dengan
ikhlas berserah diri kepada Allahsedang dia mengerjakan kebaikan, dan
mengikuti agama Ibrahim yang lurus”.
2.3.4Konjungsi Antarkalimat
Sama halnya dengan konjungsi korelatif, konjungsi antarkalimat hanya
peneliti cantumkan sedikit uraian dikarenakan dalam skripsi ini peneliti hanya
mengkhususkan pembahasan pada konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satu kalimat
dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi macam ini selalu memulai
suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf
kapital. (Hasan Alwi, dkk, 2010: 306). Berikut adalah konjungsi antarkalimat (Hasan
Alwi, dkk, 2010: 306-308):
Universitas Sumatera Utara
a. Menyatakan pertentangan pada kalimat sebelumnya: biarpun demikian/begitu,
sekalipun
demikian/begitu,
walaupun
demikian/begitu,
meskipun
demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu.
Contoh: Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak
akan menghalanginya.
b. Menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya:
kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.
Contoh: mereka berbelanja di Glodok. Sesudah itu, mereka pergi ke
saudaranya di Ancol.
c. Menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah
dinyatakan sebelumnya: Tambahan pula, lagi pula, selain itu.
Contoh: Pak Dana terkena penyakit kencing manis. Selain itu, dia juga
mengidap terkana darah tinggi.
d. Menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya: sebaliknya.
Contoh: penjahat itu tidak mengindahkan tembakan peringatan.
Sebaliknya, dia melawan polisi dengan belati.
e. Menyatakan keadaan sebenarnya: sesungguhnya dan bahwasanya.
Contoh: masalah yang dihadapinya memang gawat. Sesungguhnya,
masalah ini sudah dia ramalkan sebelumnya.
f. Menyatakan untuk menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya:
malah(an) dan bahkan.
Contoh: Pak Amir sudah tahu tentang soal itu. Bahkan, dia sudah mulai
Menanganinya.
g. Menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya: (akan) tetapi dan
namun.
Contoh: keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap
waspada.
h. Menyatakan keeksklusifan dan keinklusifan: kecuali itu.
Contoh: mereka tidak akan datang kecuali itu ada yang datang menjemput.
i.
Menyatakan konsekuensi: dengan demikian.
Contoh: Acara terakhir dipersembahkan oleh para mahasiswa jurusan Bahasa
dan Sastra Asing. Dengan demikian, berakhirlah acara tersebut
Universitas Sumatera Utara
dengan berakhirnya persembahan tadi.
j.
Menyatakan akibat: oleh karena itu, oleh sebab itu.
Contoh: Dia pernah menipu saya, pernah pula membohongi ayah saya, dan
pernah juga mencuri uang ibu. Karena itu, saya tidak suka kepadanya.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Terdahulu
Kajian terdahulu tentang konjungsi yang pernah dilakukan antara lain :
1. Hadiyar (830811366) Skripsi USU tahun 1990 dengan judul “Studi
Kontrastif Huruf ‘Athaf Dalam Bahasa Arab dengan Konjungsi Dalam
Bahasa Indonesia” yang mengacu pada teori Mustafa Al-Ghulayayni dan
Al-Hasyimi untuk dalam bidang bahasa Arab sedangkan dalam bidang
bahasa Indonesia teori yang dipakai mengacu pada teori yang dikembangkan
oleh Kerf Gorys dan Anton Molieono dkk. Hasil penelitian antara lain: huruf
‘athaf dalam bahasa Arab sebanyak sembilan buah sedangkan konjungsi
dalam bahasa Indonesia sebanyak 158 buah.
2. Farikha Asajati (A 3100090273) Skripsi Universitas Muhamaddiyyah
Surakarta tahun 2013 dengan judul “Analisis Konjungsi Antar Klausa Dalam
Kalimat Majemuk Pada Terjermahan Al-Qur`an Surat Al-Hajj” yang
mengacu pada teori yang dikembangkan Abdul Chaer. Hasil penelitian antara
lain: (1) bentuk dan jenis konjungsi antarklausa dalam kalimat majemuk pada
terjemahan Al-Qur`an surat Al-Hajj terdiri dari konjungsi koordinatif dan
konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif yang terdapat dalam kalimat
majemuk pada terjemahan Al-Qur`an surat Al-Hajj dalam penelitian ini
meliputi
konjungsi
yang
menyatakanpenjumlahan,
pemilihan,
dan
pertentangan. Adapun konjungsi subordinatif yang terdapat dalam penelitian
ini meliputi konjungsi yang menyatakan hubungan waktu, sebab, akibat,
konsesif, tujuan, perkecualian, sikap, dan keniscayaan. (2)Secara garis besar
makna
yang terkandung pada surat
Al-Hajj mengemukakantentang
disyariatkannya ibadah haji, mengenai waktu-waktu yang boleh dilakukannya
peperangan dan yang tidak boleh melakukannya sehubunganadanya bulanbulan haram yang ditentukan Allah. Mengingatkan manusiakepada adanya
hari kebangkitan dengan mengemukakan bukti-bukti tentangkejadi,an dan
proses perkembangan manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.Manusia
Universitas Sumatera Utara
hendaklah bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahkan oleh Allah dan
hendaklah menyembah Allah Tuhan semesta alam.
3. Arief Abdillah Fikri (A 310100041) Skripsi Universitas Muhamaddiyyah
Surakarta tahun 2014 dengan judul “Analisis Konjungsi Pada Terjemahan
Surat An-Nisa`“ yang mengacu pada teori yang dikembangkan Abdul Chaer.
Hasil penelitian antara lain: 1) ditemukan 11 konjungsi koordinatif dan 7
konjungsi subordinatif. 2) ditemukan 6 makna konjungsi koordinatif dan 5
makna konjungsi subordinatif.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Farikha Asajati (2013) yang berjudul
“Analisis Konjungsi Antar Klausa Dalam Kalimat Majemuk Pada Terjermahan AlQur`an Surat Al-Hajj”memiliki persamaan dengan penelitian ini. Persamaannya
dengan penelitian ini dengan menggunakan terjemahan Al-Qur`an dan membahas
konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif . Perbedaannya terletak objek yang
diteliti. Pada penelitian Farikha Asajati, objek yang diteliti Antar Klausa Dalam
Kalimat Majemuk Pada Terjermahan Al-Qur`an Surat Al-Hajj dengan menggunakan
toeri Abdul Chaer sedangkan pada penelitian ini objek penelitiannya berupa
konjungsi pada terjemahan surat Yunus dengan menggunakan teori Hasan Alwi dkk..
