Analisis perbandingan kinerja reksa dana saham dan reksa dana campuran dengan menggunakan Model sharpe, treynor, dan jensen

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Investasi
An Investments is the current commitment of resources for a periode of
time in the expectation of receiving future resource that will compensate the
investor for (1) the time the resource are commited, (2) the expected rate of
inflation, (3) the risk that is, uncertainty of the future payments (Railly and

Norton, 2005:3).
Investasi menurut Tandelilin (2001:3) ialah komitmen atas sejumlah dana
atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan harapan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang. Sedangkan menurut Halim
(2005:4), investasi ialah penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan
untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.
Menurut Bodie et al. (2005:4), investasi terbagi 2 (dua), antara lain:
a. Investasi aset riil, yaitu investasi dalam bentuk tanah, bangunan, pengetahuan,
dan mesin yang digunakan dalam memproduksi barang.
b. Investasi aset keuangan, yaitu investasi dalam bentuk portofolio seperti saham
atau obligasi.
Menurut Elton et al. (2011:29) bahwa investasi dalam asset financial

terbagi atas 2 (dua) kategori, yaitu:
1. Investasi langsung (Direct investing)

11
Universitas Sumatera Utara

Investor membeli secara langsung satu atau beberapa dari instrumen yang
berbeda pada instrumen keuangan, seperti: instrumen pasar uang, instrumen pasar
modal, dan instrumen derivatif.
2. Investasi tidak langsung (Indirect Investment)
Sebagai alternatif, seorang investor dapat berinvestasi melalui perantara,
dengan beberapa instrumen yang diinvestasikan secara langsung dan sudah
memiliki portofolio pada aset keuangan, seperti reksa dana.

2.1.2 Pengertian Reksa Dana
Dilihat dari asal katanya reksa dana berasal dari kosa kata “reksa” yang
berarti jaga atau pelihara, dan kata “dana” yang berarti kumpulan uang, sehingga
reksa dana dapat diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal dan selanjutnya diinvestasikan dalam bentuk
portofolio efek oleh manajer investasi (Syahyunan, 2013:20). Dengan demikian

dana yang ada dalam reksa dana merupakan dana bersama para pemodal,
sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana
tersebut.
Reksa dana merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya
menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksa dana, untuk digunakan
sebagai model berinvestasi baik di pasar modal maupun pasar uang (Tandelilin,
2001:20). Perusahaan reksa dana akan menghimpun dana dari investor untuk
kemudian diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibentuk oleh manajer
investasi.

12
Universitas Sumatera Utara

Undang – Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27,
mendefenisikan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

2.1.3 Jenis - jenis Reksa Dana
2.1.3.1 Berdasarkan Bentuk Hukum

Reksa dana dibagi berdasarkan bentuk hukum dan berdasarkan kebijakan
portofolio investasi. Jenis-jenis reksa dana tersebut adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan UU No 8 Tahun 1995 Pasal 18 tentang pasar modal, reksa
dana memiliki dua bentuk, yaitu Perseroan dan Kontrak Investasi Kolektif.
1. Reksa Dana Perseroan
Perusahaan penerbit reksa dana menghimpun dana dengan menjual saham,
dan selanjutnya dana dari hasil penjualan saham tersebut diinvestasikan pada
berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang oleh
manajer investasi.
Ciri-ciri reksa dana perseroan ialah :
1. Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas
2. Pengelolaan investasi reksa dana didasarkan pada kontrak antara Direksi
Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk.
3. Penyimpanan kekayaan reksa dana dilakukan oleh Bank Kustodian
4. Investor mempunyai kepemilikan atas Perseroan Tersebut.

13
Universitas Sumatera Utara

2. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif

Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif merupakan reksa dana yang memiliki
kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang juga
mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini Manajer
Investasi diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi
investasi kolektif. Sedangkan unit penyertaan adalah bukti penyertaan modal
investor pada manajer investasi.
Fungsi kontrak investasi kolektif mirip dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga dalam suatu perusahaan. Kontrak Investasi Kolektif yang
mengatur tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak (Manajer Investasi dan
Bank Kustodian), tujuan dan jenis investasi yang akan dilakukan, tata cara
transaksi, biaya-biaya, hak pemegang unit penyertaan sebagai investor, dan aturan
serta ketentuan lainnya yang menyangkut pengelolaan Reksa dana Kontrak
Investasi Kolektif tersebut (Pratomo dan Nugraha, 2005:47). Reksa dana Kontrak
Investasi Kolektif hanya dapat beroperasi secara terbuka.

