Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortiono (Studi pada Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

(1)

1 SKRIPSI

ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE SORTINO

(STUDI PADA REKSA DANA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

TAHUN 2012-2014)

OLEH :

YESIKA KARINA GINTING 110502121

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

i PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortiono (Studi pada Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Program Studi Strata 1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Mei 2015

Yang Membuat Pernyataan,

Yesika Karina Ginting NIM : 110502121


(3)

ii ABSTRAK

ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE SORTINO (STUDI PADA REKSA DANA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2012-2014)

Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi Pasar Modal Indonesia yang saat ini sedang berkembang pesat. Jumlah maupun jenis reksa dana yang terbit di Indonesia cenderung meningkat secara terus menerus. Reksa dana saham merupakan jenis reksa dana yang paling diminati investor pada umumnya karena memiliki kinerja yang menjanjikan. Berinvestasi pada reksa dana saham memiliki tantangan tersendiri karena reksa dana saham merupakan investasi dengan karakteristik high risk-high return. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja antara reksa dana saham dan kinerja pasar yang dicerminkan melalui Indeks Harga Saham Gabungan dengan menggunakan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino selama periode 2012-2014 dalam rangka pemilihan reksa dana saham yang tepat untuk dijadikan sebagai wahana berinvestasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari reksa dana saham periode Januari 2012 – Desember 2014, data tentang perkembangan benchmark (Indeks Harga Saham Gabungan), dan data tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang kemudian diolah menggunakan analisis deskriptif dan uji beda dengan menggunakan teknik statistic parametric t-test untuk dua sampel berpasangan (paired sample t-test). Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis 1 dengan nilai sig. (2-tailed) (0,122) > α (0,05), yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham terhadap rata-rata kinerja IHSG dengan menggunakan Metode Sharpe periode Tahun 2012-2014. Berdasarkan pengujian hipotesis 2 dengan nilai sig. (2-tailed) (0,480) > α (0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham terhadap rata-rata kinerja IHSG dengan menggunakan Metode Treynor periode Tahun 2012-2014. Berdasarkan hipotesis 3, pengujian pada Sortino reksa dana saham terhadap Sortino IHSG, dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05), nilai sig. (2 tailed) (0.010) < α(0.05) yang berarti terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham terhadap rata-rata kinerja IHSG dengan menggunakan Metode Sortino periode Tahun 2012-2014.

Kata Kunci : Reksa Dana Saham, IHSG, Metode Sharpe, Metode Treynor, Metode Sortino.


(4)

iii ABSTRACT

ANALYSIS OF MUTUAL FUND’S PERFORMANCE USING SHARPE METHODS, TREYNOR METHODS AND SORTINO METHODS (STUDY OF

STOCK MUTUAL FUND IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE PERIOD 2012-2014)

Mutual fund is one of the Indonesian capital market’s instrument which is growing rapidly. The number and types of mutual funds published in Indonesia tends to increase continuously. Equity fund is a type of mutual fund that is most attractive to investors because it has a promising performance. Investing in mutual funds has its own challenges because of mutual fund shares is an investment with the characteristics of high risk-high return. This study aimed to analyze the differences performance between equity funds and market performance as reflected through the Composite Stock Price Index by using Sharpe Methods, Treynor Methods and Sortino Methods during the period 2012-2014, to obtain the best equity fund to invest. The data used in this research is secondary data, that are Net Asset Value (NAV) of the mutual fund period January 2012 - December 2014, data on the development of benchmarks (Composite Stock Price Index), and the data rate of Indonesia Bank Certificate (SBI ) which is processed using descriptive analysis and different test using statistical techniques parametric test for two paired samples (paired sample t-test). The results based on hypothesis testing 1 with sig. (2-tailed) (0.122)> α (0,05), that meant the average performance of stock mutual fund and composite stock price index was not different used Sharpe Methods during period 2012-2014. Based on hypothesis testing 2 with sig. (2-tailed) (0.480)> α (0,05), that meant the average performance of stock mutual fund and composite stock price index was not different used Treynor Methods during period 2012-2014. Based on the hypothesis 3, with 95% confidence level (α = 0.05), sig. (2 tailed) (0.010) <α (0.05), that meant the average performance of stock mutual fund and composite stock price index was significantly different used Sortino Methods during period 2012-2014.

Keywords: Stock Mutual Fund, Composite Stock Price Index, Sharpe Methods, Treynor Methods, Sortino Methods.


(5)

iv KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karuniaNya yang senantiasa selalu menyertai penulis sehingga penulisan skripsi dengan judul Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortiono (Studi pada Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014) dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk meyelesaikan pendidikan Program Studi S-1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta Dolat Ginting dan Alm. Nursani br. Barus yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis, terima kasih untuk kasih sayang, doa, perhatian, dukungan dan bimbingan yang luar biasa dan yang tidak berkesudahan.

Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(6)

v 2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Ketua Departemen Manajemen dan Ibu Dra. Marhayanie, SE, M.si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan berupa saran, kritik dan evaluasi yang bersifat membangun dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MBA, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai

penulis yang telah meluangkan waktu untuk memberikan kritik, saran, dan arahan yang sangat berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang menjadi bekal bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Abang dan kakak penulis (Peribadi Karo-karo, Rimenda br.Ginting, Alm. Eka Suranta Ginting, dan Daniel Rudi Yansen Ginting), terima kasih untuk segenap kasih, doa, bimbingan, dan dukungannya yang tiada batas dan sangat berharga bagi penulis.


(7)

vi 9. Yang selalu menghibur dan memberikan semangat bagi penulis, keponakan yang dikasihi (Peri Samuel, Pebina, Angel dan Grace), sahabat terbaik penulis (Relita Yolanda, Kak Dhani Pandiangan dan Sari Pandiangan), teman-teman di Manajemen Grup B stambuk 2011, dan yang lainnya yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis sebagai manusia, oleh karena itu penulis menerima masukan dan saran dari semua pihak yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Mei 2015 Penulis,


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK……. ... ii

ABSTRACT….. ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI…. ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1 Landasan Teori ... 16

2.1.1 Investasi ... 16

2.1.1.1 Pengertian Investasi ... 16

2.1.1.2 Tujuan Investasi ... 16

2.1.1.3 Dasar Keputusan Investasi ... 17

2.1.1.4 Proses Keputusan Investasi ... 19

2.1.2 Pasar Modal ... 19

2.1.2.1 Pengertian Pasar Modal ... 19

2.1.3 Reksa Dana ... 20

2.1.3.1 Pengertian Reksa Dana ... 20

2.1.3.2 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksa Dana dan Peranannya ... 23

2.1.3.3 Klasifikasi Reksa Dana ... 24

2.1.3.3.1 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Portofolionya ... 25

2.1.3.3.2 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Bentuknya 25 2.1.3.3.3 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Kewajiban nya ... 25

2.1.3.3.4 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Strategi Investasinya ... 26

2.1.3.4 Kelebihan Reksa Dana ... 27

2.1.3.5 Return dan Risiko Reksa Dana ... 29

2.1.3.5.1 Return Reksa Dana ... 29

2.1.3.5.2 Risiko Reksa Dana ... 29

2.1.3.5.3 Hubungan Antara Return dan Risiko Reksa Dana ... 30


(9)

viii

2.1.3.6.1 Pengertian Kinerja Reksa Dana ... 31

2.1.3.6.2 Penilaian Kinerja Reksa Dana ... 33

2.1.4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 37

2.1.4.1 Pengertian IHSG ... 37

2.1.4.2 Return IHSG ... 38

2.2 Penelitian Terdahulu ... 39

2.4 Kerangka Konseptual ... 40

2.5 Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Jenis Penelitian ... 42

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

3.3. Batasan Operasional ... 42

3.4. Defenisi Operasional ... 43

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

3.6. Jenis dan Sumber Data ... 48

3.7. Metode Analisis Data ... 49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Analisis Deskriptif ... 58

4.1.1 Karakteristik Penelitian ... 58

4.1.2 Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe ... 61

4.1.2.1 Perbandingan Indeks Sharpe Reksa Dana Saham dan Indeks Sharpe IHSG Tahun 2012 ... 62

4.1.2.2 Perbandingan Indeks Sharpe Reksa Dana Saham dan Indeks Sharpe IHSG Tahun 2013 ... 64

4.1.2.3 Perbandingan Indeks Sharpe Reksa Dana Saham dan Indeks Sharpe IHSG Tahun 2014 ... 66

4.1.2.4 Perbandingan Rata-rata Indeks Sharpe Reksa Dana Saham dan Rata-rata Indeks Sharpe IHSG Tahun 2012-2014 ... 68

4.1.3 Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Treynor ... 71

4.1.3.1 Perbandingan Indeks Treynor Reksa Dana Saham dan Indeks Treynor IHSG Tahun 2012 ... 72

4.1.3.2 Perbandingan Indeks Treynor Reksa Dana Saham dan Indeks Treynor IHSG Tahun 2013 ... 74

4.1.3.3 Perbandingan Indeks Treynor Reksa Dana Saham dan Indeks Treynor IHSG Tahun 2014 ... 76

4.1.3.4 Perbandingan Rata-rata Indeks Treynor Reksa Dana Saham dan Rata-rata Indeks Treynor IHSG Tahun 2012-2014 ... 78

. 4.1.4 Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sortino ... 80 4.1.4.1 Perbandingan Indeks Sortino Reksa Dana Saham


(10)

ix

Dan Indeks Sortino IHSG Tahun 2012 ... 81

4.1.4.2 Perbandingan Indeks Sortino Reksa Dana Saham Dan Indeks Sortino IHSG Tahun 2013... 83

4.1.4.3 Perbandingan Indeks Sortino Reksa Dana Saham Dan Indeks Sortino IHSG Tahun 2014... 84

4.1.4.4 Perbandingan Rata-rata Indeks Sortino Reksa Dana Saham dan Rata-Rata Indeks Sortino IHSG Tahun 2012-2014 ... 85

4.1.5 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino ... 89

4.2 Pengujian Hipotesis ... 94

4.3 Pembahasan ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(11)

x DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia ... 3

1.2 Kinerja Setiap Jenis Reksa Dana... 5

1.3 Perbandingan Return Reksa Dana Saham Terhadap IHSG.... 7

2.1 Daftar Penelitian Terdahulu ... 39

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 45

3.2 Sampel Reksa Dana Saham ... 47

4.1 Average Return Reksa Dana Saham Tahun 2012-2014 ... 58

4.2 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sharpe Tahun 2012 ... 62

4.3 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sharpe Tahun 2013 ... 64

4.4 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sharpe Tahun 2014 ... 66

4.5 Peringkat Rata-Rata Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sharpe Tahun 2012-2014 ... 69

4.6 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Treynor Tahun 2012... 72

4.7 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Treynor Tahun 2013... 74

4.8 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Treynor Tahun 2014... 76

4.9 Peringkat Rata-Rata Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Treynor Tahun 2012-2014 ... 79

4.10 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sortino Tahun 2012 ... 81

4.11 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sortino Tahun 2013 ... 83

4.12 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sortino Tahun 2014 ... 84

4.13 Peringkat Rata-Rata Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sortino Tahun 2012-2014 ... 86

4.14 Peringkat Reksa Dana Saham dan IHSG Berdasarkan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino Tahun 2012-2014 ... 89

4.15 Rata-Rata Indeks Sharpe, Indeks Treynor serta Indeks Sortino Reksa Dana Saham dan IHSG pertahun (Tahun 2012-2014) ... 94

4.16 Paired Sample Test Indeks Sharpe ... 95

4.17 Paired Sampe Test Indeks Treynor ... 96


(12)

xi DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Hubungan Return dan Risiko Reksa Dana ... 30 2.2 Kerangka Konseptual ... 41


(13)

xii DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran I Daftar Reksa Dana yang Menjadi Populasi Penelitian . 109

Lampiran II Daftar Reksa Dana yang Menjadi Sampel Penelitian ... 113

Lampiran III NAB Reksa Dana Saham 2012-2014 ... 115

Lampiran IV Data IHSG Tahun 2012-2014 ... 125

Lampiran V Data SBI Tahun 2012-2014 ... 126


(14)

ii ABSTRAK

ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE SORTINO (STUDI PADA REKSA DANA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2012-2014)

Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi Pasar Modal Indonesia yang saat ini sedang berkembang pesat. Jumlah maupun jenis reksa dana yang terbit di Indonesia cenderung meningkat secara terus menerus. Reksa dana saham merupakan jenis reksa dana yang paling diminati investor pada umumnya karena memiliki kinerja yang menjanjikan. Berinvestasi pada reksa dana saham memiliki tantangan tersendiri karena reksa dana saham merupakan investasi dengan karakteristik high risk-high return. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja antara reksa dana saham dan kinerja pasar yang dicerminkan melalui Indeks Harga Saham Gabungan dengan menggunakan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino selama periode 2012-2014 dalam rangka pemilihan reksa dana saham yang tepat untuk dijadikan sebagai wahana berinvestasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari reksa dana saham periode Januari 2012 – Desember 2014, data tentang perkembangan benchmark (Indeks Harga Saham Gabungan), dan data tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang kemudian diolah menggunakan analisis deskriptif dan uji beda dengan menggunakan teknik statistic parametric t-test untuk dua sampel berpasangan (paired sample t-test). Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis 1 dengan nilai sig. (2-tailed) (0,122) > α (0,05), yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham terhadap rata-rata kinerja IHSG dengan menggunakan Metode Sharpe periode Tahun 2012-2014. Berdasarkan pengujian hipotesis 2 dengan nilai sig. (2-tailed) (0,480) > α (0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham terhadap rata-rata kinerja IHSG dengan menggunakan Metode Treynor periode Tahun 2012-2014. Berdasarkan hipotesis 3, pengujian pada Sortino reksa dana saham terhadap Sortino IHSG, dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05), nilai sig. (2 tailed) (0.010) < α(0.05) yang berarti terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham terhadap rata-rata kinerja IHSG dengan menggunakan Metode Sortino periode Tahun 2012-2014.

Kata Kunci : Reksa Dana Saham, IHSG, Metode Sharpe, Metode Treynor, Metode Sortino.


(15)

iii ABSTRACT

ANALYSIS OF MUTUAL FUND’S PERFORMANCE USING SHARPE METHODS, TREYNOR METHODS AND SORTINO METHODS (STUDY OF

STOCK MUTUAL FUND IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE PERIOD 2012-2014)

Mutual fund is one of the Indonesian capital market’s instrument which is growing rapidly. The number and types of mutual funds published in Indonesia tends to increase continuously. Equity fund is a type of mutual fund that is most attractive to investors because it has a promising performance. Investing in mutual funds has its own challenges because of mutual fund shares is an investment with the characteristics of high risk-high return. This study aimed to analyze the differences performance between equity funds and market performance as reflected through the Composite Stock Price Index by using Sharpe Methods, Treynor Methods and Sortino Methods during the period 2012-2014, to obtain the best equity fund to invest. The data used in this research is secondary data, that are Net Asset Value (NAV) of the mutual fund period January 2012 - December 2014, data on the development of benchmarks (Composite Stock Price Index), and the data rate of Indonesia Bank Certificate (SBI ) which is processed using descriptive analysis and different test using statistical techniques parametric test for two paired samples (paired sample t-test). The results based on hypothesis testing 1 with sig. (2-tailed) (0.122)> α (0,05), that meant the average performance of stock mutual fund and composite stock price index was not different used Sharpe Methods during period 2012-2014. Based on hypothesis testing 2 with sig. (2-tailed) (0.480)> α (0,05), that meant the average performance of stock mutual fund and composite stock price index was not different used Treynor Methods during period 2012-2014. Based on the hypothesis 3, with 95% confidence level (α = 0.05), sig. (2 tailed) (0.010) <α (0.05), that meant the average performance of stock mutual fund and composite stock price index was significantly different used Sortino Methods during period 2012-2014.

Keywords: Stock Mutual Fund, Composite Stock Price Index, Sharpe Methods, Treynor Methods, Sortino Methods.


(16)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal merupakan salah satu pilar ekonomi Indonesia yang dapat menjadi penggerak ekonomi nasional melalui peranannya sebagai wahana sumber pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif investasi bagi para pemodal. Pasar modal pada dasarnya bertujuan untuk menjembatani aliran dana dari pihak yang memiliki dana (investor), dengan pihak perusahaan yang memerlukan dana (untuk ekspansi usaha ataupun untuk memperbaiki struktur modal perusahaan) (Tandelilin, 2001). Untuk mewujudkan peranannya tersebut Pasar Modal Indonesia menciptakan dan mengembangkan berbagai produk, salah satunya adalah reksa dana.

Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, reksa dana didefenisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Dari defenisi tersebut tersirat bahwa reksa dana merupakan suatu sarana bagi pemodal baik perorangan maupun institusi yang ingin melakukan investasi di pasar modal namun mempunyai berbagai keterbatasan seperti waktu serta pengetahuan dalam bidang pasar modal.

Manajer investasi selaku pengelola reksa dana akan menginvestasikan dana yang berhasil dihimpun ke dalam portofolio efek baik efek pasar modal maupun efek


(17)

2 pasar uang, dimana komposisi portofolio efek antara keduanya disesuaikan dengan kebijakan investasi reksa dana sebagaimana peraturan yang berlaku.

Produk reksa dana di Indonesia dimulai pada tepatnya tanggal 7 September 1995 yaitu ketika Bapepam memberikan pernyataan efektif atas reksa dana perseroan bersifat tertutup PT. BDNI Reksa Dana yang dikelola oleh Manajer Investasi PT. BDNI Securities. Selanjutnya perkembangan reksa dana mengalami kemajuan ketika pemerintah memberlakukan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal dan peraturan pelaksanaannya.

Dalam undang-undang tersebut dimuat ketentuan peraturan yang berkaitan dengan reksa dana yaitu bentuk-bentuk reksa dana yang diterbitkan di Indonesia. Bentuk reksa dana tersebut ialah perseroan dan Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Sejak ditetapkannya ketentuan wahana investasi tersebut dalam UUPM, perkembangan reksa dana meningkat secara pesat, namun peningkatan tersebut hanya terjadi pada reksa dana yang berbentuk KIK.

Sebagaimana telah dinyatakan diatas bahwa reksa dana di Indonesia terutama yang berbentuk KIK terus mengalami perkembangan. Reksa dana tersebut meliputi jenis reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, reksa dana terproteksi, reksa dana indeks, dan reksa dana syariah. Di samping perkembangan dalam jumlah terjadi juga kenaikan total dana yang berhasil di himpun dari masyarakat atau biasa disebut total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana. Berikut statistik perkembangan reksa dana di Indonesia yang dimulai dari tahun1996 hingga awal tahun 2015 (januari) ini:


(18)

3 Tabel 1.1

Perkembangan Reksa Dana di Indonesia

Sumber: www.bapepam.go.id (Data diolah)

Tabel 1.1 diatas memperlihatkan perkembangan reksa dana yang dimulai dari Tahun 1996 dimana pada tahun tersebut telah terbentuk 25 reksa dana dengan total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp 2,78 triliun, kemudian meningkat mencapai angka Rp 8 triliun pada Juni 1997. Namun, krisis keuangan yang terjadi pada Tahun 1997 turut bereaksi negatif untuk reksa dana. Banyak masyarakat yang menarik dananya dan hal tersebut menyebabkan total NAB reksa dana turun menjadi Rp 4,9 triliun di akhir tahun 1997. Pertumbuhan reksa dana mulai normal kembali pada tahun 2001 dengan total NAB sebesar Rp 8 triliun dan jumlah reksa dana mencapai

Periode Jumlah Reksa Dana

NAB (Rp miliar)

1996 25 2,782.32

1997 77 4,916.60

1998 81 2,992.17

1999 81 4,974.10

2000 94 5,515.95

2001 108 8,003.76

2002 131 46,613.83

2003 186 69,477.71

2004 246 104,037.82

2005 328 29,405.73

2006 403 51,620.07

2007 473 92,190.63

2008 567 74,065.81

2009 612 112,983.34

2010 616 1 44,693.90

2011 671 1 67,231.55

2012 754 1 87,591.77

2013 794 1 92,544.53

2014 894 2 41,571.09


(19)

4 108 reksa dana. Terlihat bahwa pada tahun berikutnya NAB reksa dana mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu menunjukkan angka Rp 49,6 triliun dan terus meningkat hingga penghujung Tahun 2004 total NAB reksa dana mencapai Rp 104 triliun dengan 246 reksa dana yang telah terbentuk. Pada Tahun 2005, reksa dana mulai mengalami krisis kembali.

Pemerintah menaikkan tingkat suku bunga sehingga total NAB reksa dana merosot hingga ke angka Rp 29 triliun, terlihat sangat drastis bila dibandingkan dengan total NAB pada akhir Tahun 2004. Diketahui penurunan NAB tersebut juga dikarenakan agen penjual yang salah dalam memasarkan reksa dana, dan pemahaman investor yang kurang benar mengenai produk reksa dana. Namun, selama Tahun 2006, industri reksa dana mulai menunjukkan tanda-tanda ke arah kebangkitan setelah sempat mengalami keterpurukan akibat adanya penarikan dan penyertaan dalam jumlah besar (massive redemption) yang terjadi pada Tahun 2005 dan akhirnya seiring dengan penurunan tingkat suku bunga, pada akhir Tahun 2007 NAB reksa dana meningkat menunjukkan angka Rp 92 triliun dengan jumlah reksa dana yang terbentuk mencapai 473 reksa dana.

Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa kepercayaan investor terhadap industri reksa dana sudah mulai pulih. Tahun berikutnya total NAB reksa dana melemah kembali ke angka Rp 74 triliun, namun jumlah reksa dana tetap mengalami peningkatan menjadi 567 reksa dana. Berikutnya NAB terus mengalami perkembangan yang cukup baik hingga awal Tahun 2015 ini total NAB reksa dana


(20)

5 telah mencapai Rp 241,66 triliun dan jumlah reksa dana yang terbentuk adalah 894 reksa dana.

Jumlah maupun jenis reksa dana yang terbit di Indonesia cenderung meningkat secara terus menerus. Hal tersebut akan membuat pemodal mempunyai lebih banyak alternatif pilihan dalam berinvestasi di reksa dana. Namun demikian peningkatan jumlah dan jenis reksa dana tersebut pada sisi lain dapat pula menimbulkan kebingungan ataupun kesulitan bagi para calon pemodal dalam memilih reksa dana karena keterbatasan informasi maupun pengetahuan yang dimilikinya.

Sebelum berinvestasi di reksa dana, ada baiknya investor terlebih dahulu mengetahui serta memahami dengan baik jenis reksa dana apa yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan investasinya. Setiap jenis reksa dana memiliki kinerja yang berbeda-beda yang bisa dilihat dari nilai aktiva bersih dari setiap jenis reksa dana tersebut. Kinerja untuk setiap jenis reksa dana per tanggal 16 Januari 2015 yang tercatat di website resmi Otoritas Jasa Keuangan dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2

Kinerja Setiap Jenis Reksa Dana Jenis

Reksa Dana

Jumlah Reksa Dana

NAB (Rp Triliun)

Saham 143 102.57

Pasar Uang 67 24.82

Mixed 112 20.03

Fixed Income 147 36.37

Terproteksi 339 43.61


(21)

6

ETF-Saham 4 0.47

ETF-Fixed Income 1 2.07

ETF-Indeks 3 0.64

Syariah-Saham 22 6.25

Syariah-Pasar Uang 6 0.76

Syariah-Mixed 18 1.66

Syariah-Fixed Income 8 0.37

Syariah-Terproteksi 17 1.46

Syariah-Indeks 1 0.14

Total 894 241,6

Sumber:

Menurut data statistik Otoritas Jasa Keuangan awal Tahun 2015 ini, komposisi reksa dana yang paling besar diduduki oleh reksa dana saham yang total asetnya mencapai Rp 102.57 triliun atau 42.45% dari total NAB secara keseluruhan. Hal tersebut membuktikan bahwa reksa dana saham merupakan jenis reksa dana yang paling diminati investor pada umumnya karena memiliki kinerja yang menjanjikan.

Pengukuran kinerja reksa dana saham memerlukan tolak ukur (benchmark). Tolak ukur kinerja reksa dana adalah kinerja pasar saham yang disebut dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tingginya tingkat pengembalian yang bahkan mampu mengalahkan IHSG membuat reksa dana saham menjadi sangat menarik untuk dijadikan sebagai pilihan investasi.

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan perbandingan antara return reksa dana saham dengan IHSG dalam periode waktu 10 tahun terhitung mundur mulai Tahun 2013. Ke 13 reksa dana saham ini merupakan reksa dana saham yang aktif dan menyediakan data yang dibutuhkan hingga 10 tahun terakhir. Melalui tabel ini

Lanjutan Tabel 1.2 Ki j S i J i R k D


(22)

7 diperoleh informasi yang membuktikan bahwa reksa dana saham mampu menghasilkan return diatas IHSG.

Tabel 1.3

Perbandingan Return Reksa Dana Saham terhadap IHSG

Sumber: rudiyanto.blog.kontan.co.id

Dalam IDX Newsletter edisi Februari 2015 dikabarkan bahwa kinerja reksa dana saham dalam negeri sepanjang tahun lalu menghasilkan return atau kenaikan harga per unit sebesar 27,86% melampaui kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 22,29%. Ini merupakan kabar baik yang tentunya akan membuat semakin banyak investor yang melirik reksa dana saham dan tertarik untuk berinvestasi di dalamnya.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pengembalian reksa dana saham yang tinggi ini berimbang dengan tingginya risiko yang akan ditanggung.


(23)

8 Berinvestasi pada reksa dana saham memiliki tantangan tersendiri karena reksa dana saham merupakan investasi dengan karakteristik high risk-high return.

Melihat perkembangannya yang tidak stabil maka penting bagi investor secara berkala menilai kinerja reksa dana saham untuk menjaga nilai kekayaan investor. Memilih reksa dana saham yang akan memberikan pengembalian seperti yang diharapkan membutuhkan cara pandang dan analisa yang tepat. Di samping memperhatikan return, investor juga perlu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasinya. Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut ( Tandelilin, 2001 ).

Tidak tepatnya investor dalam memilih suatu reksa dana akan menimbulkan sejumlah konsekuensi seperti tidak sesuainya investasi dengan tujuannya, atau malah yang lebih buruk lagi pemodal dapat menanggung sejumlah risiko yang tidak dikehendakinya, seperti misalnya tidak profesionalnya para pengelola reksa dana sehingga dapat berakibat pada turunnya kekayaan investor.

Pengukuran kinerja reksa dana merupakan salah satu upaya positif untuk memajukan industri reksa dana, selain sebagai panduan calon investor dalam memilih reksa dana yang tepat, pengukuran kinerja reksa dana akan memungkinkan investor untuk mengidentifikasi apakah kinerja reksa dana saham yang akan mereka pilih mampu menyaingi kinerja pasar (IHSG), mampu memberikan tingkat return yang relatif lebih tinggi dibanding dengan return reksa dana saham lainnya dan apakah


(24)

9 return tersebut juga sesuai dengan tingkat risiko yang ditanggung. Dengan demikian, dalam melakukan pengukuran kinerja reksa dana kita tidak hanya perlu memperhatikan tingkat returnnya saja, tetapi juga tingkat risikonya. Pengukuran kinerja dengan melibatkan faktor risiko memberikan informasi yang lebih mendalam bagi investor tentang sejauh mana suatu return yang diberikan oleh manajer investasi dikaitkan dengan risiko yang diambil untuk mencapai kinerja tersebut.

Dalam buku dan literatur investasi, reksa dana adalah sekumpulan dari portofolio. Oleh karena itu, pengukuran kinerja reksa dana dikenal juga dengan istilah Evaluation of Portfolio Performance. Metode evaluasi kinerja portofolio secara khusus hanya mengukur risk and return dari portofolio investasi (reksa dana) yang bersangkutan. Beberapa metode yang sering digunakan dalam evaluasi kinerja reksa dana antara lain yaitu Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Jensen. Metode tersebut merupakan metode yang telah diterima dan berlaku sebagai standar dalam pengukuran kinerja reksa dana. Pengukuran dengan Metode Sharpe adalah didasarkan atas risk-premium (selisih antara rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh reksa dana dengan rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh investasi bebas resiko) dibandingkan terhadap standard deviasi (risiko total). Pengukuran ini akan menghasilkan besaran Indeks Sharpe dari masing-masing reksa dana saham. Metode Treynor didasarkan atas risk- premium dibandingkan terhadap risiko pasar (Beta). Pengukuran ini akan menghasilkan besaran Indeks Treynordari masing-masing reksa dana saham.


(25)

10 konsep Security Market Line (SML). SML adalah garis pasar sekuritas yang merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan investasi bebas risiko. Indeks Jensen adalah besar penyimpangan/perbedaan antar tingkat pengembalian suatu reksa dana saham dengan tingkat pengembalian pada SML (Pratomo dan Nugraha, 2009). Penggunaan Metode Jensen dapat menimbulkan masalah yaitu kemungkinan adanya perbedaan SML yang sebenarnya (teoritis) dengan SML empirik. Penelitian empirik terhadap SML umumnya menemukan fenomena adanya bias apabila dibandingkan dengan garis teoritisnya. Bias tersebut adalah terlalu tingginya intersep apabila dibandingkan dengan garis teoritisnya. Karena adanya bias tersebut, peneliti tidak menggunakan Metode Jensen dalam penilaian kinerja reksa dana saham (Usman dan Ratnasari, 2004).

Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk menggunakan Metode Sortino selain Metode Sharpe dan Metode Treynor. Dalam metode ini diperkenalkan suatu rasio baru, rasio tersebut menghitung suatu excess return portofolio dari Minimum Acceptable Return (MAR) untuk setiap downside deviation. Ratio ini kemudian dikenal dengan nama Sortino Ratio. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia digunakan sebagai tingkat bunga bebas risiko. Besarnya Minimal Acceptable Return (MAR) adalah tingkat suku bunga minimum yang diharapkan sebagai return oleh setiap investor dari investasi yang dilakukannya. Namun, karena penelitian ini dilakukan terhadap reksa dana saham secara umum, bukan untuk suatu investor tertentu, maka tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia digunakan sebagai MAR. Return yang berada di bawah MAR akan dianggap sebagai return yang tidak


(26)

11 menguntungkan atau risiko dan return yang lebih besar dari MAR akan dikatakan sebagai return yang menguntungkan. Metode ini hampir serupa dengan pengukuran yang dilakukan oleh Metode Sharpe dengan dua perbedaan utama yaitu imbal hasil aset bebas risiko diganti dengan imbal hasil minimum yang diharapkan, dan standar deviasi yang digunakan hanya standar deviasi dari imbal hasil portofolio yang berada di bawah imbal hasil minimum yang ditetapkan, dimana dalam penelitian ini imbal hasil minimum yang ditetapkan berasal dari nilai Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia.

Yang menjadi alasan mengapa peneliti memilih Metode Sortino sebagai salah satu metode yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja dari reksa dana saham yaitu karena Metode Sortino merupakan metode yang tepat serta dipercaya lebih akurat dalam mengevaluasi kinerja reksa dana saham pada kondisi pasar yang bergejolak. Dalam kondisi return reksa dana negatif, hasil evaluasi kinerja dengan Metode Sharpe dan Treynor bisa saja menyesatkan. Penilaian yang dimaksud bisa memberikan hasil menyesatkan itu lebih berkaitan penilaian terhadap optimalitas risk and return. Umumnya pengukuran di atas menggunakan cara membagi return dengan risiko. Return yang digunakan pada Sharpe Ratio dan Treynor menggunakan excess return, yaitu selisih antara return reksa dana dengan risk free ( Return RD – RF). Pada sisi risiko, Sharpe Ratio menggunakan Standar Deviasi sebagai risiko sementara Treynor Ratio menggunakan Beta (sensitivitas reksa dana terhadap pergerakan pasar). Jika evaluasi kinerja dilakukan pada saat pasar negatif, peringkat yang dihasilkan (dengan cara mengurutkan reksa dana dari nilai Sharpe/Treynor paling tinggi ke yang


(27)

12 paling rendah) bisa memberikan rekomendasi yang menyesatkan karena yang dipilih malahan reksa dana yang risikonya lebih besar. Namun, kelemahan daripada metode ini dapat diatasi dengan melakukan penyesuaian dengan menggunakan Metode Sortino. Untuk itulah penulis memilih menggunakan Metode Sortino dalam penelitian ini dengan harapan hasil penelitian tetap akurat meski kondisi pasar bergejolak.

Dari evaluasi kinerja portofolio berupa reksa dana saham yang dilakukan, maka akan didapatkan hasil perhitungan kinerja yang nantinya akan sangat berguna bagi investor dalam keputusannya memilih reksa dana saham yang tepat. Semakin tinggi nilai kinerja reksa dana saham tersebut, biasanya dianggap semakin baik. Terlebih apabila hasil kinerja yang dihitung ternyata lebih besar jika dibandingkan dengan kinerja pasar (benchmark), tentunya reksa dana saham tersebut akan semakin menarik perhatian investor untuk menanamkan investasinya pada reksa dana saham tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti memilih judul penelitian, yaitu: “Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino (Studi pada Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)”


(28)

13 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksa dana saham dan IHSG dengan menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2014? 2. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksa dana saham dan IHSG dengan menggunakan Metode Treynordi Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2014? 3. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksa dana saham dan IHSG dengan menggunakan Metode Sortino di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kinerja antara reksa dana saham dan IHSG di Indonesia dengan menggunakan Metode Sharpe, Metode Treynordan Metode Sortinodalam rangka pemilihan reksa dana saham yang tepat untuk dijadikan sebagai wahana berinvestasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: A. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang manajemen, khususnya manajemen keuangan tentang analisis pengukuran kinerja reksa dana saham dengan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino.


(29)

14 B. Praktis

1) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti serta dapat mengimplementasikan ilmu dan teori yang peneliti dapat selama di perkuliahan.

2) Bagi investor

Penelitian ini dapat memberikan masukan dan gambaran bagi para investor baik perorangan maupun institusi yang ingin melakukan investasi di pasar modal namun mempunyai berbagai keterbatasan waktu serta pengetahuan dalam bidang pasar modal. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk memilih atau menentukan mana reksa dana saham yang kinerjanya paling baik yang akan dijadikan sebagai pilihan investasi. Selain itu informasi hasil penilaian kinerja portofolio dapat digunakan untuk mengubah batasan yang diberikan kepada manajer investasi, tujuan investasi atau jumlah uang yang dialokasikan kepada manajer investasi tersebut.

3) Bagi Manajer Investasi

Bagi manajer investasi, hasil penelitian yang menunjukkan penilaian kinerja portofolio dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kinerjanya. Dengan evaluasi kinerja ini, seorang manajer investasi dapat mengidentifikasi sumber keunggulan dan kekurangan. Ini berarti hasil penilaian dapat digunakan sebagai umpan balik dan mekanisme kontrol yang membuat proses manajemen investasi lebih efektif. Dengan demikian, manajer investasi dapat


(30)

15 mempertahankan atau bahkan meningkatkan keunggulannya, dan di sisi lain dapat menekan dan memperbaiki kekurangannya.

4) Bagi Akademisi

Bagi akademisi, penelitian ini dilakukan untuk menambah wawasan dalam berpikir dan dalam meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber bacaan, landasan berpijak dan referensi bagi para peneliti yang tertarik untuk meneliti dengan kajian yang sama untuk waktu yang akan datang.


(31)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi

2.1.1.1 Pengertian Investasi

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. (Tandelilin, 2001)

2.1.1.2 Tujuan Investasi

Menurut Tandelilin (2001), secara khusus ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.


(32)

17 Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak.

Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.1.1.3 Dasar Keputusan Investasi

Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko serta hubungan antara return dan risiko (Tandelilin, 2001).

1. Return

Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannnya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.

Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang, sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu.


(33)

18 2. Risiko

Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return yang diharapkan. Umumnya semakin besar risiko, maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan.

Menurut Brigham dan Houston (2006:238) ada dua jenis risiko investasi yaitu 1. Risiko yang dapat didiversifikasikan

Merupakan bagian dari suatu risiko sebuah saham yang dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa acak yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Seperti tuntutan hukum, pemogokan, program pemasaran yang berhasil dan gagal, memenangkan atau kalah dalam kontrak besar, dan peristiwa-peristiwa lain yang khusus bagi suatu perusahaan tertentu. Karena bersifat acak, pengaruh berbagai peristiwa ini pada suatu portofolio dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Peristiwa menguntungkan yang terjadi pada satu perusahaan dapat dihilangkan oleh peristiwa menguntungkan diperusahaan lain.

2. Risiko pasar

Merupakan bagian dari risiko sebuah sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko ini tumbuh dari faktor-faktor yang secara sistematis akan mempengaruhi sebagian besar perusahaan : perang, inflasi, resesi dan tingkat suku bunga yang tinggi. Karena kebanyakan saham akan dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor ini, risiko pasar tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.


(34)

19 2.1.1.4 Proses Keputusan Investasi

Menurut Tandelilin (2001), proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan (on going process). Proses keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik. Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu:

1. Penentuan tujuan investasi. 2. Penentuan kebijakan investasi. 3. Pemilihan strategi portofolio. 4. Pemilihan aset.

5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio. 2.1.2 Pasar Modal

2.1.2.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang pada umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek.

Pasar modal dapat juga berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan


(35)

20 pihak yang mempunyai kelebihan dana. Di samping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal antara lain adalah saham, obligasi, reksa dana dan instrumen derivatif. Masing-masing sekuritas tersebut memberikan return dan risiko yang berbeda-beda

2.1.3 Reksa Dana

2.1.3.1 Pengertian Reksa Dana

Reksa dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksa dana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang. Perusahaan reksa dana akan menghimpun dana dari investor untuk kemudian diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibentuk oleh manajer investasi (Tandelilin, 2001)

Menurut Undang-Undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1, Ayat (27) reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

Mengacu pada defenisi di atas, dalam reksa dana terdapat unsur berikut: 1. Wadah untuk menampung dana

2. Masyarakat pemodal (investor) 3. Portofolio efek


(36)

21 4. Manajer investasi

Secara mendasar, reksa dana adalah “wadah” yang berisi uang dan instrumen efek (saham, obligasi, pasar uang). Umumnya wadah tersebut ditempatkan dan diadministrasikan pada bank kustodian.

Uang yang ada dalam instrumen reksa dana merupakan uang yang dikumpulkan dari sejumlah investor. Secara umum, reksa dana dimiliki lebih dari 50 pihak. Uang tersebut kemudian diinvestasikan pada berbagai surat berharga, seperti saham, obligasi, dan pasar uang. Pihak yang dipercayakan melakukan pengelolaan tersebut adalah manajer investasi.

Agar hak dan kewajiban antara bank kustodian, manajer investasi dan investor reksa dana jelas, manajer investasi dan bank kustodian menandatangani suatu perjanjian kerja sama yang disebut Kontrak Investasi Kolektif (KIK).

Dalam KIK telah ditentukan dengan jelas tentang bagaimana pengelolaan investasi akan dilakukan, batasan dan larangan dalam berinvestasi, besaran alokasi ke instrumen investasi, biaya-biaya yang timbul selama pengelolaan reksa dana dan menjadi tanggungan siapa biaya-biaya tersebut, hak dan kewajiban manajer investasi reksa dana, dan hal lainnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

KIK adalah kerjasama antara manjer investasi dan bank kustodian. Hasil kerja sama tersebut menghasilkan sebuah produk yang disebut reksa dana. Ketika investor menempatkan dana mereka pada suatu “wadah” agar bisa dikelola manajer investasi, pada dasarnya mereka membeli reksa dana dari manajer investasi. Ketika sudah ada


(37)

22 keuntungan, proses realisasi keuntungan dilakukan dengan cara menjual kembali reksa dana tersebut kepada manajer investasi. Satuan dalam transaksi reksa dana disebut unit penyertaan.

Sesuai peraturan, investor yang menitipkan dana dapat setiap saat menarik dananya. Apabila perintah penarikan dana dilakukan sesuai ketentuan, maksimal H+7 hari kerja manajer investasi diwajibkan membayar investor sesuai nilai reksa dana yang berlaku.

2.1.3.2 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksa Dana dan Peranannya

1. Manajer Investasi (Fund Manager) adalah perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah untuk melakukan kegiatan pengelolaan dana melalui investasi di pasar modal. Personel perorangan yang bekerja di perusahaan ini wajib lulus ujian Wakil Manajer Investasi (WMI) yang diselenggarakan pemerintah. 2. Sekuritas (Brokerage) adalah perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah

untuk melakukan jasa perantara perdagangan efek. Jika ingin melakukan transaksi jual beli efek, seperti saham dan obligasi, maka harus dilakukan melalui perusahaan sekuritas yang mendapat izin. Personel perseorangan yang bekerja di perusahaan ini wajib lulus ujian Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE) yang diselenggarakan pemerintah.

3. Penjamin Emisi Efek atau sering disebut Underwritter adalah perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah untuk melakukan kegiatan usaha emisi efek. Emisi efek adalah menjadikan suatu perusahaan yang tadinya hanya


(38)

23 dimiliki satu atau kelompok orang menjadi dimiliki oleh banyak orang atau sering disebut Go Public.

4. Bank Kustodian. Bank kustodian memiliki peranan penting dalam reksa dana karena merupakan pihak yang melakukan administrasi baik dari sisi manajer investasi maupun investor. Merupakan pihak yang melakukan pengawasan terkait kepatuhan manajer investasi dan merupakan pihak yang melakukan safekeeping atas aset reksa dana. Bank kustodian bertanggung jawab untuk menjaga agar seluruh sertifikat, dokumen dan aset lainnya berada dalam keadaan aman. Berbeda dengan manajer investasi, izin bank kustodian hanya berlaku untuk perusahaan, tidak ada izin khusus untuk perorangan bekerja dalam bank kustodian.

5. Agen Penjual (Selling Agent) adalah pihak yang memasarkan reksa dana. Biasanya agen penjual merupakan perusahaan efek (sekuritas) dan (kebanyakan) bank yang menawarkan reksa dana. Karena sifatnya sebagai agen penjual yang tidak permanen (bisa saja di masa depan tidak menjual reksa dana lagi) dan bisa bertambah (suatu reksa dana bisa dijual dilebih dari 1 agen penjual), agen penjual tidak dicantumkan dalam kontrak reksa dana. 6. Bank Pembayar (Paying Agent) adalah bank yang menyediakan fasilitas

pembayaran untuk transaksi normal, transaksi online, ataupun transaksi autodebet. Dengan kata lain, produk reksa dana tidak dipasarkan melalui bank yang dimaksud, tetapi menggunakan fasilitas yang ada di sana, yang bertujuan untuk memudahkan investor melakukan transaksi pembelian reksa dana.


(39)

24 7. Perusahaan Asuransi. Sama seperti bank pembayar, perusahaan asuransi juga tidak umum di reksa dana. Perusahaan asuransi bertujuan memberikan penjaminan apabila obligasi yang dialami reksa dana mengalami kebangkrutan. Ketentuan mengenai hal ini telah diatur dalam peraturan BAPEPAM-LK/OJK tentang reksa dana dengan penjaminan. Dengan adanya reksa dana dengan penjaminan, manajer investasi dapat mengasuransikan risiko gagal bayar tersebut dengan membeli premi dari perusahaan asurasi. Dengan adanya premi itu, apabila perusahaan gagal bayar, perusahaan asuransi akan mengganti kerugian manajer investasi senilai bunga dan pokok yang tidak berbayar. Jika sampai jatuh tempo, sementara obligasi baik-baik saja, seluruh premi akan dinikmati oleh perusahaan asuransi.

2.1.3.3 Klasifikasi Reksa Dana

2.1.3.3.1 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Portofolionya

Menurut Bapepam dalam Cahyono (2002), jenis reksa dana berdasarkan portofolionya dapat dibagi menjadi empat golongan besar reksa dana, yaitu:

1. Reksa Dana Saham (Stock Funds)

Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam efek bersifat ekuitas.

2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Bond Funds)

Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam efek bersifat utang.


(40)

25 Reksa dana yang hanya melakukan investasi pada efek bersifat utang yang jatuh tempo kurang dari satu tahun.

4. Reksa Dana Campuran (Balanced Funds)

Reksa dana yang melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek yang bersifat utang dengan komposisi yang berbeda dengan reksa dana yang disebutkan di atas.

2.1.3.3.2 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Bentuknya

Menurut Cahyono (2000), jenis reksa dana berdasarkan bentuknya dapat dibagi menjadi dua golongan besar reksa dana, yaitu:

1. Reksa Dana Perusahaan (Company Funds)

Reksa dana berbentuk suatu perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha mengelola portofolio efek. Investor yang tertarik berinvestasi pada reksa dana ini dapat membeli saham yang dikeluarkan perusahaan perusahaan tersebut.

2. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (Collective Investment Contract Funds) Reksa dana yang dibentuk berdasarkan suatu kontrak investasi kolektif antara manajer investasi dan bank kustodian. Investor yang tertarik berinvestasi pada reksa dana ini dapat membeli unit penyertaan reksa dana tersebut.

2.1.3.3.3 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Kewajibannya

Menurut Widjaja dan Ramaniya (2006), jenis reksa dana berdasarkan kewajibannya dapat dibagi menjadi dua golongan besar reksa dana, yaitu:


(41)

26 Reksa Dana yang menerbitkan saham/ unit penyertaan dan menjualnya kepada investor namun tidak memiliki kewajiban untuk membeli saham/ unit penyertaan yang telah dijualnya. Investor hanya dapat menarik investasinya dengan cara menjual/mengalihkan saham/unit penyertaan yang dimilikinya kepada investor lain yang berminat.

2. Reksa Dana Terbuka (open end funds)

Reksa Dana yang menerbitkan saham/unit penyertaan dan menjualnya kepada investor dan memiliki kewajiban untuk membeli kembali saham/unit penyertaan yang telah dijualnya.

2.1.3.3.4 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Strategi Investasinya

Menurut Cahyono (2000), jenis reksa dana berdasarkan strategi investasinya dapat dibagi menjadi empat golongan besar Reksa Dana, yaitu:

1. Aggressive Growth Funds

Strategi investasi dimana manajer investasi melakukan investasi terutama pada saham-saham perusahaan baru yang mempunyai potensi pertumbuhan yang sangat tinggi, walaupun bersifat spekulatif dan berisiko tinggi, namun jika berhasil akan memperoleh pendapatan yang bersumber pada kenaikan harga saham (capital gain) yang tinggi, walaupun dengan fluktuasi harga yang juga tinggi.

2. Growth Funds

Strategi investasi dimana manajer investasi melakukan investasi pada saham-saham perusahaan yang telah dan diperkirakan akan terus mampu mengalami


(42)

27 pertumbuhan di atas rata-rata industri dan memperoleh pendapatan pada kenaikan harga saham (capital gain) yang optimal dengan mempertimbangkan risiko yang ada.

3. Growth Income Funds

Strategi investasi dimana manajer investasi melakukan investasi pada saham-saham perusahaan yang tumbuh sedikit dibawah rata-rata dan memiliki sejarah pembayaran dividen yang baik, dan memperoleh pendapatan bersumber pada potensi kenaikan harga (capital gain) dan pembayaran dividen.

4. Value Income Funds

Strategi investasi dimana manajer investasi melakukan investasi pada saham-saham perusahaan yang memiliki sejarah pembayaran dividen yang sangat baik, dan mempunyai pendapatan yang bersumber dari penerimaan dividen.

2.1.3.4 Kelebihan Reksa Dana

Secara umum, investor ingin mendapatkan kelebihan dalam setiap kegiatan investasi yang dilakukannya. Beberapa kelebihan yang dapat diterima oleh investor apabila berinvestasi pada reksa dana adalah sebagai berikut (Simatupang: 2010 ):

1. Pengelolaan profesional.

Pengelolaan reksa dana hanya boleh dilakukan oleh manajer investasi yang telah memiliki ijin sebagai tenaga ahli di bidang investasi.

2. Diversifikasi otomatis.

Adanya peraturan yang mengharuskan bahwa portofolio reksa dana tidak boleh menginvestasikan dananya melebihi 10% dari total portofolio reksa


(43)

28 dana menunjukkan bahwa pengelolaan reksa dana terdiversifikasi secara otomatis. Hal ini sebagai salah satu syarat untuk pengamanan risiko dari kerugian yang besar akibat dari kejatuhan harga apabila portofolio investasi hanya terdiri dari satu atau dua efek saja.

3. Transparansi/Keterbukaan.

Dengan adanya kewajiban untuk menerbitkan prospektus reksa dana yang akan ditawarkan dan pengumuman NAB setiap hari di media serta menerbitkan laporan keuangan tahunan secara teratur menjadi keuntungan bagi investor karena memudahkannya dalam memantau perkembangan investasi yang dilakukannya.

4. Likuiditas Tinggi.

Pengumuman NAB setiap hari membuat investor dapat melihat fluktuasi nilai reksa dana dan menjual kembali unit penyertaannya setiap saat kepada manajer investasi.

5. Tersedia banyak alternatif pilihan jenis investasi reksa dana.

Banyaknya jenis invetasi reksa dana memungkinkan calon investor untuk memilih jenis reksa dana yang sesuai dengan preferensi terhadap risiko. 6. Mendorong meningkatkan supply dan demand di pasar modal.

Dibandingkan dengan jenis investasi lain, salah satu keunikan dari reksa dana adalah dapat berperan sebagai supply dan demand di pasar modal. Setiap penerbitan reksa dana berarti menambah supply efek di pasar modal. Di lain pihak, penerbitan dan pengelolaan reksa dana relatif dalam jumlah besar


(44)

29 diinvestasikan oleh manajer investasi yang mengelolanya di dalam portofolio efek-efek di pasar modal sehingga terjadi peningkatan demand efek.

2.1.3.5 Return dan Risiko Reksa Dana 2.1.3.5.1 Return Reksa Dana

Dalam berinvestasi setiap investor pasti mengharapkan tingkat return yang disyaratkan. Return reksa dana merupakan suatu nilai lebih yang diharapkan oleh investor yang akan diperoleh pada akhir periode tertentu. Return yang diharapkan (expected return) tentu saja dapat berbeda dengan return yang terjadi (actual return). Return reksa dana dapat berupa kenaikan NAB (Nilai Aktiva Bersih), jika NAB positif maka investor akan mendapatkan capital gain dan sebaliknya jika NAB negatif maka investor akan mendapatkan capital loss (ceteris paribus).

2.1.3.5.2 Risiko Reksa Dana

Tiap investasi pasti mengandung risiko, ada investasi yang berisiko rendah dan ada juga investasi yang berisiko tinggi. Begitu juga dengan reksa dana yang tidak luput dari risiko. Selain keuntungan yang dapat diterima oleh investor, ada beberapa risiko dalam berinvestasi dalam reksa dana (Widjaja, 2009), yaitu:

1) Risiko menurunnya Nilai Aktiva Bersih unit penyertaan.

Penurunan NAB dapat disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam portofolio reksa dana mengalami penurunan, kinerja bursa yang memburuk, terjadinya kerugian emiten dan situasi ekonomi dan politik yang tidak menentu.


(45)

30 2) Risiko Likuiditas.

Risiko ini timbul apabila investor yang memiliki unit penyertaan reksa dana secara masal melakukan penjualan kembali kepada manajer investasi, sehingga manjer investasi mengalami kesulitan likuiditas.

3) Risiko Pasar.

Risiko pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis, sehingga mengakibatkan NAB reksa dana mengalami penurunan.

4) Risiko default.

Risko paling fatal yang terjadi ketika manajer investasi membeli obligasi yang emitennya mengalami kesulitan keuangan sehingga tidak mampu membayar bunga atau pokok obligasi tersebut.

2.1.3.5.3 Hubungan antara Return dan Risiko Reksa Dana

Return

Risk Gambar 2.1 : Hubungan return dan risiko reksa dana


(46)

31 Tampak pada gambar bahwa hubungan antara return dan risiko adalah searah dan linear, hal ini bermakna bahwa semakin besar tingkat return yang disyaratkan oleh investor maka akan semakin besar pula risiko yang akan terjadi dan begitu juga sebaliknya, semakin rendah return yang disyaratkan oleh investor maka akan semakin kecil risiko yang akan terjadi, ceteris paribus.

2.1.3.6 Pengertian dan Penilaian Kinerja Reksa Dana 2.1.3.6.1 Pengertian Kinerja Reksa Dana

Kinerja reksa dana merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk evaluasi dan mengetahui perkembangan reksa dana yang selama ini dikelola di periode tertentu. Informasi mengenai kinerja reksa dana penting bagi investor yang hendak melakukan investasi dengan melihat kinerja reksa dana di masa lalu. Kinerja reksa dana yang baik di masa lalu tidak dapat menjadi jaminan bahwa reksa dana tersebut akan berkinerja sama baiknya dengan sekarang ataupun di masa yang akan datang, namun kinerja reksa dana di masa lalu dapat menjadi acuan bagi investor untuk berinvestasi pada reksa dana yang lain. Suatu reksa dana dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila sejak peluncurannya berada di atas kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). NAB merupakan suatu data yang dibutuhkan untuk menilai kinerja reksa dana. Nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio reksa dana yang bersangkutan. Kekayaan reksa dana dapat berupa kas, deposito, SPBU, SBI, surat berharga komersial, saham, obligasi, right, dan efek lainnya tergantung jenis reksa dana tersebut. Sementara kewajiban reksa dana dapat berupa fee manajer investasi yang belum dibayar, fee bank kustodian yang belum dibayar, pajak-pajak yang


(47)

32 belum dibayar, fee broker yang belum dibayar serta pembelian efek yang belum dilunasi.

NAB perunit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksa dana setelah dikurangai biaya operasional kemudian dibagi jumlah unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. NAB tidak bisa dipisahkan dari reksa dana karena istilah ini merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu reksa dana. Besarnya NAB dapat berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dalam portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan meningkatnya investasi pemegang unit penyertaan dan begitu juga sebaliknya (Fakhruddin dan Sopian, 2001).

Rumus untuk menghitung NAB adalah sebagai berikut :

NAB =(Jumlah Aset−Total Kewajiban) Jumlah Unit Penyertaan

Nilai aktiva bersih (NAB) merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per unit penyertaan merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai unit penyertaan yang beredar. Nilai NAB akan mengalami kenaikan atau penurunan sesuai dengan kinerja aset yang merupakan portofolio reksa dana tersebut. Harga aset-aset pada portofolio reksa dana akan mempengaruhi reksa dana, dengan kata lain nilai aset pada portofolio berbanding lurus dengan NAB. NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh bank kustodian setelah mendapat data dari manajer investasi dan nilai tersebut yang kemudian setiap hari dapat dilihat keesokan harinya di media massa.


(48)

33 2.1.3.6.2 Penilaian Kinerja Reksa Dana

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk menilai kinerja sebuah reksa dana kita tidak bisa hanya melihat tingkat return yang dihasilkan reksa dana tersebut, tetapi kita juga harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti tingkat risikonya. Dengan berdasarkan pada teori pasar modal, beberapa metode pengukuran kinerja reksa dana sudah memasukkan faktor return dan risiko dalam perhitungannya. Metode tersebut yaitu Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino.

1. Metode Sharpe

Metode Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga disebut dengan reward-to-variability ratio. Metode Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya. Semakin tinggi nilai Rasio Sharpe semakin baik kinerja reksa dana. Untuk menghitung Indeks Sharpe, kita bisa menggunakan persamaan berikut ini:

Rumus perhitungan Sharpe (Brandy, 2002):

SP = R���� −R R������SBI σ Dimana:

SP = Indeks Sharpe reksa dana saham RR

���� = Rata−rata ������ reksa dana saham RSBI

������= Rata−rata tingkat suku bunga SBI


(49)

34 Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa reksa dana saham berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi Indeks Sharpe suatu reksa dana saham dibanding reksa dana saham lainnya, maka semakin baik kinerja reksa dana saham tersebut.

2. Metode Treynor

Metode Treynor mengukur risk premium yang dihasilkan perunit risiko yang diambil dengan menggunakan pembagi beta (β) yang merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Semakin tinggi nilai Rasio Treynor makin baik kinerja reksa dana saham.

Rumus perhitungan Treynor (Brandy, 2002):

TR = RR

���� −R������SBI

β

Keterangan:

TR = Indeks Treynor reksa dana saham RR

���� = Rata−rata ������ reksa dana saham RSBI

������= Rata−rata tingkat suku bunga SBI

β = Beta reksa dana saham terhadap IHSG

Indeks Treynor besarnya sama dengan slope garis yang menghubungkan posisi reksa dana saham dengan tingkat return bebas risiko. Reksa dana saham yang mempunyai Indeks Treynor yang lebih kecil dari Indeks Treynor pasar akan terletak di bawah garis pasar sekuritas, dalam hal ini menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham tersebut berada di bawah kinerja pasar. Sebaiknya, reksa dana saham yang


(50)

35 berada di atas garis pasar sekuritas mempunyai kinerja di atas kinerja pasar. Semakin besar slope garis atau semakin besar Indeks Treynor yang dimiliki reksa dana saham, berarti kinerja reksa dana saham tersebut akan menjadi relatif baik dibanding reksa dana saham yang mempunyai Indeks Treynor yang lebih kecil.

3. Metode Sortino

Pada awal tahun 1980, DR. Frank A Sortino memperkenalkan suatu rasio baru. Rasio ini menghitung excess return portofolio dari Minimum Acceptable Return (MAR) untuk setiap downside deviation. Rasio ini kemudian dikenal dengan nama Sortino ratio.

Mengutip dari jurnal yang ditulis oleh Frank A. Sortino dan Lee N. Price di tahun 1994 dikatakan bahwa :

If there is a minimum return that must be earned to accomplish some goal (the minimal acceptable return / MAR), then any returns below the MAR will produce unfavorable outcomes and any returns greater will produce good outcomes. The MAR separates the good volatility (above the MAR) from the bad volatility (below the MAR). (The Journal of Investing Fall 1994, 3)

Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) digunakan sebagai tingkat suku bunga bebas risiko. Besarnya Minimum Acceptable Return (MAR) adalah tingkat suku bunga minimum yang diharapkan sebagai return oleh setiap investor dari investasi yang dilakukannya. Namun, karena penelitian ini hanya dilakukan terhadap reksa dana saham secara umum, bukan untuk investor tertentu, maka tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia digunakan sebagai MAR.


(51)

36 Return yang berada di bawah MAR maka akan dianggap sebagai return yang tidak menguntungkan atau risiko dan return yang lebih besar dari MAR akan dikatakan sebagai return yang menguntungkan.

We argue that the proper measurement of risk should deal only with the returns that could have been below the MAR. Returns above the MAR should be viewed as a reward. (The Journal of Investing Fall 1994, 3)

Because standard deviation measures risk as dispersion on either side of the mean, it cannot distinguish between good volatility and bad volatility. Downside deviations measures the deviations below the MAR. (The Journal of Investing Fall 1994, 6)

Jadi dapat disimpulkan bahwa risiko sesungguhnya yang akan ditanggung oleh seorang investor adalah yang berada dibawah tingkat return minimum yang diharapkan oleh setiap investor.

Metode ini hampir serupa dengan pengukuran yang dilakukan oleh Metode Sharpe dengan dua perbedaan yang utama, yaitu imbal hasil aset bebas risiko diganti dengan imbal hasil minimum yang diharapkan dan standar deviasi yang digunakan hanya standar deviasi dari imbal hasil portofolio yang berada di bawah imbal hasil minimum yang ditetapkan, di mana dalam penelitian ini hasil minimum yang ditetapkan berasal dari nilai suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.

Pengukuran risiko dengan menggunakan standar deviasi tidak bisa memisahkan perubahan / pergerakan yang baik dan yang buruk, oleh karena itu Sortino ratio menggunakan downside deviation dalam perhitungannya.

Adapun formula perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:

��� = �� − ��


(52)

37 Di mana:

SOR = Indeks Sortino

Rp = rata-rata return reksa dana saham

Rf = suku bunga bebas risiko yang ditetapkan sebagai MAR

�Down= downside deviation

Downside deviation (dd) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

��2 = 1

� �(��� − ���)

� �=1 Dimana:

Rpt = return reksa dana saham pada periode t, (Rpt ≤ MAR) MAR = minimum acceptable return, yaitu suku bunga bebas risiko Dengan syarat:

Jika (Rp – MAR) negatif, maka digunakan (Rp – MAR) Jika (Rp – MAR) positif, maka digunakan angka 0 2.1.4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2.1.4.1 Pengertian IHSG

Menurut Syahrul dalam Kamus Lengkap Investasi (2000:24), IHSG adalah angka yang menunjukkan perkembangan harga seluruh saham yang tercatat di bursa pada waktu tertentu. Sedangkan menurut Halim (2005:12), indeks harga saham merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi.


(53)

38 2.1.4.2 Return IHSG

Return IHSG adalah nilai return pasar saham sub periode tertentu yang diperoleh dari nilai tukar Indeks Harga Saham Gabungan akhir bulan dikurangi dengan nilai akhir bulan sebelumnya Indeks Harga Saham Gabungan kemudian hasilnya dibagi dengan nilai akhir bulan sebelumnya Indeks Harga Saham Gabungan. Return IHSG kerap digunakan sebagai benchmark pada reksa dana saham. Alasan pemakaian IHSG adalah karena IHSG merupakan portofolio saham yang menggambarkan kondisi pasar secara umum sehingga pada reksa dana saham yang mayoritas (minimal 80%) dananya diinvestasikan pada instrumen saham, maka IHSG sangat sesuai digunakan sebagai benchmark. Pengukurannya dirumuskan sebagai berikut :

RP =

IHSGt−IHSGt1 IHSGt−1 Dimana:

RP = Return IHSG

IHSGt = Return Pasar IHSG akhir bulan


(54)

39 2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Daftar Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul

Penelitian

Metode Analisis

Hasil 01 Lina

Meytasari (2013) Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia dengan metode EROV, Sortino dan Sharpe EROV, Sortino, Sharpe

kinerja Reksa Dana Saham dengan 3 rasio, EROV, Sortino dan Sharpe tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Dan pengujian pada hipotesis kedua mengindikasikan bahwa ketiga rasio tersebut signifikan pada 5% dan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja pasar. Secara

keseluruhan, Sortino merupakan rasio yang memiliki

kinerja paing besar dalam penelitian ini.

02 Gratia Atanka Barus (2013) Analisis Pengukuran Kinerja Reksa Danadengan Metode Sharpe dan Metode Treynor Sharpe & Treynor

ada 5 Reksa dana memillik ikinerja di bawah kinerja IHSG. Hasil analisis dengan menggunakan metode Treynor menunjukkan bahwa 9 Reksa Dana yang mempunyai kinerja baik, dan satu kinerja Reksa Dana Saham yang memiliki kinerja di bawah kinerja IHSG yaitu Reksa Dana MNC Dana Ekuitas

03 Aditya Nugrogo Rahardi (2013) Analisi Komparasi Pengukuran Kinerja Reksa Dana menggunakan Metode Sharpe, Treynor dan Sharpe, Treynor & M2

Terdaftar 17 reksa dana saham yang diteliti memiliki return lebih besar dari return benchmark. Kesimpulannya metode pengukuran kinerja reksa dana akan akan menunjukkan hasil yang sama apabila kondisi perekonomian negara tersebut stabil dan


(55)

40

M2 portofolio reksadana telah

terdiversifikasi dengan baik. 04 Tehrani,dkk

(2011)

Analyzing performance of investment companies Listed in the Tehran Stock Exchange by selected Ratios Measure Sharpe, Treynor & Sortino

ketiga metode tersebut memiliki kontrol yang lebih baik untuk risiko sistematis daripada komponen lainnya. Dan dengaan menggunakan Anova dan Multiple Anova,

menunjukkan bahwa perputaran portofolio perusahaan terbukti positif dan

signifikan dalam kinerja perusahaan daripada ukuran lainnya.

05 Simforianus dan Hutagaol (2008) Analisis Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Raw Return, Sharpe, Treynor, Jensen dan Sortino Raw Return, Sharpe, Treynor, Jensen dan Sortino

hasil pengujian metode probabilitas menunjukkan tingkat konsistensi besar dengan rata-rata sebesar 71.50%, dan didukung oleh hasil pengujiaan menggunakan chi-square dimana hipotesis yang menyatakan terdapat konsistensi antara kinerja Reksa Dana terbukti dan didapatkan 9 Reksa Dana yang tergolong superior.

2.3 Kerangka Konseptual

Pengukuran kinerja menggunakan data historis reksa dana berupa return dan risiko dapat mempermudah investor menentukan reksa dana saham mana yang akan dijadikan sebagai pilihan investasinya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja antara reksa dana saham dan IHSG di Indonesia dengan menggunakan Metode Sharpe, Metode

Lanjutan Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu


(56)

41 Treynor dan Metode Sortino dalam rangka pemilihan reksa dana saham yang tepat untuk dijadikan sebagai wahana berinvestasi.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan, kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham dan IHSG dengan menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2014 2. Terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham dan IHSG dengan

menggunakan Metode Treynordi Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2014 3. Terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham dan IHSG dengan

menggunakan Metode Sortino di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2014 Rata-rata kinerja reksa

dana saham dengan MetodeSharpe, Metode

Treynor dan Metode

Rata-rata kinerja IHSG dengan Metode Sharpe,

Metode Treynor dan Metode Sortino


(57)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2003:11) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Jadi, berdasarkan teori tersebut di atas, maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dimana data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil dari 4 (empat) situs yaitu 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Reksa dana yang diteliti dan diukur kinerjanya adalah reksa dana saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.


(58)

43 b. Metode yang digunakan dalam mengukur kinerja reksa dana saham adalah

MetodeSharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino

c. Biaya transaksi atau biaya perdagangan yang meliputi biaya pembelian (entry fee) dan penjualan kembali (redemption fee) dianggap tidak ada atau diabaikan karena pengelola dana berbeda serta agar mencerminkan nilai teoritis dari harga pasar sekuritas.

d. Pembagian dividen dan capital gain dianggap tidak ada selama periode penelitian.

3.4. Defenisi Operasional

Berikut ini akan dijelaskan definisi operasional masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian.

1. Reksa Dana Saham dengan Menggunakan Metode Sharpe

Pengukuran Indeks Sharpe dari reksa dana saham diperoleh dengan cara membagi risk premium dengan standar deviasi tingkat pengembalian (return) reksa dana saham. Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan rata-rata return reksa dana saham dengan rata-rata perolehan investasi bebas risiko, dalam hal ini digunakan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

2. Reksa Dana Saham dengan Menggunakan Metode Treynor

Indeks Treynor reksa dana saham merupakan hasil bagi antara risk premium dengan beta (β) reksa dana saham terhadap pasar, dalam hal ini tolak ukur pasar reksa dana saham adalah IHSG. Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan rata-rata return reksa dana saham dengan rata-rata tingkat perolehan suku bunga SBI.


(59)

44 3. Reksa Dana Saham dengan Menggunakan Metode Sortino

Indeks Sortino reksa dana saham merupakan hasil bagi antara risk premium dengan downside deviation. Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan rata-rata return reksa dana saham dengan rata-rata tingkat perolehan suku bunga SBI bebas risiko yang dalam penelitian ini ditetapkan sebagai Minimum Acceptable Return (MAR). Downside deviation merupakan standar deviasi dari imbal hasil atau return reksa dana saham yang berada di bawah imbal hasil minimum (MAR) yang ditetapkan.

4. Indeks Harga Saham Gabungan dengan menggunakan Metode Sharpe Indeks Sharpe pasar diperoleh dengan cara membagi risk premium dengan standar deviasi dari tingkat pengembalian pasar (IHSG). Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan rata-rata return IHSG dengan rata-rata tingkat perolehan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia).

5. Indeks Harga Saham Gabungan dengan Menggunakan Metode Treynor Indeks Treynor pasar diperoleh dengan cara membagi risk premium dengan Beta (β) dari tingkat pengembalian IHSG. Nilai Beta(β) dari tingkat pengembalian adalah 1 (satu). Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan rata-rata return IHSG dengan rata-rata tingkat perolehan suku bunga SBI.

6. Indeks Harga Saham Gabungan dengan Menggunakan Metode Sortino Indeks Sortino pasar diperoleh dengan cara membagi risk premium dengan downside deviation dari tingkat pengembalian IHSG. Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan rata-rata return IHSG dengan rata-rata tingkat perolehan suku


(1)

127

LAMPIRAN VI

T-TEST PAIRS=SharpeReksadanaSaham WITH SharpeIHSG (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500)

/MISSING=ANALYSIS.

T-Test

Notes

Output Created 25-MAY-2015 11:17:06

Comments

Input Data E:\paired t-tes sharpe.sav Active Dataset DataSet1

Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data

File 3

Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each analysis are based on the cases with no missing or out-of-range data for any variable in the analysis.

Syntax T-TEST

PAIRS=SharpeReksaDanaSaham WITH SharpeIHSG (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.05

Elapsed Time 00:00:00.05

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 SharpeReksaDanaSaham .0686667 3 .02281082 .01316983


(2)

128

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 SharpeReksaDanaSaham &

SharpeIHSG 3 .454 .700

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig.

(2-taile

d) Mean

Std. Deviatio

n

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper P

ai r 1

SharpeRek saDanaSa ham - SharpeIHS G

1.7603333 3

1.17468

691 .67820580 -1.15775072

4.67841 738

2.59


(3)

129

T-TEST PAIRS=TreynorReksadanaSamham WITH TreynorIHSG (PAIRED)

/CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS.

T-Test

Notes

Output Created 07-MAY-2015 21:49:01

Comments

Input Data C:\Users\Win7\Documents\treynorpaire dtest.sav

Active Dataset DataSet0 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data

File 3

Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each analysis are based on the cases with no missing or out-of-range data for any variable in the analysis.

Syntax T-TEST

PAIRS=TreynorReksaDanaSaham WITH TreynorIHSG (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.03


(4)

130

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 TreynorReksaDanaSaham -.0073333 3 .07358215 .04248268 TreynorIHSG -.0486667 3 .01184624 .00683943

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 TreynorReksaDanaSaham &

TreynorIHSG 3 -.770 .440

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

a Treyn orRek saDa naSa ham - Treyn orIHS G

.041333

33 .08305019 .04794

905 -.16497476

.24764143


(5)

131

T-TEST PAIRS=SortinoReksaDanaSaham WITH SortinoIHSG (PAIRED)

/CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS.

T-Test

Notes

Output Created 25-MAY-2015 12:36:00

Comments

Input Data C:\Users\Win7\Documents\sortinopaire dtest.sav

Active Dataset DataSet1 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data

File 3

Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each analysis are based on the cases with no missing or out-of-range data for any variable in the analysis.

Syntax T-TEST

PAIRS=SortinoReksaDanaSaham WITH SortinoIHSG (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.02


(6)

132

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 SortinoReksaDanaSaham .0573667 3 .27089475 .15640115 SortinoIHSG -.8083333 3 .13640503 .07875348

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 SortinoReksaDanaSaham &

SortinoIHSG 3 .937 .227

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper P

ai r 1

SortinoRe ksaDana Saham - SortinoIH SG

.86570

000 .15080627 .08706804 .49107647

1.2403235


Dokumen yang terkait

Analisis Pengukuran Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor, dan Metode Jensen (Studi Kasus Pada Reksa Dana Saham Periode 2013-2015)

0 3 130

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN PADA BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 195

ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM SYARIAH DENGAN METODE SHARPE, TREYNOR, JENSEN DAN M² PADA BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 200

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR, DAN METODE JENSEN (Studi Pada Reksa Dana Saham Periode 2012-2014).

0 0 229

ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, JENSEN DAN M2 PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2014.

0 3 280

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM YANG TERCATAT PADA BURSA EFEK INDONESIA DENGAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN.

0 0 259

Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortiono (Studi pada Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

0 0 24

2.1.1.2 Tujuan Investasi - Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortiono (Studi pada Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

0 1 26

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortiono (Studi pada Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

0 0 15

SKRIPSI ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE SORTINO (STUDI PADA REKSA DANA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2012-2014)

1 2 13