Pada penelitian yang dilakukan oleh Arief Abdillah Fikri (2014) yang
berjudul “Analisis Konjungsi Pada Terjemahan Surat An-Nisa`” memiliki persamaan
dengan penelitian ini. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu meneliti konjungsi
pada terjemahan dengan membahas pada konjungsi koordinatif dan konjungsi
subordinatif. Perbedaannya adalah pada penelitian Arief Abdillah Fikri meneliti pada
terjemahan surat An-Nisa` dengan menggunakan toeri Abdul Chaer sedangkan pada
penelitian ini meneliti pada terjemahan surat Yunus menggunakan teori Hasan Alwi
dkk.
2.2 Pengertian Konjungsi
Hasan Alwi, dkk (2010:301) konjungsi
di istilahkan dengan nama
konjungtor yang juga dinamakan kata sambung yang merupakan kata tugas yang
menghubungkan dua satu bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan
frasa, atau klausa dengan klausa.
Universitas Sumatera Utara
Konjungsi adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai
penyambung, perangkai, atau penghubung antara kata dengan kata, frasa dengan
frasa, klausa dengan klausa , kalimat dengan kalimat dan seterusnya (Harimurti
Kridalaksana, 1984:105; HG Tarigan, 1987:101).
Hal senada diungkapkan Chaer (1994:269), konjungsi merupakan alat untuk
menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan paragraf
dengan paragraf. Dengan penggunaan konjungsi ini, hubungan antar kalimat dengan
kalimat maupun paragraf dengan paragraf menjadi, lebih jelas bila dibandingkan
dengan hubungan yang tanpa konjungsi.
Sementara itu, Keraf (dalam Rani, dkk., 2004:107), konjungsi dalam tata
bahasa tradisional termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat. Namun, dalam kenyataan pemakaian sehari-hari, konjungsi
juga digunakan sebagai sarana untuk menghubungkan dua atau lebih ide yang
tertuang dalam beberapa kalimat.
Istilah konjungsi dalam bahasa Arab (Al-Khuli, 1982:53) dalam bukunya
ADictionary of Theoritical Linguistics (English-Arabic) mengistilahkan konjungsi
dengan kata ﻋﺎﻁﻒ/āṭifun/ ʹpenyambungʹ:
Conjuction :
ﺃﻭ ﺍﺳﻤﺎ، ﻛﻠﻤﺔ ﺗﻌﻄﻒ ﻭﺣﺪﺗﻴﻦ ﻣﻦ ﻧﻮﻉ ﻭﺍﺟﺐ ﺃﻱ ﺗﻌﻄﻒ ﻓﻌﻼ ﻋﻠﻰ ﻓﻌﻞ:ﻋﺎﻁﻒ
ﻋﻠﻰ ﺍﺳﻢ ﺃﻭ ﻅﺮﻓﺎ ﻋﻠﻰ ﻅﺮﻑ ﺃﻭ ﺟﻤﻠﺔ ﻋﻠﻰ ﺟﻤﻠﺔ
/āṭifun : kalimatun ta’ṭifu waḥidataini min nau’in wājibin `ay ta’ṭifu fi’lan ‘alā fi’lin,
`au isman ‘alā ismin `au ẓarfan ‘alā ẓarfin `au jumlatan ‘alā jumlatin/ ʹpenyambung:
mencondongkan dua kata dari bagian yang penting, atau mengarahkan kata kerja
dengan kata kerja, kata benda dengan kata benda, frasa dengan frasa atau kalimat
dengan kalimat.ʹ
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa konjungsi
merupakan bentuk suatu kebahasaan yang dapat berupa kata yang sangat diperlukan
oleh sebuah kalimat karena konjungsi berfungsi memperjelas makna rangkaian antar
kata, antar kelompok kata atau antar kalimat.
2.3 Pembagian Konjungsi
Konjungsi adalah partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata
dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan
Universitas Sumatera Utara
paragraf dengan paragraf.(Kridalaksana, 1983:105). Menurut Hasan Alwi, dkk
(2010:301) konjungsi juga dinamakan kata sambung yang merupakan kata tugas
yang menghubungkan dua satu bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa
dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Chaer (2003:110), konjungsi bertugas
menghubungkan satu konstituen (baik berupa kata, frase, klausa maupun kalimat)
dengan konstituen lain baik yang berada dalam kalimat maupun yang berada di luar
kalimat.
Adapun yang dimaksud dengan kata, frasa, klausa dan kalimat dalam Kamus
Linguistik (Kridalaksana, 1993) adalah sebagai berikut:
a. Kata (word): 1) morfem atau kombinasi oleh bahasawan dianggap sebagai
satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. 2) satuan
bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi, morfem tunggal. (1993:89).
Menurut Asrori (2004:67) kata dapat diistilahkan dengan kalimah. Misal:
ﺑﻴﺖ/baitun/ ʹrumahʹ.
b. Frasa (Phrase): gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif.
(1993:52). Menurut Asrori (2004:33), frasa atau tarkib adalah gabungan
unsur yang saling terkait dan menempati fungsi tertentu dalam kalimat atau
suatu bentuk dengan kata tunggal dalam arti gabungan kata tersebut dapat
diganti dengan satu kata saja. Misal:
ﻗﻤﻴﺺ ﻋﻠﻲ/qamīsun ʻaliyyun / ʹbaju
Aliʹ.
c. Klausa (clause): satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurangkurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk
menjadi, kalimat. (1993:100). Menurut Asrori (2004:72-73), klausa dapat
disepadankan dengan jumlah. Misal:
ﺃﺣﻤﺪ ﻭ ﻛﺮﻳﻢ ﻳﻠﻌﺒﺎﻥ/`aḥmadun
wa
karīmun yalʻabāni/ ʹAhmad dan Karim mereka berdua sedang bermainʹ.