2.1.3.2 Berdasarkan Sifatnya
Dilihat dari sifatnya, reksa dana perseroan memiliki dua bentuk yakni
Reksa Dana Tertutup (Closed-End Fund) dan Reksa Dana Terbuka (Open-End
Fund) (Syahyunan, 2013:20).


1.Reksa Dana Tertutup (Closed-End Fund)
Reksa dana tertutup merupakan reksa dana yang tidak dapat membeli
kembali saham-saham yang telah dijual kepada pemodal. Artinya, pemegang
saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada manajer investasi. Apabila

14
Universitas Sumatera Utara

pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal ini harus dilakukan di Bursa Efek
tempat saham reksa dana tersebut dicatatkan.
2. Reksa Dana Terbuka (Open-End Fund)
Reksa dana terbuka merupakan reksa dana yang menawarkan dan membeli
kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai sejumlah modal yang sudah
dikeluarkan. Pemegang saham jenis ini dapat mejual kembali saham/unit
penyertaannya setiap saat apabila diinginkan. Manajer investasi Reksa Dana,
melalui Bank Kustodian wajib membelinya sesuai dengan Nilai Aktiva Bersih
(NAB) per saham/unit pada saat tersebut. Nilai aktiva bersih (net asset value)
merupakan alat ukur kinerja reksa dana, atau merupakan jumlah aktiva setelah
dikurangi kewajiban kewajiban yang ada.


2.1.3.3 Berdasarkan Kebijakan Portofolio Investasi
Berdasarkan kebijakan portofolio investasi, reksa dana di Indonesia dibagi
atas 4 (empat) kelompok sebagaimana diatur dalam Keputusan Ketua BAPEPAM
Nomor Kep-08/PM/1997, yaitu :
1.

Reksa dana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa dana pasar uang adalah reksa dana yang melakukan investasi 100%

atau seluruhnya pada efek pasar uang. Efek pasar uang adalah deposito, SBI,
obligasi serta efek hutang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun.
2.

Reksa dana Pendapatan Tetap
Reksa dana pendapatan tetap menginvestasikan sekurang-kurangnya 80%

dari nilai aktiva dalam efek hutang seperti obligasi sehingga sisanya dapat
diinvestasikan dalam efek saham dan/atau efek pasar uang. Reksa dana ini

15

Universitas Sumatera Utara

mengambil strategi investasi dengan tujuan untuk mempertahankan nilai awal
modal dan mendapat pendapatan tetap.
3.

Reksa Dana Saham
Reksa dana saham harus menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari

assetnya dalam saham. Investasi dalam saham memiliki risiko hasil yang lebih
tinggi dibandingkan dengan investasi lainnya, maka reksa dana saham dalam
jangka panjang mempunyai potensi memberikan hasil yang maksimal.
4.

Reksa Dana Campuran
Reksa dana ini mempunyai kebebasan dalam menentukan alokasi aset

sehingga dapat sewaktu-waktu memiliki portofolio investasi dengan mayoritas
saham dan di lain waktu diubah menjadi mayoritas obligasi. Reksa dana lainnya
memiliki batasan alokasi investasi yang boleh dilakukan, sedangkan reksa dana

campuran memberikan kebebasan untuk menentukan jenis investasi dan
komposisi alokasi investasinya. Reksa dana campuran juga memiliki fleksibelitas
untuk berpindah-pindah dalam pemilihan jenis investasinya, seperti dari saham ke
obligasi atau ke pasar uang.
2.1.4 Manfaat dan Pengelola Reksa Dana
2.1.4.1 Manfaat Reksa Dana
Manfaat paling besar reksa dana secara umum adalah sebagai wahana bagi
pemodal kecil atau investor untuk berpartisipasi dalam pembangunan, melakukan
investasi langsung ke perusahaan. Manfaat reksa dana secara spesifik adalah
sebagai berikut (Fakhruddin dan Sopian, 2001:244-245).

