Studi Deskriptif Musik Dalam Konteks Upacara Thai Ponggel Pada Masyarakat Hindu Tamil di Kuil Shri Mariamman Kota Medan Chapter III V

BAB III
DESKRIPSI UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU
TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN

3.1 Norma/ Adat Masyarakat Hindu Tamil
Masyarakat Hindu Tamil khususnya di kota Medan memiliki 2 jenis upacara
yang terbagi atas : (1) Upacara proses daur hidup (upacara adat) yang berkaitan
dengan kelahiran misalnya upacara walai kappu yaitu upacara yang dilaksanakan
pada seorang wanita yang telah menikah pada kehamilan 7 bulan dan upacara
pathinaru yaitu upacara buang sial, perkawinan dan kematian; (2) upacara menurut
hari besar atau disebut juga dengan upacara agama (yang ditentukan Panjagham).
Masyarakat Hindu Tamil memiliki serangkaian upacara sendiri untuk
merayakan berbagai peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya. Tingkat
kedudukan seseorang dalam masyarakat biasanya menentukan hubungan dalam
suatu upacara yang akan dilakukan. Upacara tersebut pada dasarnya berfungsi
untuk memaparkan sistem atau tataran yang ada seperti pengetahuan local etnik
Tamil yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Hindu dan budaya Tamil.

57
Universitas Sumatera Utara


3.2 Adat Istiadat Hindu Tamil
Thai Ponggel merupakan upacara perayaan menuai pada masyarakat Hindu
Tamil melalui pesta panen yang bertujuan untuk bersyukur kepada Tuhan karena
telah diberikan hasil panen yang melimpah. Di Punjabi India perayaan ini
dilaksanakan selama 3 hari dengan meriah yaitu pada hari pertama penyembahan
kepada dewa matahari yaitu dengan cara membakar barang-barang lama dengan
tunggul api dinyalakan semalaman hingga sebelum matahari terbit dan disambut
dengan pakaian-pakaian baru, pada hari ketiga penyembahan dilakukan kepada
lembu karena lembu merupakan lambang dari kemakmuran bagi masyarakat Hindu
Tamil dimana lembu telah banyak membantu para petani dalam membajak sawah
sehingga lembu yang ada pada acara tersebut dihiasi dengan cara tanduk pada
lembu dicat, dikenakan pakaian dan topi diatas kepala juga terdapat kalung pada
leher lembu dan hari ketiga disebut dengan Kanni Ponggel yaitu dikhususkan bagi
para remaja-remaja perempuan untuk memasak dan bangun cepat yang bertujuan
memanjatkan doa agar diberikan jodoh dan berdoa untuk keluarga agar diberikan
kesehatan14. Thai Ponggel ditetapkan menurut almanak Tamil yaitu pada awal
bulan Thai Madem. Pada saat bulan panen berlangsung banyak melaksanakan
pernikahan dan rumah atau tempat tinggal masyarakat Hindu Tamil dihiasi dengan
lampu-lampu juga dihiasi dengan tumbuh-tumbuhan di pintu. Masyarakat Hindu
Tamil percaya bahwa pada bulan panen adalah bulan dimana Sang Pencipta yaitu


14

Wawancara dengan Bapak Pdt. Candra Boss pada tanggal 20 Januari 2017

58
Universitas Sumatera Utara

dewa matahari memberikan berkat yang melimpah dan diberikan kemudahan dalam
segala hal.

3.3 Tempat Pelaksanaan Upacara
Dalam membahas tempat pelaksanaan upacara Thai Ponggel, penulis akan
menyebutkan secara detail seperti penulis saksikan pada saat upacara dilaksankan.
Tempat pelaksanaan upacara diadakan pada 3 tempat yaitu di halaman kuil Shri
Mariamman, di dalam kuil Shri Mariamman dan di kuil Shri Kaliamman. Pada
halaman kuil Shri Mariamman, jemaat duduk diatas tikar dan posisi duduk
bersampingan dengan kuil. Pembagian posisi duduk antara wanita dan pria
dibedakan yaitu wanita duduk berdekatan dengan pintu kuil sedangkan pada pria
duduk berdekatan dengan gerbang masuk kuil. Mereka memulai upacara dengan

mengucapkan mantra atas ucapan syukur kepada dewa matahari yang dipimpin oleh
pendeta.

59
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.1
Tempat Pelaksanaan Pertama di halaman Kuil Shri Mariamman
(Dokumentasi Penulis)

Setelah selesai dari halaman kuil Shri Mariamman, selanjutnya tempat
pelaksanaan upacara pindah kedalam kuil Shri Mariamman. Seluruh umat yang
mengikuti proses upacara tersebut duduk diatas sajadah yang telah disediakan kuil.
Posisi duduk antara pria dan wanita dibedakan yaitu pria duduk disebelah kiri pintu
utama kuil dan wanita duduk sebelah kanan pintu utama kuil. Acara yang diadakan
didalam kuil yaitu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan terdapat khotbah yang
dipimpin dari pendeta diluar kuil. Selain itu tempat pelaksanaan upacara yang
terakhir adalah di kuil Kaliamman. Tempat pelaksanaan ini berpindah kuil
dikarenakan kuil ini merupakan cabang kuil dari kuil Shri Mariamman dan
Kaliamman merupakan anak laki-laki dari dewi Shri Mariamman sehingga kuil ini

menjadi salahsatu tempat pelaksanaan upacara Thai Ponggel dilaksanakan. Pada
kuil Kaliamman diadakan acara makan bersama dengan seluruh masyarakat yang

60
Universitas Sumatera Utara

mengikuti upacara pesta panen. Selama upacara berlangsung yaitu dari tempat
pelaksanaan upacara yang pertama sampai yang terakhir, jemaat yang mengikuti
proses upacara menyanyikan nyanyian Bhajan yang bertujuan untuk memuji dan
menyembah dewa atas kemakmuran dan bersyukur dengan kemudahan yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Gambar 3.2
Di dalam Kuil Shri Mariamman
(Dokumentasi Penulis)