d. Kalimat (sentence): 1) satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari
klausa. 2) klausa bebas yang menjadi, bagian kognitif percakapan, satuan
proposisi yang menggabungkan gabungan klausa atau merupakan satu
klausa, yang membentuk satuan yang bebas, jawaban minimal, seruan, salam
Universitas Sumatera Utara
dan sebagainya. 3) kontruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih
klausa yang ditata menurut pola yang tertentu dan dapat berdiri sendiri
sebagai satuan. (1993:83). Adapaun menurut Asrori (2004:73), kalimat dapat
disepadankan dengan istilah kalam. Misal:
ﺍﺳﺘﻴﻘﻆ ﻳﺎﺳﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻮﻡ ﻣﺒﻜﺮﺍ ﺛﻢ
ﺗﻮﺿﺄ ﻭ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﺼﺒﺢ/`istaiqaẓa yāsiru minan an-naumi mubakkirān ṡumma
tawaḍḍa`a wa ṣalla aṣ-ṣubhi/ ʹyasir bangun tidur pagi -pagi kemudian dia
berwudhu untuk sholat subuh.ʹ
Pada terjemahan kalimat tersebut yang merupakan induk kalimat
yaitu: “Yasir bagun tidur pagi-pagi” dan anak kalimatnya yaitu: “kemudian
dia berwudhu untuk sholat subuh”
e. Induk kalimat atau disebut juga dengan klausa pertama adalah bagian kalimat
(klausa) dari kalimat majemuk bertingkat yang sekurang-kurangnya terdiri
atas subjek dan predikat yang mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
Sementara itu, anak kalimat atau disebut juga klausa terikat adalah bagian
kalimat (klausa) yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat pelengkap.
(Kridalaksana, 1983:101)
Menurut Alwi, dkk (2010:303), konjungsi dibagi menjadi, empat kelompok
yaitu: 1) Konjungsi koordinatif, 2) konjungsi koleratif, 3) konjungsi subordinatif dan
4) konjungsi antar kalimat.
2.3.1Konjungsi Koordinatif
Menurut Alwi, dkk (2010:301) dan kridalaksana, (1983:106) bahwa
konjungsi koordinatif dapat didefinisikan konjungsi yang menghubungkan dua unsur
atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Hal ini juga
diungkapkan Chaer (2003:110), konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua konstituen atau lebih kedudukannya sederajat. Dalam Bahasa
Arab konjungsi subordinatif disebut
ﻋﺎﻁﻒ ﻣﻜﺎﻓﺊ/‘āṭifun
mukāfi`un/ (Al-Khuli,
1982:59). Berikut ini konjungsi yang termasuk ke dalam konjungsi koordinatif
adalah sebagai berikut (Alwi, dkk, 2010:303):
Universitas Sumatera Utara
a. Konjungsi koordinatif penambahan
Konjungsi ini menghubungkan kata, frasa, klausa atau kalimat yang saling
menambahkan, yaitu dan.
b. Konjungsi koordinatif pendampingan
Konjungsi ini menghubungkan kata, frasa, klausa atau kalimat yang saling
berdampingan, yaitu serta.
c. Konjungsi koordinatif pemilihan
Konjungsi
ini
menghubungkan
kata,
frasa,
klausa
atau
kalimat
kata,
frasa,
klausa
atau
kalimat
yangmenunjukkan pilihan, yaitu atau.
d. Konjungsi koordinatif perlawanan
Konjungsi
ini
menghubungkan
yangberlwawanan, seperti tetapi, melainkan.
e. Konjungsi koordinatif pertentangan
Konjungsi ini menghubungkan kata, frasa, klausa atau kalimat yang saling
bertentangan, yaitu padahal, sedangkan.
Contoh: pedagang itu menjual pakaian dan kain.
Pada terjemahan suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
َﺍﻥ
ِ َﺎﻝ ﻧ
ِ ََﺍﻥ َﻭﺍﻷ ْﻗ َﺮﺑُﻮﻥَ َﻭ ِﻟﻠﻨﱢ َﺴﺎ ِء ﻧ
ِ ِﻟﻠﺮﱢ َﺟ
ِ ﺼﻴﺐٌ ِﻣ ﱠﻤﺎ َﺗ َﺮﻙَ ْﺍﻟ َﻮﺍ ِﻟﺪ
ِ ﺼﻴﺐٌ ِﻣ ﱠﻤﺎ ﺗَ َﺮﻙَ ْﺍﻟ َﻮﺍ ِﻟﺪ
ﺼﻴﺒًﺎ َﻣ ْﻔﺮُﻭﺿًﺎ
ِ ََﻭﺍﻷ ْﻗ َﺮﺑُﻮﻥَ ِﻣ ﱠﻤﺎ ﻗَ ﱠﻞ ِﻣ ْﻨﻪُ ﺃَﻭْ َﻛﺜُ َﺮ ﻧ
/Lirrijāli naṣībun mimmā taraka al-wālidāni wa al-aqrabūna walinnisā`i naṣībun
mimmā taraka al-wālidāni wa al-aqrabūna mimmā qalla minhu `au kaṡura naṣībān
mafrūḍān/" Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tuadan
kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua
orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak, menurut bagian yang telah
ditetapkan." (Q.S.4:7)
Pada terjemahan ayat di atas terdapat 2 (dua) konjungsi koordinatif yaitu:
ʹdanʹ dan ʹatauʹ. K onjungsi ʹdanʹ yang menyatakan hubungan makna penambahan
antara “kedua orang tua” dengan “kerabatnya”. Selanjutnya Konjungsi ʹ atauʹyang
menyatakan hubungan makna pemilihanantara “sedikit” dengan “banyak”.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2Konjungsi Korelatif
Dalam skripsi ini peneliti hanya mengkhususkan pembahasan pada konjungsi
koordinatif dan konjungsi subordinatif, namun demikian ada baiknya peneliti
cantumkan sedikit uraian tentang konjungsi korelatif.
Menurut Alwi, dkk (2010:304), konjungsi korelatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang
sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata,
frasa, atau klausa yang dihubungkan. Hal ini juga diungkapkan kridalaksana
(1983:106) bahwa konjungsi korelatif adalah konjungsi yang terdiri dari dua pasang
yang menghubungkan kata, frase, atau klausa yang sederajat.
Berikut ini konjungsi yang termasuk ke dalam konjungsi korelatif adalah
sebagai berikut (Alwi, dkk, 2010:302): Baik... maupun... , Tidak hanya..., tetapi
juga... , Bukan hanya..., melainkan juga... Demikian... sehingga...,
Sedemikian
rupa... sehingga..., Apa(kah)... atau..., Entah... entah..., Jangankan... pun...
Contoh: Apa(kah) anda setuju atau tidak, kami akan jalan terus.