16
Universitas Sumatera Utara

a. Dikelola Manajemen Profesional
Pengelola reksa dana dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang memang
mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer
Investasi sangat penting mengingat pemodal individual pada umumnya
mempunyai keterbatasan waktu, sehingga mungkin tidak dapat melakukan riset
secara langsung dalam menganalisis harga efek serta mengakses informasi ke

pasar modal.
b. Diversifikasi Investasi
Diversifikasi investasi yang diwujudkan dalam portofolio efek atau
mengurangi risiko, tetapi tidak dapat dihilangkan karena dana/kekayaan reksa dana
diinvestasikan pada berbagai jenis efek ssehingga risikonya juga tersebar.
Risikonya tidak akan sebesar risiko bila seseorang membeli satu atau dua jenis
saham atau efek secara individual.
c. Kemudahan Berinvestasi
Kemudahan ini tercermin dari relatif rendahnya nilai investasi awal reksa dana
dibanding jenis investasi lainnya serta kemudahan pelayanan administrasi dalam
pembelian maupun penjualan kembalinya. Kemudahan lainnya adalah fasilitas
bagi investor untuk melakukan investasi kembali dengan menggunakan deviden
yang diperolehnya sehingga saham/unit penyertaanya terus bertambah.
d. Transparansi Informasi
Reksa dana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolio dan
biayanya secara berkesinambungan sehingga pemegang unit penyertaan dapat
memantau keuntungan, biaya dan risiko setiap saat. Pengelola reksa dana wajib

17
Universitas Sumatera Utara


mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) setiap hari di surat kabar serta
menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan serta prospectus secara teratur
sehingga investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin.
e.

Likuiditas yang Tinggi
Pemodal dapat mencairkan kembali unit penyertaanya setiap saat sesuai

ketetapan yang dibuat masing-masing reksa dana sehingga memudahkan investor
mengelolah kasnya.
f. Biaya yang Rendah
Karena reksa dana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan
kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan
untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya
transaksi. Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah dibandingkan apabila investor
individu melakukan transaksi sendiri di bursa.

2.1.4.2 Pengelola Reksa Dana
Pihak yang menjadi pengelola reksa dana yaitu :

a. Manajemen Investasi
Manajemen Investasi menurut pasal 1 UU No 8 tahun 1995 adalah pihak yang
kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola
portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan
asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya
berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Jadi, manajer
investasi adalah perusahaan yang bertanggungjawab atas kegiatan investasi,
meliputi analisa dan pemilihan jenis investasi mengambil keputusan-keputusan

18
Universitas Sumatera Utara

investasi, memonitor pasar investasi dan melakukan tindakan-tindakan yang
dibutuhkan untuk kepentingan investor.
b. Bank Kustodian
Menurut pasal 1 UU No 8 tahun 1995, kustodian adalah pihak yang
memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta
jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga dan hak lain, menyelesaikan
transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening, yang menjadi nasabahnya.
Pengertian bank kustodian dalam reksa dana adalah penyimpanan kekayaan serta
administrator reksa dana

2.1.5

Nilai Aktiva Bersih (NAB)
NAB per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksa

dana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah unit penyertaan
yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. NAB tidak bisa
dipisahkan dari reksa dana karena istilah ini merupakan salah satu tolak ukur
dalam memantau hasil suatu reksa dana. Besarnya NAB dapat berfluktuasi setiap
hari, tergantung dari perubahan nilai efek dalam portofolio. Meningkatnya NAB
mengindikasikan meningkatnya investasi pemegang unit penyertaan dan begitu
juga sebaliknya. (Fakhruddin dan Sopian, 2001:238).
Peningkatan NAB reksa dana dalam nilai mutlak sangat tergantung pada
alokasi aset, total nilai aktiva, jangka waktu pengelolaan dan kondisi pasar pada
saat pengukuran.

