Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Dengan Return On Training Investment (ROTI) Di PT Perkebunan Nusantara IV Medan

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Pengertian Pelatihan
Pelatihan

adalah

untuk

meningkatkan

kompetensi

(pengetahuan,ketrampilan,dan perilaku) karyawan agar mampu mengerjakan
pekerjaan yang sekarang atau karyawan mampu melaksanakan pekerjaan yang
lebih besar tanggung jawabnya dalam posisi yang lebih tinggi dengan baik.
Harjana (2002) “Training atau Pelatihan adalah kegiatan yang dirancang
untuk meningkatkan kinerja pekerja dalam pekerjaan yang diserahkan kepada
mereka”.Gomes (2003) mengatakan bahwa “Pelatihan lebih sebagai sarana yang

ditujukan pada upaya untuk lebih mengaktifkan kerja para anggota organisasi
yang kurang aktif sebelumnya, mengurangi dampak negative yang dikarenakan
kurangnya pendidikan, pengalaman yang terbatas, atau kurangnya kepercayaan
diri dari anggota atau kelompok anggota tertentu”.
Dessler (2006) mengatakan bahwa “Pelatihan adalah proses terintegrasi
yang digunakan oleh pengusaha untuk memastikan agar para karyawan bekerja
untuk mencapai tujuan organisasi". Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa
pendekatan

terintegrasi

menugaskan,melatih,menilai

dan
dan

berorientasi
memberikan

pada

penghargaan

tujuan

untuk

pada

kinerja

karyawan.
Menurut Hamalik (2007), pelatihan adalah suatu proses yang meliputi
serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk
pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga professional
ke pelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan kemampuan
efektivitas dan kinerja dalam suatu organisasi.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Evaluasi Pelatihan
Widoyoko (2012), evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan
penilaian, pengukuran maupun tes. Menurut Stufflebeam dan Shinkfield (1985)
menyatakan bahwa :
Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and
judgmental information about the worth and merit of some object’s goals, design,
implementation, and inpact in order to guide decision making, serve needs for
accountability, and promote understanding of the involved phenomena.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat
dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and
merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk
membantu

membuat

keputusan,

membantu

pertanggung


jawaban

dan

meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti
dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on
Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994), menyatakan bahwa :
Evaluation is the process of as certaining the decision of concern, selecting
appropriate information, and collecting and analyzing information in order to
report summary data useful to decision makers in selecting among alternatives.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan,
analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan serta penyusunan program selanjutnya. Selanjutnya Griffin & Nix
(1991) menyatakan :
Measurement, assessment and evaluation with the criteria is a measurement, the
interpretation and description of the evidence is an assessment and the judgement
of the value or implication of the behavior is an evaluation.


Universitas Sumatera Utara

Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului
dengan

penilaian

(assessment),

sedangkan

penilaian

didahului

dengan

pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil
pengamatan dengan kriteria, penilaian (assessment) merupakan kegiatan

menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi
merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku.
Brikerhoff (1986) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan proses yang
menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Menurut Brikerhoff
(1986), dalam pelaksanaan evaluasi ada tujuh elemen yang harus dilakukan, yaitu
: 1) penentuan focus yang akan dievaluasi (focusing the evaluation),2)
penyusunan desain evaluasi (designing the evaluation), 3) pengumpulan informasi
(collecting information), 4) analisis dan intepretasi informasi (analyzing and
interpreting), 5) pembuatan laporan (reporting information), 6) pengelolaan
informasi (managing evaluation), 7) evaluasi untuk evaluasi (evaluating
evaluation).
Dalam pengertian tersebut menunjukan bahwa dalam melakukan evaluasi,
evaluator pada tahap awal harus menentukan focus yang akan dievaluasi dan
desain yang akan digunakan. Hal ini berarti harus ada kejelasan apa yang akan
dievaluasi yang secara implicit menentukan adanya tujuan evaluasi, serta adanya
perencanaan

bagaimana

melaksanakan


evaluasi.

Selanjutnya,

dilakukan

pengumpulan data, menganilisis dan membuat interpretasi terhadap data yang
terkumpul serta membuat laporan. Selain itu, evaluator juga harus melakukan
pengaturan terhadap evaluasi dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam
melaksanakan evaluasi secara keseluruhan. Weiss (1972) menyatakan bahwa
tujuan evaluasi adalah :
The purpose of evaluation research is to measure the effect of program against
the goals it set out accomplish as a means of contributing to subsuquest decision
making about the program and improving future programming.
Ada empat hal yang ditekankan pada rumusan tersebut, yaitu : 1)
menunjuk pada penggunaan metode penelitian, 2) menekankan pada hasil suatu

Universitas Sumatera Utara


program, 3) penggunaan kriteria untuk menilai, dan 4) kontribusi terhadap
pengambilan keputusan dan perbaikan program di masa mendatang.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan,
mendeskripsikan, mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat
digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun
menyusun program selanjutnya. Adapun tujuan evaluasi

adalah untuk

memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi
tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai,
efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu
sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau
dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program
berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.
2.3