Contohnya dalam kalimat bahasa Arab:
ﺃﺧﺎﻟﺪ ﺣﻀﺮ ﺃﻡ ﻋﻠﻲ
/`akhalidun ḥaḍara `am ʻaliyyun / ʹApakah Ali atau Khalid yang datangʹ.
2.3.3Konjungsi Subordinatif
Hasan Alwi, dkk (2010:305) mendefinisikan konjungsi subordinatif adalah
konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa itu tidak memiliki
kedudukan yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat. Hal ini
didukung oleh Chaer (2003:110-111) bahwa konjungsi subordinatif adalah konjungsi
yang menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya tidak sederajat. konstituen
atasan yang bebas; dan kontituen yang lain, menjadi, bawahan yang kedudukannya
tergantung pada konstituen pertama. Begitupun yang diungkapkan oleh kridalaksana,
(1983:106) bahwa konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang dipakai untuk
mengawali klausa terikat guna menyambungkan dengan klausa utama dalam kalimat
bersusun. Dalam Bahasa Arab konjungsi subordinatif disebut
ﻋﺎﻁﻒ ﻣﺘﺒﻊ/‘āṭifun
mutbi‘un/ (Al-Khuli, 1982:273)
Universitas Sumatera Utara
Contoh : aku tertidur ketika ayah pulang kerja. Pada contoh tersebut dapat dilihat
bahwa “aku tertidur” merupakan induk kalimat sedangkan “ayah pulang kerja”
merupakan anak kalimat.
Berikut ini adalah kelompok-kelompok dari konjungsi subordinatif antara
lain (2010:305):
a. Konjungsi subordinatif waktu
1. Sejak, semenjak, sedari.
Contoh: kenakalan anak itu bertambah sejak ia kembali dari kota.
Pada suratAl-A’araf, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
َْﻄﻠُﻮﻥ
ِ ﺃَﻭْ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﺇِﻧﱠ َﻤﺎ ﺃَ ْﺷ َﺮﻙَ ﺁﺑَﺎ ُﺅﻧَﺎ ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﺒ ُﻞ َﻭ ُﻛﻨﱠﺎ ُﺫﺭﱢ ﻳﱠﺔً ِﻣ ْﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ِﻫ ْﻢ ﺃَﻓَﺘُ ْﻬﻠِ ُﻜﻨَﺎ ِﺑ َﻤﺎ ﻓَ َﻌ َﻞ ْﺍﻟ ُﻤﺒ
/Au taqūlū `innamā `asyraka `ābā`unā min qablu wakunnā żurrīyyatan min
baʻdihim `afatuhlikunā bimā faʻala al-mubṭilūna/ ʹatau agar kamu tidak
mengatakan: 'Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan
Allah, sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan, yang
(datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau membinasakan kami, karena
perbuatan orang-orang yang yang sesat dahulu.ʹ (Q.S.7:173)
Pada terjemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹsejak dahuluʹmenyatakan makna hubungan waktu yang menghubungkan
antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Sesungguhnya orangorang tua kami telah mempersekutukan Allah” dengan “sejak dahulu, sedang
kami ini adalah anak-anak keturunan, yang (datang) sesudah mereka”.
2. Sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta,
sambil, demi.
Contoh: Pak Bukhari sudah meninggal ketika dokter datang.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
َﺿﻰ ِﻣﻦ
َ ْﺎﺱ َﻭ َﻻ ﻳَ ْﺴﺘَ ْﺨﻔُﻮﻥَ ِﻣﻦَ ﷲِ َﻭﻫ َُﻮ َﻣ َﻌﻬُ ْﻢ ﺇِ ْﺫ ﻳُﺒَﻴﱢﺘُﻮﻥَ َﻣﺎ َﻻ ﻳَﺮ
ِ ﻳَ ْﺴﺘَ ْﺨﻔُﻮﻥَ ِﻣﻦَ ﺍﻟﻨﱠ
ْﺍﻟﻘَﻮْ ِﻝ َﻭ َﻛﺎﻥَ ﷲُ ِﺑ َﻤﺎ ﻳَ ْﻌ َﻤﻠُﻮﻥَ ُﻣ ِﺤﻴﻄًﺎ
/Yastakhfūna mina an-nāsi walā yastakhfūna minallahi wahuwa maʻahum iż
yubayyitūna mā lā yarḍā mina al-qauli wakānallahu bimā yaʻmalūna muhīṭan/
ʹMereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat
bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam
mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridhai-Nya. Dan Allah
Maha meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan.ʹ (Q.S.4:108)
Universitas Sumatera Utara
Pada terjemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹketikaʹmenyatakan
hubungan
makna
hubungan
waktu
yang
menghubungkan antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut:
“mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka”
untuk menyatakan hubungan antara induk kalimat dan anak kalimat yaitu:
“ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak
diridhai-Nya”. Jadi, antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh
konjungsi ʹketikaʹ.
3. Setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai.
Contoh: sebelum kepergiannya, ia menulis telah menulis sebuah puisi.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ُ ِﺳﻨَﻦَ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﺒﻠ
ﻮﺏ َﻋﻠَ ْﻴ ُﻜ ْﻢ َﻭﷲُ َﻋﻠِﻴ ٌﻢ َﺣ ِﻜﻴ ٌﻢ
ُ ﻳ ُِﺮﻳ ُﺪ ﷲُ ﻟِﻴُﺒَﻴﱢﻦَ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َﻭﻳَ ْﻬ ِﺪﻳَ ُﻜ ْﻢ
َ ُﻚ ْﻡ َﻭﻳَﺘ
/Yurīdullahu liyubayyina lakum wayahdiyakum sunana al-lażīna min qablikum
wayatūba ʻalaikum wallahu ʻalīmun hakīmun/ ʹAllah hendak menerangkan
(syariat-Nya) kepadamu, dan menunjukkan jalan-jalan (kehidupan) orang yang
sebelum kamu (para nabi dan orang-orang saleh) dan Dia menerima taubatmu.
Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana .ʹ (Q.S.4:26)
Pada terjemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹsebelumʹmenyatakan makna
hubungan waktu yang menghubungkan
antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Allah hendak
menerangkan
(syariat-Nya)
kepadamu,
dan
menunjukkan
jalan-jalan
(kehidupan) orang yang” dengan “sebelum kamu (para nabi dan orang-orang
saleh) dan Dia menerima taubatmu”. Jadi, antara induk kalimat dan anak
kalimat dipisah oleh konjungsi ʹsebelumʹ.
4. Hingga, sampai.
Contoh: Budi mengurusi adik-adiknya hingga bapaknya pulang dari kantor.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ُ ﺎﻝ ﺇِﻧﱢﻲ ﺗُﺒ
ُ ْﻀ َﺮ ﺃَ َﺣ َﺪﻫُ ُﻢ ْﺍﻟ َﻤﻮ
ﺖ ﺍﻟﺘﱠﻮْ ﺑَﺔُ ِﻟﻠﱠ ِﺬﻳﻦَ ﻳَ ْﻌ َﻤﻠُﻮﻥَ ﺍﻟ ﱠ
َْﺖ ﺍﻵﻥ
َ َﺕ ﻗ
َ ﺕ َﺣﺘﱠﻰ ﺇِ َﺫﺍ َﺣ
ِ ﺴﻴﱢﺌَﺎ
ِ َﻭﻟَ ْﻴ َﺴ
َﻭ َﻻ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﻳَ ُﻤﻮﺗُﻮﻥَ َﻭﻫُ ْﻢ ُﻛﻔﱠﺎ ٌﺭ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺃَ ْﻋﺘَ ْﺪﻧَﺎ ﻟَﻬُ ْﻢ َﻋ َﺬﺍﺑًﺎ ﺃَﻟِﻴ ًﻤﺎ
Universitas Sumatera Utara
/Walaisati at-taubatu lillażīna yaʻmalūna as-sayyi`āti ḥatta `iʹā haḍara
`aḥadahumu al-mautu qāla `innī tubtu al-`āna walā al-lażīna yamūtūna
wahum kuffārun `ūla`ika `aʻtadnā lahum ʻażābān `alīmān/ ʹDan taubat itu
tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga
apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia
mengatakan ʹʹSaya benar -benar bertobat sekarang.ʹʹ Dan tidak (pula diterima
tobat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran.
Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih.ʹ (Q.S.4:18)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹ hinggaʹmenyatakan makna hubungan waktu yang menghubungkan
antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Dan taubat itu tidaklah
(diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan” sedangkan anak
kalimat terdapat pada kalimat : “hingga apabila datang ajal kepada seseorang
di antara mereka, (barulah) dia mengatakan
ʹʹSaya benar
-benar bertobat
sekarang.ʹʹ”. Jadi, antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh
konjungsi ʹsebelumʹ.
b. Konjungsi subordinatif syarat : jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
Contoh: saya akan melaksanakan ibadah haji jika tanah saya laku dijual.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﺇِﻥْ ﺗُ ْﺒﺪُﻭﺍ َﺧﻴْﺮً ﺍ ﺃَﻭْ ﺗُ ْﺨﻔُﻮﻩُ ﺃَﻭْ ﺗَ ْﻌﻔُﻮﺍ ﻋ َْﻦ ﺳُﻮ ٍء ﻓَﺈ ِ ﱠﻥ ﷲَ َﻛﺎﻥَ َﻋﻔُ ًّﻮﺍ ﻗَ ِﺪﻳﺮً ﺍ
/`In tubdū khairān` au tukhfūhu `au taʻfūʻan sū`in fa`innallaha kāna ʻafūwwān
qadīrān/ʹJika kamu menyatakan sesuatu kebajikan, menyembunyikannya atau
memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sungguh Allah Maha Pemaaf,
Mahakuasa.ʹ (Q.S.4:149)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹjikaʹ menyatakan hubungan makna syaratyang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “kamu menyatakan sesuatu
kebajikan, menyembunyikannya atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang
lain)” dengan “maka sungguh Allah Maha Pemaaf, Mahakuasa”. Jadi, antara
induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹjikaʹ.
c. Konjungsi subordinatif kemiripan
:
andaikan,
seandainya,
umpamanya,
sekiranya.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: saya pasti memaafkannya seandainya dia mau mengakui kesalahannya.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
َﺼ ْﻴﻨَﺎ َﻭﺍ ْﺳ َﻤ ْﻊ َﻏﻴ َْﺮ
َ ﺍﺿ ِﻌ ِﻪ َﻭﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ َﺳ ِﻤ ْﻌﻨَﺎ َﻭﻋ
ِ ِﻣﻦَ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﻫَﺎﺩُﻭﺍ ﻳ َُﺤﺮﱢ ﻓُﻮﻥَ ْﺍﻟ َﻜﻠِ َﻢ ﻋ َْﻦ َﻣ َﻮ
ﱢﻳﻦ َﻭﻟَ ْﻮ ﺃَﻧﱠﻬُ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ َﺳ ِﻤ ْﻌﻨَﺎ َﻭﺃَﻁَ ْﻌﻨَﺎ َﻭﺍ ْﺳ َﻤ ْﻊ
ِ ُﻣ ْﺴ َﻤ ٍﻊ َﻭ َﺭﺍ ِﻋﻨَﺎ ﻟَﻴًّﺎ ِﺑﺄ َ ْﻟ ِﺴﻨَﺘِ ِﻬ ْﻢ َﻭﻁَ ْﻌﻨًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪ
ً َﻭﺍ ْﻧﻈُﺮْ ﻧَﺎ ﻟَ َﻜﺎﻥَ َﺧﻴْﺮً ﺍ ﻟَﻬُ ْﻢ َﻭﺃَ ْﻗ َﻮ َﻡ َﻭﻟَ ِﻜ ْﻦ ﻟَ َﻌﻨَﻬُ ُﻢ ﷲُ ِﺑ ُﻜ ْﻔ ِﺮ ِﻫ ْﻢ ﻓَ َﻼ ﻳ ُْﺆ ِﻣﻨُﻮﻥَ ﺇِ ﱠﻻ ﻗَ ِﻠ
ﻴﻼ
/Mina al-lażīna hādū yuḥarrifūna al-kalima ʻan mawāḍiʻihi wayaqūlūna
samiʻnā wa ʻashainā wāsmaʻ gaira musmaʻin warāʻinā layyān bialsinatihim
waṭaʻnʻn fī ad-dīni walau `annahum qālū samiʻnā wa `aṭaʻnā wāsmaʻ wānẓurnā
lakāna khairān lahum wa `aqwama walakin laʻanahumullahu bikufrihim falā
yu`minūna `illā qalīlān/ ʹ(Yaitu)di antara orang Yahudi, yang mengubah
perkataan dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata: 'Kami mendengar, tetapi
kami tidak mau menurutinya'. Dan (mereka mengatakan pula): 'Dengarlah',
sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. Dan
(mereka mengatakan): 'Rā'ina', dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela
agama. Sekiranya mereka mengatakan: 'Kami mendengar dan patuh, dan
perhatikanlah kami', tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi
Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman,
kecuali sedikit sekali.ʹ (Q.S.4:46)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹ sekiranyaʹ menyatakan makna hubungan yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Dan (mereka mengatakan):
'Rā'ina', dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela agama” dengan
“Sekiranya mereka mengatakan: 'Kami mendengar dan patuh, dan perhatikanlah
kami'”.Jadi, antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi
ʹsekiranyaʹ.
d. Konjungsi subordinatif tujuan : agar, supaya, biar.
