Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia dengan Metode Sharpe

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Reksa Dana
2.1.1.1 Pengertian Reksa Dana
Reksa dana merupakan terjemahan dari mutual fund yang merupakan salah
satu bentuk dari perusahaan investasi yang adalah jembatan bagi investor individu
maupun lembaga untuk melakukan investasi. Di luar negeri, terdapat bermacam
istilah yang digunakan untuk reksa dana. Misalnya di Amerika Serikat, reksa dana
dikenal dengan istilah Mutual Fund, Di Inggris dikenal dengan sebutan Unit
Trust, sedangkan di Jepang disebut sebagai Investment Trust.

Reksa dana muncul karena pada umumnya investor mengalami kesulitan
untuk melakukan investasi sendiri secara terpisah pada berbagai efek yang ada.
Kesulitan yang dihadapi investor yaitu menyangkut kemampuan dan pengalaman
untuk melakukan berbagai analisa dan memonitor kinerja efek maupun kondisi
pasar secara terus-menerus yang menyita banyak waktu dan pikiran. Disamping
itu dibutuhkan pula dana yang relatif besar untuk dapat melakukan investasi pada

berbagai surat berharga yang ditawarkan oleh pasar.
Menurut Undang-Undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat
(27) bahwa Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal yang selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio
Efek oleh Manajer Investasi. Sedangkan menurut Tatang Ary Gumanti
(2011:211), reksa dana merupakan wahana untuk mempermudah pemodal

11
Universitas Sumatera Utara

berinvestasi di pasar modal. Wahana ini menghimpun dana secara kolektif dengan
cara menerbitkan saham atau unit penyertaan kepada individu maupun lembaga.
Dan menurut Pratomo (2008:29) reksa dana adalah salah satu sarana ( vehicle) dari
cara berinvestasi.

2.1.1.2 Reksa Dana Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan ketentuan pasal 18 ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal, Reksa Dana dapat bersifat:
1. Reksa dana bersifat Tertutup (close-end fund)
Merupakan reksa dana yang pemegang sahamnya tidak dapat menjual

kembali sahamnya kepada manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak
menjual sahamnya, hal tersebut harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat saham
reksa dana tersebut dicatatkan.
2. Reksa dana bersifat Terbuka (open-end fund)
Merupakan reksa dana yang pemegang sahamnya dapat menjual kembali
saham/unit penyertaannya setiap saat sepanjang ada investor yang berminat
membeli. Dan juga investor dapat menjual kembali unit penyertaannya kepada
manajer investasi kapan saja diinginkan sesuai dengan nilai aktiva bersih (NAB)
per unit pada saat itu.

2.1.1.3 Jenis-jenis Reksa Dana
Menurut Tatang Ary (2011) bahwa berdasarkan peraturan BAPEPAM-LK
Nomor IV.C.3 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih,

12
Universitas Sumatera Utara

menurut investasinya dan tingkat risiko yang dihadapi, reksa dana diklasifikasikan
ke dalam empat kategori, yaitu:
1.


Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds). Jenis reksa dana ini
berinvestasi 100% ke dalam efek pasar uang. Yang dimaksud dengan efek
pasar uang adalah investasi pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo
kurang dari 1 (satu) tahun.

2.

Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds). Reksa dana jenis ini
melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk
efek bersifat utang, umumnya pada obligasi. Reksa dana ini memiliki risiko
yang relatif lebih besar dari reksa dana pasar uang. Tujuannya adalah untuk
menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.

3.

Reksa Dana Saham (Equity Funds). Reksa dana yang melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas.
Sejarah menunjukkan bahwa reksa dana saham menghasilkan keuntungan
yang lebih besar dalam jangka panjang dibandingkan dengan investasi pada

pendapatan tetap. Reksa dana jenis ini memiliki tingkat risiko yang paling
tinggi dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya, dan tentunya juga reksa
dana ini memiliki return yang lebih tinggi

4.

Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds). Reksa dana jenis ini
melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan Efek bersifat Utang.
Tujuan investasi reksa dana ini adalah keuntungan modal dan kestabilan
return.

13
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.4 Pihak-Pihak yang Terlibat
Menurut Ahmad Rodoni (2009:87), seorang calon investor yang akan
menginvestasikan dananya pada salah satu reksa dana terbuka umumnya akan
menghadapi pihak-pihak yang terkait didalamnya yaitu:
1. Perusahaan Reksa Dana
Merupakan perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari BAPEPAM-LK

yang akan mengelola dan bertanggung jawab atas dana para pemegang saham
reksa dana.
2. Manajer Investasi
Manajer investasi merupakan pihak yang berperan penting dalam kegiatan
investasi reksa dana. Kegiatan manajer investasi yang dimaksud adalah
manajemen portofolio (jual beli efek), dan analisa efek serta perdagangan (jual
beli) efek dengan harga terbaik. Menurut Pratomo (2008:41) peran manajer
investasi adalah :
a. Melakukan analisis makro dan mikro
b. Menentukan alokasi aset (distribusi penempatan pada efek pasar uang, efek
utang, dan efek saham)
c. Menentukan alokasi sektor (distribusi jenis industri yang dipilih)
d. Menentukan pilihan emiten/pihak tempat berinvestasi
e. Melaksanakan transaksi melalui bank atau pialang (broker )
f. Memonitor kinerja dan melakukan penyesuaian portofolio.

14
Universitas Sumatera Utara

3. Agen Penjual

Agen penjual adalah pihak yang melakukan penawaran dan penjualan efek
reksa dana berdasarkan kontrak kerja sama dengan manajer investasi kepada
investor.
4. Bank Kustodian
Bank Kustodian adalah institusi yang berfungsi memberikan jasa penitipan dan
mengamankan efek (surat berharga). Bank kustodian tidak terlibat didalam
operasi sehari-hari yang berhubungan dengan keputusan investasi. Menurut
Pratomo (2008:43) peran bank kustodian adalah:
a. Melaksanakan administrasi reksa dana yang meliputi:
1.)

Penyimpanan dana dan portofolio reksa dana

2.)

Penyelesaian transaksi investasi yang dilakukan oleh manajer
investasi. Penyelesaian transaksi adalah proses pembayaran dan juga
pendaftaran atau penyimpanan surat berharga (transaksi beli) atau
proses penyerahan surat berharga dan juga penerimaan dana
(transaksi jual).


3.)

Pembukuan portofolio

4.)

Perhitungan Nilai Aktiva Bersih

5.)

Pencatatan kepemilikan Unit Penyertaan

6.)

Pelaporan kepada BAPEPAM-LK, manajer investasi, dan juga
kepada investor.

b. Memantau kepatuhan manajer investasi dalam hal transaksi investasi.


15
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.5 Reksa dana Dilihat dari Segi Bentuknya
Sebagaimana diatur pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal pada pasal 18 ayat (1), reksa dana dapat diklasifikasikan dalam dua
bentuk yaitu, Reksa Dana Perseroan dan Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif.
1.

Reksa dana Berbentuk Perseroan (corporate type)
Dalam bentuk reksa dana perseroan ini, perusahaan penerbit reksa dana
menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil
penjualan

tersebut

diinvestasikan

pada


berbagai

jenis

efek

yang

diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. Reksa dana bentuk
perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi reksa dana perseroan
tertutup dan reksa dana perseroan terbuka (Undang-undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal pada pasal 18 ayat 2).
2.

Reksa Dana berbentuk Kontak Investasi Kolektif (contractual type).
Reksa dana bentuk ini, merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan
Bank Kustodian yang mengikat Pemegang Unit Penyertaan, di mana
Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi
kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan
penitipan kolektif. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan, seluruh reksa dana yang ada di Indonesia saat ini
berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

2.1.1.6 Kinerja Reksa Dana Saham
Menurut Abdul Halim (2005:68), tahap yang sangat penting bagi manajer
investasi atau investor dari proses investasi dalam saham adalah melakukan

16
Universitas Sumatera Utara

penilaian terhadap kinerja investasinya. Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk
mengetahui dan menganalisa apakah investasi yang dilakukan telah memberikan
hasil yang terbaik, penilaian kinerja ini dapat ditinjau dari tingkat pengembalian
dan risiko dari investasi.
Return – Sesuaian Risiko

