Isu Patriarki dan Isu Gender pada pada Perempuan dalam Birokrasi Lokal (Studi Kasus di Desa Karang Baru, Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara) Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan melakukan pendekatan studi kasus. Menurut Creswell (dalam Pambudi, 2014),
metode kualitatif adalah metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap
berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan oleh sejumlah individu atau sekelompok orang.
Menurut Somantri (dalam Mustofa, 2013), peneltian kualitatif sangat memperhatikan proses,
peristiwa, dan otentisitas. Nilai peneliti bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas dan
melibatkan subyek dengan jumlah yang relatif sedikit. Peneliti kualitatif biasanya terlibat
dalam interaksi dengan realitas yang ditelitinya. Peneliti kualitatif secara intens menjalin
interaksi dengan obyek penelitiannya. Peneliti memilih pendekatan studi kasus karena
penelitian yang memiliki tujuan untuk menggambarkan bagaimana fenomena yang sedang
terjadi. Selain itu, peneliti tidak banyak ikut berpartisipasi demi menjaga keautentikan
fenomena sosial yang ada (Yin, 2014).
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karang Baru, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu
Bara. Lokasi yang menjadi objek penelitian ini merupakan salah satu desa yang dipimpin
oleh seorang perempuan dengan perangkat desa juga perempuan serta organisasi-organisasi
yang di dirikan oleh perempuan. Perempuan disini mempunyai kekuasaan tertinggi yaitu
sebagai Kepala Desa, perangkat desa, dan organisasi-organisasi yang didirikan oleh

perempuan.
3.3. Unit Analisis dan Informan
3.3.1. Unit Analisis
Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek dari keseluruhan
unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007). Dalam penelitian ini, yang menjadi unit
analisis adalah kepala desa yang dipimpin oleh perempuan, serta perangkat-perangkat desa
yang juga di perankan oleh perempuan di Desa Karang baru, Kecamatan Talawi, Kabupaten
Batubara. Pemilihan informan didasarkan pada karakteristik yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

3.3.2. Informan
Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan peneliti sebagai pelaku
maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin, 2007). Dalam menentukan
informan peneliti menggunakan teknik purposive yakni peneliti memilih informan menurut
kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Mereka yang dipilih pun harus dianggap kredibel
untuk menjawab masalah penelitian. Adapun informan yang hendak di teliti yaitu :
1. Kepala Desa
2. Perangkat Desa

3. Organisasi Desa
4. Masyarakat Desa Petatal Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk

mengungkap

tujuan

penelitian

diperlukan

beberapa

teknik

pengumpulan data agar data yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan sebelumnya. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah:
3.4.1 Observasi

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat (instrumen) pengumpul
data utama, karena peneliti adalah manusia dan hanya manusia yang dapat berhubungan
dengan informannya atau objek lainnya, serta mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan
di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti juga berperan serta dalam pengamatan atau
participant observation (Moleong, 2007), meskipun peneliti tidak terlibat dalam
permasalahan terkait.
Metode yang diterapkan dalam peneilitian adalah menggunakan metode observasi
serta observasi partisipatif pasif. Dimana metode observasi merupakan suatu pencatatan hasil
penelitian yang bukan hanya mencatat tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian
mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Dengan melaksanakan observasi
partisipatif pasif berarti peneliti ikut terjun dan melakukan kegiatan sesuai tema yang menjadi
objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti ikut dalam setiap kegiatan yang dilakukan
oleh perempuan terkait guna mendapatkan data yang lebih akurat. Observasi paling disukai
oleh peneliti yang mencoba untuk mengurai hasil lapangan menjadi uraian pada laporan
penelitian yang telah dilakukan pada tempat objek kajian penelitian.Teknik pengumpulan

Universitas Sumatera Utara

data yang digunakan pertama kali adalah pra observasi. Teknik pra observasi adalah kegiatan
yang pertama sekali dilakukan dari semua peneliti. Kali ini penelitian ini melakukan pra

observasi yang dilakukan sebelum peneliti terjun langsung ke lapangan. Kegiatan yang
dilakukan sebulan sebelum penelitian dilakukan dengan tujuan untuk meninjau lokasi,
mengetahui bagaimana medan penelitian yang akan peneliti teliti. Pada tahap ini peneliti
melakukan teknik pra penelitian berikutnya yaitu mempersiapkan perlengkapan yang
dibutuhkan dalam penelitian seperti catatan, alat tulis, kamera, maupun literatur yang
berhubungan dengan kajian penelitian ini.
3.4.2. Wawancara Mendalam
Teknik selanjutnya adalah teknik wawancara mendalam. Teknik wawancara adalah
teknik yang dilakukan dengan percakapan dengan maksud untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan peneliti. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (informan) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007). Wawancara dalam suatu
penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang berbagai informasi kehidupan
masyarakat serta berbagai hal yang menyangkut terhadap data yang diketahui oleh segelintir
orang yang dalam penelitian disebut informan.
Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah teknik wawancara terstruktur
dimana draft pertanyaan telah peneliti siapkan untuk mempermudahkan peneliti ketika
sedang mewawancarai informan. Draft pertanyaan tersebut dipersiapkan bertujuan agar
pertanyaan yang akan ditanyakan terstruktur dan meminimalkan pertanyaan yang tidak
diperlukan dalam penelitian, terlebih agar pewawancara tidak lupa dengan apa yang harusnya

ditanyakan kembali mengingat daya keterbatasan ingatan manusia terbatas.
3.4.3.

Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti juga melaksanakan metode dokumentasi yang
dilakukan dengan cara mencari data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
Moleong (2004) mendefinisikan dokumen sebagai setiap bahan tertulis ataupun film, yang
tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.

Universitas Sumatera Utara

3.5. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data. Jenis
data tersebut adalah data text dan data image. Data text yaitu data yang berbentuk alfabet
maupun angka numerik, dimana data text yang berbentuk alfabet merupakan data yang
menjelaskan tentang keadaan, serta hal-hal yang menyangkut kedalam penelitian ini.
Sedangkan data text yang berbentuk angka numerik adalah untuk menjelaskan data berupa
angka tentang jumlah masyarakatserta segala hal yang dapat dijelaskan dengan menggunakan

data numerik atau yang biasa dikenal dengan data angka. Jenis data kedua adalah data image.
Data image yaitu data yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu
melalui foto, diagram, dan sejenisnya (Fauzi, 2001). Data image dalam penelitian ini yaitu
data penduduk menurut BPS (Badan Pusat Statistik), data kependudukan dari Kelurahan,
Laporan akhir Rumah Kompos dan Bank Sampah tahun 2015, maupun hasil penelitian
terdahulu.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang peneliti dapat langsung dari lapangan yang menjadi
data penelitian. Sedangkan data yang kedua adalah data sekunder. Dimana data sekunder
adalah data yang bersifat tidak langsung, tetapi memiliki fungsi sebagai salah satu aspek
pendukung bagi keabsahan penelitian. Data ini berupa sumber-sumber atau referensi tertulis
yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam
penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu
dengan mengumpulkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan
mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah,
dan jurnal.
Data sekunder lainnya berasal dari hasil penelusuran data online merupakan tata cara
melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan
lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat
memanfaatkan data. Informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat

atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis (Bungin,
2007).