Contoh: Ana harus belajar yang rajin agar naik kelas.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ً َﺰ
ﻳﺰﺍ
ِ ُﺭﺳ ًُﻼ ُﻣﺒَ ﱢﺸ ِﺮﻳﻦَ َﻭ ُﻣ ْﻨ ِﺬ ِﺭﻳﻦَ ﻟِﺌَ ﱠﻼ ﻳَ ُﻜﻮﻥَ ﻟِﻠﻨﱠ
ِ ﺎﺱ َﻋﻠَﻰ ﷲِ ُﺣ ﱠﺠﺔٌ ﺑَ ْﻌ َﺪ ﺍﻟﺮﱡ ﺳ ُِﻞ َﻭ َﻛﺎﻥَ ﷲُ ﻋ
َﺣ ِﻜﻴ ًﻤﺎ
/Rusulān mubasysyirīna wamunżirīna li`alā yakūna linnāsi ʻalallahi hujjatun
baʻda ar-rusuli wakānallahu 'azīzan hakīmān/ ʹRasul-rasul itu adalah sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi
manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana.ʹ (Q.S.4:165)
Universitas Sumatera Utara
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹ agarʹ menyatakan hubungan makna tujuan yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Rasul-rasul itu adalah sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan” dengan “tidak ada alasan bagi
manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus”. Jadi, antara
induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹagarʹ.
e. Konjungsi subordinatif konsesif
Konjungsi yang menyatakan keadaan atau kondisi yang berlawanan dengan
ssesuatu yang dinyatakan pada induk kalimat, seperti: Biarpun, meski(pun),
walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).
Contoh: Pembangunan tetap berjalan meskipun dana semakin menyempit.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ْ َﺇِ ﱠﻥ ﷲَ َﻻ ﻳ
ُ َﺎﻝ َﺫ ﱠﺭ ٍﺓ َﻭﺇِ ْﻥ ﺗ
َﻈﻴ ًﻤﺎ
َ َﻈﻠِ ُﻢ ِﻣ ْﺜﻘ
َ ﻚ َﺣ َﺴﻨَﺔً ﻳ
ِ ﺕ ِﻣ ْﻦ ﻟَ ُﺪ ْﻧﻪُ ﺃَﺟْ ﺮً ﺍ ﻋ
ِ ُﻀﺎ ِﻋ ْﻔﻬَﺎ َﻭﻳ ُْﺆ
/Innallaha lā yaẓlimu miṡqāla żarratin wa `in taku ḥasanatan yuḍāʻifhā wayu`ti
min ladunhu `ajrān ʻaẓīmān/ ʹSungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang
walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil zarrah), niscaya Allah
akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya.ʹ
(Q.S.4:40)
Pada terjemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹ meskipunʹmenyatakan hubungan makna konsesif yang menghubungkan
antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Allah tidak akan
menzalimi seseorang” dengan “sebesar zarrah”. Jadi, antara induk kalimat dan
anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹwalaupunʹ.
f. Konjungsi subordinatif pembandingan : seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana,
seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.
Contoh: Beli kemeja batik saja daripada baju kaos untuk pertemuan nanti.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ُ ْﺐ ِﻓﻴ ِﻪ َﻭ َﻣ ْﻦ ﺃَﺻْ َﺪ
ﷲ َﺣ ِﺪﻳﺜًﺎ
َ ﷲُ َﻻ ﺇِﻟَ َﻪ ﺇِ ﱠﻻ ﻫ َُﻮ ﻟَ َﻴﺠْ َﻤ َﻌﻨﱠ ُﻜ ْﻢ ﺇِﻟَﻰ َﻳﻮْ ِﻡ ْﺍﻟ ِﻘ َﻴﺎ َﻣ ِﺔ َﻻ َﺭﻳ
ِ َﻕ ِﻣﻦ
/Allahu lā`ilaha `illā huwa layajmaʻannakum `ilā yaumi al-qiyāmati lā raiba fīhi
waman `aṣdaqu minallahi hadīṡān/ ʹAllah, tidak ada tuhan selain Dia. Dia pasti
akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak diragukan terjadi,nya.
Siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah?.ʹ (Q.S.4.87)
Universitas Sumatera Utara
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹ
daripadaʹ
menyatakan
makna
hubungan
pembandingan
yang
menghubungkan antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut:
“Siapakah yang lebih benar perkataan(nya)” dengan “daripada Allah”. Jadi,
antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹdaripadaʹ.
g. Konjungsi subordinatif sebab : sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
Contoh: Hari ini dia tidak masuk kantor karena sakit.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﺿ ِﻌﻴﻔًﺎ
َ ﻳ ُِﺮﻳ ُﺪ ﷲُ ﺃَ ْﻥ ﻳ َُﺨﻔﱢﻒَ َﻋ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َﻭ ُﺧ ِﻠ
َ ُﺍﻹ ْﻧ َﺴﺎﻥ
ِ ﻖ
/Yurīdullahu `an yukhaffifa ʻankum wakhuliqa al-`insānu ḍaʻīfān/ ʹAllah hendak
memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah.ʹ
(Q.S.4:28)
Pada terjemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹ karenaʹmenyatakan makna hubungan sebab yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Allah hendak memberikan
keringanan kepadamu” dengan “karena manusia diciptakan (bersifat) lemah”.
Jadi, antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹkarenaʹ.
h. Konjungsi subordinatif hasil : sehingga, sampai, maka(nya).
