T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Minum Minuman Beralkohol Dikalangan Mahasiswa Halmahera Utara di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga T1 BAB III
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Untuk memperoleh dan menganalisa data dari
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
metodologi
penelitian kualitatif. Metodologi penelitian kualitatif
menekankan
pada
kedalaman
dan
proses
(Poerwandari, 2007). Selain itu karena disesuaikan
dengan
tujuan
gambaran
penelitian
perilaku
ini,
untuk memperoleh
konsumsi minuman
keras
di
kalangan mahasiswa asal Halmahera Utara di Salatiga.
Di mana hal ini sesuai dengan definisi metodologi
peneitian kualitatif yang di kemukakan oleh Bogdan dan
Taylor (dalam Moleong, 2002), yaitu sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dialami. Pendekatan ini diarahkan pada
latar dan individu tersebut secara holistik.
Sejalan dengan ini, (Kirk dan Miller 1986 dalam
Moleong, 2002), mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri
24
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya.
Pendekatan
kualitatif
mencoba
memahami
tentang fenomena yang diteliti secara menyeluruh
(holistik) dan utuh. Keseluruhan fenomena perlu
dimengerti sebagai suatu sistem yang kompleks dan
bahwa yang menyeluruh tersebut lebih besar dan lebih
bermakna
daripada
penjumlahan
bagian-bagian
(Poerwandari, 2007). Menurut Poerwandari (2007),
dengan pendekatan holistik dapat terkumpul data dari
berbagai
aspek
untuk
memperoleh
gambaran
komprehensif dan lengkap tentang objek studi, dalam
hal ini perilaku konsumsi minuman keras di kalangan
mahasiswa asal Halmahera Utara di Salatiga.
3.2 Partisipan Penelitian
Kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah:
1. Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga yang minimal dua tahun telah menjalani
studi di UKSW, berusia diatas 20 tahun, dan
berasal dari Halmahera Utara.
2. Seseorang
yang
mengkonsumsi
minuman
beralkohol minimal sudah dua tahun. Dengan
25
pertimbangan dua tahun lamanya mengkonsumsi
minuman
sudah
beralkohol
punya
diasumsikan
banyak
partisipan
pengalaman
dalam
mengkonsumsi minuman beralkohol.
3. Seseorang yang melakukan perkelahian dan
tindakan kriminal akibat minuman keras.
4. Seseorang yang menjalani hukuman pidana
akibat minuman beralkohol.
5. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah dua
orang mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan
sumber
data
yang
digunakan,
maka
teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara/interviewer
(yang
melakukan
wawancara)
diwawancarai/interviewed
(yang
dan
yang
memberikan
jawaban atas pertanyaan). Menurut Lincoln dan
Guba (dalam Moleong, 2002) mengatakan bahwa
maksud dari diadakannya wawancara antara lain
26
mengkonstruksi
mengenai
orang,
kejadian,
kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian dan lain-lain.
Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan
pedoman umum. Dalam proses wawancara ini,
peneliti dilengkapi oleh pedoman wawancara
yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu
yang harus diliputi tanpa menentukan urutan
pertanyaan, wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu dalam bentuk wawancara
mendalam,
diantaranya
peneliti
mengajukan
pertanyaan tentang berbagai segi kehidupan dan
pengalaman subjek secara utuh dan mendalam.
2. Observasi
Selain
teknik
wawancara,
peneliti
juga
menggunakan teknik observasi atau pengamatan
untuk membantu proses pengumpulan data.
Teknik observasi dilakukan melalui pengamatan
langsung terhadap perilaku partisipan. Beberapa
alasan memilih observasi menurut Guba dan
Lincoln (dalam Moleong, 2002), antara lain karena
yang
pertama
observasi
didasarakan
atas
pengalaman secara langsung, kedua, observasi
27
juga memungkinkan peneliti untuk melihat dan
mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku
dan kejadian sebagimana terjadi pada keadaan
sebenarnya. Ketiga, observasi memungkinkan
peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan
dengan
pengetahuan
proporsional
maupun pengetahuan yang langsung diperoleh
dari data. Keempat, dengan observasi bisa
membantu peneliti untuk mengecek lagi apa yang
ada di data wawancara, sehingga meminimalkan
adanya
bias
data.
Kelima,
observasi
memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi
yang rumit. Keenam, dalam kasus-kasus tertenut
di mana teknik komunikasi lannnya tidak dapat
digunakan, observasi dapat menjadi alat yang
sangat bermanfaat. Dari hasil observasi peneliti
bisa mengetahui jenis minuman yang sering di
konsumsi
berapa
partisipan
banyak
bersama
minuman
yang
teman-teman,
dihabiskan,
perilaku saat mengkonsumsi minuman keras,
adanya keributan saat sudah dalam kondisi
mabuk.
28
3. Alat pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa alat
bantu dalam mengambil data,
antara lain:
a. Alat Perekam Suara
Alat perekam suara ini digunakan peneliti
saat melakukan wawancara nantinya, akan
tetapi dengan persetujuan partisipan. Alat
perekam suara ini berfungsi untuk merekam
atau mendokumentasikan segala percakapan
dalam wawancara nanti, sehingga data yang
didapat
lebih
utuh,
daripada
hanya
mengandalkan ingatan peneliti. Hingga pada
akhirnya dengan adanya alat perekam suara
ini dapat meminimalkan bias data.
b. Catatan lapangan
Peneliti kualitatif mengandalkan pengamatan
atau wawancara dalam pengumpulan data di
lapangan. Pada waktu berada di lapangan,
peneliti membuat “catatan” , dan setelah
pulang ke tempat tiggal baru menyusun
“catatan lapangan: (Moleong, 2002). Menurut
Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2002)
29
mengatakan bahwa catatan lapangan adalah
catatan tertulis tentang apa yang didengar,
dilihar, dialami, dan dipikirkan dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data
dalam penelitian kualitatif.
Penemuan pengetahuan atau teori harus
didasari
oleh
data
konkret
dan
bukan
ditopang oleh yang berasal dari ingatan,
maka dari itu catatan lapangan dianggap
penting (Moleong, 2002). Bolpen atau pensi
digunakan untuk menulis catatan lapangan
pada lembar pencatatan lapangan.
c. Pedoman Wawancara
Pedoman
wawancara
berisi
pedoman-
pedoman, topik-topik dan isu-isu yang akan
ditanyakan pada wawancara nantinya, yang
membantu
mengingatkan
peneliti
akan
aspek-aspek yang harus ditanyakan pada
saat wawancara nantinya.
30
3.4 Analisa Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini
berasal dari data mentah dari hasil wawancara dan
observasi. Adapun tahap-tahap dalam menganalisis
data antara lain (Moleong, 2002):
a.
Dengan data kualitatif yang sangat beragam
dan banyak, peneliti harus mengorganisasi
data dengan rapi, sistematis dan selengkap
mungkin.
b.
Setelah menelaah dan mempelajari data
mentah tersebut, langkah selanjutnya adalah
dengan mereduksi data, hal ini dilakukan
dengan
abstraksi.
Abstraksi
merupakan
usaha membuat rangkuman yang inti, proses,
dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga
sehingga tetap berada di dalamnya. Atau
dengan kata lain, mengambil yang pentingpenting dari dta mentah tersebut.
c.
Setelah itu peneliti menyusunnya dalam
satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian
dikategorisasikan sambil membuat kodingkoding. Koding dimaksudkan untuk dapat
mengorganisasi
31
dan
mensintemasi
data
secara lengkap dan mendetail sehingga data
dapat memunculkan gambaran tentang topik
yang
dipelajari,
dengan
demikian
pada
gilirannya peneliti akan dapat menemukan
makna dari data yang dikumpulkannya.
d.
Setelah
itu
peneliti
melakukan
penguji
keabsahan data (lebih lanjut dijelaskan pada
aspek ketiga di bawa).
e.
Setelah semua tahap di atas selesai, maka
kini masuk ke dalam tahap deskripsi , dalam
mengolah hasil sementara menjadi teori
substantif dengan menggunakan metodemetode tertentu.
3.5 Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang
dipengaruhi dari konsep kesahihan (validitas) dan
keandalan (reliabilitas) menurut versi “positivisme” dan
disesuaikan dengan tuntutan pengtahuan, kriteria dan
paradigmanya sendiri (Moleong, 2002). Uji keabsahan
dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
32
untuk keperluan pengecekan atau pembandingan
terhadap data itu.
Teknik triangulasi dibedakan menjadi 4 macam,
yakni triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori
(Denzi dalam Moleong, 2002). Pada penelitian ini
triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber,
yang berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kuaitatif (Patton dalam Moleong, 2002).
a.
Membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan hasil wawancara.
b.
Membandingkan
keadaan
dan
perspektif
partisipan dengan berbagai pendapat dari
significant others, dalam hal ini adalah temanteman partisipan.