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Desa Karang Baru adalah salah satu desa diantara sembilan belas desa dan satu
kelurahan di Kecamatan Talawi Kabuaten Batu Bara. Desa Karang Baru terbentuk pada
Tanggal 19 Apri 1994 hasil pemekaran desa yaitu pemecahan dari Desa Petatal. Ketika awal
terbentuknya di sebut dengan Desa Persiapan Desa Karang Baru. Dengan pusat pemerintahan
dipusatkan di Dusun III Karang Anyar.
Kepala Desa Pertama adalah Bapak Ismail sebagai Kepala Desa Persiapan hingga
Desa Karang Baru menjadi Desa Depenitif yaitu pada tanggal 21 Juli 1997 ditandai dengna
pelantikan massal seluruh Kepala Desa Persiapan se-Kabupaten Asahan oleh Bapak
Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar di Lapangan Prasamya Kisaran, semenjak itulah
Desa Karang Baru menjadi Desa Depenitif, Pemilihan Kepala Desa yang dilaksanakan 14
Desember 2000, dan pada pemilihan pertama Desa Karang Baru tersebut terpilihlah Bapak

Abdullah Sitorus menjadi Kepala Desa Desa kedua Desa Karang Baru. Beliau menjadi
Kepala Desa hingga masa jabatan 2006. Dalam pemilihan berikutnya yng merupaka Pilkades
kedua sepanjang sejarah Desa Karang Baru terpilihlah Siti Aminah menjadi Kepala Desa
sampai dengan saat ini.
Desa Karang Baru merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Talawi
Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Desa Perkebunan
Tanah Datar adalah lahan perkebunan dan persawahan yang artinya Desa Karang Baru
merupakan wilayah produktif penghasil Padi dan Sawit.

Universitas Sumatera Utara

Desa Karang Baru terdapat fasilitas satu balai desa seperti pada masyarakat
umumnya. Balai desa tersebut biasanya digunakan masyarakat Desa Lambangan Wetan
sebagai tempat forum atau tempat diskusi khususnya adalah para aparat pemerintahan
setempat.
Desa Karang Baru dipimpin oleh seorang kepala desa perempuan, sekretaris desa dan
perangkat desa lainnya juga diperankan oleh perempuan, terkecuali Kepala Dusun. Desa
Karang Baru mempunyai enam dusun yang semua dipimpin oleh laki-laki. Adapun proses
pemilihan Kepala Desa dipilih secara langsung oleh warga masyarakat, sedangkan untuk
perangkat desa yang lain bisa melalui pendaftaran ataupun melalui/ditunjuk orang yang

berwenang di Desa Karang Baru, seperti seorang kepala desa.
4.1.1

Letak Dan Kondisi Geografis
Desa Karang Baru adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Talawi Kabupaten

Barubara. Secara geografis, Desa Karang Baru berbatasan dengan daerah lain, yaitu:
Letak Batas

Desa/Kelurahan

Sebelah Utara

Perkebunan Petatal

Sebelah Selatan

Binja Baru

Sebelah Barat


Petatal

Sebelah Timur

Sei Muka

Nama Karang Baru sendiri diambil dari perpaduan antara Dusun Kampung Baru dan
Dusun Karang Anyar. Dan disatukan menjadi Desa Karang Baru. Pada awal mula
terbentuknya Desa Karang Baru penduduknya berjumlah 522 KK atau ±2.620 Jiwa dan Kuas
Wilayah ÷625 Ha. Desa Karang Baru yang sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petatal,
dan Desa Perk. Petatal dan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sei Bejangkar dan Desa

Universitas Sumatera Utara

Nagori Dusun Ulu, sementara di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Petatal dan Nagori
Dusun Ulu, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Perk. Tanah Datar.
4.1.2

Kependudukan

Menurut data yang diperoleh dari laporan kependudukan kantor (monografi) Desa

Karang Baru pada bulan Mei 2017
NO DUSUN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

JUMLAH

1

DUSUN I

238

364

602

2

DUSUN II

199

212

411

3

DUSUN III

327

231

558

4

DUSUN IV

122

117

239

5

DUSUN V

211

217

428

6

DUSUN VI

234

310

544

1.331

1.451

TOTAL

2.782

Jumlah total penduduk desa Karang Baru Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara
adalah 2.782 jiwa, yang terdiri dari 747 kepala keluarga. Jumlah penduduk laki- laki adalah
1.331 jiwa, dan penduduk perempuan berjumlah 2.782 jiwa. Dari data monografi tersebut
tampak bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk lakilaki.
4.2 Informan
1. Nama

: Ibu Siti Aminah

Umur

: 55 tahun

Alamat

: Dusun I Desa Karang Baru

Pekerjaan

: Kepala Desa

Universitas Sumatera Utara

Ibu Siti Aminah adalah seorang kepala desa Karang Baru. Beliau sudah menjabat
sebagai kepala desa sudah dua periode ini. Priode pertama 2006 sampai 2012, dan priode
kedua tahun 2012 sampai 2018. Ibu Siti Aminah tinggal di dusun I desa Karang Baru
kecamatan Talawi Kabupaten Batubara. Ibu Siti Aminah berumur 55 tahun dan memiliki 4
orang anak. Suami Ibu Siti Aminah sudah meninggal setahun yang lalu. Almarhum suami
beliau pernah menjabat sebagai kepala desa yang pertama sejak desa Karang Baru
dimekarkan. Setelah masa jabatan almarhum suaminya habis, di gantikan dengan kepala desa
yang lain, setelah itu barulah Ibu Siti Aminah yang menjabat sebagai kepala desa.
Pendidikan terakhir Ibu Siti Aminah yaitu tinggkat SMA. Sebelum menjadi kepala
desa, pekerjaan Ibu Aminah sebelumnya yaitu sebagai tenaga pendidik atau honorer di salah
satu sekolah yang ada di Kabupaten Batubara. Karena itulah beliau sudah terlatih
menghadapi masyarakat di Desa Karang Baru.
Menurut Ibu Siti Aminah, cara mendidik anak laki-laki dan perempuan itu jelas
berbeda. Karena pembentukan karakter anak sejak kecil itu sangat penting. Ia juga
mengatakan cukup gagal dalam hal mengasuh anak laki-laki, karena anak laki-laki lebih luas
pergaulannya dan susah diatur. Sedangkan anak perempuan lebih penurut dengan orang tua
dan mudah untuk dinasehati. Beliau juga mengatakan kesetaraan gender sudah mulai terlihat
di Desa Karang Baru ini. Perempuan di desa ini rata-rata bisa mengerjakan pekerjaan yang
biasa diperankan oleh laki-laki. Contohnya seperti di kantor balai desa. Karena perangkat
desa semuanya perempuan, pekerjaan yang biasa diperankan laki-laki bisa di kerjakankan
oleh perempuan. Seperti mengangkat-angkat barang-barang kantor, mengangkat lemari,
mengangkat meja, memanjat-manjat untuk mendekor ruangan, dan lain-lain.
Karena Ibu Aminah adalah pemimpin di Desa Karang Baru, bukan perarti beliau juga
menjadi pemimpin didalam keluarga. Semasih ada suaminya, suamilah yang tetap menjadi

Universitas Sumatera Utara

pemimpin sekaligus imam didalam keluarga. Tetapi, karena suami Ibu Siti Aminah sudah
tidak ada, beliaulah yang menjadi pemimpin, akan tetapi, yang menjadi imam tetap harus
laki-laki yang dituakan didalam keluarga.
Dalam mengambil keputusan didalam keluarga, beliau tetap melakukan diskusi atau
musyawarah dengan anggota keluarga. Begitu juga di desa, walaupun beliau kepala desa atau
pemimpin perempuan di Desa Karang Baru, bukan berarti beliau mengambil keputusan
sendiri. Dalam hal mengambil keputusan apapun, Ibu Siti Aminah tetap melakukan
musyawarah dengan perangkat desa maupun masyarakat tanpa membedakan laki-laki atau
perempuan. Laki-laki atau perempuan mempunyai hak yang sama dalam bermasyarakat.
Awalnya, banyak masyarakay yang tidak percaya dengan pemimpin perempuan.
Apalagi masyarakat rata-rata yaitu suku jawa. Dimana suku jawa sangat menganut sistem
patriarki. Seiring berjalannya waktu, Ibu Aminah terus membuktikan bahwa perempuan juga
mampu dan layak sebagai pemimpin sehingga masyarakat mulai percaya dan mendukung
beliau sampai dua periode ini dan akan mendukung di periode ketiga ini.
Ibu Siti Aminah menjelaskan, pada jaman dulu perempuan hanya berada di ruang
domestik saja sehingga tidak banyak perempuan yang mengenal pendidikan. Akan tetapi,
pada masa sekarang ini perempuan lebih banyak yang berpendidikan tinggi dibanding lakilaki, karena laki-laki kalau sudah besar kerjaannya yaitu berladang atau mengurus hewan
ternak milik orang tuanya.
2. Nama

: Kartika Sari

Umur

: 23 tahun

Alamat

: Dusun I Desa Karang Baru

Pekerjaan

: Sekretaris Desa

Universitas Sumatera Utara

Ibu Kartika Sari adalah salah satu orang yang bekerja sebagai perangkat desa di Desa
Karang Baru Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara. Jabatan Ibu Kartika sari yaitu sebagai
sekretaris desa. Ibu Kartika sari adalah anak dari Ibu Siti Aminah. Ibu Kartika sari
berpendidikan sarjana di bagian hukum disalah satu Universitas swasta di Kabupaten Asahan,
sebab itulah banyak masyarakat yang setuju dengan dipilihnya beliau menjadi sekretaris desa
karena selain mempunyai keahlian beliau juga mempunyai pendidikan. Ibu kartika sari
berumur 23 tahun. Ia tinggal bersama Ibu Siti Aminah yaitu di dusun I Desa Karang Baru.
Ibu Kartika masih satu tahun lebih menjabat sebagai sekretaris desa. Beliau dipilih
menjadi sekretaris desa oleh Ibunya sendiri, karena Kepala desa mempunyai hak penuh
dalam menentukan perangkat desanya. Masyarakat juga semua setuju dengan dipilihnya Ibu
Kartika sari sebagai sekretaris desa, karena masyarakat berpendapat Ibu Kartika Sari adalah
orang yang memiliki pendidikan tinggi dan juga sarjana hukum, jadi beliau bisa
menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat.
Ibu Kartika sari sangat setuju dengan kepemipinan yang dipimpin oleh perempuan.
Menurutnya, Ibunya yang menjabat sebagai kepala desa itu adalah orang yang sangat
dermawan. Sebelum menjabat sebagai kepala desa pun Ibu Siti Aminah sudah aktif didalam
organisasi-organisai yang ada di Desa Karang Baru, jadi bukan karena ingin menjabat
sebagai kepala desa saja beliau aktif di kegiatan desa. Dapat kita lihat kebanyakan pemimpin
itu jarang mau membaur kepada masyarakatnya, tetapi menurutnya Ibu Siti Aminah sangat
membaur kepada masyarakatnya. Seperti menghadiri acara-acara warganya seperti kalau ada
acara menikahkan atau sebagainya Ibu Siti Aminah juga ikut kedapur membantu masak atau
bahasa di desa ini disebut rewang. Bukan hanya itu, disaat warganya ada yang berduka juga
beliau juga ikut berpartisipasi menghadirinya bahkan sampai memandikan jenazah juga ia
mau. Itulah yang membuat masyarakatnya menyenanginya

Universitas Sumatera Utara

Ibu kartika sari juga berpendapat kalau laki-laki pemmimpin kurang bijaksana dan
tidak fokus pada satu pekerjaan saja. Keberadaan campurtangan istri juga berpengaruh pada
kepemimpinan, sedangkan perempuan walaupun memiliki peran sebagai ibu didalam rumah
tangga tetapi ia juga mampu menjadi Ibu bagi masyarakatnya. Didalam keluarga, Ibu Siti
Aminah sangat tegas dan disiplin. Beliau juga tidak pilih sakih dengan anak laki-laki ataupun
perempuan. Begitu juga didalam masyarakat, beliau tidak pilih kasih. Segala urusan
administrasi juga dipermudah.
Menurut Ibu Kartika Sari, walaupun menjadi kepala desa sangat sibuk mengurusi
masyarakatnya, tetapi Ibu Siti aminah juga tidak meninggalkan kewajiban sebagai ibu rumah
tangga. Kedua peran nya dapat dikerjaan dengan baik.
3. Nama

: Sri Indriwati Rambe

Umur

: 18 tahun

Alamat

: Dusun IV Desa Karang Baru

Pekerjaan

: Operator Desa

Sri indriwati adalah salah satu perangkat desa atau operator yang ada di Desa Karang
Baru Kecamatan talawi Kabupaten Batubara. Beliau tinggal di dusun IV Desa Karang Baru.
Pendidikan terakhir saat ini SMA dan masi melanjukan kuliah di salah satu universitas swasta
yang ada di kota Kisaran. Sri Indriwati merupakan anak ke dua dari 3 bersaudara.
Menurut Sri Indriwati, beliau bekerja disini karna memasukkan lamaran kerja
kekantor balai desa. Setelah itu lalu dapat panggilan oleh kepala desa dan diwawancarai. Jadi,
beliau dipilih bekerja dikantor balai desa karena memang mempunyai keahlian, bukan karena
ada sangkutan saudara atau orang yang dekat dengan Ibu kepala desa.
Menurutnya, Ibu Siti Aminah sangat transparan dengan segala yang berurusan dengan
dana desa. Ibu Aminah juga sangat dekat dengan perangkat desaya. Sebagai kepala desa, Ibu

Universitas Sumatera Utara

Aminah tidak membatasi antara pemimpin desa, anggota ataupun masyarakatnya. Ibu
Aminah juga sering memberi nasehat, nasehat positif kepada perangkat desanya agar kinerja
pekerjaannya dapat meningkat untuk kemajuan desa.
Selama menjadi perangkat desa ia tidak pernah merasakan ketidak adila gender.
Sebagai perempuan yang bekerja di desa karang baru, ia tidak pernah merasakan diasingkan
atau dipinggirkan . Ia merasakan hak laki-laki dan perempuan itu sama dalam masyarakat.
Masyarakat juga dapat menerima keberadaan perempuan yang bekerja didesa.
4. Nama

: Ibu Susi Susanti

Umur

: 25 tahun

Alamat

: dusun III Desa Karang Baru

Pekerjaan

: Kaur Desa

Ibu Susi Susanti adalah salah satu perangkat desa atau kaur yang ada di Desa Karang
Baru Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara. Ibu Susi Susanti berumur 25 tahun, berstatus
sudah menikah. Suami Ibu Susi Susanti bekerja sebagai wiraswasta. Mereka tinggal di dusun
III Desa Karang Baru. Sebelum bekerja sebagai perangkat desa, Ibu Susi Susanti pernah
bekerja disebuah toko bunga dan juga pernah bekerja di sebuah pabrik rokok.
Ibu Susi mempunyai satu orang anak yang berumur 4 tahun. Menurutnya, cara
mendidik anak laki-laki dan perempuan itu sama saja, namun menurut Ibu Susi, suaminya
sering melarang kalau Ibu Susi terlalu memanjakan anak laki-lakinya dengan alasan anak
laki-laki harus terbiasa dengan rintangan-rintangan agar kelak besar nanti bisa mandiri.
Suami Ibu Susanti juga tidak keberatan dengan pekerjaan Ibu Susi yang menjalankan
2 peran, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan di ruang publik sebagai perangat desa. Menurut
Ibu Susi, menjalankan dua peran sekaligus terkadang membuatnya kewalahan. Akan tetapi
semua tetap bisa berjalan dengan baik dengan bantuan Ibunya. Sebelum berangkat kerja, Ibu

Universitas Sumatera Utara

Susi menyiapkan segala pekerjaan rumah yaitu memasak dan menyiapkan kegala keperluan
suami bekerja. Setelah semuanya beres, barulah Ibu Susi pergi berangkat kerja. Untuk urusan
anak, karena anaknya belum sekolah jadi yang mengurus anaknya yaitu Ibunya dan Ibunya
juga tidak merasa keberatan dengan hal tersebut.
Selama bekerja sebagai kaur di Desa Karang Baru ia tidak pernah merasakan ketidak
adilan gender. Hak laki-laki dan perempuan itu sama dan tidak dibeda-bedakan. Keberadaan
perempuan di birokrasi pemerintahan desa dapat diterima dengan masyarakat.
5. Nama

: Bapak Widodo

Umur

: 36 tahun

Alamat

: Dusun III Desa Karang Baru

Pekerjaan

: Guru / perkebunan

Bapak widodo adalah satu warga yang ada di desa Karang Baru. Beliau cukup aktif
didalam organisasi yang ada di desa. Bapak Widodo berumur 35 tahun, berstatus sudah
menikah dan mempunyai 2 orang anak. Bapak Widodo berprofesi sebagai guru honorer di
salah satu sekolah yang ada di Desa Karang Baru. Selain seorang guru, Bapak Widodo juga
seorang petani sawit. Istri Bapak Widodo juga berprofeai sebagai guru di tempat yang sama.
Menurut Bapak Widodo, keberadaan perempuan di ruang publik sudah dapat diterima
oleh masyakakat. Dapat kita lihat 90% masyarakat di Desa Karang baru bersuku jawa, namun
menurut beliau di desa ini sudah tidak memandang patriarki didalam masyarakat.
Memudarnya budaya patriarki didalam masyarakat bukan berarti suku jawa juga memudar,
karena di Desa Karang Baru ini masih cuku kental budaya jawanya, seperti adat-adat juga
masih sering diadakan di desa ini. Hanya saja masyarakat disini lebih mendang bhineka
tunggal ika dan kemampuan seseorang dalam memimpin demi kemajuan desanya.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Bapak Widodo, walaupun kepala desa dan perangkat desa keseluruhannya
perempuan, namun masyarakat tetap taat dengan peraturan yang ada. Tidak ada yang
memandang sebelah mata atau menyepelekan perempuan. Semua bida berjalan dengan baik,
bahkan lebih bagus kinerja pekerjaannya daripada laki-laki.
6. Nama

: Bapak Boimin

Umur

: 50 tahun

Alamat

: Dusun V Desa Karang Baru

Pekerjaan

: Kepala Dusun V

Bapak Boimin adalah warga sekaligus kepala dusun 5 di Des Karang Baru. Beliau
berumur 48 tahun, berstatus sudah menikah, dan memiliki 3 orang anak. Pekerjaan
sampingan beliau juga sebagai petani sawit.
Menurut Bapak Boimin, kepemimpinan yang dipimpin oleh Ibu Aminah cukup baik,
walaupun Ibu Aminah seorang perempuan, maun Ia mempunyai keahlian dan kemampuan
dalam memimpin desa. Ibu Aminah sangat dekat dengan perangkat ataupun kepala dusun
yang ada di desa Karang Baru, apalagi dengan masyarakatnya. Ibu Siti Aminah juga mampu
beradaptasi dan menyesuaikan diri dimana pun Ia berada. Seperti pada kumpulan Ibu-ibu
perwiritan, organisasi-organisasi-organisasi masyarakat, sampai ke perangkat desa. Dapat
dilihat semua kepala dusun berjenis kelamin laki-laki semua, namun Ibu Aminah tetap akrab
sehingga kalau ada masalah didalam masyarakat bisa di selesaikan bersama-sama.
7. Nama

: Sugianto

Umur

: 20 tahun

Alamat

: Dusun IV Desa Karang Baru

Pekerjaan

: Wirausaha / Ketua Karang Taruna Desa Karang Baru

Universitas Sumatera Utara

Sugianto adalah Ketua dari organisasi karang taruna yang ada di desa Karang Baru.
Sugianto berumur 19 tahun dan berstatus belum meikah. Beliau tinggal di dusun III Desa
Karang Baru. Pendidikan terakhir Sugianto yaitu tingkat SMA. Sugianto juga bekerja sebagai
management warnet di rumahnya.
Sugianto dipilih menjadi Ketua Karang taruna Pada bulan mei 2017 lalu. Ia dipilih
memalui pemilihan dan musyawarah desa. Menurut Sugianto, organisasi karang taruna sangat
penting dibentuk agar masyarakat khususnya anak remaja yang ada di Desa Karang Baru
mempunyai kegiatan positif untuk kemajuan desanya. Sugianto juga menjelaskan bahwa
remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan dan kenakalan-kenakalan sangat banyak terjadi
akibat tidak adanya kegiatan-kegiatan yang positif untuk dilakukan. Karang taruna juga
sering mengadakan acar-acara dan saling berbagi ilmu agar remaja tidak mudah terpengaruh
oleh perkembangan jaman.
Menurut Sugianto, keberadaan perempuan diruang publik sudah dapat diterima degan
baik oleh masyarakat. Ia juga sangat mengidolakan kepemimpinan Ibu Aminah, karena Ibu
Aminah mampu membuat perubahan pada Desa Karang Baru. Ibu Aminah juga tidak
membeda-bedakan laki-laki dan perempuan, semuanya mendapatkan prilaku dan hak yang
sama.
8. Nama

: Ibu Ari

Umur

: 34 tahun

Alamat

: Dusun VI Desa Karang Baru

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Ibu Ari adalah salah satu masyarakat Desa Karang Baru yang tinggal di dusun VI
Desa Karang Baru. Ibu Ari berumur 30 tahun, berstatus sudah menikah dan mempunyai 2

Universitas Sumatera Utara

orang anak. Suami Ibu Ari bekerja sebagai kontaktor. Pendidikan terakhir Ibu Ari yaitu
tingkat SMA.
Menurut Ibu Ari, kepemimpinan laki-laki dan perempuan itu sama saja asal
mempunyai keahlian dan kemampuan untuk memimpin desa. masyarakat sudah tidak
memandang dari jenis kelamin saja. Pada saat pemilihan, Ibu ari memilih Ibu Aminah karena
ia melihat Ibu Aminah cukup cakap dan besar kemauannya untuk membangun desa. hal
tersebut juga terbukti pada kepemimpinan Ibu Aminah dipriode pertama yang cukup sukses
dan berhasil dalam membuat perubahan di Desa Karang Baru ini.
9. Nama

: Bapak Sugimin

Umur

: 57 tahun

Alamat

: Dusun I Desa Karang Baru

Pekerjaan

: Sekretaris PNPM Mandiri Desa Karang Baru

Bapak Sugimin adalah salah satu warga Desa Karang Baru. Beliau juga sebagai
sekretaris organisasi kegiatan desa (PNPM Mandiri). Bapak Sugimin tinggal di dusun I desa
Karang Baru. Bapak Sugimin berumur 45 tahun, berstatus menikah, dan memiliki 3 orang
anak.
Bapak Sugimin mengatakan banyak perubahan yang terjadi di Desa Karang Baru
sejak beliau memimpin. Awalnya cukup banyak masyarakat yang tidak setuju dengan
kepemimpinan perempuan. Seiring berjalannya waktu, Ibu Aminah terus membuktikan
kepada masyarakat bahwa perempuan juga mampu dan sanggup untuk memimpin. Sehingga
pada priode jabatannya yang kedua, masyarakat sudah banyak yang setuju dan mendukung
beliau.
Bapak sugimin juga menjelaskan walaupun beliau pemimpin perempuan, namun rasa
hormat nya terhadap laki-laki tetap dijaga. Ibu Aminah juga selalu membuat rapat terbuka

Universitas Sumatera Utara

kepada masyarakat kalau ada sesuatu yang mau disesesaikan. Laki-laki yaga tidak keberatan
dengan kepemimpinan perempuan karena perempuan dianggap lebih sabar dan mengerti
dengan keadaan masyarakatnya.
Sebgai sekretaris organisasi PNPM Mandiri, Bapak Sugimin juga sangat dekat dengan
Ibu Aminah. Ibu Aminah sangat teliti mengenai administrasi dan pengalokasian dana desa.
Beliau juga sangat trasparan mengenai administrai-administrasi desa.
Menurut Bapak Sugimin, kepemimpinan laki-laki dan perempuan sangat berbeda.
Laki-laki dinilai kurang perduli dan tidak sabar dalam menghadapi masyarakatnya. Sehingga
ia kurang perduli terhadap keluh kesah masyarakat. Kepemimpinan laki-laki juga dinilai tidak
fokus, karena kebanyakan laki-laki memunyai pekerjaan sampingan lainnya sehingga
dianggap tidak fokus pada perannya sebagai kepala desa saja.
10. Nama

: Bapak Bariun

Umur

: 40 tahun

Alamat

: Dusun IV Desa Karang Baru

Pekerjaan

: Wirausaha

Bapak Baruin adalah warga Desa Karang Baru yang tinggal di dusun IV. Bapak
bariun berumur 40 tahun dan berstatus sudah menikah. Beliau bekerja sebagai wirausaha
yaitu membuka bengkel las dan sepeda motor di rumahnya.
Menurut Bapak Bariun, di Desa Karang Baru ini budaya patriarku sudah mulai
memudar. Perempuan sudah mampu menyeimbangi laki-laki, namun di dalam agama dan
keluarga perempuan harus dibawah laki-laki. Ibu Aminah juga walaupun dia pemimpin
perempuan tapi ia tetap hormat kepada laki-laki.
Pada awalnya, Bapak Bariun tidak setuju dan tidak mendukung kepemimpinan Ibu
Aminah. Karena menurutnya perempuan ini cerewet, dan keberadaannya di ruang domestik

Universitas Sumatera Utara

dan publik membuat kepemimpinannya tidak berjalan dengan baik. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu, dengan sifat perempuan yang cerewet, egois, dan lemah lembut membuat
banyak perubahan di dalam pembangunan desa dan dalam urusan administrasi desa.
Pembangunan-pembangunan juga banyak terlihat disemua dusun dengan merata. Karena
sudah melihat banyak perubahan yang terjadi di Desa Karang Baru, pada priode kedua Bapak
Bariun lebih mendukung Ibu Aminah daripada calon-calon kepla desa yang mencalon pada
saat ini.
4.3 Nilai-Nilai Patriarki dalam Birokrasi Lokal
Di Negara Indonesia, dapat kita lihat mengenai kedudukan seorang laki-laki lebih
tinggi dibandingkan perempuan, jika kita menguak sejarah menjelaskan bahwa laki-laki
diperbolehkan meneruskan pendidikan sedangkan perempuan tidak boleh karena ujungujungnya akan Dapur, Kasur, Sumur, sehingga perempuan kurang mendapatkan pendidikan,
lalu muncul gerakan emansipasi perempuan yang digagas oleh Raden Ajeng Kartini, dalam
hal ini sebenarnya menuntut hak perempuan dalam dunia pendidikan, bagaimana perempuan
dapat menjadi role model dalam sosialisasi primer di keluarga jikalau perempuan tidak
mampu memberikan pemahaman mengenai pembelajaran pendidi kan, sehingga penting
perempuan dalam menempuh pendidikan.

Dalam gambaran sejarah bahwa perempuan termasuk kaum yang termarginalkan
namun paradigma terus terhegomoni hingga sekarang sehingga perempuan selalu dianggap
kaum lemah, namun inilah faktanya bahwa seberapa kuat gerakan feminism di Indonesia
namun budaya patriarki yang sudah dipegang erat oleh masyarakat Indonesia susah untuk
dihilangkan. Perempuan saat ini sudah dapat menempuh pendidikan dengan bebas, namun
kembali lagi jika sudah berumah tangga harus dapat membagi peran, sebenarnya bias gender
seperti ini muncul karena kontruksi masyarakat itu sendiri, misalkan pada zaman dulu

Universitas Sumatera Utara

perempuan menempati Kamar, Kasur dan Dapur namun sekarang di bidang politik pun 30%
membutuhkan posisi perempuan dalam setiap Partai Politik.