Contoh: Ayah belum mengirim uang sehingga kami belum dapat membayar
uang kuliah.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﺇِ ﱠﻥ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﺗَ َﻮﻓﱠﺎﻫُ ُﻢ ْﺍﻟ َﻤﻼﺋِ َﻜﺔُ ﻅَﺎﻟِ ِﻤﻲ ﺃَ ْﻧﻔُ ِﺴ ِﻬ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻓِﻴ َﻢ ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ُﻛﻨﱠﺎ ُﻣ ْﺴﺘَﻀْ َﻌﻔِﻴﻦَ ﻓِﻲ
ْ ﺎﺟﺮُﻭﺍ ِﻓﻴ َﻬﺎ ﻓَﺄُﻭﻟَ ِﺌﻚَ َﻣﺄْ َﻭﺍﻫُ ْﻢ َﺟ َﻬﻨﱠ ُﻢ َﻭ َﺳﺎ َء
ُﺍﺳ َﻌﺔً ﺗ
ﺕ
ِ ﷲ َﻭ
ِ ُﺽ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺃَﻟَ ْﻢ ﺗَ ُﻜ ْﻦ ﺃَﺭْ ﺽ
ِ ﻑَ َﻬ
ِ ْﺍﻷﺭ
ﺼﻴﺮً ﺍ
ِ َﻣ
/Inna al-lażīna tawaffāhumu al-malā`ikatu ẓālimī`anfusihim qālū fīma kuntum
qālū kunnā mustaḍ'afīna fī al-arḍi qālū alam takun arḍullahi wāsiʻatan
fatuhājirū fīhā fa`ūla`ika ma`wāhum jahannamu wasā`at maṣīrān/
ʹSesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam
keadaan manzalimi sendiri, mereka (para malaikat) bertanya,ʹʹBagaimana kamu
ini?.ʹʹ Mereka menjawab, ʹʹKami orang-orang yang tertindas di bumi (Mekah).
ʹʹ
Mereka (para malaikat) bertanya,
ʹ ʹBukankah bumi Allah itu luas, sehingga
kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?
ʹʹ Maka orang -orang itu
Universitas Sumatera Utara
tempatnya di neraka Jahannam, dan (Jahannam) itu seburuk-buruk tempat
kembaliʹ. (Q.S.4:97)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹsehinggaʹmenyatakan makna hubungan hasil yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Bukankah bumi Allah itu luas”
dengan “sehingga kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?”. Jadi,
antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹsehinggaʹ.
i.
Konjungsi subordinatif alat : dengan, tanpa.
Contoh: ular itu dibunuhnya dengan menggunakan sepotong kayu.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﻟ َﺷ ِﻬﻴﺪًﺍ
ِ ﺏﻋ ْﻠ ِﻤ ِﻪ َﻭ ْﺍﻟ َﻤﻼ ِﺋ َﻜﺔُ ﻳَ ْﺸﻬَ ُﺪﻭﻥَ َﻭ َﻛﻔَﻰ ِﺑﺎ
ِ ُﻟَ ِﻜ ِﻦ ﷲُ ﻳَ ْﺸﻬَ ُﺪ ِﺑ َﻤﺎ ﺃَ ْﻧ َﺰ َﻝ ﺇِﻟَ ْﻴﻚَ ﺃَ ْﻧ َﺰﻟَﻪ
/Lakinillahu yasyhadu bimā`anzala `ilaika `anzalahu biʻilmihi wa al-malā`ikatu
yasyhadūna wakafa billahi syahīdān/ʹTetapi Allah menjadi saksi atas (AlQur`an) yang diturunkan-Nya kepadamu (Muhammad). Dia menurunkannya
dengan ilmu-Nya, dan para malaikat pun menyaksikan. Dan cukuplah Allah
yang menjadi saksi.ʹ (Q.S.4:166)
Pada terjemahn ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹdenganʹ menyatakan makna hubungan alat yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat sepertiberikut: “Tetapi Allah menjadi saksi atas
(Al-Qur`an)
yang
menurunkannya”
diturunkan-Nya
dengan
“dengan
kepadamu
ilmu-Nya,
dan
(Muhammad)
Dia
para
pun
malaikat
menyaksikan”.
j.
Konjungsi subordinatif cara : dengan, tanpa.
Contoh: dia menghindar dari kejaran tersebut dengan bersembunyi di belakang
dinding.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﺎﺏ ِﺑ ْﺎﻟ َﺤ ﱢ
ﺼﻴ ًﻤﺎ
َ َﺇِﻧﱠﺎ ﺃَ ْﻧ َﺰ ْﻟﻨَﺎ ﺇِﻟَ ْﻴﻚَ ْﺍﻟ ِﻜﺘ
ِ ﺏﺎ ﺃَ َﺭﺍﻙَ ﷲُ َﻭ َﻻ ﺗَ ُﻜ ْﻦ ِﻟ ْﻠ َﺨﺎ ِﺋ ِﻨﻴﻦَ َﺧ
ِ ﺎﺱ َﻣ
ِ ﻖ ِﻟﺘَﺤْ ُﻜ َﻢ َﺑ ْﻴﻦَ ﺍﻟﻨﱠ
/Innā`anzalnā`ilaika al-kitāba bil haqqi litahkuma baina an-nāsi
bimā`arākallahu walā takun lilkhā`inīna khaṣīmān/ ʹSungguh, Kami telah
menurunkan kitab (Al-Qur`an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa
kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah
diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang
yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat.ʹ (Q.S.4:105)
Universitas Sumatera Utara
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹdenganʹmenyatakan makna hubungan cara yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut : “agar engkau mengadili antara
manusia” dengan
“dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu”. Jadi,
antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹdenganʹ.
k. Konjungsi subordinatif komplementasi
Konjungsi yang menyatakan untuk melengkapi atau menyempurnakan kata atau
frasa lain, yaitu:bahwa.
Contoh: mereka berkata bahwa mereka akan berkunjung besok.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﺏ ﱠﻥ ﻟَﻬُ ْﻢ َﻋ َﺬﺍﺑًﺎ ﺃَﻟِﻴ ًﻤﺎ
ِ َﺑَ ﱢﺸ ِﺮ ْﺍﻟ ُﻤﻨَﺎﻓِﻘِﻴﻦَ ﺃ
/Basysyiri al-munāfiqīna bi`anna lahum ʻażābān `alīmān/ ʹKabarkanlah kepada
orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih.ʹ
(Q.S.4:138)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹbahwaʹ menyatakan makna komplementasi yang menghubu ngkan antara
induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut: “Kabarkanlah kepada orangorang munafik” dengan “bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih”.
