Strategi Pemasaran Sirup Buah Pala Di Kabupaten Aceh Selatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia masih memiliki banyak peluang dan
mempunyai prospek yang cerah serta belum digali. Meskipun pada masa sekarang
sektor industri lebih diutamakan, perkembangan sektor pertanian tidak lepas
sebagai pendukung yang kokoh, maka harus ada kerja sama antar bidang – bidang
yang berkaitan. Salah satu sektor industri yang banyak dikembangkan adalah
industri pengolahan pangan atau sekarang yang lebih dikenal agroindustri,
menurut Soekartawi (2000), agroindustri mampu meningkatkan pendapatan para
pelaku agribisnis, mampu meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong
munculnya industri yang lain.
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman buah pohon tinggi
asli Indonesia, Tanaman berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar
ke pulau Jawa Pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau
Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas
sampai ke pulau Sumatera. Tanaman pala memiliki keunggulan yaitu hampir
semua bagian batang maupun buahnya dapat dimanfaatkan, mulai dari
kulit,batang, daun, fuli,dan daging buah pala.
Pala juga digunakan dalam industri makanan dan minuman. Selain itu
minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industri
obat-obatan dan kosmetik. Pala mempunyai prospek yang baik karena selalu dan
akan selalu dibutuhkan secara kontinyu baik dalam industri makanan, minuman,
Universitas Sumatera Utara
2
obat-obatan dan lain-lain. Pala juga merupakan komoditi andalan yang dihasilkan
Kabupaten Aceh Selatan bukan hanya mempunyai nilai ekonomi, tetapi juga
merupakan tanaman yang bernilai budaya karena di usahakan secara turun
menurun.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kabupaten Aceh Selatan merupakan
sentral penghasil pala utama Provinsi Aceh, dengan luas 15.430 Ha dan mampu
menghasilkan produksi 6.510 Ton. Penghasil pala ke dua untuk Provinsi Aceh
adalah Kabupaten Aceh Barat Daya dengan luas areal 3.230 Ha dengan produksi
260 Ton. Sedangkan Kabupaten lainnya hanya berproduksi minimum dan
bahkan sama sekali tidak memproduksi pala.
Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Pala di Aceh, Tahun 2012-2014
2012
Luas
Produksi
Area
(Ton)
(Ha)
1
Simeulu
1.556
60
2
Aceh Singkil
64
13
3
Aceh Selatan
14.891
5.192
4
Aceh Tenggara
43
8
5
Aceh Timur
1
0
6
Aceh Tengah
1
0
7
Aceh Barat
64
13
8
Aceh Besar
255
45
9
Pidie
109
33
10 Bireun
146
30
11 Aceh Utara
148
29
12 Aceh Barat Daya
3.429
298
13 Gayo Lues
0
0
14 Aceh Tamiang
0
0
15 Nagan Raya
122
33
16 Aceh Jaya
135
20
17 Bener Meriah
12
5
18 Pidie Jaya
18
9
19 Banda Aceh
0
0
20 Sabang
44
10
21 Langsa
0
0
22 Lhokseumawe
0
0
23 Subussalam
0
0
Jumlah Total
21.031
5790
Sumber : BPS Aceh Selatan (Statistik 2015)
No
Kabupaten/Kota
Luas
Area
(Ha)
1.431
124
15.230
43
1
0
64
348
109
147
148
3.119
0
0
121
173
12
17
0
34
0
0
0
21.104
2013
Produksi
(Ton)
62
13
5.906
8
0
0
13
45
38
28
28
245
0
0
33
18
3
3
0
7
0
0
0
6.450
Luas
Area
(Ha)
1.460
124
15.430
53
1
1
67
247
115
138
162
3.230
0
0
125
132
18
24
0
34
0
0
0
21.361
2014
Produksi
(Ton)
70
15
6.510
8
0
0
13
45
38
28
28
260
0
0
33
18
3
3
0
7
0
0
0
7.079
Universitas Sumatera Utara
3
Masyarakat Aceh Selatan umumnya memiliki hasil perkebunan yang
utama yaitu buah pala, buah pala menjadi komoditas utama bagi mereka.
Sebagian besar masyarakat ada yang menjual pala dengan menjual buahnya
langsung dan sebagian besar masyarakat lagi mengolah pala agar memeliki nilai
ekonomis yang tinggi sehingga bisa menjadi penghasilan tambahan bagi mereka.
Beberapa diantara mereka ada yang membuka agroindustri rumah tangga
sehingga membuka lapangan pekerjaan juga bagi lingkungan sekitar mereka.