4.3.1 Bentuk Patriarki yang Terjadi di Desa Karang Baru Kecamatan Talawi
Kabupaten Batubara
Sebagian besar masyarakat Indonesia dikenal sebagai penganut budaya patriarki.
Anggapan ini terkadang berdasar pada generalisasi budaya Jawa yang menjadi tolak ukur
kebudayaan indonesia. Hal tersebut wajar adanya mengingat Suku Jawa adalah kalangan
mayoritas dalam kendali pemerintahan dan tokoh mayarakat, termasuk masyarakat di desa
Karang Baru Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara.
Seiring dengan perkembangan masyarakat, maka tuntutan peran yang harus
dijalankan oleh perempuan mengalami perubahan pula. Dahulu masyarakat sulit untuk
mengaktualisasikan dirinya karena adanya ikatan budaya, maka budaya itu pun akan berubah
sejalan dengan terjadinya perubahan sosial pada masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh
Bapak Widodo:
“kalau pada masa jaman sekarang ini, masyarakat sudah tidak
memandang budaya yang ada di desa ini. Semua ya sudah mengikut
bhineka tunggal ika. Memang budaya jawa masi cukup kental disini. Akan
tetapi, untuk masalah kepemimpinan di desa ini, mereka tidak memandang
suku atau agama, tetapi lebih melihat potensi dan kemampuan yang
dimiliki seseorang itu”.
Mayoritas suku yang ada di desa Karang Baru yaitu suku jawa. Hampir 98%
masyarakat yaitu suku Jawa. Suku Jawa sangat menganut sistem patrilineal, yaitu hubungan
keluarga yang didasarkan pada garis ayah/laki-laki, begitu juga untuk pemimpin. Dahulu,
mereka menganggap pemimpin itu harus laki-laki. Perempuan hanya berada di ranah
domestik dan bukanlah sesuatu yang perlu dihargai dan diperhitungkan (Setiawan,2012).
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, masyarakat sudah mulai menilai pemimpin itu dari

Universitas Sumatera Utara

kemampuan karisma yang dimiliki seseorang. Bukan lagi melihat dari jenis kelamin. Mereka
mulai mempercayakan kepemimpinan kepada perempuan dan patriarki yang ada didalam
suku Jawa sudah mulai memudar.
Ibu Siti Aminah adalah kepala desa perempuan pertama yang ada di Kabupaten
Batubara. Ibu Aminah juga termasuk kepala desa perempuan pertama di Kecamatan Talawi
Kabupaten Batubara.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Siti Aminah :
“Waktu pertama menjadi kepala desa saya ya pertama itu mengapakan diri
dulu kepada masyarakatlah, mengakrabkan, yakan. Ya banyaklah kesulitan,
tapi setelah berjalannya dengan waktu kemudian dapatlah saya serasi
menjadi seorang pemimpin disini, namanya masyarakat banyak yang
dipimpin bermacam ragam, tapi itupun tidak jadi masalah.”
Pada awalnya, tidak mudah membuat masyarakat di desa Karang Baru percaya
dengan kepemimpinan yang dipimpin oleh perempuan. Berbagai macam tanggapan
masyarakat berbeda-beda, namun Ibu Siti Aminah tetap bersabar dan menunjukkan kepada
masyarakat kalau perempuan itu mampu dan sanggup berada di ruang publik dan mampu
untuk menjadi pemimpin. Semua perjalanan tidak ada yang instan. Banyak tanggapantanggapan negatif mengenai pemimpin perempuan, tetapi Ibu Siti Aminah terus menunjukkan
hal-hal positif dan membuktikan bahwa perempuan juga layak menjadi pemimpin sampai
pada akhirnya mayarakat percaya dan mendukung adanya kepemimpinan perempuan dan
keberadaan perempuan di ruang publik.
Konstruksi yang menyatakan bahwa perempuan tidak mampu berada pada ruang
publik membuat perempuan jarang ditemui di ruang publik, namun berbeda dengan
perkembangan zaman dan munculnya emansipasi perempuan secara bertahap telah
mengantar perempuan masuk ke dalam ruang publik. Hal tersebut terbukti seperti
pemerintahan di Desa Karang Baru Kabupaten Batubara. Masyarakat di desa ini sudah tidak

Universitas Sumatera Utara

memikirkan jenis kelamin untuk memilih pemimpin. Inilah beberapa alasan mereka memilih
pemimpin perempuan.
NO

NAMA INFORMAN

ALASAN MEMILIH PEMIMPIN
PEREMPUAN

1. Kartika Sari

pertama dijaman sekarang ini kepala desa
laki-laki itu dianggap untuk memimpin suatu
desa kurang bijaksana. Karena kepala desa
laki-laki itu pada umum nya ya di sekitar
Batubara ini untuk menjadi kepala desa itu
memimpinnya itu gak fokus. Karena banyak
kali interpensi ya kalau pada si laki-laki ini
pertama secara pribadi ini beristri, jadi tu
bisa mengganggu kepemimpinan nya.

2. Indriwati Rambe

karena kan kalau perempuan itukan lebih
teliti gitu, lebih perduli dengan masyarakat
gitu. Lain si denga laki-laki. Kalau laki-laki
kan kalau sekedar apa yauda kalau ada yang
ngelapor-ngelapor yauda terserah mana baik
nya

aja.

mndalami

Kalau

perempuan

kan

lebih

permasalahan-permasalahn

di

desa ini.
3. Bapak Widodo

Perempuan

ataupun

laki-laki

sama.

Jamannya kan gak kayak dulu. Emansipasi
wanita sudah ada. Hak sama laki-laki dan
perempuan.

Universitas Sumatera Utara

4. Susi Susanti

Alasannya,

kami

bayangkan

beberapa

periode yang sebelumnya itu kepala desanya
laki-laki ya, kadang-kadang tidak tepat waktu
pigi kekantornya dan kalau perempuan ini
selalu

tepat

waktu..

terus

juga

dalam

pengamatan kami beliau itu ramah, tutur
kata, bahasa, sopan santunnya sama tamu
yang datang itu bisa seimbang, sangat teliti
dan disiplin.
5. Bapak Sugimin

sebenarya sama saja antara pemimpin lakilaki dengan perempuan, kalau perempuan
pendidikannya ada, lebih teliti, disiplin, dan
mudah di temui.

6. Ibu Ari

Kalau perempuan lebih disiplin, mudah di
temui,

rapi.

Kalau

laki-laki

susah

di

jumpainya. Karena dia punya pekerjaan lain.
Gak Cuma ngurus desa saja.
7. Bapak Bariun

Sama saja laki-laki atau perempuan. Cuma
kan kalau perempuan selalu di rumah,
berpendidikan.

Kalau

laki-laki

bandal.

Jarang di rumah.
8. Bapak Boimin

Ya kalau perempuan ini kan di masalah
administrasinya lebih teliti, transparan. Lakilaki ini kan pasti mempunyai pekerjaan
sampingan, jadi tidak fokus mengurusi desa

Universitas Sumatera Utara

saja. Perempuan kan hanya memikirkan
rumah tangga. Jadi selalu di rumah dan
kantor saja.

Dari hasil wawancara di atas, dapat kita lihat bahwa pemikiran masyarakat di Desa
Karang Baru sudah mulai berpikir buat kemajuan Desanya. Mereka tidak lagi memikirkan
soal jenis kelamin, tetapi mereka sudah mulai memikirkan bagaimana desanya bisa maju,
berkembang, dan segala urusan administrasi mereka lebih mudah. Mereka memilih pemimpin
berdasarkan kemampuan seseorang dalam memberi pengaruh dan perubahan yang baik bagi
desa nya.
Banyak faktor keberadaan perempuan berada di ruang publik, salah satunya faktor
ekonomi. Selain faktor ekonomi, perempuan juga memilih bekerja karena faktor
pendidikannya dan ada juga yang menganggap bekerja hanya untuk mengisi waktuyang
kosong.
Di Desa Karang Baru khususnya di bagian birokrasi lokal, posisi perempuan yang
bekerja lebih banyak daripada laki-laki. Faktor utama perempuan bekerja di birokrasi di desa
ini salah satunya yaitu dilihat dari gaji yang di terimanya. Seperti yang di katakan oleh Bapak
Sugimin:
“kerja di balai desa itu tidak ada gaji nya, sementara kalau laki-laki itukan
biaya nya banyak, rokoknya, minyak nya lagi satu hari itu uda berapa.
Sementara kalau di desa kan gak ada uang masuknya. Kalau perempuan
kan hanya jajan. Kalau sekarang di hitung-hitung satu hati Rp.30.000-.
untuk laki-laki tidak akan cukup dengan gaji segitu “.
Menurut Bapak Sugimin, gaji bekerja di birokrasi di desa Karang baru ini kecil,
sementara pengeluaran laki-laki berbeda dengan perempuan. Beberapa tahun lalu, gaji
bekerja di kantor balai desa hanya Rp.300.000 / bulan. Hanya dua tahun terakhir ini saja
gajinya naik. Dengan gaji yang hanya segitu jelas tidak banyak yang berminat bekerja di

Universitas Sumatera Utara

kantor balai desa, apalagi kaum laki-laki. Dengan penghasilan segitu tidak akan cukup untuk
memenuhi kebutuhannya keluarga sehari-hari. Akan tetapi Ibu Kartika Sari Mempunyai
tanggapan yang berbeda dari hal tersebut:
“Kebetulan saja saat itu perempuan yang mau. Jadi karena dirasa cukup
cakap dibandingkan dengan yang lain dan juga dulu pernah ada laki-laki
jadi untuk mengurusi administrasi itu kurang cakap gitu.”
Menurut Ibu Kartika Sari, pemilihan perempuan untuk bekerja di birokrasi desa
Karang Baru tidak di sengaja perempuan semua, karena disaat pemilihan, perempuan yang
banyak mendaftarkan diri untuk bekerja di kantor balai desa. pendidikan juga merupakan
faktor utama. Sebelumnya juga pernah laki-laki yang bekerja, tetapi laki-laki dianggap
kurang teliti dalam hal administrasi. Jadi apa salahnya di pilih perempuan semua, karena
perempuan dikenal dengan sifatnya yang rajin, teliti, rapi dan sabar.
4.3.2 Isu-Isu Ketidakadilan Gender yang Terjadi di Desa Karang Baru Kecamatan
Tawali Kabupaten Batubara
Sejak sepuluh tahun terakhir kata “gender” telah memasuki perbendaharaan di setiap
diskusi dan tulisan sekitar perubahan sosial dalam pembangunan di Dunia Ketiga. Demikian
halnya di Indonesia, hampir semua uraian tentang program pengembangan masyarakat
maupun pembangunan organisasi diperbincangkan masalah gender.
Terdapat beberapa isu gender dalam birokrasi di Desa Karang Baru Kabupaten
Batubara:
1.

Gender dan Subordinasi Pekerjaan Perempuan
Subordinasi perempuan diartikan sebagai “penomorduaan” perempuan, bahwa
perempuan lebih lemah/rendah dari laki-laki sehingga kedudukannya, fungsi dan peran
perempuan seakan-akan lebih rendah dibanding dengan laki-laki. contoh dalam
perbedaan fungsi dan peran itu antara lain: perempuan itu harus lemah lembut,
emosional, cantik, sabar, penyayang, mendidik anak, memasak, mencuci, kepasar,

Universitas Sumatera Utara

membereskan rumah, dan melakukan pekerjaan domestik lainnya. Sedangkan suami atau
laki-laki harus kuat, rasional, wibawa, perkasa (maco), pencari nafkah, penanggung
jawab, imam dalam keluarga,dan lainnya sebagainya. Perbedaan gender inilah yang
sering mengakibatkan ketidakadilan gender.
Perbedaan fungsi, peran atau tingkah laku laki-laki dan perempuan sebenarnya
merupakan bentukan dari sosial-budaya pada masyarakat tertentu. Feminis liberal
memandang bahwa “subordinasi perempuan berakar pada seperangkat kendala dan
kebiasaan budaya yang menghambat akses perempuan terhadap kesempatan untuk
berkompetisi secara adil dengan laki-laki” (Saptari,1997). Proses pembentukan tersebut
diajarkan secara turun-temurun oleh setiap orangtua, adat istiadat, masyarakat, bahkan
lembaga pendidikan, atau tafsir agama yang dengan sengaja atau tidak telah memberikan
peran yang membuat manusia berpikir bahwa memang demikian adanya peran yang
harus kita jalankan.
Di dalam setiap organisasi baik organisasi besar maupun kecil dapat saja terjadi
perubahan-perubahan kondisi, pergeseran personalia, timbul pertentangan-pertentangan,
terjadi kesalahan-kesalahan yang perlu dibetulkan, dan muncul hal-hal yang tidak
terduga. Sudah banyak perempuan yang mengenal pendidikan dan terlibat dalam
organisasi dan kelompok masyarakat, sehingga, keberadaan perempuan diruang publik
juga tidak diasingkan lagi dan dibutuhkan. Perempuan dan laki-laki mempunyai hak
yang sama.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Kartika:
“itu menurut saya itu hal yang baik si dan luar biasa kalau perempuan
memberikan pendapat atau masukan disaat rapat atau musyawarah. Karena
selagi pendapatnya itu positif dan membawa arah kemajuan saya rasa sahsah saja. Selagi itu pendapat yang baik kenapa enggak. Ya kalau memang
pendapatnya itu tidak tepat ya mungkin dikesampingkan dan hanya saja

Universitas Sumatera Utara

tidak ada larangan untuk perempuan mengeluarkan pendapat dalam acara
rapat.”
Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Widodo:
“kalau disini ya sah-sah saja perempuan atau laki-laki. Semua mempunyai
hak yang sama. Hak perempuan dengan laki-laki kan sama kalau dalam
bermasyarakat. Terkecuali didalam keluarga dan agama. Perempuan juga
bermak mengemukakan pendapatnya demi kemajuan. Dalam bermasyarakat
tidak ada dibedakan jenis kelamin. Semua mempunya hak yang sama”.
Keberadaan perempuan di ranah publik sudah mulai diterima oleh masyarakat. Seperti
dalam pengambilan keputusan, tidak ada peraturan perempuan tidak berhak mengeluarkan
pendapat. Perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam pengambilan
keputusan. Kesetaraan gender sudah terlihat di desa Karang Baru ini. Derajat laki-laki dan
perempuan sudah setara, terkecuali di dalam agama dan keluarga. Termasuk hak untuk
memimpin, hak untuk memilih, hak untuk mengeluarkan pendapat, dan lain-lain. Pada
masyarakat di Desa Karang Baru ini, anggapan perempuan itu irasional dan emosional atau
tidak pantas memimpin sudah tidak ada lagi. Semua pantas memimpin asalkan ada niat,
kemauan dan kemampuan.
Posisi perempuan yang berada di arena publik sudah dapat diterima masyarakat.
Kedudukan perempuan tidak hanya berada di ruang domestik saja. Dalam konteks gender,
memang laki-laki dan perempuan seharusnya memiliki hak yang sama. Perbedaan di anata
mereka hanya terletak pada fungsi biologis secara krodati. Seperti mensturasi, melahirkan,
dan menyusui. Selebihnya tergantung pada kapabilitasnya. Keberadaan perempuan yang
mampu berada di ruang publik sekarang ini di karenakan oleh faktor pendidikan. Masa-masa
sekarang ini, minat perempuan untuk menyelesaikan pendidikan lebih tinggi dari pada lakilaki.