61
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.3

Tempat Pelaksanaan Di Kuil Kaliamman
(Dokumentasi Penulis)

3.4 Latar Belakang dan Tujuan Pelaksanaan
Masyarakat Hindu meyakini bahwa orang menginginkan empat hal. Mereka
memulai dengan menginginkan kenikmatan. Selain itu masyarakat Hindu percaya
akan alam semesta beserta isinya baik yang berada di segala penjuru bumi, di lautan
maupun di angkasa merupakan bagian dari tubuh Sang Hyang Widhi walaupun
tidak tampak langsung oleh umat manusia. Keyakinan pada masyarakat Hindu
dapat dibuktikan dari dewa yang mereka percayai misalnya masyarakat Hindu
memiliki dewa matahari, meyakini dewa lembu dan sebagainya. Tujuan umat
Hindu mempercayai keyakinan Sang Hyang Widhi adalah untuk kehidupan
manusia ciptaanya. Dengan adanya keyakinan umat Hindu maka berdirilah sebuah
kuil ditempat-tempat yang indah, bersejarah atau yang dapat membangkitkan
kekaguman akan kebesaran Sang Hyang Widhi disamping dekat dan mudah dicapai
umatNya.
Masyarakat Hindu Tamil yang berada di daerah Punjabi melaksanakan pesta
panen selama 4 hari. Mereka melaksanakan upacara dibeberapa tempat yaitu di
rumah, dikandang lembu dan dikuil. Upacara pesta panen di daerah Punjabi terbagi
menjadi 4 jenis yaitu Kanni Ponggel merupakan pesta panen yang dilaksanakan

untuk kaum remaja wanita dan kaum wanita yang belum menikah, Mate Ponggel
merupakan pesta panen yang diadakan didalam rumah , Thai Ponggel merupakan
pesta panen yang dilaksanakan didalam kuil dan Bogi Ponggel merupakan pesta
panen yang dilaksanakan didalam kandang lembu. Perbedaan perayaan pesta panen
62
Universitas Sumatera Utara

pada masyarakat Hindu Tamil di Punjabi dan di Indonesia terjadi dikarenakan
mayoritas kependudukan pada daerah dimana di Punjabi banyak masyarakat Hindu
Tamil sedangkan di Indonesia hanya sedikit.
Perayaan pesta panen masyarakat Hindu Tamil merupakan upacara yang
dilaksanakan karena para petani mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas hasil panen petani subur dan menghasilkan banyak kamakmuran bagi
masyarakat Hindu Tamil. Masyarakat Hindu Tamil yang bukan petani dan juga
pekerja yang bukan menghasilkan hasil panen seperti gandum, susu, padi dan
sebagainya ikut serta merayakan pesta panen. Mereka melaksanakan dengan tujuan
yang sama karena selain hasil panen, mereka bersyukur atas kelestarian alam yang
telah memberikan kemudahan dalam upaya mencari nafkah sehingga mendapat
makanan dan minuman. Oleh sebab itu, upacara Thai Ponggel tidak hanya
dilaksanakan di daerah yang ada sawah atau daerah yang bisa menghasilkan hasil

panen. Kuil Shri Mariamman adalah salah satu contoh tempat pelaksanaan upacara
Thai Ponggel.

3.5 Komponen Upacara

3.5.1 Saat Upacara
Upacara Thai Ponggel dilaksanakan sekali dalam satu tahun yaitu pada awal
bulan Thai Madem sesuai dengan almanak Tamil. Upacara Thai Ponggel
berlangsung selama sehari dengan durasi 7 jam yang dihadiri oleh masyarakat

63
Universitas Sumatera Utara

Hindu Tamil. Upacara berlangsung dengan tertib dan tepat waktu. Upacara selalu
diiringi dengan nyanyian Bhajan.

3.5.2 Benda-Benda dan Bahan-Bahan Upacara
Dalam sebuah upacara terdapat benda-benda dan bahan-bahan yang dipakai
untuk prosesi ataupun rangkaian pada saat acara berlangsung. Benda-benda dan
bahan-bahan upacara memiliki makna dan fungsi tertentu dipercayai dapat mejadi

sarana penyampaian pesan dan maksud bagi setiap etnis yang mengikuti upacara
khususnya pada masyarakat Hindu Tamil menyembah Sang Hyang Widhi.

3.5.2.1 Benda-Benda Yang Digunakan
Adapun benda-benda yang digunakan dan masyarakat Hindu Tamil
menganggap sakral dan suci adalah sebagai berikut:
1. Lonceng Vaishnavaism
Lonceng yang memiliki makna sebagai tanda bahwa Sang Hyang Widhi satusatunya yang didengar dan dipatuhi dan juga menandakan bahwa Sang Hyang
Widhi adalah Tuhan Yang Maha Esa.
2. Lampu atau Pelita (Dipam)
Agama Hindu mengartikan pelita memiliki sinar terang yang berasal dari api lampu
yang dinyalakan. Pelita juga memiliki simbol sebagai cahaya penerang dan
memberikan arti kehidupan bagi manusia seperti sinar matahari yang menyinari
bumi dan menjaga kehidupan manusia melalui terangnya. Sinar yang berasal dari
pelita dapat disimbolkan sebagai cahaya dapat membinasakan kekuatan kegelapan

64
Universitas Sumatera Utara

yang selalu mengganggu kedamaian kehidupan umat manusia. Setiap jenis

pembuatan pelita berbeda-beda sehingga makna dan fungsi yang terkandung
didalamnya mengalami perbedaan juga yaitu sebagai berikut:
a. kapas berfungsi untuk memberikan kedamaian dan hal yang terbaik
b. batang pohon teratai berfungsi untuk menghapuskan perbuatan salah sebelumnya
c. kulit pohon eru putih berfungsi untuk mengusir setan yang terdapat dalam tubuh
manusia
d. helai kain kuning (baru) berfungsi membebaskan dari usikan setan barang yang
dianggap memiliki roh halus
e. helai kain merah berfungsi untuk memberikan tanda larangan dan hambatan
nikah serta tidak dikaruniakan anak.
Setiap jenis pembuatan lampu yang berbeda maka berbeda pula jenis
minyak yang digunakan pada lampu. Adapun jenis minyak yang digunakan pada
lampu adalah sebagai berikut:
a. minyak sapi (Ghee) memiliki ciri khas warna yang terbaik dan mengandung arti
untuk memberikan kebahagiaan juga kemakmuran
b. minyak wijen (Sesame Oil) mengandung arti bebas dari penderitaan atau nasib
buruk
c. minyak jerai (Kastroli) mengandung arti untuk memberi keturunan keluarga dan
sanak saudara
d. minyak kelapa mengandung arti sebagai bebas dari penyakit

e. minyak kacang tanah mengandung arti larangan, membawa kehancuran dan sial

65
Universitas Sumatera Utara

Lampu yang digunakan pada upacara Thai Ponggel terdiri dari dua bagian
yaitu sebagai berikut:
a. lampu Pancarati merupakan lampu yang memiliki lima sumbu dan terbagi dari
dua makna kata panca berarti lima dan Arthai berarti api. Lima api atau lima kuasa
Tuhan yang dikenal dalam agama Hindu sebagai Pancabhutam (lima elemen) yaitu
air, api, tanah, udara dan angkasa.
b. lampu Mahakarpuram merupakan api yang memiliki sumbu sebanyak satu dan
melambangkan dari energy perana atau dikenal dengan cahaya Tuhan juga energi
Tuhan. Fungsi lampu ini sebagai sarana pertemuan antara jemaat dan Tuhan.
3. Kemenyan (Thdhupaf)
Masyarakat Hindu mengenal kemenyan sebagai wewangian yang difungsikan
sebagai menetralkan energy dari energi negatif menjadi energi positif.
Selain benda-benda upacara pada Thai Ponggel yang dianggap sakral,
masyarakat Hindu memakai benda-benda yang biasa digunakan untuk memasak
hasi panen dengan fungsi yang sama seperti dandang, wajan, sendok pengaduk,

wadah untuk susu dan tungku masak.

3.5.2.2 Bahan-Bahan Yang Digunakan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam upacara Thai Ponggel adalah
sebagai berikut:
a. buah kelapa merupakan simbol dari kehidupan
b. bunga (puspa) merupakan bentuk persembahan yang paling indah dan megah jika
dilihat dari fisiknya. Umat Hindu menggunakan bunga sebagai keperluan

66
Universitas Sumatera Utara

sembahyang dari pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kegiatan
sembahyang dan pemujaan biasanya dipakai bunga yang masih segar dan indah
serta dirangkai sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk yang bagus dan
megah. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Hindu Tamil memberikannya
dengan penuh keihklasan sebagai wujud rasa terimakasih dan bakti kepada Tuhan
Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi).

Gambar 3.4
Bunga segar yang dirangkai sedemikian rupa dalam kegiatan sembahyang dan kegiatan pemujaan
(Dokumentasi Penulis)

c. susu bermanfaat untuk memperoleh umur yang panjang
d. pohon tebu sebagai kemakmuran
e. pohon kunyit sebagai menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik
f. pohon pisang sebagai kesuburan dan dapat menyerap energy matahari
g. beras sebagai lambang hasil panen yang telah diberikan oleh Surya Banuan15

3.6 Pendukung Upacara

3.6.1 Pendeta/Pemimpin Upacara

15

Surya Banuan merupakan istilah dari nama dewa matahari

67
Universitas Sumatera Utara

Pimpinan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan upacara Thai Ponggel
adalah seorang pendeta yang bernama Dharma. Pendeta Dharma bertugas
menyampaikan mantra atas nama seluruh Bhakta yang sedang ikut melaksanakan
upacara Thai Ponggel. Selain pendeta yang bercampur tangan dalam hal mengurus
upacara, ketua kuil adalah salah satu yang berwenang mengurus seluruh persiapan
pelaksanaan upacara seperti dalam persiapan menyiapkan bahan-bahan dan bendabenda untuk rangkaian pelaksanaan upacara dan mengatur jadwal acara tahap demi
tahap. Meskipun demikian, ketua kuil tidak berhak untuk menyampaikan mantra
atas nama seluruh Bhakta. Ketua kuil juga merupakan salah satu pendeta yang
cukup lama berada dalam mengurus kuil. Ketua kuil bertugas hanya menyampaikan
kata sambutan pada saat upacara berlangsung didalam kuil Shri Mariamman.
Pendeta yang menyampaikan mantra dan ketua kuil menggunakan pakaian
yang berbeda yaitu pendeta menggunakan pakaian pendeta yang biasa gunakan
yaitu kain yang beberbentuk segi empat panjang yang dianggarkan sepanjang 5
meter yang dililit disekitar pinggang dan kaki yang disebut dengan dhoti sedangkan
ketua kuil memakai pakaian seperti jemaat kaum pria kenakan yaitu memakai kurta
pula. Pada masyarakat Hindu Tamil, penggunaan baju ataupun kostum tidak
diperkenankan memakai secara berlebihan. Penggunaan baju ataupun kostum pada
saat beribadah harus melambangkan kesederhanaan dan masyarakat Hindu Tamil
berfokus pada dewa yang ingin dipuja.