19
Universitas Sumatera Utara

2.1.6

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indeks yang dihitung

atas dasar seluruh saham di BEI, indeks ini adalah yang populer dan banyak
dijadikan acuan (Syahyunan 2013:311). Sedangkan menurut Halim (2005:12),
indeks harga saham merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks
dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadiankejadian sosial, politik, dan keamanan. IHSG mulai diperkenalkan pertama kali di
Bursa Efek Jakarta, pada tanggal 1 April 1983 dengan menggunakan landasan
dasar (baseline) tanggal 10 Agustus 1982.
Tingkat perolehan pasar (IHSG) adalah selisih dari tingkat IHSG pada
bulan t di kurang dengan IHSG pada bulan t-1 dibagi dengan IHSG pada bulan
t-1, atau dapat dirumuskan sebagai berikut (Samsul, 2006:373):
RP =

Keterangan:
RP

IHSGt

=

IHSGt − IHSGt−
IHSGt−

� IHSG

= IHSG pada bulan tersebut

IHSGt− = IHSG pada bulan sebelumnya

Rata-rata tingkat perolehan IHSG adalah sejumlah tingkat perolehan IHSG

pada periode tersebut dibagi dengan jumlah sub periode pada periode tersebut.

2.1.7

Risiko Investasi
Risiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian atau return negatif dari

suatu dari suatu investasi (Syahyunan, 2013:160). Dalam statistika, ukuran risiko

20
Universitas Sumatera Utara

adalah standar deviasi yang dihitung dari gejolak turun-naiknya atau volatilitas
harga, semakin besar debaran jantung investor maka semakin besar risikonya.
Dalam teori investasi, standar deviasi itu menggambarkan total risiko sebuah
portofolio. Total risiko ini terdiri atas dua komponen utama yakni :
a. Risiko tidak sistematis
Risiko tidak sistematis adalah risiko yang dapat dihilangkan dengan
diversifikasi yaitu proses berinvestasi dalam banyak aset finansial sehingga
kerugian dalam satu aset diharapkan dapat ditutupi dengan keuntungan aset
lainnya. Risiko tidak sistematis sering juga disebut risiko unik, risiko spesifik,
atau risiko yang bisa didiversifikasikan.
b. Risiko Sistematis
Risiko sistematis adalah risiko yang tetap ada setelah diversifikasi. Besar
kecilnya risiko ini tergantung pada sensitivitas portofolio itu terhadap pergerakan
pasar.
2.2 Pengukuran Kinerja Reksa Dana
2.2.1 Indeks Sharpe
Dalam metode ini kinerja portofolio diukur dengan cara membandingkan
antara premi portofolio (yaitu selisih rata-rata tingkat bunga bebas risiko) dengan
risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi (total risiko) (Halim,
2005:68). Untuk menghitung indeks Sharpe, kita bisa menggunakan rumus
berikut:
Ŝ�� =

Ṝ�� −
� �
21
Universitas Sumatera Utara

Keterangan :
Ŝpi

= indeks Sharpe portofolio i

Ṝpi

= rata–rata return portofolio i selama priode pengamatan

Rf

= rata–rata tingkat return bebas risiko selama priode pengamatan

Sdpi

= standar deviasi return portofolio i selama priode pengamatan.

Indeks Sharpe digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa
portofolio berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi indeks Sharpe suatu portofolio
dibanding portofolio lainnya, maka kinerja semakin baik kinerja portofolio
tersebut (Tandelilin, 2001:326).
2.2.2 Indeks Treynor
Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan
oleh Jack Treynor , dan indeks ini sering disebut juga dengan reward to valatility
ratio. Sama halnya seperti indeks Sharpe, pada indeks Treyor, kinerja portofolio

dlihat dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya
risiko dari portofolio tersebut. Perbedaanya dengan indeks Sharpe adalah
penggunaan garis pasar sekuritas ( security market line ) sebagai patok duga, dan
bukan garis pasar modal seperti indeks Sharpe. Asumsi yang digunakan oleh
Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdeversifikasi dengan baik sehingga

risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis ( diukur dengan beta ).
Dalam metode ini kinerja portofolio diukur dengan cara membandingkan
antara premi risiko portofolio (yaitu selisih rata-rata tingkat pengembalian
portofolio dengan rata-rata bunga bebas risiko) dengan risiko portofolio yang

22
Universitas Sumatera Utara

dinyatakan dengan beta (risiko pasar atau risiko sistematis) (Halim, 2005:69).
Secara matematis indeks Treynor dirumuskan sebagai berikut:
Ť�� =
Keterangan:

Ṝ�� −
�

Ťpi

= indeks Traynor portofolio i

Ṝpi

= rata-rata tingkat pengembalian portofolio i

Rf

= rata-rata atas bunga investasi bebas risiko

�

= beta portofolio i (risiko pasar atau sistematis)

Ṝ�� −

= premi risiko portofolio i

2.2.3 Indeks Jensen
Metode ini didasarkan pada konsep garis pasar sekuritas securuty market
line – SML) yang merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan

kesempatan investasi yang bebas risiko (Halim, 2005:70). Sehingga secara
matematis Indeks Jensen dapat dirumuskan dengan:
Jpi = (Rpi – Rf) – (Rm – Rf) βpi
Keterangan:
Jpi

= Indeks Jensen portofolio i

Rp

= Rata-rata tingkat pengembalian portofolio i

Rf

= Rata-rata bunga investasi bebas risiko

Rm

= Rata-rata tigkat pengembalian pasar

βpi

= Beta portofolio i (risiko pasar atau risiko sitematis)

Rpi – Rf

= Premi risiko portofolio i

Rm – Rf

= Premi risiko pasar

23
Universitas Sumatera Utara

Indeks Jensen merupkan selisih antara return portofolio dengan return
portofolio yang tidak dikelola dengan cara khusus (hanya mengikuti pasar).
Disamping itu indeks Jensen juga menunjukan besarnya perbedaan return
antara portofolio dengan return portofolio yang tidak dikelola secara khusus
(hanya mengikuti tren pasar) dengan tingkat risiko yang sama.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut ini terdapat beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan
refrensi dan pembanding oleh penulis dalam melakukan peneltian ini:
1. Santoso dan Sjam (2012) dengan judul penelitian “Penilaian Kinerja Produk
Reksa dana Menggunakan Metode Perhitungan Jensen Alpha, Sharpe Ratio,
Treynor Ratio, dan Information Ratio”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hasil penilaian kinerja produk reksa dana menggunakan metode
perhitungan tersebut. Hasilnya adalah bahwa produk reksa dana berkinerja
baik dan produk yang dinyatakan paling baik adalah reksa dana Indeks Saham
Progresif.
2. Wahdah dan Hartanto (2012) dengan judul penelitian “Analisis Pengukuran
Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengukur kinerja reksa dana saham yang ada di Indonesia. Hasilnya adalah
berdasarkan metode Treynor terdapat 3 reksa dana saham yang mempunyai
kinerja lebih baik dari pasar yakni Panin Dana Maksima, Panin Dana Prima,
dan Manulife Saham Andalan.
3. Pujiarti dan Dewi (2011) dengan judul penelitian “Analisis Kinerja Reksa
Dana Saham dengan Menggunakan Metode Sharpe dan Jensen untuk Periode

24
Universitas Sumatera Utara

2005–2009”. Hasil dari peelitian tersebut ialah bahwa reksa dana yang
memiliki kinerja terbaik dengan menggunakan metode Sharpe dan Jensen
pada tahun 2005 – 2009 adalah reksa dana Fortis Ekuitas.
4. Hutagalung dan Rina (2009) dengan judul penelitian “Perbedaan Kinerja
Reksa Dana Saham terhadap terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dengan
Metode Sharpe dan Treynor ” Hasil uji beda statistik menyatakan bahwa
terdapat perbedaan kinerja reksa dana saham terhadap kinerja IHSG dengan
menggunakan metode Sharpe dan Treynor .
5. Muzdalifa (2009) dengan judul penelitian “Analisis Kinerja Reksa Dana
Syariah Pendapatan Tetap dan Campuran dengan Metode Sharpe, Treynor ,
dan Jensen. Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah menjelaskan perbedaan
kinerja reksa dana berpendapatan tetap dan syariah campuran yang diukur
dengan metode Sharpe dan Jensen. Hasil penelitiannya adalah Kinerja reksa
dana syariah pendapatan tetap yang diukur dengan metode Sharpe, Treynor ,
dan Jensen bernilai positif sedangan kinerja reksa dana syariah campuran
yang diukur dengan metode Sharpe, Treynor , dan Jensen bernilai negatif.

