Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) Tentang Penyakit HIV/AIDS Dilokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENYAKIT HIV/AIDS DILOKALISASI BUKIT MARAJA DESA

MARIHAT BUKIT KECAMATAN GUNUNG MALELA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh:

NIM. 111021004 INDRA WILSON PURBA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

2

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENYAKIT HIV/AIDS DILOKALISASI BUKIT MARAJA DESA

MARIHAT BUKIT KECAMATAN GUNUNG MALELA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM: 111021004 INDRA WILSON PURBA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

ii ABSTRAK

Human Immuno-defiency Virus (HIV) merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang. Ditemukanya kasus infeksi HIV/AIDS pada Wanita Pekerja Seks (WPS) di Lokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun mungkin dipengaruhi oleh Tingkat pengetahuan wanita pekerja seks (WPS) tentang penyakit menular seksual (PMS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) tentang penyakit Human Immuno deficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS) di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh Wanita Pekerja Seks (WPS) yang ada di Lokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014 yaitu sebanyak 135 orang, sampel penelitian sebanyak 56 orang responden ,metode pengampilan sampel dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Data primer dilakukan dengan wawancara langsung pada pasien dengan menggunakan kuesioner kepada Wanita Pekerja Seks (WPS) sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas Bukit Maraja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori pengetahuan responden pada umumunya berada pada kategori baik yakni 42 orang (75%) tingkat pengetahuan cukup 13 orang (23,2%) dan tingkat pengetahuan buruk 1 orang ( 1,8%). Kategori sikap responden pada umumnya berada pada kategori Cukup sebanyak 54 orang (96,4%) dan selanjutnya di ikuti oleh kategori sikap kurang sebanyak 2 orang (3,6%). Kategori Prilaku responden pada umumnya berada pada kategori baik sebanyak 49 orang (87,5%) dan selanjutnya di ikuti oleh perilaku cukup sebanyak 7 Orang (12,5%). Berdasarkan sumber informasi responden tentang penyakit HIV/AIDS paling banyak bersumber dari teman yakni berjumlah orang (32,1%).

Disarankan kepada dinas kesehatan dapat memanfaatkan metode peer educater yakni memanfatkan para WPS untuk dapat memberikan informasi mengenai penyakit HIV/AIDS kepada rekannya.

Kata kunci: pengetahuan, wanita pekerja seks, HIV/AIDS


(5)

ABSTRACT

Human Immuno defiency Virus ( HIV ) is a virus that attacks the human immune system and weakens the body's ability to fight disease came. The discovery of cases of HIV / AIDS on Women Sex Workers (WSW) in Localization Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun may be influenced by the level of knowledge of Women Sex Workers ( WSW ) on sexually transmitted diseases ( STDS). This research aims to describe the knowledge Women Sex Workers ( WSW ) of the Human Immuno Deficiency Virus disease / Acquired Immuno Deficiency Syndrome ( HIV / AIDS ) in Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun in the year of 2014 .

This research was a descriptive study with cross design sectional . Research was all Women Sex Workers ( WSW ) in Localization Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun In the year of 2014 was 135 people research of this study was 56 people, for sampling method using by simple random sampling . The data of Primary was performed by direct interviews with patients using questionnaires to Women Sex Workers ( WSW ) and secondary data obtained from Bukit Maraja Health Center .

The results of this research showed that the respondents' knowledge based on good category of either the 42 people ( 75 % ) level of knowledge sufficient was 13 people ( 23.2 % ) and level of poor knowledge was 1 people ( 1.8 % ) . In generally , the respondents' attitudes based on high category was 54 people ( 96.4 % ) and then followed by the category of less attitude was 2 people ( 3.6 % ) . And also, category of respondents' attitudes was in good category by 49 people ( 87.5 % ) and then followed by suffient behavior of 7 people ( 12.5 % ) . Based on respondents resources on HIV / AIDS at the most sourced from friends that amounted all of people (32. %) .

Suggested to the health department can utilize methods that will take advantage of the peer educater WPS to be able to provide information about HIV / AIDS to the other people.


(6)

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Indra Wilson Purba

Tempat/Tanggal Lahir : Bandar Maruhur, 27 Juli 1988

Agama : Kristen Protestan

Status Pernikahan : Sudah Menikah

Nama Istri :Risda Handayani Saragih Am. Keb

Nama Ayah :Cls.Simson Purba

Nama Ibu :Cls.Nurlina Waty Damanik

Jumlah Anggota Keluarga : 5 (Lima)

Alamat Rumah : Desa Bandar Maruhur

Kec.Silou Kahean Kab.Simalungun RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1994- 2000 : SD Negri No:091727 Bandar Maruhur Tahun 2000- 2003 : SMP Methodist 1 Tebing Tinggi Tahun 2003- 2006 : SMA Negeri 3 Tebing Tinggi

Tahun 2007- 2010 : Akademi Kesehatan Lingkungun Politeknik Kementrian Kesehatan Medan

Tahun 2011- 2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Judul “GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENYAKIT HIV/AIDS DILOKALISASI BUKIT MARAJA DESA MARIHAT BUKIT KECAMATAN GUNUNG MALELA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran, masukan, bimbingan, motivasi dengan penuh kesebaran kepada penulis.


(8)

vi

5. Bapak Drs.Eddy Syahrial,M.S, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukkan untuk memaksimalkan hasil penulisan skripsi ini.

6. Ibu Namora Lumongga Lubis,MSc.Ph.D, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Ir.Evawani Yunita Aritonang, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Bapak Swanto, selaku kepala desa yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun.

9. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKM USU khususnya staf pengajar peminatan PKIP Ibu Dra.Syarifah,MS, Ibu dr. Linda T.Maas, M.PH, dan Ibu Lita Sri Andayani, M.Kes, serta pegawai Departemen PKIP Bapak Warsito yang telah banyak membantu penulisan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

10.Kedua Orangtua saya, Bapak Cls Simson Purba dan Cls Nurlina Waty Damanik yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan bantuan moril maupun material sehingga skripsi ini selesai.

11.Kepada ke 2 (Dua) adik saya Elpira Rodearni Purba Am.Keb/Joni Ara Saragih SH dan Dermawan Purba SE yang telah membantu dan mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

12.Teristimewa buat Istri tercinta Risda Handayani Saragih AM.Keb yang telah banyak memberikan dukungan baik dari materi, kasih sayang, doa maupun dukungan moril, serta yang telah menjadi sumber motivasi penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

13.Kepada teman-teman peminatan Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku Stambuk 2011, dan buat bang Surya Am.Kl yang telah membantu untuk menyelesaikan skripsi ini terima kasih buat semangat dan dukungannya. 14.Kepada teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, April 2014 Penulis


(10)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 8

1.3.Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1. Tujuan Umum ... 9

1.3.2. Tujuan Khusus ... 9

1.4.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1.Definisi Pengetahuan , Sikap dan Perilaku ... 11

2.1.1. Pengetahuan ... 11

2.1.2. Prilaku ... 12

2.1.3. Proses Terjadinya Prilaku ... 15

2.2.Prilaku Kesehatan ... 22

2.3.Cara Memperoleh Pengetahuan ... 25

2.4.Faktor Faktor yang Mempengengaruhi Pengetahuan ... 29

2.5.Kriteria Tingkat Pengetahuan ... 30

2.6.Pengertian WPS ... 30

2.7.HIV/AIDS ... 31

2.8.Kerangka Konsep ... BAB.III METODEOLOGI PENELITIAN ... 39

3.1.Jenis Penelitian ... 39

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.3.Populasi dan Sampel ... 42

3.4 Variabel Penelitian ... 42

3.5 Defenisi Operasional ... 43

3.6 Instrumen Penelitian ... 44

3.7.Pengumpulan Data ... 44

3.8.Pengolahan dan Analisa Data ... 45

BAB.IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46

4.2. Gambaran Karateristik Responden ... 47

4.2.1. Berdasarkan Umur ... 47


(11)

4.2.2 Berdasarkan pendidikan ... 48

4.2.3 Berdasarkan Lama Bekerja ... 49

4.3. Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) ... 49

4.3.1. Pengetahuan WPS Tentang Pengertian HIV/AID ... 49

4.3.2. Tingkat Pengetahuan WPS Berdasarkan Keberadaan Virus HIV/AIDS ... 50

4.3.3. Tingkat Pengetahuan WPS Berdasarkan Cara Penularan HIV/AIDS ... 51

4.3.4. Tingkat Pengetahuan WPS Berdasarkan Gejala Dini HIV/AIDS ... 52

4.3.5. Tingkat Pengetahuan WPS Berdasarkan Cara Pencegahan HIV/AIDS ... 53

4.3.6. Kategori Pengetahuan WPS Tentang Pengertian HIV/AIDS ... 53

4.4. Sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 54

4.4.1. Kategori Sikap WPS Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 55

4.5. Prilaku Wanita Pekerja Seks(WPS) Terhadap Penyakit HIV/AIDS .... 56

4.5.1. Kategori Prilaku WPS Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 56

4.6. Sumber Informasi Tentang Penyakit HIV/AIDS ... 57

BAB.V PEMBAHASAN ... 58

5.1. Karakteristik Responden ... 58

5.2. Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks(WPS) Terhadap Hiv/Aids ... 59

5.3. Sikap WPS Terhadap Hiv/Aids ... 62

5.4. Prilaku WPS terhadap Hiv/Aids ... 65

5.5. Sumber Informasi Tentang Penyakit Hiv/Aids ... 67

BAB.VI KESIMPULAN & SARAN ... 69

6.1. Kesimpulan ... 69

6.2. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(12)

x DAFTAR ISI

Halaman Tabel 4.1. Distribusi frekuensi WPS berdasarkan Kategori umur

di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun

Tahun 2014 ... 47 Tabel 4.2. Distribusi frekuensi WPS berdasarkan Pendidikan di lokalisasi

di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung

Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 48 Tabel 4.3. Distribusi frekuensi WPS berdasarkan Kategori Lama Bekerja

dilokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 49 Tabel 4.4. Distribusi frekuensi Pengetahuan WPS Berdasarkan Defenisi

HIV/AIDS di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun

Tahun 2014 ... 49 Tabel 4.5. Distribusi frekuensi Pengetahuan WPS berdasarkan Keberadaan

Virus HIV/AIDS Dalam Tubuh di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela

Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.6. Distribusi frekuensi Pengetahuan WPS berdasarkan Cara

Penularan HIV/AIDS di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela

Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 51 Tabel 4.7. Distribusi frekuensi Pengetahuan WPS berdasarkan Gejala Dini

Penderita HIV/AIDS di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 52 Tabel 4.8. Distribusi frekuensi Pengetahuan WPS berdasarkan Cara

Pencegahan HIV/AIDS di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela

Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 53


(13)

Tabel 4.9. Distribusi frekuensi Kategori Pengetahuan WPS Terhadap Penyakit HIV/AIDS di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun

Tahun 2014 ... 53 Tabel 4.10. Distribusi frekuensi Sikap WPS Terhadap Penyakit HIV/AIDS

di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun

Tahun 2014 ... 54 Tabel 4.11. Distribusi frekuensi Sikap WPS Terhadap penyakit HIV/AIDS

di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun

Tahun 2014 ... 55 Tabel 4.12. Distribusi frekuensi Prilaku WPS Terhadap penyakit HIV/AIDS

di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun

Tahun 2014 ... 56 Tabel 4.13. Distribusi frekuensi WPS berdasarkan Prilaku Terhadap

penyakit HIV/AIDS di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela

Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 56 Tabel 4.14. Distribusi frekuensi WPS berdasarkan Sumber informasi

mengenai penyakit HIV/AIDSdi lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela


(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuesioner Lampiran 2 Print Out Data SPSS Lampiran 3 Master Data

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian


(15)

ABSTRAK

Human Immuno-defiency Virus (HIV) merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang. Ditemukanya kasus infeksi HIV/AIDS pada Wanita Pekerja Seks (WPS) di Lokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun mungkin dipengaruhi oleh Tingkat pengetahuan wanita pekerja seks (WPS) tentang penyakit menular seksual (PMS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) tentang penyakit Human Immuno deficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS) di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh Wanita Pekerja Seks (WPS) yang ada di Lokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014 yaitu sebanyak 135 orang, sampel penelitian sebanyak 56 orang responden ,metode pengampilan sampel dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Data primer dilakukan dengan wawancara langsung pada pasien dengan menggunakan kuesioner kepada Wanita Pekerja Seks (WPS) sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas Bukit Maraja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori pengetahuan responden pada umumunya berada pada kategori baik yakni 42 orang (75%) tingkat pengetahuan cukup 13 orang (23,2%) dan tingkat pengetahuan buruk 1 orang ( 1,8%). Kategori sikap responden pada umumnya berada pada kategori Cukup sebanyak 54 orang (96,4%) dan selanjutnya di ikuti oleh kategori sikap kurang sebanyak 2 orang (3,6%). Kategori Prilaku responden pada umumnya berada pada kategori baik sebanyak 49 orang (87,5%) dan selanjutnya di ikuti oleh perilaku cukup sebanyak 7 Orang (12,5%). Berdasarkan sumber informasi responden tentang penyakit HIV/AIDS paling banyak bersumber dari teman yakni berjumlah orang (32,1%).

Disarankan kepada dinas kesehatan dapat memanfaatkan metode peer educater yakni memanfatkan para WPS untuk dapat memberikan informasi mengenai penyakit HIV/AIDS kepada rekannya.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang mengancam hidup manusia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. Epidemi HIV pertama sekali diidentifikasi pada tahun 1983. Derajat kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh HIV dan dampak global dari infeksi HIV terhadap sumber daya penyedia kesehatan dan ekonomi sudah meluas dan terus berkembang. (Abbas 2007)

Jika berbicara mengenai HIV, maka hal itu pasti tidak bisa lepas dari membicarakan mengenai AIDS. Meskipun demikian HIV, berbeda dengan AIDS. (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyebabkan HIV Seseorang yang telah terinfeksi HIV belum tentu ia terjangkit AIDS. Seseorang baru dapat dikatakan terkena penyakit AIDS jika ia telah memenuhi kriteria tertentu. Salah satu kriteria utamanya menurut Departemen Kesehatan adalah jika seseorang yang telah terinfeksi tersebut memiliki kadar sel CD4, sel yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh dan memiliki protein tertentu di permukaannya, dibawah 14%. Sel CD4 adalah sel yang diserang oleh virus HIV untuk merusak sistem kekebalan tubuh orang yang telah terinfeksi (Lembaran Informasi HIV/AIDS untuk Odha, 2007).

Bukti dari adanya epidemi AIDS (acquired immunodeficiency syndrome ditemukan pada pertengahan antara musim semi dan musim dingin di tahun 1980. Antara bulan Oktober 1980 dan Mei 1981, seorang dokter, Dr. Michael Gottlieb bersama koleganya di tiga rumah sakit berbeda di Los Angeles mulai tertarik meneliti


(17)

sekelompok pasien yang terdiri dari lima orang pasien laki-laki muda yang usianya berkisar antara 29-36 tahun, dan berada di dalam perawatan mereka Dua orang dari sekelompok pasien itu meninggal dunia dan tiga orang sisanya menderita sakit yang parah. (Majalah Support Edisi 2008)

Kelima orang tersebut, yang sebelumnya sehat didiagnosa menderita sakit pneumonia yang sangat tidak biasa, yang disebabkan oleh parasit yang disebut Pneumocystis carinii. Parasit jenis ini biasa ditemukan pada pasien dengan tekanan yang hebat pada sistem imun mereka yang diakibatkan oleh penggunaan obat atau penyakit. Laporan pertama berdasarkan hasil observasi ini terdapat pada The Morbidity and Mortality Weekly Report pada tanggal 5 Juni 1981. Penyakit ini kemudian dikenal dengan sebutan acquired immmunodeficiency syndrome (AIDS) karena penyakit ini sangat jelas ditularkan dari satu orang ke orang yang lainnya, juga karena efek yang ditimbulkannya, yaitu penekanan sistem imun pasien (Schoub, 1995).

Setelah ditemukan kasus pertamanya di tahun 1981, HIV/AIDS telah menjadi salah satu masalah global yang banyak menyedot perhatian dunia karena peningkatan jumlah penderitanya yang semakin signifikan. Sampai akhir Juni 2005, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia tercatat 7.098 orang, dan estimasi orang tertular mencapai 150 ribu lebih (Majalah Support Edisi Februari 2008). Hal senada juga di ungkapkan oleh Irwan Kosasih dalam training Health[e]ducation, 12 April 2008. Menurutnya, angka HIV/AIDS sendiri di dunia sampai dengan akhir 2005 adalah 40,3 juta penderita. Semenjak tahun 2005 itulah Indonesia telah berubah statusnya dari daerah yang low level (daerah yang tingkat penderitanya masih tergolong rendah)


(18)

3

menjadi concentrated level (daerah yang dibeberapa bagiannya memiliki tingkat penderita yang tinggi, misalnya Papua, Riau dan lain-lain).

Ia juga menyatakan bahwa epidemi HIV di Indonesia merupakan pertumbuhan yang tercepat di Asia. Data terakhir mengenai kasus AIDS yang tercatat hingga 31 Desember 2007 adalah sebesar 11.141 kasus, dan untuk kasus HIV sendiri, yang tercatat adalah sebesar 6.066 kasus. Kenaikan terbesar angka tersebut ada diantara tahun 2003 ke tahun 2004, yaitu dari 316 kasus melonjak menjadi 1195 kasus (Majalah Support Edisi Februari 2008).

HIV telah menginfeksi 50 – 60 juta orang dan menyebabkan kematian pada orang dewasa dan anak – anak lebih dari 22 juta orang. Lebih dari 42 juta orang hidup dengan infeksi HIV dan AIDS, yang kira – kira 70% berada di Afrika dan 20% berada di Asia, dan hampir 3 juta orang meninggal setiap tahun. Penyakit ini sangat berbahaya karena sekitar setengah dari 5 juta kasus baru setiap tahun terjadi pada dewasa muda, yaitu 15 – 24 tahun (Abbas, 2007).

Human Immuno-defiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang (Spiritia.2009). Tertularnya seseorang dengan HIV ini akan menyebabkan orang tersebut menderita sakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). HIV/AIDS termasuk salah satu penyakit yang sedang mendapat perhatian masyarakat dunia. Penyebaran infeksi terus berlangsung dan merampas kekayaan setiap negara karena sumber daya manusia yang produktif menderita (Smeltzer, 2003 & Maramis 2007).


(19)

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejalagejalapenyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human ImmunodeficiencyVirus) yang ditandai dengan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh.Penderita AIDS mudah diserang infeksi oportunistik (infeksi yang disebabkanoleh kuman yang pada keadaan sistem kekebalan tubuh normal tidak terjadi). (Jurnal KPA Edisi 2013)

AIDS disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV) yakni sejenis virus RNA dalam genus Lentivirus dari famili Retroviridae. Dikenal ada dua serotype HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 merupakan penyebab tersering AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Dasar utama penyakit infeksi HIV ialah berkurangnya jenis sel darah putih (Limfosit T helper) yang mengandung marker CD4. Limfosit T mempunyai pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi kebanyakan fungsi-fungsi kekebalan, sehingga kelainan-kelainan fungsional pada Limfosit T akan menimbulkan tanda-tanda gangguan respon kekebalan tubuh (Iman, 2011).

HIV & AIDS di Indonesia sudah secara resmi dilaporkan sejak 19 tahun lalu. Selama kurun waktu itu, kecenderungannya tidak pernah berkurang atau berhenti. Tren menunjukkan bahwa kecenderungannya terus meningkat. Walau jumlah kasus yang dilaporkan masih di bawah 6.000 kasus estimasi terhadap jumlah ODHA sebenarnya berkisar 53.000 sampai

180.0001 orang Sebagian besar adalah laki-laki (82%).(WHO/UNAIDS, 2005).

Data WHO tahun 2007 menunjukkan, terdapat 33,2 juta orang di dunia yang hidup dengan HIV. Pada tahun 2010 telah terjadi 2,1 juta kematian akibat AIDS, dan 2,5 juta kasus HIV baru. Di banyak wilayah di dunia, infeksi baru HIV terkonsentrasi


(20)

5

pada kelompok umur dewasa muda (15-24 tahun). Di Asia jumlah penderita HIV meningkat lebih dari 150%. Indonesia adalah Negara di Asia dengan pertumbuhan epidemic HIV tercepat. Hingga September 2007 di Indonesisa tercatat sekitar 170.000 orang yang terinfeksi HIV.

Kejadian HIV/AIDS di desa ini dikarenakan penyebaran HIV/AIDS dapat terjadi melalui berbagai media seperti penggunaan jarum suntik bersama, hubungan seksual, transfusi darah dan perinatal (Myrnawati, 2000). Faktor yang menjadi penyebab penularan penyakit HIV/AIDS di sebagian wilayah indonesia sebagian besar adalah melalui hubungan seksual. Berdasarkan laporan Restri (2010) menyatakan bahwa saat ini terdapat 3,2 juta laki-laki yang menjaja seks komersial (PSK) di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, sebanyak 50 persen dari laki-laki tersebut sudah berkeluarga, dengan demikian, sekitar 1,6 juta ibu rumah tangga terancam penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.

Di Indonesia masalah AIDS cukup mendapat perhatian mengingat Indonesia adalah negara terbuka, sehingga kemungkinan masuknya AIDS adalah cukup besar dan sulit dihindari. Sampai Maret 2010 tercatat terjadi 20.564 kasus AIDS dengan 3.936 orang korban meninggal dunia di Indonesia. Jumlah tersebut semakin bertambah seiring dengan banyaknya faktor dan sarana penularan HIV/AIDS. Berdasarkan estimasi Depkes dan KPAN, kasus HIV/AIDS di Sumatera Utara sejak tahun 1992 – April 2009 tercatat sebanyak 1680 orang dan 872 diantaranya telah menderita AIDS. Angka kejadian tertinggi di Sumatera Utara adalah kota Medan dengan 1181 kasus. Di RSUP H. Adam Malik Medan, jumlah penderita HIV/AIDS hingga Februari 2009 tercatat sekitar 1.296 kasus. (Hanum 2009)


(21)

Laporan Ditjen Pengedalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI Menunjukan Tingkat resiko penularan HIV Indonesia tahun 2014 berjumlah 106.001 Jiwa dengan angka infeksi HIV pada tahun 2012 sebanyak 2.900 jiwa. (Ditjen P2P Kemenkes RI 2013)

Kasus Human Immuno deficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS) di Indonesia sampai September 2013 telah ditemukan 118.792 kasus Human Immuno Deficiency Virus (HIV) dan 45.190 diantaranya telah menderita Acquired Immuno Deficiency Sindrome (AIDS), 8.523 diantaranya orang telah meninggal dunia. Cara penularan melalui jarum suntik. Terutama bagi mereka yang memakai narkotik berjumlah 7.962 kasus Human Immuno deficiency Virus (HIV) terjadi melalui cara penularan melalui jarum suntik yang tidak steril, dipakai bergantian dan salah satu penggunanya mengidap Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Cara penularan melalui hubungan seks adalah sekitar 27.782 (heteroseksual) dan 1.134 (homoseksual). Di Propinsi Sumatera Utara, pada saat yang sama telah ditemukan 1.337 kasus Human Immuno deficiency Virus (HIV), dan 515 diantaranya telah menderita Acquired Immuno Deficiency Sindrome (AIDS). dan 36 orang telah meninggal dunia (Ditjen P2PL Kemenkes 2013)

Dari hasil survey yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kelompok yang berisiko tinggi terkena penyakit menular seksual adalah Pekerja Seks Komersial (PSK), pekerja panti pijat, narapidana dan homoseks (Suara Karya, 2013).

Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun menemukan 73 penderita HIV/AIDS pada tahun 2012 , dua diantaranya telah mengidap AIDS . Faktor pendukung yang


(22)

7

menjadikan kabupaten Simalungun sebagai wilayah dengan Infeksi HIV/AIDS di sumatera utara dikarenakan banyak ditemukannya pekerja seks komersial, panti pijat, dan bar /café yang digunakan untuk tempat prostitusi.

Laporan bulanan Voluntary Conselling and Testing (VCT) yang diperoleh dari Puskesmas Kerasaan Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun. Bulan Mei 2013, jumlah orang yang di testing Human Immuno deficiency Virus (HIV) di Bukit Maraja sebanyak 19 orang, yang baru ditemukan positif Human Immuno deficiency Virus (HIV) 1 orang. Pada survey awal bulan Mei 2013 jumlah seluruh pekerja seks komersial (PSK) di Lokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun sebanyak 135 orang, salah masih ditemukanya kasus infeksi HIV/AIDS tersebut mungkin dipengaruhi oleh Tingkat pengetahuan pwanita pekerja seks (WPS) tentang penyakit menular seksual (PMS).

Pernyataan bahwa HIV/AIDS sudah merupakan sebuah epidemi tidaklah berlebihan karena jumlah penderitanya yang meningkat pesat. Salah satu penyebab lain dari label epidemi ini adalah karena hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut, meskipun demikian, kemajuan ilmu pengetahuan telah mencatat bahwa sejak beberapa tahun yang lalu telah ditemukan obat (antiretroviral/ARV) yang dapat mengontrol tingkat virus HIV di dalam darah hingga dapat menjadi tidak terdeteksi. Namun sangat sulit mengontrol kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat ini, ditambah lagi minimnya informasi masyarakat untuk mengakses obat ini membuat sulitnya mencapai target pasien minum obat ARV. Sehingga sector yang dianggap dapat mengadalikan penyakit ini adalah


(23)

kegiatan pencegahan peluranya.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memugkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Notoadmodjo,2003).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Lokasi Bukit Maraja untuk mengetahui "Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) Tentang Penyakit Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS)".

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) tentang penyakit Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS) di Lokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun, Periode Januari-Maret 2014.


(24)

9

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) tentang penyakit Human Immuno deficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS) di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik perempuan Wanita Pekerja Seks (WPS) Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Maraja Kab.Simalungun Tahun 2014 b. Mengetahui tingkat Wanita Pekerja Seks (WPS) mengenai penyakit

Human Immuno deficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS) berdasarkan karakteristik yang dimilikinya di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014.

1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penyakit Human Immuno deficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS) dan tingkat pengetahuan perempuan pekerja seks komersial mengenai HIV/AIDS.


(25)

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi bagi peneliti yang akan datang dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.

1.4.3. Bagi Wanita Pekerja Seks (WPS)

Untuk menambah pengetahuan para Wanita Pekerja Seks (WPS) dalam pencegahan terjadinya HIV/AIDS dan menambah wawasan bagi para WPS.

1.4.4. Bagi Dinas Kesehatan Simalungun.

Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dalam menentukan bentuk pendekatan yang lebih sesuai guna meningkatkan pengetahuan perempuan pekerja seks komersial tentang penyakit menular seksual dan meningkatkan upaya-upaya pencegahan HIV/AIDS di wilayah Kabupaten Simalungun.


(26)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Defenisi Pengetahuan, Sikap Dan Prilaku 2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010). Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah


(27)

mengingat kembali (recap terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu komponen untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (rear. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu


(28)

13

didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responder (Notoadmodjo, 2007).

2.1.2. Prilaku

Menurut teori Lawrence Green (1980) disitasi Notoatmodjo, 2003 bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti lingkungan fisik, prasarana dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya.

Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114). Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus berdasarkan pengetahuan dan sikap seseorang.


(29)

2.1.2.1 Bentuk Prilaku

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.

a. Respondent Respon atau Reflexsive

Yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

b.Operant Respon Atau Instrumental Respon

Yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Peragsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan


(30)

15

menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

2.2.1.2. Domain Perilaku

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139). 2.1.3. Proses Tejadinya Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi


(31)

proses yang berurutan, yakni

Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.

a. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

b. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

c. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

d. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Notoadmojo mengungkapkan sebelum orang mengadopsi prilaku didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru, sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003


(32)

17

Benjamin seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:

a.Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia , 2003). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan indera penglihatan.

Pengetahuan diartikan hanya sekedar “tahu”, yaitu hasil tahu dari usaha manusia untuk menjawab pertanyaan “what”.

Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau sgala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. (Surajiyo,2007).

Pengetahuan, menurut Davenport merupakan perpaduan yang cair dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman dan informasi baru. berarti bahwa pengetahuan berbeda dari informasi, informasi menjadi pengetahuan bila terjadi proses-proses seperti pembadingan, konsekwensi, penghubungan, dan perbincangan.

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui dan disadari oleh


(33)

seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul. ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. (Notoadmojo 2007)

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendiriya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme.

Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuantentang matematika. Dalam matematika, hasil 1+ 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya.


(34)

19

Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. Media Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah Keterpaparan informsi pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary adalah that of which one is apprised or told: intelligence, news. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan.

Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena dari pengalaman dan


(35)

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia atau kepandaian dari manusia dan segala sesuatu yang ada dalam pikiran seseorang untuk mengenal dan mengetahui berbagai hal.

1.Macam-macam Pengetahuan a. Pengetahuan Umum

Pengetahuan umum adalah segala sesuatu yang dipakai oleh orang atau seseorang secara umum tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam – dalamnya dan sebesar – besarnya

b.Pengetahuan Khusus

Pengetrahuan khusus adalah segala sesuatu yang dikrtahui oleh seseorang secara khusus, sesuatu hal yang sedalam – dalamnya dan sebesar – besarnya

b.Sikap (Atitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang- tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo 2005)

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. (Campbell). Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak, bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. (Newcomb)


(36)

21

Komponen Sikap (Allport)

1. Kepercayaan terhadap objek 2. Keyakinan terhadap objek 3. Ide Konsep terhadap objek

4. Kepercayaan Terhadap Ide Konsep 5. Keyakinan Terhadap Ide Konsep

Sikap sering diperoleh dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:

1. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu 2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada

pengalaman orang lain.

3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

4. Nilai (value) di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pasanagn setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasayarakat.

Newcomb, salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya antara lain:


(37)

1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subyek mau menerima stimulus yang diberikan (objek)

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan bahwa memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi

3. Mengharagai (Valuing)

Menghargai diartikan subyek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Membahasnya denga orang lain dan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

4. Bertanggungjawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakini.

c. Tindakan atau praktek (practice)

Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.

2.2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan diantaranya menurut Becker konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap


(38)

23

terhadap kesehatan (health attitude) dan praktek kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :

2.2.1. Pengetahuan Kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. Dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.

2.2.2. Sikap Terhadap Kesehatan

Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.

2.2.3. Tindakan Terhadap kesehatan

Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.

Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku


(39)

kesehatan Menurut Solita,perilaku kesehatan merupakan “segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan”. Sedangkan Cals dan Cobb mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: “perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala (asymptomatic stage)”. Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.

Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terken masalah kesehatan.


(40)

25

2.3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokan menjadi dua, yakni :

2.3.1. Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah 1) Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Metode ini telah digunakan oleh orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak jasanya, terutama dalam meletakan dasar-dasar mennemukan teori-teori dalam berbagai cabang iilmu pengetahuan.

2) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers pada tahun 1926.

3) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat Modern,


(41)

Para Pemegang otoritas baik pemerintah maupun ahli ilmu pengetahuan, pada prinsipnya menemukan mekanisme yang sama didalam penemuan pengetahuan. 4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

5) Cara Akal Sehat

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya,atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan yang baik bagi pendidikan anak, pemberian hukuman dan hadiah (Reward & Punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisplinkan anak dalam konteks pendidikan.

6) Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh


(42)

pengikut-27

pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

7) Kebenaran secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sisitematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

8) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran.

9) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum. Proses berpikir induksi berasal dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.

10) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum yang ke khusus. Aristoteles (384-322SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut “silogisme”. Silogisme merupakan suatu bentuk


(43)

deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umumpada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

2.3.2.Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistimatis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut „metode penelitian ilmiah‟, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini menyangkut 3 hal pokok yakni :

1. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat

dilakukan pengamatan

2. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan

3. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 2.4.1. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam


(44)

29

memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalha kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja.

2.4.2. Faktor Eksternal 1) Faktor lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :


(45)

a. Baik : Hasil presentase 76%-100%. b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%. c. Kurang : Hasil presentase >56 %.

2.6. Pengertian Wanita Pekerja Seks (WPS)

Wanita Pekerja Seks adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang. Sebelum istilah WPS diperkenalkan, dahulu istilah yang kits kenal adalah pelacuran. Sejarah panjang pelacuran secara tidak terelakan menimbulkan hubungan sosial yang beragam dan tidak konsisten ditempat pelacuran itu berlangsung.

Masalah pelacuran merupakan masalah sosial yang melanda desa sampai kota besar karena mengganggu ketentraman dan kehidupan bersama apalagi masyarakat Indonesia yang masih menjunjung tinggi lembaga perkawinan dan memegang teguh norma keagamaan. Pelacuran juga sangat berbahaya bagi kesehatan karena penyakit yang ditularkan tidak saja merugikan pihak yang berhubungan langsung tetapi juga pada keturunannya.

Namun oleh kalangan feminis diubah untuk mencoba mengangkat posisi sosial pelacur menjadi setara dengan orang pencari nafkah lainnya, dan berlaku tidak hanya bagi perempuan saja tetapi juga laki-laki dan kaum transvertit dan laki-laki homoseks. Transvertit adalah seseorang yang secara anatomis laki-laki tapi secara psikologis merasa dan


(46)

31

menganggap dirinya seorang perempuan. la akan berperilaku dan berpakaian seperti perempuan (Widyastuti, 2009).

2.7. HIV/AIDS

2.7.1.Definisi Human Immuno Deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).

Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS (Maryunani, 2009). Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang didapat (bukan karena keturunan) tetapi disebabkan oleh virus HIV (Maryunani, 2009).

Human Immuno deficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS), saat ini telah menjadi kata yang dikenal dimanamana diseluruh pelosok Indonesia. Namun kata itu terkesan hanya dijadikan sebuah "hantu" yang bahkan tidak ditakuti karena dianggap hanya akan mengganggu kelompok tertentu. Human Immuno deficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS) dianggap penyakit untuk orang yang berdosa, penyakit kutukan khususnya bagi mereka yang melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (Nasution, 2005).

Sejarah Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).

Pertama kali kasus Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)


(47)

dilaporkan oleh Centre for Disease Control (CDC) di Amerika Serikat Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para pengguna narkoba (Injecting Drug User – IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama jugs menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV (Nursalam, 2007).

2.7.2 Tanda-tanda atau gejala Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)

Tanda-tanda utama (gejala mayor).

- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat. - Demam berkepanjangan selama lebih dari 1 bulan

- Diare berkepanjangan selama lebih dari 1 bulan. Tanda-tanda tambahan

- Batuk berkepanjangan selama lebih dari 1 bulan. - Kelainan kulit dan iritasi (gatal).

- Herpes simpleks (kulit melepuh dan terasa nyeri) yang menyebar

dan bertambah parah.

- Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, dan

- Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang teraba di bawah telinga, leher, ketiak dan lipat paha.

Bila terdapat sekurang-kurangnya tiga dari sekian gejala diatas, bisa diperkirakan adanya AIDS. Namun perlu diperhatikan bahwa gejalagejala


(48)

33

tersebut bisa jugs menandakan penyakit lain. Diagnosis AIDS hanya bisa ditegakkan setelah dilakukan tes darah (Irawan, 2006).

2.7.3. Pengobatan dan Perawatan dengan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)

Hingga saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan AIDS. Diperkenalkan terapi anti Retro, virus (ARV) hanya membantu orang untuk memperpanjang usia hidupnya. Banyak orang masih dapat bertahan hidup karena mempunyai kesempatan mengakses perawatan ARV.

Tetapi perawatan ARV hanya dapat bermanfaat bila seseorang mematuhi regimen terapi di dalam kehidupan sehari-harinya selama sisa hidupnya. Di banyak negara, kepatuhan terhadap terapi masih menjadi tantangan yang besar. Banyak faktor mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat mematuhi regimen terapinya, antara lain belum bisa membuka status kepada anggota keluarganya, perlu meminum obat secara diam-diam, berbagai obat-obat mereka dengan orang lain yang mereka fikir berstatus HIV positif, tidak mampu membayar biaya transport untuk pergi ke klinik untuk mendapatkan suplai obat secaraa teratur, tidak merasa nyaman, tidak mempunyai akses terhadap terapi substitusi obat dan tidak mempunyai makanan yang cukup dikonsumsi dengan obat.

Di beberapa tempat orang yang hidup dengan HIV atau anggota keluarga mempunyai peranan penting sebagai pendukung perawatan menyediakan informasi dan mendukung orang yang berstatus HIV positif agar mematuhi ARV. Keuntungan dari perawatan ini juga bergantung pada ketergantungan


(49)

suplai obat bermutu yang terus menerus tanpa terputus untuk seumur hidup. Sangat penting untuk memastikan ketersediaan, kesinambungan dan kualitas perawatan sepanjang terapi tersebut dibutuhkan (Depkes RI, 2008).

2.7.4. Resiko atau dampak Human Immuno Deficiency Virus Acquired Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).

Faktor resiko penularan melalui hubungan seks tak aman masih tinggi. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) saat ini bisa memasuki kehidupan siapa saja, tanpa memandang umur, jenis kelamin, orientasi seksual, pekerjaan atau gaya hidup. Yang membuat orang yang resiko tinggi adalah perilakunya. Yang termasuk perilaku resiko tinggi adalah seringnya berganti-ganti pasangan seksual atau melakukan hubungan seks tanpa dilindungi (tanpa kondom). Selain itu, penggunaan jarum suntik bekas orang lain juga membuka peluang orang terinfeksi Human Immuno deficiency Virus (HIV) (Irawan, 2006).

2.7.5. Pencegahan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)

Anda bisa mencegah Human Immuno Deficiency Virus/Acquired Immuno deficiency Syndrome (HIV/AIDS) dengan cara :

a. Melakukan hubungan seksual hanya dengan satu pasangan yang setia atau menghindari hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti. b. Mempunyai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan setia pada


(50)

35

c. Setiap darah transfuse di cek terhadap HIV dan donor darah kepada sanak saudara lebih sehat dan aman dibanding dengan donor darah profesional. d. Menghindari infeksi, periksa dalam, prosedur pembedahan yang tidak

steril dari petugas kesehatan yang tidak bertanggung jawab.

e. Menggunakan kondom dengan hati-hati dan benar (Widyastuti, 2009). Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menggunakan konsep "ABCD" untuk pencegahan penularan Human Immuno Deficiency Virus (HIV) yaitu:

a.Abstinence, berarti absent seks, dengan tidak melakukan hubungan seks bagi orang yang belum menikah.

b.Be Faithful, berarti bersikap setia kepada satu pasangan, tidak berganti-ganti pasangan seks.

c.Condom, berarti cegah penularan HIV dengan memakai kondom. Kondom harus dipakai oleh pasangan seks yang salah satu pasangannya telah diketahui terinfeksi HIV.

d. Drug No, berarti dilarang menggunakan narkoba (Maryunani, 2009). Aktifitas pencegahan penularan Human Immuno Deficiency Virus/Acquired Immuno deficiency Syndrome (HIV/AIDS) yang dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Menyebarluaskan informasi (komunikasi Informasi Edukasi/KIE) tentang Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency syndrom (HIV/AIDS)

- Meningkatkan kesadaran tentang bagaimana cara menghindari


(51)

penularan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) dan Infeksi Menular Seksual (IMS).

- Menjelaskan manfaat dari konseling dan tes Human Immuno deficiency Virus (HIV) secara sukarela.

2. Mengadakan penyuluhan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) secara kelompok (Peer Group Education).

- Mempelajari tentang pengurangan resiko penularan Human Immuno deficiency Virus (HIV) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang termasuk penggunaan kondom.

- Bagaimana bernegosiasi seks aman (penggunaan kondom) dengan pasangan.

3. Mobilisasi masyarakat

- Melibatkan petugas lapangan (kader PKK, Bidan dan lain-lain) untuk memberikan informasi pencegahan Human Immuno deficiency Virus (HIV) dan infeksi Menular Seksual (IMS) kepada masyarakat dan untuk membantu klien untuk mendapatkan akses layanan kesehatan.

4. Konseling untuk perempuan HIV negatif.

- Ibu hamil yang hasil tesnya Human Immuno deficiency Virus (HIV) negatif perlu didukung agar status dirinya tetap HIV negatif.


(52)

37

deficiency Virus (HIV) (Maryunani, 2009).

Sebagai pekerja kesehatan, peran kita penting sekali dalam mendidik masyarakat yang kita layani tentang cara-cara mencegah Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu :

a. Terangkan bagaimana Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) menular dan bagaimana mencegah penularannya, kepada siapa saja yang kita jumpai, khususnya para pasien yang beresiko atau yang sudah mengidap penyakit-penyakit lain yang menular lewat hubungan seks.

b. Dorong perempuan dan laki-laki untuk menggunakan kondom sewaktu berhubungan seksual meskipun mereka sudah ber-KB dengan metode lain. c. Hati-hati dengan pasien yang datang dengan keluhan apapun. Orang yang tampaknya sehatpun bisa saja terkena Human Immuno deficiency Virus (HIV). Kapan pun bila dalam bertugas kita tersayat, teriris, atau luka yang mungkin terkena cairan tubuh pasien, segera lakukan pencegahan penularan (termasuk bila kita memberikan suntikan, menjahit luka, membantu persalinan, atau memeriksa vagina dan saluran peranakan). d. Jaga agar semua informasi dari pasien dirahasiakan, dan pelayanan

diberikan dalam keleluasan pribadi. Namun semua anggota masyarakat dalam daerah kerja anda harus dilayani tanpa pengecualian.

2.7.6. Tindakan yang tidak menyebabkan Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).

Human Immuno deficiency Virus (HIV) tidak bisa hidup diluar tubuh manusia lebih lama dari beberapa menit saja. Human Immuno deficiency


(53)

Virus (HIV) tidak bisa hidup mandiri di udara terbuka atau di air. Ini berarti bahwa anda tidak akan terkena infeksi dengan cara-cara.

a. Tidur diatas satu ranjang.

b. Berciuman, bersentuhan atau berpelukan. c. Makan dari piring yang sama

d. Memakai handuk, pakaian, selimut, seprei, jamban atau kamar mandi yang sama

e. Merawat penderita Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).


(54)

39

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS (WPS) TENTANG PENYAKIT HIV/AIDS

2.7.7. Kerangka Konsep

Sumber : Lawrence Gren

1. Faktor Pendukung (Karateristik Pekerja Seks Komersil)

- Umur

- Pendidikan

- Lama Bekerja

2. Faktor Predisposisi

- Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks Tentang HIV/AIDS

- Sikap Wanita Pekerja Seks Terhadap HIV/AIDS

- Prilaku Wanita Pekerja Seks Terhadap HIV/AIDS

3. Faktor Pendorong (Sumber Informasi Mengenai HIV/AIDS)

- Teman

- Saudara

- Radio

- Majalah/Koran

- Petugas Kesehatan

- Internet

- Televisi (TV)

Brosur/booklae/Leaflet/poster

- Belum Pernah


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai maka jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoadmodjo, 2007).

Data dalam rancangan ini termasuk jenis kuantitatif yaitu penyajian data dalam bentuk angka yang dapat dihitung secara matematik dan dalam pengolahan dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus statistik.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara cross sectional artinya penelitian yang memberikan informasi mengenai situasi yang ada pada satu waktu (Arikunto, 2005).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Periode Februari s.d Maret 2014 untuk mengetahui gambaran pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) tentang penyakit Human Immuno ViruslAcquired Immuno Deficiency Syndrom (HIV/AIDS) Survey awal dilakukan pada bulan Oktober 2013. 3.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh Wanita Pekerja Seks (WPS) yang ada di Lokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014 yaitu sebanyak 135 orang,. Jumlah


(56)

41

sampel yang diteliti dihitung dengan menggunakan rumus (Lemeshow, S. & David W.H.Jr, 1997). dengan perhitungan sebagai berikut :

dimana:

N = Jumlah populasi n = Jumlah sampel

d = Jumlah presisi yang ditetapkan (0,1) Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1,96) p = Proporsi populasi (ditentukan = 0,5) maka besar sampel:

Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus diatas maka diketahui jumlah sampel dari populasi sebanyak 135 orang didapat sampel penelitian sebanyak 56 orang responden,metode pengampilan sampel dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. ) 5 , 0 1 ( 5 , 0 . 96 , 1 ) 1 135 .( 1 , 0 284 ). 5 , 0 1 ( 5 , 0 . 96 , 1 2 2 − + − − = n 9604 , 0 34 , 1 654 , 129 + = n 56 3615 , 56 3004 , 2 654 ,

129 = =

= n ) 1 ( . ) 1 .( ). 1 ( . 2 2 2 p p Z N d N p p Z n − + − − =


(57)

3.4. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2005). Sedangkan menurut Sugiyono (2003) variabel merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati.

Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan wanita pekerja seks komersial tentang penyakit menular seksual (meliputi Pengetahuan Sikap & Prilaku) dengan sub variabel :

1. Pengetahuan, Sikap & Prilaku wanita pekerja seks tentang HIV/AIDS berdasarkan karakteristik umur.

2. Pengetahuan,Sikap & Prilaku wanita pekerja seks tentang HIV/AIDS berdasarkan karakteristik pendidikan.

3. Pengetahuan,Sikap & Prilaku wanita pekerja seks tentang HIV/AIDS berdasarkan.karakteristik lama bekerja sebagai WPS.

4. Pengetahuan, Sikap & Prilaku wanita pekerja seks berdasarkan sumber informasi tentang HIV/AIDS.

3.5. Defenisi Operasional

Yang dimaksud dengan pengetahuan perempuan pekerja seks komersial tentang penyakit HIV/AIDS. adalah tingkat pengetahuan wanita pekerja seks mengenai hal-hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS yang meliputi tingkat Pengetahuan, sikap dan prilaku, Pada penelitian ini tingkat pengetahuan wanita pekerja seks komersial diukur dengan menggunakan kuesioner dan tingkat pengetahuan dikategorikan sebagai berikut:


(58)

43

a. Baik : Hasil presentase 76%-100%. b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%. c. Kurang : Hasil presentase >56 %.

3.6. Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2005).

Untuk mengetahui pengetahuan perempuan pekerja seks komersial , kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan pilihan jawaban benar atau salah dimana dari pernyataan yang diberikan oleh peneliti telah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban sesuai pengetahuannya (Sugiyono, 2003). Skoring yang digunakan :

- Jawaban benar diberi skor 1

skor yang benar jawabannya adalah 1, skor jawaban maksimum dari setiap aspek jawaban dikali jumlah soal.

- Jawaban salah diberi skor 0

Skor yang salah jawabannya adalah 0, skor jawaban minimal dari setiap aspek jawaban dikali jumlah soal.


(59)

3.7. Pengumpulan Data 3.7.1. Data Primer

Data primer dilakukan dengan wawancara langsung pada pasien dengan menggunakan kuesioner kepada Wanita Pekerja Seks (WPS) yang ada di Lokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun.

3.7.2. Data Sekunder

Diperoleh waktu kunjungan dan di dapat dari Puskesmas Bukit Maraja 3.8. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut

1. Editing

Adalah kelengkapan pada data yang telah dikumpulkan bila terdapat kesalahan, pengumpulan data bisa diperbaharui.

2. Coding

Adalah hasil jawaban clari setiap pernyataan diberi kode sesuai petunjuk.

3. Tabulating

Adalah memasukkan data-data kedalam tabel distribusi frekuensi (Hidayat, 2007).


(60)

45

Analisis secara diskriptif ini nantinya menghasilkan distribusidan persentase dari setiap variabel, dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan diagram. Rumus yang dipakai untuk menghitung persentase adalah sebagai berikut :

P = f/n x 100% P = Persentase

f = Jawaban yang benar n = Jumlah soal

Maka pengetahuan dilakukan dengan cara

soal Jumlah

benar yang jawaban Jumlah

x 100%

Selanjutnya hasil hitung di kategorikan dalam 3 kategori yakni :

a. Baik : Hasil presentase 76%-100%. b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%. c. Kurang : Hasil presentase >56 %.


(61)

BAB IV

HASIL PENELETIAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Februari 2014 sampai dengan 3 Maret 2014. Penelitian dilakukan dengan memilih sampel secara accidental random sampling, artinya responden yang terpilih adalah orang-orang yang dijumpai secara acak. Dalam proses penelitian ini, peneliti ditemani oleh petugas kesehatan dari Puskesmas Gunung Malela Kabupaten Simalungun. Responden yang terpilih tidak ada yang batal diwawancarai, walaupun ada beberapa responden yang awalnya menolak namun akhirnya tetap bersedia untuk diwawancarai.

Setelah dilakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) tentang penyakit Human Immuno deficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS) di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

4.1. Gambaran Umum Wilayah

Kecamatan Gunung Malela merupakan salah satu kecamatan dari 31 kecamatan di kabupaten Simalungun, dengan luas wilayah 96,74 KM2 didaerah ini terdapat kawasan lokalisasi Bukit Maraja yang terletak di Desa Marihat.

Desa Marihat merupakan desa dengan luas wilyah 807,85 Ha, dengan batas wilayah :

Timur :berbatasan dengan desa Syah Kuala


(62)

47

Selatan : berbatasan dengan desa Bah Joga

Barat : berbatasan dengan desa Pematang Syah Kuala

Desa Marihat memiliki jumlah penduduk 2.520 jiwa atau 478 Kepala Keluarga, dengan komposisi penduduk Laki-laki berjumlah 1.005 Jiwa dan perempuan berjumlah 1.515 jiwa.

4.2. Gambaran Karatereristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) tentang penyakit Human Immuno deficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Sindrome (HIV/AIDS) di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014, maka diperoleh Hasil Sebagai berikut Karateristik responden sebagai berikut :

4.2.1. Umur

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi WPS berdasarkan Kategori umur di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014

Dari hasil tabel 4.2 diatas menujukan bahwa Karateristik WPS (Wanita Pekerja Seks) di lokalisasi di Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014 berdasarkan Kategori umur menunjukan kelompok Umur terbanyak adalah umur 20 sampai 35 Tahun sebanyak 37 orang (66,1%) dan selanjutnya di ikuti oleh kelompok umur Lebih dari 35 Tahun

No Umur Jumlah (orang) Persentase

1 Kurang dari 20 tahun 6 10,7

2 20 sampai 35 Tahun 37 66,1

3 Lebih dari 35 Tahun 13 23,2

Jumlah 56 100,0


(1)

Pernafasan pendek

20 35,7 35,7 35,7

36 64,3 64,3 100,0 56 100,0 100,0

Tidak Ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

infeksi jam ur pada m ulut tengoroka n da n vagina

2 3,6 3,6 3,6

9 16,1 16,1 19,6

45 80,4 80,4 100,0

56 100,0 100,0

Tidak Tahu Tidak Ya Total Valid

Frequency Percent Valid P erc ent

Cumulative Percent

Pencegahan HIV Aids (Tidak Melakukan hubungan Sex)

56 100,0 100,0 100,0

Ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Se tia Pada P asangan

1 1,8 1,8 1,8

1 1,8 1,8 3,6

54 96,4 96,4 100,0

56 100,0 100,0

Tidak Tahu Tidak Ya Total Valid

Frequency Percent Valid P erc ent

Cumulative Percent

Bi la berhubungan se x ya ng bere siko pa kai kondom

1 1,8 1,8 1,8

2 3,6 3,6 5,4

53 94,6 94,6 100,0

Tidak Tahu Tidak Ya Valid

Frequency Percent Valid P erc ent

Cumulative Percent


(2)

C.SUMBER INFORMASI MENGENAI HIV/AIDS

D.SIKAP RESPONDEN TERHADAP PENYAKIT HIV/AIDS Ti dak mengguna kan Narkoba Suntik

2 3,6 3,6 3,6

2 3,6 3,6 7,1

52 92,9 92,9 100,0

56 100,0 100,0

Tidak Tahu Tidak Ya Total Valid

Frequency Percent Valid P erc ent

Cumulative Percent

Sumber Informasi Mengenai HIV/AIDS

18 32,1 32,1 32,1

13 23,2 23,2 55,4

7 12,5 12,5 67,9

14 25,0 25,0 92,9

3 5,4 5,4 98,2

1 1,8 1,8 100,0

56 100,0 100,0

Teman Saudara Radio Majalah/koran Petugas Kesehatan Brosur/Leafleat/Poster Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pa kai Kondom sa at Hub.S ex mencegah HIV/ AIDS

4 7,1 7,1 7,1

47 83,9 83,9 91,1

5 8,9 8,9 100,0

56 100,0 100,0

Sangat Set uju Setuju

Kurang Set uju Total

Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Be rga nti pasa nga n m eningka katkan resiko HIV AIDS

9 16,1 16,1 16,1

43 76,8 76,8 92,9

4 7,1 7,1 100,0

56 100,0 100,0

Sangat Set uju Setuju

Kurang Set uju Total

Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(3)

Pe nul aran HIV /AIDS dapa t de nga n Na rkoba S untik

4 7,1 7,1 7,1

47 83,9 83,9 91,1

5 8,9 8,9 100,0

56 100,0 100,0

Sangat Set uju Setuju

Kurang Set uju Total

Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Peluran HIV satu satunya hanya dengan Hub.Sex

50 89,3 89,3 89,3

6 10,7 10,7 100,0 56 100,0 100,0

Kurang Setuju Tidak Setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Menurut anda ODHA tidak usah bekerja lagi

3 5,4 5,4 5,4

37 66,1 66,1 71,4

11 19,6 19,6 91,1

5 8,9 8,9 100,0

56 100,0 100,0

Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Menurut anda ODHA Layak dikucilkan

11 19,6 19,6 19,6

45 80,4 80,4 100,0 56 100,0 100,0

Kurang Setuju Tidak Setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Me nurut a nda Apa kah pe nyul uha n HI V/AIDS harus diberikan kepada WP

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(4)

D.TINDAKAN RESPONDEN TERHADAP PENYAKIT HIV/AIDS Apaka h HI V/AIDS penyaki t Kutuka n

2 3,6 3,6 3,6

25 44,6 44,6 48,2

29 51,8 51,8 100,0

56 100,0 100,0

Setuju

Kurang Set uju Tidak S etuju Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Apaka h anda tida k akan berte ma n de nga n orang terinfe ksi HIV/ AIDS

7 12,5 12,5 12,5

46 82,1 82,1 94,6

3 5,4 5,4 100,0

56 100,0 100,0

Sangat Set uju Setuju

Kurang Set uju Total

Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Apaka h pe nde rita HIV /AiDS harus di kara ntina

8 14,3 14,3 14,3

45 80,4 80,4 94,6

3 5,4 5,4 100,0

56 100,0 100,0

Setuju

Kurang Set uju Tidak S etuju Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Apakah anda gunakan kondom saat hub.seks dgn pelanggan

46 82,1 82,1 82,1

10 17,9 17,9 100,0 56 100,0 100,0

YA TIDAK Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

E.KATEGORI TINGKAT PENGETAHUAN RESPONDEN

Kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid KURANG 1 1,8 1,8 1,8

CUKUP 13 23,2 23,2 25,0 BAIK 42 75,0 75,0 100,0 Total 56 100,0 100,0

F.KATEGORI SIKAP RESPONDEN

Kategori Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid KURANG 2 3,6 3,6 3,6

Apakah anda gunakan kondom saat hub.sex dengan pacar

6 10,7 10,7 10,7

50 89,3 89,3 100,0 56 100,0 100,0

YA TIDAK Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah anda pernah melakukan hub.sex sesama jenis

1 1,8 1,8 1,8

55 98,2 98,2 100,0 56 100,0 100,0

YA TIDAK Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah anda menggunakan Narkoba suntuk

56 100,0 100,0 100,0

TIDAK Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(6)

G.KATEGORI TINDAKAN RESPONDEN TERHADAP PENYAKIT HIV/AIDS

kategori Tindakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid CUKUP 7 12,5 12,5 12,5

BAIK 49 87,5 87,5 100,0 Total 56 100,0 100,0


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Memengaruhi Penggunaan Komdom dalam Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) di Lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun Tahun 2013

0 58 130

Karakteristik Pekerja Seks Komersil (Psk) Dan Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Menular Seksual (Pms) Di Lokasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun Tahun 2003

1 35 117

Pengaruh Demografi Dan Pengetahuan Pekerja Seks Komersial Tentang HIV/AIDS Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik VCT Komite Penanggulangan HIV/AIDS Di Kabupaten Toba Samosir

1 44 124

Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentang Kesehatan Reproduksi di Lokasi Pantai Nirwana Wilayah Kecamatan Puskesmas Tembilahan Kota (Riau) Tahun 2008

3 31 62

Karakteristik Pekerja Seks Komersil(PSK) Dan Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Menular Seksual (PMS) Di Lokasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun Tahun 2003

0 28 116

Dampak Lokalisasi Prostitusi Bukit Maraja Terhadap Kehidupan Masyarakat Di Desa Marihat Bukit (1968- 1990)

3 74 95

Gambaran Pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) Tentang Penyakit HIV/AIDS Dilokalisasi Bukit Maraja Desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 25 113

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku - Faktor-faktor yang Memengaruhi Penggunaan Komdom dalam Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) di Lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun Tahun 2013

0 0 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-faktor yang Memengaruhi Penggunaan Komdom dalam Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) di Lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun Tahun 2013

0 0 8

Faktor-faktor yang Memengaruhi Penggunaan Komdom dalam Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) di Lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun Tahun 2013

0 0 18