3.6.2 Panitia

68
Universitas Sumatera Utara

Upacara Thai Ponggel didukung oleh panitia. Panitia upacara terdiri dari
beberapa anggota dan memiliki susunan kepengurusan yang diketuai oleh Bapak
Pendeta Chandra Boss, dibantu dengan wakil ketua Bapak Kuna Segra, sekretaris
dengan Nadya dan bendahara Silen. Sistem kepengurusan kuil dan panitia
pelaksanaan upacara memiliki anggota kepengurusan yang sama. Setiap anggota
kepengurusan melakukan tugas sesuai dengan jabatan. Sedangkan kepengurusan
dalam hal musik dan konsumsi merupakan jemaat yang telah dipilih oleh ketua
perhimpunan kuil.

3.6.3 Bhakta/Undangan
Bhakta yang hadir dalam upacara Thai Ponggel merupakan pendukung
upacara. Bhakta berasal dari dalam lingkungan sekitar kuil Shri Mariamman dan
ada juga yang berasal dari luar kuil Shri Mariamman seperti dari daerah Tanjung
Morawa, Pakam bahkan dari Malaysia. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat
yang mengikuti upacara Thai Ponggel sangat antusias. Tidak hanya masyarakat
Hindu Tamil yang ikutserta menyaksikan upacara Thai Ponggel namun terdapat
etnis lain yaitu seperti etnis Cina, Jawa dan Toba. Adanya etnis luar dari masyarakat
Hindu Tamil dikarenakan upacara terbuka untuk umum dan seluruh kalangan dapat
menyaksikan berjalannya upacara tersebut. Masyarakat Hindu Tamil yang turut
melaksanakan upacara tidak mengasingkan ataupun memandang sebelah mata
terhadap etnis lain yang tidak serumpun dengan mereka.

69
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.5
Bhakta yang sedang mengikuti upacara Thai Ponggel
(Dokumentasi Penulis)

3.6.4 Pemusik
Upacara Thai Ponggel menggunakan empat alat musik yaitu sange, manjira,
tabla dan tamborin. Keempat alat musik dimainkan oleh beberapa pemain musik
seperti pada alat musik sange dimainkan oleh satu orang, manjira dimainkan oleh
dua orang, tabla dimainkan oleh dua orang secara bergantian dan tamborin
dimainkan oleh dua orang secara bergantian. Untuk memainkan alat musik,
pemusik tidak terdapat syarat khusus misalnya syarat harus pria ataupun wanita
namun pemusik wajib mahir dalam memainkan alat musik. Pemusik memakai
kostum yang resmi seperti pemusik kaum wanita memakai kostum yang disebut
sari yaitu pakaian tradisional India yang banyak dikenal oleh seluruh masyarakat
sedangkan pemusik kaum pria memakai baju yang disebut dengan kurta pula yaitu

70
Universitas Sumatera Utara

pakaian tradisional pria kaum India dengan menggunakan kemeja panjang yang
sampai ke lutut yang diperbuat daripada kain kapas atau lime dan sutera. Selain alat
musik, terdapat nyanyian yang dinyanyikan oleh jemaat, jemaat yang menyanyikan
secara bergantian dengan bersahut-sahutan. Musik pada upacara Thai Ponggel
dimainkan secara langsung tanpa menggunakan suara yang berbentuk rekaman.

3.7 Deskripsi Jalannya Upacara Thai Ponggel
Upacara Thai Ponggel dimulai pada pukul tujuh pagi dan sebelum upacara
dimulai, panitia pelaksana mempersiapkan bahan dan benda-benda upacara pada
malam hari. Panitia pelaksana dan jemaat yang mengikuti upacara Thai Ponggel
pada jam empat subuh terlebih dahulu melakukan mediasi individu dengan tujuan
berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada pukul lima subuh, pendeta kuil
memandikan arca yaitu dengan menggunakan susu, tepung kunyit, beras, kayu
cendana, air kelapa muda, madu, air tebu dan air mawar. Ketika matahari telah
terbit, pendeta melaksanakan ritual puja yaitu ritual sambutan kepada matahari.
Upacara Thai Ponggel dilaksanakan pada waktu matahari telah bersinar atau
hari mulai terang yaitu pukul tujuh pagi. Pelaksanaan pertama yaitu pendeta
memecahkan kelapa muda yang telah dibersihkan dari serabut menggunakan
parang. Air kelapa dalam masyarakat Tamil melambangkan suatu kehidupan.
Setelah itu, pendeta melakukan pemujaan terhadap dewa Ganesha dengan tujuan
segala karma dan bala akan hilang. Setelah melakukan pemujaan kepada Ganesha,
pendeta melanjutkan pemujaan terhadap dewa surya karena telah diberikan hasil
panen. Jemaat yang ikutserta melaksanakan upacara pada saat pemujaan, jemaat

71
Universitas Sumatera Utara

berdoa dan mengambil cahaya yang diberikan pendeta kepada jemaat. Cahaya
merupakan sarana energi postif yang diberikan oleh dewa.
Pelaksanaan upacara Thai Ponggel setelah pemujaan terhadap dewa adalah
jemaat berdiri menuangkan susu yang telah disediakan oleh panitia dihari
sebelumnya sambil menyanyikan Bhajan. Jemaat bergantian dan berbaris
menunggu giliran untuk menuangkan susu. Jemaat kaum wanita terlebih dahulu
menuangkan susu setelah itu jemaat kaum pria. Susu dituangkan sebanyak satu
sendok pengaduk, apabila susu telah tumpah maka resmi sudah upacara Thai
Ponggel. Makna dari susu tumpah meluap dari wadah merupakan lambang dari
hasil panen yang melimpah ruah bagi masyarakat Hindu Tamil. Setelah susu telah
meluap, selanjutnya panitia dan pendeta menuangkan beras kedalam wadah susu.
Proses tersebut sama dengan proses pertama yaitu menunggu hingga beras masak
hingga meluap. Proses pemujaan dan proses memasak hasil panen dilakukan di
halaman kuil Shri Mariamman.
Proses pemujaan dan proses memasak hasil panen telah selesai, jemaat yang
hadir pada saat upacara Thai Ponggel dan seluruh panitia melajutkan upacara
didalam kuil Shri Mariamman. Jemaat dan panitia pelasana melakukan meditasi
Tyanem didalam kuil Shri Mariamman selama lima menit dengan tujuan untuk
menyerap energy yang telah dipantulkan oleh dewa. Setelah itu dilanjutkan dengan
nyanyian Bhajan yang diawali dengan mantra. Pada pertengahan upacara didalam
kuil Shri Mariamman terdapat khotbah dan kata sambutan. Pelaksanaan terakhir
didalam kuil Shri Mariamman adalah jemaat dan panitia pelaksana menyanyikan
lagu pemujaan yang disebut dengan nama nyanyian Jyothi dan dilakukan sambil