Aceh Selatan berpotensi mengembangkan usaha agroindustri sirup pala
karena didukung oleh ketersediaan bahan baku seperti pada Tabel 1, Tabel 2
menunjukkan daftar agroindustri sirup pala di Kabupaten Aceh Selatan,
Kecamatan Tapak Tuan.
Tabel 2. Daftar Agroindustri Sirup pala
No
Nama Pengarajin
Nama Usaha
Daerah
1
Dra. Leli Dasnimar
Usaha Dianti
Gp. Hilir
2
Yusnida
Usaha Mestika
Gp. Hilir
3
Suriati
Usaha cahaya Rizki
Gp. Padang
4
Murni
Usaha Melda
Desa Batu itam
5
Masnawati
Usaha Yolanda
Gp. Hilir
6
Marini
UD.Putri Naga
Desa Batu itam
7
Maiyani
UD. Cahaya
Air Berudang
Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM, 2016
Permasalahan dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri adalah
lemahnya keterkaitan antar subsistem di dalam agribisnis, yaitu distribusi dan
penyediaan
faktor produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan
pemasaran (Soekartawi, 2000).
Universitas Sumatera Utara
4
Keinginan untuk mencapai sasaran yang diinginkan perusahaan perlu
menyusun strategi sedemikian rupa. Dalam merumuskan strategi perusahaan
maka diidentifikasi berbagai faktor secara sistematis. Pengidentifikasian dapat
dilakukan dengan analisis SWOT yaitu analisis yang didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats) (Rangkuti, 1997).
Adanya perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang
menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal
perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan
cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang datang
dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah.
Konsekuensi
perubahan
faktor
eksternal
tersebut juga mengakibatkan
perubahan faktor internal perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan
maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 1997).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian pada agroindustri sirup pala di Kabupaten Aceh Selatan. untuk
menentukan strategi pemasarannya.
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang
didapat antara lain :
1. Apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
pemasaran sirup pala di daerah penelitian ?
2. Bagaimana strategi pemasaran agroindustri sirup pala di daerah penelitian?
Universitas Sumatera Utara
5
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
pemasaran sirup pala di daerah penelitian.
2.
Untuk menentukan strategi pemasaran agroindustri sirup pala di daerah
penelitian.
1.4.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi para pengusaha agroindustri sirup pala dalam
memasarkan produknya secara efisien.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan pihak yang membutuhkannya.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia masih memiliki banyak peluang dan
mempunyai prospek yang cerah serta belum digali. Meskipun pada masa sekarang
sektor industri lebih diutamakan, perkembangan sektor pertanian tidak lepas
sebagai pendukung yang kokoh, maka harus ada kerja sama antar bidang – bidang
yang berkaitan. Salah satu sektor industri yang banyak dikembangkan adalah
industri pengolahan pangan atau sekarang yang lebih dikenal agroindustri,
menurut Soekartawi (2000), agroindustri mampu meningkatkan pendapatan para
pelaku agribisnis, mampu meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong
munculnya industri yang lain.
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman buah pohon tinggi
asli Indonesia, Tanaman berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar
ke pulau Jawa Pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau
Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas
sampai ke pulau Sumatera. Tanaman pala memiliki keunggulan yaitu hampir
semua bagian batang maupun buahnya dapat dimanfaatkan, mulai dari
kulit,batang, daun, fuli,dan daging buah pala.
Pala juga digunakan dalam industri makanan dan minuman. Selain itu
minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industri
obat-obatan dan kosmetik. Pala mempunyai prospek yang baik karena selalu dan
akan selalu dibutuhkan secara kontinyu baik dalam industri makanan, minuman,
Universitas Sumatera Utara
2
obat-obatan dan lain-lain. Pala juga merupakan komoditi andalan yang dihasilkan
Kabupaten Aceh Selatan bukan hanya mempunyai nilai ekonomi, tetapi juga
merupakan tanaman yang bernilai budaya karena di usahakan secara turun
menurun.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kabupaten Aceh Selatan merupakan
sentral penghasil pala utama Provinsi Aceh, dengan luas 15.430 Ha dan mampu
menghasilkan produksi 6.510 Ton. Penghasil pala ke dua untuk Provinsi Aceh
adalah Kabupaten Aceh Barat Daya dengan luas areal 3.230 Ha dengan produksi
260 Ton. Sedangkan Kabupaten lainnya hanya berproduksi minimum dan
bahkan sama sekali tidak memproduksi pala.
Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Pala di Aceh, Tahun 2012-2014
2012
Luas
Produksi
Area
(Ton)
(Ha)
1
Simeulu
1.556
60
2
Aceh Singkil
64
13
3
Aceh Selatan
14.891
5.192
4
Aceh Tenggara
43
8
5
Aceh Timur
1
0
6
Aceh Tengah
1
0
7
Aceh Barat
64
13
8
Aceh Besar
255
45
9
Pidie
109
33
10 Bireun
146
30
11 Aceh Utara
148
29
12 Aceh Barat Daya
3.429
298
13 Gayo Lues
0
0
14 Aceh Tamiang
0
0
15 Nagan Raya
122
33
16 Aceh Jaya
135
20
17 Bener Meriah
12
5
18 Pidie Jaya
18
9
19 Banda Aceh
0
0
20 Sabang
44
10
21 Langsa
0
0
22 Lhokseumawe
0
0
23 Subussalam
0
0
Jumlah Total
21.031
5790
Sumber : BPS Aceh Selatan (Statistik 2015)
No
Kabupaten/Kota
Luas
Area
(Ha)
1.431
124
15.230
43
1
0
64
348
109
147
148
3.119
0
0
121
173
12
17
0
34
0
0
0
21.104
2013
Produksi
(Ton)
62
13
5.906
8
0
0
13
45
38
28
28
245
0
0
33
18
3
3
0
7
0
0
0
6.450
Luas
Area
(Ha)
1.460
124
15.430
53
1
1
67
247
115
138
162
3.230
0
0
125
132
18
24
0
34
0
0
0
21.361
2014
Produksi
(Ton)
70
15
6.510
8
0
0
13
45
38
28
28
260
0
0
33
18
3
3
0
7
0
0
0
7.079
Universitas Sumatera Utara
3
Masyarakat Aceh Selatan umumnya memiliki hasil perkebunan yang
utama yaitu buah pala, buah pala menjadi komoditas utama bagi mereka.
Sebagian besar masyarakat ada yang menjual pala dengan menjual buahnya
langsung dan sebagian besar masyarakat lagi mengolah pala agar memeliki nilai
ekonomis yang tinggi sehingga bisa menjadi penghasilan tambahan bagi mereka.
Beberapa diantara mereka ada yang membuka agroindustri rumah tangga
sehingga membuka lapangan pekerjaan juga bagi lingkungan sekitar mereka.
Aceh Selatan berpotensi mengembangkan usaha agroindustri sirup pala
karena didukung oleh ketersediaan bahan baku seperti pada Tabel 1, Tabel 2
menunjukkan daftar agroindustri sirup pala di Kabupaten Aceh Selatan,
Kecamatan Tapak Tuan.
Tabel 2. Daftar Agroindustri Sirup pala
No
Nama Pengarajin
Nama Usaha
Daerah
1
Dra. Leli Dasnimar
Usaha Dianti
Gp. Hilir
2
Yusnida
Usaha Mestika
Gp. Hilir
3
Suriati
Usaha cahaya Rizki
Gp. Padang
4
Murni
Usaha Melda
Desa Batu itam
5
Masnawati
Usaha Yolanda
Gp. Hilir
6
Marini
UD.Putri Naga
Desa Batu itam
7
Maiyani
UD. Cahaya
Air Berudang
Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM, 2016
Permasalahan dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri adalah
lemahnya keterkaitan antar subsistem di dalam agribisnis, yaitu distribusi dan
penyediaan
faktor produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan
pemasaran (Soekartawi, 2000).
Universitas Sumatera Utara
4
Keinginan untuk mencapai sasaran yang diinginkan perusahaan perlu
menyusun strategi sedemikian rupa. Dalam merumuskan strategi perusahaan
maka diidentifikasi berbagai faktor secara sistematis. Pengidentifikasian dapat
dilakukan dengan analisis SWOT yaitu analisis yang didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats) (Rangkuti, 1997).
Adanya perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang
menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal
perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan
cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang datang
dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah.
Konsekuensi
perubahan
faktor
eksternal
tersebut juga mengakibatkan
perubahan faktor internal perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan
maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 1997).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian pada agroindustri sirup pala di Kabupaten Aceh Selatan. untuk
menentukan strategi pemasarannya.
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang
didapat antara lain :
1. Apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
pemasaran sirup pala di daerah penelitian ?
2. Bagaimana strategi pemasaran agroindustri sirup pala di daerah penelitian?
Universitas Sumatera Utara
5
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
pemasaran sirup pala di daerah penelitian.
2.
Untuk menentukan strategi pemasaran agroindustri sirup pala di daerah
penelitian.
1.4.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi para pengusaha agroindustri sirup pala dalam
memasarkan produknya secara efisien.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan pihak yang membutuhkannya.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara