Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) Tentang Penyakit HIV AIDS Dilokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Defenisi Pengetahuan, Sikap Dan Prilaku 2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010). Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah


(2)

mengingat kembali (recap terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu komponen untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (rear. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu


(3)

didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responder (Notoadmodjo, 2007).

2.1.2. Prilaku

Menurut teori Lawrence Green (1980) disitasi Notoatmodjo, 2003 bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti lingkungan fisik, prasarana dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya.

Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114). Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus berdasarkan pengetahuan dan sikap seseorang.


(4)

2.1.2.1 Bentuk Prilaku

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.

a. Respondent Respon atau Reflexsive

Yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

b.Operant Respon Atau Instrumental Respon

Yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Peragsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan


(5)

menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

2.2.1.2. Domain Perilaku

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139). 2.1.3. Proses Tejadinya Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi


(6)

proses yang berurutan, yakni

Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.

a. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

b. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

c. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

d. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Notoadmojo mengungkapkan sebelum orang mengadopsi prilaku didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru, sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003


(7)

Benjamin seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:

a.Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia , 2003). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan indera penglihatan.

Pengetahuan diartikan hanya sekedar “tahu”, yaitu hasil tahu dari usaha manusia untuk menjawab pertanyaan “what”.

Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau sgala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. (Surajiyo,2007).

Pengetahuan, menurut Davenport merupakan perpaduan yang cair dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman dan informasi baru. berarti bahwa pengetahuan berbeda dari informasi, informasi menjadi pengetahuan bila terjadi proses-proses seperti pembadingan, konsekwensi, penghubungan, dan perbincangan.


(8)

seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul. ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. (Notoadmojo 2007)

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendiriya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme.

Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuantentang matematika. Dalam matematika, hasil 1+ 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya.


(9)

Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. Media Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah Keterpaparan informsi pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary adalah that of which one is apprised or told: intelligence, news. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan.

Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena dari pengalaman dan


(10)

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia atau kepandaian dari manusia dan segala sesuatu yang ada dalam pikiran seseorang untuk mengenal dan mengetahui berbagai hal.

1.Macam-macam Pengetahuan a. Pengetahuan Umum

Pengetahuan umum adalah segala sesuatu yang dipakai oleh orang atau seseorang secara umum tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam – dalamnya dan sebesar – besarnya

b.Pengetahuan Khusus

Pengetrahuan khusus adalah segala sesuatu yang dikrtahui oleh seseorang secara khusus, sesuatu hal yang sedalam – dalamnya dan sebesar – besarnya

b.Sikap (Atitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang- tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo 2005)

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. (Campbell). Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak, bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. (Newcomb)


(11)

Komponen Sikap (Allport)

1. Kepercayaan terhadap objek 2. Keyakinan terhadap objek 3. Ide Konsep terhadap objek

4. Kepercayaan Terhadap Ide Konsep 5. Keyakinan Terhadap Ide Konsep

Sikap sering diperoleh dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:

1. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu 2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada

pengalaman orang lain.

3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

4. Nilai (value) di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pasanagn setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasayarakat.

Newcomb, salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.


(12)

1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subyek mau menerima stimulus yang diberikan (objek)

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan bahwa memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi

3. Mengharagai (Valuing)

Menghargai diartikan subyek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Membahasnya denga orang lain dan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

4. Bertanggungjawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakini.

c. Tindakan atau praktek (practice)

Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.

2.2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan diantaranya menurut Becker konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap


(13)

terhadap kesehatan (health attitude) dan praktek kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :

2.2.1. Pengetahuan Kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. Dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.

2.2.2. Sikap Terhadap Kesehatan

Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.

2.2.3. Tindakan Terhadap kesehatan

Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.


(14)

kesehatan Menurut Solita,perilaku kesehatan merupakan “segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan”. Sedangkan Cals dan Cobb mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: “perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala (asymptomatic stage)”. Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.

Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terken masalah kesehatan.


(15)

2.3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokan menjadi dua, yakni :

2.3.1. Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah

1) Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba coba atau dengan kata

yang lebih dikenal “trial and error”. Metode ini telah digunakan oleh orang

dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak jasanya, terutama dalam meletakan dasar-dasar mennemukan teori-teori dalam berbagai cabang iilmu pengetahuan.

2) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang

yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh

Summers pada tahun 1926. 3) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat Modern,


(16)

Para Pemegang otoritas baik pemerintah maupun ahli ilmu pengetahuan, pada prinsipnya menemukan mekanisme yang sama didalam penemuan pengetahuan. 4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

5) Cara Akal Sehat

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau

kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya,atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan yang baik bagi pendidikan anak, pemberian hukuman

dan hadiah (Reward & Punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh

banyak orang untuk mendisplinkan anak dalam konteks pendidikan. 6) Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh


(17)

pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

7) Kebenaran secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sisitematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

8) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran.

9) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum. Proses berpikir induksi berasal dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.

10) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum yang ke khusus. Aristoteles (384-322SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut “silogisme”. Silogisme merupakan suatu bentuk


(18)

deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umumpada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

2.3.2.Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistimatis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut „metode penelitian ilmiah‟, atau lebih

popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini menyangkut 3 hal pokok yakni :

1. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat

dilakukan pengamatan

2. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat

dilakukan pengamatan

3. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang

berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 2.4.1. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam


(19)

memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalha kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja.

2.4.2. Faktor Eksternal 1) Faktor lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :


(20)

a. Baik : Hasil presentase 76%-100%.

b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%.

c. Kurang : Hasil presentase >56 %.

2.6. Pengertian Wanita Pekerja Seks (WPS)

Wanita Pekerja Seks adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang. Sebelum istilah WPS diperkenalkan, dahulu istilah yang kits kenal adalah pelacuran. Sejarah panjang pelacuran secara tidak terelakan menimbulkan hubungan sosial yang beragam dan tidak konsisten ditempat pelacuran itu berlangsung.

Masalah pelacuran merupakan masalah sosial yang melanda desa sampai kota besar karena mengganggu ketentraman dan kehidupan bersama apalagi masyarakat Indonesia yang masih menjunjung tinggi lembaga perkawinan dan memegang teguh norma keagamaan. Pelacuran juga sangat berbahaya bagi kesehatan karena penyakit yang ditularkan tidak saja merugikan pihak yang berhubungan langsung tetapi juga pada keturunannya.

Namun oleh kalangan feminis diubah untuk mencoba mengangkat posisi sosial pelacur menjadi setara dengan orang pencari nafkah lainnya, dan berlaku tidak hanya bagi perempuan saja tetapi juga laki-laki dan kaum transvertit dan laki-laki homoseks. Transvertit adalah seseorang yang secara anatomis laki-laki tapi secara psikologis merasa dan


(21)

menganggap dirinya seorang perempuan. la akan berperilaku dan berpakaian seperti perempuan (Widyastuti, 2009).

2.7. HIV/AIDS

2.7.1.Definisi Human Immuno Deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).

Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS (Maryunani, 2009). Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang didapat (bukan karena keturunan) tetapi disebabkan oleh virus HIV (Maryunani, 2009).

Human Immuno deficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS), saat ini telah menjadi kata yang dikenal dimanamana diseluruh pelosok Indonesia. Namun kata itu terkesan hanya dijadikan sebuah "hantu" yang bahkan tidak ditakuti karena dianggap hanya akan mengganggu kelompok tertentu. Human Immuno deficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS) dianggap penyakit untuk orang yang berdosa, penyakit kutukan khususnya bagi mereka yang melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (Nasution, 2005).

Sejarah Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).


(22)

dilaporkan oleh Centre for Disease Control (CDC) di Amerika Serikat Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para pengguna narkoba (Injecting Drug User – IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama jugs menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV (Nursalam, 2007).

2.7.2 Tanda-tanda atau gejala Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)

Tanda-tanda utama (gejala mayor).

- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat. - Demam berkepanjangan selama lebih dari 1 bulan

- Diare berkepanjangan selama lebih dari 1 bulan. Tanda-tanda tambahan

- Batuk berkepanjangan selama lebih dari 1 bulan. - Kelainan kulit dan iritasi (gatal).

- Herpes simpleks (kulit melepuh dan terasa nyeri) yang menyebar dan bertambah parah.

- Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, dan

- Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang teraba di bawah telinga, leher, ketiak dan lipat paha.

Bila terdapat sekurang-kurangnya tiga dari sekian gejala diatas, bisa diperkirakan adanya AIDS. Namun perlu diperhatikan bahwa gejalagejala


(23)

tersebut bisa jugs menandakan penyakit lain. Diagnosis AIDS hanya bisa ditegakkan setelah dilakukan tes darah (Irawan, 2006).

2.7.3. Pengobatan dan Perawatan dengan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)

Hingga saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan AIDS. Diperkenalkan terapi anti Retro, virus (ARV) hanya membantu orang untuk memperpanjang usia hidupnya. Banyak orang masih dapat bertahan hidup karena mempunyai kesempatan mengakses perawatan ARV.

Tetapi perawatan ARV hanya dapat bermanfaat bila seseorang mematuhi regimen terapi di dalam kehidupan sehari-harinya selama sisa hidupnya. Di banyak negara, kepatuhan terhadap terapi masih menjadi tantangan yang besar. Banyak faktor mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat mematuhi regimen terapinya, antara lain belum bisa membuka status kepada anggota keluarganya, perlu meminum obat secara diam-diam, berbagai obat-obat mereka dengan orang lain yang mereka fikir berstatus HIV positif, tidak mampu membayar biaya transport untuk pergi ke klinik untuk mendapatkan suplai obat secaraa teratur, tidak merasa nyaman, tidak mempunyai akses terhadap terapi substitusi obat dan tidak mempunyai makanan yang cukup dikonsumsi dengan obat.

Di beberapa tempat orang yang hidup dengan HIV atau anggota keluarga mempunyai peranan penting sebagai pendukung perawatan menyediakan informasi dan mendukung orang yang berstatus HIV positif agar mematuhi ARV. Keuntungan dari perawatan ini juga bergantung pada ketergantungan


(24)

suplai obat bermutu yang terus menerus tanpa terputus untuk seumur hidup. Sangat penting untuk memastikan ketersediaan, kesinambungan dan kualitas perawatan sepanjang terapi tersebut dibutuhkan (Depkes RI, 2008).

2.7.4. Resiko atau dampak Human Immuno Deficiency Virus Acquired Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).

Faktor resiko penularan melalui hubungan seks tak aman masih tinggi. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) saat ini bisa memasuki kehidupan siapa saja, tanpa memandang umur, jenis kelamin, orientasi seksual, pekerjaan atau gaya hidup. Yang membuat orang yang resiko tinggi adalah perilakunya. Yang termasuk perilaku resiko tinggi adalah seringnya berganti-ganti pasangan seksual atau melakukan hubungan seks tanpa dilindungi (tanpa kondom). Selain itu, penggunaan jarum suntik bekas orang lain juga membuka peluang orang terinfeksi Human Immuno deficiency Virus (HIV) (Irawan, 2006).

2.7.5. Pencegahan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)

Anda bisa mencegah Human Immuno Deficiency Virus/Acquired Immuno deficiency Syndrome (HIV/AIDS) dengan cara :

a. Melakukan hubungan seksual hanya dengan satu pasangan yang setia atau menghindari hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti. b. Mempunyai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan setia pada


(25)

c. Setiap darah transfuse di cek terhadap HIV dan donor darah kepada sanak saudara lebih sehat dan aman dibanding dengan donor darah profesional. d. Menghindari infeksi, periksa dalam, prosedur pembedahan yang tidak

steril dari petugas kesehatan yang tidak bertanggung jawab.

e. Menggunakan kondom dengan hati-hati dan benar (Widyastuti, 2009). Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menggunakan konsep "ABCD" untuk pencegahan penularan Human Immuno Deficiency Virus (HIV) yaitu:

a.Abstinence, berarti absent seks, dengan tidak melakukan hubungan seks bagi orang yang belum menikah.

b.Be Faithful, berarti bersikap setia kepada satu pasangan, tidak berganti-ganti pasangan seks.

c.Condom, berarti cegah penularan HIV dengan memakai kondom. Kondom harus dipakai oleh pasangan seks yang salah satu pasangannya telah diketahui terinfeksi HIV.

d. Drug No, berarti dilarang menggunakan narkoba (Maryunani, 2009). Aktifitas pencegahan penularan Human Immuno Deficiency Virus/Acquired Immuno deficiency Syndrome (HIV/AIDS) yang dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Menyebarluaskan informasi (komunikasi Informasi Edukasi/KIE) tentang Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency syndrom (HIV/AIDS)


(26)

penularan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) dan Infeksi Menular Seksual (IMS).

- Menjelaskan manfaat dari konseling dan tes Human Immuno deficiency Virus (HIV) secara sukarela.

2. Mengadakan penyuluhan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) secara kelompok (Peer Group Education).

- Mempelajari tentang pengurangan resiko penularan Human Immuno deficiency Virus (HIV) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang termasuk penggunaan kondom.

- Bagaimana bernegosiasi seks aman (penggunaan kondom) dengan pasangan.

3. Mobilisasi masyarakat

- Melibatkan petugas lapangan (kader PKK, Bidan dan lain-lain) untuk memberikan informasi pencegahan Human Immuno deficiency Virus (HIV) dan infeksi Menular Seksual (IMS) kepada masyarakat dan untuk membantu klien untuk mendapatkan akses layanan kesehatan.

4. Konseling untuk perempuan HIV negatif.

- Ibu hamil yang hasil tesnya Human Immuno deficiency Virus (HIV) negatif perlu didukung agar status dirinya tetap HIV negatif.


(27)

deficiency Virus (HIV) (Maryunani, 2009).

Sebagai pekerja kesehatan, peran kita penting sekali dalam mendidik masyarakat yang kita layani tentang cara-cara mencegah Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu :

a. Terangkan bagaimana Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) menular dan bagaimana mencegah penularannya, kepada siapa saja yang kita jumpai, khususnya para pasien yang beresiko atau yang sudah mengidap penyakit-penyakit lain yang menular lewat hubungan seks.

b. Dorong perempuan dan laki-laki untuk menggunakan kondom sewaktu berhubungan seksual meskipun mereka sudah ber-KB dengan metode lain. c. Hati-hati dengan pasien yang datang dengan keluhan apapun. Orang yang tampaknya sehatpun bisa saja terkena Human Immuno deficiency Virus (HIV). Kapan pun bila dalam bertugas kita tersayat, teriris, atau luka yang mungkin terkena cairan tubuh pasien, segera lakukan pencegahan penularan (termasuk bila kita memberikan suntikan, menjahit luka, membantu persalinan, atau memeriksa vagina dan saluran peranakan). d. Jaga agar semua informasi dari pasien dirahasiakan, dan pelayanan

diberikan dalam keleluasan pribadi. Namun semua anggota masyarakat dalam daerah kerja anda harus dilayani tanpa pengecualian.

2.7.6. Tindakan yang tidak menyebabkan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).

Human Immuno deficiency Virus (HIV) tidak bisa hidup diluar tubuh manusia lebih lama dari beberapa menit saja. Human Immuno deficiency


(28)

Virus (HIV) tidak bisa hidup mandiri di udara terbuka atau di air. Ini berarti bahwa anda tidak akan terkena infeksi dengan cara-cara.

a. Tidur diatas satu ranjang.

b. Berciuman, bersentuhan atau berpelukan. c. Makan dari piring yang sama

d. Memakai handuk, pakaian, selimut, seprei, jamban atau kamar mandi yang sama

e. Merawat penderita Human Immuno deficiency Virus/Acquired

Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).


(29)

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENYAKIT HIV/AIDS

2.7.7. Kerangka Konsep

Sumber : Lawrence Gren 1. Faktor Pendukung (Karateristik Pekerja Seks Komersil)

- Umur - Pendidikan - Lama Bekerja 2. Faktor Predisposisi

- Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks Tentang HIV/AIDS - Sikap Wanita Pekerja Seks Terhadap HIV/AIDS

- Prilaku Wanita Pekerja Seks Terhadap HIV/AIDS

3. Faktor Pendorong (Sumber Informasi Mengenai HIV/AIDS)

- Teman - Saudara - Radio

- Majalah/Koran - Petugas Kesehatan - Internet

- Televisi (TV)

Brosur/booklae/Leaflet/poster - Belum Pernah


(1)

suplai obat bermutu yang terus menerus tanpa terputus untuk seumur hidup. Sangat penting untuk memastikan ketersediaan, kesinambungan dan kualitas perawatan sepanjang terapi tersebut dibutuhkan (Depkes RI, 2008).

2.7.4. Resiko atau dampak Human Immuno Deficiency Virus Acquired Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).

Faktor resiko penularan melalui hubungan seks tak aman masih tinggi.

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) saat ini bisa memasuki kehidupan siapa saja, tanpa memandang umur, jenis kelamin, orientasi seksual, pekerjaan atau gaya hidup. Yang membuat orang yang resiko tinggi adalah perilakunya. Yang termasuk perilaku resiko tinggi adalah seringnya berganti-ganti pasangan seksual atau melakukan hubungan seks tanpa dilindungi (tanpa kondom). Selain itu, penggunaan jarum suntik bekas orang lain juga membuka peluang orang terinfeksi Human Immuno deficiency Virus (HIV) (Irawan, 2006).

2.7.5. Pencegahan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)

Anda bisa mencegah Human Immuno Deficiency Virus/Acquired Immuno deficiency Syndrome (HIV/AIDS) dengan cara :

a. Melakukan hubungan seksual hanya dengan satu pasangan yang setia atau menghindari hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti. b. Mempunyai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan setia pada


(2)

c. Setiap darah transfuse di cek terhadap HIV dan donor darah kepada sanak saudara lebih sehat dan aman dibanding dengan donor darah profesional. d. Menghindari infeksi, periksa dalam, prosedur pembedahan yang tidak

steril dari petugas kesehatan yang tidak bertanggung jawab.

e. Menggunakan kondom dengan hati-hati dan benar (Widyastuti, 2009). Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menggunakan konsep "ABCD" untuk pencegahan penularan Human Immuno Deficiency Virus

(HIV) yaitu:

a.Abstinence, berarti absent seks, dengan tidak melakukan hubungan seks bagi orang yang belum menikah.

b.Be Faithful, berarti bersikap setia kepada satu pasangan, tidak berganti-ganti pasangan seks.

c.Condom, berarti cegah penularan HIV dengan memakai kondom. Kondom harus dipakai oleh pasangan seks yang salah satu pasangannya telah diketahui terinfeksi HIV.

d. Drug No, berarti dilarang menggunakan narkoba (Maryunani, 2009). Aktifitas pencegahan penularan Human Immuno Deficiency Virus/Acquired Immuno deficiency Syndrome (HIV/AIDS) yang dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Menyebarluaskan informasi (komunikasi Informasi Edukasi/KIE) tentang

Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency syndrom

(HIV/AIDS)


(3)

penularan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) dan Infeksi Menular Seksual (IMS).

- Menjelaskan manfaat dari konseling dan tes Human Immuno deficiency Virus (HIV) secara sukarela.

2. Mengadakan penyuluhan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) secara kelompok (Peer Group Education).

- Mempelajari tentang pengurangan resiko penularan Human Immuno deficiency Virus (HIV) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang termasuk penggunaan kondom.

- Bagaimana bernegosiasi seks aman (penggunaan kondom) dengan pasangan.

3. Mobilisasi masyarakat

- Melibatkan petugas lapangan (kader PKK, Bidan dan lain-lain) untuk memberikan informasi pencegahan Human Immuno deficiency Virus (HIV) dan infeksi Menular Seksual (IMS) kepada masyarakat dan untuk membantu klien untuk mendapatkan akses layanan kesehatan.

4. Konseling untuk perempuan HIV negatif.

- Ibu hamil yang hasil tesnya Human Immuno deficiency Virus (HIV) negatif perlu didukung agar status dirinya tetap HIV negatif.


(4)

deficiency Virus (HIV) (Maryunani, 2009).

Sebagai pekerja kesehatan, peran kita penting sekali dalam mendidik masyarakat yang kita layani tentang cara-cara mencegah Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu :

a. Terangkan bagaimana Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) menular dan bagaimana mencegah penularannya, kepada siapa saja yang kita jumpai, khususnya para pasien yang beresiko atau yang sudah mengidap penyakit-penyakit lain yang menular lewat hubungan seks.

b. Dorong perempuan dan laki-laki untuk menggunakan kondom sewaktu berhubungan seksual meskipun mereka sudah ber-KB dengan metode lain. c. Hati-hati dengan pasien yang datang dengan keluhan apapun. Orang yang tampaknya sehatpun bisa saja terkena Human Immuno deficiency Virus

(HIV). Kapan pun bila dalam bertugas kita tersayat, teriris, atau luka yang mungkin terkena cairan tubuh pasien, segera lakukan pencegahan penularan (termasuk bila kita memberikan suntikan, menjahit luka, membantu persalinan, atau memeriksa vagina dan saluran peranakan). d. Jaga agar semua informasi dari pasien dirahasiakan, dan pelayanan

diberikan dalam keleluasan pribadi. Namun semua anggota masyarakat dalam daerah kerja anda harus dilayani tanpa pengecualian.

2.7.6. Tindakan yang tidak menyebabkan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).

Human Immuno deficiency Virus (HIV) tidak bisa hidup diluar tubuh manusia lebih lama dari beberapa menit saja. Human Immuno deficiency


(5)

Virus (HIV) tidak bisa hidup mandiri di udara terbuka atau di air. Ini berarti bahwa anda tidak akan terkena infeksi dengan cara-cara.

a. Tidur diatas satu ranjang.

b. Berciuman, bersentuhan atau berpelukan. c. Makan dari piring yang sama

d. Memakai handuk, pakaian, selimut, seprei, jamban atau kamar mandi yang sama

e. Merawat penderita Human Immuno deficiency Virus/Acquired

Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).


(6)

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENYAKIT HIV/AIDS

2.7.7. Kerangka Konsep

Sumber : Lawrence Gren

1. Faktor Pendukung (Karateristik Pekerja Seks Komersil)

- Umur

- Pendidikan

- Lama Bekerja

2. Faktor Predisposisi

- Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks Tentang HIV/AIDS - Sikap Wanita Pekerja Seks Terhadap HIV/AIDS

- Prilaku Wanita Pekerja Seks Terhadap HIV/AIDS

3. Faktor Pendorong (Sumber Informasi Mengenai HIV/AIDS)

- Teman

- Saudara

- Radio

- Majalah/Koran

- Petugas Kesehatan - Internet

- Televisi (TV)

Brosur/booklae/Leaflet/poster - Belum Pernah


Dokumen yang terkait

Hubungan Sosiodemografi, Pengetahuan, dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS di Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau

0 80 120

Karakteristik Pekerja Seks Komersil (Psk) Dan Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Menular Seksual (Pms) Di Lokasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun Tahun 2003

1 35 117

Karakteristik Pekerja Seks Komersil(PSK) Dan Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Menular Seksual (PMS) Di Lokasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun Tahun 2003

0 28 116

Dampak Lokalisasi Prostitusi Bukit Maraja Terhadap Kehidupan Masyarakat Di Desa Marihat Bukit (1968- 1990)

3 74 95

Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) Tentang Penyakit HIV/AIDS Dilokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 25 113

Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) Tentang Penyakit HIV AIDS Dilokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 0 14

Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) Tentang Penyakit HIV AIDS Dilokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 0 1

Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) Tentang Penyakit HIV AIDS Dilokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 0 10

Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) Tentang Penyakit HIV AIDS Dilokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 0 2

Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) Tentang Penyakit HIV AIDS Dilokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 0 26