72
Universitas Sumatera Utara

berdiri menyembah dan mengambil arati (energi positif) yang diberikan dewa
melewati lampu Mahakarpuram. Proses kedua yaitu didalam kuil Shri Mariamman
selesai dan seluruh jemaat yang hadir bersalaman.
Proses yang ketiga yaitu di kuil Kaliamman, jemaat dan panitia pelaksana
bernyanyi Bhajan sambil menyembah dewa Suryabanuan sebagai ucapan syukur
dengan apa yang telah disajikan padasaat upacara. Jemaat yang mengikuti upacara
terlebih dahulu berdoa dan mengelilingi arca sebanyak tujuh kali sebagai
penyembahan. Apabila jemaat yang telah berdoa, jemaat dan seluruh panitia
bersama-sama menyanyikan nyanyian Bhajan selama satu jam. Akhir upacara Thai
Ponggel, seluruh jemaat yang turut mengikuti upacara makan bersama dengan
hidangan nasi kuning yang biasanya disebut dengan Brianivegetarian, nasi putih
yang direbus dengan campuran daun salam dan elka (kapulaga India/kayu manis) ,
pawaso merupakan manisan yang berisi campuran susu, mata ikan, kacang mete,
kismis dan gula, diperte yaitu kentang dan labu yang dihancurkan dengan
menggunakan tangan, rending kentang, pacidi yaitu masakan dengan menggunakan
manga muda atau mangga yang masih mentah dicampur gula merah dan elka, kari
yaitu kentang, terong, wortel, buah kelor, dan parpu merupakan masakan yang
menggunakan campuran sejenis kacang-kacangan seperti kedelai yang direndam
semalaman kemudian dimasak.

73
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.6
Hidangan Upacara Thai Ponggel
(Dokumentasi Penulis)

3.8 Deskripsi Musik Pada Upacara Thai Ponggel
Menurut Malm (1977) musik seni India biasanya selalu dikatakan dimulai
dengan himne yang dilatarbelakangi oleh tradisi Veda, yaitu berupa teks suci
masyarakat Arya, dan materi-materi lainnya yang dapat ditambahkan dan
berkembang selama beberapa abad. Rig Veda adalah bentuk tradisi Veda yang
paling awal dan tetap dipertahankan hingga kini. Beberapa teksnya dirancang
kembali dalam bentuk yang disebut Yajur Veda. Sementara itu Sama Veda terdiri
dari beberapa teks-teks pilihan dari sumber yang sama dengan yang dipergunakan

74
Universitas Sumatera Utara

pada upacara keagamaan. Di sisi lain Arthava Veda adalah sekumpulan teks-teks
yang berbeda, diturunkan dari magik keagamaan rakyat dan mantra-mantra. Tradisi
Veda dianggap hanya untuk budaya kasta yang lebih tinggi, dan disebankan dialam
keagamaannya, yang memiliki tulisan-tulisan singkat yang begitu kuat
mengkoreksi pertunjukkan.
Walaupun seluruh tradisi Veda agak jarang dipertunjukkan pada masyarakat
India pada masa sekarang ini, berbagai istilah dan beberapa pandangan musikalnya
digunakan untuk pertunjukan religious dan epos (syair kepahlawanan) sekuler,
yang diperuntukkan kepada kasta-kasta yang lebih rendah di India. Ensamble musik
India terdiri dari 2 jenis yaitu ensamble Urumee Melam dan ensamble Nagasvaram.
Ensamble Urumee Melam terdiri dari Khanjari, Simbal, Idakka, Thavil, Pampai,
Thumbnail, dan Udukai. Sedangkan ensamble Nagasvaram hanya diiringi dengan
Tabla. Pada musik India yang paling menonjol adalah ide dan terapan dimensi
waktu yang disebut tala, juga dimensi ruang yang disebut dengan raga. Baik praktik
musik lama dan modern, secara umum menghasilkan tujuh svara, pada sebuah oktaf
(saptaka). Ketujuh Svara tersebut mempunyai nama-nama khusus, tetapi hanya
silabis pertamanya dari tiap-tiap namanya yang umum dipergunakan untuk
menuliskan nada-nada ini. Silabis sa,ri, ga, ma, pa, dha, ni seperti do, re, mi pada
musik Barat datang dari sebuah istilah dasar untuk mendiskusikan atau
menyanyikan musik India. Pada teori lama, tujuh svara dimainkan bersama-sama
dengan sebuah grama, sebuah tangga nada. Tiga tangga nada induk (sadjagrama,
madhyamagrama, dan gandharagama) dikatakan sebagai dasar tangga nada
“induk,” pada musik India. Dalam konsep musik India, maka terdapat beberapa

75
Universitas Sumatera Utara

istilah sebagai berikut: (a) nada yaitu getaran suara, (b) sruti yaitu interval-interval
mikroton dengan berbagai ukuran, (c) svara yaitu interval-interval musik nyata
yang dibentuk dari kombinasi-kombinasi sruti, (d) grama yaitu perbendaharaan
tonal dasar, yang dibentuk dari tujuh svara terdiri dari sa, ga, dan ma grama, (e)
murchana yaitu tangga nada yang dibentuk dari dua buah tangga nada induk, (f) jati
yaitu modus-modus dasar, klasifikasi dari sebuah modus oleh nomor-nomor
nadanya, (g) raga adalah bentuk melodi dari tangga nada, didasari oleh berbagai
jati, (h) melakarta yaitu kelompok nada yang berhubungan dengan raga.
Istilah raga (rag di India Utara atau ragam dalam bahasa Tamil) dapat
didefinisikan sebagai bentuk pengukur (scalar) melodi, yang mencakup baik itu
tangga nada dasar atau struktur melodi dasar. Istilah ini diambil dari akar kata
bahasa Sanskerta, ranj, yang berarti mewarnai dengan emosi. Istilah itu selanjutnya
mempengaruhi keadaan dalam mewujudkan nada-nada yang sebenarnya. Karena
itu, aspek-aspek ekstramusikal menjadi penting untuk beberapa ahli musik dalam
mempertunjukkan raga. Selain itu terdapat istilah tala pada musik India yang berarti
dimensi waktu dalam musik India. Biasanya berkaitan erat dengan siklus birama.
Hal ini dapat dikatakan siklus sebab karakteristik dasarnya adalah terus menerus
memunculkan garapan waktu. Tempo atau laya musik India dapat dibentuk dari
yang sangat cepat (drutam), sampai yang sedang (madhya) dan yang lambat
(vilambta). Tempo seperti ini dapat dilihat dengan contoh nyanyian Bhajan.
Manjira yang dimainkan sebanyak dua pasang. Manjira terbuat dari logam
gangsa dan dikategorikan dalam idiofon yaitu alat musik yang sumber musiknya

76
Universitas Sumatera Utara

dari badan instrument itu sendiri. Logam pada manjira dicantumkan dengan tali
yang tebal. Manjira difungsikan sebagai pengiring nyanyian dan berguna untuk
memainkan irama. Manjira merupakan komponen penting didalam musik Bhajan
dan musik tarian.

Gambar 3.7
Manjira
(Koleksi Gambar Penulis)

Tamborin yang digunakan sebanyak 2 buah. Tamborin merupakan frame
drum berbentuk bulat dan terdapat senar atau kerincingan di pinggir. Tamborin
dikategorikan dengan membranophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari
membran atau kulit. Tamborin memiliki selaput disalahsatu sisinya yang berupa
kulit binatang dan ada juga yang terbuat dari plastik. Ukuran dan bentuk tamborin
pada umumnya bermacam-macam namun yang dipakai pada saat upacara ini yaitu
menggunakan tamborin yang dipakai untuk orang dewasa. Berat tamborin dan
diameter tamborin bergantung dengan pembuatan dan besarnya tamborin.
Tamborin difungsikan sebagai memuji Tuhan Yang Maha Kuasa dan dimainkan
ketika pemnyembahan dilaksanakan.

77
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.8
Tamborin
(Koleksi Gambar Penulis)

Tabla dimainkan sebanyak 2 drum tegak yaitu tabla berukuran kecil
dan tabla berukuran besar yang dimainkan dengan jari dan telapak tangan. Tabla
tergolong kedalam membranophone yaitu alat musik yang menghasilkan suara
dengan memukul selaput atau kulit. Tabla berukuran kecil biasanya sedikit
berbentuk kerucut dan disebut dengan dayan yang dimainkan menggunakan tangan
kanan. Tabla yang berukuran besar disebut dengan bayan berbentuk bulat yang
dimainkan menggunakan tangan kiri. Pada bagian tengah tabla terdapat bintik
hitam. Tabla difungsikan sebagai pemujaan dewa dan sebagai iringan musik untuk
nyanyian Bhajan. Selain ketiga alat musik manjira, tabla dan tamborin terdapat alat
musik sange yang digunakan pada saat upacara Thai Ponggel berlangsung. Sange
merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup dan dikategorikan
sebagai aerophone. Sange dimainkan pada saat akhir upacara Thai Ponggel guna
sebagai tanda bahwa nyanyian akan berakhir.

Gambar 3.9

78
Universitas Sumatera Utara

Tabla
(Koleksi Gambar Penulis)

Gambar 3.10
Sange
(Koleksi Gambar Penulis)

Alat musik pada upacara Thai Ponggel yaitu manjira, tabla dan tamborin
merupakan alat musik yang menghasilkan ritem. Sedangkan pada alat musik sange
hanya memiliki satu nada untuk penutupan upacara.

BAB IV
TRANSKRIPSI DAN ANALISIS

Pada bagian ini penulis membuat transkripsi dan menganalisis pola ritem
yang paling dominan terdengar pada upacara Thai Ponggel yang dimainkan secara

79
Universitas Sumatera Utara

langsung yaitu tanpa menggunakan rekaman seperti melalui dvd ataupun recorder
sehingga

dengan

demikian

diharapkan

dapat

membantu

kita

untuk

mengkomunikasikan kepada pihak lain tentang apa yang kita pikirkan dari apa yang
kita dengar. Menurut Nettl, (1964:98) ada dua pendekatan berkenaan dengan
pendeskripsian musik yaitu: (1) kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis apa
yang kita dengar; (2) kita dapat menuliskan berbagai cara keatas kertas dan
mendeskripsikan apa yang kita lihat. Penulis melakukan transkripsi sebelum
melakukan deskripsi musikal karena transkripsi merupakan hal yang terpenting
bagi penulis.
Nettl (1964:98) mengatakan bahwa transkripsi adalah proses menotasikan
bunyi menjadi simbol visual. Selain itu, transkripsi juga dikenal sebagai cara yang
baik untuk mempelajari aspek-aspek mendetail dari suatu gaya musik (Nettl,
1964:103). Dalam bidang studi Etnomusikologi yang terpenting dalam penulisan
ilmiah adalah proses transkripsi akan tetapi tidak ada satu pun metode yang dapat
dijadikan dasar sebagai bahan acuan. Nettl (1964:131) mengemukakan problem ini
bahwa sedikit sekali metode yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan setiap
bagian dari musik. Masing-masing pendeskripsian musik tergantung pada karakter
bunyi yang ditranskripsikan.
Untuk

memperlihatkan

bunyi

musikal

yang

terdengar,

penulis

menggunakan notasi barat dalam proses pentranskripsian. Sebagaimana dikatakan
oleh Nettl (1964:94) yang mengutip pendapat Seegers tentang penulisan notasi
musik terdiri dari dua bagian yaitu notasi deskripsi dan notasi prespektif. Notasi
prespektif adalah notasi yang bertujuan untuk seorang penyaji, bagaimana iya harus

lxxx
Universitas Sumatera Utara

menyajikan sebuah komposisi musik. Notasi deskriptif adalah notasi yang bertujuan
untuk menyampaikan kepada pembaca ciri-ciri dan detail-detail komposisi musik
yang belum diketahui oleh pembaca. Salah satu notasi deskriptif adalah penggunaan
notasi balok. Hal ini didukung oleh keberadaannya yang efektif dalam
pentrasnskripsian.
Menurut pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa transkripsi
mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mendeskripsikan musik. Sehubungan
dengan hal ini, dalam melakukan pentranskripsian terhadap musik yang dipakai
dalam upacara Thai Ponggel di kuil Shri Mariamman kota Medan, penulis mengacu
kepada pendekatan metode notasi deskriptif karena menurut pengamatan penulis
notasi deskriptif yang paling tepat digunakan untuk kepentingan pendeskripsian
komposisi musik yang ada pada upacara.
Dalam bab ini, tujuan dan analisis dalam penulisan ini adalah untuk
mendeskripsikan struktur musik yang terjadi didalam beberapa musik yang ada
pada upacara Thai Ponggel. Untuk keperluan ini beberapa yang diputar struktur
musik yang sering terdengar dan diantara merupakan pengulangan-pengulangan
akan penulis paparkan secara rekaman dan tulisan melalui kamera DSLR dan
kamera handphone. Penulis mengambil contoh alat musik tabla dan tamborin
dengan pola ritem yang dipakai pada upacara Thai Ponggel.

4.1 PROSES TRANSKRIPSI
Proses pentranskripsian pada dasarnya sudah terjadi setelah proses
analisis karena dalam proses pentranskripsian telah dilakukan suatu pengamatan

lxxxi
Universitas Sumatera Utara

terhadap semua karakter musik yang ditranskripsi. Dalam transkripsi ini penulis
mengunakan notasi Barat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah para pembaca
memahaminya. Melihat dari ritem dan kemampuan pemusik tamborin dan tabla
yang sedang dilaksanakan, penulis akan menuliskannya dengan menggunakan
bantuan software Sibelius. Ada pun beberapa simbol yang digunakan, seperti:

Garis paranada yang memiliki lima buah garis nada dan empat buah spasi dengan
tanda kunci G

Merupakan not setengah yang bernilai dua ketuk

Merupakan not satu per empat yang bernilai satu ketuk

Merupakan not satu per delapan yang bernilai setengah ketuk

Merupakan dua buah not satu per delapan yang digabung menjadi satu ketuk

lxxxii
Universitas Sumatera Utara

Simbol simbol diatas merupakan beberapa contoh dari simbol-simbol yang
terdapat dalam partitur yang perlu diketahui agar para pembaca untuk dapat
memahami setiap ketukannya. Berikut merupakan transkripsi alat musik nyanyian
Bhajan pada saat proses upacara Thai Ponggel sedang berlangsung:

Ilustrasi Musik
Siklus Pola Ritem Manjira, Tabla dan Tamborin untuk Nyanyian Bhajan Shiva

lxxxiii
Universitas Sumatera Utara

Ringkasan yang dapat ditarik di atas adalah:
1. Tempo

:

2. Durasi Not Dominan

: (1/4), (1/2), (1/8)

3. Meter

: 4 ketuk dalam satu siklus
(selanjutnya dikelompokkan dalam meter 4/4)

4. Warna Bunyi

: Tak dan Dung untuk tabla. Duk untuk tamborine
dan Cik-Ki-Cing untuk manjira

Siklus pola ritem diatas merupakan sudah bisa mewakili pola ritem upacara
Thai Ponggel dengan kesertaan warna bunyi dari alat musik. Dalam nyanyian pada
upacara ini ritemnya didominasi oleh warna bunyi pada alat musik tabla yaitu
dengan warna bunyi paling sering dipukul yaitu tak dan dung.
Pada upacara Thai Ponggel terdapat nyanyian Bhajan. Nyanyian tersebut
dinyanyikan dengan cara saling bersaut-sautan. Nyanyia Bhajan terdapat leader
yang berfungsi sebagai pembawa melodi yang akan diikutkan oleh jemaat yang lain
dan tidak ada khusus untuk pria atau wanita dalam hal menyanyikan ini. Nyanyian
Bhajan terdiri dari 10 Bhajan yaitu Bhajan Ganesha, Bhajan Guru, Bhajan Devi,
Bhajan Shiva, Linggashtakan, Bhajan Krishna, Bhajan Rama, Bhajan Wishnu,
Bhajan Muruga dan Samarasa Pirartenai. Bahasa yang terdapat dalam Bhajan