25
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1

Peneliti
Terdahulu
Dahlifa and
Teguh
Supriyanto
(2015)

Judul Penelitian

Metode Analisis

Hasil Penelitian

Analysis of Conventional
Mutual Fund and Sharia
Muual fund Performance
for Investor’s Investmet
Decesion

Sharpe
Ratio,
Treynor Ratio and
Jenson Alpha

Keseluruhan Reksa Dana
Syariah
saham selama periode
2011-2013
memiliki
kinerja yang lebih baik
daripada Reksa Dana
Konvensional
saham
Berdasarkan
metode
Sharpe dan Jensen terdapat
dua reksa dana saham yang
mampu melampaui kinerja
IHSG dan LQ-45.
Berdasarkan pengukuran
Sharpe dan Jensen, ke
empat resadana mampu
memberikan return diatas
pasar
Produk
reksa
dana
berkinerja baik dan produk
yang dinyatakan paling
baik adalah reksa dana
Indeks Saham Progresif.

2

Rafiqah
Wahdah dan
Joko Hartanto
(2012)

Analisis
Pengukuran
Kinerja Reksa Dana
Saham di Indonesia

Sharpe
Ratio,
Treynor Ratio and
Jenson Alpha

3

Palekhya
(2012)

A Study on Performance
Evaluation of Public &
Private Sector Mutual
Funds in India

Sharpe Ratio dan
Jensen Ratio.

3

Magdalena
Santoso dan
Amelina Sjam
(2012)

Jensen
Alpha,
Sharpe
Ratio,
Treynor
Ratio,
dan Information
Ratio

4

Rina
Hutagalung
(2010)

“Penilaian
Kinerja
Produk
Reksa
dana
Menggunakan Metode
Perhitungan
Jensen
Alpha, Sharpe Ratio,
Treynor
Ratio,
dan
Information Ratio
Perbedaan Kinerja Reksa
Dana Saham terhadap
terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan dengan
Metode Sharpe dan
Treynor

5

Maliza
Mokhtar
(2010)

Islamic Equity Mutual
Fund Performance in
Malaysia:
Risk and
Return Analysis

Indeks
dan
Sharpe

6

Mingxia Lu
and Yuzhong
Zhao
(2005)

Mutual
Fund
PerformanceAn
Empirical Analysis of
China’s Mutual Fund
Market

Sharpe
Ratio,
Treynor Ratio and
Jenson Alpha

Metode
Sharpe
dan Treynor

Treynor
Indeks

Hasil uji beda statistik
menyatakan
bahwa
terdaopat
perbedaan
kinerja reksa dana saham
terhadap kinerja IHSG
dengan
menggunakan
metode
Sharpe
dan
Treynor .
Berdasarkan pengukuran
kinerja
Sharpe
dan
Treynor , hanya empat dari
sembilan dana yaitu Public
Ittikal, AUTB Dana Bakti,
RHB Mudharabah Fund
dan Dana HLG Makmur
telah menunjukkan kinerja
yang positif
Dari 45 reksa dana saham
yang diteliti tidak ada yang
signifikan walaupun telah
diuji dengan berbagai
metode

26
Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual
Kinerja reksa dana dapat diukur dengan beberapa metode yaitu Metode
Sharpe, Metode Treynor dan Metode Jensen. Pengukuran dengan metode Sharpe,
Treynor dan Jensen dilakukan untuk memperoleh indeks Sharpe, indeks Treynor

dan indeks Jensen reksa dana (Frensidy, 2013:119). Pengukuran kinerja reksa
dana didasarkan pada perubahan NAB/unit. Maka pada penelitian ini variabel
yang akan diukur kinerjanya adalah reksa dana saham dengan reksa dana
campuran.
Gambar

berikut

menunjukkan

model

kerangka

konseptual

yang

menggambarkan komparasi kedua jenis reksa dana.
Reksa Dana Saham

Kinerja Reksadana
dengan
Sharpe Ratio

Reksa Dana Campuran

Kinerja Reksadana
dengan
Treynor Ratio

Kinerja
Reksadana dengan
Jensen Ratio

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

27
Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan kerangka konseptual, maka peneliti
mengajukan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Adapun hipotesis yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja reksa dana saham dengan
reksa dana campuran menggunakan metode Sharpe.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja reksa dana saham dengan
reksa dana campuran menggunakan metode Treynor .
3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja reksa dana saham dengan
reksa dana campuran menggunakan metode Jensen.

28
Universitas Sumatera Utara