Tujuan Evaluasi Pelatihan


Sudjana (2008) menyatakan berbagai macam tujuan evaluasi,yaitu :
1. Memberikan masukan untuk perencanaan program
2. Memberikan masukan untuk kelanjutan,perluasan dan penghentian
program
3. Memberikan masukan untuk memodifikasi program
4. Memperoleh Informasi tentang factor pendukung dan penghambat
program
5. Memberi masukan untuk memahami landasan ke ilmuan bagi evaluasi
program
Kirkpatrick(1998)mengatakan bahwa evaluasi suatu pelatihan adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggara pelatihan itu sendiri dan bahwa
evaluasi itu merupakan kegiatan yang harus dilakukan agar pelatihan secara
keseluruhan dapat berlangsung dengan efektif. Model evaluasi pelatihan yang
dikembangkan oleh Kirkpartick (1998), meliputi empat tingkatan dalam
mengembangkan evaluasi pelatihan,yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1.


Reaksi
Dalam hal ini, yang diukur atau dievaluasi adalah reaksi peserta terhadap
pelatihan. Reaksi peserta terhadap pelatihan mencakup atensi peserta terhadap
totalitas pelatihan, persepsi peserta terhadap komponen pelatihan seperti
pengajar/instruktur, topik, jadwal, peralatan yang digunakan, dan sebagainya.
Pada level reaksi ini, evaluasi ditujukan pada kepuasan peserta terhadap
penyelenggaraan dan sikap positif yang ditunjukkan peserta.

2.

Pembelajaran
Evaluasi terhadap pembelajaran bertujuan untuk mengetahui hasil yang telah
diperoleh peserta selama proses pembelajaran. Hasil pembelajaran dapat
berbentuk penambahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap atau perilaku.
Perilaku dalam hal ini adalah sikap terhadap pengetahuan dan keterampilan
baru yang diperolehnya.

3.

Perilaku

Evaluasi terhadap perilaku ditujukan untuk mengetahui dampak dari pelatihan
terhadap perilaku dalam bekerja. Dalam konteks ini, juga dievaluasi proses
transfer pengetahuan, keterampilan yang diperoleh dalam pelatihan di
lingkungan kerjanya. Tentu saja, proses transfer ini juga dipengaruhi oleh
kondisi dalam lingkungan pekerjaan.

4.

Hasil
Evaluasi hasil pelatihan ditujukan untuk mengetahui dampak dari pelatihan
terhadap kinerja perusahaan. Salah satu perangkat ukur yang digunakan untuk
mengukur hasil ini adalah Return on Training Investment (ROTI).

2.4 Return On Training Investment (ROTI)
ROTI adalah perhitungan yang membandingkan biaya terhadap manfaat
dan memberikan gambaran yang akurat dengan berfokus pada tingkat
pengembalian yang dapat diukur dan di konversi ke nilai mata uang. Analisis
ROTI adalah untuk menjawab pertanyaan: setiap rupiah yang dihabiskan untuk
pelatihan dan berapa nilai yang di kembalikan kepada perusahaan?. Dengan
ROTI dapat mengidentifikasi pengembalian Investasi Pelatihan dan memberikan
jawaban konkret pertanyaan diatas. Hal ini jelas pentingbagi perusahaan untuk

Universitas Sumatera Utara

memiliki langkah-langkah yang akurat daritingkat pengembalian investasi(ROI)
dalam pelatihan karyawan, sehingga memudahkan perusahaan membuat
keputusan terkait dengan investasi modal manusia (Bartel, 2000).
Shelton dan Alliger(1993),Goldwasser(2001),serta Philips dan Stone
(2002) adalah beberapa peneliti yang meyakini bahwa perusahaan harus
menghitung secara cermat setiap uang yang dikeluarkan untuk membiayai
penyelenggaraan pelatihan,dan bahwa perhitungan tersebut haruslah dalam
konteks business result dan return on investment.
Untuk mengetahui sejauh mana manfaat pelatihan yang telah dilakukan
dan kaitannya dengan peningkatan kinerja dan produktivitas perlu dilakukan
evaluasi. Salah satu alat evaluasi yang dapat digunakan adalah dengan mengukur
Return On Training Investment (ROTI).ROTI merupakan metode berbasis
akuntansi membandingkan biaya dengan manfaat dari pelatihan ,dengan
mengkonversi semua biaya yang nyata dan kembali untuk nilai rupiahnya. Tidak
semua pelatihan dapat diukur dengan menunjukkan ROTI. Tidak semua manfaat
yang nyata atau mudah di ukur, tetapi mereka mungkin menjadi sangat penting.
Perhitungan ROTI didasarkan pada lima langkah(Barker, 2002):
1. Mengidentifikasi & menganalisa Pelatihan
2. Daftar Alasan Pelatihan
3. Hitung Biaya Pelatihan
4. Hitung Manfaat dari Pelatihan
5. Hitung Return On Invesment Training
2.5 Menghitung ROTI
Tahap ini sering disebut sebagai analisis biaya manfaat (Cost-benefit
analysis). Analysis biaya manfaat dalam perhitungan ROTI adalah proses
menentukan nilai ekonomis dari suatu program pelatihan dengan menggunakan
metode Akuntansi. Menentukan nilai Ekonomis dari suatu program pelatihan
meliputi perhitungan biaya pelatihan (cost) dan hasil (benefits) yang didapat
setelah mengikuti program pelatihan ( Noe,2002).