Menurut Hartono (2014:708) bahwa return yang tinggi belum tentu
merupakan hasil investasi yang baik. Return yang rendah dapat juga dapat
dikatakan investasi yang baik bila return yang rendah ini disebabkan oleh risiko
yang rendah pula. Oleh karena itu return yang dihitung perlu disesuaiakan dengan

risiko yang harus ditanggungnya.
Sharpe’s Measure
Pengukur kinerja ini disebut dengan pengukur Sharpe Measure atau disebut
juga dengan nama reward to variability (RVAR) yang dikenalkan oleh William F.
Sharpe pada tahun 1966. Metode Sharpe dapat dirumuskan sebagai berikut:
RVAR =

Keterangan :
RVAR = Reward to variability atau pengukur Sharpe
R RD = Total rata–rata return reksa dana pada periode t
R RF = Rata–rata return investasi bebas risiko pada periode t
σ RD = Standar deviasi return Reksa Dana
Dalam teori portofolio, standar deviasi merupakan risiko total yang
merupakan penjumlahan dari systematic risk dengan unsystematic risk. Menurut

17
Universitas Sumatera Utara

Hartono (2014:709) yaitu makin tinggi nilai pengukuran Sharpe, makin baik
kinerja portofolionya.

2.1.2 Makro Ekonomi
Menurut Mankiw (2003) bahwa konsep makro ekonomi adalah sebuah
kajian tentang gejala atau fenomena sebuah perekonomian secara luas di suatu
Negara, mencakup inflasi, suku bunga, dan nilai tukar yang mempengaruhinya.
Investasi di pasar modal tidak bisa terlepas dari pengaruh makro ekonomi.
Menurut Widoatmodjo (2015:233) bahwa musuh utama investasi adalah makro
ekonomi. Beberapa indikator makro ekonomi adalah tingkat inflasi, suku bunga,
nilai tukar rupiah, jumlah uang berdar, dan indeks harga saham gabungan.

2.1.2.1 Nilai Tukar Rupiah
Menurut Jonni Manurung dan Adler Manurung (2009:95) bahwa nilai tukar
adalah harga dari satu mata uang dalam bentuk mata uang luar negeri. Hal ini juga
didukung oleh John Sloman dan Mark Sutcliffe (2004:585) yang menyatakan an
exchange rate is the rate at which one currency trades for another on the foreign
exchange market . Menurut Darmadji (2006) bahwa nilai tukar mata uang atau

sering disebut kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya.
Kenaikan nilai tukar (kurs) mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata
uang (mata uang asing lebih murah, hal ini berarti nilai mata uang asing dalam
negeri meningkat). Penurunan nilai tukar (kurs) disebut depresiasi mata uang
dalam negeri (mata uang asing menjadi lebih mahal, yang berarti mata uang dalam
negeri menjadi merosot).

18
Universitas Sumatera Utara

Menurut Dornbusch & Fischer (1992) dalam Halim (2013), nilai tukar
dikenal ada empat jenis yakni:
1.

Selling Rate (Kurs Jual) merupakan kurs yang ditentukan oleh suatu bank

untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
2.

Middle Rate (Kurs Tengah) merupakan kurs tengah antara kurs jual dan kurs

beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang telah ditetapkan oleh
bank sentral pada saat tertentu.
3.

Buying Rate (Kurs Beli) merupakan kurs yang ditentukan oleh suatu bank

untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
4.

Flat Rate (Kurs Rata) merupakan kurs yang berlaku dalam transaksi jual

beli bank notes dan travellers cheque.

2.1.2.2 Suku Bunga SBI
Suku bunga merupakan variabel makro ekonomi yang paling penting. Suku
bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan. Suku
bunga dibagi menjadi suku bunga rnominal (nominal interest rate) dan suku
bunga riil (real interest rate). Suku bunga nominal adalah suku bunga yang
dibayarkan oleh bank, dan suku bunga riil adalah kenaikan dalam daya beli
(Mankiw 2003:86).
Menurut Didit Herlianto (2013:96), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah
surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang
berjangka waktu pendek dengan sistem bunga. Menurut Arifin (2007:118) dalam
Topowijono, et al., (2015) bahwa suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
adalah suku bunga yang diberlakukan Bank Indonesia (SBI). Artinya pemerintah

19
Universitas Sumatera Utara

melalui BI akan menaikan atau menurunkan tingkat suku bunga guna mengontrol
peredaran uang di masyarakat atau dalam arti luas mengontrol perekonomian
nasional.
Menurut Sakhowi (1999) bahwa kenaikan suku bunga akan menyebabkan
biaya investasi akan meningkat dan jumlah pengeluaran investasi akan menurun,
akibat selanjutnya adalah ekspektasi penghasilan dari investasi akan menurun.
Kenaikan biaya investasi dan penurunan jumlah investasi akan menyebabkan
penurunan penghasilan yang menjadi bagian bagi pemegang saham (equity) yang
berarti nilai equity akan menurun. Penurunan nilai ekuitas tersebut akan
menyebabkan harga saham menurun.

2.1.2.3 Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan menurunnya tingkat harga secara terusmenerus, yang mempengaruhi masyarakat, bisnis, dan pemerintah (Frederic S.
Mishkin, 2006:10). Menurut G. Cowt Hrey bahwa inflasi adalah suatu keadaan
dari nilai mata uang yang turun dan berlangsung secara terus-menerus dan harga
mengalami kenaikan. Dan Hawtry berpendapat bahwa inflasi adalah suatu
keadaan yang disebabakan oleh terlalu banyak uang yang beredar (Latumaerissa,
2015:172). Menurut teori Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin
hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan
ini adalah keadaan dimana permintan masyarakat akan barang-barang selalu
melebihi jumlah barang-barang yang tersedia.
Menurut Herlianto (2013:155) bahwa inflasi menjadi perhatian dari
investor, terutama jika inflasi dapat diramalkan, karena inflasi dapat

20
Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi keuntungan investor. Menurut Samuelson dan Nordhaus
(2004:385) bahwa inflasi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
1.

Inflasi rendah (low inflation), yaitu inflasi dibawah 10%, yang dicirikan oleh
harga yang naik secara perlahan-lahan dan dapat diramalkan. Dalam rentang
inflasi masih dianggap normal.

2.

Inflasi yang melambung (Galloping inflation), yaitu inflasi yang terjadi dari
rentang 20% sampai 200% per tahun. Inflasi ini terjadi karena pemerintahan
yang lemah, perang, revolusi, atau kejadiaan lainnya yang menyebabkan
barang tidak tersedia sementara uang berlimpah. Sehingga kondisi ini
menyebabkan nilai mata uang yang berkurang dengan sangat cepat.

3.

Hiperinflasi (Hyperinflation), yaitu inflasi yang terjadi diatas 200% per tahun,
yang dicirikan ketika jumlah uang beredar sangat banyak, dan barang-barang
menjadi langka, harga menjadi kacau-balau dan produksi menjadi tidak
terorganisasi.

Penyebab Inflasi menurut Sukirno (2007:12) yaitu :
1.

Inflasi tarikan permintaan, ini merupakan bentuk inflasi yang diakibatkan
oleh perkembangan yang tidak seimbang di antara permintaan dan penawaran
barang dalam perekonomian. Inflasi tarikan permintaan dapat berlaku ketika
perekonomian menghadapi masalah pengganguran yang tinggi maupun pada
saat kesempatan kerja penuh sudah tercapai.

2.

Inflasi desakan biaya, inflasi ini biasanya berlaku ketika kegiatan ekonomi
telah mencapai kesempatan kerja penuh. Pada tingkat ini industri-industri

21
Universitas Sumatera Utara

telah beroperasi pada kapasitas yang maksimal, dan tenaga kerja menuntut
kenaikan gaji sehingga menyebabkan peningkatan dalam biaya produksi.
3.

Inflasi diimpor, inflasi ini terjadi saat ada suatu negara yang bertindak sebagai
produsen terhadap negara-negara lain menaikkan harga dari barangnya, maka
secara mendadak biaya produksi akan mengalami peningkatan dan
menyebabkan masalah inflasi.
Tingkat inflasi dihitung berdasarkan perubahan Indeks Harga Konsumen

(IHK). Angka inflasi diperoleh dengan menggunakan rumus perhitungan di bawah
ini :
Inflasi =
Keterangan :
IHK t = Indeks Harga Konsumen pada priode t
IHK t-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t

2.1.2.4 Jumlah Uang Beredar
Uang adalah sesuatu yang digunakan sebagai alat pembayaran transaksi.
(Djohanputro, 2008: 115). Dan menurut Kasmir (2011:13), pengertian uang secara
luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran
dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran utang atau sebagai alat
untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Uang adalah persediaan aset yang
dapat dengan segera digunakan untuk melakukan transaksi. Uang memiliki tiga
tujuan, yaitu penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran. Penyimpan nilai
artinya adalah uang merupakan cara mengubah daya beli dari masa kini ke masa

22
Universitas Sumatera Utara

depan. Unit hitung, uang memberikan ukuran dimana harga ditetapkan dan utang
dicatat. Sebagai media pertukaran, uang adalah apa yang kita gunakan untuk
membeli barang dan jasa (Mankiw 2003:73).
Permintaan uang diperlukan untuk tujuan sebagai berikut:
1.

Transaksi. Setiap pelaku ekonomi, baik individu atau rumah tangga,
perusahaan, dan lembaga lainnya memerlukan uang untuk bertransaksi seperti
untuk membeli barang, bayar rekening listrik, dan lainnya.

2.

Jaga-jaga. Setiap individu atau kelompok memerlukan perencanaan untuk
merencanakan kebutuhan uang mereka dalam suatu waktu, selain itu
diperlukan juga uang penyimpanan untuk berjaga-jaga atas kondisi yang tak
terduga.

3.

Spekulasi. Spekulasi dikaitkan dengan permintaan akan aset untuk investasi.
Pada saat suku bunga tinggi, maka diperlukan untuk menabung agar
memperoleh return, dan jika sebaliknya, maka lebih baik untuk berinvestasi.
Menurut Sukirno (2012) bahwa uang beredar dibedakan dalam dua

pengertian, yaitu pengertian terbatas dan pengertian luas. Dalam pengertian
terbatas uang beredar adalah mata uang dalam peredaran ditambah uang giral
yang dimiliki perseorangan, perusahaan, dan badan pemerintah. Dalam pengertian
luas uang beredar meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral, uang kartal,
dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan, dan
rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Uang beredar dalam arti
luas dinamakan M2. Pengertian uang beredar dalam arti sempit selalu disingkat
M1. Teori kuantitas uang dikemukakan oleh Irving Fisher, seorang ahli ekonomi

23
Universitas Sumatera Utara

Amerika yang tergolong dalam golongan ahli-ahli ekonomi klasik. Hubungan di
antara transaksi dan uang ditunjukkan dalam persamaan kuantitas (quantity
equation) berikut:

MV=PT
Keterangan :
M = Jumlah uang beredar
V = Tingkat perputaran uang
P = Tingkat harga barang
T = Jumlah barang yang diperdagangkan

2.1.2.5 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menurut Fahmi (2014:311) bahwa Indeks Harga Saham Gabungan dianggap
sebagai dasar analisis yang digunakan untuk melihat kondisi di Pasar Modal
Indonesia. Sedangkan menurut Sunariyah (2006:142), Indeks Harga Saham
Gabungan adalah suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga
saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. Maksud gabungan
dari seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan
seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Menurut

Widoatmodjo

(2015:126)

rumus

yang

digunakan

untuk

menghitung IHSG adalah:
IHSG =

x 100 %

Keterangan :
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
£Ht

= Total harga semua saham pada waktu yang berlalu
24
Universitas Sumatera Utara

£Ho

= Total harga semua saham pada waktu dasar
Indeks Harga Saham Gabungan (Composite stock Price Index) pertama kali

diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga
saham yang tercatat di bursa.

2.2

Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang yang dijadikan sebagai rujukan dalam

penelitian ini, antara lain :
1. Sholihat, et al (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh inflasi,
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Indeks Harga Saham
Gabungan terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham (Studi pada
Bursa Efek Indonesia periode 2011 – 2013). Hasil dari penelitian ini
adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dan IHSG seluruhnya
berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pengembalian reksa dana
saham. Tingkat inflasi, suku bunga SBI dan IHSG juga berpengaruh secara
parsial terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham, sedangkan
variabel yang paling dominan terhadap tingkat pengembalian reksa dana
saham adalah IHSG.
2. Pasaribu dan Kowanda (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh
suku bunga SBI, tingkat inflasi, IHSG, dan bursa asing terhadap tingkat
pengembalian reksa dana saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
suku bunga SBI, tingkat inflasi, indeks harga saham gabungan dan bursa
asing (KLSE dan HSI) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pengembalian reksa dana saham, dan secara parsial dihasilkan

25
Universitas Sumatera Utara

tingkat suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengembalian pada hampir seluruh reksa dana saham, tingkat inflasi
ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian reksa
dana saham, IHSG ternyata berpengaruh signifikan terhadap seluruh
tingkat pengembalian reksa dana saham dan Bursa KLSE, berpengaruh
signifikan pada enam reksa dana, sementara untuk bursa HSI, tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham.
3. Maulana (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh SBI, jumlah uang
beredar, inflasi terhadap kinerja reksa dana saham di Indonesia periode
2004-2012. Hasil penelitian ini adalah secara simultan suku bunga SBI,
inflasi dan jumlah uang beredar berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
reksa dana saham periode tahun 2004-2012. Secara parsial suku bunga
SBI, dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja indeks
Jensen perusahaan reksa dana saham yang terdaftar di Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAMLK) periode tahun
2004-2012. Sedangkan jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara
signifikan.
4. Monjazeb

dan Ramazanpour (2013) melakukan penelitian untuk

menganalisis faktor ekonomi terhadap tingkat pengembalian reksa dana
saham. Faktor ekonomi pada penelitian ini dicerminkan melalui nilai tukar
dan inflasi. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan
signifikan antara nilai tukar dan inflasi terhadap return saham.

26
Universitas Sumatera Utara

5. Elena dan Alexandru (2011) melakukan penelitian tentang hubungan

antara inflasi dan suku bunga terhadap reksa dana saham, dan penelitian
ini kemudian membandingkan antara USA dengan Romani. Dan hasil dari
penelitian adalah di AS, kenaikan inflasi menyebabkan tren kenaikan reksa
dana saham, dan tingkat bunga yang lebih rendah di AS menjadikan
masyarakat berinvestasi dalam aset pendapatan tetap. Sementara investasi
Rumania, korelasi ini tidak dapat dibuktikan karena tingkat NAB reksa
dana saham yang sangat kecil.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1.

Peneliti
(Tahun)
Fatharani
Sholihat,
dkk
(2015)

Judul Penelitian
Pengaruh Inflasi,
Tingkat Suku
Bunga Sertifikat
Bank Indonesia &
Indeks Harga
Saham Gabungan
Terhadap Tingkat
Pengembalian
Reksa dana Saham
(Studi Pada Bursa
Efek Indonesia
Periode 2011-2013)

Variabel
Penelitian
Dependen:
- Tingkat
Pengembalian
Reksa dana
Saham
Independen:
1. Inflasi
2. SBI
3. IHSG

Teknik
Analisis
Data
Regresi
Linear
Berganda

Hasil Penelitian
Tingkat inflasi,
suku bunga SBI
dan IHSG
berpengaruh
secara parsial
dan simultan
terhadap tingkat
pengembalian
reksa dana
saham

27
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
2.

3.

Peneliti
(Tahun)

Judul
Penelitian

Variabel
Penelitian

Rowland
Bismark
Fernando
Pasaribu Dan
Dionysia
Kowanda
(2014)

Pengaruh Suku
Bunga SBI,
Tingkat Inflasi,
IHSG, Dan
Bursa
Asing Terhadap
Tingkat
Pengembalian
Reksa dana
Saham

Dependen:
- Tingkat
Pengembalian
Reksa
dana
Saham

Akbar Maulana
(2013)

Pengaruh SBI,
Jumlah
Uang
Beredar, Inflasi
Terhadap
Kinerja Reksa
dana Saham Di
Indonesia
Periode 2004 –
2012

Teknik
Analisis
Data
Regresi
Linear
Berganda

Independen:
1. Suku Bunga
SBI
2. Tingkat
Inflasi
3. IHSG
4. Bursa asing

Dependen:
- Kinerja Reksa
dana Saham
Independen:
1. Suku Bunga
SBI
2. Jumlah Uang
Beredar
3. Inflasi

Regresi
Linear
Berganda

Hasil Penelitian
1. Suku bunga
SBI, Tingkat
inflasi, IHSG,
dan bursa asing
secara simultan
berpengaruh
terhadap tingkat
pengembalian
reksa dana
saham.
2. Tingkat suku
bunga SBI, dan
IHSG secara
parsial
berpengaruh
terhadap tingkat
pengembalian
reksa dana
saham.
3. Tingkat inflasi,
dan bursa asing
secara parsial
tidak
berpengaruh
terhadap tingkat
pengembalian
reksa dana
saham
1. Suku bunga
SBI, inflasi, dan
jumlah uang
beredar secara
simultan
berpengaruh
terhadap kinerja
reksa dana
saham
2. SBI, dan inflasi
berpengaruh
secara parsial
terhadap kinerja
reksa dana
saham.
3. Jumlah Uang
Beredar tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
reksa dana
saham.

28
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti
(Tahun)

Judul
Penelitian

Mohammadreza
Monjazeb dan
Esmaeel
Ramazanpour
(2013)

The Effect of
Economic
Factors on the
Efficiency of
Mutual Funds in
Iran Seyedeh
Javaneh Ahmadi
Tulamy

Dependen:
- Imbal
Reksa
Saham

The relationship
between mutual
funds – inflation
rate
and
benchmark
interest
rate.
USA
versus
Romania

Variabel:
1. Inflasi
2. Suku bunga
3. Imbal
hasil
reksa
dana
saham

No
4.

5.

Elena dan
Alexandru
(2011)

2.3

Kerangka Konseptual

Variabel
Penelitian
hasil
dana

Teknik
Analisis
Data
Regresi Data
Panel

Independen:
1. Nilai Tukar
2. Inflasi
Analisis
Korelasi

Hasil
Penelitian
Nilai tukar dan
inflasi
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap return
reksa dana
saham
Di AS, kenaikan
inflasi
menyebabkan
tren kenaikan
reksa dana
saham, dan
tingkat bunga
yang lebih
rendah di AS
menjadikan
masyarakat
berinvestasi
dalam aset
pendapatan
tetap. Sementara
investasi
Rumania,
korelasi ini
tidak dapat
dibuktikan
karena tingkat
NAB reksa dana
saham yang
sangat kecil.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh makro
ekonomi yang dicerminkan dari variabel nilai tukar Rupiah, suku bunga SBI,
inflasi, jumlah uang beredar, dan indeks harga saham gabungan terhadap kinerja
reksa dana saham yang diproksikan dengan return-sesuaian risiko yaitu metode
sharpe.

29
Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Reksa Dana Saham
Apresiasi yang dialami oleh rupiah terhadap mata uang dollar AS
membuat masyarakat melihat bahwa mata uang rupiah sebagai salah satu
indikator makro ekonomi mengalami perbaikan. Hal ini akan meningkatkan
ekspektasi dalam berinvestasi sehingga meningkatkan permintaan terhadap reksa
dana saham, akibatnya Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham juga akan meningkat
dan begitu juga sebaliknya. Pada penelitian terdahulu nilai tukar rupiah
berpengaruh negatif terhadap imbal hasil reksa dana saham. (Sujoko:2009).
Sedangkan menurut Monjazeb dan Ramazanpour (2013) bahwa nilai tukar
berpengaruh positif terhadap return reksa dana saham.