Universitas Sumatera Utara

2. Gender dan Stereotipe Atas Pekerjaan Perempuan
Stereotip adalah pelabelan terhadap suatu kelompok tertentu yang selalu berakibat
merugikan pihak lain dan menimbulkan ketidakadilan. Stereotip gender telah memberikan
pelabelan negatif terhadap perempuan. hal ini disebabkan oleh pelebelan yang sudah melekat
pada laki-laki adalah manusia yang kuat, rasional, jantan, berani, dan perkasa. Sedangkan
perempuan adalah mahluk yang lembut, cantik, emosional dan keibuan.
Dengan munculnya pelabelan seperti diatas tentu saja akan muncul banyak stereotip
yang dikonstruksi secara sosial sebagai hubungan sosial tentang perbedaan laki-laki dan
perempuan. Sifat lemah lembut dan keibuannya perempuan sering diidentikkan dengan
pekerjaan-pekerjaan di rumah (sektor domestik). Akibat adanya stereotip (pelabelan) ini
banyak tindakan-tindakan yang seolah-olah sudah merupakan kodrat.
Pelabelan negatif pada perempuan di Desa Karang Baru sudah tidak berlaku laki.
Dengan anggapan perempuan itu lemah lembut dan keibuan justru mendapatkan nilai positif
dimasyarakat pada masa sekarang ini. Perempuan jadi bisa lebih mengerti dan memahami
masalah-masalah apa saja yang ada masyarakat, khususnya pada masyarakat di Desa Karang
Baru.
Perempuan dalam dunia kerja memang sudah tidak asing lagi. Kemajuan peran
perempuan di Indonesia sendiri pun telah ditandai dari R.A. Kartini, yang membangkitkan
emansipasi wanita dalam hal pendidikan (Simanullang, 2012). Namun selayaknya Indonesia
yang masih mengikuti aturan dan stereotipe tradisional, peran perempuan dalam dunia kerja
masih terbatas. Perempuan masih dianggap tidak pantas dan tidak setara dengan kemampuan
laki-laki dalam hal bekerja. Pekerjaan yang dilakukan perempuan di Indonesia masih banyak
di bidang pelayanan jasa dan publik dan posisi mereka dalam perusahaan hanya menempati
posisi manager menengah ke bawah (Ghurobi, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Pernyataan di atas sudah tidak berlaku untuk di Desa Karang Baru ini. Pada masa
sekarang ini, banyak masyarakat yang membantah terhadap stereotip yang menganggap
perempuan itu lemah, perempuan itu cengeng, emosional, tidak pantas mempimpin dan
sebagainya. Berikut adalah tabel hasil wawancara yang peneliti dapatkan mengenai stereotip:
NO
1.

INFORMAN
Kartika Sari

HASIL WAWANCARA
Kalau menurut saya sendiri dengan sifat yang seperti
itu justru perempuan itu jadi memiliki nilai positif
untuk memimpin. Karena dengan dia yang cengeng,
katakanlah bukan lemah ya, katakan cengeng, ia
lebih bisa mengerti dan memahami apa yang terjadi
di sekitar. Lebih peka dan sensitif. Dan itu menjadi
kan lebih kuat lagi untuk memimpin.

2.

Ibu Ari

Wajarlah, kalau perempuan cerewet itukan untuk hal
yang bagus kan gitu. Perempuan kan lebih telaten
pekerjaannya dari pada laki-laki. lebih mengerti dan
perduli dengan keluhan-keluhan masyarakatnya.

3.

Bapak Widodo

Tidak semua perempuan seperti itu, ada yang seperti
itu ada juga yang tidak. Karena tidak semua seperti
itu. Perempuan itukan paling mengerti dengan
masyarakatnya. Lebih perduli. Rasa kasihan dan
keibuannya itu nampak.

4.

Bapak Sugimin

Dengan sifat keibuannya kan, perempuan biasa
mengurus rumah tangga. Nah karna biasa mengurus
rumah tangga, jadi perempuan itu dalam masyaraky

Universitas Sumatera Utara

juga di urusinya. Beres semua dibuatnya. Karena
lebih teliti dan rapi.
5.

Ibu Siti Aminah

Tidak bisa di pungkiri wanita itu identik dengan
lemah lembut, cengeng, emosian dan sebagainya.
Tapi kita harus bisa sesuaikan tempat. Dengan sifat
lemah lembut kita bisa mengerti apa yang diinginkan
masyarakat dan masyarakatpun suka sama kita.

Dari pernyataan diatas, banyak masyarakat tidak setuju dengan anggapan perempuan
itu lemah, cerewet, dan tidak pantas memimpin. Mereka malah menjadikan anggapananggapan itu sebagai hal yang wajar dan untuk menuju ke hal yang lebih baik lagi. Karena
dengan adanya sifat cerewet semua pekerjaan jadi cepat dan beres. Perempuan lebih teliti
dalam adminstrasi. dengan sifat keibuannya, perempuan lebih mengerti dan memahmi keluh
kesah masyarakatnya, dan lebih sabar menghadapi masyarakat. Dengan sifat lemah
lembutnya, masyarakat bisa lebih nyaman dan lebih dekat dengan perempuan. Semua
pelebelan-pelebelan negatif yang dimiliki perempuan pada masa sekarang ini malah menjadi
hal yang positif dimata masyarakat dan dapat diterima oleh masyarakat.
3. Gender dan Beban Ganda
Konsep kemitrasejajaran dalam pendekatan gender telah mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan, maka peran perempuan mengalami perubahan yang cukup cepat. Namun
perlu dicermati bahwa perkembangan perempuan tidaklah mengubah peranannya yang lama
yaitu peran dalam lingkup domestik. Adanya anggapan bahwa perempuan bersifat
memelihara, rajin dan tidak akan menjadi kepala rumah tangga, berakibat semua pekerjaan
domestik menjadi tanggung jawab perempuan. Perempuan menerima beban ganda, selain

Universitas Sumatera Utara

harus bekerja di sektor domestik, mereka masih harus bekerja membantu suami dalam
mencari nafkah (Handayani & Sugiarti 2008: 17).
Perbedaan dan pembagian gender juga membuat kaum perempuan bekerja lebih keras
dengan memeras keringat lebih panjang lagi (Double-b