lxxxiv
Universitas Sumatera Utara

adalah bahasa Sanskerta yang mengandung makna lirik berupa ucapan pemujaan
untuk dewa. Nyanyian diterjemahkan kedalam bentuk tulisan kanji Tamil dan
dituliskan kedalam bentuk bahasa Indonesia sehingga umat Hindu yang tidak
mengerti tulisan kanji dapat menyanyikan Bhajan dengan pengucapan Indonesia.
Meskipun tulisan Bhajan dapat dinyanyikan dengan menggunakan bahasa
Indonesia, jarang umat Hindu Tamil dapat menterjemahkan nyanyian Bhajan. Hal
ini dikarenakan banyak umat Hindu sudah tidak lahirpada daerah asalnya yaitu
India. Jemaat menyanyikan Bhajan dengan cara kepada siapa puja yang ingin
disembah. Berikut merupakan transkripsi nyanyian Bhajan pada saat proses
upacara Thai Ponggel sedang berlangsung:

lxxxv
Universitas Sumatera Utara

lxxxvi
Universitas Sumatera Utara

lxxxvii
Universitas Sumatera Utara

lxxxviii
Universitas Sumatera Utara

4.2 Tangga Nada
Dalam pengertian sederhana, tangga nada dalam musik bisa diartikan
sebagai satu set atau kumpulan not musik yang diatur sedemikian rupa dengan
aturan yang baku sehingga memberikan nuansa atau karakter tertentu. Aturan baku
tersebut berupa interval atau jarak antara satu not dengan not lain. Netll,
(1964:1945) mengemukakan bahwa cara-cara untuk mendeskripsikan tangga nada
adalah menuliskan nada-nada yang dipakai tanpa melihat fungsi masing-masing
dalam musik. Tangga nada tersebut kemudian digolongkan menurut beberapa
klasifikasi, yaitu menurut jumlah nada yang dipakai.
Penulis menyusun semua nada-nada yang terdapat dalam nyanyian Bhajan
Shiva kemudian mengurutkan tangga nada dari nada terendah hingga nada tertinggi
termasuk nada oktaf jika ada didalam garis paranada. Berikut adalah tangga nada:

4.3 Wilayah Nada
Wilayah nada adalah jarak antara nada yang terendah dengan nada yang
tertinggi. Oleh karena itu, setelah penulis membuat lagu tersebut kedalam garis
paranada, maka didapatlah wilayah nada tersebut. Wilayah nada pada nyanyian
Bhajan Shiva adalah:

lxxxix
Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan bab-bab yang telah dibahas, penulis
menyimpulkan pembahasan dari hasil penelitian lakukan. Penulis menyimpulkan
bahwa upacara Thai Pongel adalah upacara menuai pada masyarakat Hindu Tamil
melalui pesta panen yang bertujuan untuk bersyukur kepada Tuhan karena telah
xc
Universitas Sumatera Utara

diberikan hasil panen yang melimpah. Thai Pongel diadakan sekali setahun pada
awal bulan Thai menurut almanak Tamil dan dilaksanakan dilaksanakan di kuil Shri
Mariamman. Kuil Shri Mariamman merupakan kuil tertua di kota Medan dan
memiliki luas 2 hektar. Semua umat Hindu Tamil dapat mengikuti upacara Thai
Pongel ini dengan memakai pakaian yang sopan misalnya pada kaum pria memakai
dhoti atau kurta dan pada kaum wanita memakai sari atau salwar kameez. Upacara
berlangsung selama 1 hari dengan durasi 7 jam. Penyajian musik pada upacara Thai
Ponggel terdiri dari 4 alat musik yaitu manjira, tabla, tamborin dan sange. Musik
yang disajikan dalam upacara dimainkan tidak menggunakan rekaman melainkan
secara live. Upacara Thai Pongel terdapat nyanyian. Nyanyian yang dipakai dalam
upacara adalah nyanyian bhajan dan dinyanyikan secara bergantian. Bhajan
merupakan memuja, menyembah, bersujud, dihadapan Tuhan yaitu dengan
menyanyikan lagu-lagu suci dan diartikan kedalam bahasa Indonesia. Bhajan terdiri
dari 10 bhajan dan bhajan yang dipakai adalah bhajan Shiva.

5.2 Saran
Upacara Thai Ponggel di Kuil Shri Mariamman Kota Medan diharapkan
dapat mempertahankan tradisi yang masih melekat dalam upacara sehingga tidak
mengalami kemunduran dan dilupakan oleh generasi muda yang diakibatkan oleh
perubahan jaman dan gaya hidup dari masyarakat pendukungnya juga berubah.
Penulis mengakui bahwa dalam upacara ini tidak banyak yang mengetahui tentang
adanya keberadaannya. Oleh karena itu penulis menyarankan kepada pihak
penyelenggara dapat mempublikasikan upacara kepada masyarakat.

xci
Universitas Sumatera Utara

Selain itu, penulis juga menyadari bahwa penelitian yang penulis lakukan
masih banyak kekurangan dan perlu mendapatkan penyempurnaan. Penelitian ini
hanyalah sebahagian kecil permasalahan yang terkandung didalamnya. Oleh karena
itu, penulis menyarankan dan mengharapkan kepada siapa saja yang berminat untuk
melanjutkan penelitian ini untuk lebih mendalam lagi, sehingga dapat bermanfaat
bagi pengembangan Etnomusikologi dan sebagai dokumentasi data mengenai
budaya dan bagian struktur penyajian musiknya dalam pertunjukan ketoprak dor
yang penulis anggap perlu untuk diteliti lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I Gusti Gede. 1989. Sejarah Perkembangan Hinduisme. Denpasar: Tanpa
Penerbit.
Basarsyah, Tuanku Luckman Sinar. 2008. Orang India Di Sumatera Utara. Medan:
Forkala.
Bachtiar, Harja W. 1990. Pengamatan Sebagai Suatu Metode Penelitian. Jakarta:
Gramedia.

xcii
Universitas Sumatera Utara