Universitas Sumatera Utara

Perhitungan Return on Training Invesment(ROTI) dilakukan dengan
menggunakan formula sebagai berikut :

Dimana Net benefits Of Pelatihan merupakan keuntungan bersih yang diperoleh
dari hasil penerapan pelatihan setelah memperhitungkan faktor isolasi yang telah
diperhitungkan pada tahap sebelumnya dikurangi dengan realiasasi biaya
pelatihan yang dikeluarkan.

KriteriapengukuranROTI :


ROTI < 0

: Perusahaan Rugi menanamkan Investasi dalam

bentuk
pelatihan


ROTI = 0

: Perusahaan Balik Modal menanamkan Investasi

dalam bentuk
pelatihan


ROTI > 0

: Perusahaan Untung menanamkan Investasi dalam

bentuk
Pelatihan
2.6Manfaat Analisis ROTI
Secara Umum , Analisis ROTI dapat digunakan untuk :
a.

Menunjukkan bahwa pelatihan merupakan Investasi

b.

Memaksimalkan Pengembalian Aggaran Pelatihan

c.

Dokumen Perubahan Positif dalam Kinerja Individu atau Organisasi

d.

Menetapkan tolok Ukur bagi keberhasilan pelatihan

e.

Mendorong pengusaha dan Staf untuk mengikuti Pelatihan lebih serius

Universitas Sumatera Utara

f.

Mengukur Efektivitas Pelatihan

g.

Menunjukkan Akuntabilitas Pengeluaran dan kebijakan Pelatihan

2.7- Mengkonversi Pengaruh-pengaruh pelatihan kedalam nilai Moneter.
Sunardi (2012), menyatakan pengaruh atau nilai tambah yang diperoleh
sebagai hasil dari program pelatihan harus selalu di identifikasi,dipilah,dan
dikonversikan kedalam bentuk moneter. Perubahan terhadap kinerja karyawan
sebaiknya dinilai dengan melibatkan berbagai pihak seperti supervisor,direktur,
dan pihak lain dalam organisasi. Keputusan dengan melibatkan berbagai pihak
akan jauh lebih Objektif ketimbang menyerahkan semua penilaian kepada
Manajer Sumber Daya Manusia.
Pengaruh dapat bersifat terlihat(tangible) atau tak terlihat (intangible) dan
biasanya disebut sebagai hard data dan soft data. Hard data bersifat kuantitatif,
statistikal, berorientasi angka dan dengan mudah dapat dikonversikan dalam
bentuk moneter. Soft data lebih bersifat kualitatif dan lebih sulit diukur dan
dikonversikan kedalam bentuk uang. Contoh soft data dapat berupa peningkatan
kepuasan kerja, peningkatan komitmen organisasi, peningkatan komunikasi antar
karyawan berbeda lini dan sebagainya.
2.8-Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Lynch, Akridge, Schaffer dan Gray (2006)
terhadap kegiatan Agribusiness Management Program (AMP) yang dilaksanakan
pada Tahun 2002 dan 2003 dan diikuti sebanyak 30 peserta didapat beberapa
kesimpulan yaitu: metode evaluasiROIyang merupakan indikator yang baik
didalam menilai program pelatihan dan dapat dijadikan sebagai evaluasi untuk
kegiatan pelatihan dan pengembangan kegiatan pelatihan. Dari hasil penelitian
mereka juga menemukan bahwa program pelatihan yang dilakukan memberikan
laba atas investasi sebesar 398 %. Selain itu dari hasil penelitian juga didapat
bahwa program AMP dapat dan diterapkan dalam tempat kerja dan memiliki
dampak keuangan yang positif bagi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Almeida (2008), terhadap
perusahaan manufaktur besar di Portugal antara 1995 dan 1999 terkait tentang
investasi dalam pelatihan , biaya, dan beberapa karakteristik perusahaan.
Parameter yang digunakan dalam mengukur manfaat pelatihan adalah manfaat
terhadap pengusaha dan karyawan secara keseluruhan , terlepas dari bagaimana
pengembalian ini dibagi antara kedua belah pihak tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut perusahaan yang melakukan investasi
pelatihan akan mendapat tingkat pengembalian diantara 6,7% sampai dengan 8,6
% lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan investasi
pelatihan. Pengembalian yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa pelatihan kerja
yang dilakukan perusahaan adalah investasi yang sehat bagi perusahaanperusahaan yang menghasilkan keuntungan yang sebanding dengan baik investasi
dalam modal fisik.

Universitas Sumatera Utara