33
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Untuk memperoleh dan menganalisa data dari
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
metodologi
penelitian kualitatif. Metodologi penelitian kualitatif
menekankan
pada
kedalaman
dan
proses
(Poerwandari, 2007). Selain itu karena disesuaikan
dengan
tujuan
gambaran
penelitian
perilaku
ini,
untuk memperoleh
konsumsi minuman
keras
di
kalangan mahasiswa asal Halmahera Utara di Salatiga.
Di mana hal ini sesuai dengan definisi metodologi
peneitian kualitatif yang di kemukakan oleh Bogdan dan
Taylor (dalam Moleong, 2002), yaitu sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dialami. Pendekatan ini diarahkan pada
latar dan individu tersebut secara holistik.
Sejalan dengan ini, (Kirk dan Miller 1986 dalam
Moleong, 2002), mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri
24
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya.
Pendekatan
kualitatif
mencoba
memahami
tentang fenomena yang diteliti secara menyeluruh
(holistik) dan utuh. Keseluruhan fenomena perlu
dimengerti sebagai suatu sistem yang kompleks dan
bahwa yang menyeluruh tersebut lebih besar dan lebih
bermakna
daripada
penjumlahan
bagian-bagian
(Poerwandari, 2007). Menurut Poerwandari (2007),
dengan pendekatan holistik dapat terkumpul data dari
berbagai
aspek
untuk
memperoleh
gambaran
komprehensif dan lengkap tentang objek studi, dalam
hal ini perilaku konsumsi minuman keras di kalangan
mahasiswa asal Halmahera Utara di Salatiga.
3.2 Partisipan Penelitian
Kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah:
1. Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga yang minimal dua tahun telah menjalani
studi di UKSW, berusia diatas 20 tahun, dan
berasal dari Halmahera Utara.
2. Seseorang
yang
mengkonsumsi
minuman
beralkohol minimal sudah dua tahun. Dengan
25
pertimbangan dua tahun lamanya mengkonsumsi
minuman
sudah
beralkohol
punya
diasumsikan
banyak
partisipan
pengalaman
dalam
mengkonsumsi minuman beralkohol.
3. Seseorang yang melakukan perkelahian dan
tindakan kriminal akibat minuman keras.
4. Seseorang yang menjalani hukuman pidana
akibat minuman beralkohol.
5. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah dua
orang mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan
sumber
data
yang
digunakan,
maka
teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara/interviewer
(yang
melakukan
wawancara)
diwawancarai/interviewed
(yang
dan
yang
memberikan
jawaban atas pertanyaan). Menurut Lincoln dan
Guba (dalam Moleong, 2002) mengatakan bahwa
maksud dari diadakannya wawancara antara lain
26
mengkonstruksi
mengenai
orang,
kejadian,
kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian dan lain-lain.
Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan
pedoman umum. Dalam proses wawancara ini,
peneliti dilengkapi oleh pedoman wawancara
yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu
yang harus diliputi tanpa menentukan urutan
pertanyaan, wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu dalam bentuk wawancara
mendalam,
diantaranya
peneliti
mengajukan
pertanyaan tentang berbagai segi kehidupan dan
pengalaman subjek secara utuh dan mendalam.
2. Observasi
Selain
teknik
wawancara,
peneliti
juga
menggunakan teknik observasi atau pengamatan
untuk membantu proses pengumpulan data.
Teknik observasi dilakukan melalui pengamatan
langsung terhadap perilaku partisipan. Beberapa
alasan memilih observasi menurut Guba dan
Lincoln (dalam Moleong, 2002), antara lain karena
yang
pertama
observasi
didasarakan
atas
pengalaman secara langsung, kedua, observasi
27
juga memungkinkan peneliti untuk melihat dan
mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku
dan kejadian sebagimana terjadi pada keadaan
sebenarnya. Ketiga, observasi memungkinkan
peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan
dengan
pengetahuan
proporsional
maupun pengetahuan yang langsung diperoleh
dari data. Keempat, dengan observasi bisa
membantu peneliti untuk mengecek lagi apa yang
ada di data wawancara, sehingga meminimalkan
adanya
bias
data.
Kelima,
observasi
memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi
yang rumit. Keenam, dalam kasus-kasus tertenut
di mana teknik komunikasi lannnya tidak dapat
digunakan, observasi dapat menjadi alat yang
sangat bermanfaat. Dari hasil observasi peneliti
bisa mengetahui jenis minuman yang sering di
konsumsi
berapa
partisipan
banyak
bersama
minuman
yang
teman-teman,
dihabiskan,
perilaku saat mengkonsumsi minuman keras,
adanya keributan saat sudah dalam kondisi
mabuk.