2.3.2 Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Kinerja Reksa Dana Saham
Suku bunga memiliki hubungan negatif terhadap permintaan reksa dana
saham. Hal ini disebabkan apabila tingkat bunga turun, investor cenderung lebih
suka investasi dengan membeli saham sehingga permintaan saham akan
meningkat dan akan mendorong peningkatan Nilai Aktiva Bersih reksa dana
saham. Sedangkan jika tingkat suku bunga meningkat, masyarakat akan
cenderung untuk menabung dari pada menginvestasikan modalnya dengan
harapan resiko yang diharapkan lebih kecil dibandingkan bila menginvestasikan
modalnya dalam bentuk saham. Pada penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
suku bunga SBI memberi pengaruh negatif yang paling besar terhadap imbal hasil
reksa dana (Sujoko:2009), dan pada penelitian Noor Basha Abdul dan K. Sarvani
(2014) menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pengembalian reksa dana saham.

30
Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Pengaruh Inflasi terhadap Kinerja Reksa Dana Saham
Inflasi memiliki hubungan yang negatif terhadap permintaan reksa dana
saham. Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari peningkatan harga
yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun
menyebabkan turunnya permintaan saham dan berdampak penurunan Nilai Aktiva
Bersih reksa dana saham. Pada penelitian Akbar Maulana (2013) menunjukkan
bahwa inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham.
Pada penelitian Monjazeb dan Ramazanpour (2013) menunjukkan bahwa inflasi
berpengaruh positif signifikan terhadap return reksa dana saham.

2.3.4 Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Kinerja Reksa Dana
Saham
Jumlah uang beredar memiliki hubungan yang positif terhadap permintaan
reksa dana saham. Ketika Bank Indonesia meningkatkan penawaran uang dengan
cepat, tingkat harga akan meningkat dengan cepat dan perusahaan akan
memperoleh profitabilitas yang tinggi sehingga menyebabkan harga saham di
perusahaan tersebut akan meningkat dan pada saat terjadi kenaikan jumlah uang
beredar, masyarakat dianggap memiliki proporsi yang lebih untuk melakukan
investasi sehingga permintaan instrumen investasi saham mengalami kenaikan
yang berarti akan meningkatkan Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham, dan begitu
juga sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Ray dan Vani (2005) dalam
Saraswati (2013) menyimpulkan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif
terhadap NAB reksa dana syariah.

31
Universitas Sumatera Utara

2.3.5 Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan terhadap Kinerja Reksa
dana Saham
Indeks Harga Saham Gabungan akan menunjukkan pergerakan harga
saham secara umum yang tercatat di dalam bursa efek untuk mengukur apakah
harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. Secara logika sederhana,
seharusnya hubungan antara IHSG dan kinerja reksa dana saham adalah positif
karena IHSG adalah benchmark agregat dari seluruh fluktuasi saham yang ada,
namun hasil empiris data historis seringkali memberikan informasi empiris yang
berbeda, pada satu penelitian arah hubungan ini bisa menunjukkan hasil yang
positif dan bahkan berpengaruh signifikan dengan implikasi yang positif. Di
penelitian lainya hasil empiris bisa menunjukkan hasil sebaliknya (berhubungan
negatif). Pada penelitian terdahulu menyatakan bahwa IHSG berpengaruh
signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah berimbang
(Rahmah:2011). Di penelitian lainnya menyatakan bahwa IHSG berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham
(Ali:2012). Dan pada penelitian Pasaribu dan Kowanda (2014) bahwa Indeks
Harga Saham Gabungan memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat
pengembalian reksa dana saham.

32
Universitas Sumatera Utara

Nilai Tukar
Rupiah

Suku Bunga SBI

Inflasi

Kinerja Reksa
Dana Saham
(Metode Sharpe)

Jumlah Uang
Beredar

Indeks Harga
Saham Gabungan
(IHSG)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.4

Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang diajukan adalah:
1. Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI, Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan
Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh secara parsial terhadap

33
Universitas Sumatera Utara

Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia dengan menggunakan metode
sharpe.
2.

Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI, Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan
Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh secara simultan terhadap
Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia dengan menggunakan metode
sharpe.

34
Universitas Sumatera Utara