Jadi, antara induk kalimat dan anak kalimat dipisah oleh konjungsi ʹbahwaʹ.
l.
Konjungsi subordinatif atribut :
Konjungsi yang menyatakan bahwa kata atau kalimat yg berikut diutamakan
atau dibedakan dari yang lain,atau menyatakan bahwa bagian kalimat yang
berikutnya menjelaskan kata yang di depan, yaitu:yang.
Contoh: kami menulis apa yang dikatakannya.
Pada surat Yunus, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ﺽ َﻭ َﻛﺎﻥَ ﷲُ ِﺑ ُﻜﻞﱢ َﺷ ْﻲ ٍء ُﻣ ِﺤﻴﻄًﺎ
ﻟ َﻣﺎ ِﻓﻲ ﺍﻟ ﱠ
ِ ِ َﻭ
ِ ﺎﻭﺍ
َ ﺴ َﻤ
ِ ْﺕ َﻭ َﻣﺎ ِﻓﻲ ﺍﻷﺭ
/Walillahi mā fī as-samāwāti wamā fī al-`arḍi wakānallahu bikulli syai`in
muhīṭān/ʹDan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang di bumi, dan
(pengetahuan) Allah meliputi segala sesuatu.ʹ (Q.S.4:126)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 2 (dua) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹyangʹ terdapat sebanyak dua kali menyatakan makna hubungan atribut
Universitas Sumatera Utara
yang menghubungkan antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut :
“Dan milik Allah-lah apa” dengan “yang ada di langit” dan “apa yang ada di
langit dan apa” dengan “yang di bumi”. Jadi, antara induk kalimat dan anak
kalimat dipisah oleh konjungsi ʹbahwaʹ.
m. Konjungsi subordinatif perbandingan : sama... dengan, lebih... dari(pada)...
Contoh: restoran ini lebih bersih dari(pada) restoran itu.
Pada suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:
ُﻟ َﻭﻫ َُﻮ ُﻣﺤْ ِﺴ ٌﻦ َﻭﺍﺗﱠﺒَ َﻊ ِﻣﻠﱠﺔَ ﺇِﺑ َْﺮﺍ ِﻫﻴ َﻢ َﺣﻨِﻴﻔًﺎ َﻭﺍﺗﱠ َﺨ َﺬ ﷲ
ِ َﻭ َﻣ ْﻦ ﺃَﺣْ َﺴﻦُ ِﺩﻳﻨًﺎ ِﻣ ﱠﻤ ْﻦ ﺃَ ْﺳﻠَ َﻢ َﻭﺟْ ﻬَﻪُ ِ ﱠ
ً ﺇِﺑ َْﺮﺍ ِﻫﻴ َﻢ َﺧ ِﻠ
ﻴﻼ
/Waman `aḥsanu dīnān mimman `aslama wajhahu lillahi wahuwa muḥsinun
wāttabaʻa millata `ibrāhīma ḥanīfan wa`attakhażallahu `ibrāhīma khalīlān/
ʹDan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas
berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim mejadi
kesayangan(Nya).ʹ (Q.S.4:125)
Pada tejemahan ayat di atas terdapat 1 (satu) konjungsi subordinatif
yaitu: ʹle bih...
daripada...
ʹ
menyatakan
makna
perbandingan
yang
menghubungkan antara induk kalimat dan anak kalimat seperti berikut:
“siapakah yang lebih baik agamanya” dengan “daripada orang yang dengan
ikhlas berserah diri kepada Allahsedang dia mengerjakan kebaikan, dan
mengikuti agama Ibrahim yang lurus”.
2.3.4Konjungsi Antarkalimat
Sama halnya dengan konjungsi korelatif, konjungsi antarkalimat hanya
peneliti cantumkan sedikit uraian dikarenakan dalam skripsi ini peneliti hanya
mengkhususkan pembahasan pada konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satu kalimat
dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi macam ini selalu memulai
suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf
kapital. (Hasan Alwi, dkk, 2010: 306). Berikut adalah konjungsi antarkalimat (Hasan
Alwi, dkk, 2010: 306-308):
Universitas Sumatera Utara
a. Menyatakan pertentangan pada kalimat sebelumnya: biarpun demikian/begitu,
sekalipun
demikian/begitu,
walaupun
demikian/begitu,
meskipun
demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu.
Contoh: Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak
akan menghalanginya.
b. Menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya:
kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.
Contoh: mereka berbelanja di Glodok. Sesudah itu, mereka pergi ke
saudaranya di Ancol.
c. Menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah
dinyatakan sebelumnya: Tambahan pula, lagi pula, selain itu.
Contoh: Pak Dana terkena penyakit kencing manis. Selain itu, dia juga
mengidap terkana darah tinggi.
d. Menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya: sebaliknya.
Contoh: penjahat itu tidak mengindahkan tembakan peringatan.
Sebaliknya, dia melawan polisi dengan belati.
e. Menyatakan keadaan sebenarnya: sesungguhnya dan bahwasanya.
Contoh: masalah yang dihadapinya memang gawat. Sesungguhnya,
masalah ini sudah dia ramalkan sebelumnya.
f. Menyatakan untuk menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya:
malah(an) dan bahkan.
Contoh: Pak Amir sudah tahu tentang soal itu. Bahkan, dia sudah mulai
Menanganinya.
g. Menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya: (akan) tetapi dan
namun.
Contoh: keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap
waspada.
h. Menyatakan keeksklusifan dan keinklusifan: kecuali itu.
Contoh: mereka tidak akan datang kecuali itu ada yang datang menjemput.
i.
Menyatakan konsekuensi: dengan demikian.
Contoh: Acara terakhir dipersembahkan oleh para mahasiswa jurusan Bahasa
dan Sastra Asing. Dengan demikian, berakhirlah acara tersebut
Universitas Sumatera Utara
dengan berakhirnya persembahan tadi.
j.
Menyatakan akibat: oleh karena itu, oleh sebab itu.
Contoh: Dia pernah menipu saya, pernah pula membohongi ayah saya, dan
pernah juga mencuri uang ibu. Karena itu, saya tidak suka kepadanya.
Universitas Sumatera Utara