28
3. Alat pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa alat
bantu dalam mengambil data,
antara lain:
a. Alat Perekam Suara
Alat perekam suara ini digunakan peneliti
saat melakukan wawancara nantinya, akan
tetapi dengan persetujuan partisipan. Alat
perekam suara ini berfungsi untuk merekam
atau mendokumentasikan segala percakapan
dalam wawancara nanti, sehingga data yang
didapat
lebih
utuh,
daripada
hanya
mengandalkan ingatan peneliti. Hingga pada
akhirnya dengan adanya alat perekam suara
ini dapat meminimalkan bias data.
b. Catatan lapangan
Peneliti kualitatif mengandalkan pengamatan
atau wawancara dalam pengumpulan data di
lapangan. Pada waktu berada di lapangan,
peneliti membuat “catatan” , dan setelah
pulang ke tempat tiggal baru menyusun
“catatan lapangan: (Moleong, 2002). Menurut
Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2002)
29
mengatakan bahwa catatan lapangan adalah
catatan tertulis tentang apa yang didengar,
dilihar, dialami, dan dipikirkan dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data
dalam penelitian kualitatif.
Penemuan pengetahuan atau teori harus
didasari
oleh
data
konkret
dan
bukan
ditopang oleh yang berasal dari ingatan,
maka dari itu catatan lapangan dianggap
penting (Moleong, 2002). Bolpen atau pensi
digunakan untuk menulis catatan lapangan
pada lembar pencatatan lapangan.
c. Pedoman Wawancara
Pedoman
wawancara
berisi
pedoman-
pedoman, topik-topik dan isu-isu yang akan
ditanyakan pada wawancara nantinya, yang
membantu
mengingatkan
peneliti
akan
aspek-aspek yang harus ditanyakan pada
saat wawancara nantinya.
30
3.4 Analisa Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini
berasal dari data mentah dari hasil wawancara dan
observasi. Adapun tahap-tahap dalam menganalisis
data antara lain (Moleong, 2002):
a.
Dengan data kualitatif yang sangat beragam
dan banyak, peneliti harus mengorganisasi
data dengan rapi, sistematis dan selengkap
mungkin.
b.
Setelah menelaah dan mempelajari data
mentah tersebut, langkah selanjutnya adalah
dengan mereduksi data, hal ini dilakukan
dengan
abstraksi.
Abstraksi
merupakan
usaha membuat rangkuman yang inti, proses,
dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga
sehingga tetap berada di dalamnya. Atau
dengan kata lain, mengambil yang pentingpenting dari dta mentah tersebut.
c.
Setelah itu peneliti menyusunnya dalam
satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian
dikategorisasikan sambil membuat kodingkoding. Koding dimaksudkan untuk dapat
mengorganisasi
31
dan
mensintemasi
data
secara lengkap dan mendetail sehingga data
dapat memunculkan gambaran tentang topik
yang
dipelajari,
dengan
demikian
pada
gilirannya peneliti akan dapat menemukan
makna dari data yang dikumpulkannya.
d.
Setelah
itu
peneliti
melakukan
penguji
keabsahan data (lebih lanjut dijelaskan pada
aspek ketiga di bawa).
e.
Setelah semua tahap di atas selesai, maka
kini masuk ke dalam tahap deskripsi , dalam
mengolah hasil sementara menjadi teori
substantif dengan menggunakan metodemetode tertentu.
3.5 Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang
dipengaruhi dari konsep kesahihan (validitas) dan
keandalan (reliabilitas) menurut versi “positivisme” dan
disesuaikan dengan tuntutan pengtahuan, kriteria dan
paradigmanya sendiri (Moleong, 2002). Uji keabsahan
dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
32
untuk keperluan pengecekan atau pembandingan
terhadap data itu.
Teknik triangulasi dibedakan menjadi 4 macam,
yakni triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori
(Denzi dalam Moleong, 2002). Pada penelitian ini
triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber,
yang berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kuaitatif (Patton dalam Moleong, 2002).
a.
Membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan hasil wawancara.
b.
Membandingkan
keadaan
dan
perspektif
partisipan dengan berbagai pendapat dari
significant others, dalam hal ini adalah temanteman partisipan.
33